Anda di halaman 1dari 31

ASUHAN KEPERAWATAN TRAUMA GINJAL

KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas berkat dan limpahan rahmatnyalah maka kami dapat menyelesaikan
makalah ini tepat waktu.
          Berikut ini penulis mempersembahkan sebuah makalah dengan
judul"Asuhan Keperawatan Trauma Ginjal”, yang menurut kami dapat
memberikan manfaat yang besar bagi kita untuk mengetahui bahaya penyakit
ini..
Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan
memohon permakluman bila mana isi makalah ini ada kekurangan dan ada
tulisan yang kami buat kurang tepat atau menyinggung perasaan pembaca.
Dengan ini kami mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima
kasih dan semoga allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat
memberikan manfaat.

                                                                                                                     

DAFTAR ISI :
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR………………………………………………………… i
DAFTAR ISI………………………………………………………………. ii - iii
BAB I PENDAHULUAN
A Latar Belakang…………………………………………………. 1
B Tujuan…………………………………………………………………….2

BAB II PEMBAHASAN
A Definisi
B Etiologi
C Patofisiologi
D WOC
E Anatomi fisiologi ginjal
F Komplikasi
G Penatalaksanaan
H Klasifikasi
I Manifestasi klinis
J Pemeriksaan Diagnostik
BAB III PEMBAHASAN
A Pengkajian
B Diagnosa keperawatan
C Intervensi keperawatan

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Trauma ginjal merupakan trauma pada sistem urologi yang paling
sering terjadi. Kejadian penyakit ini sekitar 8-10% dengan trauma tumpul
atau trauma abdominal. Pada banyak kasus, trauma ginjal selalu dibarengi
dengan trauma organ penting lainnya. Pada trauma ginjal akan
menimbulkan ruptur berupa perubahan organik pada jaringannya. Sekitar
85-90% trauma ginjal terjadi akibat trauma tumpul yang biasanya
diakibatkan oleh kecelakaan lalulintas.
Trauma ginjal biasanya terjadi akibat kecelakaan lalulintas atau jatuh.
Trauma ini biasanya juga disertai dengan fraktur pada vertebra thorakal 11-
12. Jika terdapat hematuria kausa trauma harus dapat diketahui. Laserasi
ginjal dapat menyebabkan perdarahan dalam rongga peritoneum.
Tujuan dari penanganan trauma ginjal adalah untuk resusitasi pasien,
mendiagnosis trauma dan memutuskan penanganan terapi secepat
mungkin. Penanganan yang efisien dengan tehnik resusitasi dan
pemeriksaan radiologi yang akurat dibutuhkan untuk menjelaskan
manajemen klinik yang tepat. Para radiologis memainkan peranan yang
sangat penting dalam mencapai hal tersebut, memainkan bagian yang
besar dalam diagnosis dan stadium trauma. Lebih jauh, campur tangan dari
radiologis menolong penanganan trauma arterial dengan menggunakan
angiografi dengan transkateter embolisasi. Sebagai bagian yang penting dar
trauma, radiologi harus menyediakan konsultasi emergensi, keterampilan
para ahli dalam penggunaan alat-alat radiologis digunakan dalam evaluasi
trauma, dan biasanya disertai trauma tumpul pada daerah abdominal.
B.  Tujuan
1. Tujuan umum
mahasiswa mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien trauma
ginjal
2. Tujuan khusus
a. Mampu memahami defenisi trauma ginjal
b. Mampu memahami etiologi trauma ginjal
c.  Mampu memahami manifestasi klinis trauma ginjal
d. Mampu memahami anatomi fisiologi trauma ginjal
e. Mampu memahami klasifikasi trauma ginjal
f. Mampu memahami patofisiologis trauma ginjal
g. Mampu memahami WOC trauma ginjal
h. Mampu memahami penatalaksanaan trauma ginjalMampu memahami
pemeriksaan diagnostik trauma ginjal
i.  Mampu memahami komplikasi trauma ginjal

BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Trauma ginjal adalah cedera yang mengenai ginjal yangmemberikan
manifestasi memar, laserasi, atau kerusakan padastruktur. (Arif Muttaqin,
2011)
Cedera ginjal dapat terjadi secara:
1) Langsung akibat benturan yang mengenai daerah pinggang. 
2) Tidak langsung yaitu merupakan cedera deselerasi
akibat pergerakan ginjal secara tiba
tiba didalam ronggaretroperitoneum. (Basuki B. Purnomo, 2003).
Trauma ginjal merupakan trauma pada sistem urologi yang paling
sering terjadi. Kejadian penyakit ini sekitar 8-10% dengan trauma tumpul
atau trauma abdominal. Pada banyak kasus, trauma ginjal selalu dibarengi
dengan trauma organ penting lainnya. Pada trauma ginjal akan
menimbulkan ruptur berupa perubahan organik pada jaringannya. Sekitar
85-90% trauma ginjal terjadi akibat trauma tumpul yang biasanya
diakibatkan oleh kecelakaan lalulintas.
Trauma ginjal adalah cedera pada ginjal yang disebabkan oleh
berbagai macam rudapaksa baik tumpul maupun tajam.

