DISUSUN
OLEH :
KELOMPOK 12
1. NETIA AGUSTINA
2. FANAZIRA FAHRUNNISA
TINGKAT : I.B
DOSEN PEMBIMBING : Hj. ENI FOLENDRA ROSA, SKM, MPH
1
KONSEP DASAR GIZI PADA
DIABETES MELITUS
A. Diabetes Melitus
1. DM tipe 1: Pada diabetes tipe ini telah terjadi kerusakan sel beta di
pancreas, gangguan autoimun serta idiopatik.
2
penyesuaian dengan karbohidrat makanan yang dikonsumsi. Sementara
untuk yang menggunakan insulin dengan dosis pasti, asupan karbohidrat
setiap hari harus konsisten baik jumlah maupun waktu pemberiannya.
Ada dua cara pendekatan yang digunakan dalam perawatan diitetik bagi
penderita diabetes melitus yaitu :
3
Dasar yang digunakan dalam pendekatan ini adalah pengendalian
kandungan gula darah agar tetap dalam batas normal dengan menggunakan
insulin atau oral hypoglycemic agent secara saksama sehingga tidak
terdapat glukosa dalam urin. Diit yang diberikan adalah diit dengan
kandungan hidrat arang tertentu di samping pemberian insulin atau oral
hypoglycemic agent dengan dosis tertentu. Melalui pemeriksaan kandungan
gula dalam urin sevara berulang-ulang, dapat ditentukan dosis insulin
sehingga tidak terjadi lagi glikosuria. Pengendalian kandungan gula darah
dengan menggunakan metode kimia dimaksudkan untuk mencegah
terjadinya penyakit pembuluh darah yang sering dijumpai pada penderita
DM.
4
boleh diberikan adalah setara dexngan 40% x 1500 kal = 600 kal atau
setara dengan 600/4 gram hidrat arang = 150 gram hidrat arang.
I 1100 50 30 160
II 1300 55 35 195
IV 1700 65 45 250
V 1900 70 50 300
VI 2100 80 55 325
5
VII 2300 85 65 350
Dalam penggolongannya :
6
insulin bereaksi lambat
1. Tujuan
Tujuan umum terapi gizi adalah membantu orang dengan diabetes
memperbaiki kebiasaan dan olah raga untuk mendapatkan kontrol
metabolik yang lebih baik, dan beberapa tujuan khusus yaitu :
7
c. Memberikan energi yang cukup untuk mencapai atau mempertahankan
berat badan yang memadai orang dewasa, mencapai pertumbuhan dan
perkembangan yang normal pada anak dan remaja, untuk meningkatkan
kebutuhan metabolik selama kehamilan dan laktasi penyembuhan dari
penyakit katabolik.
d. Berat badan memadai diartikan sebagai berat badan yang dianggap dapat
dicapai dan dipertahankan baik jangka pendek maupun jangka panjang
oleh orang dengan diabetes itu sendiri maupun oleh petugas kesehatah.
Ini mungkin tidak sama dengan yang biasanya didefinisikan sebagai berat
badan idaman.
a. Pengkajian
8
Pengkajian dapat dilakukan melalui wawancara atau dengan
penggunaan kuesioner. Dietisien yang bekerja di ruang perawatan dapat
menggunakan kuesioner yang sederhana. Pengkajian hendaknya mampu
mengidentifikasi masalah gizi dan miskonsepsi yang ada.
b. Menentukan Tujuan yang akan Dicapai
Hasil dari pengkajian gizi diperlukan untuk menentukan tujuan
yang akan dicapai. Pasien hendaknya diminta untuk mengidentifikasi apa
yang diperlukan dalam penatalaksanaan diabetes secara keseluruhan.
