“”
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah
ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa saya mengucapkan terima kasih
terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
pikiran maupun materinya.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca
praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah
ini.
2
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar dan
hamil). Biasanya berlangsung selama lebih kurang 6-8 minggu. Secara psikologi,
adapula ibu yang tidak mengalami hal ini. Agar perubahan psikologi yang dialami
tidak berlebihan, ibu perlu mengetahui tentang hal tentang hal yang lebih lanjut.
menyesuaikan diri menjadi seorang ibu. Ibu biasanya akan mengalami atau
merasakan hal-hal yang baru setelah melahirkan. Beberapa ibu setelah melahirkan
sekitarnya. Ibu akan mulai beradaptasi dengan hal yang baru seperti adanya bayi.
yang normal sehingga ia dapat menilai apakah seorang ibu memerlukan asuhan
khusus dalam masa nifas ini, untuk suatu variasi atau penyimpangan dari
wanita yang menunjukan gejala-gejala psikiatrik, terutama gejala depresi diri ringan
sampai berat serta gejala-gejala neonatus traumatic, antara lain rasa takut yang
berlebihan dalam masa hamil struktur perorangan yang tidak normal sebelumnya,
4
(kandungan) abnormal, riwayat kelahiran mati atau kelahiran cacat, dan riwayat
penyakit lainya.
Biasanya penderita akan sembuh kembali tanpa ada atau dengan pengobatan.
Meskipun demikian, kadang diperlukan terapi oleh ahli penyakit jiwa. Sering pula
perlu diperhatikan yaitu adaptasi psikososial pada masa pasca persalinan. Bagi
keluarga muda, pasca persalinan adalah “awal keluarga baru” sehingga keluarga
dengan hadirnya bayi yang baru lahir. Dorongan serta perhatian anggota keluarga
B. Rumusan Masalah
nifas?
C. Tujuan
masa nifas
BAB II
PEMBAHASAN
5
1. Konsep Dasar
1. Pengertian
13 minggu, trimester kedua 14 minggu (minggu ke-14 hingga ke27), dan trimester ketiga 13
minggu (minggu ke-28 hingga ke-40)
6
2012: 2)
2010:139).
2. Fisiologi Kehamilan
a. Proses Kehamilan
1) Ovulasi
20-35 tahun, hanya 420 buah ovum yang dapat mengikuti proses
7
wanita melepaskan satu sampai dua sel telur dari indung telur
hanya terjadi satu kali setiap bulan, sekitar hari ke-14 pada siklus
2) Spermatozoa
alat genetalia wanita dapat hidup selama tiga hari, sehingga cukup
8
waktu untuk mengadakan konsepsi (Manuaba, 2010:76-77)
3) Pembuahan (Konsepsi/Fertilisasi)
vagina wanita, dimana akan melepaskan cairan mani berisi sel sel
9
zona pelusida.
Massa inner cell ini berkembang menjadi janin dan trofoblas akan
Gambar 2.1
10
Proses Implantasi atau Nidasi
5) Plasentasi
ujung tepi/marginalis.
11
(katiledon) yang diliputi selaput tipis desidua basialis.
oleh amnion.
a) Trimester 1
12
(primitive streak) (Dewi dkk, 2011:73)
dkk, 2011:73)
2011:73)
13
awalnya sampai dengan akhir minggu ke-12 (trimester
2011:74)
b) Trimester II
minggu ke-12.
trimester III.
14
sejak usia gestasi 14 minggu. Gerakan mengisap aktif
pencernaan.
15
fleksi alat-alat gerak, dengan refleks-refleks dasar yang
sangat sederhana.
cairan amnion.
16
(a) Minggu ke-28
26 minggu, rambut kepala makin panjang, kukukuku jari mulai terlihat (Varney, 2007:511).
17
2010:159). Seluruh uterus terisi oleh bayi sehingga
(Saifuddin, 2010:159)
wanita dapat bertambah. Pengalaman yang unik dialami oleh ibu setelah
persalinan. Masa nifas merupakan masa yang rentan dan terbuka untuk bimbingan
dan pembelajaran. Tanggung jawab ibu mulai bertambah. Perubahan mood seperti
sering menangis, lekas marah dan sering sedih atau cepat berubah menjadi senang
merupakan manifestasi dari emosi yang labil. Proses adaptasi berbeda-beda antara
satu ibu dengan yang lain. Pada awal kehamilan ibu beradaptasi menerima bayi
18
dengan kekhawatiran dan kecemasan menghadapi perubahan peran yang sebentar
lagi akan dijalani. Perubahan tubuh yang biasanya terjadi juga dapat mempengaruhi
Gambaran tentang proses persalinan yang diceritakan orang lain dapat menambah
Setelah persalinan yang merupakan pengalaman unik yang dialami ibu, masa nifas
juga merupakan salah satu fase yang memerlukan adaptasi psikologis. Ikatan
antara ibu dan bayi yang sudah lama terbentuk sebelum kelahiran akan semakin
mendorong wanita untuk menjadi ibu yang sebenarnya. Inilah pentingnya rawat
gabung atau rooming in pada ibu nifas agar ibu dapat leluasa menumpahkan segala
kasih sayang kepada bayinya tidak hanya dari segi fisik seperti menyusui,
mengganti popok saja, tapi juga dari segi psikologis seperti menatap, mencium,
Perubahan peran seorang ibu memerlukan adaptasi yang harus dijalani. Tanggung
jawab bertambah dengan hadirnya bayi yang baru lahir. Periode masa nifas
merupakan waktu dimana ibu mengalami stres pasca persalinan, terutama pada ibu
primipara.
Hal-hal yang dapat membantu ibu dalam beradaptasi pada masa nifas adalah
19
sebagai berikut :
1. Fungsi yang mempengaruhi untuk sukses dan lancarnya masa transisi menjadi
orang tua.
4. Harapan, keinginan dan aspirasi ibu saat hamil dan juga melahirkan.
Periode ini diekspresikan oleh Reva Rubin yang terjadi pada tiga tahap berikut ini.
1. Taking in period
Fase taking in yaitu periode ketergantungan. Periode ini berlangsung 1-2 hari
setelah persalinan, ibu masih pasif dan sangat bergantung pada orang lain, fokus
persalinan yang dialami. Ibu akan berulang kali menceritakan proses persalinan
yang dialaminya dari awal sampai akhir. Ketidaknyamanan fisik yang dialami ibu
pada fase ini seperti rasa mules, nyeri pada jahitan, kurang tidur dan kelelahan
Periode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Ibu lebih
terhadap perawatan bayi. Pada masa ini ibu menjadi sangat sensitif seperti mudah
dorongan perawat untuk mengatasi kritikan yang dialami ibu. Kita perlu berhati-hati
20
menjaga komunikasi dengan ibu. Dukungan moril sangat diperlukan untuk
3. Letting go period
menerima tanggung jawab sebagai “seorang ibu” dan menyadari atau merasa
Hal-hal yang harus dapat dipenuhi selama masa nifas adalah sebagai berikut.