B. Etiologi
Mekanisme cedera yang dapat menyebabkan injuri pada ginjal
adalahsebagai berikut.
1) Trauma penetrasi benda tajam (misalnya: luka tembak, luka tusuk atau
tikam) menyebabkan trauma pada ginjal sehingga terjadi syok akibat
trauma multisistem.
2) Trauma tumpul (misalnya: jatuh, cedera atletik, kecelakaan lalulintas,
akibat pukulan) menyebabkan ginjal malposisi, dan kontak dengan iga
(tulang belakang).
3)  Cedera iatrogenik (misalnya: prosedur endourologi, ESWL, biopsiginjal,
prosedur perkutaneus pada ginjal).
4) Intraoperatif (misalnya diagnostik peritoneal lavage).
5) Lainnya (misalnya: penolakan transplantassi ginjal, melahirkan[dapat
menyebabkan laserasi spontan ginjal]. 
C. Patofisiologi
Trauma tumpul merupakan penyebab utama dari trauma ginjal.
Dengan lajunya pembangunan, penambahan ruas jalan dan jumlah
kendaraan, kejadian trauma akibat kecelakaan lalu lintas juga semakin
meningkat. Trauma tumpul ginjal dapat bersifat langsung maupun tidak
langsung. Trauma langsung biasanya disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas,
olah raga, kerja atau perkelahian. Trauma ginjal biasanya menyertai trauma
berat yang juga mengenai organ organ lain. Trauma tidak langsung misalnya
jatuh dari ketinggian yang menyebabkan pergerakan ginjal secara tiba tiba
di dalam rongga peritoneum.
Kejadian ini dapat menyebabkan avulsi pedikel ginjal atau robekan
tunika intima arteri renalis yang menimbulkan trombosis. Ginjal yang
terletak pada rongga retroperitoneal bagian atas hanya terfiksasi oleh
pedikel pembuluh darah serta ureter, sementara masa ginjal melayang
bebas dalam bantalan lemak yang berada dalam fascia Gerota. Fascia
Gerota sendiri yang efektif dalam mengatasi sejumlah kecil hematom , tidak
sempurna dalam perkembangannnya. Kantong fascia ini meluas kebawah
sepanjang ureter ,meskipun menyatu pada dinding anterior aorta serta
vena cava inferior, namun mudah untuk sobek oleh adanya perdarahan
hebat sehingga perdarahan melewati garis tengah dan mengisi rongga
retroperitoneal.(Guerriero, 1984). Karena miskinnya fiksasi, ginjal mudah
mengalami dislokasi oleh adanya akselerasi maupun deselerasi mendadak,
yang bisa menyebabkan trauma seperti avulsi collecting system atau
sobekan pada intima arteri renalis sehingga terjadi oklusi parsial maupun
komplet pembuluh darah. Sejumlah darah besar dapat terperangkap
didalam rongga retroperitoneal sebelum dilakukan stabilisasi. Keadaan
ekstrem ini sering terjadi pada pasien yang datang di ruang gawat darurat
dengan kondisi stabil sementara terdapat perdarahan retroperitoneal.
Korteks ginjal ditutupi kapsul tipis yang cukup kuat. Trauma yang
menyebabkan robekan kapsul sehingga menimbulkan perdarahan pada
kantong gerota perlu lebih mendapat perhatian dibanding trauma yang
tidak menyebabkan robekan pada kapsul. Vena renalis kiri terletak ventral
aorta sehingga luka penetrans didaerah ini bisa menyebabkan trauma pada
kedua struktur. Karena letaknya yang berdekatan antara pankreas dan pole
atas ginjal kiri serta duodenum dengan tepi medial ginjal kanan bisa
menyebabkan trauma kombinasi pada pankreas, duodenum dan ginjal..
Anatomi ginjal yang mengalami kelainan seperti hidronefrosis atau tumor
maligna lebih mudah mengalami ruptur hanya oleh adanya trauma ringan.
(McAninch,2000).
D. Anatomi fisiologi ginjal
A Anatomi Ginjal
1) Makroskopis
Ginja lterletak dibagian belakang abdomen atas, dibelakang
peritonium (retroperitoneal), didepan dua kosta terakhir dan tiga otot-otot
besar (transversus abdominis, kuadratus lumborum dan psoas mayor) di
bawah hati dan limpa. Di bagian atas (superior) ginjal terdapat
kelenjaradrenal (juga disebut kelenjar suprarenal). Kedua ginjal terletak di
sekitar vertebra T12 hingga L3. Ginjal pada orang dewasa  berukuran
panjang 11-12 cm, lebar 5-7 cm, tebal 2,3-3 cm, kira-kira sebesar kepalan
tangan manusia dewasa. Berat kedua ginjal kurang dari 1% berat seluruh
tubuh atau kurang lebih beratnya antara 120-150 gram.
2) Ginjal
Bentuknya seperti biji kacang, dengan lekukan yang menghadap ke
dalam. Jumlahnya ada 2 buah yaitu kiri dan kanan, ginjal kiri lebih besar dari
ginjal kanan dan pada umumnya ginjal laki-laki lebih panjang dari pada
ginjal wanita. Ginjal kanan biasanya terletak sedikit ke bawah dibandingkan
ginjal kiri untuk memberi tempat  lobus hepatis dexter yang besar.  Ginjal
dipertahankan dalam posisi tersebut oleh bantalan lemak yang tebal. Kedua
ginjal dibungkus oleh dua lapisan lemak (lemak perirenal dan lemak
pararenal) yang membantu meredam guncangan.
Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula
fibrosa, terdapat cortex renalis di bagian luar, yang berwarna coklat gelap,
dan medulla renalis di bagian dalam yang berwarna coklat lebih terang
dibandingkan cortex. Bagian medulla berbentuk kerucut yang disebut
pyramides renalis, puncak kerucut tadi menghadap kaliks yang terdiri dari
lubang-lubang kecil disebut papilla renalis.
Hilum adalah pinggir medial ginjal berbentuk konkaf sebagai pintu
masuknya pembuluh darah, pembuluh limfe, ureter dan nervus. Pelvis
