PENDAHULUAN
Trauma saluran kemih sering tak terdiagnosa atau terlambat terdiagnosa karena
perhatian penolong sering tersita oleh jejas-jejas ada di tubuh dan anggota gerak saja,
kelambatan ini dapat menimbulkan komplikasi yang berat seperti perdarahan hebat dan
peritonitis, oleh karena itu pada setiap kecelakaan trauma saluran kemih harus dicurigai
sampai dibuktikan tidak ada.
Trauma saluran kemih sering tidak hanya mengenai satu organ saja, sehingga
sebaiknya seluruh sistem saluran kemih selalu ditangani sebagai satu kesatuan. Juga harus
diingat bahwa keadaan umum dan tanda-tanda vital harus selalu diperbaiki/dipertahankan,
sebelum melangkah ke pengobatan yang lebih spesifik.
KONSEP TEORI
Pengertian
Trauma ginjal adalah cedera pada ginjal yang disebabkan oleh berbagai macam
rudapaksa baik tumpul maupun tajam.
Trauma ginjal merupakan trauma pada sistem urologi yang paling sering terjadi.
Kejadian penyakit ini sekitar 8-10% dengan trauma tumpul atau trauma
abdominal. Pada banyak kasus, trauma ginjal selalu dibarengi dengan trauma
organ penting lainnya. Pada trauma ginjal akan menimbulkan ruptur berupa
perubahan organik pada jaringannya. Sekitar 85-90% trauma ginjal terjadi
akibat trauma tumpul yang biasanya diakibatkan oleh kecelakaan lalulintas.
Etiologi
Trauma tumpul sering menyebabkan luka pada ginjal, misalnya karena
kecelakaan kendaraan bermotor, terjatuh atau trauma pada saat berolah raga.
Luka tusuk pada ginjal dapat karena tembakan atau tikaman. Kerusakan yang
terjadi bervariasi. Cedera ringan menyebabkan hematuria yang hanya dapat
diketahui dengan pemeriksaan mikroskopis, sedangkan cedera berat bisa
menyebabkan hematuria yang tampak sebagai air kemih yang berwarna
kemerahan.
Berikut adalah mekanisme yang umumnya terjadi pada trauma ginjal :
1. Trauma tembus
2. Trauma tumpul
3. Iatrogenik, dan lain-lain
Patofisilogi
Trauma tumpul merupakan penyebab utama dari trauma ginjal. Dengan lajunya
pembangunan, penambahan ruas jalan dan jumlah kendaraan, kejadian trauma
akibat kecelakaan lalu lintas juga semakin meningkat. Trauma tumpul ginjal
dapat bersifat langsung maupun tidak langsung. Trauma lagsung biasanya
disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas, olahraga, kerja atau perkelahian. Trauma
ginjal biasanya menyertai trauma berat yang juga mengenai organ-organ lain.
Trauma tidak langsung misalnya jatuh dari ketinggian yang menyebabkan
pergerakan ginjal secara tiba-tiba didalam rongga peritoneum. Kejadian ini
dapat menyebabkan avulse pedikel ginjal atau robekan tunika intima arteri
renalis yang menimbulkan trombosis. Ginjal yang terletak pada rongga
retroperitoneal bagian atas hanya terfiksasi oleh pedikel pembuluh darah serta
ureter. Sementara massa ginjal melayang bebas dalam bantalan lemak yang
berada dalam fascia gerota. Fascia gerota sendiri yang efektif
e fektif dalam mengatasi
sejumlah kecil hematom, tidak sempurna dalam perkembangannya. Kantong
fascia ini meluas kebawah sepanjang ureter, meskipun menyatu pada dinding
anterior aorta serta vena kava inferior, namun mudah untuk sobek oleh adanya
perdarahan hebat sehingga perdarahan melewati garis tengah dan mengisi
rongga retroperitoneal (Guerriro, 1984). Karena miskinnya fiksasi, ginjal mudah
mengalami dislokasi oleh adanya akselerasi maupun deselarasi mendadak, yang
bisa meyebabkan trauma seperti avulsi collecting system atau sobekan pada
intima arteri renalis sehingga terjadi oklusi parsial maupun komplet pebuluh
darah. Sejumlah darah besar dapat terperangkap didalam rongga retroperitoneal
sebelum dilakukan stabilisasi. Keadaan ekstern ini sering terjadi pada pasien
yang datang diruang gawat darurat dengan kondisi stabil sementara terdapat
perdarahan retroperitonel. Korteks ginjal ditutupi kapsul tipis yang cukup kuat.
