PENDAHULUAN
dan urinaria. Sistem urinaria atau disebut juga dengan system ekskretori adalah
sistem organ yang memproduksi, menyimpan dan mengalirkan urin. Pada manusia
normal, organ ini terdiri dari ginjal beserta sistem pelvikalises, ureter, buli-buli dan
uretra.
Cedera pada sistem urogenitalia sebagian besar bukan termasuk cedera yang
mengancam nyawa, kecuali cedera berat pada ginjal yang menyebabkan kerusakan
parenkim ginjal yang cukup luas dan kerusakan atau putusnya pembuluh darah
ginjal.Cedera yang mengenai organ genitalia bisa merupakan cedera dari luar berupa
trauma tumpul maupun trauma tajam, cedera iatrogenik akibat tindakan dokter pada
saat operasi atau petugas medic yang lain. Pada trauma tajam, baik berupa trauma
tusuk maupun trauma tembus oleh peluru, harus dipikirikan untuk kemungkinan
BAB II
ISI
di sebelah posterior dan oleh organ intraperitoneal di sebelah anteriornya; karena itu
cedera ginjal tidak jarang diikuti oleh cedera organ yang mengitarinya.
2.1.1 Epidemiologi
2.1.2 Etiologi
2.1.3 Patogenesis
kelainan pada ginjal, antara lain hidronefrosis, kista ginjal atau tumor ginjal.
dibedakan menjadi:
1. Cedera minor
2. Cedera mayor
2.1.5 Diagnosis
atas dengan disertai nyeri atau didapatkan adanya jejas pada daerah
tsb.
2. Hematuria
vertebra
pinggang, terlihat jejas berupa ekimosis dan terdapat hematuria makroskopik ataupun
mikroskopis. Pada trauma mayor atau ruptur pedikel seringkali pasien datang dalam
keadaan syok berat dan terdapat hematoma di daerah pinggang yang makin lama
makin membesar.
2.1.6 Pemeriksaan
1. IVU
diduga ada:
makroskopik
2. CT Scan
arteriografi
3. USG Abdomen
2.1.7 Tatalaksana
1) Konservatif
ini dilakukan observasi tanda vital (tensi, nadi dan suhu tubuh),
2) Operasi
2.2.1 Epidemiologi
cedera urogenital.
7
2.2.2 Etiologi
Cedera ini dapat terjadi karena trauma dari luar, yaitu trauma tumpul
iatrogenik.
2.2.3 Diagnosis
Kecurigaan adanya cedera ureter pada trauma dari luar adalah adanya
2.2.4 Pemeriksaan
berhenti di daerah lesi atau terdapat deviasi ureter ke lateral karena hematoma
2.2.5 Tatalaksana
3). Uretero-kutaneostomi
yang lainnya
Pada waktu lahir hingga usia anak, buli-buli terletak di rongga abdomen.
Namun semakin bertambahnya usia, tempatnya turun dan terlindung di dalam kavum
2.3.1 Epidemiologi
2.3.2 Etiologi
diafragma pelvis sangat kuat sehingga cedera deselerasi terutama jika titik
fiksasi fasia bergerak pada arah berlawanan (seperti pada fraktur pelvik),
fragmen tulang pelvis merobek dindingnya. Dalam keadaan penuh terisi urin,
buli-buli mudah sekali robek jika mendapatkan tekana dari luar berupa
benturan pada perut sebelah bawah. Buli-buli akan robek pada daerah fundus
antara lain pada reseksi buli-buli transurethral (TUR buli-buli) atau pada
dinding buli-buli.
2.3.3 Klasifikasi
1. Kontusio buli-buli
ke luar buli-buli.
3. Cedera intraperitoneal
2.3.4 Diagnosis
darah atau mungkin pasien tidak dapat miksi. Gambaran klinis yang lain
3. Wash out film yaitu foto setelah kontras dikeluarkan dari buli-buli, terlihat
2.3.5 Terapi
1. Kontusio buli-buli
2. Cedera intraperitoneal
menyebabkan peritonitis.
