Dosen Pengampu :
Fela Putri Hariastuti, SST
OLEH KELOMPOK 1 :
1. Ayu Eka Wahyuni
2. Dwiky septiana
3. Siti Rohmayatul Hidayah
4. Sumarsih
5. Umaiyah Galowati
i
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb
Rasa syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu Fela Putri Hariastuti,
SST selaku dosen pembimbing dalam pembuatan makalah ini.
Makalah ini di buat untuk memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan
IV ( Patologi ) agar dapat bermanfaat bagi semua pembaca termasuk kami sebagai
penyusun. Kami sadar makalah ini mempunyai banyak kekurangan, Kami akan
menerima semua kritik dan saran yang membangun.
Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi yang membacanya.
Wassalamualaikum wr.wb
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 1
1.1.................................................................................................................Latar
Belakang................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN............................................................................. 2
3.1. Kesimpulan...........................................................................................
3.2. Saran......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
(keyakinan yang salah) dan halusinasi (persepsi tanpa ada rangsang
pancaindra).
Paranoid
Paranoid dilain pihak adalah jenis yang sudah lebih lanjut ditandai
dengan halusinasi, yaitu persepsi palsu dan kecurigaan yang sangat kuat,
pola berfikir makin kacau dan tingkah laku makin tidak normal.
3
Menolak kehamilan.
Mengidam.
2. Triwulan II
Kehamilan nyata.
Adaptasi dengan kenyataan.
Perut bertambah besar.
Gerakan janin.
3. Triwulan III
Timbul gejolak baru menghadapi persalinan
Perasaan bertanggung jawab
Golongan ibu yang mungkin merasa takut.
Ibu yang mempunyai riwayat/pengalaman buruk pada persalinan yang
lalu.
Multipara agak berumur.
Primigravida yang mendengar tentang pengalaman ngeri dan
menakutkan dari teman-teman lain.
4
berulang. Wanita lain yang memerlukan terapi adalah mereka yang
mengalami gangguan emosi yang berkembang selama kehamilan. Obat
psikotoprika tersebut antara lain :
Antidepresan
Depresi berat memerlukan terapi dan pada sebagian besar kasus,
manfaat terapi melabihi risikonya. Antidepresan trisiklik seperti
amitriptilin, doksepin, imipramin, dan nortriptilin sering digunakan
untuk gangguan-gangguan depresif. Efek samping pada ibu adalah
hipotensi ortostatik dan konstipasi. Sedasi juga sering terjadi, sehingga
obat golongan ini sangat bermanfaat bagi masalah tidur yang berkaitan
dengan depresi. Inhibitor monoamin oksidase (MAOI) adalah
antidepresan yang sangat efektif yang semakin jarang digunakan karena
menyebabkan hipotensi ortostatik. Pengalaman dengan inibitor selektif
ambilan ulang serotonin (selective serotonin reuptake inhibitors, SSRI),
termasuk fluoksetin dan sertralin, menyebabkan obat golongan ini
menjadi terapi primer bagi sebagian besar penyakit depresi. Obat-obat
ini tidak menimbulkan hipotensi ortostatik atau sedasi sehingga lebih
disukai daripada antidepresan lain.
Antipsikotik
Wanita dengan sindrom-sindrom kejiwaan yang berat seperti
skizofrenia, gangguan skizoafektif, atau gangguan bipolar sangat
mungkin memerlukan terapi antipsikotik selama kehamilan.
Antipsikotik tipikal adalah golongan antagonis dopamine. Klozapin
adalah satu-satunya antipsikotik atipikal yang tersedia, dan obat ini
memiliki kerja yang berbeda tetapi tidak diketahui. Potensi dan efek
samping berbagai antipsikotik berbeda-beda. Obat-obat yang
berpotensi lebih rendah, klorpromazin dan tioridazin, memiliki efek
antikolinergik yang lebih besar serta bersifat sedatif.
Litium
Keamanan litium selama kehamilan masih diperbebatkan. Selain
kekhawatiran tantang teratogenesitas, juga perlu dipertimbangkan
5
indeks terapetiknya yang sempit. Pernah dilaporkan toksisitas litium
pada neonatus yang mendapat ASI
Benzidiazepin
Obat golongan ini mungkin diperlukan selama kehamilan bagi
wanita dengan gangguan cemas yang parah atau untuk pasien psikotik
yang agitatif atau mengamuk. Diazepam mungkin menyebabkan
depresi neurologis berkepanjangan pada neonatus apabila pemberian
dilakukan dekat dengan kelahiran.
