Anda di halaman 1dari 13

ASUHAN KEBIDANAN NIFAS DAN MENYUSUI

Penyimpangan Psikologis Pada Ibu Nifas dan Menyusui Serta

Peran Bidan dalam Penyimpangan tersebut

Oleh :

Nama : Yusi nahaarika wulandari

NIM : PO7224222 2174

Dosen Pengampu :

DARWITRI.SST.,M.Keb

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES TANJUNG PINANG

PRODI DIII KEBIDANAN

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadurat atas kehadiran Tuhan yang maha esa
atas berkat rahmat,karunia serta hidayah nya saya dapat menyelesaikan makalah
tentang Penyimpangan Psikologis Pada Ibu Nifas dan Menyusui Serta Peran
Bidan dalam Penyimpangan tersebut, meskipun masih banyak kekurangan di
dalam makalah ini. Dan saya juga berterima kasih kepada ibu Darwitri, SST,
M.Keb selaku salah satu dosen mata kuliah Asuhan Kebidanan Nifas dan
Menyusui yang memberikan tugas ini kepada saya.
Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita terhadadap Konsep gender dalam kesehatan
reproduksi Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu saya berharap
adanya,kritik,saran dan usulan yang membangun guna memperbaiki makalah
yangakan saya buat di masa yang akan datang.
Semoga makalah yang sederhana ini dapat dipahami oleh para pembaca.
Dan juga semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk kedepannya bagi para
pembaca semuanya. Sebelumnya saya mohon maaf yang sebesar besarnya jika ada
kesalahan dalam penyusunan kata. Tak ada yang sempurna di dunia ini kecuali
sang pencipta.

Tanjung Pinang , Agustus 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................................................................. 1


1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................ 1
1.3 Tujuan........................................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Post Partum Psikosis .................................................................................................... 2


2.2 Kesedihan dan Duka Cita (Proses Griefing) ................................................................ 3
2.3 Faktor yang Mempengaruhi Nifas dan Menyusui ........................................................ 5

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan................................................................................................................... 9
3.2 Saran ............................................................................................................................. 9

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masa nifas adalah periode setelah seorang wanita melahirkan bayi, yang biasanya
berlangsung sekitar enam minggu atau 42 hari setelah persalinan. Selama masa nifas,
tubuh ibu mengalami perubahan kembali ke kondisi sebelum kehamilan. Proses ini
melibatkan penyesuaian hormonal, penyembuhan luka jika ada, dan pemulihan fisik
secara umum.Perubahan hormonal yang terjadi selama masa nifas, seperti penurunan
hormon kehamilan seperti estrogen dan progesteron, serta peningkatan hormon yang
merangsang produksi ASI (hormon prolaktin dan oksitosin), memainkan peran
penting dalam pemulihan tubuh ibu. Rahim juga mengalami involusi, yaitu
berkontraksi kembali ke ukuran sebelum kehamilan.

Penting bagi ibu untuk mendapatkan perawatan medis yang memadai selama
masa nifas, termasuk pemantauan kesehatan fisik dan emosional, pemeriksaan luka,
dan dukungan dalam menjalani peran baru sebagai orangtua. Dalam beberapa budaya,
ada praktik-tradisi tertentu yang berkaitan dengan masa nifas, seperti istirahat yang
memadai dan diet khusus untuk mendukung pemulihan ibu.Menyusui adalah proses
memberikan ASI (Air Susu Ibu) kepada bayi sebagai nutrisi utama selama beberapa
bulan pertama kehidupan. ASI adalah makanan yang paling alami dan optimal bagi
bayi, karena mengandung nutrisi penting dan melindungi bayi dari penyakit. ASI juga
mengandung antibodi yang membantu memperkuat sistem kekebalan bayi.Selama
menyusui, hormon prolaktin merangsang produksi ASI oleh kelenjar susu dalam
payudara. Hormon oksitosin merangsang kontraksi pada dinding rahim dan
membantu mengembalikan rahim ke ukuran semula setelah persalinan. Menyusui
juga membantu memperkuat ikatan antara ibu dan bayi.Penting untuk mencatat
bahwa tidak semua ibu mampu atau memilih untuk menyusui, dan itu adalah pilihan
pribadi yang perlu dihormati. Namun, bagi mereka yang memilih menyusui,
dukungan dan edukasi dari tenaga medis, keluarga, dan masyarakat sangat penting
untuk memastikan keberhasilan dan kenyamanan dalam menyusui.

