Anda di halaman 1dari 11

TUGAS

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II


PENCEGAHAN TERSIER PADA TRAUMA PENETRASI
Dosen Pengampu : Jenny Saherna Ns., M. Kep

Di susun oleh Kelompok 4 :


Dewi Chintiya 1714201110069
Dina Okhtiarini 1714201110070
Erma Apriani 1714201110071
Erma Safitry 1714201110072
Faridah 1714201110073
Fikri 1714201110074
Hesty Noor Oktaviani 1714201110075
Lismawati 1714201110076
Atika Yuliani 1714201110096
Nur Alisa Febrianti 1714201110097
Noor Lailly Rafi’ah 1714201110096
Sofyan Amin Syamsurya 1614201110116
Heny Agustina 1714201110095
Rusmiati 1714201110094

JURUSAN S1 KEPERAWATAN REGULER

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN

2018/2019
Kata Pengantar
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya, sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini yang
alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul PENCEGAHAN TERSIER PADA
TRAUMA PENETRASI SISTEM PERKEMIHAN dalam Modul Keperawatan Medikal
Bedah II yang di bimbing oleh dosen kami Jenny Saherna Ns.,M.Kep
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini serta semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk kita
semua.
Akhir kata kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT
senantiasia meridoi segala usaha kita. Amin