1. Fisik
Istirahat, memakan makanan bergizi, sering menghirup udara yang segar, dan
2. Psikologi
Stres setelah persalinan dapat segera distabilkan dengan dukungan dari keluarga
3. Sosial
Menemani ibu bila terlihat kesepian, ikut menyayangi anaknya, menanggapi dan
4. Psikososial
Post partum blues sering juga disebut sebagai maternity blues atau baby blues
21
dimengerti sebagai suatu sindroma gangguan efek ringan yang sering tampak
sekitar 2 hari – 2 minggu sejak kelahiran bayi. Biasanya disebabkan oleh perubahan
perasaan yang dialami ibu saat hamil sehingga sulit menerima kehadiran bayinya.
Perubahan perasaan ini merupakan respon alami terhadap rasa lelah yang
dirasakan. Selain itu, juga karena semua perubahan fisik dan emosional selama
4. Tidak sabar.
8. Mood mudah berubah, cepat menjadi sedih dan cepat pula gembira.
12. Kelelahan.
22
Faktor-faktor penyebab timbulnya post partum blues adalah sebagai berikut:
serta estriol yang terlalu rendah. Kadar estrogen turun secara tajam setelah
melahirkan dan ternyata estrogen memiliki efek supresi aktifitas enzim nonadrenalin maupun
serotin yang berperan dalam suasana hati dan kejadian depresi.
pada wanita pasca melahirkan misalnya, rasa sakit akibat luka jahit atau bengkak
pada payudara.
kehamilan yang tidak diinginkan, status perkawinan, atau riwayat gangguan jiwa
7. Dukungan yang diberikan dari lingkungan, misalnya dari suami, orang tua dan
keluarga.
9. Stres yang dialami oleh wanita itu sendiri misalnya, karena belum bisa
menyusui bayinya atau ASI tidak keluar, frustasi karena bayi tidak mau tidur, rasa
23
10. Kelelahan pasca melahirkan.
11. Ketidaksiapan terhadap perubahan peran yang dialami ibu dan adanya rasa
12. Rasa memiliki bayinya yang terlalu dalam, sehingga timbul rasa takut yang
13. Problem anak setelah kelahiran bayi, kemungkinan timbul rasa cemburu dari
Depresi post partum merupakan tekanan jiwa sesudah melahirkan mungkin seorang
ibu baru akan merasa benar-benar tidak berdaya dan merasa serba kurang mampu,
tertindih oleh beban terhadap tangung jawab terhadap bayi dan keluarganya,tidak
bisa melakukan apapuan untuk menghilangakan perasaan itu. Depresi post partum
dapat berlangsung selama 3 bulan atau lebih dan berkembang menjadi depresi lain
lebih berat atau lebih ringan. Gejalanya sama saja tetapi di samping itu, ibu
ibu.
Walaupun banyak wanita yang mengalami depresi post partum segera setelah
beberapa minggu atau beberapa bulan kemudian. Depresi dapat saja terjadi dalam
kurun waktu enam bulan berikutnya. Depresi post partum mungkin saja
24
Keluhan dan gejala depresi postpartum tidak berbeda dengan yang terdapat pada
2. Sering menangis.
konsentrasi.
7. Phobia, rasa takut yang irasional terhadap suatu benda atau keadaan yang
9. Perasaan bersalah dan putus harapan (hopeless), hingga pikiran mau bunuh
diri.
10. Penurunan atau peningkatan berat badan yang tidak dapat dijelaskan.
sosial dan dukungan keluarga serta teman, kekhawatiran akan bayi yang
25
masalah/perselisihan perkawinan atau keuangan, kehamilan yang tidak diinginkan.
Adapun faktor lain yang dapat mempengaruhi terjadinya neurosa post partum,
antara lain :
1. Biologis. Faktor biologis dijelaskan bahwa depresi post partum sebagai akibat
kadar hormon seperti estrogen, progesteron dan prolaktin yang terlalu tinggi atau
terlalu rendah dalam masa nifas atau mungkin perubahan hormon tersebut terlalu
2. Faktor umur. Sebagian besar masyarakat percaya bahwa saat yang tepat bagi
seorang perempuan untuk melahirkan pada usia antara 20-30 tahun, dan hal ini
mendukung masalah periode yang optimal bagi perawatan bayi oleh seorang ibu.
Faktor usia perempuan yang bersangkutan saat kehamilan dan persalinan seringkali
dikaitkan dengan kesiapan mental perempuan tersebut untuk menjadi seorang ibu.
3. Faktor pengalaman. Depresi pasca persalinan ini lebih banyak ditemukan pada
primipara, mengingat bahwa peran seorang ibu dan segala yang berkaitan dengan
bayinya merupakan situasi yang sama sekali baru bagi dirinya dan dapat
menimbulkan stres.
tekanan sosial dan konflik peran, antara tuntutan sebagai perempuan yang memiliki
dorongan untuk bekerja atau melakukan aktifitasnya diluar rumah dengan peran
mereka sebagai ibu rumah tangga dan orang tua dari anak-anak mereka.
5. Faktor selama proses persalinan. Hal ini mencakup lamanya persalinan, serta
26
intervensi medis yang digunakan selama proses pesalinan. Diduga semakin besar
trauma fisik yang ditimbulkan pada saat persalinan maka akan semakin besar pula
trauma psikis yang muncul dan kemungkinan perempuan yang bersangkutan akan
Insiden terjadinya psikosis port partum adalah 1-2 per 1000 kelahiran. Pada kasus
merupakan penyakit yang sangat serius dan merupakan depresi yang paling berat,
1. Gangguan tidur.
7. Curiga berlebihan.
27
8. Delusi dan halusinasi.
9. kebingungan.
4. Faktor sosial kultural (dukungan suami dan keluarga, kepercayaan atau etnik)
5. Faktor obstetrik dan ginekologik (kondisi fisik ibu dan kondisi fisik bayi)
10. Marital disfungsion atau ketidak mampuan membina hubungan dengan orang
12. Merasa terisolasi dan adanya ketakutan akan melahirkan anak cacat atau tidak
sempurna.
a. Pencegahan
28
Beberapa intervensi berikut dapat membantu seorang wanita terbebas dari
Pelajari dan mencari informasi mengenai depresi post partum, sehingga ibu dan
keluarga sadar terhadap kondisi ini. Apabila terjadi, maka ibu akan segera
Diet nutrisi cukup penting untuk kesehatan, lakukan usaha yang terbaik dengan
makan dan tidur yang cukup. Keduanya penting selama periode post partum dan
kehamilan.
