Anda di halaman 1dari 7

Nama : Andhika Satriya

NIM : 182310101112

Health Belief Model

Health Belief Model ( HBM ) merupakan suatu model yang memiliki tiga
kata utama sebagai sebuah konsep, yaitu Health, believe, dan modal. Health dapat
diartikan sebagai suatu keadaan sempurna baik fisik, mental, dan social, tidak
hanya terbebas dari penyakit cacat ( WHO, 2017 ). Sedangkan menurut Glanz, et
al. ( 2002 ). Health Belief Model merupakan suatu model kognitif yang mana
dapat dipengaruhi oleh informasi yang didapat dari lingkungan sekitar. Health
Belief Model menjelaskan bahwa suatu tindakan individu melakukan tindakan
pencegahan terhadap suatu penyakit tergantung pada keyakinan mereka sendiri.

Health Believe Model merupakan suatu penjabaran dari social – psikologi.


Model ini diciptakan dikarenakan adanya masalah masalah kesehatan yang mana
sering gagal dilakukan oleh masyarakat dalam menerima usaha pencegahan dan
penyembuhan penyakit yang diselenggarakan oleh provider kesehatan (
Notoamojo, 2007 ).

Teori ini digunakan untuk menjelaskan perubahan dan pemeliharaan suatu


perilaku yang berhubungan dengan kesehatan dan juga sebagai bentuk orientasi
intervensi perilaku kesehatan. Teori HBM ini digunakan untuk memprediksi
mengapa masyarakat / orang akan mengambil tindakan mencegah, menyaring,
ataupun men gendalikan kondisi penyakit. HBM terdiri dari beberapa komponen

 Kerentanan yang dirasakan/Perceived Susceptibility


 Keseriusan yang dirasakan/ Perceived Severity
 Persepsi Hambatan/Perceived Barrier
 Kemampuan diri yang dirasakan/Self Efficacy
 Isyarat Bertindak/ Cues to Action
 Manfaat yang dirasakan/Perceived Benefit)
Dari beberapa jurnal yang telah saya dapatkan, saya mengangkat suatu
kasus Perilaku penggunaan Kacamata Pelindung dalam suatu perusahaan.
Dikarenakan menurut International Labour Organization ( ILO ), secara global /
mendunia, terdapat 250 juta kecelakaan yang terjadi di tempat kerja setiap
tahunya dan 160 juta pekerja menjadi sakit akibat bahaya di tempat kerja.
Kemudian sekitar 1,2 juta pekerja meninggal akibat kecelakaan dan sakit ditempat
kerja.

Faktor-faktor yang dapat memengaruhi kejadian kecelakaan tersebut


diantaranya adalah kurangnya pengetahuan mengenai bahaya dari pekerjaan,
kesadaran dan komitmen dalam penggunaan alat pelindung diri, ketersediaan alat
pelindung diri yang memadai serta belum adanya sosialisasi atau prosedur
operasional standar yang jelas berkaitan dengan kesehatan dan keselamatan kerja
di rumah sakit. Kecelakaan kerja secara umum disebabkan oleh 2 hal pokok, yaitu
perilaku kerja yang tidak aman ( unsafe act ) dan kondisi kerja yang tidam aman (
unsafe conditions). Sebanyak 98% kecelakaan kerja sering terjadi akibat unsafe
act dan sisanya disebabkan oleh unsafe condition. Hal ini berarti perilaku pekerja
memegang peranan penting dalam terjadinya kecelakaan ( Riyadina, 2008 )

Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober hingga November 2016.


