“ EKG “
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan inayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Tugas Mata Kuliah KMB yang berjudul EKG .
Terima kasih saya ucapkan kepada dosen pembimbing ibu Ni Ketut Sujati, APP,
M.Kes yang telah membantu kami baik secara moral maupun materi. Terima kasih juga saya
ucapkan kepada teman-teman seperjuangan yang telah mendukung kami sehingga kami bisa
menyelesaikan tugas ini tepat waktu.
Kami menyadari, bahwa tugas yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna baik
segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca guna menjadi acuan agar penulis bisa
menjadi lebih baik lagi di masa mendatang.
Semoga tugas ini bisa menambah wawasan para pembaca dan bisa bermanfaat untuk
perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Elektrokardiograpi (EKG) adalah pemantulan aktipitas listrik dari serat-serat otot
jantung secara goresan. Dalam perjalanan abad ini, rekaman EKG sebagai cara
pemeriksaan tidak infsif, sudah tidak dapat lagi di hilang kan dari klinik sejak di
introduksi nya galvanometer berkawat yang di ciptakan oleh Einthoven dalam tahun
1903 ,galvanometer berkawat ini merupakan suatu pemecahan rrekor perangkat sangat
peka dapat merekam setiap perbedaan tegangan yang kecil sebesar milivolt. perbedaan
tegangan ini terjadi pada lupan dan imbunan dari serat-serat otot jantung perbedaan
tegangan ini di rambat kan kepermukaan tubuh dan di teruskan ke sandapan-sandapan dan
kaawat keperangkat penguat EKG . aktifitas listrik mendahului penguncupan sel otot.
Tidak adaperangkat pemeriksaan sedehana yang begitu banyak mengajar pada kita
mengenai fungsi otot jantung selain di EKG dengan demikian masalah-masalah diagnistik
penyakit jantung dapat di pecah kan dan pada giliran nya pengobotan akan lebih
sempurna. Namun kita perlu di beri peringatan bahwa EKG itu walaupun memmberikan
banyak masukan ,tetapi hal ini tak berarti tanpa salah .
B. Rumusan Masalahan
1. Apa pengertian EKG?
2. Apa tujuan dari pemasangan EKG?
3. Bagaimana indikasi dari pemasangan EKG?
4. Apa saja macam gelombang EKG dan bagaimann makna dari gelombang tersebut?
5. Bagaimana prosedur pelaksanaan pemeriksaan EKG?
6. Dimana letak sandapan pada EKG?
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep
3
ANATOMI JANTUNG
a. b.
c. d.
Gambar 1. Anatomi Jantung.a. Posisi jantung terletak di rongga thorax. b.Posisi jantung
terhadap organ di cavum thorax. c.Jantung tampak dari anterior. d. Ruang dan katup
jantung
4
suatu membran yang disebut perikardium. Sedangkan jantung sendiri sebagian besar
tersusun dari otot jantung yang disebut miokardium.
Jantung memiliki empat ruang yaitu atrium dextra, atrium sinistra, ventrikel
dextra dan ventrikel sinistra. Antara bagian kanan dengan kiri dipisahkan oleh
sekat/septum sehingga darah pada satu sisi tidak bercampur dengan darah di sisi yang
lain. Jantung memiliki 4 katup untuk menjaga darah mengalir dengan satu arah tetap.
Katup yang memisahkan antara atrium dan ventrikel di sisi kanan dan kiri masing-
masing disebut katup atrioventrikel (AV). Katup AV kanan disebut katup trikuspid
(disebut “tri” karena terdiri dari 3 daun katup). Katup AV kiri disebut katup bikuspid
(disebut “bi” karena memiliki 2 daun katup) atau sering juga disebut katup mitral.
DASAR-DASAR FISIOLOGI
Dasar Elektrofisiologi
1. Potensial Aksi
Semua sel hidup termasuk sel jantung memiliki potensial listrik yang melintasi
membrannya. Muatan listrik di dalam sel lebih negatif dibanding luar sel. Adanya
perbedaan potensial listrik antara di luar dengan di dalam sel ini yang akan
menimbulkan potensial membran istirahat.
Ion-ion yang berperan penting menentukan potensial lintas membran sel adalah
ion Na+, K+ dan Ca++. Ion K+ merupakan ion terpenting untuk menentukan potensial
membran istirahat. Kadar ion K+ tinggi di dalam sel dan rendah di luar sel yang
menimbulkan adanya gradien elektrokiimia yang menyebabkan ion K berdifusi ke luar
sel. Sebaliknya dengan ion Na dan Ca++, gradien kimia menyebabkan keduanya
berdifusi masuk ke dalam sel. Potensial membran dijaga karena adanya gradien
konsentrasi ion lintas membran. Untuk menjaga gradien tersebut diperlukan energi
(yang berasal dari hirolisis ATP) yang menggerakkan pompa ion.