· Olahraga
Olahraga adalah kunci untuk mengurangi depresi post partum. Lakukan peregangan
selama 15 menit dengan berjalan setiap hari, sehingga membuat ibu merasa lebih
Jika memungkinkan, hindari membuat keputusan besar seperti membeli rumah atau
pindah kerja, sebelum atau setelah melahirkan. Tetaplah hidup secara sederhana
dan menghindari stres, sehingga dapat segera dan lebih mudah menyembuhkan
Jangan takut untuk berbicara dan mengekspresikan perasaan yang ibu inginkan dan
29
butuhkan demi kenyamanan ibu. Jika memiliki masalah dan merasa tidak nyaman
Dukungan dari keluarga atau orang yang ibu cintai selama melahirkan sangat
diperlukan. Ceritakan kepada pasangan atau orang tua, atau siapa saja yang
bersedia menjadi pendengar yang baik. Yakinkan diri, bahwa mereka akan selalu
yang sangat membantu serta buku atau artikel lainnya yang ibu perlukan. Kelas
senam hamil akan sangat membantu ibu dalam mengetahui berbagai informasi
yang diperlukan, sehingga nantinya ibu tidak akan terkejut setelah keluar dari
kamar bersalin. Jika ibu tahu apa yang diinginkan, pengalaman traumatis saat
perasaan yang terjadi selama periode post partum. Kondisi ibu yang belum stabil
· Dukungan Emosional
Dukungan emosi dari lingkungan dan juga keluarga akan membantu ibu dalam
30
perasaan serta perubahan kehidupan yang ibu alami, sehingga ibu merasa lebih
baik setelahnya.
Dukungan terbaik datang dari orang-orang yang ikut mengalami dan merasakan hal
yang sama dengan ibu. Carilah informasi mengenai adanya kelompok depresi post
partum yang bisa diikuti, sehingga ibu tidak merasa sendirian menghadapi
persoalan ini.
b. Penanganan
baik antara bidan dengan pasien dalam rangka kesembuhannya dengan cara :
jangan mengabaikan ibu bila terlihat sedang sedih agar tidak merasa kehilangan
perhatian.
· Minta bantuan suami atau keluarga yang lain jika membutuhkan istirahat
· Beritahu suami mengenai apa yang sedang dirasakan ibu, mintalah dukungan
dan pertolongannya.
31
· Menyarankan ibu untuk membuang rasa cemas dan kekhawatiran akan
kemampuan merawat bayi karena semakin sering merawat bayi, ibu akan semakin
· Menyarankan ibu untuk mencari hiburan dan meluangkan waktu untuk diri
sendiri
ringan, berbagi cerita dengan orang lain, bersikap fleksibel, bergabung dengan
orang-orang baru.
· Respon yang terbaik dalam menangani kasus post partum depression adalah
kombinasi antara psikoterapi, dukungan sosial, dan medikasi seperti anti depresan.
Suami dan anggota keluarga yang lain harus dilibatkan dalam tiap sesi konseling,
sehingga dapat dibangun pemahaman dari orang-orang terdekat ibu terhadap apa
dengan pemberian anti depresan atau lithium dan perawatan di rumah sakit, serta
A. Masa Bayi
32
Pada masa ini terjadi adaptasi terhadap lingkungan dan terjadi
Hal yang paling penting agar bayi lahir tumbuh dan berkembang
pemberian ASI.
33
2) Masa post (pasca) neonatal, umur 29 hari sampai 11 bulan.
selama dua tahun masa bayi ini. Ciri-ciri tersebut membedakan masa bayi
10
34
dianggap sebagai masa dasar. Namun masa bayi adalah dasar periode
yang kurang baik atau kepercayaan dan sifat yang buruk mulai
(Hurlock, 2001).
11
35
Berjalan Pesat
36
"diperlakukan seperti bayi." Ia tidak lagi mau membiarkan orang lain
12
akan protes. Protes ini dapat berbentuk ledakan amarah dan tangisan
adalah bahwa keadaan ini memungkinkan bayi mengembangkan halhal yang sesuai dengan
minat dan kemampuannya. Akibatnya,
menunjukkan individualitasnya.
dan tidur yang sama. Tidak dapat diharapkan teknik-teknik latihananak yang sama akan
cocok untuk semua bayi. Sekalipun bayi belum
37
sebagai individu.
13
Salah satu cara adalah dengan perilaku akrab. Bayi lebih dapat
akrab inilah berkembang hubungan dengan orang lain yang hangat dan
kekal.
38
kamar anak perempuan. Mainan dipilihkan yang sesuai dengan anak
14
jenis kelaminnya sejak masa bayi tidak terlampau kuat seperti tekanan
anak perempuan peran-seksnya sudah ditetapkan pada masa bayi dengan memperbolehkan
mereka menangis dan menunjukkan tandatanda lain "kelemahan wanita" yang tidak
diperkenankan pada bayi
perbandingan tubuh yang tidak wajar, tetapi bayi menarik justru karena
tangan dan kakinya kecil. Kalau bayi memakai baju dan diselubungi
39
ketergantungan karena meningkatnya kemampuan untuk melakukan
karena adanya perubahan tubuh kecil yang seperti boneka ditutupi oleh
baju bayi menjadi tubuh yang lebih besar ditutupi oleh pakaian biasa
yang lebih kuat, maka bayi menjadi lebih sulit diatur dan menolak
15
diri dengan pola-pola yang diletakkan oleh orang lain (Hurlock, 2001).
merupakan bahaya fisik dan bahaya psikologis. Di antara bahayabahaya fisik, yang paling
parah adalah penyakit dan kecelakaan karena
pola perilaku, minat dan sikap terbentuk selama masa bayi, maka
40
bahaya psikologis dapat terwujud kalau diletakkan dasar-dasar yang
tulang, dan penguatan otot, memungkinkan bayi menguasai tugastugas perkembangan masa
bayi, tetapi keberhasilan bayi dalam hal ini
16
diperoleh.
41
Karena pola perkembangan dapat diramalkan meskipun bayi yang
berbeda mencapai hal-hal yang penting pada pola ini dalam usia yang agak
17
ini belum dapat sepenuhnya dikuasai pada saat masa bayi hampir berakhir,
Masa bayi adalah masa dimana kontak erat antara ibu dan anak
terjalin, sehingga dalam masi ini, pengaruh ibu dalam mendidik anak
sangat besar.
a. Tahun Pertama
42
tingkah laku anak.
efektif dan siklus waktu tidur dan bangun yang dapat diperkirakan.