renalis berbentuk corong yang menerima urinyang diproduksi ginjal.
Terbagi menjadi dua atau tiga kaliks renalis majores yang masing-masing
akan bercabang menjadi dua atau tiga kaliks renalis minores.
Medulla terbagi menjadi bagian segitiga yang disebut piramid. Piramid-
piramid tersebut dikelilingi oleh bagian korteks dan tersusun dari segmen-
segmen tubulus dan duktus pengumpul nefron. Papila atau apeks dari tiap
piramid membentuk duktus papilaris bellini yang terbentuk dari kesatuan
bagian terminal dari banyak duktus pengumpul (Price,1995 : 773).
3) Mikroskopis
Ginjal terbentuk oleh unit yang disebut nephron yang berjumlah 1-1,2
juta buah pada tiap ginjal. Nefron adalah unit fungsional ginjal. Setiap
nefron terdiri dari kapsula bowman, tumbai kapiler glomerulus, tubulus
kontortus proksimal, lengkung henle dan tubulus kontortus distal, yang
mengosongkan diri keduktus pengumpul. (Price, 1995)
Unit nephron dimulai dari pembuluh darah halus / kapiler, bersifat sebagai
saringan disebut Glomerulus, darah melewati glomerulus/ kapiler tersebut
dan disaring sehingga terbentuk filtrat (urin yang masih encer) yang
berjumlah kira-kira 170 liter per hari, kemudian dialirkan melalui
pipa/saluran yang disebut Tubulus. Urin ini dialirkan keluar ke saluran
Ureter, kandung kencing, kemudian ke luar melalui Uretra.
Nefron berfungsi sebagai regulator air dan zat terlarut (terutama elektrolit)
dalam tubuh dengan cara menyaring darah, kemudian mereabsorpsi cairan
dan molekul yang masih diperlukan tubuh. Molekul dan sisa cairan lainnya
akan dibuang. Reabsorpsi dan pembuangan dilakukan menggunakan
mekanisme pertukaran lawan arus dan kotranspor. Hasil akhir yang
kemudian diekskresikan disebut urin.
4) Vaskularisasi ginjal
Arteri renalis dicabangkan dari aorta abdominalis kira-kira setinggi
vertebra lumbalis II. Vena renalis menyalurkan darah kedalam vena
kavainferior yang terletak disebelah kanan garis tengah. Saat arteri renalis
masuk kedalam hilus, arteri tersebut bercabang menjadi arteri interlobaris
yang berjalan diantara piramid selanjutnya membentuk arteri arkuata
kemudian membentuk arteriola interlobularis yang tersusun paralel dalam
korteks. Arteri interlobularis ini kemudian membentuk arteriola aferen
pada glomerulus (Price, 1995).
Glomeruli bersatu membentuk arteriola aferen yang kemudian
bercabang membentuk sistem portal kapiler yang mengelilingi tubulus dan
disebut kapiler peritubular. Darah yang mengalir melalui sistem portal ini
akan dialirkan kedalam jalinan vena selanjutnya menuju vena interlobularis,
vena arkuarta, vena interlobaris, dan vena renalis untuk akhirnya mencapai
vena cava inferior. Ginjal dilalui oleh sekitar 1200 ml darah permenit suatu
volume yang sama dengan 20-25% curah jantung (5000 ml/menit) lebih dari
90% darah yang masuk keginjal berada pada korteks sedangkan sisanya
dialirkan ke medulla. Sifat khusus aliran darah ginjal adalah otoregulasi
aliran darah melalui ginjal arteiol afferen mempunyai kapasitas intrinsik
yang dapat merubah resistensinya sebagai respon terhadap perubahan
tekanan darah arteri dengan demikian mempertahankan aliran darah ginjal
dan filtrasi glomerulus tetap konstan ( Price, 1995).
5) Persarafan Pada Ginjal
Menurut Price (1995) “Ginjal mendapat persarafan dari nervus renalis
(vasomotor), saraf ini berfungsi untuk mengatur jumlah darah yang masuk
kedalam ginjal, saraf ini berjalan bersamaan dengan pembuluh darah yang
masuk ke ginjal”.
B Fisiologi Ginjal
Ginjal adalah organ yang mempunyai pembuluh darah yang sangat
banyak (sangat vaskuler) tugasnya memang pada dasarnya adalah
“menyaring/membersihkan” darah. Aliran darah ke ginjal adalah 1,2
liter/menit atau 1.700 liter/hari, darah tersebut disaring menjadi cairan
filtrat sebanyak 120 ml/menit (170 liter/hari) ke Tubulus. Cairan filtrat ini
diproses dalam Tubulus sehingga akhirnya keluar dari ke-2 ginjal menjadi
urin sebanyak 1-2 liter/hari.
A. Fungsi Ginjal
a. memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis atau racun,
b.  mempertahankan  keseimbangan cairan tubuh,
c. mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh,
dan
d. mengeluarkan sisa-sisa metabolisme akhir dari protein ureum, kreatinin
dan amoniak.
e. Mengaktifkan vitamin D untuk memelihara kesehatan tulang.
f. Produksi hormon yang mengontrol tekanan darah.
g. Produksi Hormon Erythropoietin yang membantu pembuatan sel darah
merah
F.       Komplikasi
a)  Komplikasi awal terjadi I bulan pertama setelah cedera
1.  Urinoma
2.  Delayed bleeding
3.  Urinary fistula
4.  Abses
5.  Hipertensi
b)  Komplikasi Lanjut
a. Hidronefrosis
b. Arteriovenous fistula
c.  Piolenofritis
G.      Penatalaksanaan
1.  Konservatif
Tindakan konservatif ditujukan pada trauma minor. Pada keadaan ini dilakukan
observasi tanda-tanda vital (tensi, nadi, suhu tubuh), kemungkinan adanya penambahan
masa di pinggang, adanya pembesaran lingkar perut, penurunan kadar hemoglombin
dan perubahan warna urin pada pemeriksaan urin. Trauma ginjal minor 85% dengan
hematuri akan berhenti dan sembuh secara spontan. Bed rest dilakukan sampai
hematuri berhenti.

