FAKULTAS KEDOKTERAN
REFERERAT :
RUPTUR GINJAL
OLEH :
PEMBIMBING :
Cedera yang mengenai organ urogenitalia bisa merupakan cedera dari luar
berupa trauma tumpul maupun trauma tajam, dan cedera iatrogenik akibat
tindakan dokter pada saat operasi atau petugas medik yang lain. Pada trauma
tajam, baik berupa trauma tusuk maupun trauma tembus oleh peluru, harus
difikirkan untuk kemungkinan melakukan eksplorasi, sedangkan trauma tumpul
sebagian besar hampir tidak diperlukan operasi.1
Ginjal adalah organ yang paling sering dikaitkan dengan trauma urologis
dan terlibat dalam 1–20% kasus trauma. Trauma ginjal terjadi pada sekitar 1-
5% seluruh kejadian trauma dan pada sekitar 10% pasien trauma abdomen.
Trauma ginjal signifikan (derajat II hingga derajat V) terjadi hanya sekitar 5,4%
dari seluruh kasus trauma ginjal. Trauma ginjal hampir selalu disertai trauma
organ abdomen lain. Trauma yang hanya mengenai ginjal (trauma ginjal
terisolasi) terdapat pada 10-20% kasus trauma ginjal.2 Ruptur ginjal dapat
terjadi pada ginjal yang normal maupun pada ginjal yang telah mengalami
proses patologis sebelumnya.3
I. DEFINISI
Trauma ginjal adalah cedera pada ginjal yang disebabkan oleh
berbagai macam trauma. Trauma ginjal merupakan trauma pada sistem
urologi yang paling sering terjadi.1 Ruptur ginjal adalah robek atau
koyaknya jaringan ginjal secara paksa.4 Goncangan ginjal di dalam rongga
retroperitoneum menyebabkan regangan pedikel ginjal sehingga
menimbulkan robekan tunika intima arteri renalis. Robekan ini akan
memicu terbentuknya bekuan-bekuan darah yang selanjutnya dapat
menimbulkan trombosis arteri renalis beserta cabang-cabangnya.5
II. EPIDEMIOLOGI
Trauma ginjal terjadi pada sekitar 1-5% seluruh kejadian trauma dan
pada sekitar 10% pasien trauma abdomen. Trauma ginjal signifi kan (derajat
II hingga derajat V) terjadi hanya sekitar 5,4% dari seluruh kasus trauma
ginjal. Trauma ginjal hampir selalu disertai trauma organ abdomen lain.
Trauma yang hanya mengenai ginjal (trauma ginjal terisolasi) terdapat pada
10-20% kasus trauma ginjal. Pada kasus ini akan ditinjau peran tatalaksana
konservatif pada trauma tumpul ginjal berat terisolasi pada pasien dewasa.6
Trauma ginjal harus dicurigai pada individu dengan cedera dada,
perut, atau punggung. Perawat harus sangat waspada terhadap trauma ginjal
karena sering terlewatkan. Anak-anak lebih rentan terhadap cedera ginjal
daripada orang dewasa karena ginjal mereka lebih mobile, lebih maju secara
anatomis, lebih besar dibandingkan dengan ukuran tubuh, dan tidak
dilindungi oleh lemak. Pada anak-anak, umumnya lebih mudah terjadi
rupture ginjal, terkait dengan ukuran ginjal anak yang relatif besar, lebih
bersifat mobile dan perirenal fat yang minim.4
III. ETIOLOGI
Trauma ginjal merupakan trauma terbanyak pada sistem urogenitalia.
Kurang lebih 10% dari trauma pada abdomen mencederai ginjal. Cedera
ginjal dapat terjadi secara:
a) Langsung akibat benturan yang mengenai daerah pinggang atau
b) Tidak langsung yaitu merupakan cedera deselerasi akibat pergerakan
ginjal secara tiba-tiba di dalam rongga retroperitoneum.
