Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Trauma pada saluran perkemihan adalah adanya benturan pada saluran perkemihan ( ginjal,
ureter, vesika urinaria, uretra ).
Saluran kemih (termasuk ginjal, ureter, kandung kemih dan uretra) dapat mengalami trauma
karena luka tembus (tusuk), trauma tumpul, terapi penyinaran maupun  pembedahan. Gejala yang
paling banyak ditemukan adalah terdapatnya darah di urin (hematuria), berkurangnya proses berkemih
dan nyeri. Beberapa trauma dapat menyebabkan nyeri tumpul, pembengkakan, memar, dan jika cukup
berat, dapat menurunkan tekanan darah (syok).
Trauma ginjal merupakan trauma pada sistem urologi yang paling sering terjadi. Kejadian
penyakit ini sekitar 8-10% dengan trauma tumpul atau trauma abdominal. Pada banyak kasus, trauma
ginjal selalu dibarengi dengan trauma organ penting lainnya. Pada trauma ginjal akan menimbulkan
ruptur berupa perubahan organik pada jaringannya. Sekitar 85-90% trauma ginjal terjadi akibat
trauma tumpul yang biasanya diakibatkan oleh kecelakaan lalulintas.
Trauma ureter adalah trauma yang disebabkan oleh intervensi oleh iatrogenik yang dilakukan
oleh dokter antara lain pada operasi endourologi terus ureter (uteroskopi atau uretorenoskopi,
ekstraksi batu dengan dormia atau litotripsi batu uteter) dan operasi di daerah pelvis (diantaranya
adalah operasi ginekologi, bedah digresif atau bedah vaskular), sedangkan cedera ureter akibat ruda
paksa dari luar lebih jarang terjadi, biasanya lebih disebabkan oleh trauma tajam.
Trauma buli-buli atau trauma vesika urinaria merupakan keadaan darurat bedahyang
memerlukan penatalaksanaan segera, bila tidak ditanggulangi dengan segeradapat menimbulkan
komplikasi seperti pedarahaan hebat, peritonitis dan sepsis secaraanatomic buli-buli terletak didalam
rongga pelvis terlindung oleh tulang pelvissehingga jarang mengalami cedera.Cedera kendung kemih
disebabkan oleh trauma tumpul atau penetrasi.Kemungkinan cedera kandung kemih bervariasi
menurut isi kandung kemih ,sehingga bila kandung kemih penuh akan lebih mungkin untuk menjadi
luka daripadasaat kosong.
Trauma uretra adalah trauma yang terjadi sepanjang uretra dan biasanya berhubungan dengan
intervensi pembedahan

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa Definisi dari Trauma Ginjal ?
2. Menjelaskan Klasifikasi dari Trauma ginjal ?
3. Apa Etiologi dari Trauma Ginjal ?
4. Menjelaskan Anatomi Fisiologis Ginjal ?
5. Bagaimana Manifestasi Klinis dari Trauma Ginjal ?

Trauma Ginjal Page 1


6. Bagaimana Patofisiologi dari Trauma Ginjal ?
7. Bagaimana Penetalaksanaan Medis dari Trauma Ginjal ?
8. Apa Saja Komplikasi dari Trauma Ginjal ?
9. Bagaimana Konsep Keperawatan dari Trauma Ginjal ?
1.3 Tujuan
1. Untuk Mengetahui Definisi dari Trauma Ginjal
2. Untuk Mengetahui Klasifikasi dari Trauma Ginjal
3. Untuk Mengetahui Etiologi dari Trauma Ginjal
4. Untuk Mengetahui Anatomi Fisiologis dari Ginjal
5. Untuk Mengetahui Manifestasi Klinis dari Trauma Ginjal
6. Untuk Mengetahui Patofisiologi dari Trauma Ginjal
7. Untuk Mengetahui Penatalaksanaan Medis dari Trauma Ginjal
8. Untuk Mengetahui Komplikasi dari Trauma Ginjal
9. Untuk Mengetahui Konsep Keperawatan dari Trauma Ginjal