Perubahan potensial listrik di pada permukaan membran sel terjadi setelah
adanya rangsangan yang menyebabkan penurunan tahanan listrik setempat yang
bersamaan dengan terjadinya peningkatan permeabilitas membran terhadap ion Na dan
5
K. Hal tersebut menyebabkan pergerakan ion-ion (ion Na masuk ke dalam sel).
Perubahan potensial listrik ini akan menjalar tanpa adanya rangsangan baru sampai
seluruh sel teraktivasi disebabkan sifat sel yang excitable. Peristiwa ini disebut juga
depolarisasi. Terjadinya depolarisasi secara cepat ini disebut juga potensial aksi.
Segera setelah potensial aksi mencapai puncak, sistem pompa di membran sel
mengembalikan ion Na ke luar sel sehingga potensial membran istirahat tercapai
kembali. Peristiwa ini disebut juga repolarisasi. Sistem transport yang berperan untuk
tetap memertahankan gradien konsentrasi ion K dan Na (kembali ke potensial membran
istirahat) adalah sistem pompa Na+/K+-ATPase. Sistem transport ini memompa tiga ion
Gambar 2. Depolarisasi dan repolarisasi. A. Membran potensial sel otot jantung dalam
keadaan istirahat. B. Ketika sel distimulasi dan mulai terjadi depolarisasi. C.
Depolarisasi lengkap (di dalam sel memiliki muatan positif dan di luar sel memiliki
muatan negatif). D. Terjadi fase repolarisasi untuk kembali ke fase istirahat.
6
kontraktil). Adapun potensial aksi pada serat kontraktil sebagai berikut :
a. Depolarisasi.
Sel kontraktil memiliki sifat yang berbeda dari sel autoritmik. Serat kontraktil
memiliki potensial membran yang stabil dan mendekati – 90 mV. Ketika terdapat
stimulasi, kanal ion Na+ cepat akan membuka dan menyebabkan masuknya ion Na +
ke dalam sel dan terjadi penurunan gradien elektrokimia yang menyebabkan
dengan cepat maka kanal ion Na+ secara otomatis menjadi tidak aktif sehingga aliran
Na masuk ke dalam sel berkurang. Pada puncak potensial aksi, sebagian kanal ion K
membuka dan menyebabkan ion K ke luar sel kontraktil. Hal ini menyebabkan
repolarisasi yang kecil. Hal yang unik pada sel kontraktil adalah potensial membran
dipertahankan dekat dengan puncak potensial, yang menghasilkan fase plateu.
b. Dataran (plateu).
Fase berikutnya pada potensial aksi di serat kontraktil adalah plateu (pendataran),
yaitu suatu periode di mana depolarisasi dipertahankan. Pada fase ini sebagian
disebabkan terbukanya kanal ion Ca2+ lambat di sarkolema. Hal ini menyebabkan
masuknya ion Ca2+ dari cairan interstitial ke dalam sitosol. Aliran masuk ion Ca 2+
ini menyebabkan lebih banyak lagi ion Ca2+ yang keluar dari retikulum sarkoplasma
selama plateu dipertahankan karena liran masuk ion Ca2+ tepat seimbang dengan
alikan ion K+ keluar. Fase plateu berlangsung sekitar 0,25 detik dan potensial
membran sel kontraktil mendekati 0 mV.
c. Repolarisasi
Pemulihan potensial membran istirahat selama fase repolarisasi suatu potensial aksi
jantung mirip dengan yang terjadi pada sel eksitabel lainnya. Fase turun potensial
aksi yang cepat ditimbulkan oleh inaktivasi kanal ion Ca (kanal Ca di sarkolema dan
7
retikulum sarkoplasma menutup) dan penundaan pengaktifan kanal ionK subkelas
lain. Penurunan permeabilitas terhadap Ca ini mengurangi perpindahan Ca ke dalam
sel yang berjalan lambat, sementara peningkatan mendadak permeabilitas terhadap K
secara simultan mendorong difusi ion K keluar secara cepat. Sel kembali ke potensial
istirahat karena keluarnya ion K dari sel. Pada potensial istirahat, kanal ion K
berpintu listrik menutup.