Trauma yang menyebabkan robekan kapsul sehingga menimbulkan perdarahan
pada kantong gerota perlu lebih mendapat perhatian dibanding trauma yang
tidak menyebabkan robekan pada kapsul. Vena renalis kiri terletak sentral aorta
sehingga luka penetrans didaerah ini bisa menyebabkan trauma pada kedua
struktur. Karena letaknya yang berdekatan antara pancreas, duodenum, dan
ginjal. Anatomi yang mengalami kelainan sepeti hidronefrosis atau tumor
maligna lebih mudah mengalami rupture hanya oleh adanya trauma ringan (Mc
Aninch, 2000).
Manifestasi klinik
Trauma ginjal Pada rudapaksa tumpul dapat ditemukan jejas di daerah lumbal,
sedangkan pada rudapksa tajam tampak luka. Pada palpasi di dapat nyeri tekan,
ketegangan otot pinggang, sedangkan massa jarang teraba. Massa yang cepat
meluas sering ditandai tanda kehilangan darah yang banyak merupakan tanda
cedera vaskuler. Nyeri abdomen pada daerah pinggang atau perut bagian atas.
Fraktur tulang iga terbawah sering menyertai cedera ginjal. Hematuria
makroskopik atau mikroskopik merupakan tanda utama cedera saluran kemih.
Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
e) Hambatan
Penyulit yang terjadi pada ruptura uretra adalah striktura uretra yang
sering kali kambuh, disfungsi ereksi, dan inkontinensia urine. Disfungsi
ereksi terjadi pada 13-30% kasus disebabkan karena kerusakan saraf
parasimpatik atau terjadinya insufisiensi arteria. Inkontinensia urine
lebih jarang terjadi, yaitu 2-4% yang disebabkan karena kerusakan
sfingter uretra eksterna. Setelah rekonstruksi uretra seringkali masih
timbul striktura (12-15%) yang dapat diatasi dengan uretrotomia interna
(sachse). Meskipun masih bisa kambuh kembali, striktura ini biasanya
tidak memerlukan tindakan uretroplasti ulangan.
2. Trauma Uretra Anterior
a) Etiologi
Cidera dari luar yang sering menyebabkan kerusakan uretra anterior
adalah straddle injury (cedera selangkangan) terjadi akibat jatuh
terduduk atau terkangkang yaitu uretra terjepit diantara tulang pelvis dan
benda tumpul atau objek yang keras, seperti batu, kayu, atau palang
sepeda, dengan tulang simfisis. Selain oleh cedera kangkang, juga dapat
disebabkan oleh instrumentasi urologik, seperti pemasangan kateter,
businasi, dan bedah endoskopi. Jenis kerusakan uretra yang terjadi
berupa : kontusio dinding uretra, ruptur parsial, atau ruptur total dinding
uretra.
b) Patologi
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Saluran kemih (termasuk ginjal, ureter, kandung kemih dan uretra) dapat
mengalami trauma karena luka tembus (tusuk), trauma tumpul, terapi penyinaran maupun
pembedahan. Gejala yang paling banyak ditemukan adalah terdapatnya darah di urin
(hematuria), berkurangnya proses berkemih dan nyeri. Beberapa trauma dapat
menyebabkan nyeri tumpul, pembengkakan, memar, dan jika cukup berat, dapat
menurunkan tekanan darah (syok).
4.2 Saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini dapat membantu perawatan keluarga
pasien yang mengalami trauma pada sistem urinaria. Dan sebagai pedoman bagi seorang
perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami penyakit
trauma pada sistem urinaria.