DISUSUN
OLEH :
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT, karena berkat Rahmat dan Hidayah-Nya
kami dapat menyelesaikan penulisan makalah ANTROPOLOGI yang berjudul
“IDENTIFIKASI PERBEDAAN MASYARAKAT TRADISIONAL DAN MODERN”
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh Ibu LISDAHAYATI, SKM,
MPH selaku dosen mata kuliah ANTROPOLOGI.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, dan untuk ke depannya kami
dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami susun ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi perbaikan makalah
berikutnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
COVER ............................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang ............................................................................ 1
B. Faktor-faktor yang Mendorong Perubahan Masyarakat Menjadi
Masyarakat yang Modern............................................................ 2
C. Gejala-gejala Modernisasi........................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Masyarakat Tradisional & Modern .......................... 3
B. Ciri – Ciri Masyarakat Tradisional & Modern............................ 3
C. Perbedaan Masyarakat Tradisional dan Modern ........................ 5
D. Prilaku Kesehatan Masyarakat Tradisional Dan Modern ........... 7
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................. 15
B. Saran ........................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
B. Faktor-faktor yang Mendorong Perubahan Masyarakat Menjadi Masyarakat yang
Modern
1. perkembangan ilmu
2. perkembangan teknologi
3. perkembangan industri
4. perkembangan ekonomi
C. Gejala-gejala Modernisasi
1. Bidang IPTEK
Gejala Modernisasi di bidang IPTEK ditandai dengan adanya penemuan dan
pembaharuan unsur teknologi baru yang dapat meningkatkan kemakmuran
masyarakat.
2. Bidang Ekonomi
Gejala Modernisasi di bidang Ekonomi ialah meningkatnya produktivitas ekonomi
dan efisiensi sumber daya yang tersedia, serta pemeanfaatan SDA yang
memperhatikan kelestarian alam sekitar.
3. Bidang Politik dan Idiologi
Pada bidang ini, gejala modern ditandai dengan adanya system pemerintahan
perwakilan yang demokratis, pemerintah yang diawasi dan dibatasi kekuasaanya,
dihormati hak-hak asasinya serta dijaminnya hak-hak sosial.
4. Bidang Agama dan Kepercayaan
Gejala Modernisasi di bidang Agama dan Kepercayaan ditandai dengan adanya
pengembangan nalar (rasio) dan kebahagiaan kebendaan (materi), yang pada
akhirnya akan menimbulkan paham sekularisasi dan sekularisme.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
1. Masyrakat Tradisional
Mayarakat Bersifat Homogen (Serba Sama)
Dalam satu wilayah, Hampir semua golongan dalam masyarakat ini memiliki
mata pencaharian, keturunan, dan tradisi yang sama. Apabila terjadi Sesuatu
yang berbeda itu akan dianggap merusak tatanan kehidupan dan nilai-nilai
leluhur.
Penggunaan Teknologi Rendah
Umumnya, Masyarakat tradisional menutup diri terhadap semua perubahan dan
budaya asing, ini menjadikan penggunaan teknologi dalam kehidupan sehari-hari
juga sangat rendah. Contoh misalnya masih mengunakan kerbau untuk
membajak sawah di banding menggunakan traktor,Meskipun hasilnya lebih cepat
dan hemat tenaga.
Jumlah Anggota Masyarakat Sedikit
Masyarakat tradisional umumnya berada di daerah tertentu dengan wilayah yang
terbatas. Oleh karena itu masyarakat ini jumlahnya tidak teralu banyak. Namun,
dengan jumlah yang sedikit menyebabkan mereka saling mengenal satu sama
lain, hubungan dan interaksi dalam masyarakat sangat tinggi, rasa persaudaraan
atau kebersamaan yang melahirkan semangat saling membantu, dan kasih sayang
lebih dominan.
Mobilitas / Pergerakannya Rendah
Sesuai dengan sifat masyarakat yang tertutup. masyarakat ini enggan keluar dari
daerah/ wilayahnya. Mereka beranggapan tempat yang paling aman dan nyaman
adalah daerah atau masyarakat mereka sendiri. Mobilitas masyarakat yang masuk
dalam daerah mereka terbatas
Statis
Masyarakat satis, Itu artinya cenderung tidak ada pergerakan ke arah yang lebih
maju. Meskipiun ada, pergerakan tersebut akan berjalan sangat lambat.
