Anda di halaman 1dari 94

PROSTATITIS, TORSIO

TESTIS, PRIAPISMUS,
CHANCROID

Haivan Kusuma Aji,Sp.B


PROSTATITIS
DEFINISI
Prostatitis adalah peradangan Prostatitis adalah inflamasi pada
kelenjar prostat, yang kelenjar prostat yang dapat
dapat bersifat akut atau kronis. disebabkan oleh bakteri maupun
Prostatitis akut paling sering non bakteri (Basuki, 2009)
disebabkan oleh bakteri
gram negatif. Prostatitis adalah kondisi medis yang
Prostatitis kronis biasanya hasil ditandai dengan peradangan pada
dari kelenjar prostat
invasi bakteri dari uretra.
Klasifikasi berdasarkan National Institute of Health
(NIH)

1. Acute bacterial prostatitis


2. Chronic bacterial prostatitis
3. Chronic bacterial prostatitis and chronic pelvic pain syndrome
(CPPS)
Terdapat keluhan nyeri dan perasaan tidak nyaman di daerah
pelvis yang telah berlangsung paling sedikit 3 bulan.
• Inflammatory
• Noninflammatory
4. Asymptomatic inflammatory prostatitis
Epidemiologi

• 8,2% laki-laki mengalami prostatitis dalam kehidupannya.


• Chronic prostatitis & Chronic pelvic pain syndrome, terhitung
90-95% dari seluruh kasus prostatitis.
• Acute bacterial prostatitis dan chronic bacterial prostatitis
sekitar 2-5% kasus.
Etiologi

• Penyebab pasti tidak diketahui


• Hasil penyebaran bakteri di saluran kandung kemih
• Bakteri dari kandung kemih dan urethra menyebar ke prostat
• Ini termasuk E.coli, Klebsiella, dan Proteus
Etiologi
Neisseria gonorrhoeae dan Chlamydia trachomatis menginfeksi rata-rata pada pria
dewasa muda kurang dari 35 tahun dan memperlihatkan gejala pada tractus
urinarius.
Acute Bacterial Prostatitis, dapat disebabkan oleh :
• Infeksi ascendens melalui urethra
• Adanya refulks urin ke saluran prostat
• Infeksi langsung atau melalui limfogen dari rectum
• Sekitar 80% penyebabnya adalah bakteri gram-negatif
(misalnya : E.Coli, Klebsiella, Proteus, Pseudomonas spp., Enterobacter,
Serratia spp, Enterococcus).
• Jarang terjadi infeksi bakteri campuran.
• Satu kasus di laporkan adanya prostatitis di sebabkan oleh methicillin-resistant
Chronic Bacterial Prostatitis, dapat disebabkan oleh:
• Disfungsi pengosongan VU primer, baik secara struktur atau fungsinya.
• E.Coli bertanggung jawab 75-80% terhadap kasus chronic bacterial prostatitis.
• C. trachomatis, Ureaplasma species, Trichomonas vaginalis
• Organisme yang tidak biasa seperti M. Tuberculosis, Coccidioides, Histoplasma,
dan Candida species, dapat di pertimbangkan. Tuberculosis prostatitis dapat
ditemukan pada pasien dengan renal tuberculosis.
• Human immunodeficiency virus (HIV)
• Sitomegalovirus
• Kondisi inlamasi seperti sarcoidosis
Chronic prostatitis dan chronic pelvic pain syndrome
• Sekitar 5-8% pada pria dengan sindrom ini, memiliki bakteri pathogen yang
terisolasi dari urine mereka atau cairan prostat.
• Etiologi dari katergori ini masih belum di mengerti sepenuhnya.
• Patologi fungsi atau struktur vesica urinaria seperti obstruksi leher VU primer,
pseudodyssynergia (kegagalan sfingter eksternal untuk berelaksasi saat
pengosongan VU) , lemahnya kontrakso detrusor, atau kelainan kontraktilitas otot
detrusor.
• Obstruksi saluran ejakuliasi
• Peningkatan tekanan dinding pada bagian pelvis
• Inflamasi non spesifik prostatitis
Asymptomatic Inflammatory Prostatitis
• Penyebabnya mirip dengan chronic inflammatory prostatitis tanpa
gejala-gejala .
PATOFISIOLOGI
Faktor Resiko

