Anda di halaman 1dari 17

ASKEP TRAUMA GINJAL

ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN
DENGAN TRAUMA GINJAL

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini tepat
pada waktunya.
Berikut

ini

kami

mempersembahkan

sebuah

makalah

dengan

judul

ASUHAN

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN DENGAN


TRAUMA GINJAL, yang menurut kami dapat memberikan manfaat yang besar bagi kita.
Makalah ini berisikan tentang pengertian Trauma Ginjal atau yang lebih khususnya
membahas tentang Etiologi, Patofisiologi serta Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Trauma
Ginjal. Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.
Dengan ini kami mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima kasih dan
semoga Tuhan memberkati makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat.
Tomohon,
Tim Penyusun

Februari 2014

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Trauma ginjal merupakan trauma pada sistem urologi yang paling sering terjadi. Kejadian
penyakit ini sekitar 8-10% dengan trauma tumpul atau trauma abdominal. Pada banyak kasus,
trauma ginjal selalu dibarengi dengan trauma organ penting lainnya. Pada trauma ginjal akan
menimbulkan ruptur berupa perubahan organik pada jaringannya. Sekitar 85-90% trauma ginjal
terjadi akibat trauma tumpul yang biasanya diakibatkan oleh kecelakaan lalulintas.
Trauma ginjal biasanya terjadi akibat kecelakaan lalulintas atau jatuh. Trauma ini biasanya
juga disertai dengan fraktur pada vertebra thorakal 11-12. Jika terdapat hematuria kausa trauma
harus dapat diketahui. Laserasi ginjal dapat menyebabkan perdarahan dalam rongga peritoneum.
Tujuan dari penanganan trauma ginjal adalah untuk resusitasi pasien, mendiagnosis trauma
dan memutuskan penanganan terapi secepat mungkin. Penanganan yang efisien dengan tehnik
resusitasi dan pemeriksaan radiologi yang akurat dibutuhkan untuk menjelaskan manajemen
klinik yang tepat. Para radiologis memainkan peranan yang sangat penting dalam mencapai hal
tersebut, memainkan bagian yang besar dalam diagnosis dan stadium trauma. Lebih jauh, campur
tangan dari radiologis menolong penanganan trauma arterial dengan menggunakan angiografi
dengan transkateter embolisasi. Sebagai bagian yang penting dar trauma, radiologi harus
menyediakan konsultasi emergensi, keterampilan para ahli dalam penggunaan alat-alat radiologis
digunakan dalam evaluasi trauma, dan biasanya disertai trauma tumpul pada daerah abdominal.
B.
1.

TUJUAN
Tujuan Umum
Adapun tujuan umum penyusunan makalah ini agar supaya mahasiswa/i mampu memahami
tentang trauma ginjal dan dapat menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan trauma

2.
a.
b.

ginjal.
Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penyusunan makalah, agar supaya mahasiswa/i dapat :
Mampu menjelaskan mengenai konsep dasar trauma ginjal
Mengaplikasikan asuhan keperawatan pada klien dengan trauma ginjal dengan benar dan
bertanggung jawab.

c.

Mendokumentasikan semua tindakan dalam sebuah laporan asuhan keperawatan yang benar dan
tepat

BAB II
LANDASAN TEORI
A. DEFINISI
Trauma ginjal adalah kecederaan yang paling sering pada sistem urinari. Walaupun ginjal
mendapat proteksi dari otot lumbar, thoraks, badan vertebra dan viscera, ginjal mempunyai
mobiliti yang besar yang bisa mengakibatkan kerusakan parenchymal dan kecederaan vaskular
dengan mudah. Trauma sering kali disebabkan kerana jatuh, kecelakaan lalu lintas, luka tusuk,
dan luka tembak.
Trauma ginjal adalah cedera pada ginjal yang disebabkan oleh berbagai macam rudapaksa
baik tumpul maupun tajam.
Klasifikasi trauma ginjal menurut Sargeant dan Marquadt yang dimodifikasi oleh Federle :
Grade I
Lesi meliputi :
1)
2)
3)