4
2. Masyarakat Modern
Heterogen
Dengan kondisi masyarakat yang lebih terbuka dengan segala hal yang baru
menyebabkan segala sesuatu menjadi lebih heterogen atau beragam dan juga
mata pencaharian masyarakat lebih beragam dan tidak lagi tergantung pada
kondisi alam.
Penggunaan Teknologi Tinggi
Masyarakat modern, kepercayaan mereka terhadap teknologi sangat besar.
Hampir semua aktiviats yang dilakukan menggunakan teknologi modern dan
serba cepat. Masyarakat modern umumnya berpandangan bahwa menjaga,
memelihara, dan melaksanakan nilai-nilai merupakan satu upaya agar
keharmonisan kehidupan tetap terjalin.
Mobilitas Tinggi
Peristiwa perpindahan dan perubahan masyarakat modern yang tinggi. Pikiran
yang semakin terbuka, menjadikan mereka selalu ingin mencari sesuatu yang
baru. Teknologi transportasi dan komunikasi yang semakin canggih
memudahkan seseorang berpindah dari satu tempat ke tempat lain, dengan
waktu yang singkat.
Individualistis
Masyarakat modern kebanyakan bersifat individualistis. Maksudnya mereka
menempatkan segala sesuatu tidak lagi mengutamakan kepentingan kelompok.
Objektif
Masyarakat moder dapat mempertimbangkan segala seuatu dengan lebih
objektif. Membuat keputusan dengan berbagai pertimbangan. Tidak lagi hanya
melestarikan nilai-nilai luhur.
5
Daerah tempat tinggal atau wilayah yang didiami
Berdasarkan wilayah, Masyarakat modern tinggal secara menetap pada suatu wilayah.
Sementara masyarakat tradisional dapat tinggal secara berpindah-pindah sesuai
dengan persediaan sandang & pangan, biasanya berada di desa atau di pedalaman.
Rumah tempat tinggal
Rumah masyarakat modern cenderung lebih bervariasi sesuai dengan selera mereka.
Sementara masyarakat tradisional cenderung sama dan bahan yang digunakan pun
sama misalnya memakai geribik atau papan.
Peralatan yang digunakan
Peralatan yang dipakai oleh masyarakat modern merupakan alat yang sudah canggih
dan biasanya dibuat orang lain. Sementara peralatan yang digunakan oleh masyarakat
tradisional masih sangat sederhana dan biasanya hasil buatan sendiri.
Bahasa
Masyarakat modern mengunakan bahasa yang cenderung bervariasi dapat berupa
bahasa suku, bahasa resmi dan bahasa internasional. Sementara masyarakat
tradisional cenderung menggunakan bahasa suku.
Kepercayaan / Keyakinan
Kepercayaan/keyakinan yang dianut oleh masyarakat modern berbagai macam
kepercayaan, Agama sebagai kepercayaan pun bermacam-macam. Sementara
masyarakat tradisional kepercayaan bersifat sama satu dengan yang lainnya
Pakaian
Pakaian yang dgunakan masyarakat modern mengikuti perkembangan yang dipakai
secara umum. Sementara masyarakat tradisional memakai pakaian yang apa adanya
bahkan daun atau kulit kayu jadi bahan pakaian.
Makanan/konsumsi
Adapun Makanan yang dikonsumsi oleh masyarakat modern bervariasi mulai dari
makanan tradisional hingga makanan modern (instan). Sementara masyarakat
tradisional makanan yang dikonsumsi bersifat monoton.
6
D. PRILAKU KESEHATAN MASYARAKAT TRADISIONAL DAN MODERN
A. Perilaku Sehat Masyarakat Modern dan Tradisional
Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan nasional
diarahkan guna yang dipengaruhi oleh banyak faktor yang bersifat lintas sektor,
dan upayanya lebih diarahkan pada peningkatan, pemeliharaan dan
perlindangan kesehatan. Secara makro paradigma sehat berarti semua sektor
memberikan kontribusi positif bagi pengembangan perilaku dan lingkungan sehat,
secara mikro berarti pembangunan kesehatan lebih menekankan upaya promotif
dan preventif tanpa mengesampingkan upaya kuratif dan rehabilitatif (Depkes
RI, 2004).
Berdasarkan paradigma sehat ditetapkan visi Indonesia Sehat 2010, dimana
ada 3 pilar yang perlu mendapat perhatian khusus, yaitu lingkungan sehat, perilaku
sehat dan pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan merata. Untuk perilaku sehat
bentuk konkritnya yaitu perilaku proaktif memelihara dan meningkatkan kesehatan.
mencegah risiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit serta
berpartisipasi aktif dalam upaya kesehatan. Dalam mewujudkan visi Indonesia
Sehat 2010 telah ditetapkan misi pembangunan yaitu menggerakkan pembangunan
nasional berwawasan kesehatan. Mendorong pelayanan kesehatan yang bermutu,
merata dan terjangkau, serta memelihara dan meningkatkan kesehatan individu,
keluarga dan masyaralat beserta lingkungannya (Dinkes, 2005).
