Anda di halaman 1dari 9

TUGAS KOMUNIKASI TERAPEUTIK

ROLE PLAY “ GANGGUAN KECEMASAN “

DISUSUN
OLEH :

NAMA : VERA KOMALA SARI


NIM : PO.71.20.2.17.078
TINGKAT : I.B
DOSEN PEMBIMBING : SURYANDA, S.Pd, M.Kes

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
PRODI KEPERAWATAN BATURAJA
TAHUN 2019
KECEMASAN

1. PENGERTIAN
Kecemasan atau ansietas merupakan reaksi emosional terhadap penilaian
individu yang subyektif dipengaruhi oleh alam bawah sadar dan tidak
diketahui secara khusus penyebabnya.
Ansietas merupakan istilah yang sangat akrab dengan kehidupan sehari-
hari yang menggambarkan keadaan khawatir, gelisah yang tak menentu, tidak
tenteram, kadang disertai berbagai keluhan fisik.
Ansietas sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya.
Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik. Kondisi dialami secara
subyektif dan dikomunikasikan dalam hubungan interpersonal. Ansietas
berbeda dengan rasa takut, yang merupakan penilaian intelektual terhadap
sesuatu terhadap sesuatu yang berbahaya. Kapasitas untuk menjadi cemas
diperlukan untuk bertahan hidup, tetapi tingkat ansietas yang parah tidak
sejalan dengan kehidupan.

2. ETIOLOGI
Penyebab gangguan ini kurang jelas. Gejala muncul biasanya disebabkan
interaksi dari aspek-aspek biopsikososial termasuk genetik dengan beberapa
situasi, stres atau trauma yang merupakan stressor muneulnya gejala ini. Di
sistem saraf pusat beberapa mediator utama dari gejala ini adalah.
norepinephrine dan serotonin. Sebenarnya anxietas diperantarai oleh suatu
system kompleks yang melibatkan system limbic, thalamus, korteks frontal
secara anatomis dan norepinefrin, serotonin dan GABA pada sistem
neurokimia, yang mana hingga saat ini belum diketahui jelas bagaimana kerja
bagian-bagian tersebut menimbulkan anxietas. Begitu pula pada depresi
walapun penyebabnya tidak dapat dipastikan namun biasanya ditemukan
defisensi relatif salah satu atau beberapa aminergic neurotransmitter
(noeadranaline, serotonin, dopamine) pada sinaps neuron di susunan saraf
pusat khususnya sistem limbic
3. TANDA DAN GEJALA KECEMASAN
Keluhan-keluhan yang sering dikemukan oleh orang yang mengalami
ansietas (Hawari, 2008), antara lain sebagai berikut :
1. Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah
tersinggung.
2. Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut.
3. Takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang.
4. Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan.
5. Gangguan konsentrasi dan daya ingat.
6. Keluhan-keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang,
pendengaran berdenging (tinitus), berdebar-debar, sesak nafas, gangguan
pencernaan, gangguan perkemihan, sakit kepala dan sebagainya.

4. TINGKATAN KECEMASAN
Ansietas memiliki dua aspek yakni aspek yang sehat dan aspek
membahayakan, yang bergantung pada tingkat ansietas, lama ansietas yang
dialami, dan seberapa baik individu melakukan koping terhadap ansietas.
Menurut Peplau (dalam, Videbeck, 2008) ada empat tingkat kecemasan yang
dialami oleh individu yaitu ringan, sedang, berat dan panik.
1. Ansietas ringan adalah perasaan bahwa ada sesuatu yang berbeda dan
membutuhkan perhatian khusus. Stimulasi sensori meningkat dan membantu
individu memfokuskan perhatian untuk belajar, menyelesaikan masalah,
berpikir, bertindak, merasakan, dan melindungi diri sendiri.
Menurut Videbeck (2008),
2. Ansietas sedang merupakan perasaan yang menggangu bahwa ada sesuatu
yang benar-benar berbeda; individu menjadi gugup atau agitasi
3. Ansietas berat, yakni ada sesuatu yang berbeda dan ada ancaman,
memperlihatkan respons takut dan distress.
Menurut Videbeck (2008), respons dari ansietas berat adalah sebagai berikut
4. Panik, individu kehilangan kendali dan detail perhatian hilang, karena
hilangnya kontrol, maka tidak mampu melakukan apapun meskipun dengan
perintah.

