LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian
Trauma ginjal adalah cedera pada ginjal yang disebabkan oleh berbagai
macam rudapaksa baik tumpul maupun tajam.
Trauma ginjal merupakan trauma pada sistem urologi yang paling sering
terjadi.Kejadian penyakit ini sekitar 8-10% dengan trauma tumpul atau
trauma abdominal.Pada banyak kasus, trauma ginjal selalu dibarengi dengan
trauma organ penting lainnya. Pada trauma ginjal akan menimbulkan ruptur
berupa perubahan organik pada jaringannya. Sekitar 85-90% trauma ginjal
terjadi akibat trauma tumpul yang biasanya diakibatkan oleh kecelakaan
lalulintas.
2.2 Etiologi
Trauma tumpul sering menyebabkan luka pada ginjal, misalnya karena
kecelakaan kendaraan bermotor, terjatuh atau trauma pada saat berolah
raga.Luka tusuk pada ginjal dapat karena tembakan atau tikaman.Kerusakan
yang terjadi bervariasi. Cedera ringan menyebabkan hematuria yang hanya
dapat diketahui dengan pemeriksaan mikroskopis, sedangkan cedera berat
bisa menyebabkan hematuria yang tampak sebagai air kemih yang berwarna
kemerahan.
1
Berikut adalah mekanisme yang umumnya terjadi pada trauma ginjal :
1. Trauma tembus
2. Trauma tumpul
3. Iatrogenik, dan lain-lain
2.3 Patofisilogi
Trauma tumpul merupakan penyebab utama dari trauma ginjal. Dengan
lajunya pembangunan, penambahan ruas jalan dan jumlah kendaraan,
kejadian trauma akibat kecelakaan lalu lintas juga semakin meningkat.
Trauma tumpul ginjal dapat bersifat langsung maupun tidak langsung.
Trauma lagsung biasanya disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas, olahraga,
kerja atau perkelahian. Trauma ginjal biasanya menyertai trauma berat yang
juga mengenai organ-organ lain. Trauma tidak langsung misalnya jatuh dari
ketinggian yang menyebabkan pergerakan ginjal secara tiba-tiba didalam
rongga peritoneum. Kejadian ini dapat menyebabkan avulse pedikel ginjal
atau robekan tunika intima arteri renalis yang menimbulkan trombosis.
Ginjal yang terletak pada rongga retroperitoneal bagian atas hanya terfiksasi
oleh pedikel pembuluh darah serta ureter. Sementara massa ginjal melayang
bebas dalam bantalan lemak yang berada dalam fascia gerota. Fascia gerota
sendiri yang efektif dalam mengatasi sejumlah kecil hematom, tidak
sempurna dalam perkembangannya. Kantong fascia ini meluas kebawah
sepanjang ureter, meskipun menyatu pada dinding anterior aorta serta vena
kava inferior, namun mudah untuk sobek oleh adanya perdarahan hebat
sehingga perdarahan melewati garis tengah dan mengisi rongga
retroperitoneal (Guerriro, 1984). Karena miskinnya fiksasi, ginjal mudah
mengalami dislokasi oleh adanya akselerasi maupun deselarasi mendadak,
yang bisa meyebabkan trauma seperti avulsi collecting system atau sobekan
pada intima arteri renalis sehingga terjadi oklusi parsial maupun komplet
pebuluh darah. Sejumlah darah besar dapat terperangkap didalam rongga
retroperitoneal sebelum dilakukan stabilisasi. Keadaan ekstern ini sering
terjadi pada pasien yang datang diruang gawat darurat dengan kondisi stabil
sementaraterdapat perdarahan retroperitonel. Korteks ginjal ditutupi kapsul
2
tipis yang cukup kuat. Trauma yang menyebabkan robekan kapsul sehingga
menimbulkan perdarahan pada kantong gerota perlu lebih mendapat
perhatian dibanding trauma yang tidak menyebabkan robekan pada kapsul.
Vena renalis kiri terletak sentral aorta sehingga lukapenetrans didaerah ini
bisa menyebabkan trauma pada kedua struktur. Karena letaknya yang
berdekatan antara pancreas, duodenum, dan ginjal. Anatomi yang
mengalami kelainansepeti hidronefrosis atau tumor maligna lebih mudah
mengalami rupture hanya oleh adanya trauma ringan (Mc Aninch, 2000).