Trauma Ginjal Page 2


BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Medis Trauma Sistem Perkemihan
2.1.1 Definisi Trauma Sistem Perkemihan
Trauma pada saluran perkemihan adalah adanya benturan pada saluran perkemihan ( ginjal,
ureter, vesika urinaria, uretra ).
Saluran kemih (termasuk ginjal, ureter, kandung kemih dan uretra) dapat mengalami trauma
karena luka tembus (tusuk), trauma tumpul, terapi penyinaran maupun  pembedahan. Gejala yang
paling banyak ditemukan adalah terdapatnya darah di urin (hematuria), berkurangnya proses berkemih
dan nyeri. Beberapa trauma dapat menyebabkan nyeri tumpul,
2.1.2 Jenis – jenis Trauma
1. Trauma Ginjal
1). Definisi
 Trauma ginjal adalah cedera yang mengenai ginjal yang memberikan manifestasi memar,
laserasi, atau kerusakan pada struktur.
Cedera ginjal dapat terjadi secara :
a. Langsung akibat benturan yang mengenai daerah pinggang.
b. Tidak langsung yaitu merupakan cedera deselerasi akibat pergerakan ginjal secara tiba-tiba
didalam rongga retroperitoneum.
2). Klasifikasi Trauma Ginjal
a. Mekanisme dan keparahan cedera. Trauma renal dapat digolongkan berdasarkan mekanisme
cedera (tumpul versus penetrasi), lokasianatomis, atau keparahan cedera sebagai berikut.
1. Trauma renal minor (misalnya: contusio, hematoma, dan beberapa laserasi minor parenkim
ginjal).
2. Trauma renal mayor seperti laserasi mayor (kerusakan pada sistem kaliks) dan fragmen
parenkim ginjal, ruptur kapsul ginjal akibat hematoma
3. Trauma renal kritikal meliputi laserasi multiple yang parah pada ginjal, laserasi berat, dan
cedera pedikel ginjal (cedera pada pembuluh darah ginjal).
b. Klasifikasi Trauma Ginjal Lainnya
Grade I : Kontusio ginjal, terdapat perdarahan diginjal tanpa adanya kerusakan jaringan,
kematian jaringan maupun kerusakan kaliks (kapsul ginjal masih utuh). Hematuria
dapat mikroskopik atau makroskopik. Pencitraan normal.
Grade II : Hematoma subkapsular atau perirenal yang tidak meluas, tanpa adanya kelainan
parenkim.
Garade III : Laserasi ginjal tidak melebihi 1 cm dan tidak mengenai pelviokaliks dan
tidak terjadi ekstravasasi.

Trauma Ginjal Page 3


Grade IV : Laserasi lebih dari 1 cm dan tidak mengenai pelviokaliks atau ekstravasasi
urin. Laserasi yang mengenai korteks, medulla, dan pelvio kaliks.
Grade V : Cidera pembuluh darah utama, avulsi pembuluh darah yang mengakibatkan
gangguan perdarahan ginjal, laserasi luas pada beberapa tempat atau ginjal yang
terbelah.

3). Etiologi
Mekanisme cedera yang dapat menyebabkan injuri pada ginjal adalah sebagai berikut :
a. Trauma penetrasi benda tajam (misalnya: luka tembak, luka tusuk atau tikam) menyebabkan
trauma pada ginjal sehingga terjadi syok akibat trauma multisistem.
b. Trauma tumpul (misalnya: jatuh, cedera atletik, kecelakaan lalulintas, akibat pukulan)
menyebabkan ginjal malposisi, dan kontak dengan iga (tulang belakang).
c. Cedera iatrogenik (misalnya: prosedur endourologi, ESWL, biopsiginjal, prosedur perkutaneus
pada ginjal)
d. Intraoperatif (misalnya diagnostik peritoneal lavage).
e. Lainnya (misalnya: penolakan transplantassi ginjal, melahirkan dapat menyebabkan laserasi
spontan ginjal).
f. Trauma renal berupa trauma minor seperti contusio, laserasi minor parenkim ginjal ; trauma
mayor seperti laserasi mayor (kerusakan pada sistem kaliks) dan fragmen parenkim ginjal,
ruptur kapsul ginjal akibat hamatom ; kritis seperti multipel, laserasi berat, dan cedera pedikel
ginjal (cedera pada pembuluh darah ginjal )

Trauma Ginjal Page 4


4). Anatomi Fisiologi Ginjal
Ginjal terletak di dinding abdomen posterior, masing-masing satu buah disisi kiri dan kanan
kolum vertebra, dibelakang peritoneum dan dibawah diafragma. tinggi ginjal adalah dari vertebra
toraksik ke-12 sampai lumbar ke 3, dan dilindungi oleh ngkar iga. Ginjal kanan biasanya sedikit
lebih pendek dari pada ginjal kiri, mungkin karena diatas ginjal kanan terdapat ruang yang
ditempati hati.
Ginjal merupakan organ berbentuk kacang, yang panjangnya sekitar 11 cm, lebar 6 cm, tebal
3cm, serta beratnya 50 g. Ginjal melekat p[ada posisinya karena berikatan dengan suatu massa
lemak. Selubung fasia renal fibroelastik membungkus ginjal dan lemak ginjal.