Kontusio ginjal
Minor laserasi korteks dan medulla tanpa gangguan pada sistem pelviocalices
Hematom minor dari subcapsular atau perinefron (kadang kadang)
75 80 % dari keseluruhan trauma ginjal
Grade II
Lesi meliputi :

1)
2)
3)

1)
2)

1)
2)

Laserasi parenkim yang berhubungan dengan tubulus kolektivus sehingga terjadi extravasasi
urine
Sering terjadi hematom perinefron
Luka yang terjadi biasanya dalam dan meluas sampai ke medulla
10 15 % dari keseluruhan trauma ginjal
Grade III
Lesi meliputi :
Ginjal yang hancur
Trauma pada vaskularisasi pedikel ginjal
5 % dari keseluruhan trauma ginjal
Grade IV
Meliputi lesi yang jarang terjadi yaitu
Avulsi pada ureteropelvic junction
Laserasi dari pelvis renal

B.
1.

ETIOLOGI
Trauma Tumpul
Trauma tumpul sering menyebabkan luka pada ginjal, misalnya karena kecelakaan
kendaraan bermotor, terjatuh atau trauma pada saat berolahraga. Luka tusuk pada ginjal dapat
karena tembakan atau tikaman.
Trauma tumpul dibedakan menjadi :

a.

Trauma langsung biasanya disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas, olah raga, kerja atau
perkelahian. Trauma ginjal biasanya menyertai trauma berat yang juga mengenai organ organ

b.

lain.
Trauma tidak langsung misalnya jatuh dari ketinggian yang menyebabkan pergerakan ginjal
secara tiba tiba di dalam rongga peritoneum. Kejadian ini dapat menyebabkan avulsi pedikel
ginjal atau robekan tunika intima arteri renalis yang menimbulkan trombosis.

2.

Trauma Iatrogenik
Trauma iatrogenik pada ginjal dapat disebabkan oleh tindakan operasi atau radiologi
intervensi, dimana di dalamnya termasuk retrograde pyelography, percutaneous nephrostomy,

3.

dan percutaneous lithotripsy


Trauma Tajam
Trauma tajam adalah trauma yang disebabkan oleh tusukan benda tajam misalnya tusukan
pisau.
Luka karena senjata api dan pisau merupakan luka tembus terbanyak yang mengenai ginjal
sehingga bila terdapat luka pada pinggang harus dipikirkan trauma ginjal sampai terbukti
sebaliknya. Pada luka tembus ginjal, 80% berhubungan dengan trauma viscera abdomen.

C.

ANATOMI DAN FISIOLOGI

Sistem Perkrmihan Terdiri Dari :


1.

Ginjal
Ginjal merupakan organ yang berpasangan dan berbentuk seperti kacang. Terletak di kedua
sisi kolumna vertebralis. Ginjal kanan sedikit lebih rendah dibandingkan dengan ginjal kiri
karena tertekan kebawah oleh hati. Kutup atas ginjal kanan terletak setinggi kosta 12, sedangkan
kutup atas ginjal kiri terletak setinggi kosta 11. Setiap ginjal pada orang dewasa memiliki
panjang 12 sampai 13 cm, lebarnya 6 cm dan beratnya antara 120 sampai 150 gram. Ginjal
diliputi oleh suatu kapsula fibrosa tipis mengkilat, terbagi menjadi dua bagian yaitu: bagian
eksternal yang disebut Korteks, dan bagian internal disebut Medula.
Dilihat dari permukaan anterior, struktur ginjal terdiri dari; arteri dan vena renalis, saraf dan
pembuluh getah bening yang keluar dan masuk melalui hilus, ureter.
Darah dialirkan ke dalam setiap ginjal melalui arteri renalis dan keluar dari dalam ginjal
melalui vena renalis. Arteri renalis berasal dari aorta abdominalis dan vena renalis membawa
darah kembali ke dalam vena kava inferior.Aliran darah yang melalui ginjal jumlahnya 25% dari
curah jantung.
Dilihat dari potongan longitudinal, struktur ginjal terdiri dari: Kapsula, Korteks, Piramid
medula, nefron (terdiri dari glomerulus dan tubulus: proksimal, ansa Henle, distal), kaliks (minor
dan mayor), pelvis ginjal dan ureter.
Penyakit ginjal dimanifestasikan dengan adanya perubahan struktur ginjal, yaitu adanya