18
43
sayang dan pemisahan. Bayi mengembangkan kemampuan dan
2002).
Perkembangan fisik
masa bayi dan pada periode pubertas. Selama enam bulan pertama,
pertumbuhan terus terjadi dengan pesat seperti pada periode pranatal dan
pranatal dari awal periode pascanatal tidak berkurang setelah lahir, anak
19
terjadi selama tahun pertama, seorang anak yang pada waktu lahir beratnya
tujuh pon akan mempunyai berat sebesar 230,029 pon pada usia sebelas
tahun.
44
bagi semua bayi, tetapi tetap ada perbedaan dalam tinggi, berat,
yang kurang normal. Mungkin ini disebabkan karena belum cukup umur
atau kondisi fisik yang buruk akibat ibu kekurangan gizi, mengalami
Selama tahun pertama terdapat sedikit perbedaan dalam tinggi dan berat
tubuh antara bayi kulit hitam dan bayi kulit putih dari tingkat, ekonomi
yang sama. Perbedaan mulai tampak dalam tahun kedua, karena anak kulit
sosial ekonomi yang berlainan. Bayi yang orang tuanya dari tingkat sosial
ekonomi yang rendah cenderung lebih kecil, baik dalam berat maupun
tinggi, daripada bayi yang orang tuanya berasal dari tingkat sosial ekonomi
20
yang lebih tinggi. Bentuk tubuh, yang mulai tampak dalam tahun kedua
45
Selama periode masa bayi perbedaan-perbedaan tidak saja terus
perbedaan berat sebagian bergantung pada bentuk tubuh dan sebagian lagi
Perkembangan Psikologis
Pola tidur selarna tahun pertama masa bayi, lama rata-rata tidur
malam meningkat dari 8½ jam pada tiga minggu pertama hingga 10 jam
pada 12 minggu pertama dan selanjutnya tetap konstan selama sisa tahun
tersebut. Selama tiga bulan pertama, penurunan jumlah waktu tidur siang
pertama, sikius bangun tidur selama kira-kira satu jam terjadi baik pada
waktu tidur siang maupun tidur malam, dengan tidur lelap hanya kira-kira
Pola makan, usia empat atau lima bulan, semua pola makan adalah
dalam bentuk mengisap dan menelan. Oleh karena itu, makanan haruslah
46
21
mengunyah adalah dengan cara yang khas bayi, dan memerlukan banyak
sering merupakan akibat dari perpanjangan pola makan ala bayi. Setelah
terbiasa dengan makanan cair, cukup sulit bagi bayi untuk menyesuaikan
diri dengan makanan yang agak keras. Hal ini menambah ketidaksukaan
mulai pada usia enam bulan, sedangkan pengendalian buang air kecil
mulai antara usia 15 dan 16 bulan. Dalam hal buang air besar, kebiasaan
dapat juga terjadi penyirnpangan, khususnya ketika bayi lelah, sakit, atau
belumlah sempurna pada akhir masa bayi. Jarang basah (buang air kecil)
selama siang hari dapat diharapkan untuk sebagian besar waktu, kecuali
bila si bayi sakit, lelah. atau tegang secara emosional. Tidak basah pada
malam hari sulit ditiarapkan dari rata-rata anak sampai beberapa tahun
22
B. Ibu Nifas
47
1. Pengertian
(Ambarwati, 2008 ).
setelah kira-kira 6 minggu akan tetapi seluruh alat genetalia baru pulih
Rustam, 2002 ).
2. Periode Nifas
a. Puerperium Dini
b. Puerperium Intermedial
minggu.
c. Remote Puerpurium
48
bulanan, atau tahunan ( Ambarwati, 2008).
23
a. Uterus
b. Lochea
Adalah cairan yang keluar dari vagina yang berasal dari tempat
Macam-macam Lochea :
49
6) ochiostasis : Lochea tidak lancar keluarnya.
24
pulih.
d. Luka-luka
Luka-luka pada jalan lahir bila tidak disertai infeksi akan sembuh
e. Rasa sakit
hal ini dan bila terlalu mengganggu dapat diberikan obat-obat anti
f. Servik
perlukaan kecil setelah bayi lahir, tangan masih bisa masuk rongga
g. Ligamen- ligament
50
persalinan setelah bayi lahir secara berangsur- angsur menjadi
25
senam nifas.
2. Perubahan Fisik
dengan:
a. Suhu badan
C - 380
C)
dan kelelahan apabila keadaan normal suhu badan akan biasa lagi.
Pada hari ke tiga suhu badan akan naik lagi karena ada
51
pembentukan ASI.
b. Nadi
Setiap denyut nadi yang melebihi 100 adalah normal dan hal ini
yang tertunda.
c. Tekanan darah
26
d. Pernafasan
3. Perubahan Psikologi
52
sebagai : Post Partum Blues. Adapun penyebab yang paling menonjol
adalah :
persalinan.
di Rumah Sakit.
suaminya.
27
a. Fase taking in
dari hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada saat
53
gejala kurang tidur seperti mudah tersinggung hal ini membuat
fase taking hold, ibu merasa khawatir akan ketidak mampuan dan
kurang hati-hati.
c. Fase letting go
28
Orang tua baru dapat merasa kebingungan dengan tugas yang akan
datang untuk merawat seorang bayi baru lahir. Salah satu konsep utama yang
harus ditekankan secara berulang ialah bahwa menjadi orang tua merupakan
54
yang harus diperagakan. Orang tua harus diberi kesempatan untuk melatih
Jensen, 2004).
postpartum untuk pulang, dan mendukung orang tua untuk bisa mandiri
Berikut akan dijelaskan hal-hal yang harus diketahui oleh ibu tentang
1. Memandikan Bayi
29
bak mandi. Mandi dengan cara ini bisa dilakukan sampai bayi berusia
55
4-6 minggu. Saat memandikan bayi, pilihlah posisi yang paling
b. Mandi dalam bak mandi. Apabila tali pusat bayi telah lepas,
mandi sesuai ukurannya dengan bayi. Mengisi bak mandi dengan air
waktu mencelupkan bayi ke dalam air. Bila bayi baru pertama kali
bayi.
30
56
bayi dengan sampo. Pada waktu membilas, kepala bayi diangkat lebih
Makanan bayi yang terbaik, sehat, dan sempurna adalah ASI yang
Pemberian ASI untuk yang pertama kali pada umumnya sebelum 5-6 jam
setelah bayi dilahirkan, dengan cara meletakkan bayi di atas payudara ibu.
