Anda di halaman 1dari 13

MULTIPLE ORGAN DYSFUNCTION

SYNDROME

Andhika Satriya
NIM 182310101112
Pengertian MODS
Sindroma Disfungsi Organ Multipel atau Multiple Organ
Dysfunction Syndrome (MODS) merupakan gangguan progresif
dan potensial reversibel dari dua sistem organ atau lebih setelah
adanya gangguan homeostasis sistemik yang akut dan
mengancam nyawa (Gourd & Nikitas, 2020). Didefinisikan pula,
adanya penurunan fungsi organ pada pasien dengan penyakit akut
yang menyebabkan ketidakmampuan untuk mempertahankan
homeostasis tanpa intervensi, biasanya melibatkan dua atau lebih
sistem organ. MODS masih menjadi penyebab kematian utama di
antara pasien yang membutuhkan perawatan ICU.
PATOFISIOLOGI MODS
Disfungsi organ pada pasien dengan penyakit kritis dapat dijelaskan dengan dua cara:
1.Sebagai intervensi klinis yang digunakan untuk mendukung sistem organ yang gagal
seperti ventilasi mekanik, hemodialisa, pemberian agen inotropik atau vasopresor,
pemberian nutrisi parenteral dll.
2.Sebagai kekacauan fisiologis akut yang membuat dukungan yang demikian menjadi
dibutuhkan.

Ciri histologis dari organ yang terlibat pada MODS kurang tercirikan dengan baik,
tetapi secara umum mencakup bukti adanya pembengkakan, peradangan, iskemia atau
nekrosis jaringan dan derajat yang beragam dari fibrosis dan perbaikannya. Perubahan
ini bertanggung jawab terhadap ciri klinis dari MODS pada setiap sistem penyusunnya
CON’T
1. Paru
Ciri khas ketidaknormalan pada paru adalah kegagalan pertukaran gas secara normal,
ditunjukkan terutama pada hipoksemia arteri. Berbagai faktor patologi berperan pada
pertukaran gas yang memburuk. Pada awal perjalanan cedera paru, atelektasis dan
trombosis intravaskular atau aliran regional yang berubah berperan pada
ketidaksesuaian ventilasi/perfusi, sedangkan peningkatan permeabilitas kapiler
menyebabkan terjadinya banjir pada alveolus dan peningkatan jarak difusi untuk
oksigen. Cedera regional yang terjadi akibat infeksi atau trauma berperan pada fungsi
paru yang memburuk. Dengan pemasangan dukungan ventilasi, cedera paru dapat
diperparah dengan adanya volutrauma dan barotrauma, mengakibatkan atelektasis lebih
lanjut dalam zona paru dependen, dan pembentukan kista dalam zona antidependen.
Akhirnya, proses perbaikan jaringan diawali dengan masuknya sel peradangan ke
dalam paru yang cedera, menghasilkan pembentukan fibrosis dan membran hialin, yang
merupakan ciri patologis utama dari ARDS tahap akhir.
CON’T
2. Ginjal
Penyebabnya adalah pra-ginjal dan ginjal. Penurunan aliran darah ginjal akibat hipotensi sistemik,
perubahan perfusi regional, atau peningkatan tekanan intra-abdominal merupakan faktor risiko dini;
Evolusi kelainan ini diperparah oleh defisit fisiologis yang sudah ada sebelumnya dan efek obat
nefrotoksik. Penyebab obstruktif harus dipertimbangkan dan disingkirkan. Seperti kasus cedera paru-paru,
intervensi ICU berkontribusi pada evolusi sindrom: agen vasopresor menyebabkan penurunan lebih lanjut
dalam aliran darah ginjal, sementara obat yang berpotensi nefrotoksik adalah bagian penting dari terapi
anti-infeksi yang digunakan di ICU.
3. Gastrointestinal
Disfungsi gastrointestinal pada penyakit kritis kemungkinan disebabkan oleh efek interaksi dari aliran
darah regional yang berkurang, gangguan motilitas, dan perubahan flora mikroba normal. Dahulu,
perdarahan gastrointestinal bagian atas atau ulserasi stres adalah manifestasi disfungsi usus yang paling
umum; komplikasi ini menjadi jarang dengan perbaikan dalam dukungan hemodinamik, diagnosis infeksi
lebih dini, dan penggunaan profilaksis yang efektif. Intoleransi pemberian makan melalui jalur enteral,
yang ditunjukkan dengan gejala kembung dan diare adalah perwujudan lain dari disfungsi usus. Namun,
berbeda dengan sistem organ lain, pengukuran klinis sederhana dari disfungsi usus tidak tersedia.
CON’T
Disfungsi hati pada MODS terlihat pada hiperbilirubinemia dan kolestasis, bukan pada bukti biokimia
dari cedera hepatoseluler atau disfungsi sintetik. Pola stereotip dari sintesis protein hati yang berubah -
respons fase akut - biasanya menyertai MODS sebagai perwujudan non-spesifik dari peradangan
sistemik. Kadar protein reaktif C serum dan anti-tripsin alfa-1 meningkat sebagai bagian dari respons
fase akut, sedangkan kadar albumin, reaktan fase akut negatif, mengalami penurunan.
4. Jantung
1)Penurunan tonus vaskular perifer secara umum, sebagian besar diperantarai melalui aktivitas
vasodilatasi lokal oksida nitrat
2)Peningkatan permeabilitas kapiler secara umum yang menghasilkan kebocoran kapiler difus dan
edema, dan berkontribusi terhadap disfungsi lebih lanjut dalam sistem organ lain
3)Perubahan aliran darah regional ke letak organ tertentu
4)Penyumbatan dan stasis mikrovaskuler, akibat penyumbatan mikrovaskulatur oleh eritrosit yang kaku
dan leukosit yang abnormal, dan mengakibatkan pirau arteriovenosa yang berkontribusi pada saturasi
vena campuran yang tinggi
5)Depresi otot jantung, terutama mempengaruhi sisi kanan jantung
KONSEP INFLAMASI PADA MODS
MODS muncul sebagai akibat dari produksi dan lepasnya sitokin dan
mediator lain oleh makrofag yang diaktifasi oleh endotoksin. Tumor
Necrosis Alpha (TNF-alpha), Interleukin 1 (IL-1), Interleukin 6 (IL-6),
Thromboxane а2, prostacyclin, platelet activating factor, dan nitric oxide
(NO) adalah mediator proinflamasi yang terlibat pada proses terjadinya
MODS. Mediator inflamasi tersebut pada akhirnya akan memicu terjadinya
inflamasi sistemik yang akan menyebabkan terjadinya kerusakan endotelial
yang menyebabkan kebocoran pada kapiler pembuluh darah dan
terbentuknya trombus 12 di sepanjang endotel yang rusak yang akan
memicu hipoperfusi pada end organ dan gangguan koagulasi.
RESPON IMUN DAN INFEKSI PADA MODS
Compensatory anti-inflamatory response syndrome (CARS) adalah fase hipoinflamasi
yang berevolusi sehingga dapat mengimbangi respon pro-inflamasi/ sistem inflamatory
response syndrome (SIRS). Namun CARS menekan imunitas, sehingga pasien
cenderung rentan terhadap penyakit sekunder akibat infeksi