Periode Refrakter
Masa refrakter adalah waktu setelah sebuah potensial aksi, di mana ketika
rangsang normal tidak memicu potensial aksi yang kedua. Pada otot jantung,
potensial aksi yang lama menunjukkan masa refrakter dan kontraksi berakhir
pada waktu yang hampir bersamaan. Pada potensial aksi kedua dapat
ditimbulkan ketika sel miokardium telah hampir semua berelaksasi, sehingga
tidak terjadi sumasi atau tetani (Gambar 3).
8
Tujuan dan Indikasi
Beberapa tujuan dari penggunaan EKG adalah :
1. Untuk mengetahui adanya kelainan-kelainan irama jantung/disritmia
2. Kelainan-kelainan otot jantung
3. Pengaruh/efek obat-obat jantung
4. Ganguan -gangguan elektrolit
5. Perikarditis
6. Memperkirakan adanya pembesaran jantung/hipertropi atrium dan ventrikel
7. Menilai fungsi pacu jantung.
Indikasi dari penggunaan EKG
Elektrokardiogram tidak menilai kontraktilitas jantung secara langsung.
Namun, EKG dapat memberikan indikasi menyeluruh atas naik-turunnya suatu
kontraktilitas. Analisis sejumlah gelombang dan vektor normal depolarisasi dan
repolarisasi menghasilkan informasi diagnostik yang penting.
Pembentukan Gelombang
Ketika impuls dari nodus SA menjalar di kedua atrium, terjadi depolarisasi dan
repolarisasi di atrium dan semua sadapan merekamnya sebagai gelombang P defleksi
positif, terkecuali di aVR yang menjauhi arah aVR sehingga defleksinya negatif. Setelah
dari atrium, listrik menjalar ke nodus AV, berkas His, LBB dan RBB, serta serabut
purkinje. Selanjutnya, terjadi depolarisasi di kedua ventrikel dan terbentuk gelombang
QRS defleksi positif, kecuali di aVR. Setelah terjadi depolarisasi di kedua ventrikel,
ventrikel kemudian mengalami repolarisasi. Repolarisasi di kedua ventrikel menghasilkan
gelombang T defleksi positif di semua sadapan, kecuali di aVR. (F. Sangadji)
Elektrokardiogram normal terdiri dari sebuah gelombang P , sebuah “ kompleks
QRS “ , dan sebuah gelombang T. kompleks QRS sebenarnya tiga gelombang tersendiri,
gelombang Q, gelombang R, gelombang S, ke semuanya di sebabkan oleh lewatnya impuls
jantung melalui ventrikel ini. Dalam elektrokardigram yang normal, gelombang Q, dan S
sering sangat menonjol dari pada gelombang R dan kadang kadang benar benar absen ,
tetapi walau bagaimanapun gelombang ini masih di kenal sebagai kompleks QRS atau
hanya gelombang QRS.
Gelombang P di sebabkan oleh arus listrik yang di bangkitkan sewaktu atrium
mengalami depolarisasi sebelum berkontraksi , dan kompleks QRS di sebabkan oleh arus
listrik yang di bangkitkan ketika ventrikel mengalami depolarisasi sebelum berkontraksi.
10
Oleh karna itu, gelombang P dan komponen komponen kompleks QRS adalah gelombang
depolarisasi. Gelombang T di sebabkan oleh arus listrik yang di bangkitkan sewaktu
ventrikel kembali dari keadaan depolarisasi.
3. Kompleks QRS yaitu depolarisasi dan ventrikel, diukur dari permulaan gelombang
QRS sampai akhir gelombang QRS Lebar 0,04 - 0,10 detik.
a. Gelombang Q yaitu defleksi pertama yang ke bawah (-) lebar 0,03 detik, dalam <1/3>
b. Gelombang R yaitu defleksi pertama yang keatas (+)
• Tinggi ; tergantung lead.
11
• Pada lead I, II, aVF, V5 dan V6 gel. R lebih tinggi (besar)
• Gel. r kecil di V1 dan semakin tinggi (besar) di V2 - V6.
c. Gelombang S yaitu defleksi pertama setelah gel. R yang ke bawah (-).
Gel. S lebih besar pada VI - V3 dan semakin kecil di V4 - V6.
3. Gelombang T yaitu repolarisasi dan ventrikel
1. (+) di lead I, II, aVF, V2 - V6.
2. (-) di lead aVR.