Keduanya, masa nifas dan menyusui, adalah periode penting dalam perjalanan
seorang ibu setelah melahirkan. Pemahaman tentang perubahan fisik, hormonal, serta
dukungan medis dan sosial yang tepat dapat membantu ibu merasa lebih siap dan
nyaman dalam menghadapinya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu post partum psikosis?
2. Apa yang menyebabkan kesedihan dan duka cita?
3. Factor apa saja yang mempengaruhi nifas dan menyusui?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian partum psikosis
2. Mengetahui yang menyebabkan kesedihan dan duka cita
3. Mengetahui factor yang mempengaruhi nifas dan menyusui
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Post Partum Psikosis

Postpartum Psikosis dan Peran Bidan dalam Pengelolaannya


Postpartum psikosis adalah gangguan mental yang jarang terjadi namun serius yang
dapat terjadi pada ibu setelah melahirkan. Gangguan ini ditandai oleh perubahan
psikotik yang mencakup halusinasi, waham, kebingungan, dan perilaku tidak terduga.
Peran bidan dalam pengelolaan postpartum psikosis sangat penting untuk mendeteksi,
merujuk, dan mendukung pemulihan ibu yang mengalami kondisi ini.

Faktor Risiko
Beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan seorang ibu
mengalami postpartum psikosis meliputi riwayat gangguan jiwa sebelumnya, riwayat
gangguan psikotik, stres berat selama kehamilan atau setelah persalinan, kurangnya
dukungan sosial, serta perubahan hormonal yang terjadi setelah melahirkan.

Gejala dan Diagnosis


Gejala postpartum psikosis dapat muncul dalam beberapa hari setelah melahirkan
hingga beberapa minggu pertama pasca persalinan. Gejala yang umum meliputi:

a. Halusinasi: Pengalaman melihat, mendengar, atau merasakan sesuatu yang


tidak nyata.
b. Waham: Keyakinan yang tidak akurat atau tidak rasional, seperti keyakinan
bahwa seseorang mencoba membunuh ibu atau bayi.
c. Perubahan Mood: Perubahan drastis dalam suasana hati, seperti kegembiraan
yang berlebihan atau kemarahan yang tidak masuk akal.
d. Perubahan Pikiran: Pikiran yang terasa kacau atau sulit untuk diikuti.
e. Agitasi: Kondisi gelisah atau cemas yang berlebihan.
f. Gangguan Tidur dan Makan: Pola tidur dan makan yang berubah secara
drastis.

Diagnosis postpartum psikosis biasanya dilakukan oleh tim profesional kesehatan


mental berdasarkan gejala dan riwayat klinis. Penilaian yang cermat dan
pemahaman tentang gejala ini penting untuk mengidentifikasi kondisi ini dengan
cepat.

Peran Bidan
Peran bidan dalam pengelolaan postpartum psikosis sangat penting dalam
merawat dan mendukung ibu yang mengalami kondisi ini. Berikut adalah beberapa
peran kunci bidan dalam pengelolaan postpartum psikosis:

a. Pendeteksian Dini: Bidan memiliki kontak yang intens dengan ibu selama
masa kehamilan dan pasca persalinan. Mereka dapat memantau perubahan
perilaku, suasana hati, dan kondisi mental ibu secara rutin, sehingga dapat
mendeteksi tanda-tanda awal postpartum psikosis.