Anterior ginjal yang menunjukkan struktur yang membatasinya


 Organ Yang Berbatasan Dengan Ginjal
Ginjal Kanan :
Superior – kelenjar adrenal kanan
Anterior – lobus kanan hati, duodenum, dan fleksur hepatika kolon
Posterior – diafragma dan otot dinding posterior abdomen
Ginjal Kiri
Superior – kelenjar adrenal kiri
Anterior – limpa, lambung, pankreas, jejenum, dan fleksur splenik kolon
Posterior – diafragma dan otot dinding posterior abdomen

Posterior ginjal yang menunjukkan struktur yang membatasinya

Trauma Ginjal Page 5


 Struktur Makroskopik Ginjal
Ada 3 area jaringan yang dapat dibedakan saat bagian longitudinal dilihat dengan mata
telanjang
1. Kapsul fibrosa, mengelilingi ginjal
2. Korteks, lapisan jaringan yang berwarna coklat kemerahan tepat berada dibawah kapsul dan
luar piramid
3. Medula, lapisan terdalam ginjal yang terdiri atas striasi (garis-garis) berbentuk kerucut
yang pucat (piramid renal)

Bagian Longitudinal Ginjal Kanan

 Struktur Mikroskopik Ginjal


Ginjal terdiri atas sekitar 1 juta unit fungsional nefron, dan sejumlah kecil duktus kolektivus.
Duktus kolektivus mengankut urine melalui piramid ke pelvis renal menyebabkan piramid ini
tampak bergaris-garis. Tubulusditunjang oleh sejumlah kecil jaringan ikat, yang berisi pembuluh
darah, pembuluh limfe, serta saraf.
Fungsi Ginjal :
1. Sebagai tempat mengatur air
2. Sebagai tempat mengatur konsentrasi garam dalam darah
3. Sebagai tempat mengatur keseimbangan asam-basah darah
4. Sebagai tempat pembentuk urine
5. Sebagai tempat ekskresi dan kelebihan garam
5). Manifestasi Klinis
Cedera ginjal yang paling sering adalah kontusi, laserasi, ruptur dan cedera pedikel renal
atau laserasi internal kecil pada ginjal. Secara fisiologis, ginjal menerima setengah dari aliran

Trauma Ginjal Page 6


darah aorta abdominal, oleh karena itu meskipun hanya terdapat laserasi renal yang kecil,
namunhal ini dapat menyebabkan perdarahan yang banyak (perdarahan masif).
Manifestasi klinis meliputi :
a. Nyeri kolik renal (akibat bekuan darah/fragmen dari sitemduktus kolektikus yang
terobstruksi).
b. Distensi abdomen.
c. Hematuria.
Hematuria makroskopik atau mikroskopik merupakan tanda utama cedera saluran kemih.
Hematuria merupakan salah satu faktor yang perlu dipertimbangkan untuk tindakan
selanjutnya. Pada trauma tumpul, hematuria mikroskopik tanpa adanya syok tidak
mememerlukan pencitraan apapun kecuali tedapat trauma penyerta (intra abdominal
atautrauma deselerasi cepat) yang memungkinkan terjadinya cedera vaskuler. Pada trauma
tajam semua hematuria (grossatau mikoskopik) memerlukan pencitraan. Derajat hematuria
tidak berbanding langsung dengan tingkat kerusakan ginjal. Perlu diperhatikan bahwa bila
tidak adahematuria, kemungkinan cedera berat, seperti putusnya pedikel dari ginjal atau ureter
dari pelvis ginjal tetap ada.
d. Massa di rongga panggul.
e. Ekimosis
f. Nyeri pada bagian punggung.
g. Hematoma di daerah pinggang.
h. Laserasi atau luka di abdomen lateral dan rongga panggul.
i. Tanda dan gejala hipovolemia.
j. Syok menyertai hemoragi yang harus segera di atasi. Bilasyok tidak diatasi atau berulang-
ulang, penderita dengandugaan cedera intraabdomen memerlukan laparatomisegera.
k. Fraktur tulang iga terbawah sering menyertai cedera ginjal.Bila hal ini ditemukan sebaiknya
diperhatikan juga keadaan paru apakah terdapat hematotoraks atau pneumotoraks
dankemungkinan ruptur limpa.
6). Patofisiologi
Secara anatomis ginjal dilindungi oleh susunan tulang iga , otot punggung posterior, lapisan
dinding abdomen, serta visera anterior. Oleh karena itu, cedera ginjal tidak jarang diikuti oleh
cedara organ-organ yang mengitarinya.
Adanya cedera traumatik, menyebabkan ginjal dapat tertusuk oleh iga paling bawah sehingga
terjadi kontusi dan ruptur. Fraktur iga atau fraktur prosessus transfersus lumbar vertebra atas dapat
dihubungkan dengan kontusi renal atau lasereasi. Cedera dapat tumpul ( kecelakaan lalu lintas,
jatuh, cedera atlit, cedera pukulan) atau penetrasi (luka tembak, luka tikam).
Ketidak disiplinan dalam menggunakan sabuk pengaman akan memberikan reaksi goncangan
ginjhal di dalam rongga retroperitoneum dan menyebabkan regangan pedikel ginjal sehingga