E. FAKTOR PREDISPOSISI
Stressor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat
menyebabkan timbulnya kecemasan (Suliswati, 2005). Ketegangan dalam
kehidupan tersebut dapat berupa :
1. Peristiwa traumatik, yang dapat memicu terjadinya kecemasan berkaitan
dengan krisis yang dialami individu baik krisis perkembangan atau situasional.
2. Konflik emosional, yang dialami individu dan tidak terselesaikan dengan
baik. Konflik antara id dan superego atau antara keinginan dan kenyataan
dapat menimbulkan kecemasan pada individu.
3. Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan individu
berpikir secara realitas sehingga akan menimbulkan kecemasan.
4. Frustasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan untuk mengambil
keputusan yang berdampak terhadap ego.
5. Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan ancaman
terhadap integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep diri individu.
6. Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani stress akan
mempengaruhi individu dalam berespon terhadap konflik yang dialami karena
pola mekanisme koping individu banyak dipelajari dalam keluarga.
7. Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi respons
individu dalam berespons terhadap konflik dan mengatasi kecemasannya.
8. Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah pengobatan yang
mengandung benzodizepin, karena benzodiazepine dapat menekan
neurotransmiter gamma amino butyric acid (GABA) yang mengontrol
aktivitas neuron di otak yang bertanggung jawab menghasilkan kecemasan.

F. FAKTOR PRESIPITASI
Stresor presipitasi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat
mencetuskan timbulnya kecemasan (Suliswati, 2005). Stressor presipitasi
kecemasan dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu :
1. Ancaman terhadap integritas fisik. Ketegangan yang mengancam integritas
fisik yang meliputi :
a. Sumber internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologis sistem imun,
regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal (misalnya : hamil).
b. Sumber eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan bakteri,
polutan lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi, tidak adekuatnya
tempat tinggal.
2. Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal.
a. Sumber internal : kesulitan dalam berhubungan interpersonal di rumah dan
tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru. Berbagai ancaman
terhadap integritas fisik juga dapat mengancam harga diri.
b. Sumber eksternal : kehilangan orang yang dicintai, perceraian, perubahan
status pekerjaan, tekanan kelompok, sosial budaya.

G. PENATALAKSANAAN
1. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara :
a. Makan makan yang bergizi dan seimbang.
b. Tidur yang cukup.
c. Cukup olahraga.
d. Tidak merokok.
e. Tidak meminum minuman keras.
2. Terapi psikofarmaka.
Terapi psikofarmaka merupakan pengobatan untuk cemas dengan memakai
obat-obatan yang berkhasiat memulihkan fungsi gangguan neuro-transmitter
(sinyal penghantar saraf) di susunan saraf pusat otak (limbic system). Terapi
psikofarmaka yang sering dipakai adalah obat anti cemas (anxiolytic), yaitu
seperti diazepam, clobazam, bromazepam, lorazepam, buspirone HCl,
meprobamate dan alprazolam.
3. Terapi somatik
Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala ikutan
atau akibat dari kecemasan yang bekerpanjangan. Untuk menghilangkan
keluhan-keluhan somatik (fisik) itu dapat diberikan obat-obatan yang
ditujukan pada organ tubuh yang bersangkutan.
4. Psikoterapi
Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain :
a. Psikoterapi suportif, untuk memberikan motivasi, semangat dan
dorongan agar pasien yang bersangkutan tidak merasa putus asa dan
diberi keyakinan serta percaya diri.
b. Psikoterapi re-edukatif, memberikan pendidikan ulang dan koreksi bila
dinilai bahwa ketidakmampuan mengatsi kecemasan.
c. Psikoterapi re-konstruktif, untuk dimaksudkan memperbaiki kembali (re-
konstruksi) kepribadian yang telah mengalami goncangan akibat stressor.
d. Psikoterapi kognitif, untuk memulihkan fungsi kognitif pasien, yaitu
kemampuan untuk berpikir secara rasional, konsentrasi dan daya ingat.
e. Psikoterapi psiko-dinamik, untuk menganalisa dan menguraikan proses
dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan mengapa seseorang tidak
mampu menghadapi stressor psikososial sehingga mengalami kecemasan.
f. Psikoterapi keluarga, untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan, agar
faktor keluarga tidak lagi menjadi faktor penyebab dan faktor keluarga
dapat dijadikan sebagai faktor pendukung.
5. Terapi psikoreligius
Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubungannya dengan
kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi berbagai problem kehidupan
yang merupakan stressor psikososial.
ROLE PLAY