b. Edukasi dan Informasi: Bidan memiliki peran penting dalam memberikan


edukasi kepada ibu tentang perubahan fisik dan emosional yang mungkin
terjadi setelah melahirkan. Dengan memberikan informasi yang akurat, ibu
dapat lebih siap menghadapi perubahan tersebut dan lebih mungkin untuk
mencari bantuan jika diperlukan.

c. Rujukan yang Tepat: Jika bidan mencurigai adanya gejala postpartum


psikosis, mereka harus segera merujuk ibu ke profesional kesehatan mental
yang kompeten. Rujukan yang cepat dan tepat dapat membantu ibu
mendapatkan perawatan yang sesuai.

d. Dukungan Emosional: Bidan dapat memberikan dukungan emosional kepada


ibu yang mengalami postpartum psikosis, termasuk mendengarkan,
memberikan dorongan, dan mengurangi stigma yang terkait dengan
gangguan mental pasca persalinan.

e. Kolaborasi Tim: Bidan harus bekerja sama dengan profesional kesehatan


mental dan tim medis lainnya dalam merawat ibu yang mengalami
postpartum psikosis. Kolaborasi ini penting untuk memberikan perawatan
yang komprehensif dan terkoordinasi.

2.2 Kesedihan dan Duka Cita (Proses Griefing)

Kesedihan dan duka cita (proses berduka) adalah aspek emosional yang penting dalam
masa nifas (setelah persalinan) dan menyusui. Ini adalah tahap yang bisa dialami oleh
seorang ibu akibat perubahan besar dalam kehidupan dan peran baru sebagai seorang ibu.
Kesedihan dan Duka Cita pada Masa Nifas:

• Setelah melahirkan, seorang ibu mengalami perubahan hormonal yang signifikan,


yang bisa mempengaruhi suasana hatinya.
• Kesedihan bisa muncul karena perubahan fisik, emosional, dan psikologis yang
terjadi setelah persalinan.
• Rasa lelah akibat kurang tidur dan perawatan bayi yang intensif juga dapat
berkontribusi terhadap perasaan sedih.
• Duka cita dapat timbul jika ibu mengalami komplikasi saat persalinan atau jika
ada kehilangan, misalnya, keguguran atau kematian bayi.

Proses Berduka dalam Menyusui:

Menyusui adalah pengalaman penting bagi ibu dan bayi, tetapi juga bisa menjadi
tantangan emosional.
Beberapa ibu mungkin mengalami kesulitan dalam menyusui, seperti payudara sakit,
masalah perlekatan, atau produksi ASI yang tidak mencukupi. Hal ini bisa menimbulkan
perasaan frustrasi dan sedih.

Jika menyusui tidak berjalan sesuai harapan atau jika ibu merasa tertekan oleh tuntutan
yang tinggi, ia bisa merasa duka cita terkait pengalaman menyusui.

Cara Menghadapi Kesedihan dan Duka Cita:

• Penting bagi ibu untuk mengenali perasaan mereka dan mencari dukungan dari
pasangan, keluarga, teman, atau profesional kesehatan mental.
• Berbicara terbuka tentang perasaan dan tantangan yang dihadapi dapat membantu
mengurangi beban emosional.
• Mengatur waktu istirahat dan self-care yang cukup penting untuk pemulihan fisik
dan emosional.
• Jika perasaan sedih atau duka cita berkepanjangan dan mengganggu fungsi
sehari-hari, konsultasikan dengan tenaga medis atau psikolog.

Menghadapi kesedihan dan duka cita dalam masa nifas dan menyusui adalah
bagian alami dari perjalanan menjadi seorang ibu. Penting untuk mengenali bahwa
perasaan ini dapat bervariasi dari satu individu ke individu lainnya. Dukungan sosial,
perawatan diri yang adekuat, dan bantuan profesional dapat membantu ibu mengatasi
tantangan emosional ini dengan lebih baik.

