Testis terletak di dalam skrotum dan berada pada tempat yang cukup mobile sehingga relative
jarang ruptur.
A. Etiologi dan Gejala Klinis
Ruptur testis dapat disebabkan trauma tajam seperti luka tembak dan luka tusuk, juga
oleh trauma tumpul seperti terjatuh, tertendang, dan cedera olahraga.
Pada luka tembak, cedera ekstensif, luka tidak rata, dan terdapat jaringan nekrosis serta
cedera ikutan pada daerah sekitarnya.
Pada trauma tumpul, besarnya pembengkakan skrotum dan ekimosis bias berbeda. Bila
rupture terjadi pada tunika albuginia dibelakang tunuka vaginalis, tidak dijumpai
ekimosis dan pembengkakan testis minimal. Bila arteriol di bawah tunika albuginia
robek, hematokel bias besar. Bila rupture terjadi di pertemuan tunika albuginia dan tunika
vaginalis di dekat epididymis, perdarahan meluass dan timbul hematom skrotum.
B. Diagnosis
Anamnesis: Tanya kapan terjadi trauma, rasa nyeri, dan demam (untuk membedakan
dengan kelainan patologik lain seperti torsio testis, tumor, atau epididymitis)
Palpasi: mungkin di dapat tanda cairan atau darah di dalam skrotum atau ditemukan testis
yang membesar atau nyeri
Diagnosis definitive: melakukan eksplorasi, USG Skrotum, dan pemeriksaan urin (untuk
membedakan dengan penyakit intraskrotal lain. Pada epididymitis ditemukan tanda
infeksi)
C. Diagnosis Banding
Torsio testis, tumor testis, epididymitis, hematokel tanpa rupture, atau hidrokel.
D. Penatalaksanaan
Bila hanya terjadi pembengkakan dan nyeri tekan minimal atau pada USG tidak terbukti
rupture testis, dilakukan terapi konservatif, yaitu dengan elevasi skrotum dan aplikasi
kantong es.
Bila rupture disertai dengan avulsi kulit skrotum tetapi testis masih vital, testis harus
diimplantasi pada jaringan subkutis didaerah paha atau dibawah kulit yang dipindahkan
ke perineum.