Anda di halaman 1dari 13

RESUME JURNAL SPIRITUAL PADA PASIEN

PSIKOSOSIAL DAN BUDAYA DALAM KEPERAWATAN

Oleh :
Kelompok Spiritual Pasien
Kelas C

PROGRAM STUDI SARJANA ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2018
RESUME JURNAL SPIRITUAL PADA PASIEN

PSIKOSOSIAL DAN BUDAYA DALAM KEPERAWATAN

Disusun guna melengkapi tugas Mata Kuliah Psikososial dan Budaya dalam
Keperawatan dengan dosen pengampu Ns. Dini Kurniawati, S.Kep., M.Kep.,
Sp.Kep.Mat.
Oleh :
Rofifah Isro`atus S 152310101260 Andhika Satriya P 182310101112
Bintang Amzad J. F. 152310101268 Afifatul Mukaromah 182310101143
Amanda Intan Y 182310101104 Mellynia nur azizah 182310101132
Andina Yulia Dwi P 182310101105 Hilyatul muliya 182310101113
Widya Maulina C 182310101106 Naela Farah Anisa 182310101114
Faikotul Munawaroh 182310101111 Nabilla Novia Mahdi 182310101146
Risky Lukman S 182310101125 Fera Feroneka 182310101140
Raden Dhimas P 182310101126 Yusi Ayu Permatasari 182310101110
Andrian Dwi Y 182310101129 Devi Ruchama S 182310101141
Aditya Kusuma W 182310101134 Imanda Esa 182310101144
Vivi Wahyuningtyas 182310101133 Hani Febriyanti 182310101115
Dwi Setya Damayanti 182310101136 Maulidya Yuniar R. 182310101145
Dina Afkarina 182310101137 Anggini P. W 182310101103
Sinta Qur’aini 182310101138 Silvia Deres 182310101101

PROGRAM STUDI SARJANA ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2018
A. Spiritualitas pada Pasien Diabetes Mellitus
Spiritualitas menurut jurnal yang berjudul “Kemampuan Spiritualitas
dan Tingkat Stres Pasien Diabetes Mellitus Di Rumah Perawatan: Studi
Pendahuluan” ini merupakan suatu hal yang terpenting dalam hidup
seseorang, termasuk bagi pasien Diabetes Mellitus (DM). Dalam jurnal
digambarkan bahwa spiritualitas merupakan pengalaman yang paling tinggi
dan merupakan hubungan yang paling mendalam dirasakan terhadap Tuhan,
sesame manusia, maupun alam.Selain itu didalam jurnal juga menyebutkan
bahwa layanan keperawatan yang mencakup kebutuhan spiritual sangatlah
penting bagi pasien, seperti kepercayaan dan nilai, serta hubungan
spiritualitas dengan harapan, makna, dan tujuan dalam hidup.Pada penelitian
ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan mengenai
kemampuan spiritualitas dengan tingkat stres pasien DM di Rumah
Perawatan, tetapi menunjukkan bahwa responden yang memiliki tingkat
stres normal memiliki tingkat kemampuan spiritualitas yang tinggi. Selain
itu juga dijelaskan bahwa dibutuhkannya staf perawat klinis yang
mempunyai kompetensi cukup tinggi untuk meningkatkan dan menjaga
kemampuan spiritualitas pasien dengan cara mengingatkan kepada tuhan,
alam, dan berbuat baik kepada sesama, serta menjaga kualitas pemberian
manajemen stres pada pasien DM.