2.

perbedaan panjang dari kedua ginjal yang lebih dari 1,5 cm.
Ureter
Ureter merupakan pipa panjang dengan dinding yang sebagian besar terdiri atas otot polos.
Setiap ureter memiliki panjang 10 sampai 12 inci, Organ ini menghubungkan setiap ginjal
dengan kandung kemih. Organ ini berfungsi sebagai pipa untuk menyalurkan urin ke kandung

3.

kemih.
Vesica Urinaria (Kandung Kemih)

Kandung kemih adalah satu kantung berotot yang sebagian besar dindingnya terdiri dari otot
polos disebut muskulus detrusor yang dapat mengempis, terletak dibelakang simfisis pubis.
Kontraksi otot ini terutama berfungsi untuk mengosongkan kandung kemih pada saat BAK.
Organ ini berfungsi sebagai wadah sementara untuk menampung urin dan mendorong kemih
keluar tubuh dibantu oleh uretra.
4.

5.

Uretra
Uretra adalah saluran kecil yang dapat mengembang, berjalan dari kandung kemih sampai
ke luar tubuh. Panjang uretra pada wanita 1,5 inci dan pada laki-laki sekitar 8 inci.
Meatus urinarius (Muara uretra)

Fungsi Utama Ginjal Adalah :

1)
2)
3)

Fungsi Ekskresi
Mempertahankna osmolalitas plasma (285 m Osmol) dengan mengubah-ubah ekskresi air.
Mempertahankan kadar elektrolit plasma.
Mempertahankan pH plasma (7,4) dengan mengeluarkan kelebihan H+ dan membentuk kembali

4)

1)
2)
3)
4)
5)

HCO3.
Mengekskresikan produk akhir nitrogen dari metabolisme protein (urea, asam urat dan kreatinin)
Fungsi Non Ekskresi
Menghasilkan renin untuk pengaturan tekanan darah.
Menghasilkan eritropoietin untuk stimulasi produksi sel darah merah oleh sumsum tulang.
Metabolisme vitamin D.
Degradasi insulin.
Menghasilkan prostaglandin.

D. MANIFESTASI KLINIK
Tanda dan gejala trauma ginjal antara lain :
1. Nyeri
2. Hematuria
3. Mual dan muntah
4. Distensi abdomen
5. Syok akinat trauma multisistem

6.
7.
8.
9.
10.

Nyeri pada bagian punggung


Hematoma di daerah pinggang yang semakin hari semakin besar
Massa di rongga panggul
Ekimosis
Laserasi atau luka pada abdomen lateral dan rongga panggul

E.

