Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH GIZI DAN DIET

“ KONSEP DASAR GIZI PADA DIABETES MELITUS “

DISUSUN
OLEH :
KELOMPOK 12

1. NETIA AGUSTINA
2. FANAZIRA FAHRUNNISA

TINGKAT : I.B
DOSEN PEMBIMBING : Hj. ENI FOLENDRA ROSA, SKM, MPH

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
PRODI KEPERAWATAN BATURAJA
TAHUN 2020

1
KONSEP DASAR GIZI PADA

DIABETES MELITUS

A. Diabetes Melitus

Diabetes Mellitus sering disebut sebagai the great imitator, karena


penyakit ini dapat mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan
berbagai macam keluhan. Gejala-gejala pada DM merupakan akibat dari
adanya ketidak seimbangan dalam metabolisme hidrat arang, protein,
lemak dengan produksi ataupun fungsi horman insulin. Diabetes Mellitus
(DM) adalah suatu sindrom klinik yang terdiri dari peningkatan kadar gula
darah, ekskresi gula melalui air seni dan gangguan mekanisme kerja
hormon insulin. Penyakit Diabetes Mellitus terjadi akibat gangguan
mekanisme kerja hormon insulin, sehingga gula darah yang ada di dalam
tubuh tidak dapat dinetralisir. Gizi juga dapat menunjukkan peranannya
dalam terjadinya Diabetes Mellitus dalam dua arah yang berlawanan. Gizi
lebih merupakan petunjuk umum peningkatan taraf kesejahteraan
perorangan, memperbesar resiko terkena DM, terutama pada mereka yang
memang mempunyai riwayat genetik DM. Pada kondisi ini, gejala DM
dapat di atasi dengan pengaturan kembali keseimbangan metabolisme zat
gizi dalam tubuh. Gizi buruk pada masa pertumbuhan atau intake bahan
makanan yang mengandung racun seperti Cyanida, dapat menimbulkan
gangguan pada proses pertumbuhan dan perkembangan jaringan kelenjar
pankreas. Ada 2 tipe Diabetes Mellitus, yaitu :

1. DM tipe 1: Pada diabetes tipe ini telah terjadi kerusakan sel beta di
pancreas, gangguan autoimun serta idiopatik.

2. DM tipe 2: Pada diabetes tipe ini terjadi penurunan produksi insulin


atau berkurangnya daya kerja insulin maupun keduanya.

Pada penderita DM tipe 1, diabetisi yang masih menggunakan rapid


acting insulin dengan injeksi ataupun insulin pump harus melakukan

2
penyesuaian dengan karbohidrat makanan yang dikonsumsi. Sementara
untuk yang menggunakan insulin dengan dosis pasti, asupan karbohidrat
setiap hari harus konsisten baik jumlah maupun waktu pemberiannya.

Penderita DM tipe 2, diperlukan perubahan gaya hidup meliputi


pengurangan asupan energi, asam lemak, kolesterol, natrium, serta harus
meningkatkan aktivitas fisik. Penderita DM harus memperhatikan
komposisi makanan yang dianjurkan, menghitung kebutuhan kalori harian,
dan be carb smart (karbohidrat tepat). Pada komposisi makanan, jumlah
karbohidrat, lemak, dan protein perlu diperhatikan untuk memenuhi
kebutuhan zat gizi harian. Diet DM juga dapat dibantu dengan pemberian
suplemen nutrisi tertentu yang dapat membantu tubuh tetap menjaga kadar
gula dalam darah. Dua nutrisi yang diketahui berperan dalam proses
mengontrol kadar gula dalam darah yaitu biotin (salah satu kelompok
vitamin B) dan chromium (sebuah mineral buatan).

B. DASAR- DASAR PERAWATAN DIITETIK BAGI PENDERITA DM

Tujuan perawatan diitetik bagi penderita penyakit diabetes melitus adalah :

1. Mencegah terjadinya hiperglikemia postprandial yang berlebihan.

2. Mencegah terjadinya hipoglikemia apabila penderita memakai obat


insulin.

3. Memelihara agar tidak terjadi kelebihan berat badan.

4. Menjaga agar kadar kolesterol dan trigliserida dalam darah penderita


tetap pada batas normal.

5. Mencegah kerusakan pada pembuluh darah.

Ada dua cara pendekatan yang digunakan dalam perawatan diitetik bagi
penderita diabetes melitus yaitu :

1. Pengendalian Kandungan Gula Darah dengan Menggunakan Metode Kimia

3
Dasar yang digunakan dalam pendekatan ini adalah pengendalian
kandungan gula darah agar tetap dalam batas normal dengan menggunakan
insulin atau oral hypoglycemic agent secara saksama sehingga tidak
terdapat glukosa dalam urin. Diit yang diberikan adalah diit dengan
kandungan hidrat arang tertentu di samping pemberian insulin atau oral
hypoglycemic agent dengan dosis tertentu. Melalui pemeriksaan kandungan
gula dalam urin sevara berulang-ulang, dapat ditentukan dosis insulin
sehingga tidak terjadi lagi glikosuria. Pengendalian kandungan gula darah
dengan menggunakan metode kimia dimaksudkan untuk mencegah
terjadinya penyakit pembuluh darah yang sering dijumpai pada penderita
DM.

