GANGUAN PANIK
Paper Ini Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan Kepaniteraan Klinik Senior
Bagian Ilmu Penyakit Jiwa di RSU Haji Medan
Disusun oleh :
Berlian (102119087)
Pembimbing:
dr. Nazli Mahdinasari Nasution, M.Ked, Sp.KJ
i
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah paper yang berjudul “gangguan panik” dapat selesai tepat
pada waktunya. Kami sangat berharap paper ini dapat berguna dalam rangka menambah
sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari
apa yang saya harapkan. Untuk itu, saya berharap adanya kritik, saran dan usulan yang
Semoga paper sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya referat yang kami susun ini berguna bagi kami maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan saya memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan
di masa depan.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
JUDUL ......................................................................................................................i
KATA PENGANTAR ..............................................................................................ii
DAFTAR ISI .............................................................................................................iii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
kronik yang ditandai oleh serangan panik parah yang berulang dan tak
lebih dari satu kali dalam setahun hingga serangan yang terjadi beberapa
kali dalam sehari. Serangan panik dapat pula terjadi pada jenis gangguan
cemas yang lain, namun hanya pada gangguan panik, serangan terjadi
selama berminggu-minggu. 1
1
1.2 Tujuan Penulisan
Tujuan pada penulisan paper ini adalah untuk mengetahui semua tentang
gangguan panik.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
dan tidak dalam kondisi stres berat atau dalam situasi yang
Gangguan
Anxietas
3
Terdapat 3 model fenomenologi gangguan panik yaitu :
2. Antisipasi kecemasan
3. Menghindari fobia
untuk gangguan panik adalah 1,5-5 % dan untuk serangan panik adalah 3 –
5.6 %. Sebagai contohnya, satu penelitian terakhir pada lebih dari 1.600
angka prevalensi seumur hidup adalah 3,8 % untuk gangguan panik, 5,6
% untuk serangan panik, dan 2,2 % untuk serangan panik dengan gejala
Jenis Kelamin wanita 2-3 kali lebih sering terkena dari pada laki-
4
laki, walaupun kurangnya diagnosis gangguan panik pada laki-laki
kulit hitam adalah sangat kecil. Faktor sosial satu-satunya yang dikenali
1. Faktor Biologis
panik dapat disebabkan oleh berbagai kelainan biologis di dalam struktur otak
dan fungsi otak, penelitian tersebut dan penelitian lainnya telah menghasilkan
hipotesis yang melibatkan disregulasi sistem saraf perifer dan pusat di dalam
beradaptasi secara lambat terhadap stimuli yang berulang, dan berespon secara
(GABA).1,2,4
2. Faktor Genetika
5
Gangguan ini memiliki komponen genetika yang jelas. Angka
prevalensi tinggi pada anak dengan orang tua yang menderita gangguan panik.
panik sebesar 4-8 kali lipat pada sanak saudara derajat pertama pasien
pertama dari pasien dengan gangguan psikiatrik lainnya. Demikian juga pada
kembar monozigot.1,2,4
3. Faktor Psikososial
dipelajari baik dari perilaku modeling orang tua atau melalui proses pembiasan
klasik.1,2,4
somatik.1,2,4
6
terjadi serangan panik, walaupun serangan panik kadang-kadang terjadi
jam.1,2
resiko bunuh diri selama hidup pada orang dengan gangguan panik adalah lebih
dapat terjadi bersama dengan gangguan panik. Akibat psikologis dari gangguan
7
dengan adanya serangan panik yang berkaitan dengan kecemasan persisten
3. Takut mati
9. Gemetaran
10. Berkeringat
sendiri) 2
8
terkecekik dan berdebar-debar. Gejala lain yang dapat timbul pada
anxietas fobik.3
bahaya.
1. Penyakit Kardiovaskuler
9
takikardi atrium paradoksal.
2. Penyakit Pulmonal
3. Penyakit Neurologis
4. Penyakit Endokrin
1. Psikoterapi
untuk gangguan panik, dan terapi ini harus diberikan pada semua
gangguan panik dan biayanya lebih murah. Selain itu tingkat drop
out dan relaps juga lebih rendah jika dibandingkan dengan terapi
10
farmakologi. Meskipun begitu, hasil yang lebih superior dapat
gangguan panik.4,5,6
pemikiran-pemikiran positif.4
dokter.4
11
satu menit. Interoceptive theraphyterbukti berhasil pada 87% pasien
lain:
saluran napas
latihan tersebut diulangi 3-5 kali sehari hingga pasien tidak lagi
itu.1,2
12
5. Pemaparan terhadap stimulus tersebut dilakukan agar pasien
2. Farmakoterapi
dapat memicu serangan panik pada pemberian awal. Oleh karena itu
dosis SSRI dimulai dari yang terkecil lalu ditingkatkan secara perlahan
13
serotonin di celah sinaptik yang dapat berikatan dengan reseptor sel
sedikit. 5,6
antipanik.5,6
SSRI yang dikenal saat ini memiliki efektifitas yang baik dalam
digunakan untuk pasien yang kurang patuh minum obat. Selain itu
penggunaan SSRI.2,4
1,2
Contoh Obat Golongan SSRI
14
sama sekali terhadap reuptake norepinephrine atau dopamine.
dopamine neuronal.
15
(kecuali efek samping seksual yang timbul pada fase akhir
16
Trisiklik masih tetap digunakan dalam terapi terutama untuk
tercapai.1,2
17
efek desensitasi pada adenyl cyclase, menurunkan regulasi
mg
10 mg/kali, setiap
3-4 jam
akhir atau masa dewasa awal, walaupun onset selama masa anak-anak,
remaja awal, dan usia pertengahan dapat terjadi. Biasanya kronik dan
18
dalam sehari atau tidak terjadi sama sekali dalam satu bulan. Namun
panjang, kira- kira 50% memiliki gejala yang cukup ringan yang tidak
% dari semua pasien. Pasien dengan fungsi premorbid yang baik dan
BAB III
KESIMPULAN
Gangguan panik adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan adanya beberapa
kali serangan anxietas berat dalam masa kira-kira satu bulan: (1)dengan keadaan
dimana sebenarnya secara objektif tidak berbahaya, (2) tidak terbatas pada situasi
19
yang telah diketahui atau yang dapat diduga sebelumnya, (3) dengan keadaan relatif
terapi CBT, terapi medikasi SSRI dan trisiklik sebagai terapi lini pertama
dan golongan benzodiazepine potensi tinggi, MAOI dan obat anti panic jenis lain
menjadi terapi lini kedua. CBT saja mungkin efektif digunakan untuk terapi jangka
panjang, namun efikasi terapi dapat bertambah serta tingkat relaps dapat berkurang
DAFTAR PUSTAKA
20
3. Departeman Kesehatan RI. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan
Jiwa di Indonesia III, cetakan pertama. hal. 177-9.
4. Stein DJ, Hollander E et al. Textbook of Anxiety Disorders. American
Psychiatric Publishing. 2009. hal399-435.
5. Lydiard RB, Johnson RH. Assessment and Management of Treatment-
Resistance in Panic Disorder. Focus psychiatry guideline. June 1, 2011. Vol
IX ; No. 3.
6. Stein MB et al. Practice Guideline For The Treatment of Patients With Panic
Disorder. Second Edition. American Psychiatric Association guideline. 2009.
21