2.  Eksplorasi
a.  Indikasi Absolut
Indikasi absolut adalah adanya perdarahan ginjal persisten yang ditandai oleh
adanya hematom retroperitoneal yang meluas dan berdenyut. Tanda lain adalah adanya
avulsi vasa renalis utama pada pemeriksaan CT scan atau arteriografi.
b.      Indikasi Relatif
c. Jaringan Nonviable
Parenkim ginjal yang nekrosis lebih dari 25% adalah indikasi relatif untuk dilakukan
eksplorasi.
b.  Ekstravasasi Urin
Ekstravasasi urin menandakan adanya cedera ginjal mayor. Bila ekstravasasi
menetap maka membutuhkan intervensi bedah.
c. Incomplete Staging
Penatalaksanaan nonoperatif dimungkinkan apabila telah dilakukan pemeriksaan
imaging untuk menilai derajat trauma ginjal. Adanya incomplete staging memerlukan
pemeriksaan imaging dahulu atau eksplorasi /rekonstruksi ginjal.  Pada pasien dengan
kondisi tidak stabil yang memerlukan tindakan laparotomi segera, pemeriksaan imaging
yang bisa dilakukan hanyalah one shot IVU di meja operasi. Bila hasil IVU abnormal atau
tidak jelas atau adanya perdarahan persisten pada ginjal harus dilakukan eksplorasi
ginjal.
d.      Trombosis Arteri
Trombosis arteri renalis bilateral komplit atau adanya ginjal soliter dibutuhkan
eksplorasi segera dan revaskularisasi.
e.       Trauma Tembus
Pada trauma tembus indikasi absolut dilakukan eksplorasi adalah perdarahan arteri
persisten. Hampir semua trauma tembus renal dilakukan tindakan bedah. Perkecualian adalah
trauma ginjal tanpa adanya penetrasi peluru intraperitoneum Luka tusuk sebelah posterior
linea aksilaris posterior relatif tidak melibatkan cedera organ lain.(Brandes, 2003)  
3.      Teknik Operasi
H.       Klasifikasi
a.         Trauma renal minor mencakup kontusi, hematom dan beberapa laserasi dikorteks ginjal.
b.        Cedera renal mayor mencakup laserasi mayor disertai rupture kapsul ginjal.
c.         Trauma vaskuler (renal kritikal) meliputi laserasi multiple yang parah pada ginjal disertai
cedera panda suplay vaskuler ginjal.