3
Luka yang terjadi biasanya dalam dan meluas sampai ke medulla 10 15 %
dari keseluruhan trauma ginjal
3. Grade III Lesi meliputi:
Ginjal yang hancur
Trauma pada vaskularisasi pedikel ginjal 5 % dari keseluruhan trauma
ginjal
4. Grade IV Meliputi lesi yang jarang terjadi yaitu:
Avulsi pada ureteropelvic junction
Laserasi dari pelvis renal
Komplikasi lanjut:
a. Hidronefrosis
b. Arteriovenous fistula
c. Piolenofritis
4
telah dilaporkan juga kalau pada trauma (ruptur) ginjal dapat juga tidak
disertai hematuria.Akan tetapi harus diingat kalau kepercayaan dari
pemeriksaan urinalisis sebagai modalitas untuk mendiagnosis trauma ginjal
masih didapatkan kesulitan.
2. Pemeriksaan radiologis
Cara-cara pemeriksaan traktus urinarius dapat dilakukan dengan berbagai
cara, yaitu: foto polos abdomen, pielografi intravena, urografi retrograde,
arteriografi translumbal, angiografi renal, tomografi, sistografi, computed
tomography (CT-Scan), dan nuclear Magnetic resonance (NMR)
3. CT Scan
Computed Tomography (CT) merupakan salah satu jenis pemeriksaan yang
dapat digunakan untuk menilai traktus urinarius.Pemeriksaan ini dapat
menampakkan keadaan anatomi traktus urinarius secara detail.Pemeriksaan
ini menggunakan scanning dinamik kontras. Keuntungan dari pemeriksaan
ini adalah :
a) Memeriksa keadaan anatomi dan fungsional ginjal dan traktus urinarius.
b) Membantu menentukan ada atau tidaknya gangguan fungsi ginjal
4. Angiografi
Keuntungan dari pemeriksaan ini adalah :
a) Memiliki kapasitas untuk menolong dalam diagnosis dan penanganan
trauma ginjal
b) Lebih jauh dapat memberikan gambaran trauma dengan gambaran
abnormalitas IV atau dengan trauma vaskuler.
Kerugian dari pemeriksaan ini adalah :
a) Pemeriksaan ini invasive
b) Memerlukan sumber-sumber mobilisasi untuk melakukan pemeriksaan,
seperti waktu.
c) Pasien harus melakukan perjalanan menuju keruang pemeriksaan
5. USG
Keuntungan pemeriksaan ini adalah :
a) Non invasive
b) Dapat dilakukan dengan resusitasi
5
c) Dapat membantu mengetahui keadaan anatomi setelah trauma.
Kerugian dari pemeriksaan ini adalah :
a) Memerlukan sonografer yang terlatih
b) Pada pemeriksaan yang cepat sulit untuk melihat mendeskripsikan
anatomi ginjal, dimana kenyataannya yang terlihat hanyalah cairan bebas
c) Trauma bladder kemungkinan akan tidak dapat digambarkan.
6. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
MRI digunakan untuk membantu penanganan trauma ginjal ketika
terdapat kontra indikasi untuk penggunaan kontras iodinated atau ketika
pemeriksaan CT Scan tidak tersedia. Pada pemeriksaan CT Scan, MRI
menggunakan kontras gadolinium intravena yang dapat membantu
penanganan ekstravasasi sistem urinarius. Pemeriksaan ini merupakan
pemeriksaan terbaik dengan sistem lapangan pandang yang luas.
2.8 Penatalaksanaan
1. Konservatif
a. Tindakan ini ditujukan pada trauma minor. Pada keadaan ini dilakukan
observasi status ginjal dengan pemeriksaan kondisi lokal (tanda-tanda
vital), kemungkinan adanya penambahan massa di pinggang, adanya
pembesaran lingkar perut, penurunan kadar hemoglobin darah,
hematokrit dan perubahan warna urine pada pemeriksaan urine serial.
Pasien trauma minor agar dianjurkan tirah baring sampai hematuria
hilang. Infus intravena mungkin diperlukan karena perdarahan
retroperitoneal dapat menyebabkan reflek ileus paralitik. Medikasi
antimikrobial dapat diresepkan untuk mencegah infeksi akibat hematoma
perirenal atau urinoma (sebuah kista yang mengandung urin) pasien
harus dievaluasi dengan sering selama hari-hari pertama setelah cedera
untuk mendeteksi nyeri panggul dan abdominal, spasme otot, serta
bengkak di panggul. Jika selama observasi didapatkan adanya tanda-
tanda perdarahan atau kebocoran urine yang menimbulkan infeksi, harus
segera dilakukan tindakan operasi.