3. Cedera Ekstraperitoneal
Sistografi dibuat pada ari ke 10-14 pasca trauma. Jika masih ada, kateter
Secara klinis, trauma uretra dibedakan menjadi trauma uretra anterior dan
2.4.1 Epidemiologi
dengan presentase 90% sedangkan sisanya karena trauma tajam. Pada laki-
laki, insiden trauma uretra adalah 1-25%, sedangkan pada wanita ruptur
2.4.2 Etiologi
Trauma uretra terjadi akibat cedera yang berasal dari luar (eksterna)
dan cedera iatrogenik akibat instrumentasi pada uretra. Trauma tumpul yang
per-uretram, yaitu darah yang keluar dari meatus uretra eksternum setelah
hematuria yaitu urin bercampur darah. Pada trauma uretra yang berat,
Fraktur pelvis dan robekan pembuluh darah yang berada di dalam kavum
terangkat ke cranial.
A. Klasifikasi
urogenitalis
14
B. Diagnosis
1. Perdarahan per-uretram
2. Retensi urin
C. Tindakan
Ruptura uretra posterior biasanya diikuti oleh trauma mayor pada organ
lain (abdomen dan fraktur pelvis) dengan disertai ancaman jiwa berupa
sistostomi untuk diversi urin. Setelah keadaan stabil sebagian ahli urologi
Tindakan ini dilakukan sebelum 1 minggu pasca rupture dan kateter uretra
jaringan pasrut pada uretra telah stabil dan matang sehingga tindakan
Cedera dari luar yang sering menyebabkan uretra anterior adalah straddle
dan berada tumpul. Jenis kerusakan uretra yang terjadi berupa : kontusio
A. Patologi
fasia buck dan fasia colles. Jika terjadi rupture uretra beserta korpus
spongiosum, darah dan urin keluar dari uretra tetapi masih terbatas
pada fasia buck dan secara klinis terlihat hematoma yang terbatas pada
penis. Namun jika fasia buck ikut robek, ekstravasasi urin dan darah
hanya dibatasi oleh fasia colles sehingga darah dapat menjalar hingga
hematoma
B. Diagnosis
16
C. Tindakan
kontras atau tidak timbul striktura uretra. Namun jika timbul sriktura
Trauma yang mencederai penis dapat berupa trauma tumpul, trauma tajam,
terkena mesin pabrik, rupture tunika albuguinea atau strangulasi penis. Pada trauma
tumpul atau terkena mesin, jika tidak terjadi amputasi total, penis cukup dibersihkan
dan dilakukan penjahitan primer. Jika terjadi amputasi penis total dan bagian distal
17
disimpan di dalam kantung es dan dikirim ke pusat rujukan. Jika masih mungkin
terjadi pada saat penis dalam keadaan ereksi. Ruptura ini dapat
sewaktu ereksi.
18
nekrosis. Jeratan ini dapat terjadi pada orang dewasa maupun anak.
Pada orang dewasa penjeratannya berupa logam, tutup botol atau karet
Pada anak kecil biasanya jeratan pada penis dipasang oleh ibunya
terjadi pada bayi yang terjerat tali popok atau rambut ibunya. Jeratan
1). Memotong logam itu dengan gerinda atau gergaji listrik, tetapi
jaringan penis
2). Melingkarkan tali pada penis pada sebelah distal logam dan
dapatdikeluarkan
A. Avulsi
pada pekerja pabrik atau petani yang mempergunakan mesin pengolah ladang.
Celana dan kulit skrotum atau kulit penis terjerat pada mesin yang sedang
pencucian luka dari debris dan rambut yang menempel dengan melakukan
irigasi memakai air bersih dan kalau tersedia dengan garam fisiologis.
Jika kulit skrotum yang tersisa tidak cukup untuk membungkus testis,
dianjurkan membuat kantong dip aha atau di inguinal guna meletakkan testis.
Kantong di inguinal lebih mudah membuatnya daripada kantong dip aha, akan
tetap karena suhunya sama dengan suhu didalam rongga abdomen, testis yang
spermatogenesis. Karena itu pada pasien yang masih muda, sebaiknya testis
BAB 3
PENUTUP
dan urinaria. Cedera pada sistem urogenitalia sebagian besar bukan termasuk cedera
genitourinaria, sedangkan trauma ureter adalah trauma yang paling jarang dijumpai.
Pemeriksaan lebih lanjut diperlukan untuk menentukan jenis trauma, mencari sebab