Klasifikasi trauma ginjal menurut Sargeant dan Marquadt yang dimodifikasi oleh Federle:
Grade I
Lesi meliputi :
a.       Kontusi ginjal
b.      Minor laserasi korteks dan medula tanpa gangguan pada sistem pelviocalices
c.       Hematom minor dari subcapsular atau perinefron (kadang – kadang)
d.      75 – 80 % dari keseluruhan trauma ginjal
Grade II
Lesi meliputi :
a.       Laserasi parenkim yang berhubungan dengan tubulus kolektivus sehingga terjadi
extravasasi urine
b.      Sering terjadi hematom perinefron
c.       Luka yang terjadi biasanya dalam dan meluas sampai ke medulla
d.      10 – 15 % dari keseluruhan trauma ginjal
Grade III
Lesi meliputi
a.    Ginjal yang hancur
b.    Trauma pada vaskularisasi pedikel ginjal
c.    5 % dari keseluruhan trauma ginjal
Grade IV
Meliputi lesi yang jarang terjadi yaitu:
a.       Avulasi pada ureteropelvic junction
b.      Laserasi pada pelvis renal
I.         Manifestasi klinis
Anda kardinal dari trauma (ruptur) ginjal adalah hematuria, yang dapat bersifat massif atau
sedikit, tetapi besarnya trauma tidak dapat diukur dengan volume hematuria atau tanda-tanda
luka. Tanda lainnya ialah adanya nyeri pada abdomen dan lumbal, kadang-kadang dengan
rigiditas pada dinding abdomen dan nyeri lokal. Jika pasien datang dengan kontur pinggang
yang kecil dan datar, kita dapat mensuspeknya dengan hematoma perinefrik. Pada kasus
perdarahan atau efusi retroperitoneal, trauma ginjal kemungkinan dihubungkan dengan ileus
paralitik, yang bisa menimbulkan bahaya karena membingungkan untuk didiagnosis dengan
trauma intraperitoneal.
Dokter harus memperhatikan fraktur iga, fraktur pelvis atau trauma vertebra yang dapat
berkembang menjadi trauma ginjal. Nausea dan vomiting dapat juga ditemukan. Kehilangan
darah dan shock kemungkinan akan ditemukan pada perdarahan retroperitoneal.
a)      Nyeri
b)      Hematuria
c)      Mual dan muntah
d)     Distensi abdomen
e)      Syok akinat trauma multisistem
f)       Nyeri pada bagian punggung
g)      Hematoma di daerah pinggang yang semakin hari semakin besar
h)      Massa di rongga panggul
i)        Ekimosis
j)        Laserasi atau luka pada abdomen lateral dan rongga panggul
J.        Pemeriksaan Diagnostik
Ada beberapa tujuan pemeriksaan diagnostik pada pasien yang dicurigai menderita trauma
ginjal:
a.    Klasifikasi beratnya trauma sehingga dapat dilakukan penanganan yang tepat dan
menentukan prognosinya.
b.    Menyingkirkan keadaan ginjal patologis dan pre trauma
c.    Mengevaluasi keadaaan ginjal kontralateral
d.   Mengevaluasi keadaan organ intra abdomen lainya.