• Usia. Memasuki usia paruh • Menderita HIV/AIDS.


baya. • Gangguan psikologis.
• Pernah mengalami prostatitis • Seks tidak sehat.
sebelumnya.
• Gangguan genetis.
• Infeksi kandung kemih.
• Kurang minum, dehidrasi.
• Menggunakan kateter.
Gejala & Tanda

Acute bacterial prostatitis


• Demam
• Mmenggigil
• Malaise
• Atralgia
• Myalgia
• Sakit pada perineal prostat
• Disuria
• Gejala seperti obstruksi pada tractus urinarius termasuk frekuensi, urgensi,
disuria,
nokturia, hesistansi, pancaran lemah dan pengosongan yang inkomplit
• Nyeri punggung bawah
• Nyeri perut bawah
• Keluarnya cairan secara spontan melalui urethra
Chronic bacterial prostatitis
• Disuria intermiten
• Gejala obstruktif tractus urinarius intermiten
• Infeksi rekuren tractus urinarius
• Gejala sistemik tidak ada yang spesifik
Chronic prostatitis and chronic pelvic pain syndrome
• Nyeri pelvis atau rasa tidak nyaman di perineal, suprapubic,
coccygeal, rectal, urethral, dan nyeri padatestisr/ scrotal
selama lebih dari 3 sampai 6 bulan tanpa infeksi tractus
urinarius dari uropatogen.
• Gejala obstruksi tractus urinarius termasuk frekuensi, disuria
dan pengosongan inkomplit
• Nyeri ejakulasi
• Disfungsi erektil
Asymptomatic inflammatory prostatitis
• Kategori memiliki gejala yang kurang spesifik
Pemeriksaan Fisik

Inspeksi

Palpasi

Perkusi

Rectal toucher
Pemeriksaan Fisik

• Acute bacterial prostatitis


• Nyeri tekan, hangat, nodul, atau normal prostat pada rectal
examination
• Nyeri tekan pada suprapubic abdominal
• Pembesaran kandung kemih karena retensi urin
• Chronic bacterial prostatitis
• Normal examination ditemukan diantara episode akut
• Nyeri tekan, nodular, atau normal prostat pada rectal
examination
• Nyeri tekan pada suprapubic selama episode akut
• Chronic prostatitis and chronic pelvic pain syndrome
• Nyeri tekan yang ringan atau normal prostate pada
rectal examination
• Sfingter anal yang kencang pada rectal examination
• Asymptomatic inflammatory prostatitis
• Normal atau kalsifikasi prostate pada rectal
examination
Pemeriksaan Penunjang

Lab darah
Tes urin dan
dan Kultur
semen
darah

Tes kandung
Cystoscopy
kemih
Pemeriksaan Penunjang

• Laboratorium
• Complete blood count
Dindikasikan pada kasus pasien toksik secara akut atau pasien suspek septicemia.
• Urinalisis
Terdiri dari jumlah hitung sel darah putih dan bacterial, oval fat bodies, dan lipid-
laden makrofag. Pemeriksaan ini penting untuk membedakan tipe-tipe prostatitis.
• Kultur urin
• Kimia
Terdiri dari cairan elektrolit, termasuk kadar BUN dan kretinin, pada pasien
dengan retensi urin atau obstruksi.
• Prostate-spesific antigen determination
Inflamasi prostat dapat meningkatkan serum prostate-spesific antigen (PSA).
Tetapi PSA lebih sering digunakan untuk menscreening kanker jarang untuk
prostatitis.
• Pemeriksaan Urin Empat Porsi (Meares Stamey)
Pemeriksaan ini dilakukan untuk penderita prostatitis. Pemeriksaan ini terdiri dari
urin empat porsi yaitu :
• Porsi pertama (VB1) : 10 ml pertama urin, menunjukkan kondisi uretra,
• Porsi kedua (VB2) : sama dengan urin porsi tengah, menunjukkan kondisi buli-
buli,
• Porsi ketiga (EPS) : sekret yang didapatkan setelah masase prostat,
• Porsi keempat (VB4) : urin setelah masase prostat.
• Radiografi
• Ultrasonography pada trans-abdominal atau scan kandung kemih untuk
mengetahui berapa volume urin yang ada.
• Ultarasonography transrektal
• Doppler Ultrasonography
• Computed Tomography berguna untuk mengevaluasi abses prostatitis atau
suspek neoplasma
• Sistoskopi
• Intravena uropgraphy atau voiding cystourethrography
Penegakan Diagnosa