2. Pengendalian Kandungan Gula Darah dengan Menggunakan Metode Klinis

Sebagian ahli penyakit diabetes berpendapat, bahwa pemberian


insulin diberikan apabila dianggap perlu. Demikian pula dengan pemberian
diit, kandungan hidrat tidak perlu dibatasi secara ketat sepanjang tidak
terjadi gejala glikosuria, ketonuria atau penurunan BB yang mencolok
sehingga penderita measa dan dapat menikmati kehidupan yang lebih
nyaman karena penderita cukup melakukan pantang gula saja dan
membatasi makanan yang kaya akan hidrat arang tetapi masih dalam batas
toleransi penderita.

C. BEBERAPA KETENTUAN KHUSUS DALAM DIIT PENDERITA DM

Ada beberapa ketentuan khusus yang harus diikuti penderita DM :

1. Pengaturan Kandungan Hidrat Arang dalam Diit

Ketentuan mengenai jumlah hidrat arang yang boleh diberikan


sangat bergantung pada jumlah kalori keseluruhan yang diperobolehkan
bagi penderita. Jumlah hidrat arang yang dianjurkan adalah 40% dari
jumlah kalori keseluruhan itu. Jika kepada penderita diberikan diit dengan
kandungan kalori 1500 kal sehari, maka berarti jumlah hidrat arang yang

4
boleh diberikan adalah setara dexngan 40% x 1500 kal = 600 kal atau
setara dengan 600/4 gram hidrat arang = 150 gram hidrat arang.

Pada waktu bangun pagi biasanya toleransi hidrat arang menurun,


maka kandungan hidrat arang dalam makanan pagi diberikan lebih sedikit
daripada makan siang dan malam. Pemberian makanan menjelang tidur
(bedtime feeding) sangat bermanfaat terutama bagi penderita yang
mendapat terapi insulin.

Bagi penderita yang mendapat terapi insulin, pemberian makanan


harus sesuai dengan waktu pemberian insulin agar dapat dihindarkan dari
hipoglikemia dan penggunaan hidrat arang akan berlangsung baik. Jika
digunakan insulin dengan reaksi lama, pemberian makanan malam hari
menjelang tidur sangat diperlukan untuk mencegah hipoglikemia.

2. Kandungan kalori dalam makanan setiap hari

Kandungan kalori dalam diit penederita setiap hari ditentukan oleh


keadaan penyakit yang diderita.

Diit baku untuk perawatan penderita DM di RSCM :

Kandungan zat gizi dalam diit sehari

Macam diit Kalori Protein Lemak Hidrat


arang

I 1100 50 30 160

II 1300 55 35 195

III 1500 60 40 225

IV 1700 65 45 250

V 1900 70 50 300

VI 2100 80 55 325

5
VII 2300 85 65 350

VIII 2500 90 65 390

Sumber : Penuntun Diit, Penerbit PT Gramedia, Jakarta, 1983.

Dalam penggolongannya :

a. Diit I-III diberikan kepada penderita diabetas yang tergolong penderita


obesitas.

b. Diit IV-V diberikan kepada penderita dengan BB normal.

c. Diit VI-VIII diberikan kepada penderita yang kurus pada juvenile


diabetes, diabetes dengan komplikasi, atau penderita diabetes yang
sedang hamil.

3. Pembagian kalori untuk setiap kali makan

Pembagian kandungan kalori pada setiap kali makan sangat


penting untuk mencegah hipogilkemia, baik bagi penderita yang menerima
terapi insulin atau tidak. Pada penderita dengan terapi insulin, apa pun jenis
insulin yang digunakan maka jumlah kalori yang diberikan antara jam 7.00
sampai jam 16.00 adalah sekitar 50% dari total kalori yang boleh diberikan
karena masa antara jam 7.00 sampai 16.00 adalah masa insulin aktif
bekerja dalam tubuh.

Tabel Pembagian Kalori setiap makan pada penderita DM

Pembagian kalori untuk tiap kali makan

Tipe penderita DM Makan Snack Makan Snack Makan Sebelum


pagi pagi siang sore malam tidur

Penderita dengan 2/7 - 2/7 - 2/7 1/7


insulin bereaksi cepat

Penderita dengan 2/10 1/10 2/10 1/10 2/10 1/10

6
insulin bereaksi lambat

Penderita tanpa insulin 2/7 - 2/7 - 3/7 -

Sumber : Nutrition in Health and Disease, Mitchell H.S., Lippincott Co.,


N.Y., 1976.

4. Kandungan Protein dan Lemak

Kandungan protein yang dianjurkan dalam diit penderita diabetes


adalah 15%-20% dari total kalori setiap hari. Jadi untuk penderita yang
menerima diit sebanyak 1500 kal sehari, kandungan protein dalam diitnya
setara dengan 15% x 1500 kal = 225 kal atau sama dengan 56 gram protein.
Akan tetapi jika penderita mengalami gagal ginjal maka protein harus
dibatasi sampai batas yang diperbolehkan sesuai dengan gangguan fungsi
ginjal.

Kandungan lemak diit penderita diabetes yang dianjurkan, berkisar


antara 30%-40% kandungan kalori total. Lemak yang digunakan haruslah
dipilih dari jenis lemak tak jenuh dan kandungan kolesterol seminimal
mungkin.

D. Terapi Gizi Medis

1. Tujuan
Tujuan umum terapi gizi adalah membantu orang dengan diabetes
memperbaiki kebiasaan dan olah raga untuk mendapatkan kontrol
metabolik yang lebih baik, dan beberapa tujuan khusus yaitu :

a. Mempertahankan kadar Glukosa darah mendekati normal dengan


keseimbangan asupan makanan dengan insulin (endogen atau eksogen)
atau obat hipoglikemik oral dan tingkat aktufitas.

b. Mencapai kadar serum lipid yang optimal.

