Pendahuluan
Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberkulosis yang dapat menyerang berbagai organ terutama paru-paru.
Penyakit ini bila tidak diobati atau pengobatannya tidak tuntas dapat menimbulkan
komplikasi berbahaya hingga kematian. TB diperkirakan sudah ada di dunia sejak 5000 tahun
sebelum masehi, namun kemajuan dalam penemuan dan pengendalian penyakit TB baru
terjadi dalam 2 abad terakhir.1
Penyakit Tuberkulosis (TB) masih menjadi masalah utama dunia, terutama di negara
berkembang. Sedangkan di Indonesia jumlah pasien TB paru menempati urutan ketiga
terbanyak di dunia setelah India dan Cina. Pada tahun 1998 diperkirakan TB di China, India
dan Indonesia berturut-turut 1.828.000, 1.414.000 dan 591.000 kasus. Perkiraan kejadian
BTA di sputum yang positif di Indonesia adalah 266.000 tahun 1998. Berdasarkan survei
kesehatan rumah tangga 1985 dan survai kesehatan nasional 2001, TB menempati rangking
nomor 3 sebagai penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Prevalensi nasional terakhir TB
paru diperkirakan 0,24%. Sampai sekarang angka kejadian TB di Indonesia relatif terlepas
dari angka pandemi infeksi HIV, tapi hal ini mungkin akan berubah dimasa datang melihat
semakin meningkatnya laporan infeksi HIV dari tahun ke tahun.2,3,4
Diantara masalah utama yang ditemui, yaitu masih kurangnya monitoring pada pasien
TB paru, sehingga menyebabkan pengobatan tidak efektif. Berdasarkan organ tubuh yang
terkena2,3,4 :
TB paru adalah TB yang menyerang jaringan (parenkim) paru, tidak termasuk pleura
(selaput paru) dan kelenjar pada hilus.
TUBERKULOSIS
Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman dari
kelompok Mycobacterium yaitu Mycobacterium tuberculoasis. Terdapat beberapa spesies
Mycobacterium tuberculosis compleks, antara lain : M. tuberculosis, Varian Asian, Varian
African I, Varian African II, M. bovis, M. leprase dsb. Yang juga dikenal sebagai Bakteri
Tahan Asam (BTA). Kelompok bakteri Mycobacterium selain Mycobacterium tuberculosis
yang bisa menimbulkan gangguan pada saluran nafas dikenal sebagai MOTT
(Mycobacterium Other Than Tuberculosis) seperti M. kansasi, M. avium, M. intra cellularre,
M. scrofulaceum, M.malmacerse, M. xenopi yang terkadang bisa mengganggu penegakan
diagnosis dan pengobatan TB. Untuk itu pemeriksaan bakteriologis yang mampu melakukan
identifikasi terhadap Mycobacterium tuberkulosis menjadi sarana diagnosis ideal untuk TB.2,3
Perjalanan Alamiah TB
Seseorang diduga menderita TB paru apabila terdapat batuk lebih dari 2 atau 3
minggu dengan produksi sputum dan penurunan berat badan. Gejala klinis pada pasien
dengan TB paru terbagi 2, yaitu gejala respirasi dan konstitusi. Gejala respirasi diantaranya
sakit dada, hemoptisis dan sesak nafas, sedangkan gejala konstitusi (sistemik) adalah demam,
keringat malam, cepat lelah, kehilangan nafsu makan, amenore sekunder. Tidak ada kelainan
spesifik yang ditemukan pada pemeriksaan fisik TB paru. Didapatkan gejala umum seperti
demam, takikardi, jari clubbing. Pemeriksaan dada mungkin didapatkan crackles, mengi,
suara nafas bronkial dan amforik.4
Penemuan pada Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik Pasien Tuberkulosis4
No. Penemuan Keterangan
I Anamnesis
Riwayat terpapar
tuberkulosis, riwayat
Pasien dengan risiko terpapar tuberkulosis memiliki risiko
1. terinfeksi tuberkulosis,
lebih besar untuk terkena tuberkulosis.
atau riwayat mendapat
tuberkulosis
4
Tuberkulosis ekstra paru adalah tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain
paru, misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung (pericardium), kelenjar limfe, tulang,
persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin, dll. Diagnosis sebaiknya
didasarkan atas kultur spesimen positif, atau histologi, atau bukti klinis kuat konsisten dengan
TB ekstraparu aktif, yang selanjutnya dipertimbangkan oleh klinisi untuk diberikan obat anti
tuberkulosis siklus penuh. TB di luar paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan
penyakit, yaitu5 :
1. TB di luar paru ringan
Misalnya : TB kelenjar limfe, pleuritis eksudativa unilateral, tulang (kecuali tulang
belakang), sendi dan kelenjar adrenal.