6
b. Pasien dengan cedera major dapat ditangani secara konservatif, jika
cedera tidak terlalu parah. Jika kondisi pasien dan asal cederanya tidak
dapat ditangani secara konservatif maka dapat dilakukan operasi.
2. Eksplorasi
a. Indikasi absolute
b. Indikasi relative
7
BAB III
3.1 Pengkajian
1. Identitas Klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama,
suku bangsa, tanggal MRS, nomor registrasi, dan diagnose medis.
2. Keluhan utama
Klien datang dengan keluhan nyeri pinggang. Sifat keluhan nyeri dirasakan
terus menerus, dapat hilang atau timbul nyeri dalam waktu yang lama.
Keluhan yang menyertai biasanya mual, muntah dan panas.
3. Riwayat kesehatan sekarang
Pada sebagian besar penderita menimbulkan gejala nyeri yang disertai rasa
mual muntah.
4. Riwayat kesehatan dahulu
Dikaji apakah ada riwayat penyakit trauma ginjal atau yang berkaitan
dengan penyakit trauma ginjal.
5. Riwayat kesehatan keluarga
Didalam anggota keluarga tidak ada keluarga yang menderita penyakit
trauma ginjal.
8
3. Integritas ego
Gejala :faktor stress (keuangan, pekerjaan, perubahan peran dan cara
mengatasi stress (mis merokok, minum, alcohol, menunda pencarian
pengobatan, keyakinan/spiritual) menyangkal diagnosis, perasaan tidak
berdaya, putus asa, tidak mampu, rasa bersalah, kehilangan control, depresi.
Tanda :menyangkal, menarik diri, marah
4. Eliminasi
Gejala :perubahan pada pola defekasi, mis darah pada feses. Nyeri pada
defekasi, perubahan pada eliminasi urine, nyeri saat berkemih, hematuria
Tanda :perubahan pada bising usus, distensi abdomen
5. Makanan/cairan
Gejala :kebiasaan diet buruk (rendah serat, tinggi lemak). Anoreksia, mual
muntah, intoleransi makanan.
Tanda :perubahan pada kelembaban, turgor kulit
6. Neurosensori
Gejala :pusing, sinkop
7. Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri dengan derajat bervariasi, dari ringan sampai berat
8. Pernapasan
Gejala :merokok (tembakau, hidup dengan orang yang merokok), pemajana
abses
9. Keamanan
Gejala :pemajanan pada trauma, pemajanan kecelakaan
Tanda :terdapat lesi, perdarahan
10. Seksualitas
Gejala :masalah seksual missal dampak pada hubungan perubahan pada
tingkat kepuasan, nuligravida lebih besar dari usia 30 tahun. Multigravida,
pasangan seks multiple, aktivitas seksual dini, herpes genital
11. Interaksi sosial
Gejala :ketidakadekuatan/kelemahan sistem pendukung, riwayat perkawinan
(berkenaan dengan kepuasan dirumah, dukungan atau bantuan).
9
3.3 Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul
1. Nyeri berhubungan dengan adanya laserasi/luka diabdomen lateral
2. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan kantong fascia meluas
sampai ureter (trauma)
3. Ketidak efektifan perfui jaringan berhubungan dengan perdarahan hebat
pada dinding anterior aorta dan vena kava inferior
10
mendorong
penggunaan
relaksasi atau
latihan napas
dalam,
aktifitas
terapeutik.
Kolaborasi :
Berikan obat Menurunkan
sesuai nyeri,
indikasi. menentukan
Contoh : obat yang tepat
analgesic, untuk
relakson otot. mencegah
fluktuasi nyeri
berhubungan
dengan
tegangan.
Berikan Digunakan
pemanasan untuk
local sesuai meningkatkan
indikasi relaksasi,
meningkatkan
sirkulasi.