7
c. Memberikan energi yang cukup untuk mencapai atau mempertahankan
berat badan yang memadai orang dewasa, mencapai pertumbuhan dan
perkembangan yang normal pada anak dan remaja, untuk meningkatkan
kebutuhan metabolik selama kehamilan dan laktasi penyembuhan dari
penyakit katabolik.

d. Berat badan memadai diartikan sebagai berat badan yang dianggap dapat
dicapai dan dipertahankan baik jangka pendek maupun jangka panjang
oleh orang dengan diabetes itu sendiri maupun oleh petugas kesehatah.
Ini mungkin tidak sama dengan yang biasanya didefinisikan sebagai berat
badan idaman.

e. Menghindari dan menangani komplikasi akut orang dengan diabetes


yang menggunakan insulin seperti hipoglikemia, penyakit-penyakit
jangka pendek, masalah yang berhubungan dengan kelainan jasmani dan
komplikasi kronik diabetes seperti : penyakit ginjal, neuroati automik,
hipertensi dan penyakit jantung.

f. Meningkatkan kesehatan secara keseluruhan melalui gizi yang optimal.

2. Langkah-Langkah Terapi Gizi Medis

a. Pengkajian

Pengkajian gizi pasien termasuk data klinis seperti hasil


pemantauan sendiri kadar glukosa darah, kadar lemak darah (kolesterol
total, LDL, HDL, dan trigliserida) dan hemoglobin glikat. Pengkajian
gizi juga digunakan untuk mengetahui apa yang mampu dilakukan oleh
pasien dan kesediaan untuk melakukannya. Aspek budaya, etnik, dan
keuangan perlu dipertimbangkan untuk mendapatkan kepatuhan pasien
yang tinggi.
Informasi yang dikumpulkan oleh tim diabetes perlu dicatat pada
dokumen medik sehingga perencanaan penanganan diabetes secara
menyeluruh dapat dikembangkan dan semua anggota tim dapat
membantu pasien.

8
Pengkajian dapat dilakukan melalui wawancara atau dengan
penggunaan kuesioner. Dietisien yang bekerja di ruang perawatan dapat
menggunakan kuesioner yang sederhana. Pengkajian hendaknya mampu
mengidentifikasi masalah gizi dan miskonsepsi yang ada.
b. Menentukan Tujuan yang akan Dicapai
Hasil dari pengkajian gizi diperlukan untuk menentukan tujuan
yang akan dicapai. Pasien hendaknya diminta untuk mengidentifikasi apa
yang diperlukan dalam penatalaksanaan diabetes secara keseluruhan.
Tujuan yang ditetapkan hendaknya membantu orang dengan
diabetes membuat perubahan yang positip dalam kebiasaan makan dan
latihan jasmani yang akan menghasilkan antara lain perbaikan kadar
glukosa darah dan kadar lemak darah serta memperbaiki asupan gizi.
c. Intervensi Gizi
Informasi yang didapatkan dari pengkajian gizi dan tujuan yang
akan dicapai menentukan dasar intervensi gizi. Dietisien perlu
mempertimbangkan berapa banyak informasi yang perlu diberikan,
kemampuan baca dan tulis pasien dan jenis alat peraga yang diperlukan
(handout, video, audiotape, flip chart, food models). Intervensi gizi
ditujukan untuk memberikan informasi praktis pada pasien yang dapat
diterapkan pada kehidupan sehari-hari. Intervensi gizi melibatkan 2 tahap
pemberian informasi :
1) Intervensi Gizi Dasar
Tahap ini memberikan gambaran tentang gizi, kebutuhan zat gizi,
petunjuk penatalaksanaan gizi pada diabetes, informasi survival skill
yang dianggap perlu untuk pasien (membaca label, penatalaksanaan
pada saat sakit)
2) Intervensi Gizi Lanjutan
Tahap ini melibatkan penggunaan suatu pendekatan perencanaan
makan yang lebih mendalam seperti menu, penghitungan kalori,
penghitungan lemak, daftar bahan penukar, dan lain-lain.

9
d. Evaluasi
Evaluasi adalah bagian yang sangat penting pada proses terapi gizi
medis. Dietisien dank lien bersama-sama menetapkan hasil intervensi.
Pada tahap terapi ini, pemecahan masalah mungkin penting untuk
membantu pasien menetapkan tujuan baru untuk intervensi gizi lebih
lanjut. Pemantauan keadaan glukosa darah dan hemoglobin glikat (AIC).
Lipid, tekanan darah dan fungsi ginjal peting untuk mengevaluasi hasil
yang berhubungan dengan gizi.
3. Terapi gizi munurut klasifikasi Diabetes Millitus
a. Terapi Gizi pada DM Tipe 1
Perlu ditetapkan perencanaan makan yang berdasarkan asupan
makan sehari-hari individu dan digunakan sebagai dasar untuk
mengintegrasikan terapi insulin dengan pola makan dan latihan jasmani
yang biasanya dilakukan. Individu yang menggunakan terapi insulin
dianjurkan makan pada waktu yang konsisten dan sinkron dengan
waktu kerja insulin yang digunakan. Selanjutnya individu perlu
memantau kadar glukosa darah sesuai dosis insulin dan jumlah
makanan yang biasa dimakan.
b. Terapi Gizi Pada DM Tipe 2
Penekanan tujuan terapi gizi medis pada diabetes tipe 2 hendaknya
pada pengendalian glukosa, lipid, dan hipertensi. Penurunan berat
badan dan diet hipokalori (pada pasien yang gemuk) biasanya
memperbaiki kadar glikemik jangka pendek dan mempunyai potensi
meningkatkan control metabolik jangka lama. Diet dengan kalori sangat
rendah, pada umumnya tidak efektif untuk mencapai penurunan berat
jangka lama, dalam hal ini perlu ditekankan bahwa tujuan diet adalah
pada pengendalian glukosa dan lipid. Namun demikian pada sebagian
individu penurunan berat badan dapat juga dicapai dan dipertahankan.
Perencanaan makan hendaknya dengan kandungan zat gizi yang
cukup dan disertai pengurangan total lemak terutama lemak jenuh.
Pengaturan porsi makanan sedemikian rupa sehingga asupan zat gizi
tersebar sepanjang hari. Penurunan berat badan ringan atau sedang (5-