Terapi Kejut Listrik (Elektroconvulsive Therapy, ECT)
Terapi dengan kejutan listrik untuk depresi selama kehamilan
kadang-kadang diperlukan pada pasien dengan gangguan mood mayor
yang parah dan tidak berespon terhadap terapi farmakologis. Hasil
diperoleh dengan menjalani 11 kali terapi dari umur kehamilan 23-31
minggu. Mereka menggunakan tiamilal dan suksinilkolin, intubasi, dan
ventilasi bantuan setiap kali terapi. Mereka mendapatkan bahwa kadar
epinefrin, norepinefrin, dan dopamine plasma meningkat 2-3 kali lipat
dalam beberapa menit kejutan listrik. Walaupun demikian, rekaman
frekuensi denyut jantung janin serta frekuensi jantung, tekanan darah,
dan saturasi oksigen ibu tetap normal. Miller (1994) mengkaji 300
laporan kasus terapi kejut listrik selama kehamilan mendapatkan bahwa
penyulit terjadi pada 10%. Penyulit-penyulit tersebut antara lain adalah
aritmia transien jinak pada bayi, perdarahan pervaginam ringan, nyeri
abdomen, dan kontraksi uterus yang swasirna. Wanita yang kurang
dipersiapkan juga berisiko lebih besar mengalami aspirasi, kompresi
aortokava, dan alkalosis respiratorik. Langkah-langkah pengkajian
penting adalah pengkajian servik, penghentian obat antikolinergik yang
tidak esensial, pemantauan frekuensi denyut jantung janin dan uterus,
hidrasi intravena, pemberian antasida cair, dan pasien dobaringkan
miring kiri. Selama prosedur, hindari hiperventilasi berlebihan dan
jalan napas harus dilindungi.
6
2.7 Penatalaksanaan
Pengobatan etiologik harus sedini mungkin dan di samping faal otak
dibantu agar tidak terjadi kerusakan otak yang menetap.
Peredaran darah harus diperhatikan (nadi, jantung dan tekanan darah), bila
perlu diberi stimulansia.
Pemberian cairan harus cukup, sebab tidak jarang terjadi dehidrasi. Hati-
hati dengan sedativa dan narkotika (barbiturat, morfin) sebab kadang-
kadang tidak menolong, tetapi dapat menimbulkan efek paradoksal, yaitu
klien tidak menjadi tenang, tetapi bertambah gelisah.
Klien harus dijaga terus, lebih-lebih bila ia sangat gelisah, sebab berbahaya
untuk dirinya sendiri (jatuh, lari dan loncat keluar dari jendela dan
sebagainya) ataupun untuk orang lain.
Dicoba menenangkan klien dengan kata-kata (biarpun kesadarannya
menurun) atau dengan kompres es. Klien mungkin lebih tenang bila ia
dapat melihat orang atau barang yang ia kenal dari rumah. Sebaiknya
kamar jangan terlalu gelap , klien tidak tahan terlalu diisolasi.
Terdapat gejala psikiatrik bila sangat mengganggu
7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Psikosa adalah suatu gangguan jiwa dengan kehilangan rasa kenyataan
(sense of reality).
Menninger telah menyebutkan lima sindroma klasik yang menyertai
sebagian besar pola psikotik:
1. Perasan sedih, bersalah dan tidak mampu yang mendalam
2. Keadaan terangsang yang tidak menentu dan tidak terorganisasi, disertai
pembicaraan dan motorik yang berlebihan
3. Regresi ke otisme manerisme pembicaran dan perilaku, isi pikiran yanng
berlawanan, acuh tak acuh terhadap harapan sosial.
4. Preokupasi yang berwaham, disertai kecurigaan, kecendrungan membela
diri atau rasa kebesaran
5. Keadaan bingung dan delirium dengan disorientasi dan halusinasi.
8
2. Trimester II
3. Trimester III
Penatalaksanaan
Pengobatan etiologik harus sedini mungkin dan di samping faal otak
dibantu agar tidak terjadi kerusakan otak yang menetap.
Peredaran darah harus diperhatikan (nadi, jantung dan tekanan darah),
bila perlu diberi stimulansia.
Pemberian cairan harus cukup, sebab tidak jarang terjadi dehidrasi. Hati-
hati dengan sedativa dan narkotika (barbiturat, morfin) sebab kadang-
kadang tidak menolong, tetapi dapat menimbulkan efek paradoksal, yaitu
klien tidak menjadi tenang, tetapi bertambah gelisah.
Klien harus dijaga terus, lebih-lebih bila ia sangat gelisah, sebab
berbahaya untuk dirinya sendiri (jatuh, lari dan loncat keluar dari jendela
dan sebagainya) ataupun untuk orang lain.
Dicoba menenangkan klien dengan kata-kata (biarpun kesadarannya
menurun) atau dengan kompres es. Klien mungkin lebih tenang bila ia
9
dapat melihat orang atau barang yang ia kenal dari rumah. Sebaiknya
kamar jangan terlalu gelap , klien tidak tahan terlalu diisolasi.
Terdapat gejala psikiatrik bila sangat mengganggu
3.2 Saran
Bagi tenaga kesehatan hendaknya memberikan penanganan yang tepat
jika menghadapi pasien dengan gangguan psikologis pada ibu hamil, karena
jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat akan berakibat buruk bagi janin
maupun ibu.
Bagi masyarakat dan keluarga hendaknya segera membawa anggota
keluarga yang menderita gangguan psikis pada waktu hamil agar segera
mendapatkan penanganan yang tepat dari tenaga kesehatan.
Bagi pembaca supaya bisa menambah wawasan mengenai gangguan
psikologis pada masa hamil.
10