Berdasarkan surat persetujuan Komite Etik Penelitian Kesehatan Fakultas
Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung, Data diambil langsung dari
responden dengan menggunakan keusioner yang terdiri dari 2 kuesioner
diantaranya kuesioner mengenai persepsi terhadap penggunaan alat pelindung diri
(APD) dan pengalaman kecelakaan akibat kerja (KAK) serta identitas responden.
Kuesioner persepsi merupakan hasil modifikasi kuesioner dari penelitian
“Development of A Health Belief Model Based Instrument to Assess Worker
Beliefs about Using Personal Protective Equipment” oleh Jack M. Wall pada
tahun 2009,8 kemudian diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh peneliti
dan belum divalidasi. Kuesioner dalam penelitian ini didistribusikan kepada
tenaga kesehatan di salah satu rumah sakit yaitu Rumah Sakit Khusus Ibu dan
Anak di Kota Bandung. Rumah sakit ini terpilih sebagai tempat penelitian karena
belum ada penelitian mengenai persepsi dan kejadian kecelakaan akibat kerja
yang dilakukan di rumah sakit khusus. Responden penelitian ini dipilih dengan
teknik simple random sampling. Tenaga kesehatan yang terpilih sebagai
responden harus memenuhi kriteria inklusi yaitu bekerja minimal 1 bulan terakhir
sebelum dilakukan penelitian, sehingga diperoleh 102 responden yang merupakan
tenaga kesehatan (tenaga medis, kebidanan, keperawatan dan laboratorium) di
rumah sakit tersebut. Namun demikian, jumlah sampel yang telah diperoleh tidak
memenuhi jumlah sampel minimum karena responden menolak dan tidak hadir
saat penelitian serta pengisian kuesioner yang tidak lengkap (kriteria eksklusi).

Responden yang pernah mengalami kecelakaan akibat kerja adalah 44


(43,1%) orang dan beberapa dari responden tersebut mengalami kecelakaan yang
lebih dari satu kali. Kejadian tertusuk jarum suntik menunjukkan angka sebesar 58
kasus dan merupakan kecelakaan yang paling banyak dialami oleh responden
(39%). Pernyataan-pernyataan yang diberikan kepada responden, setelah
dilakukan analisis, ada beberapa pernyataan yang memiliki hubungan yang
bermakna yaitu pernyataan “Kesakitan akibat paparan yang kecil dari suara
bising.” (p= 0,032, X2= 8,16), “Tidak ada pengaruh kecelakaan akibat kerja yang
permanen terhadap kesehatan.” (p= 0,044, X2= 7,89), dan “Mengetahui waktu
penggunaan alat pelindung diri ketika terpapar bahaya.” (p= 0,023, X2= 9,56).

Merupakan diagram angka terjadi kecelakaan kerja yang sering terjadi


suatu rumah sakit dengan presentase tertusuk jarum suntik 43%, Terpercik darah
10%, Terpercik cairan selain darah 32% , dan lain lain 15%.
Komparasi 6 kelompok persepsi dapat disimpulkan bahwa persepsi
keefektifan diri memiliki nilai peringkat terjadinya kecelakaan kerja yang lebih
tinggi daripada tidak terjadinya kecelakaan kerja (ya= 51,95, tidak= 51,16),
sedangkan 5 kelompok persepsi lainnya memiliki nilai peringkat terjadinya
kecelakaan kerja yang lebih rendah daripada tidak terjadinya kecelakaan kerja.
Selain itu, tidak ada persepsi yang memiliki hubungan yang signifikan dengan
kejadian kecelakaan akibat kerja. Persepsi tenaga kesehatan terhadap penggunaan
alat pelindung diri tidak terdapat hubungan yang bermakna dengan kejadian
kecelakaan akibat kerja dalam penelitian ini, dengan nilai p lebih besar dari 0,05
dan kekuatan korelasinya sangat lemah dan dapat diabaikan serta nilai arah
korelasinya negatif.

Penelitian ini juga dilakukan komparasi antara persepsi tenaga kesehatan


terhadap penggunaan alat pelindung diri dengan pernah tidaknya responden
mengalami kecelakaan akibat kerja. Pernyataan-pernyataan yang diberikan
kepada responden, setelah dilakukan analisis ada beberapa pernyataan yang
memiliki hubungan yang bermakna yaitu pernyataan “Kesakitan akibat paparan
yang kecil dari suara bising.” (p= 0,032, X2= 8,16), “Tidak ada pengaruh
kecelakaan akibat kerja yang permanen terhadap kesehatan.” (p= 0,044, X2=
7,89), dan “Mengetahui waktu penggunaan alat pelindung diri ketika terpapar
bahaya.” (p= 0,023, X2= 9,56). Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa
pengetahuan terhadap risiko terpaparnya berbagai bahaya selama bekerja
membantu individu dalam melakukan tindakan tertentu, tetapi masih ada tenaga
kesehatan yang tidak perduli karena menganggap hal tersebut tidak penting atau
tidak memahami prosedur yang harus dilakukan. Selain itu, individu yang berusia
<35 tahun yang memperoleh pelatihan, persepsi yang rendah terhadap hambatan,
dan persepsi terhadap infrastruktur serta lingkungan tempat kerja yang aman
mempengaruhi kepatuhan dalam penggunaan alat pelindung diri.14,15 Responden
dalam penelitian ini mayoritas berumur <35 tahun (76,5%) dan mengikuti
pelatihan alat pelindung diri (48%) dan tidak terdapat hubungan persepsi
hambatan dalam penggunaan alat pelindung diri dengan kecelakan akibat kerja (r=
-0,149, p= 0,136)