·      Foto pols abdomen


·      IVP →bila pasien tidak syock
·      CT Scan Abdomen
·      USG ginjal → Dicurigai adanya hematom
BAB III
PEMBAHASAN
A.      Pengkajian
Tanggal pengkajian                      :
Ruangan                                       :
1.      Identitas klien
a.       Nama                                :
b.      No. MR                            :
c.       Umur                                :
d.      Pekerjaan                          :
e.       Agama                              :                      
f.       Jenis kelamin                    :
g.      Alamat                             :
h.      Tanggal masuk RS           :
i.        Alasan masuk RS             :
j.        Cara masuk RS                :
k.      Penanggung jawab           :
l.        Riwayat alergi                  :
1)      Obat                     :
2)      Makanan              :
m.    Alat bantu yang terpakai  :
2.         Riwayat kesehatan
a.         Keluhan utama
Keluhan utama yang paling sering adalah nyeri bagian pinggang
b.        Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya pasien mengalami nyeri bagian abdomen, Hematuria, Distensi abdomen, Syok akinat
trauma multisistem,Nyeri pada bagian punggung, Hematoma di daerah pinggang yang semakin
hari semakin besar,Massa di rongga panggul, Ekimosis, Laserasi atau luka pada abdomen
lateral dan rongga panggul

c.         Riwayat kesehatan dahulu


Beberapa tahun sebelumnya pasien mengalami benturan mengenai daerah pinggang,
baik Trauma penetrasi benda tajam (misalnya: luka tembak, luka tusuk atau tikam), Trauma
tumpul (misalnya: jatuh, cedera atletik, kecelakaan lalulintas, akibat pukulan) Cedera
iatrogenik (misalnya: prosedur endourologi, ESWL, biopsiginjal, prosedur perkutaneus pada
ginjal).Intraoperatif (misalnya diagnostik peritoneal lavage). Dan juga penolakan transplantassi
ginjal, dan melahirkan
d.        Riwayat kesehatan keluarga
Apakah keluarga klien ada yang mempunyai penyakit seperti yang dialami pasien,dan apakah
keluarga pasien ada memiliki riwayat hipotensi, jantung, ginjal, DM, dan penyakit menular,
atau menurun lainnya.

3.         Tanda- tanda vital


TD                : biasanya lebih dari 130/90, meningkat (hipertensi)
RR                :biasanya lebih dari 24 x/i, kusmaul
N                   : biasanya lebih dari 80 x/ menit, takikardi
S                    : bisanya lebih dari 35-37.5 meningkat (demam)
4.         Pemeriksaan fisik
a.       Rambut
Biasanya keadaan kulit kepala bersih, tidak ada ketombe, tidak ada lesi,warna rambut hitam,
tidak bau dan tidak ada edema
b.      Wajah
Biasanya simetri kiri dan kanan, tidak ada edema/hematome, tidak ada lesi
c.       Mata
Biasanya mata simetris kiri dan kanan, reflek cahaya normal yaitu pupil mengecil, konjungtiva
anemis, sclera tidak ikterik
d.      Hidung
Biasanya simetris kiri dan kanan, tidak menggunakan cupping hidung, tidak ada polip, dan tidak
ada lesi
e.       Telinga
Biasanya simetris kiri dan kanan, fungsi pendengaran baik.
f.       Mulut
Biasanya berwarna pucat dengan sianosis bibir, tidak terjadi stomatitis, tidak terdapat
pembesaran tongsil, lidah putih.
g.      Leher
Biasanya tidak ada pembesaran pada kelenjer tiroid, tidak ada pembesaran JVP
h.      Dada dan Thorax :
Biasanya pada pernafasan kadang didapatkan suara nafas terdengar rochi, wheezing, ataupun
suara nafas tambahan, pernafasan tidak teratur akibat penurunan reflek batuk dan menelan.
i.        Kardiovaskuler : 
Inspeksi           : ictus cordis terlihat
Palpasi             : ictus cordis teraba 1 jari
Perkusi            : di intercosta V media klavikularis sinistra bunyinya pekak
Auskultasi       : irama denyut jantung normal tidak ada bunyi tambahan
j.          Abdomen :
Biasanya Didapatkan penurunan peristaltik usus akibat bed rest yang lama, dan kadang
terdapat kembung,
k.      Genitaurinaria :
Biasanya adanya terdapat lecet pada area sekitar anus. Anus kadang terdapat incontinensia
atau retionsio urine.
l.          Lengan-Lengan Tungkai :
Ekstemitas atas dan bawah : Biasanya kekuatan otot berkurang. Rentang gerak pada
ekstremitas pasien menjadi terbatas karena nyeri,  
m.    Sistem Persyarapan :
Biasanya kelemahan otot dan penurunan kekuatan