Sedangkan pada jurnal yang berjudul “Konsep Spiritualitas dan


Religiusitas (Spiritual and Religion) dalam Konteks Keperawatan Pasien
Diabetes Melitus Tipe 2”, menyebutkan bahwa pasien dengan diabetes dua
kali lebih beresiko memiliki status kecemasan,depresi dan masalah
psikologis yang serius. Tekanan psikologis pasien yang mengalami diabetes
militus sering dikaitkan dengan kesejahteraan spiritual dan kepatuhan
religus.Sebuah survei menyimpulkan bahwa tema paling dominan dan
paling konsisten yang muncul pada kelompok khusus ini adalah spiritualitas
sebagai faktor penting dalam kesehatan umum, penyesuaian penyakit dan
mengatasi penyakit.Hubungan spiritualitas dengan keadaan pasien diabetes
militus kita sebut dengan istilah peran spiritualitas.Peran spiritualitas dapat
di jelaskan dalam konteks keyakinan yang dieksplorasikan pada konsep
keimanan.Dalam hal ini menjadi penting untuk mempelajari istilah iman,
tuhan,cobaan,rasa syukur dan nikmat sesuai keyakinan pasien. Peran konsep
Tuhan bagi penderita diabetes sangat menentukan kondisi psikologis pasien
berkaitan dengan asal usul penyakit dan ketentuaan Tuhan, konsep ini
memberikan ketenangan bagi pasien bila selalu mengkaitkan bahwa kondisi
yang dialami tidak bisa lepas dari kentutan tuhan dan penyakit akan menjadi
lebih baik karena kehendak dan ketetapan tuhan. Penyakit DM tipe 2 yang
diderita beberapa pasien dapat mengganggu psikologi pasien bahkan
terkadang sering disangkut pautkan dengan masalah kejiwaan.tekanan
psikologi terkadang dapat disebabkan karena kurangnya pemahaman
spiritual,dari hasil data percobaan yang dilakukan pada beberapa pasien
dewasa DM tipe 2 yang dihubungkan dengan beberapa variabel internal
yang berkaitan dengan spiritualitas.Hasil yang didapat ialah spiritualitas
seseorang sangat menentukan keberhasilan penyembuhan penyakit penyakit
kronis.

B. Spiritualitas pada Pasien Kanker


Perempuan yang didiagnosis kanker serviks danyang sedang menjalani
penanganannya dapat me-ngalami peningkatan masalah depresi,
cemas,marah, dan bingung (Bradley, et al., 2006).. dalam Lee, et al. (2007),
menerangkan bahwa perempuanAsia yang menderita kanker payudara
menunjukkanpenyakit yang dideritanya adalah keinginan Tuhandan Dia
mempunyai kekuasaan untuk menentukanhasil akhir dari penyakit
tersebut.Keyakinan akan kekuasaan Tuhan tersebut menjadi-kan partisipan
dalam penelitian ini, yaitu pasrah,ikhlas, dan menerima takdir yang diberikan
olehTuhan. Respon berduka telah memasuki masapenerimaan jika individu
telah menerima kondisi dankonsekuensi yang dialaminya (Ulrich,
2008).Pada tahap ini penderita kanker telah mendapat-kan kekuatan diri
untuk berjuang melawan kankeryang dialaminya. Melalui kekuatan tersebut
timbulharapan dalam menjalani kehidupan dengan pen-deritaan. Harapan
merupakan salah satu domainspiritual dari pemahaman individu terhadap
kehidup-an sehingga harapan merupakan dasar dari aspek spiritual. Namun
demikian, setiap penderita memaknai kankerserviks yang dideritanya secara
beragam. Kankerserviks diyakini sebagai ujian, penghapus dosa,hukuman,
teguran, bahkan dirasakan sebagai nikmatoleh penderita kanker. Craven dan
Hirnle (2003)mengungkapkan bahwa seseorang yang merasa-kan suatu
peristiwa yang menimpanya merupakan suatu ujian yang dilimpahkan
kepadanya, makaakan meningkatkan kedalaman spiritual dan ke-mampuan
kopingnya untuk memenuhi kebutuhan spritualnya. Yang dilakukan oleh
Ashing, et al.Berdoa merupakan terapi spiritual yang sering di-lakukan oleh
penderita kanker (Taylor, 2005). Dalampenelitian yang dilakukan oleh
Wells, et al. (2000)mengungkapkan bahwa doa merupakan salah satudari
enam terapi komplementer yang dipilih olehpenderita kanker serviks.
Greenwald dan McCorkle(2007) menyebutkan bahwa kepuasan akan dirasa-
kan perempuan dengan kanker serviks ketika diri-nya berdoa.Harapan pada
perempuan dengan kanker serviksjuga dapat meningkat dengan adanya
dukungansosial. Perempuan dengan kanker serviks padapenelitian ini juga
mendapatkan dukungan emosional,finansial, informasi, dan spiritual.
Menurut Lin danBauer (2003), bahwa faktor penentu pencapaian ke-
sejahteraan psikososial diantaranya adalah dukung-an keluarga dan
dukungan sosial.Keluarga merupakan sistem sosial yang memilikipengaruh
besar terhadap kehidupan perempuan yang mengalami penyakit kanker
serviks.