Trauma Ginjal Page 7


menimbulkan robekan tunika intima arteri renalis. Robekan ini akan memacu terbentuknya
bekuan-bekuan darah yang selanjutnya dapat menimbulkan trombosis arteri renalis beserta cabang-
cabangnya. Kondisi adanya penyakit pada ginjal seperti hidronefriosis, kista ginjal, atau tumor
ginjal akan memperberat suatu trauma pada keruskan struktur ginjal.
Cedera ginjal akan memberikan manifestasi kontusi, laserasi, ruptur dan cedera pedikel renal,
atau lasaerasi internal kecil pada ginjal. Secara fisiologis, ginjal menerima setengah dari aliran
darah aorta abdominal : oleh karena itu meskip[un hanya terdapat laserasi renal yang kecil, namun
hal ini dpat menyebabkan perdarahan yang banyak.
Cedera ginjal akan memberikan berbagai manifestasi masalalah keperawatan. Mekanisme
munculnya masalah keperawatan pada trauma ginjal dapat dilihat pada gambar berikut :
Cedera tumpul (kecelakaan lalu lintas, jatuh,
cedera atletik,akibat pukulan) atau
penetrasi (luka tembak, luka tikam)

Kerusakan struktur ginjal

Kontusi,laserasi,ruptur dan cedera pedikel renal


atau laserasi internal kecil pada ginjal

Aktivitas peristaltik otot polos sistem


kalises, peregangan dari terminal Respons perdarahan arteri ginjal
saraf kemih

Kolik renal Aktual/Risiko syok hipovolemik

Nyeri
Intervensi bedah

Pemenuhaninformasi
praoperasi

Respon pascabedah

Respons psikologis Luka pascabedah Intake nutrisi tidak adekuat Penurunan fisiologis ginjal

Kecemasan Risiko tinggi infeksi Ketidakseimbangan nutrisi Aktual/risikohipovolemik

Trauma Ginjal Page 8


7). Penatalaksanaan Medis
a. Konservatif
1. Tindakan ini ditujukan pada trauma minor. Pada keadaan inidilakukan observasi status
ginjal dengan pemeriksaan kondisilokal (tanda-tanda vital), kemungkinan adanya
penambahanmassa di pinggang, adanya pembesaran lingkar perut, penurunan kadar
hemoglobin darah, hematokrit dan perubahan warna urine pada pemeriksaan urine serial.
Pasien trauma minor agar dianjurkan tirah baring sampaihematuria hilang. Infus intravena
mungkin diperlukan karena perdarahan retroperitoneal dapat menyebabkan reflek
ileus paralitik. Medikasi antimikrobial dapat diresepkan untuk mencegah infeksi akibat
hematoma perirenal atau urinoma(sebuah kista yang mengandung urin) pasien harus
dievaluasi dengan sering selama hari-hari pertama setelah cedera untuk mendeteksi nyeri
panggul dan abdominal, spasme otot, serta bengkak di panggul.
Jika selama observasi didapatkan adanya tanda-tanda perdarahan atau kebocoran urine yang
menimbulkan infeksi,harus segera dilakukan tindakan operasi.
2. Pasien dengan cedera major dapat ditangani secarakonservatif, jika cedera tidak terlalu
parah. Jika kondisi pasien dan asal cederanya tidak dapat ditangani secara konservatif maka
dapat dilakukan operasi.
b. Operasi
1. Trauma ginjal major dengan tujuan untuk menghentikan perdarahan. Selanjutnya mungkin
perlu dilakukan debridement, reparasi ginjal (berupa renorafi atau penyambungan vaskuler)
atau tidak jarang harus dilakukan nefrektomi parsial bahkan nefrektomi total karena
kerusakan ginjal yang sangat berat.
2. Trauma ginjal kritikal dan kebanyakan cedera penetrasi memerlukan bedah eksplorasi akibat
tingginya insidens keterlibatan organ lain dan seriusnya komplikasi yang terjadi jika cedera
tidak ditangani. Ginjal yang rusak harus diangkat (nefrektomi)
3. Komplikasi dini pasca operatif (dalam 6 bulan) mencakup perdarahan ulang, abses, sepsis,
ekstravasasi urin, dan pembentukan fistula. Komplikasi lain mencakup pembentukan batu,
infeksi kista, aneurisma vaskuler, dan hilangnya fungsi renal.
8). Komplikasi
1. Syok yang mengakibatkan kolaps kardiovaskuler.
2. Hematoma dan abses.
3. Hipertensi
4. Pyilonefritis
5. Nefrolytiasis