10
10kg) sudah terbukti dapat meningkatkan control diabetes, walaupun
berat badan idaman tidak dicapai. Penurunan berat badan dapat
diusahakan dicapai dengan baik dengan penurunan asupan energi yang
moderat dan peningkatan pengeluaran energi. Dianjurkan pembatasan
kalori sedang yaitu 250-500 kkal lebih rendah dari asupan rata-rata
sehari.

E. Nutrisi Pada Pasien DM Tipe 1 (IDDM) dan DM Tipe 2 (NIDDM)


1. DM tipe 1 (IDDM)
Diet pada DM tipe 1 dilakukan untuk mengendalikan kadar glukosa
darah, yang mencakup hal-hal sebagai berikut:
a. Makan 5 – 6 kali setiap hari pada waktu yang kurang lebih sama dengan
interval sekitar 3 jam dan terdiri atas 3 kali makanan pokok serta 3 kali
camilan. Saat makan harus disesuaikan dengan saat penyuntikan insulin
hingga kadar puncak insulin dengan plasma sama dengan kadar gula
darah tertinggi sesudah makan.
b. Usahakan minum minuman yang bebas gula dan kaya serat, seperti agar-
agar, rumput laut, gelatin, kolang-kaling.
c. Pilihlah camilan yang rendah lemak dan rendah indeks glikemknya tetapi
dengan indeks kekenyangan yang cukup tinggi seperti sayuran rebus
serta buah segar yang berserat dan tidak begitu manis, pisang rebus, roti
bekatul, kacang hijau serta kacang kacangan lainnya, cracker dan
makanan camilan tanpa kalori seperti agar-agar, kolang-kaling, rumput
laut dll.
d. Biasakan memakan sereal tinggi serat seperti havermut sebagai sarapan
(>6 gram) setiap pagi: hindari makan sereal yanaag banyak mengandung
gula.
e. Biasakan makan buah-buahan segar, khususnya buah yang biasa dimakan
bersama kulitnya seperti apel, peach, belimbing, jambu, tomat.
f. Hindari kebiasan makan buah-buahan kaleng atau manisan yang
direndam dalam sirup.

11
g. Minum susu rendah lemak (<1%) seperti susu krim, susu kedelai sebagai
pengganti susu fullcream untuk mengurangi asupaan lemak.
h. Lakukan olahraga sebagai bagian dari kegiatan sehari-hari. Olahraga
tidak boleh dilakukan bila kadar gula darah tidak terkontrol (>250 mg%)
atau bila terdapat keton bodies dalam urine ( karena bahaya ketoasidosis).
i. Lakukan pemantauan kadar gula darah paling tidak satu kali perhari.
Riset membuktikan bahwa pengendalian gula darah dengan melakukan
diet, olahraga yang teratur dan terafi insulin serta pemantauan gula darah
di rumah akan mengurangi perawatan di rumah sakit bagi penyandang
DM tipe 1.
2. DM Tipe 2 (NIDDM)
Tujuan utama diet pada DM tipe 2 adalah menurunkan dan/atau
mengendalikan berat badan di samping mengendalikan kadar gula dan
kolesterol yang mencakup:
a. Makan 3 kali makanan utama dan 2-3 kali camilan per hari dengan
interval waktu sekitar 3 jam.
b. Makan camilan yang rendah kalori dengan indeks glikemik yang rendah
dan indeks kekenyangan yang tinggi, seperti kolang-kaling, cincau, agar-
agar, rumput laut, pisang rebus, kacang hijau serta kacang-kacangan
lainnya, sayuran rendah kalori dan buah-buahan yang tidak manis (apel,
belimbing, jambu) serta alpukat.
c. Hindari kebiasaan minum sari buah secara berlebihan, khususnya pada
pagi hari dan gantikan dengan minuman yang berserat dari kelompok
sayuran yang rendah kalori seperti blender tomat, ketimun, dan labu siam
yang sudah direbus.
d. Sertakan rebusan buncis dan sayuran lain yang dapat membantu
mengendalikan glukosa darah dlam menu sayuran sedikitnya dua kali
sehari. Buncis, bawang dan beberapa sayuran lunak lain (pare, terong,
gambas, labu siam) dianggap dapat membantu mengendalikan kadar
glukosa darah karena kandungan seratnya.
e. Biasakan sarapan dengan sereal tinggi serat, seperti havermout kacang
hijau, jagung rebus, atau roti bekatul (whole wheat bread) setiap hari.