PATOFISIOLOGI
Trauma tumpul merupakan penyebab utama dari trauma ginjal. Dengan lajunya
pembangunan, penambahan ruas jalan dan jumlah kendaraan, kejadian trauma akibat kecelakaan
lalu lintas juga semakin meningkat. Trauma tumpul ginjal dapat bersifat langsung maupun tidak
langsung. Trauma langsung biasanya disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas, olah raga, kerja atau
perkelahian. Trauma ginjal biasanya menyertai trauma berat yang juga mengenai organ organ
lain. Trauma tidak langsung misalnya jatuh dari ketinggian yang menyebabkan pergerakan ginjal
secara tiba tiba di dalam rongga peritoneum.
Kejadian ini dapat menyebabkan avulsi pedikel ginjal atau robekan tunika intima arteri
renalis yang menimbulkan trombosis. Ginjal yang terletak pada rongga retroperitoneal bagian
atas hanya terfiksasi oleh pedikel pembuluh darah serta ureter, sementara masa ginjal melayang
bebas dalam bantalan lemak yang berada dalam fascia Gerota. Fascia Gerota sendiri yang efektif
dalam mengatasi sejumlah kecil hematom , tidak sempurna dalam perkembangannnya. Kantong
fascia ini meluas kebawah sepanjang ureter ,meskipun menyatu pada dinding anterior aorta serta
vena cava inferior, namun mudah untuk sobek oleh adanya perdarahan hebat sehingga
perdarahan melewati garis tengah dan mengisi rongga retroperitoneal.(Guerriero, 1984). Karena
miskinnya fiksasi, ginjal mudah mengalami dislokasi oleh adanya akselerasi maupun deselerasi
mendadak, yang bisa menyebabkan trauma seperti avulsi collecting system atau sobekan pada
intima arteri renalis sehingga terjadi oklusi parsial maupun komplet pembuluh darah. Sejumlah
darah besar dapat terperangkap didalam rongga retroperitoneal sebelum dilakukan stabilisasi.
Keadaan ekstrem ini sering terjadi pada pasien yang datang di ruang gawat darurat dengan
kondisi stabil sementara terdapat perdarahan retroperitoneal. Korteks ginjal ditutupi kapsul tipis
yang cukup kuat. Trauma yang menyebabkan robekan kapsul sehingga menimbulkan perdarahan
pada kantong gerota perlu lebih mendapat perhatian dibanding trauma yang tidak menyebabkan
robekan pada kapsul. Vena renalis kiri terletak ventral aorta sehingga luka penetrans didaerah ini
bisa menyebabkan trauma pada kedua struktur. Karena letaknya yang berdekatan antara pankreas

dan pole atas ginjal kiri serta duodenum dengan tepi medial ginjal kanan bisa menyebabkan
trauma kombinasi pada pankreas, duodenum dan ginjal.. Anatomi ginjal yang mengalami
kelainan seperti hidronefrosis atau tumor maligna lebih mudah mengalami ruptur hanya oleh
adanya trauma ringan.(McAninch,2000).

F.

PATOFLOW DIAGRAM

G. KOMPLIKASI
Komplikasi awal terjadi I bulan pertama setelah cedera
1. Urinoma
2. Delayed bleeding
3. Urinary fistula
4. Abses
5. Hipertensi
Komplikasi Lanjut
1. Hidronefrosis
2. Arteriovenous fistula
3. Piolenofritis
H. PENATALAKSANAAN
1. Konservatif
Tindakan konservatif ditujukan pada trauma minor. Pada keadaan ini dilakukan observasi
tanda-tanda vital (tensi, nadi, suhu tubuh), kemungkinan adanya penambahan masa di pinggang,
adanya pembesaran lingkar perut, penurunan kadar hemoglombin dan perubahan warna urin
pada pemeriksaan urin. Trauma ginjal minor 85% dengan hematuri akan berhenti dan sembuh
2.
a.

secara spontan. Bed rest dilakukan sampai hematuri berhenti.


Eksplorasi
Indikasi Absolut
Indikasi absolut adalah adanya perdarahan ginjal persisten yang ditandai oleh adanya
hematom retroperitoneal yang meluas dan berdenyut. Tanda lain adalah adanya avulsi vasa

renalis utama pada pemeriksaan CT scan atau arteriografi.


b. Indikasi Relatif
1) Jaringan Nonviable
Parenkim ginjal yang nekrosis lebih dari 25% adalah indikasi relatif untuk dilakukan eksplorasi.
2)

Ekstravasasi Urin

Ekstravasasi urin menandakan adanya cedera ginjal mayor. Bila ekstravasasi menetap maka
membutuhkan intervensi bedah.
3) Incomplete Staging
Penatalaksanaan nonoperatif dimungkinkan apabila telah dilakukan pemeriksaan imaging untuk
menilai derajat trauma ginjal. Adanya incomplete staging memerlukan pemeriksaan imaging
dahulu atau eksplorasi /rekonstruksi ginjal. Pada pasien dengan kondisi tidak stabil yang
memerlukan tindakan laparotomi segera, pemeriksaan imaging yang bisa dilakukan hanyalah one
shot IVU di meja operasi. Bila hasil IVU abnormal atau tidak jelas atau adanya perdarahan
persisten pada ginjal harus dilakukan eksplorasi ginjal.
4) Trombosis Arteri
Trombosis arteri renalis bilateral komplit atau adanya ginjal soliter dibutuhkan eksplorasi segera
dan revaskularisasi.
5) Trauma Tembus
Pada trauma tembus indikasi absolut dilakukan eksplorasi adalah perdarahan arteri
persisten. Hampir semua trauma tembus renal dilakukan tindakan bedah. Perkecualian adalah
trauma ginjal tanpa adanya penetrasi peluru intraperitoneum Luka tusuk sebelah posterior linea
3.