Trauma Ginjal Page 9


2. Trauma Ureter
1). Definisi
Trauma ureter adalah trauma yang disebabkan oleh intervensi oleh iatrogenik yang dilakukan
oleh dokter antara lain pada operasi endourologi terus ureter (uteroskopi atau uretorenoskopi,
ekstraksi batu dengan dormia atau litotripsi batu uteter) dan operasi di daerah pelvis (diantaranya
adalah operasi ginekologi, bedah digresif atau bedah vaskular), sedangkan cedera ureter akibat ruda
paksa dari luar lebih jarang terjadi, biasanya lebih disebabkan oleh trauma tajam.
2). Klasifikasi Trauma Ureter

3). Etiologi
Penyebab trauma ureter adalah :
a. Rudapaksa tajam atau tumpul
b. Iatrogenik
c. Tindakan endoscopik
Kausa lain :
1. Eksternal trauma :    
- Penetrasi (Luka tusuk, tembak)
    - Op. Rongga pelvis (terligasi/ terpotong)
2. Internal trauma :
      – Ureteral catheterization
      – Intra ureteral manipulation
      – Endourologi

4). Anatomi Ureter

5). Manifestasi Klinis


Pada umumnya tanda dan gejala trauma ureter tidak spesifik, hematuria menunjukan
adanya ceera pada saluran kemih, terjadi anuria bila cedera ureter bilateral. Pada rudapaksa
tumpul gejala sering kurang jelas sehingga menunda diagnosa.
6) Patofisiologi
Pada cedera ureter akibat Rudapaksa tajam biasanya ditemukan hematuria mikrosikopik
pada cedera ureter bilateral terdapat peningkatan kadar ureum dan kreatinin darah.

Trauma Ginjal Page 10


Pada umumnya tanda dan gejala klinik tidak perlu sfesifik. Hematuria menunjukan cedera
pada saluran kemih. Bila terjadi ekstravasasi urine dapat timbul urinom, fistel uretro-kutan melalui
luka atau tanda rangsang peritonium dan menyebabkan peritonitis. Hematuria terjadi akibat
robeknya pembuluh darah disekitar ureter. Bila cedera ureter disebabkan oleh Rudapaksa tumpul,
gejalanya sering kurang jelas sehingga diagnosa sering tertunda. Pada cedera bilateral ditemukan
anuria
7). Penatalaksanaan Medis
Pada setiap rudapaksa tajam harus diakukan tindakan eksplorasi untuk menilai ada tidaknya
cerdera ureter serta cedra ikutan lain. Yang paling penting adalah melakukan penyuliran
urine yang ekstravasasi dan menghilangkan obstruksi.
Rekonstruksi ureter tergantung pada jenis, bentuk, luas serta letak cedera. Prinsiprekonstruksi
ureter adalah debrideman, patulasi, isolasi anatomosis bila disertaicedra usus.Untuk cedera
ureter bagian atas dapat dilakukan uretro-ureterostomi, nefrostomi, uretro-kutaneostomi,
autotransplantasi dan nefrektomi bila rekrontruksi tidak memungkinkan. Pada cedera ureter bagian
tengah dapat dilakukan uretro- ureterostomi atau transuretro-ureterostomi.
Alternatif rekrontuksi ureter distal adalah uretro-ureterostomi, uretroneosistomi, misalnya
melalui tabung yang dibuat dari dinding kandung kemih yang disebut Boari Flap.
8). Komplikasi
 Fistula ureter
 Infeksi retroperitonial
 Obstruksi ureter karena stenosis
 Peritonitis bila urine keluar kedalam kavum peritoneal

3. Vesika Urinaria
1). Definisi
Trauma buli-buli atau trauma vesika urinaria merupakan keadaan darurat bedahyang
memerlukan penatalaksanaan segera, bila tidak ditanggulangi dengan segeradapat menimbulkan
komplikasi seperti pedarahaan hebat, peritonitis dan sepsis secaraanatomic buli-buli terletak
didalam rongga pelvis terlindung oleh tulang pelvissehingga jarang mengalami cedera.Cedera
kendung kemih disebabkan oleh trauma tumpul atau penetrasi.Kemungkinan cedera kandung
kemih bervariasi menurut isi kandung kemih ,sehingga bila kandung kemih penuh akan lebih
mungkin untuk menjadi luka daripadasaat kosong.
2). Klasifikasi
- Kontusio buli
- Ruptur Intra Peritoneal
- Ruptur Ekstra peritoneal