Jenis cedera yang mengenai ginjal dapat merupakan cedera tumpul, luka
tusuk, ataupun luka tembak.1 Terdapat dua macam trauma abdominal, yaitu
trauma tumpul dan trauma penetrasi. Trauma tumpul dihasilkan oleh
kekerasan yang diberikan pada tubuh tanpa menyebabkan adanya luka
terbuka. Penyebab trauma tumpul adalah pukulan langsung (akibat
olahraga, kekerasan), tekanan (akibat pekerjaan industrial seperti
terperangkap di dalam alat-alat berat), atau deselerasi (kecelakaan motor
atau jatuh dari ketinggian yang signifikan).4
IV. KLASIFIKASI
Menurut derajat berat ringannya kerusakan pada ginjal, trauma ginjal
dibedakan menjadi: cedera minor, edera major, cedera pedikel atau
pembuluh darah ginjal.1
V. DIAGNOSIS
A. GAMBARAN KLINIS
Gambaran klinis yang ditunjukkan oleh pasien trauma ginjal sangat
bervariasi tergantung pada derajat trauma dan ada atau tidaknya trauma
pada organ lain yang menyertainya. Pada trauma derajat ringan mungkin
hanya didapatkan nyeri di daerah pinggang, terlihat jejas berupa
ekimosis, dan terdapat hematuria makroskopik ataupun mikroskopik.1
Derajat cedera pada ginjal tidak selalu berbanding lurus dengan
parah tidaknya hematuria yang terjadi; hematuria makroskopik dapat
terjadi pada trauma ginjal yang ringan dan hanya hematuria ringan pada
trauma mayor.8 Pada trauma mayor atau rupture pedikel sering kali
pasien datang dalam keadaan syok berat dan terdapat hematoma di
daerah pinggang yang makin lama makin membesar. Dalam keadaan ini
mungkin pasien tidak sempat menjalani pemeriksaan IVP karena usaha
untuk memperbaiki hemodinamik seringkali tidak membuahkan hasil
akibat perdarahan yang keluar dari ginjal cukup banyak. Untuk itu harus
segera dilakukan eksplorasi laparatomi untuk menghentikan
perdarahan.1
Patut dicurigai adanya cedera pada ginjal jika terdapat:1
a) Trauma di daerah pinggang, punggung, dada sebelah bawah, dan
perut bagian atas dengan disertai nyeri atau didapatkan adanya jejas
pada daerah itu
b) Hematuria
c) Fraktur costa bawah (T8-12) atau fraktur prosessus spinosus
vertebra
d) Trauma tembus pada daerah abdomen atau pinggang
e) Cedera deselarasi yang berat akibat jatuh dari ketinggian atau
kecelakaan lalu lintas.
B. GAMBARAN RADIOLOGI
Adapun indikasi untuk dilakukan pemeriksaan radiologi adalah apabila
ditemukan tanda-tanda sebagai berikut:1
Luka tembus dengan hematuria
Trauma tumpul dengan hematuria dan hipotensi
Hematuria mikroskopik dengan peritoneal lavage (+)
Trauma tumpul yang berhubungan dengan perlukaan ginjal
(kontusio/hematoma di daerah pinggang, fraktur costa bagian bawah,
dan fraktur vertebra thoracolumbal)
a) Foto Konvensional
Pemeriksaan Intra Venous Urography (IVU) mungkin akan berguna
pada kasus ruptur ginjal.10 Gambaran yang terlihat adalah
pembengkakan pada ginjal, kontras yang ekstravasasi keluar, tampakan
massa perdarahan juga bisa terlihat, serta tampak kelainan ekskresi jika
dibandingkan dengan ginjal sebelah.11 Apabila terdapat dugaan jumlah
produksi urin yang sedikit, IVU dapat menemukan letak kelainan dan
mengestimasi jumlah kehilangan cairan tersebut. Namun, walaupun
IVU sangat mudah dan banyak digunakan, harus diingat bahwa IVU
memberikan ekspose radiasi yang cukup tinggi sehingga harus
dipertimbangkan jika ingin dilakukan pada anak-anak. IVU juga harus
diperhatikan pemakaiannya pada orang-orang dengan gangguan fungsi