Catatan :
Yang dimaksud dengan TB paru adalah TB pada parenkim paru. Sebab itu TB pada
pleura atau TB pada kelenjar hilus tanpa ada kelainan radiologik paru, dianggap
sebagai penderita TB di luar paru.
Bila seorang penderita TB paru juga mempunyai TB di luar paru, maka untuk
kepentingan pencatatan penderita tersebut harus dicatat sebagai penderita TB paru.
Bila seorang penderita ekstra paru pada beberapa organ, maka dicatat sebagai ekstra
paru pada organ yang penyakitnya paling berat.
Gejala dan keluhan TB ekstra paru tergantung organ yang terkena, misalnya : kaku
kuduk pada Meningitis TB, nyeri dada pada TB pleura (Pleuritis), pembesaran kelenjar limfe
superfisialis pada limfadenitis TB, deformitas tulang belakang (gibbus) pada spondilitis TB.
Diagnosis pasti sering sulit ditegakkan sedangkan diagnosis kerja dapat ditegakkan
berdasarkan gejala klinis TB yang kuat (presumtif) dengan menyingkirkan kemungkinan
penyakit lain. Ketepatan diagnosis tergantung pada metode pengambilan bahan pemeriksaan
dan ketersediaan alat-alat diagnostik, misalnya uji mikrobiologi, patologi anatomi, serologi,
foto toraks dan lain-lain.2,4,5
Sebuah foto fundus kanan menunjukkan Sebuah foto fundus kiri menunjukkan
beberapa tuberkel sepanjang pembuluh tuberkel di pole posterior.7
superotemporal dan di makula.7
12
13
Luas lesi yang tampak pada foto toraks untuk kepentingan pengobatan dapat
dinyatakan sebagai berikut (terutama pada kasus BTA negatif) :
Lesi minimal, bila proses mengenai sebagian dari satu atau dua paru dengan luas tidak
lebih dari sela iga 2 depan (volume paru yang terletak di atas chondrostemal junction
dari iga kedua depan dan prosesus spinosus dari vertebra torakalis 4 atau korpus vertebra
torakalis 5), serta tidak dijumpai kaviti
Lesi luas bila proses lebih luas dari lesi minimal.
14
15
16
17
18
19
20
21
Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberkulosis yang dapat menyerang berbagai organ terutama paru-paru.
Diagnosis pasti tuberkulosis sering sulit ditegakkan sedangkan diagnosis kerja dapat
ditegakkan berdasarkan gejala klinis TB yang kuat (presumtif) dengan menyingkirkan
kemungkinan penyakit lain.
Ketepatan diagnosis tuberkulosis dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan
fisik, metode pengambilan bahan pemeriksaan dan ketersediaan alat-alat diagnostik,
misalnya radiologi, pemeriksaan bakteriologi, patologi anatomi, serologi dan pemeriksaan
penunjang lainnya.
22
1. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehtan RI. Tuberkulosis, Temukan, Obati
Sampai Sembuh. Hari Tuberkulosis Sedunia. PUSDATIN 2015.
2. Zulkifli Amin, Asril Bahar. Tuberkulosis Paru. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I
ed. VI : Jakarta. Interna Publishing 2014 : 863-872.
3. Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis. Indonesia Bebas Tuberkulosis. Direktorat
Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan RI
2014
4. Arto Yuwono Soeroto. Tuberkulosis. Kompendium Tatalaksana Penyakit Respirasi &
Kritis Paru. Jilid I. Perpari. 2012 : 129-141.
5. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Tuberkulosis. Kementerian
Kesehatan 2013.
6. Diagnosis, Treatment, Public Health Tuberculosis. International Standards For
Tuberculosis Care (ISTC). Edisi 3. 2014
7. Miliary Tuberculosis. Diunduh pada 22 April 2016 dari
http://emedicine.medscape.com/article/221777-overview#a9
8. Ophthalmoscopy in the early diagnosis of opportunistic tuberculosis following renal
transplant. Diunduh pada 22 April 2016 dari
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2636020/
9. Pedoman Penatalaksanaan TB (Konsensus TB). Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan
Tuberkulosis Di Indonesia. PDPI. 2006.
10. Interferon-Gamma Release Assays (IGRAs) - Blood Tests for TB Infection. Diunduh
pada 22 April 2016 dari http://www.cdc.gov/tb/publications/factsheets/testing/igra.htm
11. Interferon-gamma release assays for diagnosis of latent tuberculosis infection. Diunduh
pada 22 April 2016 dari http://www.uptodate.com/contents/interferon-gamma-release-
assays-for-diagnosis-of-latent-tuberculosis-infection.
23