C. Spiritualitas pada Lansia


Spiritual menurut jurnal yang berjudul “Hubungan Status Spiritual Dengan
Kualitas Hidup Pada Lansia”Hasil studi menunjukkan bahwa pada lansia
yang mencapai usia 70 tahun, maka lansia tersebut berada pada level dimana
penyesalan dan tobat berperan dalam penebusan dosa-dosa. Tobat dan
pengampunan dapat mengurangi kecemasan yang muncul dari rasa bersalah
atau ketidaktaatan dan menumbuhkan kepercayaan serta kenyamanan pada
tahap awal iman. Hal ini memberikan pandangan baru bagi lansia terhadap
kehidupan yang berhubungan dengan orang lain dan penerimaan yang positif
terhadap kematian.Spiritual merupakan dimensi kesejahteraan bagi lansia
serta dapat mengurangi stres dan kecemasan, mempertahankan keberadaan
diri sendiri dan tujuan hidup. Spiritual secara signifikan dapat membantu
lansia dan memberi layanan untuk beradaptasi terhadap perubahan yang
diakibatkan oleh penyakit kronis. Lansia yang memiliki pemahaman spiritual
akan merasakan hubungan yang baik dengan orang lain sehingga dapat
menemukan arti dan tujuan hidup, hal ini dapat membantu lansia mencapai
potensi dan peningkatan kualitas hidupnya Agama dan spiritual adalah
sumber koping bagi lansia ketika ia mengalami sedih, kesepian dan
kehilangan.
Sedangkan pada jurnal yang berjudul “Penurunan Tingkat Depresi Pada
Lansia Dengan Pendekatan Spiritual” Stres, menurunnya kemampuan fungsi
fisik, mental yang negatif serta rendahnya nilai spiritual yang dimiliki lansia
menyebabkan terjadinya depresi. Depresi pada lanjut usia perlu penanganan
yang tepat. Dalam masalah depresi yang terjadi pada lansia peneliti
mengangkat sebuah masalah yang diteliti yaitu pengaruh bimbingangan
spiritual menurut ajaran islam terhadap perubahan score (tingkat) depresi
pada lanjut usia sebagai pendekatan baru dalam bidang keperawatan gerontik
untuk menangani masalah depresi yang dihadapi oleh lanjut usia di wilayah
RT 04 Kedung Tarukan Wetan Surabaya. Dengan metode wilcoxon sign
rank test menunjukkan tingkat signifikasi p = 0,005 sehingga peneliti
mengetahui bahwa terdapat pengaruh yang signifikan bimbingan spiritual
menurut ajaran islam terhadap perubahan score (tingkat) depresi pada lanjut
usia di wilayah RT 04 Kedung Tarukan Wetan Surabaya. Nilai rerata score
(tingkat) awalnya 11,4 kemudian menjadi 5,4 setelah diberi perlakuan
bimbingan spiritual menurut ajaran islam ini menunjukkan responden
mengalami penurunan score (tingkat) depresi. Kegiatan-kegiatan yang
bermanfaat seperti bimbingan spiritual menurut ajaran islam ini dapat
membantu lanjut usia dalam mengatasi depresinya.Karena dengan kegiatan
ini, lanjut usia menjadi mempunyai aktivitas yang dapat menghilangkan
stresnya. Keadaan setelah mengikuti bimbingan spiritual menurut ajaran
islam akan bertahan bahkan lebih baik jika keluarga atau orang-orang
terdekat memberikan dukungan penuh terhadap keadaan yang dialami lanjut
usia. Dengan adanya penguatan tersebut lanjut usia dapat menerima setiap
keadaan yang dialami pada masa tuanya dengan iklas. Pendekatan
keagamaan yang dilakukan melalui bimbingan spiritual menurut ajaran
islamdapat membantu munculnya koping positif yang mempengaruhi
persepsi dan emoosi lanjut usia dalam memandang masalah. Pemikiran-
pemikiran dari ajaran agama mengandung tuntunan bagaiman manusia
terbebas dari rasa tegang, cemas depresi dan sebagainya, sehingga dapat
meningkatkan kemampuan lanjut usia beradaptasi terhadap segala perubahan
dan stress lingkungan yang menyebabkan seringkali depresi.
Pada jurnal lain yang berjudul “Masa lanjut usia (lansia) atau menua
merupakan tahap paling akhir dari siklus kehidupan seseorang”Pada tahun
2009 WHO menyatakan bahwa masa lanjut usia menjadi empat golongan,
yaitu usia pertengahan (middle age) 45-59 tahun, lanjut usia (elderly) 60-74
tahun, lanjut usia tua (old) 75–90 tahun dan usia sangat tua (very old) di atas
90 tahunDalam perspektif perkembangan, lansia akan mengalami
kemunduran dalamberbagai kemampuan yang pernah mereka miliki dan
mengalamimasalah sosial, berupa keterasingan dari masyarakat Para lansia
juga menghadapi masalah psikologis, yaitu munculnya kecemasan dalam
menghadapi kematian pada lanjut usia.Peningkatan kesadaran mengenai
kematian timbul ketika individu beranjak tua, yang menandakan bahwa usia
paruh baya merupakan saat orang dewasa mulai berpikir tentang berapa
waktu yang tersisa di dalam hidup mereka. Rasa cemas terhadap kematian
disebabkan oleh kemtian itu sendiri, apa yang akan terjadi sesudah kematian,
bagaimana dengan sanak keluarga yang ditinggalkan, dan sebagainya.
Kecemasan tersebut semakin membuat para lansia tidak siap untuk
menghadapi kematian. Menurut Meiner, kesiapan lansia saat menjelang
kematian dipengaruhi dalam beberapa aspek, yaitu aspek psikologis, sosial,
fisik dan spiritual.
Spiritual merupakan aspek yang di dalamnya mencakup aspek-aspek
yang lain, yaitu fisik, psikologi dan sosial. Spiritualitas merupakan hubungan
yang memiliki dua dimensi, yaitu antara dirinya, orang lain dan
lingkungannya, serta dirinya dengan Tuhannya (Hamid, 2009). Spiritualitas
merupakan hubungan yang memiliki dimensi-dimensi yang berupaya
menjaga keharmonisan dan keselarasan dengan dunia luar, menghadapi stres
emosional, penyakit fisik dan kematian (Hamid, 2009).Spiritualitas lansia
yang sehat dapat mem-bantu lansia dalam menjalani kehidupan dan
mempersiapkan dirinya dalam menghadapi kematian.

Kesehatan spiritual yang baik dapat membantu lansia dalam menghadapi


kenyataan, merasa memiliki harga diri dan menerima kematian sebagai
sesuatu yang tidak dapat dihindari.Penulis melakukan wawancara terhadap
salah satu lansia di Panti Wredha Salib Putih Salatiga.Para lansia
melaksanakan ibadah sebanyak empat kali dalam seminggu.Meskipun
demikian, masih banyak lansia yang masih memiliki rasa takut terhadap
kematian.

Adapun beberapa kategori yang mendeskripsikan kesehatan spiritualitas


lansia yaitu:

1. Makna Hidup

Makna hidup adalah sesuatu yang dianggap paling benar, penting,


dan berharga karena memberikan nilai tersendiri bagi seseorang dan dapat
dijadikan sebagai tujuan hidup.Bastaman (2007) menyatakan bahwa
seseorang yang memiliki hidup yang bermakna dapat membuatnya
menghayati hidupnya dengan menunjukkan semangat dan gairah hidup,
serta menjauhkan mereka dari perasaan hampa dan tidak berguna. Hidup
yang memiliki tujuan yang jelas akan menjadikan seseorang terarah dan
menge-tahui apa yang akan hendak ia lakukan. Bila tujuan hidup terpenuhi
maka kehidupan akan dirasa berguna dan bermakna, serta menimbulkan
perasaan bahagia dan berharga.
1. Konsep Agama dan Ketuhanan

Benson (2000) menyatakan bahwa doa yang dilakukan berulang-


ulang (repetitive prayer) akan membawa berbagai perubahan fisiologis,
seperti berkurangnya kecepatan detak jantung, menurunnya kecepatan
nafas, menurunnya tekanan darah, melam-batnya gelombang otak dan
penguranganmenyeluruh kecepatan metabolisme. Kondisi ini disebut
sebagai respon relaksasi (relaxation response).

2. Hubungan Dengan Keluarga


Hubungan yang baik menimbulkan perasaan senang pada lansia
serta membuat mereka merasa ada yang mengurus dan memenuhi
kebutuhan di masa tua mereka.Konteks ini sejalan dengan yang disebutkan
oleh Bandiyah (2013) bahwa peran keluarga bagi lansia adalah menjaga
dan merawat lansia, memberikan motivasi, mengantisipasi peru-bahan
ekonomi, serta mempertahankan status mental dan memfasilitasi
kebutuhan spiritualitas lansia.Pemenuhan dukungan keluarga (family
support) secara emosional menimbulkan perasaan yang bahagia pada
lansia (Boyles, 2008).
Dapat disimpulkan bahwa kesiapan lansia dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu pengertian mengenai kematian, pengalaman
kehilangan, tempat yang diinginkan ketika menghadapi kematian, orang
yang akan mendampingi ketika kematian dan tempat yang dituju setelah
kematian, sedangkan ketidaksiapan lansia dalam menghadapi kematian
dipengaruhioleh perbuatan yang dilakukan semasa lansia hidup maupun
faktor keluarga seperti masih ingin hidup lebih lama bersama
keluarga.Kesehatan Spiritual dan Kesiapan Lansia dalam Menghadapi
Kematian.
D. Spiritual pada Pasien Stroke
Spiritual menurut jurnal yang berjudul “Terapi Psikospiritual Pada Lansia
Dengan Stroke “ Lansia rentan terkena penyakit tertentu seperti stroke,
diabetes melitus, gangguan jantung dan hipertensi. Salah satu upaya
penanganan stroke adalah dengan pemberian terapi psikospiritual pada
lansia.Terapi psikospiritual dapat menurunkan tingkat kecemasan lansia dan
menambah kedekatan lansia dengan Sang Pencipta.

Definisi spiritual lebih sulit dibandingkan mendifinisikan agama/religion,


dibanding dengan kata religion, para psikolog membuat beberapa definisi
spiritual, pada dasarnya spitual mempunyai beberapa arti, diluar dari konsep
agama, kita berbicara masalah orang dengan spirit atau menunjukan spirit
tingkah laku . kebanyakan spirit selalu dihubungkan sebagai factor
kepribadian. Secara pokok spirit merupakan energi baik secara fisik dan
psikologi.Spiritual juga berarti mempunyai ikatan yang lebih kepada hal
yang bersifat kerohanian atau kejiwaan dibandingkan hal yang bersifat fisik
atau material.Kemudian unutk komponen spiritual dan tumbuh kembang
merujuk pada pengertian hubungan individu dengan alam semesta dan
persepsi individu tentang arti kehidupan.
Psikospiritual juga berhubungan dengan kejiwaan.Jiwa yang sehat
umumnya bersumber dari ahlak terpuji, sebaliknya jiwa yang sakit
bersumber dari ahlak tercela.Selanjutnya ahlak terpuji merupakan sifat dan
amal utama para rasul dan al-shiddiqin.Sebaliknya ahlak tercela merupakan
sifat dan pekerjaan setan dan menjauhkan orang dari Allah SWT. Ke’itidalan
dan kebagusan ahlak , serta kesehatan jiwa tersebut antara lain dapat pula
pula dengan menjaga ke’itidalan kekuatan akal, kesempurnaan hikmat,
ke’itidalan kekuatan marah dan hawa nafsu dan serta ketaatan kedua
kekuatan ini kepada akal dan agama. Dengan demikian kesempurnaan
kebahagiaan jiwa bisa diperoleh melalui spiritualisasi islam. Seseorang yang
banyak melakukan amal saleh maka ia akan lebih dekat kepada Allah SWT
sebagai sang khaliq, melalui pengalaman-pengalaman spiritualnya yang
awal mulanya selalu jauh/belum dekat kepada Allah yang selalu menuruti
hawa nafsunya karena belum memahami hakekat akal dan agama.
Maka dapat disimpulkan bahwasannya stroke merupakan penyakit yang
sering dialami oleh lansia.Salah satu penanganannya yang dapat dilakukan
adalah pemberian terapi psikospiritual pada lansia.Terapi ini selain dapat
menurunkan menenangkan batin juga terbukti dapat meningkatkan
kedekatan antara lansia dengan Allah SWT.

E. Spiritual Pada Penderita Penyakit Kronis

Keluarga dengan anak penderita penyakit kronis membutuhkan dukungan


baik secara moril maupun spiritual. Dukungan akan kebutuhan spiritual tidak
jarang dianggap hal yang kurang penting. Keluarga melaporkan belum
terpenuhinya kebutuhan spiritual selama menunggu anak di rumah sakit.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kebutuhan
spiritual manakah yang paling dibutuhkan keluarga dengan anak penderita
penyakit kronis di ruang rawat inap anak RS Al Islam Bandung.
Lebih dari 10 % populasi anak-anak di dunia menderita penyakit kronis dan
1-2% diantaranya dalam kondisi yang sangat serius (Eiser, 2008). Menurut
data WHO (2013), kanker merupakan penyakit kronis penyebab kematian
kedua setelah penyakit kardiovaskuler dengan persentase sebesar 13%. Di
Indonesia sendiri belum ada data pasti mengenai jumlah anak penderita
penyakit kronis. Namun, menurut hasil Riset Kesehatan Dasar Indonesia
(2013), penyakit saluran pernafasan berada diurutan pertama dan diikuti oleh
penyakit kardiovaskuler sebagai penyakit yang banyak diderita oleh anak-
anak.
Situasi-situasi tersebut menyebabkan anggota keluarga dipaksa untuk
beradaptasi terhadap setiap perubahan dalam hidupnya, bila adaptasi terhadap
perubahan ini berhasil maka keluarga dapat memfasilitasi pertumbuhan dan
perkembangan anak dengan benar. Untuk itu orang tua harus mampu menjaga
keseimbangan batin mereka, salah satunya adalah dengan pemenuhan
kebutuhan spiritual
Kebutuhan terhadap Tuhan, menjaga selalu berfikiran positif, dan
menemukan adanya kekuatan yang memberikan kedamaian dalam hidup
merupakan spirit atau energi untuk memelihara pasien dan keluarganya dan
mengisi kembali semangat mereka. Tingginya kebutuhan terhadap hal
tersebut menunjukan bahwa kebutuhan tersebut sangat penting dirasakan oleh
keluarga.
Berdasarkan hasil penelitian “gambaran kebutuhan spiritual keluarga dengan
anak penderita penyakit kronis di ruang rawat inap anak Rumah Sakit Al
Islam Bandung” dapat disimpulkan bahwa dimensi keyakinan (beliefs)
sebesar 57,4 % merupakan dimensi tertinggi, diikuti oleh dimensi kekuatan
(strengths) sebesar 57,1 % dan dimensi Family’s preference sebesar 52,3 %

Anda mungkin juga menyukai