DISUSUN OLEH :
PEMBIMBING :
dr. Deasy Hendriati, M.Ked, Sp.KJ
Puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT atas berkat dan hidayah-Nya
sehingga laporan kegiatan ini dapat saya selesaikan tepat pada waktunya. Pada laporan
kegiatan ini, saya menyajikan mengenai Panic Disorder Severity Scale. Adapun tujuan
penulisan laporan kegiatan ini adalah untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik di
Pada kesempatan ini, saya ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada dr. Deasy Hendriati, M.Ked, Sp.KJ selaku pembimbing atas kesediaannya
membimbing saya selama menjalani kegiatan kepaniteraan klinik senior departemen ilmu
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan kegiatan ini masih belum sempurna, baik
dari segi materi maupun tata cara penulisannya. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan
hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan laporan
kegiatan ini. Atas bantuan dan segala dukungan dari berbagai pihak baik secara moral
maupun spiritual, penulis ucapkan terima kasih. Semoga laporan kegiatan ini dapat
Penulis
2
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Pengertian
Gangguan panik adalah perasaan takut yang tidak menyenangkan dan tidak
dapat dibenarkan yang sering disertai dengan gejala fisiologis, terkandung unsur
penderitaan yang bermakna dan gangguan fungsi yang disebabkan oleh kecemasan
tersebut.3 Adalah normal, bahkan adaptif untuk sedikit cemas mengenai aspek-aspek
hidup kehidupan seperti kesehatan, relasi sosial, ujian, dan lainnya. Gangguan
kecemasan adalah kelompok gangguan psikiatri yang paling sering ditemukan.10
Prevalensi laki-laki 2% dan perempuan 4,3%.3,6 Menurut PPDGJ revisi 1983 2-4%
manusia semasa hidupnya akan mengalami kecemasan. DSM-IV membagi kecemasan
menjadi:
5
2) Agorafobia tanpa riwayat gangguan panik
DSM-IV menyatakan agorafobia tanpa riwayat gangguan panik
didasarkan pada rasa takut akan ketidakmampuan mendadak atau gejala yang
memalukan serta penghindaran situasi yang didasarkan pada kekhawatiran
terkait gangguan medis (rasa takut menderita infark miokardium pada pasien
dengan penyakit jantung parah)
6
7) Gangguan kecemasan menyeluruh
DSM-IV menyatakan kecemasan menyeluruh sebagai kecemasan dan
kekhawatiran yang berlebihan mengenai beberapa peristiwa atau aktivitas
hampir sepanjang hari selama sedikitnya 6 bulan.
2.1.2 Etiologi
Kombinasi faktor biologis, sosial dan psikologis berkontribusi terhadap
terjadinya gangguan panik. interaksi satu sama lain dengan derajat yang
berbeda pada setiap individu akan membuat tingkat kerentanan dan ketahanan
yang berbeda-beda. 1
1) Teori psikodinamik
Teori psikodinamik berfokus pada ketidakmampuan ego untuk
bercampur ketika terjadi konflik antara id dan superego, hingga
menghasilkan kecemasan.Terjadi karena berbagai alasan (hubungan antara
orangtua-anak yang tidak memuaskan, atau kepuasan yang sifatnya
sementara), maka pengembangan ego menjadi tertunda. Cacat
perkembangan pada fungsi ego akan memodulasi kecemasan. 2
2) Teori kognitif
Pandangan utama teori kognitif adalah kerusakan, penyimpangan, atau
pola berpikir kontraproduktif yang akan mendahului perilaku maladaptif
dan emosional. Ketika ada gangguan dalam mekanisme sentral ini maka
terjadi gangguan yang konsekuen dalam perasaan dan perilaku.Kecemasan
dipertahankan oleh penilaian yang keliru atau disfungsional dari
situasi.Terjadi kehilangan kemampuan untuk berpikir tentang masalah,
apakah itu fisik atau interpersonal. Individu merasa rentan dalam situasi
tertentu, dan akan terjadi distorsi hasil pemikiran dalam penilaian rasional,
7
sehingga membina hasil negatif. Pasien dengan gangguan cemas telah
terbukti:3
1) Ditandai dengan pengolahan informasi strategis dan otomatis (yaitu,
memori, perhatian) bisa sebagai syarat ancaman fisik.
2) Lebih akurat dalam beberapa kasus, mendeteksi sensasi tubuh.
3) Lebih mungkin untuk melaporkan rasa takut dan keyakinan bahaya
yang dialami.
7
4) Lebih rentan terhadap pengaruh manipulasi instruksional dalam
menanggapi provokasi tantangan.
3) Teori Biologis
1. Genetik
Penelitian pada sebuah keluarga yang menggunakan kriteria DSM-III,
ditemukan bahwa gangguan kecemasan lima kali lebih umum (19,5 persen
dibandingkan 3,5 persen) di antara saudara pasien dengan gangguan
kecemasan dibandingkan dengan kelompok kontrol. Ditemukan tingkat
konkordasi yang tidak lebih tinggi pada kembar monozigot dibandingkan
dizigot untuk gangguan kecemasan pada studi dua kembar dengan kriteria
yang sama. Saat ini, tampak bahwa faktor genetik memainkan peran
sederhana dalam etiologi gangguan kecemasan.3
2. Neurobiologis
1) Noradrenergik
Jalur noradrenergik (sistem saraf lokus coeruleus-noradrenalin
simpatik) berhubungan dengan rasa takut dan gairah serta memainkan
peran penting dalam respon tubuh terhadap ancaman.Tingkat katekolamin
pada pasien dengan gangguan kecemasan tampak normal. Di sisi lain,
pasien gangguan kecemasan menunjukkan respon dibawah normal
terhadap reseptor a2-adrenergik dan berkurangnya kepadatan a2-reseptor
trombosit. 6
2). Neurotransmiter
GABA
Sejumlah neurotransmiter berpengaruh pada reaksi kecemasan ,
termasuk gamma aminobutyric acid (GABA). GABA adalah
neurotransmiter yang bersifat inhibitori, yang berarti meredakan aktivitas
berlebih dari sistem saraf dan membantu untuk meredam respons-repons
stres.Bila aksi GABA tidak adekuat, neuron-neuron dapat berfungsi
berlebihan, kemungkinan menyebabkan kejangkejang.Dalam kasus-kasus
yang kurang dramatis, aksi GABA yang kurang adekuat dapat
meningkatkan keadaan kecemasan. Pandangan ini didukung dengan
8
kenyataan bahwa kelompok obat anticemas yang disebut benzodiazepine,
mencangkup Valium dan Librium membuat reseptor GABA menjadi lebih
sensitif, dengan demikian meningkatkan efek menenangkan (inhibitori)
dari GABA.8
9
3). Penyakit fisik berat
Bagi sebagian orang, gangguan panik terkait dengan masalah
kesehatan yang mendasarinya. Dalam beberapa kasus, tanda-tanda
dan gejala kecemasan adalah indikator pertama bahwa seseorang
memiliki penyakit yang berhubungan dengan kecemasan seperti
penyakit jantung koroner, hipertensi, diabetes melitus, gangguan
tiroid.
10
7). Usia
Penelitian yang telah dilakukan, diketahui usia 20-40 tahun
yang menderita kecemasan terbanyak.
8). Inteligensi
Cemas banyak terjadi pada orang-orang dengan tingkat
inteligensi tinggi.
9). Kepribadian
Cemas banyak diderita oleh orang dengan kepribadian yang
lemah, kurang percaya diri, selalu terburu-buru, dan perfeksionis.
11
2.1.4 Gejala dan tanda
Gejala dan tanda Gangguan panik, yaitu: 4
Tabel 2. Gejala dan tanda Gangguan Panik
Ciri Fisik Ciri Kognitif Ciri Behavorial
1. Kegelisahan, kegugupan. 1. Khawatir akan sesuatu. 1. Perilaku menghindar.
2. Tangan atau anggota tubuh 2. Perasaan terganggu akan 2. Perilaku melekat dan
yang bergetar atau ketakutan atau dependen.
gemetar. aprehensi terhadap 3. Perilaku terguncang
3. Sensasi dari pita ketat yang sesuatu yang terjadi di
mengikat disekitar masa depan.
dahi. 3. Keyakinan bahwa sesuatu
4. Kekencangan pada pori- yang mengerikan akan
pori kulit perut atau segera terjadi, tanpa
dada. ada penjelasan yang
5. Banyak berkeringat. jelas.
6. Telapak tangan yang 4. Terpaku pada sensai
berkeringat. ketubuhan
7. Pening atau pingsan. 5. Merasa terancam oleh
8. Mulut atau kerongkongan orang atau peristiwa
terasa kering. yang normalnya hanya
9. Sulit berbicara. sedikit atau tidak
10. Sulit bernafas. mendapat perhatian
11. Bernafas pendek. 6. Ketakutan akan
12. Jantung yang berdebar kehilangan control
keras atau berdetak 7. Ketakutan akan
kencang. ketidakmampuan untuk
13. Suara yang bergetar. 14. mengatasi masalah
Jari-jari atau anggota 8. Berpikir bahwa dunia
tubuh yang menjadi mengalami keruntuhan.