12
f. Makanan pokok bisa bervariasi antara nasi (sebaiknya nasi beras
merah/beras tumbuk), kentang, roti (sebaiknya roti bekatul/whole wheat
bread) dan jagung. Jangan menggabungkan dua atau lebih makanan
pokok seperti nasi dengan lauk mi goring dan perkedel kentang ( karena
ketiganya memiliki indeks glisemik yang tinggi).
g. Hindari penambahan gula pasir pada minuman (kopi, teh) dan makanan
sereal.
h. Makanan camilan dan minuman bebas gula yang tersedia di pasaran.
Penyandang diabetes yang gemar memasak dapat membuat kue-kue
basah seperti wafel yang terdiri atas tepung gandum utuh, havermout,
putih telur, susu skim dan sedikit buah-buahan dengan aroma yang
mengundang selera misalnya pisang, stroberi, nanas.
i. Biasakan membuang lemak/gaji dari daging sebelum memasaknya.
Kurangi konsumsi daging merah yang dapat diganti dengan daging putih
seperti daging ayam atau ikan.
j. Gunakan minyak goreng dalam jumloah terbatas (kurang lebih setengah
sendok makan untuk sekali makan). Biasakan memasak dengan cara
menumis, merebus, memepes, memanggang serta menanak, dan hindari
kebiasaan menggoreng makanan dengan banyak minyak.
k. Biasakan makan makanan vegetarian pada waktu santap malam.
l. Dalam membuat menu yang menggunakan telur, setiap merah telur dapat
diganti dengan dua buah putih telur, santan dapat diganti dengan susu
skim, dan minyak diganti dengan saus apel. Untuk menu yang
memmerlukan kecap, gunakan kecap diet dalam jumlah terbatas.
m. Nasihat diet lainnya dapt dimintakan dari ahli gizi/diet.
n. Biasakan berjalan sedikitnya 3 kali seminggu selama >30 menit.

F. PERANAN GIZI PADA TROPICAL DIABETES.


Di beberapa negara berkembang, terutama di daerah beriklim tropik,
dikenal 2 tipe
diabetes yaitu :
1. Tipe juvenile.

13
2. Tipe pankreatik.
Bajaj (1983) memperkirakan adanya hubungan atara mutu gizi
yang buruk pada saat pertumbuhan (anak-anak) dengan gangguan fungsi
sel beta yang permanen, dan sudah terbukti pada percobaan hewan. Kasus
DM banyak ditemukan di Kerala (India), dimana rata-rata konsumsi enersi
adalah 1750-1952 kcal dan protein 40 – 46 g sehari. Disamping sebab-
sebab yang berhubungan dengan gizi salah, terjadinya DM diduga juga
berkaitan dengan konsumsi bahan makanan yang beracun, seperti halnya
singkong atau jenis umbi yang lain. Diketahui bahwa singkon (Cassava),
terutama yang di Indonesia dikenal sebagai singkong gendruwo,
mempunyai kandungan Linamarin yang dapat diubah menjadi HCN bebas.
Disamping akibatnya pada fungsi sel darah merah terhadap
transport oksigen ke jaringan tubuh, dikatakan bahwa HCN bebas
tersebut dapat menimbulkan kerusakan pada sel beta kelenjar pancreas.

G. KEBUTUHAN ZAT GIZI PADA PENDERITA DIABETES


Perencanaan makan hendaknya dengan kandungan zat gizi yang cukup
dan disertai pengurangan total lemak terutama lemak jenuh. Pengetahuan porsi
makanan sedemikian rupa sehingga supan zat gizi tersebar sepanjang hari.
Penurunan berat badan ringan atau sedang (5 – 10 kg), sudah terbukti dapat
meningkatkan kontrol diabetes, walaupun berat badan idaman tidak dicapai.
Penurunan berat badan dapat diusahakan dicapai dengan baik dengan
penurunan asupan energi yang moderat dan peningkatan pengeluaran energi.
Dianjurkan pembatasan kalori sedang yaitu 250-500 Kkal lebih rendah dari
asupan rata-rata sehari. Kebutuhan zat gizi dapat diuraikan dibawah ini:
1. Protein.
Hanya sedikit data ilmiah untuk membuat rekomendasi yang kuat tentang
asupan protein orang dengan diabetes. ADA pada saat ini menganjurkan
mengkonsumsi 10% sampai 20% energi dari protein total. Menurut
konsensus pengelolaan diabetes di Indonesia kebutuhan protein untuk
orang dengan diabetes adalah 10 – 15% energi. Perlu penurunan asupan
protein menjadi 0,8 g/kg perhari atau 10% dari kebutuhan energi dengan

14
timbulnya nefropati pada orang dewasa dan 65% hendaknya bernilai
biologi tinggi.
2. Total Lemak
Asupan lemak dianjurkan < 10% energi dari lemak jenuh dan tidak lebih
10% energi dari lemak tidak jenuh ganda, sedangkan selebihnya yaitu 60 –
70% total energi dari lemak tidak jenuh tunggak dan karbohidrat.
Distribusi energi dari lemak dan karbohidrat dapat berbeda-beda setiap
individu berdasarkan pengkajia gizi dan tujuan pengobatan. Anjuran
persentase energi dari lemak tergantung dari hasil pemeriksaan glukosa,
lipid, dan berat badan yang diinginkan.
Untuk individu yang mempunyai kadar lipid normal dan dapat
mempertahankan berat badan yang memadai (dan untuk pertumbuhan dan
perkembangan normal pada anak dan remaja) dapat dianjurkan tidak lebih
dari 30% asupan energi dari lemak total dan < 10% energi dari lemak
jenuh. Dalam hal ini anjuran asupan lemak di Indonesia adalah 20 – 25%
energi.