Status sehat sakit para anggota keluarga dan keluarga saling mempengaruhi
satu sama lain, sehingga keluarga cenderung menjadi seorang reaktor terhadap
masalah-masalah kesehatan dan menjadi aktor dalam menentukan masalah
kesehatan anggota keluarga. Dalam keluarga, ibu merupakan anggota masyarakat
yang salah satu perannya adalah mengurus rumah tangganya sehingga terciptanya
lingkungan sehat dalam rumah tangga. Dengan mewujudkan perilaku yang sehat,
maka dapat menurunkan angkakesakitan suatu penyakit dan angka kematian akibat
kurangnya kesadaran dalam pelaksaan hidup bersih dan sehat serta dapat
7
meningkatkan kesadaran dan kemauan bagi setiap orang agar terwujudnya derajat
kesehatan masyarakat yang optimal.
1. Sistem Kesehatan
Sistem kesehatan menurut WHO adalah sebuah proses kumpulan
berbagai factor kompleks yang berhubungan dengan suatu Negara,yang di
pelukan untuk memenuhi tuntutan dan kebutuhan kesehatan
perorangan,keluarga,kelompok,dan masyarakat pada setiap saat dibutuhkan.
Dalam sebuah sistem harus terdapat unsur-unsur input , proses , output ,
feedback , impact dan lingkungan.Sistem kesehatan yang telah di sahkan sesuai
SK Menkes bahwa tujuan yang pasti adalah meningkatkan derajat yang optimal
dalam bidang kesehatan dan kesejahteraan yang sesuai dengan pembukaan UUD
1945.
Sistem Kesehatan Nasional (SKN) adalah bentuk dan cara
penyelanggaraan pembangunan kesehatan yang memadukan berbagai upaya
bangsa Indonesia dalam kerangka mewujudkan kesejahteraan rakyat
sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945.
Sistem kesehatan nasional perlu dilaksnakan dalam konteks
pembangunan kesehatan secara keseluruhan dengan mempertimbangkan
determinan sosial seperti : kondisi kehidupan sehari-hari, tingkat
pendidikan,pendapatan keluarga, distribusi kewenangan, keamanan, sumber
daya, kesadaran masyarakat, dan kemampuan tenaga kesehatan mengatasi
masalah tersebut.
Sistem kesehatan nasional disususn dengan memperhatikan pendekatan
revitalitas pelayanan kesehatan dasar yang meliputi :
Cakupan pelayanan kesehatan yang adil dan merata
Pemberian pelayanan kesehatan yang berpihak kepada rakyat
Kebijakan pembangunan kesehatan
Kepemimpinan
8
SKN juga disususn dengan memperhatikan inovasi/terobosan dalam
penyelenggaraan pembangunan kesehatan secara luas, termasuk penguatan
sistem rujukan.
Sistem kesehatan nasional akan berfungsi baik untuk mencapai tujuannya
apabila terjadi koordinasi, integritas, sinkronisasi, dan sinergisme (KISS), baik
antar peraku, antar subsistem SKN , maupun dengan sistem serta subsistem lain
di luar SKN. Dengan tatanan ini, maka sistem atau seluruh sector terkait, seperti
pembangunan prasarana,keuangan dan pendidikan perlu berperan bersama
dengan sector kesehatan untuk mencapai tujuan nasional.
2. Pluralism Modern
Dalam ilmu sosial,pluralism adalah sebuah kerangka dimana ada interaksi
beberapa kelompok-kelompok yang menunjukan rasa saling menghormati dan
toleransi satu sama lain.Mereka hidup bersama (koeksistensi) serta mebuahkan hasil
tanpa konflik asimilasi.
Pluralism adalah dapat di katakan salah satu cara khas masyarakat modern
dan kelompok sosial yang paling penting dan mungkin merupakan pengemudi
utama kemajuan dalam ilmu pengetahuan masyarakat dan perkembangan ekonomi.
Pada dasarnya liberalism pemikiran adalah konsekuensi dari proses
pluralisasi masyarakat modern yang makin kompleks yang mendorong keterbukaan
komunikasi antarwarga masyarakat.