(Pudjiadi, 2001).
bayi dengan jari atau dengan putting, dengan demikian bayi secara
jari Anda ke sudut mulut bayi, menghentikan isapan bayi untuk melihat
57
apakah ada aliran dari payudara. (f). Bila perlu memutar musik yang
tenang dan jika rumah anda sangat ramai, cari tempat yang sunyi dimana
31
1. Umur Ibu
Menurut Hartanto, usia reproduksi yang baik adalah pada usia 20-
35 tahun dimana usia tersebut merupakan periode yang paling baik untuk
hamil, melahirkan dan menyusui. Umur yaitu usia individu yang terhitung
mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun. Semakin cukup umur
Setelah itu resiko ibu akan meningkat setiap tahun. Besarnya resiko itu
Angka kematian dan kesakitan ibu akan tinggi bila melahirkan terlalu
muda dan terlalu tua yaitu umur dibawah 20 tahun dan diatas 35 tahun.
Masa antara umur 20-35 tahun adalah tahun terbaik untuk mempunyai
58
keturunan yang berarti bahwa kemungkinan terjadinya gangguan pada
dengan kondisi kehamilan, persalinan, dan nifas serta cara mengasuh dan
32
menyusui bayinya. Ibu yang berumur kurang dari 20 tahun masih belum
matang dan belum siap dalam hal jasmani dan sosial dalam menghadapi
sebagai “masa dewasa“ dan disebut juga masa reproduksi, dimana pada
2. Pendidikan Ibu
a. Definisi Pendidikan
59
kegiatan, usaha manusia meningkatkan kepribadian atau proses
33
b. Fungsi Pendidikan
masyarakat.
1) Pendidikan Keluarga
60
kali mendapat pengaruh sadar.
yang mantap
34
2) Pendidikan Sekolah
a) Pendidikan Dasar
61
diberi kesempatan memperoleh pendidikan dasar. Terdiri dari
SD dan SMP.
b) Pendidikan Menengah
35
c) Pendidikan Tinggi
3) Pendidikan di Masyarakat
62
ikut bertanggung jawab dalam upaya mencerdaskan kehidupan
c. Paritas
melahirkan anak, hidup atau mati, tetapi bukan aborsi (Salmah, 2006 :
133).
36
d. Faktor ibu yang berpengaruh dalam perawatan bayi baru lahir menurut
63
pengetahuan dan sikap seseorang atau masyarakat tersebut
37
Faktor ibu yang berpengaruh dalam perawatan bayi baru lahir menurut
1) Faktor Predisposisi
a) Tingkat pendidikan
64
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
b) Tingkat pengetahuan
kondisi bayi tetap sehat, maka ibu perlu tahu perawatan yang
38
pengetahuannya.
c) Pengalaman
65
Pengalaman merupakan gambaran pengetahuan atau
lainnya.
39
d) Pekerjaan
66
pendidikan anak tersebut. Karena hak seorang anak dalam masa
e) Usia
ibu.
f) Sosial budaya
40
67
memberikan hal yang terbaik saja bagi bayinya dengan
g) Sosial ekonomi
h) Dukungan suami
41
68
Keluarga dan teman-teman orang tua dan anak yang baru lahir
2) Faktor pendukung
posyandu, polindes, pos obat desa, dokter atau bidan praktik swasta
69
dan sebagainya.
42
merawat bayi baru lagir maka di perlukan: tersedianya persiapanpersiapan dalam merawat
bayi sesuai SOP yang sudah ditetapkan
oleh bidan.
3) Faktor pendorong
(Notoatmodjo, 2003).
Postpartum Depression
70
Depresi postpartum atau postpartum depression adalah depresi yang terjadi setelah
melahirkan. Hal ini disebabkan oleh ketidakseimbangan zat kimia di otak dan dialami oleh
10% ibu yang melahirkan.
Ada yang menganggap postpartum depression sama dengan baby blues, tapi anggapan itu
tidak benar. Baby blues merupakan perubahan emosi (mood swing) yang umumnya
menyebabkan sang ibu menangis terus-menerus, cemas, hingga sulit tidur selama beberapa
hari hingga 2 minggu setelah bayi lahir.
Sementara itu, postpartum depression merupakan kondisi yang lebih parah dibandingkan
dengan baby blues. Postpartum depression membuat penderita merasa putus harapan, merasa
tidak menjadi ibu yang baik, sampai tidak mau mengurus anak.
Postpartum depression bukan hanya dialami oleh ibu, tetapi juga bisa dialami oleh ayah.
Postpartum depression pada ayah paling sering terjadi 3-6 bulan setelah bayi lahir. Seorang
ayah lebih rentan terkena postpartum depression ketika istrinya juga menderita kondisi
tersebut.
Gejala postpartum depression atau postnatal depression bisa terjadi pada awal kehamilan,
beberapa minggu sesudah melahirkan, atau hingga setahun sesudah bayi lahir. Ketika
mengalami postpartum depression, seseorang akan mengalami gejala-gejala berikut:
71
Menangis terus-menerus.
Kehilangan nafsu makan atau justru makan lebih banyak dari biasanya.
Putus asa.
Sangat wajar jika seorang ibu yang baru melahirkan merasa lelah, cemas, dan kurang
bersemangat dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Hal itu disebabkan oleh penurunan
hormon serta perubahan kimia di dalam otak.
Namun, segera konsultasikan dengan dokter jika Anda merasa depresi hingga lebih dari 2
minggu setelah melahirkan. Apalagi jika perasaan tersebut membuat Anda kesulitan
mengurus bayi dan menjalani aktivitas sehari-hari.
Penderita depresi postpartum tetap perlu melakukan kontrol rutin ke dokter, meskipun sudah
tidak merasakan gejala setelah pengobatan, sebab pengobatan postpartum depression bisa
berlangsung hingga beberapa bulan.
72
Penyebab Postpartum Depression
Postpartum depression tidak disebabkan oleh satu faktor penyebab saja. Biasanya kondisi ini
disebabkan oleh kombinasi faktor fisik dan emosional.
Setelah melahirkan, kadar hormon estrogen dan progesteron di dalam tubuh ibu akan turun
drastis. Hal ini menyebabkan perubahan kimia di otak yang memicu terjadinya perubahan
suasana hati.
Ditambah lagi, kegiatan mengasuh bayi dapat membuat ibu tidak dapat beristirahat dengan
cukup untuk memulihkan dirinya setelah melahirkan. Kurangnya istirahat dapat
menimbulkan kelelahan, baik secara fisik maupun emosional, hingga akhirnya memicu
depresi pascamelahirkan.
Tidak hanya itu, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami
depresi postpartum, di antaranya:
Menyalahgunakan NAPZA.
Di samping itu, risiko terjadinya depresi pascapersalinan juga akan meningkat jika ibu yang
baru melahirkan mengalami kejadian yang membuat stres, misalnya baru kehilangan
pekerjaan, mengalami masalah finansial, terlibat konflik dalam keluarga, menderita
73
komplikasi kehamilan, melahirkan bayi kembar, atau bayi yang dilahirkan menderita
penyakit tertentu.