Klasifikasi : Penyebab :
•Jaringan mati
•Primer = kegagalan karena cedera
•Jaringan cidera
•Defisit perfusi •Sekunder = kegagalan karena inflamasi sistemik
yang meluas akibat trauma
•Sumber inflamasi yang persisten
PENCEGAHAN PADA MODS
• Sebenarnya MODS sendiri lebih kearah komplikasi yang harus dicegah, daripada
suatu gangguan/ penyakit yang harus diobati.
• Hal ini karena MODS selalu muncul setelah aktivasi respon inflamasi sel hst.
Sehingga dapat dianggap sebagai akibat maladaptif dari peradangan akut seperti
akibat dari cedera dan infeksi
• Oleh karena itu perlu diperhatikan adanya potensi bahaya iatrogenik dalam
pemberian terapi pada pasien, baik terapi farmakologi maupun non-farmakologi
ASUHAN KEPERAWATAN PADA MODS
1) Pengkajian:
Dalam pemeriksaan fisik head to toe, maka akan ditemukan adanya beberapa hasil yang abnormal,
seperti:
1. Gg kardio: TD rendah, takikari, ph serum <7,24
2. Gg pernafasan: takipnea/ bradipnea drastis, perlu alat bantu nafas
3. Gg hepatik: keabnormalan pada jumlah bilirubin serta anti koagulan dan protrombin
2) Urutan gangguan sistem organ yang sering terjadi pada pasien oenderita MODS adalah :
1. Gg respirasi pada 72 jam pertama
2. Gg hati pada 5-7 hari
3. Gg intestinal pada 10-15 hari
4. Gg ginjal pada 11-17 hari
ASUHAN KEPERAWATAN PADA MODS
3) Diagnosa keperawatan
Beberapa contoh diagnosa keperawatan pada sistem pernafasan yang mungkin muncul adalah:
1. Gg pertukaran gas
2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
Daftar Pustaka
1. Gourd, N. M., & Nikitas, N. 2020. Multiple Organ Dysfunction Syndrome.
Journal of Intensive Care Medicine, 35(12), 1564–1575.
https://doi.org/10.1177/0885066619871452
2. Marshall, John C. 2001. Surgical Treatment: Evidence-Based and Problem-
Oriented. Zuckschwerdt. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK6880/
3. Suprayogi, Eko. Dkk. 2018. Sepsis Dan Disfungsi Multi Organ. Depok:
Universitas Indonesia
4. https://sinta.unud.ac.id/uploads/wisuda/1114108104-3-BAB%20II.pdf

Anda mungkin juga menyukai