ginjal, neuropati, dan alergi yang mungkin akan sangat berbahaya jika
menerima ekspose radiasi.1
b) Ultrasonografi (USG)
Tingkat keparahan pada trauma ginjal sangat beraneka ragam, oleh
karena itu terdapat kemungkinan terdeteksi dengan USG. Ada keadaan
dimana ruptur ginjal disebabkan oleh trauma langsung, sehingga akan
didapatkan darah dan/atau urin yang mengalami ekstravasasi ke
perinephric space. Cairan-cairan tersebutlah yang akan diidentifikasi
oleh ultrasound. Jika terdapat urin maupun hematoma yang banyak
dapat dilakukan drainase secara percutaneus.12 Penggunaan USG
Doppler berwarna juga dapat sangat berguna untuk mendiagnosis ruptur
ginjal. Pada pemeriksaan USG Doppler, akan terlihat seperti semburan
(jet effect) pada bagian sisi ginjal yang ruptur ketika ada sedikit
kompresi oleh urinoma.10
Penampakan ruptur ginjal spontan. (a,b) terlihat defek
berdiameter 4.5 mm pada pelvis renali. (c) penampakan USG
Doppler berwarna, terlihat aliran warna pada ginjal yang
berhubungan dengan kompresi oleh urinoma
d) MRI
Sebenarnya CT-scan adalah modalitas utama untuk menilai kasus
hematuria pada trauma abdomen akut. Walaupun hasil penelitian pada
binatang membuktikan bahwa MRI mempunyai keakuratan yang sama
bahkan lebih dibandingkan CT-scan, peralatan MRI ini kurang tersedia
dimana-mana, serta membutuhkan waktu yang lebih lama. Seperti
halnya CT-scan, pada MRI juga dapat terlihat ekstravasasi kontras,
bahkan mampu membedakan hematoma perirenal dan intrarenal.15
C. LABORATORIUM
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan adalah urinalisis.
Pada pemeriksaan ini diperhatikan kekeruhan, warna, pH urin, protein,
glukosa dan sel-sel. Hematuria makroskopik atau mikroskopik seringkali
ditemukan pada pemeriksaan ini. Jika hematuria tidak ada, maka dapat
disarankan pemeriksaan mikroskopik. Meskipun secara umum terdapat
derajat hematuria yang dihubungkan dengan trauma traktus urinarius, tetapi
telah dilaporkan juga kalau pada trauma (ruptur) ginjal dapat juga tidak
disertai hematuria. Akan tetapi harus diingat kalau kepercayaan dari
pemeriksaan urinalisis sebagai modalitas untuk mendiagnosis trauma ginjal
masih didapatkan kesulitan.1
VI. PENATALAKSANAAN
A. Non-Operatif dan Konservatif
Tindakan konservatif ditujukan pada trauma minor. Pada keadaan
ini dilakukan observasi tanda-tanda vital (tensi, nadi, suhu tubuh),
kemungkinan adanya penambahan massa di pinggang, adanya pembesaran
lingkaran perut, penurunan kadar hemoglobin darah, dan perubahan warna
urin pada pemeriksaan urine serial.1
B. Operatif Penanganan operatif
Pada ruptur ginjal ditujukan pada trauma ginjal mayor dengan tujuan untuk
segera menghentikan perdarahan. Selanjutnya, mungkin dilakukan
debridement, reparasi ginjal (berupa renorafi atau penyambungan vaskuler)
atau tidak jarang harus dilakukan nefrektomi parsial bahkan nefrektomi total
karena kerusakan ginjal yang sangat berat.1
VII. PROGNOSIS
Dengan follow-up yang dilakukan secara hati-hati, kebanyakan
kasus ruptur ginjal memiliki prognosis yang baik, dengan proses
penyembuhan yang berlangsung secara spontan dan mengembalikan fungsi
ginjal. Pengawasan terhadap excretory urography dan tekanan darah juga
dapat menjamin deteksi dan manajemen yang tepat akan kejadian
hidronefrosis dan hipertensi.8
REFERENSI