Peran Bidan

Peran bidan sangat penting dalam mendukung dan membantu ibu yang
mengalami kesedihan dan duka cita (proses berduka), terutama dalam konteks masa nifas
dan menyusui. Berikut ini adalah beberapa peran utama yang dimainkan oleh bidan dalam
menghadapi kesedihan dan duka cita:

a. Pendampingan Emosional:Bidan dapat menjadi sumber dukungan


emosional bagi ibu yang sedang mengalami kesedihan dan duka
cita.Mereka mendengarkan dengan empati, memahami perasaan ibu, dan
memberikan ruang bagi ibu untuk berbicara tentang pengalaman dan
perasaannya.
b. Pemberian Informasi:Bidan memberikan informasi yang akurat dan jelas
tentang perubahan emosional yang mungkin terjadi pada ibu pasca
persalinan.Mereka menjelaskan bahwa perasaan kesedihan, perubahan
mood, dan duka cita adalah bagian normal dari pengalaman menjadi ibu.
c. Pendidikan tentang Proses Grieving:Bidan dapat mengedukasi ibu
tentang tahapan proses berduka dan membantu ibu mengenali tanda-
tanda kapan perlu mencari bantuan lebih lanjut.
d. Penilaian dan Pemantauan Kesehatan Mental:Bidan memantau kesehatan
mental ibu secara rutin selama masa nifas dan menyusui.Jika bidan
mendeteksi tanda-tanda gangguan mental atau depresi postpartum yang
lebih serius, mereka bisa merujuk ibu kepada ahli kesehatan mental yang
lebih berpengalaman.
e. Rekomendasi Dukungan Tambahan:Jika diperlukan, bidan bisa
memberikan rekomendasi untuk kelompok dukungan ibu, terapis, atau
konselor yang dapat membantu ibu mengatasi kesedihan dan duka cita.
f. Pendidikan tentang Self-Care:Bidan mengedukasi ibu tentang pentingnya
menjaga kesehatan fisik dan emosional, termasuk tidur yang cukup,
makan sehat, bergerak, dan beristirahat.
g. Penghubung dengan Jaringan Dukungan Sosial:Bidan membantu ibu
menghubungkan dengan jaringan dukungan sosial, seperti keluarga,
teman, atau kelompok dukungan ibu lainnya.
h. Pengingat Pentingnya Menerima Dukungan:Bidan mengingatkan ibu
bahwa menerima dukungan dari orang-orang terdekatnya adalah tindakan
kuat dan penting dalam menghadapi kesedihan dan duka cita.

Dalam keseluruhan, bidan memiliki peran sentral dalam mendukung kesejahteraan


emosional ibu selama masa nifas dan menyusui. Mereka membantu ibu merasa didengar,
dimengerti, dan didukung selama perjalanan yang kadang-kadang penuh tantangan ini

2.3 Faktor yang Mempengaruhi Nifas dan Menyusui

A. Faktor yang Mempengaruhi Nifas

Nifas, atau periode pascapartum, adalah periode setelah seorang wanita


melahirkan bayi di mana tubuhnya mengalami perubahan kembali ke keadaan
sebelumnya sebelum kehamilan. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi nifas,
termasuk:

a. Kesehatan Ibu Sebelum dan Selama Kehamilan: Kesehatan ibu selama kehamilan
dapat mempengaruhi proses nifas. Jika ibu memiliki kondisi medis tertentu atau
mengalami komplikasi selama kehamilan, ini dapat mempengaruhi pemulihan
pasca persalinan.
b. Pentingnya Persalinan: Persalinan yang normal dan kurang berkomplikasi
biasanya memiliki dampak yang lebih ringan pada tubuh ibu selama nifas.
Namun, persalinan yang rumit atau memerlukan intervensi medis mungkin
membutuhkan waktu pemulihan yang lebih lama.
c. Pemulihan Fisik: Pemulihan fisik setelah persalinan melibatkan penyesuaian
tubuh kembali ke kondisi sebelumnya. Faktor seperti perubahan berat badan,
regenerasi jaringan, dan penyembuhan luka (seperti jahitan episiotomi atau
caesar) dapat mempengaruhi durasi dan kenyamanan nifas.
d. Polanya Menyusui: Jika ibu menyusui, hal ini dapat mempengaruhi nifasnya.
Menyusui memicu pelepasan hormon oksitosin yang membantu rahim
berkontraksi kembali ke ukuran semula. Namun, menyusui juga bisa membuat
ibu merasa lebih lelah atau mengalami ketidaknyamanan fisik.
e. Asupan Nutrisi: Kebutuhan nutrisi meningkat selama nifas karena tubuh ibu perlu
memulihkan diri dan mendukung produksi ASI. Asupan makanan yang seimbang
dan adekuat dapat mempengaruhi kecepatan pemulihan.
f. Aktivitas Fisik: Aktivitas fisik yang terkontrol dan sesuai dengan kondisi ibu
sangat penting selama nifas. Aktivitas fisik yang ringan dapat membantu
merangsang peredaran darah, mengurangi risiko pembekuan darah, dan
membantu pemulihan fisik.
g. Faktor Emosional dan Psikologis: Perubahan hormonal dan peran baru sebagai
orangtua dapat mempengaruhi kesejahteraan emosional ibu selama nifas.
Dukungan sosial, dukungan dari pasangan, dan perawatan diri yang baik dapat
membantu mengurangi stres dan meningkatkan kesejahteraan mental.
h. Kondisi Lingkungan: Lingkungan tempat tinggal dan kondisi sosial juga dapat
memainkan peran. Akses terhadap perawatan medis yang baik, lingkungan yang
nyaman, dan dukungan dari anggota keluarga dan teman dapat mempengaruhi
pengalaman nifas.

B. Faktor yang Mempengaruhi Menyusui/Laktasi

Berbagai faktor dapat mempengaruhi kemampuan dan pengalaman menyusui ibu.


Beberapa faktor tersebut meliputi:

a. Persiapan dan Pengetahuan: Pengetahuan yang memadai tentang manfaat dan


teknik menyusui sangat penting. Ibu yang telah mempersiapkan diri dengan
informasi tentang posisi menyusui yang benar, cara mengetahui apakah bayi telah
kenyang, dan cara mengatasi masalah umum dalam menyusui, biasanya lebih
sukses dalam menyusui.
b. Dukungan Sosial: Dukungan dari pasangan, keluarga, dan teman-teman dapat
berpengaruh besar terhadap keberhasilan menyusui. Lingkungan yang
mendukung dan memahami pentingnya menyusui dapat membantu mengatasi
tantangan yang mungkin muncul.
c. Pendidikan dan Pelayanan Kesehatan: Dukungan dan edukasi dari tenaga medis,
seperti bidan, dokter, atau konselor menyusui, dapat membantu ibu merasa lebih
percaya diri dan siap dalam proses menyusui.
d. Keadaan Kesehatan Ibu: Kesehatan fisik dan mental ibu dapat mempengaruhi
produksi ASI dan kemampuan menyusui. Kekurangan nutrisi atau dehidrasi dapat
memengaruhi produksi ASI. Kesehatan mental yang baik juga penting, karena
stres dan kecemasan dapat mempengaruhi produksi hormon yang diperlukan
untuk menyusui.
e. Posisi dan Posisi Menyusui: Posisi yang benar saat menyusui dapat memengaruhi
kenyamanan ibu dan efisiensi bayi dalam menghisap. Posisi yang salah dapat
menyebabkan masalah pada puting atau merasa tidak nyaman.
f. Stimulasi dan Frekuensi Menyusui: Semakin sering bayi menyusu, semakin
banyak ASI diproduksi oleh ibu. Menyusui pada permintaan (on-demand)
membantu menjaga produksi ASI yang cukup.
g. Teknik Menyusui: Teknik menghisap yang benar sangat penting. Jika bayi tidak
terpasang dengan baik atau tidak bisa menghisap dengan benar, itu dapat
menyebabkan masalah seperti lecet pada puting atau produksi ASI yang tidak
efektif.
h. Masalah Kesehatan pada Bayi: Beberapa bayi mungkin mengalami kesulitan
dalam menghisap karena masalah medis seperti celah palatum atau lidah terbelah.
Dalam beberapa kasus, bantuan medis mungkin diperlukan untuk membantu bayi
menyusu dengan baik.
i. Medikasi: Beberapa obat atau zat tertentu dapat mempengaruhi produksi ASI
atau kesehatan bayi. Penting untuk berkonsultasi dengan tenaga medis sebelum
mengonsumsi obat selama menyusui.
j. Rasa Percaya Diri: Percaya diri dalam kemampuan menyusui dapat memiliki
dampak positif pada produksi ASI dan kenyamanan ibu selama proses menyusui.
k. Kondisi Lingkungan: Lingkungan di sekitar ibu, seperti tempat yang nyaman dan
tenang untuk menyusui, juga dapat mempengaruhi kenyamanan menyusui.