3. Lemak Jenuh dan Kolesterol.


Tujuan utama pengurangan konsumsi lemak jenuh dan kolestrol
adalah untuk
menurunkan resiko penyakit kardiovaskuler. Oleh karena itu < 10%
asupan energi sehari seharusnya dari lemak jenuh dan asupan makanan
kolesterol makanan hendaknya dibatasi tidak lebih dari 300 mg perhari.
Namun demikian rekomendasi ini harus disesuaikan dengan latar belakang
budaya dan etnik.

4. Karbohidrat dan Pemanis.


Rekomendasi tahun 1994 lebih menfokuskan pada jumlah total
karbohidrat dari pada jenisnya. Rekomendasi untuk sukrosa lebih liberal,
menilai kembali fruktosa dan lebih konservatif untuk serat. Buah dan susu
sudah terbukti mempunyai respon glikemik menyerupai roti, nasi dan
kentang. Walaupun berbagai tepung-tepungan mempunyai respon

15
glikemik yang berbeda, prioritas hendaknya lebih pada jumlah total
karbohidrat yang dikonsumsi dari pada sumber karbohidrat. Anjuran
konsumsi karbohidrat untuk orang dengan diabetes di Indonesia adalah 60
– 70% energi.
5. Sukrosa.
Bukti ilmiah menunjukkan bahwa penggunaan sukrosa sebagai bagian
dari perencanaan makan tidak memperburuk kontrol glukosa darah pada
individu dengan diabetes tipe 1 dan 2. Sukrosa dan makanan yang
mengandung sukrosa harus diperhitungkan sebagai pengganti karbohidrat
makanan lain dan tidak hanya dengan menambahkannya pada perencanaan
makan. Dalam melakukan substitusi ini kandungan zat gizi dari makanan-
makanan manis yang pekat dan kandungan zat gizi makanan yang
mengandung sukrosa harus dipertimbangkan, demikian juga adanya zat
gizi-zat gizi lain pada makanan tersebut seperti lemak yang sering dimakan
bersama sukrosa. Mengkonsumsi makanan yang bervariasi memberikan
lebih banyak zat gizi dari pada makanan dengan sukrosa sebagai satu-
satunya zat gizi.
6. Pemanis.
a. Fruktosa
Menaikkan glukosa plasma lebih kecil dari pada sukrosa dan
kebanyakannya karbohidrat jenis tepung-tepungan. Dalam hal ini
fruktosa dapat memberikan keuntungan sebagai bahan pemanis pada
diet diabetes. Namun demikian, karena pengaruh penggunaan dalam
jumlah besar (20% energi) yang potensial merugikan pada kolesterol
dan LDL, fruktosa tidak seluruhnya menguntungkan sebagai bahan
pemanis untuk orang dengan diabetes. Penderita dislipidemia
hendaknya menghindari mengkonsumsi fruktosa dalam jumlah besar,
namun tidak ada alasan untuk menghindari makanan seperti buah dan
sayuran yang mengnadung fruktosa alami ataupun konsumsi sejumlah
sedang makanan yang mengandung pemanis fruktosa.

16
b. Sorbitol, mannitol dan xylitol
Gula alkohol biasa (polyols) yang menghasilkan respon glikemik
lebih rendah dari pada sukrosa dan karbohidrat lain. Penggunaan
pemanis tersebut secra berlebihan dapat mempunyai pengaruh laxatif.
c. Sakarin, aspartam, acesulfame
Sakarin, aspartam, acesulfame adalah pemanis tak bergizi yang
dapat diterima sebagai pemanis pada semua penderita DM.
7. Serat.
Rekomendasi asupan serat untuk orang dengan diabetes sama dengan
untuk orang yang tidak diabetes. Dianjurkan mengkonsumsi 20 – 35 g
serat makanan dari berbagai sumber bahan makanan. Di Indonesia
anjurannya adalah kira-kira 25 g/hari dengan mengutamakan serat larut.
8. Natrium.
Anjuran asupan untuk orang dengan diabetes sama dengan penduduk
biasa yaitu tidak lebih dari 3000 mg, sedangkan bagi yang menderita
hipertensi ringan sampai sedang, dianjurkan 400 mg natrium perhari.
9. Mikronutrien: Vitamin dan Mineral
Apabila asupan gizi cukup, biasanya tidak perlu menambah
suplementasi vitamin dan mineral. Walaupun ada alas an teoritis untuk
memberikan suplemen anti oksidan, pada saat ini, hanya sedikit bukti yang
menunjang bahwa terapi tersebut menguntungkan.

Pemberian kromium menguntungkan pengendalian glikemik bagi


mereka yang kekurangan kromium sebagai akibat nutrisi parenteral.
Kebanyakan orang dengan diabetes agaknya tidak kekurangan kromium
oleh karena itu suplementasi kromium tidak bermanfaat. Walaupun
kekurangan magnesium dapat berperan pada resistansi insulin, intoleransi
karbohidrat dan hipertensi, data yang ada menyarankan bahwa evaluasi
rutin kadar magnesium serum dianjurkan pada pasien yang mempunyai
resiko tinggi untuk menderita devisiensi magnesium.