2. Gangguan Setelah Berkemih Mandiri :
eliminasi urine dilakukan dengan Awasi Memberikan
berhubungan intervensi jumlah pemasukan informasi
dengan trauma keperawatan normal dan dan tentang fungsi
kantong fascia selama 2 x pola pengeluaran ginjal dan
dan ureter 24 biasanya dan adanya
diharapakan karakteristik komplikasi.
urin normal urin Contoh :
11
infeksi dan
perdarahan
dapat
mengidikasika
n peningkatan
obstruksi atau
iritasi ureter
Kalkulus
dapat
menyebabkan
eksitabilitas
saraf, yang
menyebabkan
sensasi
kebutuhan
Tentukan berkemih
pola segera.
berkemih Biasanya
normal frekuensi dan
pasien dan urgensi
perhatikan meningkat bila
variasi. kalkulus
mendekati
pertemuan
uretro vesikal.
Peningkatan
hidrasi
membilas
bakteri, darah
dan debris dan
dapat
membantu
12
lewatnya batu.
Dorong Retensi urin
peningkatan dapat terjadi,
pemasukan menyebabkan
cairan distensi
jaringan
(kandung
kemih / ginjal)
dan potensial
resiko infeksi,
gagal ginjal.
Selidiki Peningkatan
keluhan BUN, kreatinin
kandung dan elektrolit
kemih penuh mengindikasik
; palpasi an disfungsi
untuk ginjal.
distensi
suprapubik.
Perhatikan
penurunan
keluaran
urin, adanya
edema
periorbital /
tergantung.
Kolaborasi :
Awasi Meningkatka
pemeriksaan n Ph urin
laboratorium. (alkalinitas)
Contoh : untuk
elektrolit, menurunkan
13
BUN, pembentukan
kreatinin. batu asam.
Berikan obat Adanya ISK/
sesuai alkalin urin
indikasi. potensial,
Contoh : pembentukan
azetazolamid batu.
(diamox),
alluporinol
(ziloprim).
Antibiotic
3.5 Imlementasi
Dilaksanakan sesuai dengan rencana tindakan, menjelaskan setiap tindakan
yang akan dilakukan sesuai dengan pedoman atau prosedur tekhnis yang
telah ditentukan.
3.6 Evaluasi
Pengukuran efektifitas intervensi askep yang telah disusun dan tujuan yang
ingin dicapai ada 3 kemungkinan:
1) Tujuan tercapai
2) Tujuan tercapai sebagian
3) Tujuan tidak tercapai
14
BAB IV
TINJAUAN KASUS
4.1 Pengkajian
1. Identitas
a. klien
Nama : Ny. Y Suku Bangsa : serawai
Umur : 40 th Pendidikan: SD
Jenis Kelamin : Pekerjaan : IRT
perempuan Tgl masuk RS : 13 Mei
Agama : islam 2012
Status Perkawinan : kawin No. Register : 15665
b. Penanggung Jawab
Nama : Tn. F Pekerjaan : swasta
Umur : 45 th Alamat : Hibrida 10
2. Riwayat kesehatan
Keluhan utama
Klien datang ke RS dengan keluhan utama nyeri dan distensi abdomen
Riwayat kesehatan sekarang
Ny. Y 40 tahun datang ke RS karena sudah beberapa bulan ini sering
sakit didaerah abdomen dan perutnya terasa kembung/penuh setelah dia
jatuh dari motor beberapa bulan yang lalu, tetapi klien tidak pernah
memeriksakan diri ke RS. Klien mengatakan nyeri panggul dan
abdominal, spasme otot, serta bengkk di panggul dan klien tampak
mringis dan memegangi perutnya, kalau sedang beraktivitas semakin
nyeri. Setelah dilakukan pemeriksaan penunjang pada hasil pemeriksaan
radiologi terjadi perdarahan didalam rongga peritoneum karena robekan
atau laserasi pada bagian ginjal. Teraba masa pada pinggang yang
terkena / trauma.Klien mengatakan kencingnya bercampur darah.Klien
mengatakan ada luka memar pada daerah pinggang setelah dia terjatuh.
15
Riwayat kesehatan dahulu
Klien tidak pernah menderita penyakit seperti yang dialami sekarang,
sebelum dia jatuh.
Riwayat kesehatan keluarga
Anggota keluarga klien tidak ada yang menderita penyakit seperti yang
dialami klien.