Setiap ibu dan bayi unik, jadi pengalaman menyusui dapat berbeda-beda. Jika ibu
mengalami masalah atau kesulitan dalam menyusui, penting untuk mencari bantuan dari
tenaga medis atau konselor menyusui yang berpengalaman.

C. Peran Bidan pada masa Nifas dan Menyusui

Peran bidan sangat penting selama masa nifas (periode pasca persalinan) dan menyusui
dalam memberikan perawatan dan dukungan kepada ibu dan bayi. Berikut adalah peran-
peran utama yang dimainkan oleh bidan pada masa nifas dan menyusui:

Masa Nifas (Pasca Persalinan):

1. Pemantauan Kesehatan Ibu: Bidan memantau kondisi kesehatan ibu pasca


persalinan, termasuk tekanan darah, denyut nadi, suhu tubuh, serta penyembuhan
luka jika ada.

2. Perawatan Luka: Bidan merawat dan memantau luka-luka yang mungkin muncul
setelah persalinan, seperti luka perineum atau bekas luka caesar.

3. Pencegahan dan Pengenalan Komplikasi: Bidan memiliki pengetahuan untuk


mengenali tanda-tanda komplikasi yang mungkin timbul selama masa nifas, baik
pada ibu maupun bayi.

4. Pemberian Dukungan Emosional: Masa nifas bisa menjadi waktu yang


emosional, dan bidan memberikan dukungan emosional serta panduan untuk
menjaga kesejahteraan mental ibu.

5. Asuhan Menyusui Awal: Bidan memberikan dukungan awal dalam menyusui,


membantu ibu menemukan posisi yang nyaman, memastikan bayi terpasang
dengan benar, dan memberikan nasihat tentang teknik menyusui.

6. Pendidikan dan Konseling: Bidan memberikan edukasi tentang perawatan diri


pasca persalinan, nutrisi yang tepat, olahraga ringan, serta memberikan informasi
tentang kontrasepsi pascapartum dan perencanaan keluarga.

Menyusui:
1. Pendidikan tentang Menyusui: Bidan memberikan edukasi kepada ibu tentang
manfaat menyusui, teknik penghisapan yang benar, dan tanda-tanda bahwa bayi
telah cukup kenyang.

2. Dukungan dalam Menyusui: Bidan memberikan dukungan untuk memastikan


bahwa ibu dapat memberikan ASI dengan sukses. Mereka membantu mengatasi
masalah seperti engorgement, puting lecet, atau kesulitan menghisap pada bayi.

3. Pemantauan Pertumbuhan Bayi: Bidan memantau pertumbuhan dan


perkembangan bayi melalui pemeriksaan fisik dan perhatian terhadap pola makan
serta tanda-tanda kesehatan.

4. Penanganan Masalah Kesehatan pada Bayi: Jika ada masalah kesehatan pada bayi
yang terkait dengan menyusui, bidan memberikan saran dan tindakan yang
diperlukan.

5. Pemberian Dukungan Keluarga: Bidan dapat memberikan edukasi kepada


keluarga tentang pentingnya dukungan dalam menyusui, membangun
pemahaman tentang manfaat ASI, dan merencanakan lingkungan yang
mendukung menyusui.

