Oleh :
Dosen Pengampu :
DARWITRI.SST.,M.Keb
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadurat atas kehadiran Tuhan yang maha esa
atas berkat rahmat,karunia serta hidayah nya saya dapat menyelesaikan makalah
tentang Penyimpangan Psikologis Pada Ibu Nifas dan Menyusui Serta Peran
Bidan dalam Penyimpangan tersebut, meskipun masih banyak kekurangan di
dalam makalah ini. Dan saya juga berterima kasih kepada ibu Darwitri, SST,
M.Keb selaku salah satu dosen mata kuliah Asuhan Kebidanan Nifas dan
Menyusui yang memberikan tugas ini kepada saya.
Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita terhadadap Konsep gender dalam kesehatan
reproduksi Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu saya berharap
adanya,kritik,saran dan usulan yang membangun guna memperbaiki makalah
yangakan saya buat di masa yang akan datang.
Semoga makalah yang sederhana ini dapat dipahami oleh para pembaca.
Dan juga semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk kedepannya bagi para
pembaca semuanya. Sebelumnya saya mohon maaf yang sebesar besarnya jika ada
kesalahan dalam penyusunan kata. Tak ada yang sempurna di dunia ini kecuali
sang pencipta.
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan................................................................................................................... 9
3.2 Saran ............................................................................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Penting bagi ibu untuk mendapatkan perawatan medis yang memadai selama
masa nifas, termasuk pemantauan kesehatan fisik dan emosional, pemeriksaan luka,
dan dukungan dalam menjalani peran baru sebagai orangtua. Dalam beberapa budaya,
ada praktik-tradisi tertentu yang berkaitan dengan masa nifas, seperti istirahat yang
memadai dan diet khusus untuk mendukung pemulihan ibu.Menyusui adalah proses
memberikan ASI (Air Susu Ibu) kepada bayi sebagai nutrisi utama selama beberapa
bulan pertama kehidupan. ASI adalah makanan yang paling alami dan optimal bagi
bayi, karena mengandung nutrisi penting dan melindungi bayi dari penyakit. ASI juga
mengandung antibodi yang membantu memperkuat sistem kekebalan bayi.Selama
menyusui, hormon prolaktin merangsang produksi ASI oleh kelenjar susu dalam
payudara. Hormon oksitosin merangsang kontraksi pada dinding rahim dan
membantu mengembalikan rahim ke ukuran semula setelah persalinan. Menyusui
juga membantu memperkuat ikatan antara ibu dan bayi.Penting untuk mencatat
bahwa tidak semua ibu mampu atau memilih untuk menyusui, dan itu adalah pilihan
pribadi yang perlu dihormati. Namun, bagi mereka yang memilih menyusui,
dukungan dan edukasi dari tenaga medis, keluarga, dan masyarakat sangat penting
untuk memastikan keberhasilan dan kenyamanan dalam menyusui.
Keduanya, masa nifas dan menyusui, adalah periode penting dalam perjalanan
seorang ibu setelah melahirkan. Pemahaman tentang perubahan fisik, hormonal, serta
dukungan medis dan sosial yang tepat dapat membantu ibu merasa lebih siap dan
nyaman dalam menghadapinya.
PEMBAHASAN
2.1 Post Partum Psikosis
Faktor Risiko
Beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan seorang ibu
mengalami postpartum psikosis meliputi riwayat gangguan jiwa sebelumnya, riwayat
gangguan psikotik, stres berat selama kehamilan atau setelah persalinan, kurangnya
dukungan sosial, serta perubahan hormonal yang terjadi setelah melahirkan.
Peran Bidan
Peran bidan dalam pengelolaan postpartum psikosis sangat penting dalam
merawat dan mendukung ibu yang mengalami kondisi ini. Berikut adalah beberapa
peran kunci bidan dalam pengelolaan postpartum psikosis:
a. Pendeteksian Dini: Bidan memiliki kontak yang intens dengan ibu selama
masa kehamilan dan pasca persalinan. Mereka dapat memantau perubahan
perilaku, suasana hati, dan kondisi mental ibu secara rutin, sehingga dapat
mendeteksi tanda-tanda awal postpartum psikosis.
Kesedihan dan duka cita (proses berduka) adalah aspek emosional yang penting dalam
masa nifas (setelah persalinan) dan menyusui. Ini adalah tahap yang bisa dialami oleh
seorang ibu akibat perubahan besar dalam kehidupan dan peran baru sebagai seorang ibu.