17
H. Prinsip Perencanaan Makan bagi Penyandang Diabetes

1. Kalori

Kebutuhan kalori sesuai untuk mencapai dan mempertahankan berat


badan ideal. Kompisisi energy adalah 45-65% dari karbohidrat, 10-20% dari
protein dan 20-25% dari lemak.
Ada beberapa cara untuk menentukan jumlah kalori yang dibutuhkan
orang dengan diabetes. Di antaranya adalah dengan memperhitungkan
berdasarkan kebutuhankalori basal yang besarnya 25-30 kalori/kg BB ideal,
ditambah dan dikurangi bergantung pada beberapa factor yaitu jenis
kelamin, umur, aktivitas, kehamilan/laktasi, adanya komplikasi dan berat
badan.
Cara lain adalah seperti table I. cara yang lebih gampang lagi adalah
dengan pegangan kasar yaitu untuk pasien kurus 2300-2500 kalori, normal
1700-2100 kalori, dan gemuk 1300-1500 kalori.
Tabel I. Kebutuhan kalori penyandang diabetes

Kalori/kg BB ideal
Status Gizi Kerja santai sedang Berat
Gemuk 25 30 35
Normal 30 35 40
Kurus 35 40 40-50

Perhitungan berat badan idaman dengan rumus Brocca yang dimodifikasi


adalah sebagai berikut :

Berat badan idaman = 90% x (TB dalam cm- 100 cm)x 1 kg


Bagi pria dengan tinggi badan di bawah 160 cm dan wanita di bawah 150
cm, rumus modifikasi menjadi :
Berat badan ideal = (TB dalam cm – 100) x 1 kg

18
Sedangkan menurut Indeks Massa Tubuh (IMT) yaitu berat badan (kg)
tinggi badan (m2)
Adalah sebagai berikut :
Berat normal : IMT = 18,5 – 22,9 kg/m2

Faktor-faktor yang menentukan kebutuhan kalori :


a. Jenis kelamin
Kebutuhan kalori pada wanita lebih kecil daripada pria, untuk ini
dapat dipakai angka 25 kal/kg BB untuk wanita dan angka 30 kal/ kg BB
untuk pria.
b. Umur
1) Pada bayi dan anak-anak kebutuhan kalori adalah jauh lebih tinggi
daripada orang dewasa, dalam tahun pertama bisa mencapai 112 kg/kg
BB.
2) Umur 1 tahun membutuhkan lebih kurang 1000 kalori dan selanjutnya
pada anak-anak lebih daripada 1 tahun mendapat tambahan 100 kalori
untuk tiap tahunnya.
3) Penurunan kebutuhan kalori di atas 40 tahun harus dikurangi 5%
untuk tiap decade antara 40 dan 59 tahun, sedangkan antara 60 dan 69
tahun dikurangi 10%, di atas 70 tahun dikurangi 20%.
c. Aktivitas Fisik atau pekerjaan
Jenis aktivitas yang berbeda membutuhkan kalori yang berbeda
pula. Jenis aktivitas dikelompokkan sebagai berikut :
1) Keadaan istirahat : Kebutuhan kalori basal ditambah 10%
2) Ringan :Pegawai kantor, pegawai took, guru, ahli hokum, ibu rumah
tangga dan lain-lain kebutuhan harus ditambah 20% darin kebutuhan
basal.
3) Sedang:Pegawai di industry ringan, mahasiswa, militer yang sedang
tidak perang, kebutuan dinaikkan menjadi 30% dari basal.
4) Berat :Petani, buruh, militer dalam keadaan latihan, penari, atlit,
kebutuhan ditambah 40%.

19
5) Sangat berat :Tukang becak, tukang gali, pandai besi, kebutuhan
harus ditambah 50% dari basal.
d. Kehamilan / laktasi
Pada permulaan kehamilan diperlukan tambahan 150 kalori/ hari
dan ada trimester II dan III 350 kalori/hari. Pada waktu laktasi diperlukan
tambahan sebanyak 550 kalori/hari.
e. Adanya komplikasi
Infeksi, trauma atau operasi yang menyebabkan kenaikan suhu
memerlukan tambahan kalori sebesar 13% untuk tiap kenaikan 1 derajat
celcius.
f. Berat badan
Bila kegemukan/terlalu kurus, dikurangi/ditambah sekitar 20-30%
bergantung kepada tingkat kegemukan/kerusakannya.
2. Gula
Gula dan produk lain dari gula dikurangi, kecuali pada keadaan
tertentu, misalnya pasien dengan diet rendah protein dan yang mendapat
makanan cair, gula boleh diberikan untuk mencukupi kebutuhan kalori,
dalam jumlah terbatas. Penggunaan gula sedikit dalam bumbu
diperbolehkan sehingga memungkinkan pasien dapat makan makanan
keluarga. Anjuran penggunaan gula untuk orang dengan DM sama dengan
untuk orang-orang normal yaitu tidak lebih dari 5% kebutuhan kalori total.
3. Sumber Diet Diabetes Melitus
Untuk perencanaan pola makan sehari, pasien diberi petunjuk berapa
kebutuhan bahan makanan setiap kali makan dalam sehari dalam bentuk
Penukar (P). lihat lampiran I. berdasarkan pola makan pasien tersebut dan
Daftar Bahan Makanan Penukar, dapat disusun menu makanan sehari-hari.
4. Daftar Bahan Makanan Penukar
Daftar bahan makanan penukar adalah suatu daftar nama bahan
makanan dengan ukuran tertentu dan dikeompokkan berdasarkan kandungan
kalori, protein, lemak dan hidrat arang. Setiap kelompok bahan makanan
dianggap mempunyai nilai gizi yang kurang lebih sama. Dikelompokkan
menjadi 8 kelompok bahan makanan yaitu :

20
1) Golongan I : bahan makanan sumber karbohidrat.
2) Golongan II : bahan makanan sumber protein hewani
3) Golongan III : bahan makanan sumber protein nabati
4) Golongan IV : sayuran
5) Golongan V : buah-buahan
6) Golongan VI : susu
7) Golongan VII : minyak
8) Golongan VIII : makanan tanpa kalori
Tabel berikut ini memuat pengelompokkan bahan makanan yang
digunakan untuk penukaran bahan makanan.