KASUS :
Pasien bernama Putri Lusiana usia 15 tahun dirawat dirumah sakit dan diagnosa
DHF, pasien sudah dirawat selama 5 hari. Pasien terlihat lemas, pucat dan
merenung. Pasien mengatakan merasa gelisah dan sulit tidur. Setelah ditanya oleh
perawat ternyata pasien merasa cemas karena dia takut tertinggal pelajaran dan
takut nilai ujiannya jelek. Sementara ujiannya akan dilaksanakan bulan depan.
Kemudian perawat berusaha membantu mengatasi kecemasan pasien, perawat
mengajarkan tehnik relaksasi lima jari kepada pasien untuk mengatasi
kecemasannya.
Perawat : Assalamualaikum
Pasien : Waalaikumsalam
Perawat : Perkenalkan saya ners Farida yang bertugas pada hari ini. Nama
adik siapa ya ?
Pasien : Owh, nama saya Putri Lusiana ners.
Perawat : Adik lebih suka saya panggil dengan nama siapa?
Pasien : Panggil saja saya Sisi ners
Perawat : Sisi, baiklah Sisi saya akan mengecek kondisi Sisi, saya akan
menemani Sisi sekitar 20 menit dan tempatnya disini saja ya,
apakah Sisi bersedia?
Pasien : Iya ners saya bersedia
Perawat : Bagaimana perasaan Sisi saat ini?
Pasien : Saya merasa gelisah ners dan semalam saya tidak
bisa tidur
Perawat : Kenapa tidak bisa tidur, apa yang Sisi pikirkan?
Pasien : Saya takut tertinggal pelajaran sekolah ners, saya khawatir kalau
nilai saya jelek padahal sebulan lagi ada ujian sekolah ners.
Perawat : Oh jadi Sisi merasa khawatir tertinggal pelajaran dan nilai ujian
Sisi jelek.
Pasien : Iya ners, saya kepikiran terus ners.
Perawat : Apakah Sisi sebelumnya pernah mengalami hal
seperti ini sebelumnya?
Pasien : Pernah ners, dulu waktu SD saya pernah juga sakit dan
tidak masuk sekolah selama beberapa hari.
Perawat : Apa yang Sisi lakukan untuk ketika mengalami hal
tersebut?
Pasien : Waktu itu saya meminjam catatan teman dan
meminta mengajarinya sus.
Perawat : Wah baik sekali, berarti dulu Sisi pernah menyelasaikan masalah
yang hampir sama, saya yakin sekali Sisi sekarang juga akan bisa
menyelasaikan kecemasan yang Sisi rasakan.
Pasien : Iya ners semoga saja saya bisa.
Perawat : Nah Sisi, apakah sisi sudah bisa melakukan tehnik distraksi?
Pasien : Sudah ners, biasannya saya mendengarkan musik yang saya sukai
ners.
Perawat : Bagus sekali sisi, ketika sisi merasa cemas sisi bisa melakukan
tehnik distraksi tersebut. nah sekarang saya kan mengajarkan
kepada Sisi tehnik relaksasi lima jari agar Sisi bisa mengatasi
kecemasan Sisi rasakan. Apakah Sisi bersedia?
Pasien : Iya ners saya bersedia
Perawat : Baiklah kalau begitu Sisi perhatikan saya, lalu Sisi bisa mengikuti
instruksi dari saya.
Pasien : Iya ners
Perawat : baiklah saya mulai ya, pejamkan mata Sisi, nah sekarang sentuh
jari telunjuk dengan jari jempol Sisi, kemudian bayangkan pada
saat Sisi sehat. Nah sekarang sentuh jari tengah Sisi bayangkan saat
Sisi bersama orang yang Sisi sayangi atau Sisi cintai, kemudian
sentuh jari manis Sisi, bayangkan saat Sisi di puji oleh seseorang.
Kemudian sentuh jari kelingking Sisi bayangkan tempat yang
paling indah yang pernah Sisi kunjungi. Sekarang buka mata Sisi,
bagaimana perasaan Sisi ?
Pasien : Lumayan rileks ners
Perawat : Nah sekarang coba Sisi ulang cara terapi yang
sudah kita pelajari tadi
Pasien : Baik ners (mengulangi tehnik relaksasi lima jari)
Perawat : Bagus sekali Sisi, kamu sudah bisa melakukannya dengan benar.
Pasien : Terimakasih ners
Perawat : Baiklah kalau begitu, mari kita masukan dalam jadwal harian Sisi.
Jadi, setiap Sisi merasa cemas, Sisi bisa langsung praktikan cara ini
dan bisa melakukannya lagi sesuai jadwal yang sudah kita buat.
Pasien : Baik ners nanti akan saya coba
Perawat : Bagaimana perasaan sisi setelah kita ngobrol dan melakukan
tehnik relaksasi lima jari?
Perawat : Saya merasa rileks ners dan pikiran saya juga tenang.
Perawat : Kalau begitu sampai disini dulu percakapan kita,
apa ada yang ditanyakan?
Pasien : Tidak ners
Perawat : Besok pagi jam 8 saya akan kesini untuk mengecek kondisi sisi
lagi, terimakasih atas kerjasamanya. Cepet sembuh ya.
Assalamualaikum
Pasien : Iya ners, Sama-sama Waalaikumsalam

Anda mungkin juga menyukai