Kesedihan dan Duka Cita pada Masa Nifas:
Menyusui adalah pengalaman penting bagi ibu dan bayi, tetapi juga bisa menjadi
tantangan emosional.
Beberapa ibu mungkin mengalami kesulitan dalam menyusui, seperti payudara sakit,
masalah perlekatan, atau produksi ASI yang tidak mencukupi. Hal ini bisa menimbulkan
perasaan frustrasi dan sedih.
Jika menyusui tidak berjalan sesuai harapan atau jika ibu merasa tertekan oleh tuntutan
yang tinggi, ia bisa merasa duka cita terkait pengalaman menyusui.
• Penting bagi ibu untuk mengenali perasaan mereka dan mencari dukungan dari
pasangan, keluarga, teman, atau profesional kesehatan mental.
• Berbicara terbuka tentang perasaan dan tantangan yang dihadapi dapat membantu
mengurangi beban emosional.
• Mengatur waktu istirahat dan self-care yang cukup penting untuk pemulihan fisik
dan emosional.
• Jika perasaan sedih atau duka cita berkepanjangan dan mengganggu fungsi
sehari-hari, konsultasikan dengan tenaga medis atau psikolog.
Menghadapi kesedihan dan duka cita dalam masa nifas dan menyusui adalah
bagian alami dari perjalanan menjadi seorang ibu. Penting untuk mengenali bahwa
perasaan ini dapat bervariasi dari satu individu ke individu lainnya. Dukungan sosial,
perawatan diri yang adekuat, dan bantuan profesional dapat membantu ibu mengatasi
tantangan emosional ini dengan lebih baik.
Peran Bidan
Peran bidan sangat penting dalam mendukung dan membantu ibu yang
mengalami kesedihan dan duka cita (proses berduka), terutama dalam konteks masa nifas
dan menyusui. Berikut ini adalah beberapa peran utama yang dimainkan oleh bidan dalam
menghadapi kesedihan dan duka cita:
a. Kesehatan Ibu Sebelum dan Selama Kehamilan: Kesehatan ibu selama kehamilan
dapat mempengaruhi proses nifas. Jika ibu memiliki kondisi medis tertentu atau
mengalami komplikasi selama kehamilan, ini dapat mempengaruhi pemulihan
pasca persalinan.
b. Pentingnya Persalinan: Persalinan yang normal dan kurang berkomplikasi
biasanya memiliki dampak yang lebih ringan pada tubuh ibu selama nifas.
Namun, persalinan yang rumit atau memerlukan intervensi medis mungkin
membutuhkan waktu pemulihan yang lebih lama.
c. Pemulihan Fisik: Pemulihan fisik setelah persalinan melibatkan penyesuaian
tubuh kembali ke kondisi sebelumnya. Faktor seperti perubahan berat badan,
regenerasi jaringan, dan penyembuhan luka (seperti jahitan episiotomi atau
caesar) dapat mempengaruhi durasi dan kenyamanan nifas.
d. Polanya Menyusui: Jika ibu menyusui, hal ini dapat mempengaruhi nifasnya.
Menyusui memicu pelepasan hormon oksitosin yang membantu rahim
berkontraksi kembali ke ukuran semula. Namun, menyusui juga bisa membuat
ibu merasa lebih lelah atau mengalami ketidaknyamanan fisik.
e. Asupan Nutrisi: Kebutuhan nutrisi meningkat selama nifas karena tubuh ibu perlu
memulihkan diri dan mendukung produksi ASI. Asupan makanan yang seimbang
dan adekuat dapat mempengaruhi kecepatan pemulihan.
f. Aktivitas Fisik: Aktivitas fisik yang terkontrol dan sesuai dengan kondisi ibu
sangat penting selama nifas. Aktivitas fisik yang ringan dapat membantu
merangsang peredaran darah, mengurangi risiko pembekuan darah, dan
membantu pemulihan fisik.
g. Faktor Emosional dan Psikologis: Perubahan hormonal dan peran baru sebagai
orangtua dapat mempengaruhi kesejahteraan emosional ibu selama nifas.
Dukungan sosial, dukungan dari pasangan, dan perawatan diri yang baik dapat
membantu mengurangi stres dan meningkatkan kesejahteraan mental.
h. Kondisi Lingkungan: Lingkungan tempat tinggal dan kondisi sosial juga dapat
memainkan peran. Akses terhadap perawatan medis yang baik, lingkungan yang
nyaman, dan dukungan dari anggota keluarga dan teman dapat mempengaruhi
pengalaman nifas.