Psikolog atau psikiater akan menanyakan gejala yang dialami pasien, sekaligus melakukan
wawancara mendalam mengenai perasaan dan pikiran pasien. Hal ini dilakukan untuk
memeriksa kondisi mental pasien, sekaligus memastikan bahwa pasien mengalami depresi
pospartum.
Dokter juga akan melakukan pemeriksaan fisik untuk mengetahui gejala postpartum
depression, misalnya untuk melihat mata panda sebagai petunjuk bahwa pasien sulit tidur
atau mencari bekas luka sebagai tanda pasien melukai diri sendiri. Pemeriksaan fisik juga
bertujuan untuk melihat adanya tanda-tanda penyakit lain.
Selanjutnya, psikiater atau psikolog akan meminta penderita untuk menjalani skrining
postpartum depression. Saat menjalani skrining, penderita akan diminta untuk menjawab
kuesioner. Pertanyaan yang diberikan berkaitan dengan gejala-gejala yang dialami pasien
serta perubahan pada dirinya.
Selain skrining postpartum depression, dokter dapat melakukan tes penunjang jika depresi
postpartum diduga disebabkan oleh penyakit lain. Misalnya, dokter akan melakukan tes darah
untuk mengetahui apakah gejala yang dialami pasien disebabkan oleh kelenjar tiroid yang
kurang aktif.
74
Penderita postpartum depression perlu mendapatkan pengobatan, namun durasi pengobatan
pada tiap penderita bisa berbeda-beda. Secara umum, pengobatan dapat dilakukan dengan
psikoterapi dan obat-obatan, serta dukungan dari keluarga.
Psikoterapi dilakukan agar penderita dapat membicarakan hal yang dirasakan atau
dipikirkannya, sekaligus untuk membantu penderita menyelesaikan masalah yang dihadapi.
Terkadang, psikoterapi dilakukan juga dengan melibatkan pasangan atau anggota keluarga
lain untuk membantu menyelesaikan masalah yang dialami penderita.
Sebagai tambahan, psikolog dan psikiater dapat mengedukasi penderita dan keluarganya
mengenai kondisi emosional, serta meminta penderita untuk berpartisipasi dalam grup
dukungan emosional. Jika diperlukan, dokter juga dapat meresepkan obat antikecemasan dan
antidepresan untuk penderita.
Komplikasi akibat postpartum depression dapat dialami oleh ayah, ibu, dan anak. Komplikasi
ini dapat menimbulkan masalah di dalam keluarga.
Depresi postpartum yang tidak tertangani dan berlangsung lama dapat berkembang menjadi
gangguan depresif kronis. Kondisi ini dapat meningkatkan risiko terjadinya depresi berat di
kemudian hari.
75
Anak-anak dari ibu penderita depresi setelah melahirkan lebih berisiko mengalami gangguan
perilaku dan masalah emosional. Akibatnya, anak tidak mau makan, menangis terus menerus,
dan kemampuan bicaranya terhambat.
Saat ibu mengalami depresi, ayah juga memiliki kemungkinan yang tinggi untuk mengalami
depresi postpartum.
Postpartum depression tidak dapat dicegah, namun dapat dideteksi lebih dini. Dengan kontrol
rutin pascamelahirkan, dokter dapat memonitor kondisi ibu, terutama jika sebelumnya ibu
pernah menderita depresi atau postpartum depression.
Jika diperlukan, dokter dapat meminta ibu menjalani konseling bahkan mengonsumsi obat
antidepresan untuk mencegah terjadinya postpartum depression, baik pada saat hamil maupun
setelah melahirkan.
Yang tidak kalah penting, ibu perlu menjalin komunikasi yang baik, menyelesaikan masalah,
atau berdamai dengan pasangan, keluarga, dan teman jika memiliki masalah.
Postpartum Blues Periode postpartum terjadi sesaat setelah bayi dilahirkan sampai organ-
organ ibu kembali normal seperti sebelum melahirkan yang biasanya juga sering disebut
masa nifas (Bobak, Lowdermilk dan Jensen, 2005). Pada masa postpartum ini terjadi pula
perubahan-perubahan psikologis sebagai akibat perubahan fisik yang terjadi dan hal ini
normal terjadi. Apabila ibu dapat memahami dan menyesuaikan diri dengan beberapa
76
perubahan baik fisik maupun psikologis, maka ibu tidak mengalami ketakutan, kekhawatiran
atau kecemasan. Sebaliknya ketika ibu baru ini terlalu takut, khawatir, dan cemas dengan
perubahan yang terjadi dalam dirinya maka ibu bisa mengalami ganguan-gangguan
psikologis. Terdapat tiga jenis gangguan psikologis terkait dengan afek atau mood ibu pasca
melahirkan yaitu postpartum blues, depresi postpartum, dan psikosis postpartum (Henshaw,
2003). Postpartum blues yaitu suatu keadaan depresi ringan yang sifatnya sementara, dialami
sebagian besar ibu yang terjadi sebagai akibat perubahan-perubahan baik fisiologis,
hormonal, maupun psikologis (Pieter dan Lubis, 2010). Gangguan ini terjadi 14 hari pertama
pasca melahirkan dan terjadi puncak reaksi gangguan pada 3 atau 4 hari pasca melahirkan.
Postpartum blues ini sering terjadi pada hampir setiap wanita pasca melahirkan. Periode
postpartum menjadi satu hal yang penting untuk digunakan sebagai tanda paling awal apakah
ibu mengalami postpartum baby blues atau tidak. Ibu pasca melahirkan di Indonesia hampir
sebagian besar yang tidak menyadari bahwa mereka mengalami postpartum blues dan
masyarakat sendiri masih menganggap bahwa gejala-gejala yang muncul pada ibu baru itu
merupakan sesuatu yang wajar. Masyarakat menganggap bahwa apa yang dirasakan oleh ibu
baru merupakan naluri seorang ibu karena baru memiliki bayi dan rasa ingin selalu di dekat
bayinya. Selain itu belum ada survey resmi dari pemerintah terkait dengan postpartum blues
pada ibu pasca melahirkan. Gejala postpartum blues mengarah pada keadaan yang sulit untuk
dijelaskan, ada perasaan sedih, mudah tersinggung, kelelahan, dan susah tidur. Seringkali ibu
yang mengalami postpartum blues berkembang lebih lama dan lebih berat intensitasnya.