Tujuan yang ditetapkan hendaknya membantu orang dengan
diabetes membuat perubahan yang positip dalam kebiasaan makan dan
latihan jasmani yang akan menghasilkan antara lain perbaikan kadar
glukosa darah dan kadar lemak darah serta memperbaiki asupan gizi.
c. Intervensi Gizi
Informasi yang didapatkan dari pengkajian gizi dan tujuan yang
akan dicapai menentukan dasar intervensi gizi. Dietisien perlu
mempertimbangkan berapa banyak informasi yang perlu diberikan,
kemampuan baca dan tulis pasien dan jenis alat peraga yang diperlukan
(handout, video, audiotape, flip chart, food models). Intervensi gizi
ditujukan untuk memberikan informasi praktis pada pasien yang dapat
diterapkan pada kehidupan sehari-hari. Intervensi gizi melibatkan 2 tahap
pemberian informasi :
1) Intervensi Gizi Dasar
Tahap ini memberikan gambaran tentang gizi, kebutuhan zat gizi,
petunjuk penatalaksanaan gizi pada diabetes, informasi survival skill
yang dianggap perlu untuk pasien (membaca label, penatalaksanaan
pada saat sakit)
2) Intervensi Gizi Lanjutan
Tahap ini melibatkan penggunaan suatu pendekatan perencanaan
makan yang lebih mendalam seperti menu, penghitungan kalori,
penghitungan lemak, daftar bahan penukar, dan lain-lain.
9
d. Evaluasi
Evaluasi adalah bagian yang sangat penting pada proses terapi gizi
medis. Dietisien dank lien bersama-sama menetapkan hasil intervensi.
Pada tahap terapi ini, pemecahan masalah mungkin penting untuk
membantu pasien menetapkan tujuan baru untuk intervensi gizi lebih
lanjut. Pemantauan keadaan glukosa darah dan hemoglobin glikat (AIC).
Lipid, tekanan darah dan fungsi ginjal peting untuk mengevaluasi hasil
yang berhubungan dengan gizi.
3. Terapi gizi munurut klasifikasi Diabetes Millitus
a. Terapi Gizi pada DM Tipe 1
Perlu ditetapkan perencanaan makan yang berdasarkan asupan
makan sehari-hari individu dan digunakan sebagai dasar untuk
mengintegrasikan terapi insulin dengan pola makan dan latihan jasmani
yang biasanya dilakukan. Individu yang menggunakan terapi insulin
dianjurkan makan pada waktu yang konsisten dan sinkron dengan
waktu kerja insulin yang digunakan. Selanjutnya individu perlu
memantau kadar glukosa darah sesuai dosis insulin dan jumlah
makanan yang biasa dimakan.
b. Terapi Gizi Pada DM Tipe 2
Penekanan tujuan terapi gizi medis pada diabetes tipe 2 hendaknya
pada pengendalian glukosa, lipid, dan hipertensi. Penurunan berat
badan dan diet hipokalori (pada pasien yang gemuk) biasanya
memperbaiki kadar glikemik jangka pendek dan mempunyai potensi
meningkatkan control metabolik jangka lama. Diet dengan kalori sangat
rendah, pada umumnya tidak efektif untuk mencapai penurunan berat
jangka lama, dalam hal ini perlu ditekankan bahwa tujuan diet adalah
pada pengendalian glukosa dan lipid. Namun demikian pada sebagian
individu penurunan berat badan dapat juga dicapai dan dipertahankan.
Perencanaan makan hendaknya dengan kandungan zat gizi yang
cukup dan disertai pengurangan total lemak terutama lemak jenuh.
Pengaturan porsi makanan sedemikian rupa sehingga asupan zat gizi
tersebar sepanjang hari. Penurunan berat badan ringan atau sedang (5-
10
10kg) sudah terbukti dapat meningkatkan control diabetes, walaupun
berat badan idaman tidak dicapai. Penurunan berat badan dapat
diusahakan dicapai dengan baik dengan penurunan asupan energi yang
moderat dan peningkatan pengeluaran energi. Dianjurkan pembatasan
kalori sedang yaitu 250-500 kkal lebih rendah dari asupan rata-rata
sehari.
11
g. Minum susu rendah lemak (<1%) seperti susu krim, susu kedelai sebagai
pengganti susu fullcream untuk mengurangi asupaan lemak.
h. Lakukan olahraga sebagai bagian dari kegiatan sehari-hari. Olahraga
tidak boleh dilakukan bila kadar gula darah tidak terkontrol (>250 mg%)
atau bila terdapat keton bodies dalam urine ( karena bahaya ketoasidosis).
i. Lakukan pemantauan kadar gula darah paling tidak satu kali perhari.
Riset membuktikan bahwa pengendalian gula darah dengan melakukan
diet, olahraga yang teratur dan terafi insulin serta pemantauan gula darah
di rumah akan mengurangi perawatan di rumah sakit bagi penyandang
DM tipe 1.