• Diagnosis Acute bacterial prostatitis


• Dokter melakukan pemeriksaan fisik yang diarahkan pada scrotum, mencari
peradangan dari testicle(s) atau epididymis, dan sisi dan punggung tengah,
dimana ginjal berlokasi.
• Jika pemeriksaan rectal dilakukan, prostate mungkin bengkak dan lembek,
konsisten dengan peradangan akut .
• Pengujian laboratorium mungkin termasuk urinalysis, mencari sel-sel darah
putih dan bakteri-bakteri, yang menandakan infeksi.
• Urin dibiakkan untuk mengidentifikasi bakteribakteri infeksi. Hasil-hasil akan
membantu mengkonfirmasi bahwa antibiotik-antibiotik yang dipilih adalah
benar dan membantu memilih antibiotik pengganti jika sampai penyakit tetap
berkembang .
• Diagnosis Chronic bacterial prostatitis
• Diagnosis dibuat dengan menemukan urinalysis yang abnormal. Adakalanya,
urinalysis dikumpulkan setelah pemeriksaan prostate. Ini mungkin membiarkan
beberapa cairan prostat untuk dicampur kedalam urine dan dibiakan.
Tes darah yang disebut PSA (prostate surface antigen) dapat meningkat pada
tipe dari prostatitis ini. Sementara PSA digunakan sebagai alat penyaring kanker
prostat, juga dapat meningkat kapan saja saat prostate meradang .
• Diagnosis Asymptomatic inflammatory prostatitis
Tidak ada gejala-gejala dengan tipe prostatitis ini. Ketika tes-tes lab rutin
dilakukan, selsel darah putih (tanda dari peradangan) ditemukan dalam urin,
namun tidak ada bakteri-bakteri yang berhubungan atau infeksi
Penatalaksanaan

• Pengobatan Acute bacterial prostatitis


• Pengobatan untuk acute bacterial prostatitis adalah
antibiotik-antibiotik oral, biasanya ciprofloxacin (Cipro)
atau tetracycline (Achromycin).
Perawatan di rumah termasuk minum cairan-cairan yang banyak, obat-obat
pengontrol nyeri, dan istirahat. Jika pasiennya sakit secara akut atau
mempunyai sistim imun yang dikonmpromiskan
(contoh, sedang mengambil kemoterapi atau obat-obat penekan imun atau
mempunyai
HIV/AIDS), perawatan di rumah sakit untuk antibiotik- antibiotik intravena dan
perawatan mungkin diperlukan.
• Pengobatan Chronic bacterial prostatitis
• Pengobatan chronic bacterial prostatitis adalah dengan antibiotik-antibiotik
jangka panjang, sampai delapan minggu, dengan ciprofloxacin (Cipro, Cipro
XR), obat-obat sulfa [contoh, sulfamethoxazole dan trimethoprim,(Bactrim)],
atau erythromycin
• Bahkan dengan terapi yang tepat, tipe prostatitis ini dapat kambuh. Tidak
menentu kenapa, mungkin disebabkan pengosongan kantong kemih yang buruk
• Sejumlah kecil dari urin yang retensi dapat menyebabkan terjadinya
kekambuhan infeksi. Situasi ini dapat disebabkan oleh benign prostatic
hypertrophy (BPH), batu-batu kantong kemih, ata batu-batu prostate.
• Pengobatan Asymptomatic inflammatory prostatitis
• Pengobatan tidak diperlukan untuk tipe prostatitis ini.
• Pada pasien-pasien in dapat diberikan obat anti-peradangan
nonsteroidal (ibuprofen, Motrin, Advil) atau antibiotik-antibiotik.
Diagnosis Banding
Prostatitis
1. Striktur uretra
2. Kontraktur leher vesika
3. Batu buli-buli kecil
4. Kanker prostat
5. Kelemahan detrusor, misalnya pada penderita asma kronik yang
menggunakan obat-obat parasimpatolitik.
Komplikasi

• Hematospermia
• Acid phosphatase levels raised (plasma or serum)
• Haematuria
• Dysuria
• Back pain
TORSIO TESTIS
DEFINISI

Keadaan dimana funikulus spermatika terpeluntir  oklusi &


strangulasi dari vaskularisasi vena atau arteri ke testis dan
epididimis.