Trauma Ginjal Page 11


3). Etiologi
1.Trauma tumpul pada panggul yang mengenai vesika urinaria.
2.Trauma tembus.
3.Fraktur tulang punggung yang menyebabkan kontusio dan ruptur buli-buli. Ruptur buli- buli
dibedakan 2 macam, yaitu :a.Intra peritoneal : peritoneum yang menutupi bagian atas / belakang
dinding buli-bulirobek sehingga urin langsung masuk ke dalam rongga peritoneum. b.Ekstra
peritoneal : peritoneum utuh, dan urin yang keluar dari ruptura tetap beradadiluar.
4.Akibat luka tusuk misalnya ujung pisau, peluru.
5.Didapati perforasi buli-buli, urin keluar melalui dinding buli-buli terus kekulit.
6.Akibat manipulasi salah sewaktu melakukan trans ureterol resection, misalnya
sewaktureseksi tumor buli, operasi prostat, dll.
4). Anatomi

5). Manifestasi Klinis

6). Patofisiologi
Trauma tumpul vesika urinaria dakibatkan karena fraktur pelvis. Robeknya vesika urinaria
karena fraktur pelvis bisa juga akibat fragmen tulang pelvis merobek dindingnya. Dalam keadaan
penuh terisi urine, kadung kemih mudah robek sekali jika mendapatkan tekanan dari luar berupa
benturan pada perut sebelah bawah. Vesika urinaria akan robek pada bagian fundus dan
menyebabkan ekstravasasi urine ke rongga intraperitoneum.
7). Penatalaksanaan Medis
1. Atasi syok dan perdarahan.
2.      Istirahat baring sampai hematuri hilang.
3.     Bila ditemukan fraktur tulang punggung disertai ruftur vesica urinaria intra peritoneal
dilakukan operasi sectio alta yang dilanjutkan dengan laparatomi.
8). Komplikasi

4. Trauma Uretra
1) Definisi
Trauma uretra adalah trauma yang terjadi sepanjang uretra dan biasanya berhubungan dengan
intervensi pembedahan
2). Klasifikasi
1. Trauma uretra anterior
Uretra anterior adalah bagian distal dari diafragma urogenitalia. Straddle injury dapat
menyebabkan laserasi atau contusion dari uretra. Instrumentasi atau iatrogenik dapat

Trauma Ginjal Page 12


menyebabkan disrupsi parsial. Cedera uretra anterior secara khas disebabkan oleh cedera
langsung pada pelvis dan uretra.
2. Trauma uretra posterior
Trauma tumpul merupakan penyebab dari sebagian besar cedera pada uretra pars posterior.
Menurut sejarahnya, banyak cedera semacam ini yang berhubungan dengan kecelakaan di
pabrik atau pertambangan. Akan tetapi, karena perbaikan dalam hal keselamatan pekerja pabrik
telah menggeser penyebab cedera ini dan menyebabkan peningkatan pada cedera yang
berhubungan kecelakaan lalu lintas.
3). Etiologi
A. Trauma uretra terjadi akibat cedera yang berasal dari luar dan cedera iatrogenik akibat
instrumentasi pada uretra
B. Trauma tumpul yang menimbulkan fraktur tulang pelvis menimbulkan menyebabkan ruptur
uretra para membranaseae, sedangkan trauma tumpul pada selengkang atau straddle injury
dapat menyebabkan ruptur uretra pada bulbosa
C. Pemasangan kateter pada uretra yang kurang hati-hati dapat menimbulkan robekan uretra
karena salah jalan (false router)
D. Intervensi operasi trans-uretra dapat menimbulkan cedera uretra iotrogen
4). Anatomi

5). Manifestasi Klinis


- Terdapat perdarahan per-uretram yaitu darah yang keluar dari meatus uretra eksternum setelah
mengalami trauma (harus dibedakan dengan hematuri, yaitu urine bercampur darah)
- Pada trauma ureter yang berat, pasien tidak dapat miksi sehingga terjadi retensi urine
- Diagnosis ditegakan melalui foto uretrografi dengan memasukkan kontraks melalui uretra,
sehingga dapat diketahui adanya ruptur uretra lokasinya.
6). Patofisiologi

7). Penatalaksanaan Medis


1. Jika penderita dapat kencing dengan mudah, cukup observasi saja.
2. Jika sulit kencing atau terlihat ekstravasasi pada uretrogam usahakan memasukkan
kateter foley sampai kandung kemih
3. Jika kateter gagal dipasang, lakukan pembedahan. Dalam keadaan darurat cukup
dibuat sitostomi untuk menjamin aliran urin, caranya:Setelah dilakukan anestesi
(lokal/umum) dan atau antisepsis daerah operasi, lakukan syatan vertikal secukupnya
(3-4 cm) didaerah suprapubik.