Banjarmasin, 23 Maret 2019


Daftar Isi
Kata Pengantar…………………………………………………………………
Daftar Isi……………………………………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………………………
B. Rumusan Masalah………………………………………………………
C. Tujuan………………………………………………………………….
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Trauma Penitrasi…………………………………………
B. Etiologi Trauma Penitrasi……………………………………………
C. Tanda dan Gejala Trauma Penitrasi…………………………………
D. Pencegahan Tersier pada trauma Penitrasi…………………………..
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………………………
B. Saran…………………………………………………………………..
Daftar Pustaka……………………………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Trauma saluran kemih sering tak terdiagnosa atau terlambat terdiagnosa
karena perhatian penolong sering tersita oleh jejas-jejas ada di tubuh dan anggota
gerak saja, kelambatan ini dapat menimbulkan komplikasi yang berat seperti
perdarahan hebat dan peritonitis, oleh karena itu pada setiap kecelakaan trauma
saluran kemih harus dicurigai sampai dibuktikan tidak ada.
Trauma saluran kemih sering tidak hanya mengenai satu organ saja, sehingga
sebaiknya seluruh sistem saluran kemih selalu ditangani sebagai satu kesatuan. Juga
harus diingat bahwa keadaan umum dan tanda-tanda vital harus selalu
diperbaiki/dipertahankan, sebelum melangkah ke pengobatan yang lebih spesifik.
Trauma sistem perkemihan bisa terjadi karena trauma tumpul dan trauma
tajam. Trauma tumpul sistem perkemihan lebih besar tingkat kejadiannya 80
– 90% dibandingkan dengan trauma tajam yang mencapai 10 – 20%. Biasanya
cedera saluran kemih disertai dengan trauma pada struktur organ lain, kecuali cedera
atrogenik yang umumnya merupakan cedera tunggal.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Trauma Penetrasi ?
2. Bagaimana Etiologi Trauma Penitrasi ?
3. Apa Saja Tanda dan Grjala Trauma Penetrasi ?
4. Apa saja Macam-macam trsums penitrasi ?
5. Bagaimana Pencegahan Tersier Trauma Penetrasi ?
C. Tujuan
1. Mengetahui Apa Pengertian Trauma Penetrasi.
2. Mengetahui Bagaimana Etiologi Trauma Penitrasi.
3. Mengetahui Apa Saja Tanda dan Grjala Trauma Penetrasi.
4. Mengetahui Macam-macam Trauma penitrasi.
5. Mengetahui Bagaimana Pencegahan Tersier Trauma Penetrasi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Trauma Penetrasi
Trauma adalah cedera fisik dan psikis, kekerasan yang mengakibatkan cedera
(Sjamsuhidajat, 1997).trauma penentrasi merupakan trauma tajam dan trauma non-
penetrasi adalah trauma tumpul. Saluran kemih (termasuk ginjal, ureter, kandung
kemih dan uretra) dapat mengalami trauma karena luka tembus (tusuk), trauma
tumpul, terapi penyinaran maupun pembedahan. Gejala yang paling banyak
ditemukan adalah terdapatnya darah di urin (hematuria), berkurangnya proses
berkemih dan nyeri. Beberapa trauma dapat menyebabkan nyeri tumpul,
pembengkakan, memar, dan jika cukup berat, dapat menurunkan tekanan darah
(syok). Ada beberapa trauma yang bisa terjadi pada sistem perkemihan
B. Etiologi Trauma Penitrasi
C. Tanda dan Gejala Trauma Penitrasi
D. Macam Macam Trauma Penitrasi
1. Trauma Ginjal
a. Pengertian Trauma Ginjal
Trauma ginjal adalah trauma yang mengenai ginjal yang memberikan
manifestasi memar, laserasi, atau kerusakan pada struktur. Trauma ginjal
merupakan trauma pada system urologi yang paling sering terjadi. Kejadian
penyakit ini sekitar 8-10% dengan trauma tumpul atau trauma abdominal.
Pada banyak kasus trauma ginjal selalu dibarengi dengan organ penting
lainnya. Pada trauma ginjal akan menimbulkan rupture berupa perubahan
organic pada jaringannya. Cedera ringan menyebabkan hematuria yang hanya
dapat diketahui dengan pemeriksaan mikroskopis cedera berat bisa
menyebabkan hematuria yang tampak sebagai air kemih yang berwarna
kemerahan. Jika ginjal mengalami luka berat, bisa terjadi perdarahan hebat
dan air kemih bisa merembes ke jaringan di sekitarnya. Jika ginjal sampai
terpisah dari tangkainya yang mengandung vena dan arteri, maka bisa terjadi
perdarahan hebat, syok dan kematian
b. Patofisiologis Trauma Ginjal
Secara anatomis ginjal dilindungi oleh susunan tulang iga, muskulatur
punggung posterior, dan oleh lapisan dinding abdomen serta visera anterior,
karena itu cedera ginjal tidak jarang diikuti oleh cedera organ-organ yang
menyertainya.
Adanya cedera traumatik, menyebabkan ginjal dapat tertusuk oleh iga
bagian bawah, sehingga terjadi kontusi dan ruptur. Fraktur iga atau fraktur
prosesus tranversus lumbar vertebra atas dapat dihubungkan dengan kontusi
renal dan kontusi renal dan laserasi. Cedera dapat tumpul ( non penetrasi )
contohnya kecelakaan lalu lintas, jatuh, cedera atletik atau akibat pukulan,
dan cedera tajam ( penetrasi ) contohnya luka tembak atau luka tikam benda
tajam. Ketidakdisiplinan dalam menggunakan sabuk pengaman akan
memberikan reaksi goncangan ginjal didalam rongga retroperitoneum dan
menyebabkan regangan pedikel ginjal sehingga menimbulkan robekan tunika
intima arteri renalis. Robekan ini akan memacu terbentuknya bekuan-bekuan
darah yang selanjutnya dapat menimbulkan trombosis arteri renalis beserta
cabang-cabangnya. Kondisi penyakit pada ginjal seperti hidronefrosis, kista