3. (±) / bifasik di lead III, aVL, V1 (dominan (+) / positif)
4. Gelombang U ; biasanya terjadi setelah gel. T (asal usulnya tidak diketahui) dan dalam
keadaan normal tidak terlihat.
12
2. Sadapan II.
Sadapan II dihasilkan dari perbedaan antara RA yang dibuat bermuatan negatif dan LF
yang bermuatan positif sehingga arah listrik bergerak sebesar positif 60 derajat (sudutnya ke
arah inferior). Dengan demikian, bagian inferior jantung dapat dilihat oleh sadapan II.
3. Sadapan III.
Sadapan III dihasilkan dari perbedaan antara LA yang dibuat bermuatan negatif dan
RF yang dibuat bermuatan positif sehingga listrik bergerak sebesar positif 120 derajat
(sudutnya ke arah inferior). Dengan demikian, bagian inferior jantung dapat dilihat oleh
sadapan III.
2. Sadapan unipolar
Sadapan ini merekam satu kutub positif dan lainnya dibuat indifferent. Sadapan ini
terbagi menjadi sadapan unipolar ekstremitas dan unipolar prekordial.
Unipolar Ekstremitas
Sadapan unipolar ekstremitas merekam besar potensial listrik pada ekstremitas.
Gabungan elektrode pada ekstremitas lain membentuk elektrode indifferent (potensial 0).
Sadapan ini diletakkan pada kedua lengan dan kaki dengan menggunakan kabel seperti yang
digunakan pada sadapan bipolar.
Vektor dari sadapan unipolar akan menghasilkan sudut pandang terhadap jantung
dalam arah vertikal.
1. Sadapan aVL. Sadapan aVL dihasilkan dari perbedaan antara muatan LA yang dibuat
bermuatan positif dengan RA dan LF yang dibuat indifferent sehingga listrik bergerak ke arah
-30 derajat (sudutnya ke arah lateral kiri). Dengan demikian, bagian lateral jantung dapat
dilihat juga oleh sadapan aVL.
2. Sadapan aVF. Sadapan aVF dihasilkan dari perbedaan antara muatan LF yang dibuat
bermuatan positif dengan RA dan LA dibuat indifferent sehingga listrik bergerak ke arah
positif 90 derajat (tepat ke arah inferior). Dengan demikian, bagian inferior jantung selain
sadapan II dan III dapat juga dilihat oleh sadapan aVF.
3. Sadapan aVR. Sadapan aVR dihasilkan dari perbedaan antara muatan RA yang dibuat
bermuatan positif dengan LA dan LF dibuat indifferent sehingga listrik bergerak ke arah
13
berlawanan dengan arah lsitrik jantung -150 derajat (ke arah ekstrem).
Dari sadapan bipolar dan unipolar ekstremitas, garis atau sudut pandang jantung dapat
diringkas seperti yang digambarkan berikut.
Akan tetapi, sadapan-sadapan ini belum cukup sempurna untuk mengamati adanya kelainan di
seluruh permukaan jantung. Oleh karena itu, sudut pandang akan dilengkapi dengan unipolar
prekordial (sadapan dada).
Unipolar Prekordial
Sadapan unipolar prekordial merekam besar potensial listrik dengan elektrode
eksplorasi diletakkan pada dinding dada. Elektrode indifferent (potensial 0) diperoleh dari
penggabungan ketiga elektrode esktremitas. Sadapan ini memandang jantung secara horizontal
(jantung bagian anterior, septal, lateral, posterior dan ventrikel sebelah kanan).
Penempatan dilakukan berdasarkan pada urutan kabel-kabel yang terdapat pada mesin
EKG yang dimulai dari nomor C1-C6.
14
h. 6 Buah elektrode dada dengan balon penghisap.
i. Jelly elektrode / kapas alkohol
j. Kertas EKG (telah siap pada alat EKG)
k. Kertas tissue
1. Persiapan Pasien
a. Pasieng diberitahu tentang tujuan perekaman EKG
b. Pakaian pasien dibuka dan dibaringkan terlentang dalam keadaan tenang selama
perekaman.
Sebelum pemasangan elektrode, bersihkan kulit pasien di sekitar pemasangan manset, beri
jelly kemudian hubungkan kabel elektrode dengan pasien.
1. Elektrode extremitas atas dipasang pada pergelangan tangan kanan dan kiri searah dengan
telapak tangan.
2. Pada extremitas bawah pada pergelangan kaki kanan dan kiri sebelah dalam.
3. Posisi pada pengelangan bukanlah mutlak, bila diperlukan dapatlah dipasang sampai ke
bahu kiri dan kanan dan pangkal paha kiri dan kanan.