Trauma Ginjal Page 13


4. Pasca Bedah:
a. Kandung kemih dibilas dengan larutan antiseptik (KMNO 4 encer) setiap hari.
Berikan antibiotika dosis tinggi (PP 1,5 juta U/hari).
b. Setelah keadaan umum membaik, dapat dipikirkan operasi untuk menyambung
kembali uretra.
c. Setiap penderita dengan trauma uretra harus diperiksa atau diawasi secara teratur
selama sekurang-kurangnya 3-4 tahun untuk diagnosa dini striktur uretra. Hal ini
dapat dilakukan ulangan pemeriksaan untuk tahun pertama tiap bulan ke 1,3,6,9
dan 12 sedangkan untuk tahun berikutnya setiap 6 bulan.
8). Komplikasi

Trauma Ginjal Page 14


2.2 Konsep Keperawatan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TRAUMA GINJAL

2.2.1. Pengkajian Fokus


1. Biodata klien
2. Riwayat penyakit
a) Keluhan utama atau alasan utama mengapa ia datangke dokter atau ke rumah sakit atau
kemana klien meminta pertolongan untuk mengatasi masalahnya.
b) Kaji keluhan nyeri secara PQRST: lokasi, karakter, durasi, dan hubungannya dengan
urinasi, faktor-faktor yang memicu rasa nyeri dan yang meringankannya.
c) Riwayat infeksi trauma urinarius:

Trauma Ginjal Page 15


1) Terapi atau perawatan rumah sakit yang pernah dialami untuk menangani
infeksitraktus urinarius.
2) Adanya gejala panas atau menggigil.
3) Sistoskopi sebelumnya, riwayat penggunaankateter urine dan hasil- hasil
pemeriksaandiagnostik renal atau urinarius.
d) Gejala kelainan urinasi seperti disuria, inkontinensia.
e) Riwayat penyakit masa lalu, misalnya batu ginjal, Dm, hipertensi, dll
f) Kaji pemakaian obat-obatan, alkohol, merokok sebelumnya
g) Kaji pengaruh cedera terhadap respon psikologisklien.
3. Pemeriksaan fisik
a) Inspeksi
Pemeriksaan secara umum, klien terlihat sangat kesakitan oleh adanya nyeri kolik ginjal.
Pada status lokalis biasanya didapatkan adanya jejas pada pinggang atau punggung
bawah. Terihat tanda ekimosis dan laserasi atau luka di abdomen lateral dan rongga
panggul. Pemeriksaan urine output didapatkan adanya hematuria. Pada trauma ruptur
pedikel, klien sering kali datang dalam keadaan syok berat dan terdapat heatoma yang
makin lama makin membesar
b) Palpasi
Didaptkan adanya massa pada rongga panggul. Nyeri tekan pada regio kostovertebra.
c) Auskultasi
Auskultasi kuadran atas abdomen dilakukan untuk mendeteksi bruit (suara vaskuler yang
dapat menunjukkan stenosis pembuluh arteri renal).
2.2.2 Pemeriksaan Diagnostik
1. PIV
Pemeriksaan PIV dilakukan jika pada anamnesis didapatkan riwayat mekanisme cedera yaitu
1) luka tusuk atau luka tembak yang mengenai ginjal. 2) cedera tumpul ginjal yang
memberikan hematuria makroskopik. 3) cedera tumpul ginjal yang memberikan tanda-tanda
hematuria mikroskopik dengan disertai syok.
2. CT-Scan
Pemeriksaan ini dilakukan apabila dengan pemeriksaan PIV belum didapat diagnosis yang
menerangkan kondisi keadaan ginjal pascatrauma. CT scan/MRI atau arteri regiografi
dilakukan bila dengan IVP belum dapat menjelaskan keadaan ginjal. Hasilnya menunjukan
laserasi,hematoma, dan defek ekstravasasi urine.
a. Kontusio ginjal terlihat kapsul ginjal masih utuh dan terdapat hematoma subkapsuler.
b. Laserasi minor : terdapat robekan parenkim yang terbatas pada korteks ginjal.
c. Laserasi parenkim sampai mengenai sistem kaliks ginjal.
d. Fargmentasi ginjal (ginjal terbela menjadi beberapa bagian )

Trauma Ginjal Page 16


e. Rupture pedikal ginjal.