2. DM Tipe 2 (NIDDM)
Tujuan utama diet pada DM tipe 2 adalah menurunkan dan/atau
mengendalikan berat badan di samping mengendalikan kadar gula dan
kolesterol yang mencakup:
a. Makan 3 kali makanan utama dan 2-3 kali camilan per hari dengan
interval waktu sekitar 3 jam.
b. Makan camilan yang rendah kalori dengan indeks glikemik yang rendah
dan indeks kekenyangan yang tinggi, seperti kolang-kaling, cincau, agar-
agar, rumput laut, pisang rebus, kacang hijau serta kacang-kacangan
lainnya, sayuran rendah kalori dan buah-buahan yang tidak manis (apel,
belimbing, jambu) serta alpukat.
c. Hindari kebiasaan minum sari buah secara berlebihan, khususnya pada
pagi hari dan gantikan dengan minuman yang berserat dari kelompok
sayuran yang rendah kalori seperti blender tomat, ketimun, dan labu siam
yang sudah direbus.
d. Sertakan rebusan buncis dan sayuran lain yang dapat membantu
mengendalikan glukosa darah dlam menu sayuran sedikitnya dua kali
sehari. Buncis, bawang dan beberapa sayuran lunak lain (pare, terong,
gambas, labu siam) dianggap dapat membantu mengendalikan kadar
glukosa darah karena kandungan seratnya.
e. Biasakan sarapan dengan sereal tinggi serat, seperti havermout kacang
hijau, jagung rebus, atau roti bekatul (whole wheat bread) setiap hari.
12
f. Makanan pokok bisa bervariasi antara nasi (sebaiknya nasi beras
merah/beras tumbuk), kentang, roti (sebaiknya roti bekatul/whole wheat
bread) dan jagung. Jangan menggabungkan dua atau lebih makanan
pokok seperti nasi dengan lauk mi goring dan perkedel kentang ( karena
ketiganya memiliki indeks glisemik yang tinggi).
g. Hindari penambahan gula pasir pada minuman (kopi, teh) dan makanan
sereal.
h. Makanan camilan dan minuman bebas gula yang tersedia di pasaran.
Penyandang diabetes yang gemar memasak dapat membuat kue-kue
basah seperti wafel yang terdiri atas tepung gandum utuh, havermout,
putih telur, susu skim dan sedikit buah-buahan dengan aroma yang
mengundang selera misalnya pisang, stroberi, nanas.
i. Biasakan membuang lemak/gaji dari daging sebelum memasaknya.
Kurangi konsumsi daging merah yang dapat diganti dengan daging putih
seperti daging ayam atau ikan.
j. Gunakan minyak goreng dalam jumloah terbatas (kurang lebih setengah
sendok makan untuk sekali makan). Biasakan memasak dengan cara
menumis, merebus, memepes, memanggang serta menanak, dan hindari
kebiasaan menggoreng makanan dengan banyak minyak.
k. Biasakan makan makanan vegetarian pada waktu santap malam.
l. Dalam membuat menu yang menggunakan telur, setiap merah telur dapat
diganti dengan dua buah putih telur, santan dapat diganti dengan susu
skim, dan minyak diganti dengan saus apel. Untuk menu yang
memmerlukan kecap, gunakan kecap diet dalam jumlah terbatas.
m. Nasihat diet lainnya dapt dimintakan dari ahli gizi/diet.
n. Biasakan berjalan sedikitnya 3 kali seminggu selama >30 menit.
13
2. Tipe pankreatik.
Bajaj (1983) memperkirakan adanya hubungan atara mutu gizi
yang buruk pada saat pertumbuhan (anak-anak) dengan gangguan fungsi
sel beta yang permanen, dan sudah terbukti pada percobaan hewan. Kasus
DM banyak ditemukan di Kerala (India), dimana rata-rata konsumsi enersi
adalah 1750-1952 kcal dan protein 40 – 46 g sehari. Disamping sebab-
sebab yang berhubungan dengan gizi salah, terjadinya DM diduga juga
berkaitan dengan konsumsi bahan makanan yang beracun, seperti halnya
singkong atau jenis umbi yang lain. Diketahui bahwa singkon (Cassava),
terutama yang di Indonesia dikenal sebagai singkong gendruwo,
mempunyai kandungan Linamarin yang dapat diubah menjadi HCN bebas.