aksilaris posterior relatif tidak melibatkan cedera organ lain.(Brandes, 2003)


Teknik Operasi

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Aktivitas Istirahat
Gejala : Keletihan, kelemahan, dan malaise
Tanda : Kelemahan otot, kehilangan tonus otot
2. Sirkulasi
Tanda : Hipotensi, hipertensi
Distrimia jantung
Nadi lemah dan halus
Edema jaringan umum
Pucat kecenderungan perdarahan
3. Eliminasi
Gejala : Perubahan pola berkemih, nyeri ketika berkemih
Perubahan warna urin, distensi urin
Tanda : Hematuria, urin pekat, merah
4.

Makanan dan cairan


Tanda : Peningkatan berat badan (edema)
Anoreksia, nyeri ulu hati
Gejala : Perubahan turgor kulit

5.
Gejala
6.
7.
8.

Edema (umumnya bagian bawah)


Neurosensori
Tanda : Sakit kepala, penglihatan kabur, kram otot, kejang
: Penurunan tingkat kesadaran (azotemia, ketidakseimbangan
elektrolit)
Nyeri dan Kenyamanan
Gejala : Nyeri abdomen kiri/kanan atas, insomnia
Tanda : Perilaku berhati-hati/distraksi, gelisah, mengeluh nyeri
Pernapasan
Gejala : Napas pendek
Tanda : Tachipnea, dispnea, peningkatan frekuensi
Pemeriksaan Diagnostic
Volume
: Biasanya < 400/24 jam, setelah ginjal rusak
Warna : Kotor, sedimen kotor menunjukan adanya darah
Berat jenis
: < 1,020 menunjukan adanya kerusakan berat pada ginjal
Osmolaritas : < 350 mosm/kg menunjukan kerusakan ginjal
SDM
: Mungkin ada infeksi karena pengaruh trauma
Ph
: > 7 menunjukan ada infeksi saluran kemih

Darah
: Hb turun, pH > 7,2 asidosis metabolic (karena kemampuan
ginjal untuk mengeksresi hydrogen dan hasil akhir metabolisme)
PIV
: Dilakukan jika luka tusuk dan luka tembak melukai ginjal,
cedera tumpul ginjal yang memberikan tanda-tanda hematuria makroskopik dan cedera tumpul
ginjal yang memberikan tanda-tanda hematuria makroskopik yang disertai syok.
USG

: Dilakukan pada cedera tumpul pada ginjal yang menunjukan

hematuria mikroskopik tanpa disertai syok.


CT SCAN

: Pemeriksaan ini dapat menunjukan adanya robekan jaringan

ginjal dan adanya nekrosis jaringan ginjal yang luas.


B.
1.
2.
3.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik
Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan kerusakan pada ginjal
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan tubuh sekunder dan
sistem imun, malnutrisi, prosedur invasif