Merupakan kegawatdaruratan vaskuler.


INSIDENSI

1 diantara 4000 pria


<25 tahun (paling banyak 12 – 20 tahun)
Testis kiri lebih sering
ETIOLOGI FAKTOR PENCETUS

Belum diketahui Trauma


secara pasti Kelainan kongenital
Gangguan seksual /
aktifitas seksual
Tumor testis
TESTICULAR MESORCHIAL ATTACHMENTS

 Normal Testis (A)


 Bell-Clapper Deformity(B)
 Mesenteric attachment
between epididymis and
testis (C)
 Torsion of Spermatic Cord
(D)
 D same as C, with torsion
of mesentery
PATOFISIOLOGI
INTRAVAGINAL TORSIO

Tunika vaginalis
Mencegah insersi
Kelainan sistem mengelilingi
epididimis ke
penyangga testis seluruh
dinding skrotum
permukaan testis

Menyebabkan testis &


Dikenal dengan Testis mengalami epididimis dengan
mudahnya bergerak di
anomali bell torsio testis kantung tunika vaginalis
clapper invaginalis & menggantung pada
funikulus spermatikus
EXTRAVAGINAL TORSION
EKSTRAVAGINAL TORSIO

Lapisan parietal yang Testis, epididimis


Keadaan menempel pada dan tunika
muskulus dartos
undesensus testis masih belum banyak vaginalis mudah
jaringan penyangga sekali bergerak

Memungkinkan untuk
Testis mengalami terpluntir pada sumbu
torsio testis funikulus spermatikus
ekstravaginalis & rotasi bebas dalam
skrotum
INTRAVAGINAL TORSION
ETIOLOGI

Kelainan sistem Faktor predisposisi lain


penyangga testis

Testis berotasi

Funiculus spermaticus
terpeluntir

Aliran darah terhenti

Iskemia testis

Nekrosis

Nyeri menjalar Pembengkakan Mual dan Demam


ke abdomen pada testis muntah
DIAGNOSIS

Anamnesis
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Penunjang
ANAMNESIS

Gejala akut skrotum : Kadang-kadang :


Nyeri hebat daerah skrotum Demam ringan
(mendadak, dapat menjalar Jarang :
ke daerah inguinal atau Rasa panas & terbakar saat
perut bawah) berkemih
Skrotum bengkak Gejala lain :
Skrotum merah Darah pada semen
Mual dan Muntah
PEMERIKSAAN FISIK

Srotum bengkak & hiperemis  dapat meluas hingga skrotum


sisi kontralateral
Nyeri saat palpasi
Testis terletak transversal atau horizontal
Testis tampak lebih tinggi
Nyeri tetap ada saat elevasi testis (Prehn sign +)
Refleks kremaster (-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Dilakukan apabila diagnosis masih meragukan  tidak


menunjukkan bukti klinis yang nyata
Pemeriksaan lab : urinalisis, darah lengkap   tanda inflamasi
USG Doppler & Radionuclide Scanning  aliran darah ke testis (-)
USG DOPPLER

Normal Torsio testis


DIAGNOSIS BANDING

Epididimis akut
Hernia skrotalis inkarserata
Hidrokel terinfeksi
Tumor testis
Edema skrotum
PENATALAKSANAAN
TINDAKAN PEMULIHAN ALIRAN
DARAH KE TESTIS SECEPATNYA.

1. Detorsi 2. Operasi
manual

Orkidopeksi
elektif
Orkidopeksi Orkidektomi
DETORSI MANUAL

Tidak menggantikan eksplorasi pembedahan.