ginjal, atau tumor ginjal akan memperberat suatu trauma pada kerusakan
struktur ginjal.
c. Manifestasi Trauma Ginjal
Cedera ginjal akan memberikan manifestasi kontusi, laserasi, ruptur dan
cedera pedikel renal atau laserasi internal keci pada ginjal. Secara fisiologis
ginjal menerima setengah dari aliran darah aorta abdominal, oleh karena itu
meskipun hanya terdapat laserasi renalyang kecil, namun hal ini dapat
menyebabkan perdarahan yang banyak.
a. Akibat trauma tumpul dapat ditemukan jejas di daerah lumbal
b. Pada trauma tajam tampak luka.
c. Pada palpasi di dapat nyeri tekan
d. ketegangan otot pinggang, sedangkan massa jarang teraba
e. Massa yang cepat meluas sering ditandai tanda kehilangan darah yang
banyak merupakan
f. tanda cedera vaskuler Nyeri abdomen pada daerah pinggang atau perut
bagian atas
g. Fraktur tulang iga terbawah sering menyertai cedera ginjal.
h. Hematuria makroskopik atau mikroskopik merupakan tanda utama cedera
saluran kemih.
2. Trauma Ureter
a. Pengertian Trauma Ureter
Menurut purnomo (2005) cedera ureter sangat jarang diumpai. Cedera ini
dapat terjadi karena trauma dari luar yaitu trauma tumpul maupun trauma
tajam. Lokasi ureter berada jauh di dalam rongga abdomen dan dilindungi
oleh tulang dan otot, sehingga cidera ureter karena trauma tidak umum
terjadi. Cidera pada ureter kebanyakan terjadi karena pembedahan.
Luka tusuk dan tembak juga dapat juga membuat ureter mengalami
trauma. Dan meskipun tidak umum, tumbukan atau decelerasi tiba-tiba
seperti pada kecelakaan mobil dapat merusak struktur ureter. Tindakan
kateterisasi ureter yang menembus dinding ureter atau pemasukan zat asam
atau alkali yang terlalu keras dapat juga menimbulkan trauma ureter.
Trauma ini kadang tidak ditemukan sebelum manifestasi klinik muncul.
Hematuria dapat terjadi, tapi indikasi umum adalah nyeri pinggang atau
manifestasi ekstravasasiurine.
b. Patofisiologi
Trauma tumpul dapat menyebabkan kontusi ( suatu memar berwarna
pucat yang besar atau ekimosis akibat masuknya darah ke jaringan dan
keterlibatan segmen dinding kandung kemih ) atau ruptur kandung kemih
secara intraperitoneal dan ektraperitoneal
Pembedahan merupakan tindakan utama untuk memperbaiki kerusakan,
mungkin dengan membuat anastomosis. Kadang-kadang prosedur radikal
seperti uterostomy cutaneus, transureterotomy, dan reimplantasi mungkin
dilakukan.
Sebagian besar trauma ureter (saluran dari ginjal yang menuju ke
kandung kemih) terjadi selama pembedahan organ panggul atau perut, seperti
histerektomi, reseksikolon atau uteroskopi. Seringkali terjadi kebocoran air
kemih dari luka yang terbentuk atau berkurangnya produksi air kemih.
Penyebab trauma ureter lainnya yaitu luka tembak atau tusuk Tanda dan
gejala Gejala biasanya tidak spesifik dan bisa timbul demam atau nyeri
c. Manifestasi klinis
Pada umumnya tanda dan gejala klinik umumnya tidak spesifik yaitu
1. Hematuria menunjukkan cedera pada saluran kemih.
2. Bila terjadi ekstravasasiurin dapat timbul urinom pada pinggang atau
abdomen, fistel uretero kutan melalui luka atau tanda rangsang peritoneum
bils urin masuk ke rongga intraperitoneal.
3. Pada cedera ureter bilateralditemukan anuria.
3. Trauma Uretra
a. Pengertan Trauma Uretra
Trauma uretra adalah suatu cedera yang mengenai uretra sehingga
menyebabkan ruptur pada uretra. Uretra,sama sepertibladder, dapat
mengalami cidera/trauma karena fraktur pelvic. Terjatuh dengan benda
membentur selangkangan (stradle injury) dapat menyebabkan contusio dan
laserasi pada uretra. Misalnya saat jatuh dari sepeda. Trauma dapat juga
terjadi saat intervensi bedah. Luka tusuk dapat pula menyebabkan kerusakan
pada uretra. Kerusakan uretra ini diindikasikan bila pasien tidak mampu
berkemih, penurunan pancaran urine, atau adanya darah pada meatus. Karena
kerusakan uretra,saat urine melewati uretra, proses berkemih dapat
menyebabkan ekstravasasisaluran urine yang menimbulkan pembengkakan
pada scrotum atau area inguinal yang mana akan menyebabkan sepsis dan
nekrosis.
b. Patofisiologi
Ada dua jenis trauma pada uretra, yang pertama adalah Ruptur Uretra
Posterior dan Ruptur Uretra Anterior.
1. Ruptur uretra Posterior
Akan didapatkan pada kondisi patah tulang pelvis pada daerah abdomen
bagian bawah dijumpai jejas, hematom perivesika.
2. Ruptur Uretra Anterior
Mekanisme cedera yang paling sering menyebabkan keruskan uretra
anterior adalah cedera selangkangan terutama pada saat bersepeda, yaitu
uretra terjepit diantara tulang pelvis dan benda tumpul.
c. Manifestasi klinis
1. Pada Ruptur uretra Posterior
Pada kondisi parah terjadi ruptur uretra total, bisa ditemukan
tanda rangsangan peritoneum, klien mengeluhkan tidak bisa buang air
kecil sejak terjadi trauma. Klien biasanya mengalami syok hipovolemik
akibta perdarahan dari dalam dari praktur pelvis.
2. Ruptur Uretra Anterior
Pada kondisi ini pasien mengeluh nyeri, adanya perdarahan per-
uretram atau hematuria. Jika terdapat robekan pada korpus spongiosum,
terlihat adanya hematom pada penis, pada keadaan ini seringkali pasien
tidak dapat miksi
E. Pencegahan Tersier Trauma peneterasi
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai