Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN IV ( PATOLOGI )

KEHAMILAN DENGAN PENYAKIT GANGGUAN JIWA

“PSIKONEUROSA “

Dosen Pengampu :

Fela Putri Hariastuti, SST

OLEH KELOMPOK 1 :

1. Ayu Eka Wahyuni


2. Dwiky Septiana
3. Siti Rohmayatul Hidayah
4. Sumarsih
5. Umaiyah Galowati

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


INSAN CENDEKIA HUSADA BOJONEGORO
D-III KEBIDANAN
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb
Rasa syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmatdan
karunia-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Bu Fela Putri Hariastuti, SST selaku
dosen pembimbing dalam pembuatan makalah ini.
Makalah ini di buat untuk memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan IV
(Patologi) agar dapat bermanfaat bagi semua pembaca termasuk kami sebagai penyusun.
Kami sadar makalah ini mempunyai banyak kekurangan, kami akan menerima semua kritik
dan saran yang membangun.
Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi yang membacanya.
Wassalamualaikum wr.wb

Bojonegoro ,12 Maret 2013

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul.............................................................................................................. i
Kata Pengantar.............................................................................................................. ii
Daftar Isi....................................................................................................................... iii
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang.................................................................................................. 1
B. Tujuan............................................................................................................... 1
C. Manfaat............................................................................................................. 2
Bab II Landasan teori
A. Pengertian neurosis........................................................................................... 3
B. Jenis-jenis Neurosis.......................................................................................... 4
Bab III Penutup
A. Kesimpulan....................................................................................................... 12
B. Saran................................................................................................................. 12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Wanita hamil mengalami perubahan jiwa dalam kehamilan, yang biasanya tidak
seberapa berat dan kemudian hilang dengan sendirinya. Adakalanya diperlukan perhatian
khusus atau pengobatan. Kadang-kadang terjadi penyakit jiwa (psikosis) dalam
kehamilan. Ini tidak mengherankan karena ovulasi dan haid juga dapat menimbulkan
psikoneurosis. Penderita sembuh setelah anaknya lahir, akan tetapi dalam kehamilan
berikutnya biasanya penyakitnya timbul lagi. Eklamsia dan infeksi dapat pula disertai
atau disusul oleh psikoneurosis. Selain itu psikoneurosis dapat menjadi lebih berat dalam
kehamilan.
Masalah kehamilan merupakan episode dramatis terhadap kondisi biologis,
perubahan psikologis dan adaptasi dari seorang wanita yang pernah mengalaminya.
Sebagian besar kaum wanita menganggap bahwa kehamilan adalah peristiwa kodrati
yang harus dilalui tetapi sebagian lagi menganggap sebagai peristiwa khusus yang sangat
menentukan kehidupan selanjutnya.
Perubahan kondisi fisik dan emosional yang kompleks memerlukan adaptasi
terhadap penyesuaian pola hidup dengan proses kehamilan yang terjadi. Konflik antara
keinginan prokreasi, kebanggaan yang ditumbuhkan dari norma-norma sosiokultural dan
persoalan dalam kehamilan itu sendiri, dapat merupakan pencetus berbagai reaksi
psikologis, mulai dari reaksi emosional ringan, hingga ke tingkat gangguan jiwa yang
berat.
Dukungan psikologik dan perhatian akan memberi dampak terhadap pola
kehidupan sosial (keharmonisan, penghargaan, pengorbanan, kasih sayang dan empati).
Pada wanita hamil dan dari aspek teknis dapat mengurangi aspek sumber daya (tenaga
ahli, cara penyeleraian persalinan normal, akselerasi, kendali nyeri dan asuhan neonatal.

B. Tujuan
1)  Menjelaskan tentang pengertian psikoneurosa / psikoneurosis (neurosis)
2)   Menjelaskan tentang jenis-jenis psikoneurosa / psikoneurosis (neurosis)
3)   Menjelaskan penyebab, gejala dan terapi pada psikoneurosa / psikoneurosis
(neurosis)

1
C. Manfaat
1)    Mendapat penjelasan dan pengetahuan mengenai psikoneurosa/psikoneurosis
(neurosis)
2)  Dapat mengetahui tentang penanganan jenis-jenis psikoneurosa/psikoneurosis
(neurosis)

2
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Pengertian Neurosis
Neurosis kadang-kadang disebut psikoneurosis dan gangguan jiwa (untuk
membedakannya dengan psikosis atau penyakit jiwa. Menurut Singgih Dirgagunarsa
(1978 : 143),  Neurosis adalah gangguan yang terjadi hanya pada sebagian dari
kepribadian, sehingga orang yang mengalaminya masih bisa melakukan pekerjaan-
pekerjaan biasa sehari-hari atau masih bisa belajar, dan jarang memerlukan perawatan
khusus di rumah sakit.
Dali Gulo (1982 : 179), berpendapat bahwa neurosis adalah suatu kelainan
mental, hanya memberi pengaruh pada sebagaian kepribadian, lebih ringan dari psikosis,
dan seringkali ditandai dengan : keadaan cemas yang kronis, gangguan-gangguan pada
indera dan motorik, hambatan emosi, kurang perhatian terhadap lingkungan, dan kurang
memiliki energi fisik, dst.
Neurosis, menurut W.F. Maramis (1980 : 97), adalah suatu kesalahan
penyesuaian diri secara emosional karena tidak diselesaikan suatu konflik tidak sadar.
Berdasarkan pendapat mengenai neurosis dari para ahli tersebut dapat diidentifikasi
pokok-pokok pengertian mengenai neurosis sebagai berikut.
1. Neurosis merupakan gangguan jiwa pada taraf ringan.
2. Neurosis terjadi pada sebagian aspek kepribadian.
3. Neurosis dapat dikenali gejala-gejala yang menyertainya dengan ciri khas kecemasan.
4. Penderita neurosis masih mampu menyesuaikan diri dan melakukan aktivitas sehari-
hari.
Psikoneurosis adalah gangguan yang terjadi hanya pada sebagian kepribadian.
Karena gangguan hanya pada sebagian kepribadian, maka yang bersangkutan masih bisa
melakukan pekerjaan/aktivitas sehari-hari. Sebenarnya Psikoneurosis bukanlah suatu
penyakit, yang bersangkutan masih dapat kita sebut normal. Yang diderita yang
bersangkutan adalah ketegangan pribadi yang terus sebagai akibat konflik yang
berkepanjangan. Orang tersebut tidak dapat mengatasi konflik yang tidak kunjung reda
yang pada taraf terakhir menjadi neurosis (suatu kelainan mental dengan kepribadian
terganggu yang ringan seperti cemas yang kronis, hambatan emosi, sukar tidur, kurang
perhatian terhadap lingkungan dan kurang memiliki energi). Ada kalanya penyakit ini
baru timbul setelah lama penyebabnya terjadi atau sama sekali tidak ingat lagi, atau telah

3
diendapkan dalam alam ketidaksadaran. Untuk menyembuhkan penyakit digunakan
tehnik wawancara yang lazim disebut psikoterapi.

B. Jenis-Jenis Neurosis
Kelainan jiwa yang disebut neurosis ditandai dengan bermacam-macam gejala.
Dan berdasarkan gejala yang paling menonjol, sebutan atau nama untuk jenis neurosis
diberikan. Dengan demikian pada setiap jenis neurosis terdapat ciri-ciri dari jenis
neurosis yang lain, bahkan kadang-kadang ada pasien yang menunjukkan begitu banyak
gejala sehingga gangguan jiwa yang dideritanya sukar untuk dimasukkan pada jenis
neurosis tertentu (W.F. Maramis, 1980 : 258).
Bahwa nama atau sebutan untuk neurosis diberikan berdasarkan gejala yang
paling menjonjol atau paling kuat. Atas dasar kriteria ini para ahli mengemukakan jenis-
jenis neurosis sebagai berikut (W.F. Maramis, 1980 : 257-258).
1. Neurosis cemas (anxiety neurosis atau anxiety state)
a. Gejala-gejala neurosis cemas
Tidak ada rangsang yang spesifik yang menyebabkan kecemasan, tetapi bersifat
mengambang bebas, apa saja dapat menyebabkan gejala tersebut. Bila kecamasan
yang dialami sangat hebat maka terjadi kepanikan.
Gejala-gejala neurosis cemas : 1) Gejala somatis dapat berupa sesak nafas, dada
tertekan, kepala ringan seperti mengambang, lekas lelah, keringat dingan, dst. 2)
Gejala psikologis berupa kecemasan, ketegangan, panik, depresi, perasaan tidak
mampu,dst.
b. Faktor penyebab neurosis cemas
Menurut Maramis (1980 : 261), faktor pencetus neurosis cemas sering jelas dan
secara psikodinamik berhubungan dengan faktor-faktor yang menahun seperti
kemarahan yang dipendam.
Sebab-sebab anxiety secara umum :
1) Ketakutan dan kecemasan yang terus menerus, disebabkan oleh kesusahan-
kesusahan dan kegagalan yang bertubu-tubi
2) Repressi terhadap macam – macam masalah emosional, akan tetapi tidak
bisa berlangsung secara sempurna
3) Kecenderungan harga diri yang terhalang.
4) Dorongan-dorongan seksual tidak mendapat kepuasan yang terhambat,
sehingga menimbulkn banyak konflik batin.

4
c. Terapi untuk penderita neurosis cemas
Terapi untuk penederita neurosis cemas dilakukan dengan menemukan sumber
ketakutan atau kekuatiran dan mencari penyesuaian yang lebih baik terhadap
permasalahan. Mudah tidaknya upaya ini pada umumnya dipengaruhi oleh
kepribadian penderita. Ada beberapa jenis terapi yang dapat dipilih untuk
menyembuhkan neurosis cemas, yaitu :
 psikoterapi individual
 psikoterapi kelompok
 psikoterapi analitik
 sosioterapi
 terapi seni kreatif
 terapi kerja
 terapi perilaku
 farmakoterapi
2. Histeria
a. Gejala-gejala histeria
Histeria merupakan neurosis yang ditandai dengan reaksi-reaksi emosional yang
tidak terkendali sebagai cara untuk mempertahankan diri dari kepekaannya
terhadap rangsang-rangsang emosional. Pada neurosis jenis ini fungsi mental dan
jasmaniah dapat hilang tanpa dikehendaki oleh penderita. Gejala-gejala sering
timbul dan hilang secara tiba-tiba, terutama bila penderita menghadapi situasi
yang menimbulkan reaksi emosional yang hebat.
b. Jenis-jenis histeria
Histeria digolongkan menjadi 2, yaitu reaksi konversi atau histeria minor dan
reaksi disosiasi atau histeria mayor.
1) Histeria minor atau reaksi konversi
Pada histeria minor kecemasan diubah atau dikonversikan (sehingga disebut
reaksi konversi) menjadi gangguan fungsional susunan saraf somatomotorik
atau somatosensorik, dengan gejala : lumpuh, kejang-kejang, mati raba, buta,
tuli, dst.
2) Histeria mayor atau reaksi disosiasi
Histeria jenis ini dapat terjadi bila kecemasan yang yang alami penderita
demikian hebat, sehingga dapat memisahkan beberapa fungsi kepribadian
satu dengan lainnya sehingga bagian yang terpisah tersebut berfungsi secara

5
otonom, sehingga timbul gejala-gejala : amnesia, somnabulisme, fugue, dan
kepribadian ganda.
c. Faktor penyebab histeria
Menurut Sigmund Freud, histeria terjadi karena pengalaman traumatis
(pengalaman menyakitkan) yang kemudian direpresi atau ditekan ke dalam alam
tidak sadar. Maksudnya adalah untuk melupakan atau menghilangkan
pengalaman tersebut. Namun pengalaman traumatis tersebut tidak dapat
dihilangkan begitu saja, melainkan ada dalam alam tidak sadar (uncociousness)
dan suatu saat muncul kedalam sadar tetapi dalam bentuk gangguan jiwa.
Sebab-sebab hysteria:
1)   Ada prediposisi pembawaan berupa system syaraf yang lemah.
2)    Tekanan-tekanan mental yang disebabkan oleh, kesusahan, kekecawaan,
shocks, dan pengalaman-pengalamn taraumatis/luka jiwa.nya sugesti diri yag
buruk dan melemahkan mental.
3) Oleh kelemahan-kelemahan diri, individu berusaha menguasai keadaan, lalu
mentiranisasi lingkungan dengan tingkah lakunya yang dibuat-buat.
4)    Kebiasaan hidup dan disiplin-disiplin yang keliru, sehingga mengakibatkan
control pribadi yang lemah dan integrasi kepribadian yang miskin, sangat
kekanak-kanakan.
5)  Sering atau selalu menggunakan escape mechanism dan defence mechanism,
sehingga mengakibatkan malajustment, dan semakin banyak timbul
kesulitan.
6) Kondidi fisik yang buruk, misalnya sakit-sakitan, lemah, lelah, fungsi-fungsi
organic yang lemah, gangguan pikiran, dan badaniah.
d. Terapi terhadap penderita histeria
Ada beberapa teknik terapi yang dapat dilakukan untuk menyembuhkan hysteria
yaitu :
 Teknik hipnosis (pernah diterapkan oleh dr. Joseph Breuer);
 Teknik asosiasi bebas (dikembangkan oleh Sigmund Freud);
 Psikoterapi suportif.
 Farmakoterapi.

6
3. Neurosis fobik
a. Gejala-gejala neurosis fobik
Neurosis fobik merupakan gangguang jiwa dengan gejala utamanya fobia, yaitu
rasa takut yang hebat yang bersifat irasional, terhadap suatu benda atau keadaan.
Fobia dapat menyebabkan timbulnya perasaan seperti akan pingsan, rasa lelah,
mual, panik, berkeringat, dst. Ada bermacam-macam fobia yang nama atau
sebutannya menurut faktor yang menyebabkan ketakutan tersebut, misalnya :
 Hematophobia : takut melihat darah
 Hydrophobia : takut pada air
 Pyrophibia : takut pada api
 Acrophobia : takut berada di tempat yang tinggi
b. Faktor penyebab neurosis fobik
Neurosis fobik terjadi karena penderita pernah mengalami ketakutan dan shock
hebat berkenaan dengan situasi atau benda tertentu, yang disertai perasaan malu
dan bersalah. Pengalaman traumastis ini kemudian direpresi (ditekan ke dalam
ketidaksadarannya). Namun pengalaman tersebut tidak bisa hilang dan akan
muncul bila ada rangsangan serupa.
c. Terapi untuk penderita neurosis fobik
Menurut Maramis, neurosa fobik sulit untuk dihilangkan sama sekali bila
gangguan tersebut telah lama diderita atau berdasarkan fobi pada masa kanak-
kanak. Namun bila gangguan tersebut relatif baru dialami proses
penyembuhannya lebih mudah. Teknik terapi yang dapat dilakukan untuk
penderita neurosis fobik adalah:
 Psikoterapi suportif, upaya untuk mengajar penderita memahami apa yang
sebenarnya dia alami beserta psikodinamikanya.
 Terapi perilaku dengan deconditioning, yaitu setiap kali penderita merasa
takut dia diberi rangsang yang tidak menyenangkan.
 Terapi kelompok.
 Manipulasi lingkungan.
4. Neurosis obsesif-kompulsif
a. Gejala-gejala neurosis obsesif-kompulsif
Istilah obsesi menunjuk pada suatu ide yang mendesak ke dalam pikiran atau
menguasai kesadaran dan istilah kompulsi menunjuk pada dorongan atau impuls

7
yang tidak dapat ditahan untuk tidak dilakukan, meskipun sebenarnya perbuatan
tersebut tidak perlu dilakukan.
Contoh obsesif-kompulsif antara lain ;
 Kleptomania : keinginan yang kuat untuk mencuri meskipun dia tidak
membutuhkan barang yang ia curi.
 Pyromania : keinginan yang tidak bisa ditekan untuk membakar sesuatu.
 Wanderlust : keinginan yang tidak bisa ditahan untuk bepergian.
 Mania cuci tangan : keinginan untuk mencuci tangan secara terus menerus.
b. Faktor penyebab neurosis obsesif-kompulsif
Neurosis jenis ini dapat terjadi karena faktor-faktor sebagai berikut (Yulia D.,
2000 : 116-117).
 Konflik antara keinginan-keinginan yang ditekan atau dialihkan.
 Trauma mental emosional, yaitu represi pengalaman masa lalu (masa kecil).
c.  Terapi untuk penderita neurosis obsesif-kompulsif
 psikoterapi suportif;
 penjelasan dan pendidikan;
 terapi perilaku.
5. Neurosis depresif
a. Gejala-gejala neurosis depresif
Neurosis depresif merupakan neurosis dengan gangguang utama pada perasaan
dengan ciri-ciri : kurang atau tidak bersemangat, rasa harga diri rendah, dan
cenderung menyalahkan diri sendiri.
Gejala-gejala utama gangguan jiwa ini adalah :
 gejala jasmaniah : senantiasa lelah.
 gejala psikologis : sedih, putus asa, cepat lupa, insomnia, anoreksia, ingin
mengakhiri hidupnya, dst.
b. Faktor penyebab neurosis depresif
Menurut hasil riset mutakhir sebagaimana dilakukan oleh David D. Burns (1988 :
6), bahwa depresi tidak didasarkan pada persepsi akurat tentang kenyataan, tetapi
merupakan produk “keterpelesetan’ mental, bahwa depresi bukanlah suatu
gangguan emosional sama sekali, melainkan akibat dari adanya distorsi kognitif
atau pemikiran yang negatif, yang kemudian menciptakan suasana jiwa, terutama
perasaan yang negatif pula. Burns berpendapat bahwa persepsi individu terhadap
realitas tidak selalu bersifat objektif. Individu memahami realitas bukan

8
bagaimana sebenarnya realitas tersebut, melainkan bagaimana realitas tersebut
ditafsirkan. Dan penafsiran ini bisa keliru bahkan bertentangan dengan realitas
sebenarnya. Konsepsi tersebut kemudian oleh Burns dijelaskan dengan visualisasi
sebagai berikut (1988 : 21).
c. Terapi untuk penderita neurosis depresif
Untuk menyembuhkan depresi, Burns (1988 : 5) telah mengembang-kan teknik
terapi dengan prinsip yang disebut terapi kognitif, yang dilakukan dengan prinsip
sebagai berikut.
o Bahwa semua rasa murung disebabkan oleh kesadaran atau pemikiran yang
bersangkutan.
o Jika depresi sedang terjadi maka berarti pemikiran telah dikuasai oleh
kekeliruan yang mendalam.
o Bahwa pemikiran negative menyebabkan kekacauan emosional.
Terapi kognitif dilakukan dengan cara membetulkan pikiran yang salah, yang
telah menyebabkan terjadinya kekacauan emosional.
6. Neurasthenia
a. Gejala-gejala neurasthenia
Neurasthenia disebut juga penyakit payah.
Gejala utama : gangguan ini adalah tidak bersemangat, cepat lelah meskipun
hanya mengeluarkan tenaga yang sedikit, emosi labil, dan
kemampuan berpikir menurun.
Di samping gejala-gejala utama tersebut juga terdapat gejalagejala
tambahan, yaitu insomnia, kepala pusing, sering merasa dihinggapi bermacam-
macam penyakit, dst.
b. Faktor penyebab neurasthenia
Neurasthenia dapat terjadi karena beberapa faktor (Zakiah
Daradjat, 1983 : 34), yaitu sebagai berikut.
 Terlalu lama menekan perasaan, pertentangan batin,
 kecemasan.
 Terhalanginya keinginan-keinginan.
 Sering gagal dalam menghadapi persaingan-persaingan
c. Terapi untuk penderita neurasthenia
Upaya membantu penyembuahn penderita neurasthenia dapat
dilakukan dengan teknik terapi sebagai berikut.

9
 Psikoterapi supportif;
 Terapi olah raga;
 Farmakoterapi.
7. Psikotenis
Gejala penyakit ini ialah kelesuan mental, phobia, takut berdiri di tempat yang tinggi,
takut akan tempat yang sempit, takut mati. Selain phobia timbul obsesi (meningkatnya
suatu ide yang sulit dilupakan) yang disertai compulsion (kecenderungan untuk
melakukan sesuatau tanpa dapat dicegah). Seseorang yang mempunyai obsesi selalu
mencuci tangannya karena selalu merasa penuh kuman. Dengan mencuci tangan dia
merasa puas, sedang bila dia tidak mencuci tangan dia akan penuh kegelisahan. Salah
satu jenis compulsion ialah cleptomani ( kecenderungan mencuri)
Sebab-sebab psikotenis :
1. Represi terhadap pengalaman-pengalaman traumatis yang sangat menakutkan
pada masa silam.
2. Disertai rasa malu atau berdosa, yang kemudian ditekan kuat-kuat dalam
ketidaksadaran, dalam usahanya untuk melupakan insiden tersebut, sehingga
muncul gejala phobia, obsesi, dan kompulsif.
3. Ada konflik antar untuk berani melawan rasa taku-takut yang mengerut, yang
dicobanya menekan kuat-kuat dalam alam tidak sadar.
8. Neurastania
Penyakit ini ditandai oleh kelelahan yang terus menerus, wajah murung, nafsu makan
berkurang, sulit tidur (insomania).
1. Risau disebabkan oleh kekurangan kerja/kesibukan. Kelelahan dan kelemahan
yang ekstrem disebabkan oleh kebanyakan kerja.
2. Banyak menderita ketegangan emosional karena konflik-konflik internal,
kesusahan, dan frustasi-frustasi.
3. Disebabkan oleh perasaan interior, akibat dari kegagalan-kegagalan di masa
lampau dan disusuli dengan tingkah laku yang agresif.
4. Factor-faktor herediter diperkirakan juga menjadi sebabnya, akn tetapi tidak
teramat penting artinya.
9. Hipokondria
Adalah kondisi kecemasan yang kronis, dimana pasien selalu merasakan ketakutan
yang patologis terhadap terhadap kesehatan sendiri..individu yang bersangkutan
merasa yakin betul bahwa dirinya mengidap suatu penyakit yang kronis. Setiap

10
simpton kesakitan yang sekecil-kecilnya, dirasakannya sebagai suatu bencana hebat
dan merupakan tragedy hidup yang dianggap bisa menyebabkan kematiannya. Semua
itu disebabkan oleh banyaknya konflik-konflik intrapsikis yang sudah lama dan amat
parah.
Kesehatan emosi berkaitan erat dengan kesehatan dan kondisi jiwa seseorang.
Kesehatan emosi juga berkaitan dengan kondisi fisik seseorang apakah ia memiliki
kondisi tubuh yang fit, bebas tekanan ( stres dan depresi ), mental yang kuat dan
sebagainya. Keadaan tubuh atau fisik yang kuat saja tidak cukup untuk mencegah
adanya gangguan emosi pada seseorang. Dalam hal ini asupan gizi turut
mempengaruhi untuk tetap menjaga kebugaran sehingga tidak hanya kesehatan fisik
yang didapat tetapi juga kesehatan jiwa.
Sebaliknya kesehatan emosi juga dapat mempengaruhi kondisi tubuh. Jika keadaan
jiwanya tidak stabil, yang disebabkan stress atau depresi, maka fisiknya juga dapat
menjadi lemah. Karena jiwa, perasaan, dan emosi seseorang sangat mempengaruhi
keadaan fisik orang tersebut.
Cara untuk mengatasi kelabilan dari kesehatan emosi ini dapat dilakukan dengan cara
memakan makanan yang sehat yang disertai asupan gizi yang cukup bagi tubuh,
melakukan olah raga secara teratur, dan istirahat yang proporsional. Rekreasi atau
liburan ke suatu tempat yang relatif menyenangkan dapat juga menjadi salah satu cara
untuk mengembalikan kesehatan dan menekan stress.
Freud berpendapat bahwa psikoneurosis pada dasarnya adalah psiogenik. Freud
mengemukakan lima interpretasi yang berbeda mengenai penyebab tingkah laku
neurotik:
1. Psikoneurosisadalah akibat dari trauma-trauma yang pertama-tama bersifat
seksual
2. Psikoneurosisakibat komplek oedipus yang tidak terpecahkan
3. Psikoneurosissebagai akibat dari konflik antara dorongan id dan penyensoran
moral dari superego
4. reaksi-reaksi emosional yang ditimbulkan oleh lingkungan yang sejak awal
menolak individu sebagai faktor-faktor yang mempercepat psikoneurosis
5. penyebab psikoneurosistidak hanya satu, melainkan banyak dan kemudian Freud
memusatkan perhatiannya pada uraian mengenai reaksi-reaksi neurotik.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perubahan kondisi fisik dan emosional yang kompleks memerlukan adaptasi
terhadap penyesuaian pada hidup dengan proses kehamilan yang terjadi. Konflik antara
keinginan prokreas, kebanggaan yang timbul dari norma-norma sosiokultural dan
persoalan dalam keahamilan. Itu sendiri dapat merupakan pencetus berbagai reaksi
psikologis, mulai dari reaksi emosional ringan hingga ketingkat gangguan jiwa yang
berat.

B. Saran
Jika ibu hamil mengalami psikoneurisis atau neurosis, keluarga atau suami harus
lebih memperhatikannya dan segera berkonsultasi ke ahli psikologis agar dapat
mengatasi masalah yang dialami oleh ibu hamil tersebut, agar kondisinya dapat membaik
seperti sediakala.

12

Anda mungkin juga menyukai