Menurut American Psychiatric Association (2013), gejala postpartum blues terlihat secara
psikologis antara lain a) perasaan cemas, khawatir berlebihan, sedih, murung, dan sering
menangis tanpa sebab yang jelas; b) seringkali merasa kelelahan dan sakit kepala/ migren; c)
perasaan tidak mampu, misalnya mengurus si kecil; dan d) adanya perasaan putus asa.
Faktor-faktor yang Memengaruhi Postpartum Blues Coping stress. Persalinan atau
melahirkan merupakan peristiwa penting dalam kehidupan wanita. Hal ini menjadi peristiwa
yang menyenang-kan karena telah berakhir masa kehamilan dan ibu akan memberikan yang
terbaik bagi anaknya. Akan tetapi tidak jarang pula ditemui, menjelang persalinan calon ibu
merasakan ketegangan dan ketakutan yang luar biasa. Ini berpengaruh terhadap kondisi
psikologis Faktor-Faktor Psikologis yang Mempengaruhi Postpartum Blues (Susanti Prasetya
Ningrum) 209 ibu pasca melahirkan karena beberapa wanita mengalami perubahan
emosional. Seperti sudah dijelaskan sebe-lumnya, peristiwa ini adalah wajar tetapi akan
berdampak buruk bagi ibu, bayi dan keluarga jika dibiarkan berlarut-larut. Seorang ibu
membutuhkan kesiapan yang matang untuk mengantisipasi ciri-ciri dari munculnya kondisi
77
tegang yang bisa berakibat pada tingkat stress. Kemampuan ibu untuk mengatasi stressor ini
disebut dengan coping stress. Istilah coping menurut Sunberg, Winebager, dan Taplin (2007)
biasa dikaitkan dengan mekanisme pertahanan diri baik yang bersifat positif maupun negatif.
Folkman dan Lazarus (dalam Sarafino, 1994) membedakan bentuk dan fungsi coping ke
dalam dua jenis yaitu 1) problem focused coping (PFC) merupakan bentuk coping yang lebih
diarahkan kepada upaya untuk mengurangi tuntutan dari situasi yang penuh tekanan, artinya
coping yang muncul terfokus pada masalah individu yang akan mengatasi stress dengan
mempelajari cara-cara keterampilan yang baru. Individu cenderung menggunakan strategi ini
ketika mereka percaya bahwa tuntutan dari situasi dapat diubah. 2) emotion focused coping
(EFC) merupakan bentuk coping yang diarahkan untuk mengatur respon emosional terhadap
situasi yang menekan. Individu dapat mengatur respon emosionalnya dengan pendekatan
behavioral dan kognitif. Penyesuaian Diri. Wanita yang hamil dan melahirkan merupakan ciri
dari tugas perkembangan pada masa dewasa muda seperti yang dikemukakan oleh Havighurst
(dalam Hurlock, 1980) diantaranya mulai membina keluarga, mengasuh anak, dan mengelola
rumah tangga. Berkaitan dengan tugas-tugas perkembangan itu, wanita melakukan
penyesuaian-penyesuaian sesuai dengan peran baru melalui proses kehamilan dan persalinan
yaitu peran menjadi ibu dan orang tua. Untuk bisa menjadi ibu dan orang tua yang sesuai
harapan, tentu saja diawali dengan penyesuaian ibu tersebut terhadap beberapa kondisi yang
mengalami perubahan pasca melahirkan. Kehamilan dan persalinan seperti diuraikan di atas
adalah peristiwa alamiah dan normal, tetapi pada sebagian wanita kedua peristiwa itu bisa
menjadi periode krisis dalam kehidupan wanita. Hal ini disebabkan pada setiap tahap
kehamilan dan sampai pada persalinan ibu akan mengalami perubahan fisik maupun
psikologis sehingga perlu melakukan penyesuaian diri dengan kondisi tersebut. Definisi
penyesuaian diri dapat ditinjau dari tiga sudut pandang yaitu penyesuaian diri sebagai bentuk
adaptasi (adaptation), penyesuaian diri sebagai bentuk konformitas (conformity), dan
penyesuaian diri sebagai usaha penguasaan (mastery) (Schneiders, 1955). Penyesuaian diri
adalah suatu proses yang mencakup respon-respon mental dan tingkah laku, yang merupakan
usaha individu supaya berhasil menghadapi kebutuhan internal, ketegangan, frustrasi,
konflik-konflik serta menghasilkan kualitas keselarasan antara tuntutan dari dalam diri
individu dengan tuntutan dunia luar atau lingkungan tempat individu berada. Menurut
Schneiders (1955) penyesuaian diri seseorang dapat dilihat dari aspekaspeknya yaitu 1)
penyesuaian pribadi adalah penerimaan individu terhadap dirinya sendiri. Penyesuaian
pribadi berkaitan dengan konflik, tekanan, dan keadaan dalam diri individu baik fisik maupun
psikisnya. Individu yang mengalami hambatan dalam penyesuaian pribadi ditandai oleh
78
adanya kecemasan, perasaan bersalah, perasaan tidak puas akan dirinya sendiri, 2)
penyesuaian sosial yang terjadi dalam lingkup hubungan sosial dimana individu tinggal dan
berinteraksi. Sama halnya dengan yang terjadi pada wanita yang hamil dan melahirkan/
bersalin. Kehamilan dan persalinan adalah proses transisi dan identitas sebagai wanita.
Wanita perlu menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan dalam diri saat hamil dan
bersalin. Secara lebih jelas, Pieter dan Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Desember 2017,
Vol. 4, No. 2, Hal : 205 – 218 210 Lubis (2010) membagi fase penyesuaian diri wanita pasca
melahirkan sebagai berikut: 1) fase take in yaitu fase dimana ibu sangat tergantung pada diri
sendiri yang mana ibu menceritakan pengalaman melahirkan secara berulang-ulang kepada
setiap orang baik orang di sekitarnya maupun orang asing yang berkunjung ke rumah, 2) fase
taking hold yaitu fase peralihan yang awalnya ketergantungan menjadi kemandirian dan
berkisar selama 3-10 hari. Fase ini menentukan ibu bisa melalui penyesuaian dengan baik
atau tidak. Ketika ibu tidak dapat melalui fase ini maka bisa menyebabkan stress bahkan
depresi postpartum, 3) fase letting go yaitu fase menerima tanggung jawab dengan peran
barunya yang berlangsung selama 10 hari setelah melahirkan, dan 4) fase bounding
attachment yaitu fase kelekatan antara ibu dengan anak. Fase ketiga dan keempat mustahil
tercapai ketika ibu kesulitan menyesuaikan diri dengan perubahan pasca melahirkan.