Disamping akibatnya pada fungsi sel darah merah terhadap
transport oksigen ke jaringan tubuh, dikatakan bahwa HCN bebas
tersebut dapat menimbulkan kerusakan pada sel beta kelenjar pancreas.
14
timbulnya nefropati pada orang dewasa dan 65% hendaknya bernilai
biologi tinggi.
2. Total Lemak
Asupan lemak dianjurkan < 10% energi dari lemak jenuh dan tidak lebih
10% energi dari lemak tidak jenuh ganda, sedangkan selebihnya yaitu 60 –
70% total energi dari lemak tidak jenuh tunggak dan karbohidrat.
Distribusi energi dari lemak dan karbohidrat dapat berbeda-beda setiap
individu berdasarkan pengkajia gizi dan tujuan pengobatan. Anjuran
persentase energi dari lemak tergantung dari hasil pemeriksaan glukosa,
lipid, dan berat badan yang diinginkan.
Untuk individu yang mempunyai kadar lipid normal dan dapat
mempertahankan berat badan yang memadai (dan untuk pertumbuhan dan
perkembangan normal pada anak dan remaja) dapat dianjurkan tidak lebih
dari 30% asupan energi dari lemak total dan < 10% energi dari lemak
jenuh. Dalam hal ini anjuran asupan lemak di Indonesia adalah 20 – 25%
energi.
15
glikemik yang berbeda, prioritas hendaknya lebih pada jumlah total
karbohidrat yang dikonsumsi dari pada sumber karbohidrat. Anjuran
konsumsi karbohidrat untuk orang dengan diabetes di Indonesia adalah 60
– 70% energi.
5. Sukrosa.
Bukti ilmiah menunjukkan bahwa penggunaan sukrosa sebagai bagian
dari perencanaan makan tidak memperburuk kontrol glukosa darah pada
individu dengan diabetes tipe 1 dan 2. Sukrosa dan makanan yang
mengandung sukrosa harus diperhitungkan sebagai pengganti karbohidrat
makanan lain dan tidak hanya dengan menambahkannya pada perencanaan
makan. Dalam melakukan substitusi ini kandungan zat gizi dari makanan-
makanan manis yang pekat dan kandungan zat gizi makanan yang
mengandung sukrosa harus dipertimbangkan, demikian juga adanya zat
gizi-zat gizi lain pada makanan tersebut seperti lemak yang sering dimakan
bersama sukrosa. Mengkonsumsi makanan yang bervariasi memberikan
lebih banyak zat gizi dari pada makanan dengan sukrosa sebagai satu-
satunya zat gizi.
6. Pemanis.
a. Fruktosa
Menaikkan glukosa plasma lebih kecil dari pada sukrosa dan
kebanyakannya karbohidrat jenis tepung-tepungan. Dalam hal ini
fruktosa dapat memberikan keuntungan sebagai bahan pemanis pada
diet diabetes. Namun demikian, karena pengaruh penggunaan dalam
jumlah besar (20% energi) yang potensial merugikan pada kolesterol
dan LDL, fruktosa tidak seluruhnya menguntungkan sebagai bahan
pemanis untuk orang dengan diabetes. Penderita dislipidemia
hendaknya menghindari mengkonsumsi fruktosa dalam jumlah besar,
namun tidak ada alasan untuk menghindari makanan seperti buah dan
sayuran yang mengnadung fruktosa alami ataupun konsumsi sejumlah
sedang makanan yang mengandung pemanis fruktosa.
16
b. Sorbitol, mannitol dan xylitol
Gula alkohol biasa (polyols) yang menghasilkan respon glikemik
lebih rendah dari pada sukrosa dan karbohidrat lain. Penggunaan
pemanis tersebut secra berlebihan dapat mempunyai pengaruh laxatif.
c. Sakarin, aspartam, acesulfame
Sakarin, aspartam, acesulfame adalah pemanis tak bergizi yang
dapat diterima sebagai pemanis pada semua penderita DM.
7. Serat.
Rekomendasi asupan serat untuk orang dengan diabetes sama dengan
untuk orang yang tidak diabetes. Dianjurkan mengkonsumsi 20 – 35 g
serat makanan dari berbagai sumber bahan makanan. Di Indonesia
anjurannya adalah kira-kira 25 g/hari dengan mengutamakan serat larut.
