PENYAKIT ASMA
OLEH:
KELOMPOK 3 (A3A)
Dosen Pengampu:
I. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mengetahui definisi Asma.
2. Mengatahui patogenesis Asma.
3. Mengetahui Klasifikasi Asma.
4. Mengetahui tatalaksana penyakit Asma.
5. Dapat menyelesaikan kasus terkait Asma secara mandiri dengan
menggunakan metode SOAP.
II. DASAR TEORI
II.1Definisi Asma
Asma adalah suatu penyakit dengan adanya penyempitan saluran
pernapasan yang berhubungan dengan tanggap reaksi yang meningkat dari
trakea dan bronkus berupa hiperaktivitas otot polos dan inflamasi,
hipersekresi mukus, edema dinding saluran pernapasan, deskuamasi epitel
dan infiltrasi sel inflamasi yang disebabkan berbagai macam rangsangan.
Penyakit asma merupakan proses inflamasi kronik saluran pernapasan yang
melibatkan banyak sel dan elemennya (Alsagaff. 2010).
Definisi asma menurut Global Initiative for Asthma (GINA), asma adalah
gangguan inflamasi kronik pada saluran napas dengan berbagai sel yang
berperan, khususnya sel mast, eosinofil dan limfosit T. Pada individu yang
rentan inflamasi, mengakibatkan gejala episode mengi yang berulang, sesak
napas, dada terasa tertekan, dan batuk khususnya pada malam atau dini hari.
Gejala ini berhubungan dengan obstruksi saluran napas yang luas dan
bervariasi dengan sifat sebagian reversibel baik secara spontan maupun
dengan pengobatan. Inflamasi ini juga berhubungan dengan hipereaktivitas
jalan napas terhadap berbagai rangsangan.
II.2Patogenesis Asma
Asma merupakan inflamasi kronik saluran napas. Berbagai sel inflamasi
berperan terutama sel mast, eosinofil, sel limfosit T, makrofag, neutrofil dan
sel epitel. Faktor lingkungan dan berbagai faktor lain berperan sebagai
penyebab atau pencetus inflamasi saluran napas pada penderita asma.
Inflamasi terdapat pada berbagai derajat asma baik pada asma intermiten
maupun asma persisten. Inflamasi dapat ditemukan pada berbagai bentuk
asma seperti asma alergik, asma nonalergik, asma kerja dan asma yang
dicetuskan aspirin.
I. INFLAMASI AKUT
Pencetus serangan asma dapat disebabkan oleh sejumlah faktor antara lain
alergen, virus, iritan yang dapat menginduksi respons inflamasi akut yang
terdiri atas reaksi asma tipe cepat dan pada sejumlah kasus diikuti reaksi
asma tipe lambat.
Alergen akan terikat pada IgE yang menempel pada sel mast dan
terjadi degranulasi sel mast tersebut. Degranulasi tersebut mengeluarkan
preformed mediator seperti histamin, protease dan newly generated
mediator seperti leukotrin, prostaglandin dan PAF yang menyebabkan
kontraksi otot polos bronkus, sekresi mukus dan vasodilatasi.
b) Reaksi Fase Lambat
Reaksi ini timbul antara 6-9 jam setelah provokasi alergen dan
melibatkan pengerahan serta aktivasi eosinofil, sel T CD4+, neutrofil dan
makrofag.
II. INFLAMASI KRONIK
Berbagai sel terlibat dan teraktivasi pada inflamasi kronik. Sel tersebut
ialah limfosit T, eosinofil, makrofag , sel mast, sel epitel, fibroblast dan
otot polos bronkus.
II.3Klasifikasi Asma
Sangat sukar membedakan satu jenis asma dengan asma yang lain.
Dahulu dibedakan asma alergik (ekstrinsik) dan non-alergik (intrinsik). Asma
alergik terutama munculnya pada waktu kanak-kanak. Sedangkan asma
intrinsik bila ditemukan tanda-tanda reaksi hipersensitivitas terhadap
allergen. Namun klasifikasi tersebut pada prakteknya tidak mudah dan sering
klien memiliki kedua sifat alergik dan non-alergik, sehingga Mc Connel dan
Holgate membagi asma dalam 3 kategori, yaitu : asma ekstrinsik, asma
intrinsik dan asma yang berkaitan dengan penyakit paru obstruktif kronik.
Selanjutnya GINA (Global Initiative for Asthma) mengajukan klasifikasi
asma intermiten dan persisten ringan, sedang dan berat. Baru-baru ini
berdasarkan gejala siang, aktivitas, gejala malam (nokturnal), pemakaian obat
pelega dan eksaserbasi, GINA membagi asma terkontrol, terkontrol sebagian
dan tidak terkontrol (Sundaru, 2006).
Tabel 2.1 Level asma control
N KARAKTERISTI TERKONTROL TERKONTROL TAK
O K PARSIAL TERKONTROL
1 Gejala siang ≤ 2 x/minggu >2x/minggu >2x/minggu 3
2 Hambatan aktivitas Tidak ada Ada
atau lebih
3 Gejala Tidak ada Ada
keadaan
malam/bangun
terkontrol parsial
waktu tidur
pada tiap-tiap
(nocturnal)
4 Perlu reliever ≤ 2 x/minggu >2x/minggu minggu
5 Fungsi Paru Normal < 80% prediksi
(PEFR/FEV1) atau hasil
terbaik (bila
ada)
Sumber : GINA (2009)
DAFTAR PUSTAKA
Alsagaff H, dan Mukty H.A. 2010. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya:
Airlangga University Press.
GINA (Global Initiative for Astma)., 2009, Global strategy for asthma
management and prevention, Global Initiative For Asthma.
Sundaru H, Sukamto. (2006) Asma Bronkial , Departemen Ilmu Penyakit Dalam
Fakulas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.