36
DOSEN TUTOR :
dr. Rusdani, MKKK
DISUSUN OLEH :
Fikri Septian
61118033
b) Trauma iatrogenik
Trauma iatrogenik dapat hasil dari operasi, retrograde pyelography, percutaneous
nephrostomy, dan percutaneous lithotripsy. Biopsi ginjal juga dapat menyebabkan
trauma ginjal
c) Trauma tajam
Trauma tajam adalah seperti tikaman atau luka tembak pada daerah abdomen bagian
atas ataupun pinggan3g.
Prognosis lesi ginjal tertutup dengan derajat ringan dan sedang tanpa komplikasi
yang berkembang sangat menguntungkan. Cedera parah dan komplikasi serius
mungkin memerlukan kinerja nephrectomy dan menyebabkan kecacatan.
Prognosis untuk luka ginjal terbuka tergantung pada tingkat keparahan cedera. Sifat
dan jenis kerusakan organ-organ ini, adanya komplikasi, luka pada organ lain bila
dikombinasikan luka, ketepatan waktu dan volume perawatan yang diberikan.
Pada pasien yang mengalami kerusakan ginjal, terlepas dari metode pengobatan yang
digunakan (konservatif atau operasi), ada risiko komplikasi akhir yang tinggi. Bahkan
ketika ginjal yang rusak diangkat, separuh dari pasien di ginjal kontralateral
mengembangkan penyakit yang berbeda setelah periode tertentu (pielonefritis kronis,
batu, tuberkulosis). Semua ini mendikte kebutuhan untuk tindak lanjut jangka panjang
pasien yang telah menderita luka ginjal.
Saat ini, tidak ada klasifikasi kerusakan ginjal yang seragam di dunia. Di negara-
negara Eropa, klasifikasi yang paling banyak digunakan oleh American
Association of Trauma Surgery diterima secara universal, ahli urologi
menggunakan klasifikasi HA Lopatkin.
Diakui dianjurkan agar diagnosis luka traumatis ginjal harus didasarkan pada data
KT, dan dalam beberapa kasus (lesi vaskular) ditambah dengan angiografi. Dalam
situasi mendesak dan / atau pasien dengan parameter hemodinamik yang tidak
stabil, urografi ureter ekskresi satu tembakan (satu shat lVP) harus dilakukan.
Menentukan tingkat keparahan kerusakan sangat penting dalam pemilihan taktik
pengobatan. Diagnosis yang benar memungkinkan sebagian besar kasus berhasil
melakukan pengobatan konservatif bahkan dengan lesi dengan tingkat keparahan
yang tinggi.
Metode pengobatan minimal invasif harus lebih sering digunakan dalam
kerusakan ginjal.
Hal ini diperlukan untuk berhati-hati dalam perawatan luka tembus dengan
penggunaan senjata api dengan peluru kecepatan tinggi, lesi gabungan dan
vaskular, adanya segmen ginjal, penyakit premorbid dan cedera yang tidak dapat
diatasi dengan tingkat keparahan yang tidak akurat.
Perlu diingat bahwa keadaan di atas, begitu juga komplikasi pasca trauma yang
muncul, tidak dapat menjadi indikasi adanya nephrectomy, dan keinginan ahli
urologi harus selalu menjadi pelestarian organ tubuh.
9) Kasus trauma dan batu pada ginjal dan saluran pembuluh darah yang memerlukan
rujukan
Pemeriksaan fisisk biasanya ditemukan dengan jelas di regio flank (pinggang) atau
abdomen (perut), hemodinamik stabilitasnya dinilai mulai tensi, nadi, suhu, gross
hematuria, drai pemeriksaan laboratorium, urinalisis (ditemukan erytrosit urine (+)),
darah lengkap (hematorik serial), baseline fungsi ginjal (serum kreatinin).
Pemeriksaan imaging: USG : evaluasi primer (USG fast), CT scan : menentukan
grade trauma ginjal kontralateral sebelum dilakukan tindakan operasi eksplorasi
ginjal, angiografi: jika perlu (sebelum dilakukan tindakan embiolisasi)
Daftar pustaka
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/55915/Chapter%20II.pdf?
sequence=4&isAllowed=y
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367259-SP-Santi%20Herlina.pdf
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/22269/6.%20BAB%20II.pdf?
sequence=6&isAllowed=y