3. Riwayat kebiasaan sehari-hari
NO. Aktivitas Dirumah
1. Nutrisi
a) Makan
Frekuensi 3x sehari
Menu Nasi, lauk pauk
Porsi 1/2 piring
b) Minum
Jumlah Air putih 5 gelas, susu 1
gelas/hari
Air putih dan susu
Jenis minuman
c) Eliminasi
BAB
1 kali sehari
- Kebiasaan
Cokelat disertai kemerahan
- Warna
Khas
- Bau
Lembek
- konsistensi
BAK
8 kali sehari
- Kebiasaan
Kekuningan tetapi
- Warna
terkadang disertai
darah
Khas
- Bau
16
2. Istirahat tidur
Kebiasaan 4-5 jam/hari
Gangguan tidur Susah tidur
Memakai selimut Iya
3. Personal hygiene
Mandi 2 kali sehari
Gosok gigi 2 kali sehari
Cuci rambut 1 kali seminggu
4. Pola aktivitas Keterbatasan aktivitas
4. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum: lemah
Kesadaran : compos mentis
TTV : TD : 110/90 mmHg, N : 90x/i, RR : 20x/i, S : 370C
Kepala : bentuk simetris, rambut hitam, kepala bersih, tidak terdapat
tonjolan, penyebaran distribusi merata
Hidung : bentuk simetris, terdapat secret, berwarna kehijauan,
pernapasan cuping hidung
Mata : bentuk simetris, sclera an ikterik konjungtiva anemis, refleks
pupil (+), cahaya penglihatan berkunang-kunang.
Mulut: mukosa lembab, gigi lengkap
Telinga : bentuk simetris, fungsi pendengaran baik, dan tidak terdapat
serumen
Leher : bentuk simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, dan vena
jugularis, terdapat kesulitan menelan
Sistem respirasi :
Inspeksi : bentuk simetris
Palpasi : tidak ada massa
Sistem kardiovaskuler :
Inspeksi : bentuk simetris
17
Palpasi : tidak ada massa, tidak ada nyeri tekan
Perkusi : bunyi jantung redup
Auskltasi : vesikuler
Sistem perkemihan : nyeri saat defekasi, hematuria
Abdomen:
Inspeksi : distensi abdomen, warna kulit tidak sama dengan sekitar
Auskultasi: bising usus >12 kali
Perkusi : tympani
Palpasi : terdapat massa
Ekstremitas :
Ekstremitas atas : keterbatasan gerak
Ekstremitas bawah : keterbatasan gerak
5. Analisa Data
18
DO :
- Klien tampak mringis
dan kesakitan
- Teraba masa pada
pinggang yang
terkena / trauma.
- Pada pemeriksaan
radiologi terjadi
perdarahan didalam
rongga peritoneum
karena robekan atau
laserasi pada again
ginjal
- TTV :
TD : 110/90
ND : 90x/i
RR : 20x/i
S : 370C
19
nyeri dapat pilihan dan
terkontrol/hil keefektifan
ang intervensi
- Berikan - Meningkatka
tindakan n relaksasi,
kenyamanan. memfokuskan
Contoh : kembali
Pemijatan perhatian dan
punggung, dapat
membantu meningkatkan
pasien kembali
melakukan kemampuan
posisi koping
nyaman,
mendorong
penggunaan
relaksasi atau
latihan napas
dalam,
aktifitas
terapeutik
Kolaborasi:
- Berikan obat - Menurunkan
sesuai nyeri,
indikasi. menentukan
Contoh : obat yang
analgesic, tepat untuk
relakson otot mencegah
fluktuasi
nyeri
berhubungan
dengan
20
tegangan
- Berikan - Digunakan
pemanasan untuk
local sesuai meingkatkan
indikasi relaksasi,
meningkatkan
sirkulasi
21
Contoh : analgesic,
relakson otot
- Memberikan
pemanasan local
sesuai indikasi
22
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Saluran kemih (termasuk ginjal, ureter, kandung kemih dan uretra) dapat
mengalami trauma karena luka tembus (tusuk), trauma tumpul, terapi
penyinaran maupun pembedahan. Gejala yang paling banyak ditemukan
adalah terdapatnya darah di urin (hematuria), berkurangnya proses berkemih
dan nyeri. Beberapa trauma dapat menyebabkan nyeri tumpul,
pembengkakan, memar, dan jika cukup berat, dapat menurunkan tekanan
darah (syok).
5.2 Saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini dapat membantu perawatan
keluarga pasien yang mengalami trauma pada sistem urinaria. Dan sebagai
pedoman bagi seorang perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan
pada pasien yang mengalami penyakit trauma ginjal.
23
DAFTAR PUSTAKA
24