Pengelompokkan Bahan Makanan untuk Penyusunan Daftar bahan


Makanan Penukar

Kelompok bahan makanan Jenis bahan makanan

Makanan pokok Beras, roti, kentang, mie, dsb.

Lauk pauk hewani Daging, ikan, telur, dsb.

Lauk pauk nabati Kacang-kacang, tempe, tahu, dsb.

Sayur-mayur Sayuran daun, sayuran buah, dsb.

Buah-buahan Pepaya, pisang, nanas, dsb.

Minyak-minyak Minyak goreng, margarin, dsb.

Susu Susu segar, tepung susu, dsb.

I. Tiga Tepat untuk Mengatur Diit

Penderita diabetes melitus harus melatih diri untuk senantiasa mematuhi


tiga tepat yaitu:

1. Tepat waktu

Penderita deiabetes harus membiasakan diri untuk makan tepat


pada waktu yang telah ditentukan. Misalnya waktu makan bagi
penderitaditentukan pukul 7.00, pukul 10.00 pukul 13.00 pukul 16.00

21
pukul 19.00 dan 21.00. maka pada waktu yang telah ditentukan,
penderita harus makan makanan yang sudah sediakan sehingga tidak
terjadi perubahan pada pada kandungan gula darahnya.

2. Tepat jumlah

Jumlah makanan yang disediakan bagi penderita diabetes untuk


setiap kali makan sudah ditetapkan berdasarkan kandungan hidrat
arang dan kalori dalam makanan itu. Apabila penderita tidakn dapat
menghabiskan porsi makanan yang disajikan atau makan lebih
banyak dari yang boleh dimakannya, akan mengakibatkan terjad
hipoglikemia atau hiperglikemia dan keadaan itu justru harus
dihindari. Penderita sebaiknya terlatih untuk mengira-ngira sendiri
besarnya porsi makan yang boleh dimakannya, berapa besar potongan
daging atau makanan lain yang diperbolehkan.

3. Tepat macam

Penderita diabetes muthlak harus mengetahui apa makanan yang


boleh dimakan secara bebas, apa makanan yang harus dibatasi secara
ketat. Sayuran dari jenis oyong, ketimun, kool, labu air, labu siam,
lobak, sawi, rebung, slada, taoge, terong, dan tomat adalah jenis
sayuran yag boleh di makan agak banyak lkarena kandungan
kalorinyua rendah.

Tetapi sayuran berupa buncis, kacang panjang, wortel, kacang


kapri, daun singkong, bit, dan bayam harus dibatasi karena
kandungan hidrat arang agak tinggi.

Demikian juga halnya dengan berbagai macam buah- buahan


seperti pisang, pepaya, mangga, sawo manila, rambutan,apel, duku,
durian, jeruk dan nanas semuanya ternasuk jenis buah-buahan yang
kandungan hidrat arangnya diatas 10 gram per 100 gram bahan
mentah.

22
J. Contoh Diit bagi Diabetes Melitus

Waktu Menu Berat (Kg) Urt

Pagi Nasi 100 3/4 gls


Telur 50 1 btr
Setup Buncis 50 1/2 gls

Pukul 10.00 Bubur sagu 50 ½ mgk


mutiara

Siang Nasi 100 ¾ gls


Ikan pepes 50 1 ptg sdg
Sayur Asem 50 ½ gls
Pepaya 100 1 ptg sdg
Madu 20 2 sdm

Pukul 16.00 Puding maizena 25 1 pttg

Malam Nasi 100 ¾ gls


Ayang goreng 50 1 ptg sdg
Capcay 50 ½ gls
Setup nanas 100 1 ptg sdg
madu 20 2 sdm

23
DAFTAR PUSTAKA

Moehyi, Sjahmien. 1992. Pengaturan Makanan dan Diit untuk Penyembuhan


Penyakit. Jakarta : PT Gramedia Pustaka.

Yogaprawati, Fitri Rahayu. 2010. Manajemen Nutrisi pada Pasien Diabetes


Melitus. http://fitrirahayuyoga1979.wordpress.com/. Diunduh tanggal 31
Maret 2012.

Hiswani. 2010.Peranan Gizi dalam Diabetes


Melitus.repository.usu.ac.id/bitstream
/123456789/3720/1/fkm-hiswani4.pdf. Diunduh tanggal 31 Maret 2012
Almatsier, Sunita. 2005. Penuntun Diet Edisi Baru. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama
Hartono, Andry. 2006. Terapi Gizi Dan Diet Rumah Sakit. Jakarta: EGC
Gibney J. Michael, dkk. 2005. Gizi Kesehatan Masyarakat. Jakarta. EGC
Smeltzer,Suzzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah
Brunner&Suddarth. Jakarta:EGC

24

Anda mungkin juga menyukai