Setiap ibu dan bayi unik, jadi pengalaman menyusui dapat berbeda-beda. Jika ibu
mengalami masalah atau kesulitan dalam menyusui, penting untuk mencari bantuan dari
tenaga medis atau konselor menyusui yang berpengalaman.
Peran bidan sangat penting selama masa nifas (periode pasca persalinan) dan menyusui
dalam memberikan perawatan dan dukungan kepada ibu dan bayi. Berikut adalah peran-
peran utama yang dimainkan oleh bidan pada masa nifas dan menyusui:
2. Perawatan Luka: Bidan merawat dan memantau luka-luka yang mungkin muncul
setelah persalinan, seperti luka perineum atau bekas luka caesar.
Menyusui:
1. Pendidikan tentang Menyusui: Bidan memberikan edukasi kepada ibu tentang
manfaat menyusui, teknik penghisapan yang benar, dan tanda-tanda bahwa bayi
telah cukup kenyang.
4. Penanganan Masalah Kesehatan pada Bayi: Jika ada masalah kesehatan pada bayi
yang terkait dengan menyusui, bidan memberikan saran dan tindakan yang
diperlukan.
6. Pengenalan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI): Saat bayi mencapai usia yang
tepat, bidan juga dapat memberikan informasi tentang pengenalan makanan
pendamping ASI (MP-ASI).
Dalam kedua periode ini, peran bidan adalah untuk memberikan perawatan holistik,
mendukung ibu dalam menjalani proses pemulihan dan menyusui dengan baik, serta
memberikan edukasi dan dukungan untuk memastikan kesejahteraan ibu dan bayi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam konteks asuhan kebidanan pada masa nifas dan menyusui, isu psikosis
menjadi salah satu aspek penting yang perlu mendapat perhatian serius. Psikosis
pascapartum adalah kondisi serius yang dapat memengaruhi ibu setelah melahirkan.
Meskipun jarang terjadi, dampaknya bisa sangat merugikan bagi ibu, bayi, serta keluarga
secara keseluruhan. Penting untuk memahami tanda-tanda awal psikosis pascapartum dan
melibatkan tim medis dalam pengelolaannya.Psikosis pascapartum dapat mencakup
gejala seperti gangguan pikiran, perasaan paranoid, gangguan tidur, kebingungan, atau
bahkan pemikiran mengenai bahaya terhadap diri sendiri atau bayi. Pengenalan dini dan
intervensi medis yang tepat sangat penting dalam memastikan keamanan dan
kesejahteraan ibu dan bayi.
Sarana dukungan keluarga dan sosial menjadi faktor kunci dalam membantu ibu
yang mengalami psikosis pascapartum. Pengetahuan dan pemahaman keluarga tentang
kondisi ini dapat membantu mengidentifikasi tanda-tanda perubahan perilaku dan
membantu dalam mencari bantuan medis sesegera mungkin.Penting juga untuk
meningkatkan kesadaran dalam masyarakat dan di kalangan petugas kesehatan tentang
psikosis pascapartum, sehingga diagnosis dan penanganan dapat dilakukan dengan lebih
efektif. Memberikan dukungan emosional, edukasi, serta perawatan yang tepat adalah
langkah penting dalam membantu ibu yang mengalami psikosis pascapartum dalam
mengatasi kondisi ini dengan baik.Secara keseluruhan, penanganan psikosis pascapartum
adalah bagian integral dari asuhan kebidanan yang komprehensif pada masa nifas dan
menyusui. Dengan pendekatan yang holistik, kolaborasi tim medis, dukungan keluarga,
serta pendidikan yang tepat, kita dapat membantu ibu yang mengalami psikosis
pascapartum untuk pulih dan meraih kesejahteraan mental yang optimal.
3.2 Saran
Setiap jenis gangguan psikologis pada ibu nifas memiliki penanganan yang
berbeda pula disesuaikan dengan keadaan yang dialami oleh ibu nifas. Pengelolaan
kecemasan dengan baik dari masa kehamilan akan memberikan dampak yang baik pula
terhadap masa persalinan dan nifas sehingga depresi berkelanjukan pada masa nifas dapat
terhindari. Pengawasan kita sebagai tenaga kesehatan terutama bidan sangat di harapkan
untuk mendeteksi dini gejala-gejala kecemasan dari masa kehamilan persalinan dan nifas.
DAFTAR PUSTAKA
Warnaliza, Desi, dkk. 2014. Buku Ajar Asuhan kebidanan Nifas. Yogyakarta
Psikologi Ibu dan Anak untuk Kebidanan. Jakarta: Penerbit Salemba Medika. 7.
Suhemi et al. 2008.