dingin. 9. Berpikir bahwa
15. Pusing. semuanya tidak lagi
16. Merasa lemas atau mati bisa dikendalikan.
rasa. 10. Berpikir bahwa
12
17. Sulit menelan. semuanya terasa sangat
18. Kerongkongan terasa membingungkan tanpa
tersekat. atau punggung bisa diatasi.
terasa kaku 11. Khawatir terhadap hal-
19. Sensasi seperti tercekik hal yang sepele.
atau tertahan. 12. Berpikir tentang hal
20. Tangan yang dngin dan yangmengganggu yang
lembab. sama secara berulang-
21. Terdapat gangguan sakit ulang.
perut atau mual. 13. Berpikir bahwa harus
22. Panas dingin. bisa kabur dari
23. Sering buang air kecil. keramaian, kalau tidak
24. Wajah terasa pasti akan pingsan.
memerah. 25. Diare. 14. Pikiran terasa
26. Merasa sensitif atau bercampur atau
“mudah marah” kebingungan.
15. Tidak mampu
menghilangkan pikiran-
pikiran terganggu.
16. Berpikir akan segera
mati, meskipun dokter
tidak menemukan
sesuatu yang salah
secara medis.
17. Khawatir akan ditinggal
sendirian.
18. Sulit berkonsentrasi atau
memfokuskan pikiran.
13
2.1.5 Klasifikasi
Gejala gangguan panik baik sifatnya akut maupun kronik (menahun)
merupakan komponen utama bagi hampir semua gangguan kejiwaan (psychiatric
disorder). Edisi revisi keempat Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder
(DSM-IV-TR) mencamtumkan gangguan panik berikut ini menurut klinisnya :
gangguan panik dengan atau tanpa agorafobia, agoraphobia tanpa riwayat gangguan
panik, fobia spesifik dan sosial, obsessive-compulsive disorder (OCD) , gangguan
stress pasca trauma, gangguan stress akut, gangguan kecemasan menyeluruh,
gangguan kecemasan akibat keadaan medis umum, gangguan kecemasan yang
diinduksi zat, dan gangguan kecemasan yang tidak tergolongkan. Hal ini
menerangkan setiap gejala klinis yang dialami memilki arti klinis gangguan
kecemasan yang berbeda.10
b. Ansietas Sedang
Pada tahap ini lapangan persepsi individu menyempit, seluruh indera
dipusatkan pada penyebab ansietas sehingga perhatuan terhadap rangsangan dari
lingkungannya berkurang.
14
c. Ansietas Berat
Lapangan persepsi menyempit, individu bervokus pada hal – hal yang kecil,
sehingga individu tidak mampu memecahkan masalahnya dan terjadi gangguan
fungsional.
d. Panik
Merupakan bentuk ansietas yang ekstrim, terjadi disorganisasi dan dapat
membahayakan dirinya. Individu tidak dapat bertindak, agitasi atau hiperaktif.
Ansietas tidak dapat langsung dilihat, tetapi dikomunikasikan melalui perilaku
klien/individu, seperti tekanan darah yang meningkat, nadi cepat, mulut kering,
menggigil, sering kencing dan pening.
15
d. Gangguan tidur: sukar memulai tidur, terbangun pada malam hari, tidur tidak
pulas dan mimpi buruk.
e. Gangguan kecerdasan: penurunan daya ingat, mudah lupa dan sulit konsentrasi.
f. Perasaan depresi: hilangnya minat, berkurangnya kesenangan pada hobi, sedih,
perasaan tidak menyenangkan sepanjang hari.
g. Gejala somatik: nyeri pada otot-otot dan kaku, gertakan gigi, suara tidak stabil
dan kedutan otot.
h. Gejala sensorik: perasaan ditusuk-tusuk, penglihatan kabur, muka merah dan
pucat serta merasa lemah.
i. Gejala kardiovaskuler: takikardi, nyeri di dada, denyut nadi mengeras dan detak
jantung hilang sekejap.
j. Gejala pernapasan: rasa tertekan di dada, perasaan tercekik, sering menarik napas
panjang dan merasa napas pendek.
k. Gejala gastrointestinal: sulit menelan, obstipasi, berat badan menurun, mual dan
muntah, nyeri lambung sebelum dan sesudah makan, perasaan panas di perut.
l. Gejala urogenital: sering kencing, tidak dapat menahan kencing, aminorea,
ereksi lemah atau impotensi.
m. Gejala vegetatif: mulut kering, mudah berkeringat, muka merah, bulu roma
berdiri, pusing atau sakit kepala.
n. Perilaku sewaktu wawancara: gelisah, jari-jari gemetar, mengkerutkan dahi atau
kening, muka tegang, tonus otot meningkat dan napas pendek dan cepat.