3. Tahapan Perspektif
Ada beberapa tahapan prespektif yaitu :
Perspektif biologis
Model medis, yang diilhami oleh para dokter mulai dari Hippocrates
hingga kraepelin, tetap memiliki kekuatan yang besar dalam pemahaman
kontemporer tentang perilaku abnormal. Model medis mewakili perspektif
biologis tentang perilaku abnormal.
Perspektif psikologis
1. Model – model psikodinamika
9
Teori psikodinsmiks didasarkan pada kontribusi Sigmund freud dan para
pengikutnya. Model psikodinamika ini didasarkan pada keyakinan bahwa
masalah psiologis adalah akibat dari konflik psikologis diluar alam sadar yang
dapat dilacak pada masa kecil.
2. Model – model belajar
Teori psikologi lain yang relevan juga terbentuk diawal abad 20 adalah
perspektif behavioral. Perspektif behavioral berfokus pada peran dari belajar
dalam menjelaskan perilaku normal atau abnormal. Dari perspektif belajar,
perilaku abnormal mencerminkan perolehan, atau pembelajaran dari perilaku
yang tidak sesuai dan tidak adaptif. Dari pandangan belajar, perilaku abnormal
bukanlah sintomatik dari apapun. Perilaku abnormal itu sendiri merupakan
masalah. Perilaku abnormal dianggap sebagai sesuatu yang dipelajari dengan
cara yang sama sebagaimana perilaku normal. Watson dan teoretikus
behavioristik lainnya, meyakini bahwa perilaku manusia merupakan hasil dari
pembawaan genetis dan pengaruh lingkungan. Sebagaimana freud, Watson tidak
menggunakan konsep kebebasan pribadi, pilihan, dan self-direktion. Teoritikus
behavioristik melihat kita sebagai hasil pengaruh lingkungan yang membentuk
dan memanipulasi perilaku kita. bagi Watson, keyakinan bahwa kita memiliki
kehendak yang bebas ditentukan oleh lingkungan. Watson berfokus pada peran
dari dua bentuk utama dari belajar dalam membentuk perilaku normal dan
abnormal yaitu, classacal conditioning dan operant conditioning.
3. Model – model humanistic
Suatu kekuatan ketiga dalam psikologi modern muncul pada abad
pertengahan ke 20, yaitu psikologi humanistic. Para teoritikus humanistic seperti
carl rogers (1902 – 1987) dan Abraham maslow (1908 – 1970) meyakini bahwa
perilaku manusia tidak dapat dijelaskan sebagai hasil dari konflik – konflik yang
tidak disadari maupun conditioning yang sederhana. Teori ini menyiratkan
penolakan terhadap pendapat bahwa perilaku manusia semata – mata ditentukan
oleh factor diluar dirinya, para teoritikus melihat orang sebagai aktor dalam
drama kehidupan, bukan reactor terhadap insting atau tekanan lingkungan.
10
Mereka berfokus pada pentingnya pengalaman disadari yang bersifat subjektif
dan self direktion humanistic. Psikologi humanistic berhubungan erat dengan
aliran filosofis eropa yang disebut sebagai eksistensialisme. Para eksistenssialis
meyakini bahwa kemanusiaan kita membuat kita bertanggung jawab atas arah
yang akan diambil dalam kehidupan kita.
4. Model-model kognitif
Kata kognif berasal dari kata latin cognition,yang berarti pengetahuan.
para teorinitis kognitif mempelajari kognisi (pikiran-pikiran), keyakinan,
harapan, dan sikap-sikap yang menyertai dan mungkin mendasari perilaku
abnormal.mereka berfokus pada bagaimana realitas diwarnai oleh harapan-
harapan dan sikap kita dan bagaimana tidak akurat atau biasnya pemprosesan
informasi tentang dunia dan tempat kita di dalamnya dapat menimbulkan
perilaku abnormal. Para teoritis kognitif menyakini bahwa interpretasi kita
dalam kehidupan kita dan bukan peristiwa itu sendiri,menentukan keadaan
emosional kita. Beberapa model kognitif yang paling menonjol dari pola-pola
perilaku abnormal adalah pendekatan pemprosen informasi dan model-model
yang dikembangkan oleh psikolog Albert Ellis dan psikiater Aaron Beck.
Perspektif sosiokultural
Para teoritikus sosiokultural mencari penyebab perilaku abnormal yang
mungkin terletak pada kegagalan masyarakat daripada orang yang mengalami.
Beberapa teoritikus sosiokultural yang lebh radikal, seperti Thomas Szasz,
bahkan menyangkal adanya gangguan psikologis atau sakit mental. Szasz
menyatakan bahwa tidak normal hanya sekedar label yang dilekatkan oleh
masyarakat oleh orang-orang yang memiliki perilaku yang menyimpang dari
norma social yang dapat diterima. Menurutnya label ini digunakan memberikan
stigma dan menepikan penyimpangan social. Di atas kita telah menelaah
hubungan antara pola-pola perilaku abnormal dan perilaku sosioabnormal.
Perspektif biopsikososial
Banyak teoritikus masa kini yang mengadopsi perspektif biopsikososial
11
yang memandang bagaimana berbagai factor-faktor yang mewakili ranah-ranah
biologis, psikologis, dan sosiokultural berinteraksi dalam berkembangnya
gangguan tertentu. Kita baru mulai menggali interaksi yang tidak tampak dan
sering kali kompleks, dari berbagai factor yang menyebakan pola-pola perilaku
yang abnormal. Perspektif biopsikososial mengundang kita bagaimana factor-
faktor biologis, psikologis, tekait dengan berkembangnya pola-pola perilaku
abnormal. Untuk beberapa gangguan, penyebabnya mungkin terutama atau
bahkan secra eksklusif adalah bersifat biologis.
12
Pengawasan misalnya membuat kebijakan dan peraturan serta bagaimana
menilai peraturan dan kebijakan itu berjalan apakah sudah sesuai dengan
target atau masih dibawah target.
Penyedia layanan kesehatan bertugas untuk menyediakan layanan klinis
yang memadai serta dapat ditunjang dengan promosi kesehatan yang
mencakup dari kelompok sampai ke individu.
Pembiayaan Pembiayaan kesehatan bersumber dari berbagai sumber,
yakni: Pemerintah, Pemerintah Daerah, swasta, organisasi masyarakat, dan
masyarakat itu sendiri.
Pengelolaan sumber daya misalnya bagamana suatu obat dapat mencukupi
suatu pelayanan kesehatan,distribusinya tidak terhambat, serta tidak
dimonopoli oleh salah satu perusahaan obat.
13
Obat Tradisional adalah obat yang dibuat dari tumbuhan yang diolah
dengan cara yang sangat sederhana dan membutuhkan tenaga manusia yang
sangat besar.
Keunggulan yang diperoleh dalam menggunakan ramuan tradisional,
yaitu pada umumnya, harga ramuan tradisional lebih murah jika dibandingkan
dengan obat–obatan buatan pabrik, bahan ramuan tradisional sangat mudah
didapatkan di sekitar lingkungan, bahkan dapat ditanam sendiri untuk
persediaan keluarga, pengolahan ramuannya juga tidak rumit, sehingga dapat
dibuat di dapur sendiri tanpa memerlukan peralatan khusus dan biaya yang
besar.
Penggunaan ramuan tradisional memiliki efek samping negatif yang
sangat kecil jika dibandingkan dengan obat–obatan medis modern. Hal ini
dikarenakan, bahan baku ramuan tradisional sangat alami atau tidak bersifat
sintetik. Meskipun demikian, obat herbal yang baru tetap harus melewati uji
klinis yang sama dengan obat-obatan sintetik. Selama mengikuti takaran yang
dianjurkan, proses pembuatannya higienis, dan cara penyimpanan yang baik,
maka efek samping negatif ramuan tradisional ini tidak perlu dikhawatirkan.
Hubunganan di antara pengobatan alternatif dengan pengobatan modern
bukanlah hubungan yang bersaing. Pengobatan kedua-duannya hidup saling
berdampingan dan bersama-sama menyediakan pilihan pengobatan untuk
bermacam-macam penyakit.
14
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Perubahan sosial mendorong munculnya semangat-semangat untuk menciptakan
produk baru , sehinnga terjadilah revolusi industri, dan kemunculan semangat asketisme
intelektual. Kemudian, asketisme intelektual menimbulkan etos intelektual, dan inilah
yang mendorong masyarakat untuk terus berkarya dan terus menciptakan hal-hal baru
guna meningkatkan kemakmuran hidupnya, sehingga masyarakat tersebut menjadi
masyarakat yang modern. Sedangkan proses menjadi masyarakat yang modern disebut
dengan istilah Modernisasi.
B. Saran
Sebaiknya kita sebagai masyarakat modern tidak harus menyerap semua budaya
modernisasi, agar tidak terjadi dampak-dampak negative dalam kehidupan kita sebagai
masyarakat yang modern.
15
Daftar Pustaka
16