Gambar 1 Gambar 2
Trauma Tumpul Pada Ginjal Kiri CT Scan Pada Trauma Ginjal

Gambar 3
CT Scan Dengan Laserasi Pada Ginjal

Trauma Ginjal Page 17


2.2.3 Diagnosa keperawatan
1. Nyeri b.d aktivitas peristaltik otot polos sistem palises, peregangan dari terminal syaraf efek
sekunder dari adanya kerusakan struktur ginjal akibat trauma ginjal, respons pascabedah.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake nutrisi yang tidak adekuat.
3. Gangguan Eliminasi Urine b.d Trauma
2.2.4 Rencana Keperawatan
Diagnosa Tujuan/Kriteria Intervensi Rasional
Keperawatan
Nyeri b.d aktivitas Tujuan : Nyeri dapat 1. Kaji tingkat nyeri 1. Mengetahu daerah
peristaltik otot polos terkontrol nyeri dirasakan.
sistem Kriteria Hasil :
palises,peregangan dari - Adanya penurunan 2. Untuk mengurangi
terminal syaraf efek intensitas nyeri 2. Ajarkan teknik rasa nyeri
sekunder dari adanya - Keidaknyamanan relaksasi napas dalam
kerusakan struktur ginjal akibat nyeri kepada pasien
akibat trauma ginjal, 3.untuk menurunkan
respons pascabedah. 3. Bantu pasien ketegangan
mendapatkan posisi
yang nyaman 4. Untuk mengetahui
kultur yang
4. Kaji kultur yang disebabkan nyeri
mempengaruhi respon
nyeri 5. Untuk mengurangi
apabila nyeri tiba

5. Kolaborasi dengan
dokter jika ada
keluhan dan tindakan
nyeri tidak berhasil

Diagnosa Keperawatan Tujuan/Kriteria Intervensi Rasional


Ketidakseimbangan Kriteria Hasil : 1. Kaji kemampuan 1. Untuk mengetahui
nutrisi kurang dari - Adanya pasien untuk zat gizi dan suplemen
kebutuhan tubuh b.d peningkatan berat mendapatkan nutrisi yang diperlukan
intake nutrisi yang tidak badan yang dibutuhkan

Trauma Ginjal Page 18


adekuat. - Mampu
mengidentifikasi 2. Berikan makanan 2. Untuk dapat
Kebutuhan nutrisi yang terpilih dan membantu mencegah
sedikit di kunyah malingering pada saat
makan
3. Monitoring
lingkungan selama 3.untuk meningkatkan
makan nafsu makan pasien

4. Kolaborasi dengan 4. Untuk dapat


ahli gizi menentukan jumlah
kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan pasien

Diagnosa Keperawatan Tujuan/Kriteria Intervensi Rasional


Gangguan Eliminasi Kriteria Hasil : 1. Observasi pola 1. Pengukuran asupan
Urine b.d Trauma - Tidak ada residu berkemih pasien, dan haluaran yang
urine dokumentasi warna akurat sangat penting
- Intake cairan dalam dan karakteristik untuk melakukan
rentang normal urine terapi penggantian
cairan secara tepat

2. Untuk membantu
2. Berikan perawatan mendukung pemulihan
yang tepat untuk
kondisi berkemih
3. Agar tidak terjadi
3. Instrruksikan cara- konstipasi pada pasien
cara untuk
menghindari
konstipasi. 4. Untuk meredakan
nyeri dan menurunkan
4. Kolaborasi dengan ketegangan akibat
tim medis lain dalam ansietas

Trauma Ginjal Page 19


pemberian analgetik

2.2.5 Evaluasi
Hasil yang diharapkan setelah mendapatkan intervensi adalah sebagai berikut :
1. Penurunan skala nyeri
2. Asupan nutrisi terpenuhi
3. Eliminasi urine cukup atau normal

Trauma Ginjal Page 20


BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Trauma ginjal adalah cedera pada ginjal yang disebabkan oleh berbagai macam rudapaksa
baik tumpul maupun tajam. Penyebab nya adalah dari trauma tumpul, trauma iatrogenic, dan trauma
tajam. Adapun tanda dan gejala yang muncul diantaranya : luka, jika terkena benda tajam, jejas jika
terkena benda tumpul, nyeri, perdarahan. Adapun penatalaksanaan medis yaitu secara kenservatif dan
operatif. 

3.2   Saran
Trauma pada system perkemihan sangat fatal akibatnya bagi kesehatan tubuh. Hal ini tidak bisa
ditindaklanjuti sembarangan. Diperlukan penanganan khusus dan serius agar tidak terjadi komplikasi
yang lebih parah lagi. Bahkan sampai penanganannya memerlukan pembedahan. Untuk itu agar tidak
terjadi trauma system perkemihan dapat tertangani dengan baik maka sebaiknya kita mempercayakan
kepada tim medis yang sudah berpengalaman dan mengerti mengenai penanganan masalah trauma
system perkemihan tersebut.

Trauma Ginjal Page 21


DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin,Arif dan Sari,Kumala.2011.Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta:
Salemba Medika

Nursalam dan Baticaca,Fransisca B.2008.Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan


Sistem Perkemihan.Jakarta: Salemba Medika

Nurachmah,Elly.2011.Dasar-dasar Anatomi dan Fisiologi.Jakarta: Salemba Medika

Nurarif,Amin Huda.2016.Asuhan Keperawatan Berdasarkan Penerapan Diagnosa Nanda,Nic,Noc


dalam Berbgai Kasus Jilid 1 dan 2.Jogjakarta : Mediaction

Trauma Ginjal Page 22

Anda mungkin juga menyukai