Detorsi manual berhasil  orkidopeksi elektif alam waktu 48
jam.
Angka keberhasilan : 30-70%.
Keberhasilan bila dilakukan 4 jam setelah onset : 97%.
>24 jam : 10% kemungkinan .
•Anastesi lokal (5ml lidocain / xylocaine
2%)

•Detorsi ke arah lateral  tidak


berubah  detorsi ke arah medial

•Dilakukan > 1 kali rotasi (torsio >


360o)

•Nyeri hilang : tanda detorsi berhasil


OPERASI

Detorsi manual tidak berhasil


Untuk reposisi testis & penilaian testis (masih viable atau
sudah nekrosis)
Dalam 6 jam : cegah iskemia testis
6–8jam : atrofi testis  > 10 jam : nekrosis
Insisi skrotal medial untuk melihat testis secara
langsung dan guna menghindari trauma yang
mungkin ditimbulkan bila dilakukan insisi inguinal.

Tunika vaginalis dibuka hingga


tampak testis yang mengalami
torsio.

Testis direposisi dan dievaluasi


viabilitasnya.

Jika testis masih viabel dilakukan


fiksasi orkidopeksi.

Jika testis tidak viabel maka


dilakukan orkidektomi.
ORKIDOPEKSI

Fiksasi testis

Dilakukan dengan mempergunakan benang yang tidak diserap


pada 3 tempat untuk mencegah agar testis tidak terpluntir
kembali.

Dilakukan pada tunika albuginea, muskulus dartos kemudian


disusul pada testis kontralateral (kecuali bila terdapat infeksi
sekunder karena iskemia nekrosis).
ORKIDEKTOMI

Pengangkatan testis

Mencegah timbul komplikasi infeksi serta


potensial autoimmune injury pada testis
kontralateral
KOMPLIKASI

Salah satu kegawatdaruratan dalam bidang urologi  > 6-8 jam


keterlambatan : menurunkan angka pertolongan terhadap testis
55-85%.
Komplikasi : atrofi  hipoksia  edema  iskemia  nekrosis.
Komplikasi lain : infark testis, hilangnya testis, infeksi
deformitas, deformitas kosmetik.
Kualitas semen   testis iskemia menstimulasi produksi
antitestis dan antibodi antisperma.
TESTIS NEKROSIS
PROGNOSIS

 Keberhasilan dalam penanganan torsio  penyelamatan testis yang


segera serta insiden terjadinya atrofi testis  durasi dan derajat dari
torsio testis.
 Keterlambatan intervensi pembedahan akan memperburuk prognosis
serta meningkatkan angka kejadian atrofi testis.
PRIAPISMUS
Definisi
Priapismus adalah ereksi penuh atau sebagian
yang berkepanjangan lebih dari 4 jam tanpa disertai
hasrat seksual sering disertai nyeri

Kedaruratan di bidang urologi


Epidemiologi

Ras
Priapismus sering pada orang Afrika Amerika dengan
penyakit sel sabit.
Usia
Priapismus dapat terjadi pada pria umur berapa saja,
dengan puncaknya pada usia 5-10 tahun dan 20-50 tahun.
Pada pasien penyakit sel sabit, priapismus lebih sering pada
pria usia 19-21 tahun.
Etiologi

Obat-obatan
(Injeksi papaverin, trazadone, phenothiazine, psikotropik, antihipertensi,
alkohol )
Trauma
Gangguan metabolisme
Gangguan hematologis (Sickle cell disease, leukimia)
Tumor
Gangguan Neurologis
idiopatik
Klasifikasi
Menurut etiologinya
1. Priapismus primer/idiopatik
2. Priapismus sekunder

Menurut patofisiologinya
1.Priapismus iskemik (priapismus tipe veno oklusif atau low flow)
2.Priapismus non iskemik (priapismus tipe arteriel atau high flow)

Tambahan
-Priapismus jenis stuttering/rekuren
-Priapismus refraktori
-Priapismus pada klitoris
Patogenesis & patofisiologi
Manifestasi Klinis
Diagnosis
Anamnesis
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Palpasi
iskemia, korpora kavernosa terasa kaku, sedangkan glans
penis dan korpora spongiosa tidak kaku
pemeriksaan pada abdomen, testis, perineum, dan rektum,
dan prostat dapat menolong untuk menegakkan penyebab
priapismus.
non iskemik penis teraba tidak nyeri, mengalami parsial
ereksi, adanya jejas pada daerah perineum yang
menandakan adanya trauma.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium
Hitung darah lengkap
Gas darah
Color Duplex Ultrasonografy (CDU)
MRI
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan
Non medikamentosa
1.Kompres es
2.Aspirasi dan irigasi intrakavernosa
3.Shunting
4.Edukasi