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan agen cedera fisik
Intervensi
1) Kaji intensitas nyeri, perhatikan lokasi dan karakteristik
R : Hasil pengkajian membantu evaluasi derajat ketidaknyamanan dan ketidakefektifan analgesik
atau menyatakan adanya komplikasi.
2) Bedrest dan atur posisi yang nyaman bagi pasien
R : Posisi yang nyaman dapat membantu meminimalkan nyeri.
3) Dorong penggunaan tekhnik relaksasi
R : Membantu pasien lebih efektif dan menurunkan tegangan otot abdomen.
4) Anjurkan pasien untuk menghindari posisi yang menekan lumbal, daerah trauma.
R : Nyeri akut tercetus panda area ginjal oleh penekanan.
5) Berikan analgesik sesuai dengan resep
R : Analgesic dapat menghilangnkan nyeri dan ketidaknyamanan.
2. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan kerusakan pada ginjal
Intervensi
1) Monitor asupan dan keluaran urine.
R : Hasil monitoring memberikan informasi tentang fungsi ginjal dan adanya komplikasi. Contohnya
infeksi dan perdarahan.
2) Monitor paralisis ileus (bising usus)
R : Gangguan dalam kembalinya bising usus dapat mengindikasika adanya komplikasi, contoh

4)
R:
5)

peritonitis, obstruksi mekanik.


Amankan inspeksi, dan bandingkan setiap specimen urine.
R :
Berguna untuk mengetahui aliran urine dan hematuria.
Lakukan kateterisasi bila diindikasikan.
Kateterisasi meminimalkan kegiatan berkemih pasien yang kesulitan berkemih manual.
Pantau posisi selang drainase dan kantung sehingga memungkinkan tidak terhambatnya aliran

R:

urine
Hambatan aliran urine memungkinkan terbentuknya tekanan dalam saluran perkremihan,

3)

membuat resiko kebocoran dan kerusakan parenkim ginjal.


3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan tubuh sekunder dan
sistem imun, malnutrisi, prosedur invasif.
Intervensi
1) Cuci tangan sebelum melakukan tindakan. Pengunjung juga dianjurkan melakukan hal yang
sama.
R:
Mencegah terjadinya infeksi silang.
2) Jaga personal hygine klien dengan baik.
R:
Menurunkan/mengurangi adanya organisme hidup.
3) Monitor temperature
R:
Peningkatan suhu merupakan tanda terjadinya infeksi.

4)

Kaji semua sistem untuk melihat tanda-tanda infeksi.


R:
Mencegah/mengurangi terjadinya resiko infeksi.
5) Berikan antibiotik bila diindikasikan.
R:
Mencegah terjadinya infeksi

BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Trauma ginjal adalah cedera pada ginjal yang disebabkan oleh berbagai macam rudapaksa
baik tumpul maupun tajam. Penyebab nya adalah dari trauma tumpul, trauma iatrogenic, dan
trauma tajam. Adapun tanda dan gejala yang muncul diantaranya : luka, jika terkena benda
tajam, jejas jika terkena benda tumpul, nyeri, perdarahan.
Adapun penatalaksanaan medis yaitu secara kenservatif dan operatif. Untuk farmakologi
yang bias digunakan yaitu : analgetik, antibiotic, diuretic, dan kortikosteroid.
B.

SARAN
Trauma pada system perkemihan sangat fatal akibatnya bagi kesehatan tubuh. Hal ini tidak
bisa ditindaklanjuti sembarangan. Diperlukan penanganan khusus dan serius agar tidak terjadi
komplikasi yang lebih parah lagi. Bahkan sampai penanganannya memerlukan pembedahan.
Untuk itu agar tidak terjadi trauma system perkemihan dapat tertangani dengan baik maka
sebaiknya kita mempercayakan kepada tim medis yang sudah berpengalaman dan mengerti
mengenai penanganan masalah trauma system perkemihan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Corwin, Elizabeth J. (2001). Buku Saku Patofisiologi. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta
Purnawan Junadi, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi ke 2. Media Aeskulapius, FKUI
1982. Soeparman, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Balai Penerbit FKUI 1990.
Doenges E Marilynn, 2000., Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta
Kalim, Handono, 1996., Ilmu Penyakit Dalam, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
Mansjoer, Arif, 2000., Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculaapius FKUI, Jakarta.
http://id.scribd.com/doc/81798526/Askep-Trauma-Ginjal
http://www.slideshare.net/nufrz/dradam-trauma-urologi-dan-pelvis-as
http://caramengecilkanpaha.com/tips-menurunkan-kolesterol/

Anda mungkin juga menyukai