Penelitian ini menunjukkan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara


persepsi tenaga kesehatan terhadap penggunaan alat pelindung diri dengan
kejadian kecelakaan akibat kerja. Namun, kepatuhan terhadap penggunaan alat
pelindung diri merupakan hal yang harus diperhatikan oleh pihak rumah sakit.
Rumah sakit dapat mempertegas prosedur operasional standar dan memberikan
pelatihan kepada seluruh tenaga kesehatan dalam penggunaan alat pelindung diri
(100%) serta memiliki suplai alat pelindung diri yang memadai untuk
meningkatkan pengetahuan dan kepercayaan serta tindakan tenaga kesehatan
terhadap pentingnya kesehatan dan keselamatan kerja di rumah sakit. Selain itu,
penelitian lebih lanjut direkomendasikan untuk mengevaluasi mengenai faktor-
faktor lain yang dapat memengaruhi kejadian kecelakaan akibat kerja terhadap
tenaga kesehatan baik di Pusat Pelayanan Kesehatan (PPK) tingkat satu, PPK
tingkat dua, maupun PPK tingkat tiga, sehingga dapat dijadikan sebagai gambaran
dalam penyusunan strategi untuk peningkatan kesehatan dan keselamatan kerja
bagi tenaga kesehatan di rumah sakit
Referensi

Attamimy HB, Qomaruddin MB, Masyarakat FK, Airlangga U. Aplikasi


Health Belief Model Pada Perilaku Pencegahan Demam Berdarah Dengue Health
Belief Model Application on Dengue Fever Prevention Behavior. J Promkes.
2017;5(2):245–55.

Muharrom M. Teori Health Belief Model [Internet]. 2017. Available from:


https://www.academia.edu/34711807/teori_health_belief_model

Sakinah ZV. Aplikasi Health Belief Model Dalam Menganalisis Perilaku


Penggunaan Kacamata Pelindung. J PROMKES. 2018;5(1):115.

Laranova A, Afriandi I, Pratiwi YS. Persepsi Tenaga Kesehatan terhadap


Penggunaan Alat Pelindung Diri dan Kejadian Kecelakaan Akibat Kerja di Salah
Satu Rumah Sakit di Kota Bandung. J Sist Kesehat. 2018;3(4):189–97.

Winarto S, Denny HM, Kurniawan B. Studi Kasus Kecelakaan Kerja pada


Pekerja Pengeboran Migas Seismic Survey PT. X di Papua Barat. J Promosi
Kesehat Indones. 2016;11(1):51.

WHO. Health workers occupational health. World Health Organization;


2010. Tersedia dari:http://www.who.int/occupationalhealth/ topics/hcworkers/en/

Onoruoiza S.I., Musa, Umar B.D., Kunle. 2015. Using Health Beliefs
Model as an Intervention to Non Compliance with Hypertension Information
among Hypertensive Patient. IOSR Journal Of Humanities and Social Science
(IOSRJHSS), 20(9): V

Rusmerie, Lis Andriana R. 2016. Aplikasi Health Belief Model Untuk


Menganalisis Pelaporan Kejadian Kecelakaan Kerja (Studi Kasus di rumah Sakit
Suaka Insan Banjarmasin). Thesis. Universitas Airlangga.

Jahangiri M, Rostamabadi A, Hoboubi N, Tadayon N, Soleimani A.


Needle Stick Injuries and their Related Safety Measures among Nurses in a
University Hospital, Shiraz, Iran. Saf Health Work. Elsevier Ltd; 2015;7(1):72–7

Anda mungkin juga menyukai