Medikamentosa
Penilaian bahwa shunting telah berhasil
dilakukan adalah :

Terlihatnya darah yang berwarna cerah pada corpora


ketika dilakukan aspirasi
Analisis gas darah corpora
USG Doppler
Pengukuran tekanan intracavernosa
Manuver kompresi penis (ditekan dan dilepas)
Komplikasi
Disfungsi ereksi
Impotensi
Nekrosis jaringan penis
hidronefrosis
Prognosis
> 24 jam : impotensi menetap
Priapismus highflow prognosis lebih baik daripada
priapismus lowflow
CHANCROID
► PENY. INFEKSI PD ALAT KELAMIN YG AKUT, SETEMPAT
►  Et/ Haemophylus ducreyi (Streptobacillus ducreyi)
dengan gejala klinik khas berupa ulkus nekrotik yg nyeri
pd tempat inokulasi, disertai pernanahan KGB regional
Chancroid - gram stain of H. ducreyi
► SINONIM :
SOFT CHANCRE, CHANCROID, ULKUS MOLLE
GEJALA KLINIS

► Masa Inkubasi 1 – 14 hari ( u < 7 hr)


► Pada genital, jarang ekstra genital
► Multipel, jarang soliter
► Mula- mula papul  vesiko-pustul  ulkus (kecil,
lunak, tdk berindurasi, btk cawan, tepi tdk rata,
bergaung, & dikelilingi halo yg eritematosa)
► Ulkus tertutup jaringan nekrotik, dasar ulkus berupa
jaringan Granulasi yg mudah berdarah
► Predileksi pd pria: permukaan mukosa preputium,
sulkus koronarius, frenulum penis, batang penis, bisa
juga di ; uretra, skrotum, perineum & anus
► Pada wanita: labia, klitoris, anus, serviks
► Lesi ekstra genital : lidah, jari tangan, bibir, payudara,
konjungtiva , umbilikus
► O.k. adanya inokulasi sendiri  dapat cepat timbul
lesi multipel  lesi pubis, abdomen dan paha
► Gejala sistemik : jarang atau hanya demam sedikit/
malaise ringan
Jenis Bentuk Klinis

1. UM Folikularis : pd folikel rambut ~ folikulitis  cpt


mjd ulkus
2. Dwart Chancroid : sangat kecil ~ herpes genitalis
tapi dasarnya tdk teratur & tepi berdarah
3. Transient chancroid (Chancre mou valan) lesi kecil 
sembuh dlm bbrp hari  2-3 mgg timbul bubo ~ LGV
4. Papular chancroid (UM elevatum)  ulkus yg tepinya
menimbul
5. Giant chancroid : ulkus kecil meluas dgn cepat
6. Phagedenic chancroid : lesi kecil, membesar &
destruktif
7. Tipe serpiginosa : lesi membesar,
meluas/autoinokulasi
DIAGNOSIS

► Gejala Klinis
► Penunjang
1. Pemeriksaan Sediaan apus  basil berkelompok
atau berderet seperti rantai
2. Biakan kuman
3. Teknik imunoflurosense
4. Biopsi
Diagnosis Banding

 Herpes genitalis
 Sifilis std 1
 LGV
 Granuloma inguinale
► Therapi

I. Sistemik
1. Azitromisin 1 gr oral atau
2. Seftriakson 250 mg intramuskuler dosis tunggal
atau
3. Siprofloksasin 500 mg oral 2 x sehari selama 3
hari atau
4. Eritromisin 500 mg oral 4 x sehari selama 7 hari
Selain obat-obatan tersebut diatas yg juga efektif adalah:
• Trimetoprim 160 mg sulfametoksasol 800 mg, 2 x shari
selama 7 hari sbg pengobatan alternatif.
• Kombinasi amoksisilin 500 mg & asam klavulanat 125 mg
oral 3 x sehari , 7 hari
• Fleroksasin dosis tunggal 200 mg
• Sefalotin 3 gr sehari intravenous selama 7 hari

Therapi Lokal
Nacl fisiologik
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai