Anda di halaman 1dari 5

Percakapan dengan Klien

Kasus: Nyoya W berusia 42 th masuk RSI Soebandi pada tanggal 20 Januari


2019 dengan keluhan sering pusing, jantung berdebar, mual, terkadang sampai
muntah. Keluhan ini sering dirasakan sejak bencana gempa bumi ± 2 bulan yang
lalu terjadi di kotanya sehingga membuat suaminya meninggal dunia dan dia
harus kehilangan salah satu kaki karena diamputasi. Aktivitas klien mulai terbatas
karena merasa tak berdaya dan putus asa dengan kondisi fisiknya sehingga klien
kesulitan tidur.. Klien mengatakan malu, dan merasa pasrah dengan kondisinya
saat ini, klien hanya bisa berdoa kepada Allah SWT atas kondisinya.

1. Tahap Orientasi
Perawat : Selamat pagi ibu, perkenalkan nama saya perawat Ninda
yang akan merawat ibu pada shift pagi ini dari pukul 07.00-
13.00. Bisa tolong disebutkan ibu nama lengkap dan tanggal
lahirnya?
Pasien : Nama saya Sarasati Laras mbak.. tanggal lahirnya 25
desember 1977
Perawat : Sebelumnya, ibu suka dipanggil dengan sebutan apa nggeh?
Mungkin ada panggilan kesukaan ibu
Pasien : Panggil Saras aja mbak..
Perawat : Boleh.. saya panggil Ibu saras yaa. Bagaimana ibu kabarnya
hari ini?
Pasien : Saya tidak tahu sus
Perawat : (tersenyum sambil mengelus punggung tangan) iya tidak
apa-apa ibu bisa perlahan-lahan mencurahkan isi hati ibu..
Tidurnya gimana Bu semalam?
Pasien : Sebenarnya saya sulit tidur sus, rasanya semakin malam
semakin sulit memjamkan mata
: Ibu tidurnya bersama siapa di rumah Bu?
Pasien : Sama anak saya sus.. saya hanya tinggal berdua sama dia.
Anak saya kelas 6 SD, suami saya sudah tidak ada
: (Mengelus punggung tangan) Begitu ya bu.. kalau sulit tidur
begitu biasanya ibu melakukan apa? Mungkin suatu hal yang
bisa membuat ibu mengantuk
Pasien : Saya hanya berdzikir mbak.. sambil menatap anak saya satu-
satunya, miris hati saya setiap lihat dia harus putus sekolah
karena musibah ini sampai saya harus kehilangan kaki
Perawat : Lalu apa dengan begitu ibu bisa tertidur?
Pasien : Biasanya saya sambil menangis mbak.. jadi mungkin sampai
capek nangis ya
Perawat : Ada hal lain mungkin bu yang ibu lakukan?
Pasien : Sudah mbak itu saja
: Selain sulit tidur apa ibu ada keluhan lain?
Pasien : Iya mbak saya suka pusing, berdebar-debar, mual dan
kadang muntah apalagi kalau memaksakan makanan habis
satu porsi
Perawat : Kalau begitu saya cek dulu ya Bu tekanan darah dan nadinya
ya Bu, mungkin membutuhkan waktu 3-5 menit disini
tujuannya agar mengetahui tekanan darah dan nadi ada di
rentang berapa agar ibu berceritanya juga rileks nggeh bu,
apakah ibu bersedia?
Pasien : Iya mbak
Perawat : Ada yang ditanyakan bu sebelum saya mulai?
Pasien : Belum mbak
Perawat : Ibu posisinya sudah nyaman?
Pasien : Sudah mbak
Perawat : Baik kalau gitu saya ambil dulu ya Bu peralatannya
( Jaga privasi klien: tutup tirai)
2. Tahap Kerja
Perawat : Permisi ya Bu, saya angkat dulu lengan bajunya
Pasien : Iya mbak
Perawat : (Mengecek tekanan darah dan nadi) Ibu tekanan darahnya
120/80 mmHg lalu nadinya 80x/menit nggeh, itu artinya
termasuk dalam rentang normal ya bu..
Pasien : Alhamdulillah mbak saya merasa lega kalau normal
Perawat : Iya bu.. ibu merasa berdebar-debar saat kapan, Bu?
Pasien : Ya kalau malam hari itu mbak kalau sudah segalanya ada di
pikiran saya, saya jadi pusing gatau harus apa, gak bisa tidur
akhirnya
Perawat : Hal seperti apa yang biasanya mengusik pikiran ibu di
malam hari? Mungkin ibu bisa bercerita perlahan
Pasien : Ya itu mbak tentang keadaan saya saat ini. Saya rasanya gak
berdaya, diatas kasur hanya bisa dibantu Tina, anak saya.
Melihat tina putus sekolah membuat saya merasa tidak
berguna menjadi ibu. Dia harus berjualan gorengan untuk
makan setiap hari. Saya sudah pasrah, gak tau lagi mbak
harus apa
Perawat : Lalu apakah tina pernah mengeluh kepada Ibu?
Pasien : Tidak sama sekali mbak. Dia sangat berbakti pada saya, dia
juga rajin belajar sendiri pakai buku-buku pinjam dari anak
tetangga saya. Saya sangat merasa bersalah dan tidak
berguna sebagai ibu, itu alasan saya tidak bisa tidur setiap
malam. Memikirkan nasib kami sekarang dan hati saya yg
selalu menyangkal keadaan ini.
Perawat : Apakah ada hal yang ibu rasa sangat mengganggu selain
yang ibu ceritakan?
Pasien : (menundukkan pandangan) hmm tidak sus. Tidak tahu
Perawat : (mengelus tangan) Iya nggakpapa bu pelan-pelan saja, saya
disini akan membantu dan mendengarkan ibu
Pasien : Saya tidak suka mengingat bencana itu mbak, maaf
Perawat : Baik kalau begitu, bu.. tidak apa-apa. Lalu keinginan besar
ibu untuk saat ini apa, Bu?
Pasien : Saya hanya ingin berguna untuk anak saya sus
: Bu, disini sebelumnya akan bercerita tentang teman saya dan
ibunya yang juga menjadi korban akibat bencana alam
tersebut. Mungkin sedikit berbeda, dia kehilangan anak
kedua dan suaminya saat bencana itu. Sama seperti ibu,
berbulan-bulan ibu teman saya terpuruk dan tidak mau
melakukan apapun. Dia merasa putus asa bahkan ingin
bunuh diri, namun setelah teman saya mendatangkan saudara
ibunya yang tinggal diluar kota, akhirnya ibu ini dapat
bercerita dan mencurahkan isi hati dan pikirannya. Dia tidak
lagi mengurung diri dan menarik dari lingkungannya, dia
melakukan hal yang bisa dia kerjakan dan bangkit demi
anaknya. Nah, ibu tadi cerita kalau ingin yang terbaik untuk
anak ibu. Jadi setiap ibu merasa tidak berdaya dan putus asa,
ibu bisa mengingat anak ibu sebagai sumber kekuatan ibu
agar ibu bisa semangat lagi. Kalau ibu bahagia, pasti Tina
juga lebih bahagia kan, Bu?
Pasien : (menangis) iya mbak.. ya Allah tina, harta saya satu-satunya
saat ini..
Perawat : (mengelus punggung tangan) Iya.. ibu tadi cerita Tina
berjualan gorengan ya Bu? Siapa bu yang mengajarkan?
Pasien : Saya mbak.. dulu kami suka membuat kue untuk almarhum
suami saya
Perawat : Wah ibu jago masak yang Bu.. ini bisa ibu jadikan pengalih
setiap ibu memiliki pikiran yang buruk. Nanti ibu dan tina
bisa saling tolong-menolong saat membuat kue dan
gorengan untuk dijual dan dititipkan
Pasien : iyaya sus..
Perawat : Ibu juga bisa bercerita ke orang terdekat ibu tentang apa
yang ibu rasakan. Itu hal yg lumrah bu agar kita bisa merasa
lega
Pasien : Saya tidak punya saudara sus, orang tua saya sudah
meninggal, dan sebenarnya saya juga malu untuk bertemu
tetangga karena keadaan saya ini
Perawat : Apakah tetangga ibu pernah berperilaku tidak
menyenangkan terhadap ibu?
Pasien : Tidak mbak sebenarnya tetangga saya baik dan perhatian
pada Tina, mereka sering memberikan makanan pada kami
bahkan tina diberi uang untuk membawa saya ke rumah sakit
saat ini
Perawat : Dari cerita ibu, ibu juga bilang kalau tetangga ibu baik dan
perhatian. Pasti mereka khawatir karena ibu menjauh dan
tidak ingin ditemui. Mungkin sedikit sulit, tapi saya percaya
ibu pasti bisa, dimulai dari tetangga yang sering berkunjung
ke rumah, nanti ibu perlahan mulai menemui ya bu? Bisa
dengan tersenyum, menyapa, dan memulai obrolan. Nah dari
situ ibu nanti akan terbiasa dan merasa nyaman kembali
untuk berkomunikasi
Pasien : Begitu ya mbak. Iya mbak saya paham
Perawat : Nah mungkin ada yang mau ditanyakan bu?
Pasien : Belum mbak

3. Tahap Terminasi
Perawat : bagaimana bu perasaanya setelah berbincang dengan saya?
Pasien : Saya lega sekali mbak, terimakasih mbak
Perawat : kalau begitu bisa tolong ulangi bu, hal-hal yang bisa ibu
mulai lakukan ketika merasa sedih dan pikiran negatif
datang?
Pasien : hmm.. saya harus bangkit demi anak saya, mulai bersapa
dengan tetangga, dan melakukan hal yang saya sukai. Begitu
ya mbak?
Perawat : Benar sekali bu.. jadi nanti sewaktu ibu dirumah ibu bisa
melakukkan hal yang tadi kita diskusikan itu ya bu..
Pasien : iya mbak
Perawat : Mungkin ada yang ditanyakan lagi bu?
Pasien : Belum mbak
Perawat : Baik kalau begitu saya permisi dulu ya Bu, nanti saya akan
kembali pada pukul 08.00 untuk membantu ibu minum obat
ya bu, terimakasih bu atas kerjasamanya ibu baik sekali.
Saya permisi dulu ya bu..
Pasien : Iya mbak sama-sama

Anda mungkin juga menyukai