6. Pengenalan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI): Saat bayi mencapai usia yang
tepat, bidan juga dapat memberikan informasi tentang pengenalan makanan
pendamping ASI (MP-ASI).

Dalam kedua periode ini, peran bidan adalah untuk memberikan perawatan holistik,
mendukung ibu dalam menjalani proses pemulihan dan menyusui dengan baik, serta
memberikan edukasi dan dukungan untuk memastikan kesejahteraan ibu dan bayi.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dalam konteks asuhan kebidanan pada masa nifas dan menyusui, isu psikosis
menjadi salah satu aspek penting yang perlu mendapat perhatian serius. Psikosis
pascapartum adalah kondisi serius yang dapat memengaruhi ibu setelah melahirkan.
Meskipun jarang terjadi, dampaknya bisa sangat merugikan bagi ibu, bayi, serta keluarga
secara keseluruhan. Penting untuk memahami tanda-tanda awal psikosis pascapartum dan
melibatkan tim medis dalam pengelolaannya.Psikosis pascapartum dapat mencakup
gejala seperti gangguan pikiran, perasaan paranoid, gangguan tidur, kebingungan, atau
bahkan pemikiran mengenai bahaya terhadap diri sendiri atau bayi. Pengenalan dini dan
intervensi medis yang tepat sangat penting dalam memastikan keamanan dan
kesejahteraan ibu dan bayi.

Sarana dukungan keluarga dan sosial menjadi faktor kunci dalam membantu ibu
yang mengalami psikosis pascapartum. Pengetahuan dan pemahaman keluarga tentang
kondisi ini dapat membantu mengidentifikasi tanda-tanda perubahan perilaku dan
membantu dalam mencari bantuan medis sesegera mungkin.Penting juga untuk
meningkatkan kesadaran dalam masyarakat dan di kalangan petugas kesehatan tentang
psikosis pascapartum, sehingga diagnosis dan penanganan dapat dilakukan dengan lebih
efektif. Memberikan dukungan emosional, edukasi, serta perawatan yang tepat adalah
langkah penting dalam membantu ibu yang mengalami psikosis pascapartum dalam
mengatasi kondisi ini dengan baik.Secara keseluruhan, penanganan psikosis pascapartum
adalah bagian integral dari asuhan kebidanan yang komprehensif pada masa nifas dan
menyusui. Dengan pendekatan yang holistik, kolaborasi tim medis, dukungan keluarga,
serta pendidikan yang tepat, kita dapat membantu ibu yang mengalami psikosis
pascapartum untuk pulih dan meraih kesejahteraan mental yang optimal.

3.2 Saran

Setiap jenis gangguan psikologis pada ibu nifas memiliki penanganan yang
berbeda pula disesuaikan dengan keadaan yang dialami oleh ibu nifas. Pengelolaan
kecemasan dengan baik dari masa kehamilan akan memberikan dampak yang baik pula
terhadap masa persalinan dan nifas sehingga depresi berkelanjukan pada masa nifas dapat
terhindari. Pengawasan kita sebagai tenaga kesehatan terutama bidan sangat di harapkan
untuk mendeteksi dini gejala-gejala kecemasan dari masa kehamilan persalinan dan nifas.
DAFTAR PUSTAKA

Warnaliza, Desi, dkk. 2014. Buku Ajar Asuhan kebidanan Nifas. Yogyakarta

Bina Sarwono, Prawirohardjo, Maternal Dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka:


Jakarta, 2002

Wahyuni, E. Bahan Ajar Kebidanan: Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui


2018.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 5. Ambarawati, Eny Ratna dan


Wulandari. Diah. 2010.

Asuhan Kebidanan Nitas, Yogyakarta: Nuha Medika 6. Mansur, Herawati. 2009.

Psikologi Ibu dan Anak untuk Kebidanan. Jakarta: Penerbit Salemba Medika. 7.
Suhemi et al. 2008.

Perawatan Masa Nifis, Yogyakarata: Fitramala, Nuha Medika

Anda mungkin juga menyukai