Nomor Responden :
Nama Responden :
Tanggal Pemeriksaan :
17
No Pertanyaan 0 1 2 3 4
1 Perasaan Ansietas
- Cemas
- Firasat Buruk
- Takut Akan Pikiran Sendiri
- Mudah Tersinggung
2 Ketegangan
- Merasa Tegang
- Lesu
- Tak Bisa Istirahat Tenang
- Mudah Terkejut
- Mudah Menangis
- Gemetar
- Gelisah
3 Ketakutan
- Pada Gelap
- Pada Orang Asing
- Ditinggal Sendiri
- Pada Binatang Besar
- Pada Keramaian Lalu Lintas
- Pada Kerumunan Orang Banyak
4 Gangguan Tidur
- Sukar Masuk Tidur
- Terbangun Malam Hari
- Tidak Nyenyak
- Bangun dengan Lesu
- Banyak Mimpi-Mimpi
- Mimpi Buruk
- Mimpi Menakutkan
5 Gangguan Kecerdasan
- Sukar Konsentrasi
- Daya Ingat Buruk
6 Perasaan Depresi
- Hilangnya Minat
- Berkurangnya Kesenangan Pada Hobi
- Sedih
- Bangun Dini Hari
- Perasaan Berubah-Ubah Sepanjang Hari
7 Gejala Somatik (Otot)
- Sakit dan Nyeri di Otot-Otot
- Kaku
- Kedutan Otot
- Gigi Gemerutuk
- Suara Tidak Stabil
8 Gejala Somatik (Sensorik)
- Tinitus
- Penglihatan Kabur
- Muka Merah atau Pucat
- Merasa Lemah
- Perasaan ditusuk-Tusuk
18
9 Gejala Kardiovaskuler
- Takhikardia
- Berdebar
- Nyeri di Dada
- Denyut Nadi Mengeras
- Perasaan Lesu/Lemas Seperti Mau Pingsan
- Detak Jantung Menghilang (Berhenti
Sekejap)
10 Gejala Respiratori
- Rasa Tertekan atau Sempit Di Dada
- Perasaan Tercekik
- Sering Menarik Napas
- Napas Pendek/Sesak
11 Gejala Gastrointestinal
- Sulit Menelan
- Perut Melilit
- Gangguan Pencernaan
- Nyeri Sebelum dan Sesudah Makan
- Perasaan Terbakar di Perut
- Rasa Penuh atau Kembung
- Mual
- Muntah
- Buang Air Besar Lembek
- Kehilangan Berat Badan
- Sukar Buang Air Besar (Konstipasi)
12 Gejala Urogenital
- Sering Buang Air Kecil
- Tidak Dapat Menahan Air Seni
- Amenorrhoe
- Menorrhagia
- Menjadi Dingin (Frigid)
- Ejakulasi Praecocks
- Ereksi Hilang
13 Gejala Otonom
- Mulut Kering
- Muka Merah
- Mudah Berkeringat
- Pusing, Sakit Kepala
- Bulu-Bulu Berdiri
14 Tingkah Laku Pada Wawancara
- Gelisah
- Tidak Tenang
- Jari Gemetar
- Kerut Kening
- Muka Tegang
- Tonus Otot Meningkat
- Napas Pendek dan Cepat
- Muka Merah
Skor Total =
19
BAB III
KESIMPULAN
20
DAFTAR PUSTAKA
1. Bitsika, V., Sharpley, CF., Melhem, TC., 2010. Gender Differences in factor
Scores of Anxiety and Depression among Australian University Students:
Implications for Counseling Interventions. Canadan Journal of Counseling,
4(1) : 51-64
2. Kaplan, H.I & Saddock, B.J. Sinopsis Psikiatri. 8th ed. Jakarta: Bina Rupa
Aksara; 2005. p:1-8.
3. Kaplan, H.I & Saddock, B.J. Sinopsis Psikiatri Ilmu pengetahuan Perilaku
Psikiatri klinis. Jilid 1. 10th ed. Jakarta: Bina Rupa Aksara; 2007.
21
10. Sadock, Benjamin James; Sadock, Virginia Alcott. 2007.Anxiety Disorder in :
Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry : Behavioral Sciences / Clinical
Psychiatry, 10th Edition. New York: Lippincott Williams & Wilkin. Hal 580
11. Tomb, David A. Buku Saku Psikiatri Edisi 6. Jakarta : EGC; 2004. Hal 96-
115.
22