Kemudian kabel-kabel dihubungkan :
15
Merah kanan(RA / R) lengan
Kuning (LA/ L) lengan kiri
Hijau (LF / F ) tungkai kiri
(RF / N) tungkai kanan (sebagai ground)Hitam
Sandapan tambahan
V7 : garis aksila belakang sejajar dengan V4
V8 : garis skapula belakang sejajar dengan V4
V9 : batas kin dan kolumna vetebra sejajar dengan V4
V3R - V9R posisinya sama dengan V3 - V9, tetapi pada sebelah kanan. Jadi pada umumnya
pada sebuah EKG dibuat 12 sandapan (lead) yaitu
I II III aVR aVL aVF
VI V2 V3 V4 V5 V6
Perhatian !
1. Sebelum bekerja periksa dahulu tegangan alat EKG.
2. Alat selalu dalam posisi stop apabila tidak digunakan.
3. Perekaman setiap sandapan (lead) dilakukan masing - masing 2 - 4 kompleks
17
4. Kalibrasi dapat dipakai gambar terlalu besar, atau 2 mv bila gambar terlalu kecil.
5. Hindari gangguan listrik dan gangguan mekanik seperti ; jam tangan, tremor, bergerak,
batuk dan lain-lain.
6. Dalam perekaman EKG, perawat harus menghadap pasien.
\\\
C. PERSIAPAN ALAT
3. Pasta EKG.
4. Kertas grafik garis horizontal dan vertikal dengan jarak 1 mm. Garis lebih tebal
terdapat pada setiap 5 mm.
5. Lembar pelaporan hasil EKG.
B. TAHAP PERSIAPAN
1. Pemberian penjelasan kepada pasien tentang tujuan dan prosedur pemeriksaan yang
akan dilakukan.
2. Sebaiknya istirahat 15 menit sebelum pemeriksaan.
18
3. Bila menggunakan perhiasan/logam/gawai supaya dilepas dan diletakkan tidak
dekat/menempel pada pasien
4. Pasien diminta membuka baju bagian dada.
5. Pasien dipersilakan tidur terlentang, posisi pemeriksa berada di sebelah kanan pasien.
6. Pasien diusahakan untuk tenang dan bernafas normal. Selama proses perekaman
tidak boleh bicara.
7. Bersihkan daerah yang akan dipasang elektroda dengan kapas beralkohol.
C. TAHAP PELAKSANAAN
Lead I, II dan III dipasang pada pergelangan tangan kanan dan kiri serta
pergelangan kaki kanan dan kiri
Pergelangan tangan kanan dipasang elektroda yang berwarna merah [kutub (-)/(-)
dan aVR]. Pergelangan tangan kiri dipasang elektroda yang berwarna kuning
[kutub (-)/(+) dan aVL]. Pergelangan kaki kanan dipasang elektroda yang berwarna
hitam (netral). Pergelangan kaki kiri dipasang elektroda yang berwarna hijau [kutub
(+)/(+) dan aVF].
b. Lead prekordial (jangan sampai terbalik)
19
2. Tekan tombol ID (Cardimax®)
3. Isian untuk nomer ID: arahkan kursor ke tulisan ID kemudian tekan enter kemudian
tekan ↑ atau ↓
4. Isian untuk umur:arahkan kursor pada tulisan AGE kemudian tekan enter kemudian
tekan ↑ atau ↓
5. Isian untuk jenis kelamin: arahkan kursor pada tulisan SEX kemudian tekan enter
kemudian tekan → atau ←
6. Apabila tersedia komputer dan bisa disambungkan, isikan nama probandus.
Pilih mode auto/manual kemudian tekan enter kemudian tekan mode lagi untuk keluar.
a. Auto : tekan start tunggu sampai tercetak semua lead dan kesimpulan interpretasi
hasil EKG
b. Manual : tekan start untuk merekam satu persatu setiap lead secara manual
kemudian tekan stop setelah didapatkan panjang elektrogram yang diinginkan
(contohnya untuk merekam lead II panjang pada kasus aritmia)
7. Kalibrasi kertas EKG dengan ecepatan perekaman standar 25 mm/detik dan voltase
10 mm/milivolt (skala 1)
8. Rekam EKG dan hasil akan tampak pada kertas EKG. Lakukan interpretasi hasil
EKG tersebut
9. Lepas semua leaddan bersihkan sisa pasta EKG dengan kapas beralkohol
D. INTERPRETASI EKG
Sejak ditemukan beberapa abad yang lalu, EKG menjadi salah satu prosedur klinis
yang banyak digunakan. Sekitar tahun 1950-an, penemuan EKG elektronik
mempermudah penggunaan EKG. Hal ini juga ditunjang oleh perkembangan dunia
digital. Seiring perkembangannya, dibentuk kesepakatan mengenai definisi berbagai
gelombang dan pengukuran serta kriteria klasifikasi dan terminologi pada
penggunaan EKG yang diinterpretasi digital (atau interpretasi EKG digital). Upaya
20
untuk mencapai kesepakatan ini belum membuahkan hasil karena belum ada
kesepakatan tentang interpretasi EKG digital yang belum sepenuhnya didapat.