8. Natrium.
Anjuran asupan untuk orang dengan diabetes sama dengan penduduk
biasa yaitu tidak lebih dari 3000 mg, sedangkan bagi yang menderita
hipertensi ringan sampai sedang, dianjurkan 400 mg natrium perhari.
9. Mikronutrien: Vitamin dan Mineral
Apabila asupan gizi cukup, biasanya tidak perlu menambah
suplementasi vitamin dan mineral. Walaupun ada alas an teoritis untuk
memberikan suplemen anti oksidan, pada saat ini, hanya sedikit bukti yang
menunjang bahwa terapi tersebut menguntungkan.
17
H. Prinsip Perencanaan Makan bagi Penyandang Diabetes
1. Kalori
Kalori/kg BB ideal
Status Gizi Kerja santai sedang Berat
Gemuk 25 30 35
Normal 30 35 40
Kurus 35 40 40-50
18
Sedangkan menurut Indeks Massa Tubuh (IMT) yaitu berat badan (kg)
tinggi badan (m2)
Adalah sebagai berikut :
Berat normal : IMT = 18,5 – 22,9 kg/m2
19
5) Sangat berat :Tukang becak, tukang gali, pandai besi, kebutuhan
harus ditambah 50% dari basal.
d. Kehamilan / laktasi
Pada permulaan kehamilan diperlukan tambahan 150 kalori/ hari
dan ada trimester II dan III 350 kalori/hari. Pada waktu laktasi diperlukan
tambahan sebanyak 550 kalori/hari.
e. Adanya komplikasi
Infeksi, trauma atau operasi yang menyebabkan kenaikan suhu
memerlukan tambahan kalori sebesar 13% untuk tiap kenaikan 1 derajat
celcius.
f. Berat badan
Bila kegemukan/terlalu kurus, dikurangi/ditambah sekitar 20-30%
bergantung kepada tingkat kegemukan/kerusakannya.
2. Gula
Gula dan produk lain dari gula dikurangi, kecuali pada keadaan
tertentu, misalnya pasien dengan diet rendah protein dan yang mendapat
makanan cair, gula boleh diberikan untuk mencukupi kebutuhan kalori,
dalam jumlah terbatas. Penggunaan gula sedikit dalam bumbu
diperbolehkan sehingga memungkinkan pasien dapat makan makanan
keluarga. Anjuran penggunaan gula untuk orang dengan DM sama dengan
untuk orang-orang normal yaitu tidak lebih dari 5% kebutuhan kalori total.
3. Sumber Diet Diabetes Melitus
Untuk perencanaan pola makan sehari, pasien diberi petunjuk berapa
kebutuhan bahan makanan setiap kali makan dalam sehari dalam bentuk
Penukar (P). lihat lampiran I. berdasarkan pola makan pasien tersebut dan
Daftar Bahan Makanan Penukar, dapat disusun menu makanan sehari-hari.
4. Daftar Bahan Makanan Penukar
Daftar bahan makanan penukar adalah suatu daftar nama bahan
makanan dengan ukuran tertentu dan dikeompokkan berdasarkan kandungan
kalori, protein, lemak dan hidrat arang. Setiap kelompok bahan makanan
dianggap mempunyai nilai gizi yang kurang lebih sama. Dikelompokkan
menjadi 8 kelompok bahan makanan yaitu :
20
1) Golongan I : bahan makanan sumber karbohidrat.
2) Golongan II : bahan makanan sumber protein hewani
3) Golongan III : bahan makanan sumber protein nabati
4) Golongan IV : sayuran
5) Golongan V : buah-buahan
6) Golongan VI : susu
7) Golongan VII : minyak
8) Golongan VIII : makanan tanpa kalori
Tabel berikut ini memuat pengelompokkan bahan makanan yang
digunakan untuk penukaran bahan makanan.
1. Tepat waktu
21
pukul 19.00 dan 21.00. maka pada waktu yang telah ditentukan,
penderita harus makan makanan yang sudah sediakan sehingga tidak
terjadi perubahan pada pada kandungan gula darahnya.
2. Tepat jumlah
3. Tepat macam
22
J. Contoh Diit bagi Diabetes Melitus
23
DAFTAR PUSTAKA
24