5.         Pola kebiasaan sehari-hari


a.    Makanan dan cairan
Biasanya pasien  Anoreksia, mual dan muntah, Intoleransi makanan, sehingga
menyebabkan Penurunan berat badan, kakeksia, berkurangnya masa otot, Perubahan pada
kelembaban/trugor kulit.

b.    Eliminasi
Perubahan eliminasi urinaryus, misalnya nyeri atau rasa terbakar pada saat berkemih, 
hematuria, sering berkemih. Sehingga menyebabkan  Perubahan pada bising usus, distensi
abdomen
c.    Aktivitas / istirahat
Kelemahan atau keletihan, Perubahan pada pola istirahat dan jam kebiasaan
tidur , Keterbatasan partisipasi dalam hobi atau latihan
B.       Diagnosa keperawatan
1)      Nyeri
2)      Intoleransi aktivitas
3)      Gangguan rasa nyaman
4)      Risiko infeksi
C.    Intervensi keperawatan
No. Diagnosa keperawatan NOC NIC
1. Nyeri v  Pain level Pain managemen
Definisi : Pengalaman v  Pain kontrol ·         Tentukan riwayat
sensori dan emosional v  Compor level nyeri, misal: lokasi nyeri,
yang tidak Kriteria hasil frekuensi, durasi, dan
menyenangkan yang v  Mampu mengontrol intensita (skala 0-10), dan
muncul akibat kerusakan nyeri (tahu penyebab tindakan penghilangan
jaringan yang aktual atau nyeri, mampu yang digunakan
potensial atau menggunakan teknik ·         Evaluasi/ sadari
digambarkan dalam hal non-farmakologi untuk terapi tertentu misal:
kerusakan sedekimikian mengurangi nyeri, radiasi, pembedahan,
rupa (international) mencari bantuan ) kemoterapi, bioterapi,
Association for the v  Melaporkan bahwa ajarkan pasien atau orang
studay of pain: awitan nyeri berkurang dengan terdekat apa yang
yang tiba-tiba atau menggunakan diharapkan
lambat dari intensits manajemen nyeri ·         Berikan tindakan
ringan hingga berat v  Mampu mengennali kenyamanan dasar, misal:
dengan akhir yang dapat nyeri ( skala intensitas, resposisi, gosokan
diantisipasi atau frekuensi, dan tanda punggung dan aktifitas
diprediksi > 6 bln nyeri) hiburan misal: musik dan
Batasan karakteristik Menyatakan rasa nyaman televisi
·         Perubahan selera setelah nyeri berkurang ·         Dorong penggunaan
makan keterampilan manejemen
·         Perubahan tekanan nyeri(misal: teknik
darah relaksasi, visualisasi,
·         Perubahan frekuensi bimbingan imajinasi),
jantung tertawa, musik dan
·         Perubahan frekuensi sentuhan teraupetik.
pernafasan ·         Evaluasi
·         Laporan isyarat penghilangan
·         Diaforesis nyeri/kontrol nilai aturan
·         Prilaku distraksi (mis, pengobatan bila perlu
berjalan mondar-mandir  
mencari orang lain atau
aktivitas lain, aktivitas
yang berulang)
·         Mengekskresikan
prilaku (mis, gelisah,
merengek, menangis)
·         Masker wajah (mis,
mata kurang bercahaya,
tampak kacau, gerakan
mata berpencar atau
tetap pada satu fokus
meringis)
·         Sikap melindungi
area nyeri
·         Fokus menyempit
(mis, gangguan persepsi
nyeri, hambatan proses
berpikir, penurunan
interaksi dengan orang
dan lingkungan
·         Indikasi nyri yang
dapat diamati
·         Perubahan posisi
untuk menghindari nyeri
·         Sikap tubuh
melindungi
·         Dilatasi pupil
·         Melaporkan nyeri
secara verbal
·         Gangguan tidur
Faktor yang berhubungan
Agen cedera (mis,
biologis, zat kimia, fisik,
psikologis)
2. Intoleransi aktivitas v  Energy conservation Aktivity therapy
Definisi : v  Activity tolerance -   Kolaborasikan dengan
Ketidakcukupan energi v  Self care :ADLs tenaga rehabilitasi medik
psikologis dan fisiologis Kriteria hasil : dalam merencanakan
untuk melanjutkan atau v  Berpartisipasi dalam program terapi yang tepat
menyelesaikan aktivitas aktivitas fisik tanpa -   Bantu klien untuk
kehidupan sehari-hari disertai peningkatan mengidentifikasi aktivitas
yang harus atau yang tekanan darah, nadi dan yang mampu dilakukan
ingin dilakukan RR -   Bantu untuk memilih
Batasan karakteristik : v  Mampu melakukan aktivitas konsisten yang
·       Respon tekanan aktivitas sehari-hari sesuai dengan
darah abnormal terhadap (ADLs) secara mandiri kemampuan fisik,
aktivitas v  Tanda-tanda vital psikologis, dan social
·       Respon frekuensi normal -   Bantu untuk
jantung abnormal v  Energy psikomotor mengidentifikasi dan
terhadap aktivitas v  Level kelemahan mendapatkan sumber
·       Perubahan EKG yang v  Mampu berpindah : yang diperlukan untuk
mencerminkan aritmia dengan atau tanpa mendapatkan aktivitas
·       Perubahan EKG yang bantuan alat yang diinginkan
mencerminkan iskemia v  Status kardiopulmonari -   Bantu untuk
·       Ketidaknyamanan adekuat mendapatkan alat
setelah beraktivitas v  Sirkulasi status baik bantuan aktivitas sperti
·       Dipsnea setelah v  Status respirasi : kursi roda, krek
beraktivitas pertukaran gas dan -   Bantu untuk
·       Menyatakan rasa letih ventilasi adekuat mengidentifikasi aktivitas
·       Menyatakan rasa yang disukai
lemah -   Bantu klien untuk
Faktor yang membuat jadwal ltihan
berhubungan : diwaktu luang
·         Tirah baring atau -   Bantu pasien/keluarga
imobilisasi untuk mengidentifikasi
·         Kelemaham umum kekurangan dalam
·         Ketidakseimbangan beraktivitas
antara suplai dan -   Sediakan penguatan
kebutuhan oksigen positif bagi yang aktif
·         Imobilitas beraktivitas
·         Gaya hidup monoton -   Bantu pasien untuk
mengembangkan motivasi
diri dan penguatan
-   Monitor respon fisik,
emosi, sosial, dan spiritual
3. Gangguan rasa nyaman v  Ansiety Ansiety Reduction
Definisi : merasa kurang v  Fear level (penurunan kecemasan)
senang, lega dan v  Sleep deprivation -   Gunakan pendekatan
sempurna dalam dimensi v  Comfort, Readines for yang menenangkan
fisik, psikospiritual, Enchanced -   Nyatakan dengan jelas
lingkungan dan sosial Kriteria hasil : harapan terhadap pelaku
Batasan karakteristik v  Mampu mengontrol pasien
·         Ansietas kecemasan -   Jelaskan semua
·         Menangis v  Status lingkungan yang prosedur dan apa yang
·         Gangguan pola tidur nyaman dirasakan selama
·         Takut v  Mengontrol nyeri prosedur
·         Ketidakmampuan v  Kualitas tidur dan -   Pahami prespektif
untuk rileks istirahat adekuat -   Pasien terhadap situasi
·         Iritabilitas v  Agresi pengendalian diri stress
·         Merintih v  Respon terhadap -   Temani pasien untuk
·         Melaporkan rasa pengobatan memberikan keamanan
dingin v  Control gejala dan mengurangi rasa
·         Malaporkan rasa v  Status kenyaman takut
panas meningkat -   Dorong keluarga untuk
·         Melaporkan v  Dapat mengontrol menemani anak
perasaan tidak nyaman ketakutan -   Lakukan back/neck rub
·         Melaporkan gejala v  Support social -   Dengarkan dengan
distress v  Keinginan untuk hidup penuh perhatian
·         Malaporkan rasa -   Identifikasi tingkat
lapar kecemasan
·         Melaporkan rasa -   Bantu pasien untuk
gatal mengenal situasi yang
·         Melaporkan kurang menimbulkan kecemasan
puas dengan keadaan -   Dorong pasien untuk
·         Melaporkan kurang mengungkapkan
senang dengan situasi perasaan, ketakutan,
tersebut persepsi
·         Gelisah -   Berikan obat untuk
·         Berkeluh kesah mengutrangi kecemasan
Faktor yang Environment
berhubungan : Management Confort
·         Gejala terkait Pain Management
penyakit
·         Sumber yang tidak
adekuat
·         Kurang pengendalian
lingkungan
·         Kurang privasi
·         Kurang kontrol
situasional
·         Stimulasi lingkungan
yang mengganggu
·         Efek samping terkait
terapi (mis, medikasi,
radiasi)
 
4. Resiko infeksi v Imune status Infection Control (Kontrol
Definisi : mengalami v Knowledge : infection Infeksi )
peningkatan resiko control -   Bersihkan lingkungan
terserang organisme v Risk control setelah dipakai pasien lain
patogenik Kriteria hasil : -   Pertahankan teknik
Faktor-faktor resiko: v  Klien bebas dari tanda isolasi
·       Penyakit kronis dan gejala infeksi -   Batasi pengunjung bila
-   Diabetes melitus v  Mendeskripsikan proses perlu
-   Obesitas penularan penyakit, -   Instruksikan pada
·       Pengetahuan yang faktor yang pengunjung untuk
tidak cukup untuk mempengaruhi mencuci tangan saat
menghindari pemanjanan penularan serta berkunjung dan setelah
patogen penatalaksanaannya, berkunjung meninggalkan
·       Pertahan tubuh v  Menunjukkan pasien
primer yang tidak kemampuan untuk -   Gunakan sabun
adekuat mencegah timbulnya antimikrobia untuk cuci
-   Gangguan peritalsis infeksi tangan
-   Kerusakan integritas v  Jumlah leukosit dalam -   Cuci tangan setiap
kulit (pemasangan batas normal sebelum dan sesudah
kateter intravena, v  Menunjukkan perilaku tindakan keperawatan
prosedur infasif) hidup sehat -   Gunakan baju, sarung
-   Perubahan sekresi pH tangan sebagai alat
-   Penurunan kerja siliaris pelindung
-   Pecah ketuban dini -   Pertahankan lingkungan
-   Pecah ketuban lama antiseptik selama
-   Merokok pemasangan alat
-   Statis cairan -   Ganti letak IV perifer
-   Trauma jaringan (mis, dan line central dan
trauma destruksi dressing sesuai dengan
jaringan) petunjuk umum
·      Ketidakadekuatan -   Gunakan kateter
pertahan sekunder intermiten untuk
-   Penurunan hemoglobin menurunkan infeksi
-   Imunosepresi (mis, kandung kencing
imunitas didapat tidak -   Tingkatkan intake nutrisi
adekuat, agen -   Berikan terapi antibiotik
farmaseutikal termasuk bila perlu
imunosupresan, steroid, Infection Protection
antibodi monoklonal, ( proteksi terhadap
imunomudulator) infeksi)
-   Supresi respon inflamasi -   Monitor tanda dan
·      Vaksinasi tidak gejala infeksi sistemik dan
adekuat lokal
·      Pemanjanan terhadap -   Monitor hitung
patogen lingkungan granulosit, WBC
meningkat -   Monitor kerentanan
- Wabah terhadap infeksi
·      Prosedur infasif -   Batasi pengunjung
·      Malnutrisi -   Sering pengunjung
  terhadap penyakit
menular
-   Pertahankan teknik
aspesis pada pasien yang
berisiko
-   Pertahankan teknik
isolasi k/p
-   Berikan perwatan kulit
pada area epidema
-   Inspeksi kulit dan
membran mukosa
terhadap kemerahan,
panas, drainase
-   Inspeksi kondisi luka/
insisi bedah
-   Dorong masukkan nutrisi
yang cukup
-   Dorong masuk cairan
-   Dorong istirahat
-   Instruksikan pasien
untuk minum antibiotik
sesuai resep
-   Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan gejala
infeksi
-   Ajarkan cara
menghindari infeksi
-   Laporkan kultur positif
 
 
 
 
 
 
 
 
 
BAB IV
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Trauma ginjal adalah cedera yang mengenai ginjal yangmemberikan manifestasi memar,
laserasi, atau kerusakan padastruktur. (Arif Muttaqin, 2011)
Trauma ginjal merupakan trauma pada sistem urologi yang paling sering terjadi. Kejadian
penyakit ini sekitar 8-10% dengan trauma tumpul atau trauma abdominal. Pada banyak kasus,
trauma ginjal selalu dibarengi dengan trauma organ penting lainnya. Pada trauma ginjal akan
menimbulkan ruptur berupa perubahan organik pada jaringannya. Sekitar 85-90% trauma
ginjal terjadi akibat trauma tumpul yang biasanya diakibatkan oleh kecelakaan lalulintas.
Trauma ginjal adalah cedera pada ginjal yang disebabkan oleh berbagai macam rupa paksa baik
tumpul maupun tajam.
Anda kardinal dari trauma (ruptur) ginjal adalah hematuria, yang dapat bersifat massif atau
sedikit, tetapi besarnya trauma tidak dapat diukur dengan volume hematuria atau tanda-tanda
luka. Tanda lainnya ialah adanya nyeri pada abdomen dan lumbal, kadang-kadang dengan
rigiditas pada dinding abdomen dan nyeri lokal. Jika pasien datang dengan kontur pinggang
yang kecil dan datar, kita dapat mensuspeknya dengan hematoma perinefrik.
B.     SARAN
—  Diharapkan kepada mahasiswa agar dapat memahami dan mempelajari dari isi makalah ini
agar berguna untuk mengaplikasikan dalam memberikan pelayanan kepada anak dengan
gangguan diare.
—  Dalam pembuatan makalah ini penulis menyadari masih banyak kekurangan, penulis
berharap bagi pembacanya untik mengkritik guna untuk menyempurnakan makalh ini

DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Linda Jual. (1995). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan(terjemahan)..
Jakarta PT EGC.
Doenges, et al. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan (terjemahan). PT EGC. Jakarta.
Engram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Volume I
(terjemahan).. Jakarta PT EGC.
Hardjowidjoto S. (1999).Benigna Prostat Hiperplasia. Surabaya Airlangga University Press.
Long, Barbara C. (1996). Perawatan Medikal Bedah. Volume I. (terjemahan).. Bandung. Yayasan
Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran
Soeparman. (1990). Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Jakarta FKUI.
Guyton. (1995) Fisiologi manusia dan mekanisme penyakit. Alih bahasa petrus Andrianto.
Jakarta: EGC
Sylvia Anderson Price (1992). Patofisiologi.. Buku 2 edisi 4. Jakarta EGC
 
 

Anda mungkin juga menyukai