Sumber: Glenlarson, Wikimedia commons.
Aspek Teknis
Beberapa aspek teknis perlu dipahami sebelum mengambil kesimpulan berdasarkan
interpretasi EKG digital, yakni:
Proses pengolahan sinyal termasuk akuisisi, konversi sinyal digital dari sinyal
analog dan penyaringan kebisingan (filter noice) memegang peran penting.
Penyaringan dan pengolahan sinyal yang benar akan mempengaruhi hasil
interpretasi pemeriksaan.
Perekaman EKG seringnya dilakukan secara bersamaan pada banyak sadapan.
Interpretasi semua gelombang secara bersamaan tanpa mempertimbangkan
gelombang prematur akan diinterpretasi sebagai rata-rata semua gelombang.
21
Pengenalan masing-masing gelombang (misalnya gelombang P, kompleks QRS dan
gelombang T) secara bersamaan dengan bertumpang tindih dan penyesuaian
menghasilkan interpretasi yang berbeda dibanding interpretasi masing-masing
gelombang secara terpisah pada masing-masing sadapan.
Aspek Praktis
Pemeriksaan EKG adalah pemeriksaan non invasif yang banyak digunakan dalam
kegawatdaruratan jantung. Tujuan pemeriksaan EKG adalah memberikan masukan
pada pasien tenaga kesehatan untuk dapat mengambil keputusan diagnosis dan tata
laksana pada pasien. Namun, kesalahan pada interpretasi EKG juga dapat
menghasilkan efek yang tidak diingikan pada pasien. Diperkirakan sekitar 10000
kematian dapat dicegah dengan pemeriksaan EKG dan interpretasi yang tepat.
Interpretasi EKG digital menurunkan waktu yang dibutuhkan untuk analisis hasil
EKG sebanyak 24-28%.[3] Selain itu, interpretasi EKG digital juga memungkinkan
untuk menyimpan hasil EKG sebelumnya sehingga dpat dilakukan perbandingan
hasil EKG serial secara langsung. Hal ini akan memperbaiki keakuratan interpretasi
pada pasien-pasien sindrom koroner akut misalnya. Interpretasi EKG digital
membantu klinisi untuk mengambil keputusan pada pasien, namun bila interpretasi
yang dilakukan tidak tepat juga akan menyebabkan kegagalan memberikan terapi
pada pasien.
Interpretasi EKG secara visual oleh klinisi, seperti yang banyak dilakukan saat ini
juga memiliki banyak kekurangan. Sebagian besar klinisi tidak mempunyai
kepercayaan diri untuk melakukan interpretasi EKG. Latihan berulang adalah cara
yang dibutuhkan untuk meningkatkan kemampuan klinisi dalam menginterpretasi
EKG.
Elektrokardiogram atau yang biasa kita sebut dengan EKG merupakan rekaman aktifitas
kelistrikan jantung yang ditimbulkan oleh sistem eksitasi dan konduktif khusus.
Beberapa tujuan dari penggunaan EKG adalah :
1. Untuk mengetahui adanya kelainan-kelainan irama jantung/disritmia
2. Kelainan-kelainan otot jantung
3. Pengaruh/efek obat-obat jantung
4. Ganguan -gangguan elektrolit
5. Perikarditis
6. Memperkirakan adanya pembesaran jantung/hipertropi atrium dan ventrikel
7. Menilai fungsi pacu jantung.
23
Pemeriksaan EKG adalah pemeriksaan non invasif, murah dan mudah
digunakan yang banyak digunakan untuk pemeriksaan jantung.
Metode interpretasi EKG yang banyak digunakan saat ini adalah metode visual
oleh dokter yang terlatih.
Belum ada algoritma yang disepakati bersama yang dipakai untuk interpretasi
EKG digital.
24
DAFTAR PUSTAKA
25