Dukungan Sosial. Wanita yang telah mengalami proses persalinan, pada periode ini
membutuhkan bantuan. Dukungan sosial penting untuk kesehatan ibu, baik fisik maupun
psikologis setelah ibu melahirkan terutama saat ibu memiliki peran baru sebagai ibu (Hung,
2004). Pierce (dalam Kail dan Cavanaug, 2000) mendefinisikan dukungan sosial sebagai
sumber emosional, informasional atau pendampingan dari orang-orang di sekitar individu
yang sedang menghadapi masalah dan dalam kondisi krisis. Definisi ini hampir sama dengan
yang disampaikan oleh Saroson (dalam Smet, 1994) bahwa dukungan sosial adalah interaksi
interpersonal yang bertujuan untuk memberikan bantuan kepada seseorang sehingga yang
bersangkutan merasakan adanya bentuk perhatian, bernilai, dan dicintai. Berdasarkan
pendapat dua ahli di atas dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial adalah dukungan atau
bantuan yang diberikan oleh orang terdekat terhadap seseorang yang sedang menghadapi
permasalahan sehingga merasakan adanya bentuk perhatian, dihargai dan menjadi bagian dari
kelompok. Dukungan sosial ini memiliki klasifikasi di dalamnya, seperti disampaikan oleh
Cohen dan Syme (1985), yaitu; (1) Dukungan informasi, yaitu memberi-kan penjelasan
tentang situasi dan segala sesuatu yang berhubungan dengan masalah yang sedang dihadapi
individu. Dukungan ini meliputi mem-berikan nasehat, petunjuk, masukan atau penjelasan
bagaimana seseorang bersikap. (2) Dukungan emosional, yang meliputi ekspresi empati
79
misalnya mendengar-kan, bersikap terbuka, menunjukkan sikap percaya terhadap apa yang
dikeluhkan, mau memahami, ekspresi kasih sayang dan perhatian. Dukungan emosional akan
membuat penerimanya merasa berharga, nyaman, aman, terja-min, dan disayangi. (3)
Dukungan instrumental adalah bantuan yang diberikan secara langsung, bersifat fasilitas atau
materi misalnya menyediakan fasilitas yang diperlukan, meminjamkan uang, memberikan
ma-kanan, permainan atau bantuan yang lain. (4) Dukungan appraisal atau penilaian,
dukungan ini bisa berbentuk penilaian yang positif, penguatan (pembenaran) untuk
melakukan sesuatu, umpan balik atau menunjukkan perbandingan sosial yang membuka
wawasan seseorang yang sedang dalam keadaan stress. Dukungan sosial yang dibutuhkan
oleh ibu pasca melahirkan tidak hanya dari suami, tetapi juga dari keluarga dan lingkungan
sekitarnya. Karena kenyataanya orang lain yang berada di sekitar ibu ini yang juga memiliki
peran sebagai stressor. Misalnya saja pemberian nasehat yang cenderung melarang ibu untuk
tidak melakukan ini dan itu menjadi sumber stressor tersendiri. Padahal ibu belum tentu
minim pengetahuan terkait perawatan setelah melahirkan maupun perawatan bayi sehingga
daripada memberikan nasehat atau informasi yang banyak lebih baik Faktor-Faktor
Psikologis yang Mempengaruhi Postpartum Blues (Susanti Prasetya Ningrum) 211 langsung
memberikan dukungan dalam bentuk bantuan langsung.
Gangguan psikologis dapat terjadi pada siapa saja, termasuk pada ibu yang baru saja
melahirkan. Hal ini tidak boleh dianggap sepele. Pada beberapa kasus, gangguan psikologis
setelah melahirkan dapat memicu tindakan yang mampu mencelakai anak atau dirinya
sendiri.
Gangguan psikologis setelah melahirkan dapat terjadi dalam hitungan hari, minggu, atau
bahkan lebih lama. Kondisi ini memerlukan penanganan yang tepat dan bantuan psikiater,
terlebih jika gangguan psikologis yang dialami berlangsung lebih dari dua minggu.
80
Jenis Gangguan Psikologis Setelah Melahirkan
Hingga kini, belum diketahui pasti penyebab utama terjadinya gangguan psikologis setelah
melahirkan. Hanya saja, diketahui ada beberapa faktor yang dapat memicu munculnya
gangguan ini, termasuk faktor hormonal, lingkungan, emosional, hingga faktor genetik.
Jenis gangguan psikologis setelah melahirkan juga beragam, berikut beberapa di antaranya:
Sekitar 40-80% wanita mengalami baby blues syndrome setelah melahirkan. Baby blues
syndrome ditandai dengan rasa khawatir atau keraguan yang berlebihan terhadap
kemampuannya merawat anak.
Selain itu, penderita baby blues kerap bersikap gelisah, tidak sabar, lekas marah, bahkan bisa
menangis tanpa alasan yang jelas, hingga sulit tidur. Sebagian penderita baby blues juga
merasa sulit membangun ikatan dengan bayinya.
Baby blues biasanya berlangsung selama beberapa hari dan dapat hilang dengan sendirinya
dalam waktu 1 hingga 2 minggu. Bertukar pikiran dengan sesama ibu atau teman yang
mampu memahami beban seorang ibu, kemungkinan dapat membantu pemulihannya.
Depresi pascamelahirkan
Jika baby blues terjadi lebih dari dua minggu, maka bisa jadi yang dialami bukanlah baby
blues, melainkan depresi pascamelahirkan atau postpartum depression. Gangguan psikologis
setelah melahirkan ini memang memiliki gejala yang hampir sama dengan baby blues, namun
jauh lebih berat.
Sebagian wanita yang mengalami depresi pascamelahirkan dapat memiliki rasa bersalah atau
penyesalan yang mendalam. Penderita depresi pascamelahirkan sering kali tidak mampu
mengurus dirinya sendiri, terlebih bayinya. Saat mengalami kondisi ini, kerap kali mereka
juga tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari.
81
Seorang wanita berisiko mengalami depresi pascamelahirkan, terutama jika memiliki riwayat
depresi sebelumnya atau bila ada anggota keluarga yang pernah terkena depresi.
Permasalahan rumah tangga, rasa percaya diri yang rendah, dan kehamilan yang tidak
direncanakan juga bisa memperbesar risiko terjadinya depresi pascamelahirkan. Kondisi ini
perlu segera mendapat penanganan dari psikiater atau psikolog, karena jika dibiarkan,
berisiko membahayakan nyawa sang ibu maupun anaknya.
Psikosis pascamelahirkan
Gangguan kesehatan psikologis ini tergolong berat, dan dapat terjadi pada para ibu baru.
Psikosis pascamelahirkan dapat terjadi dalam waktu yang cepat, umumnya sekitar tiga bulan
pertama setelah melahirkan. Gejala yang muncul hampir sama dengan baby blues dan depresi
pascamelahirkan, yaitu muncul rasa gelisah, cepat marah, dan sulit tidur.
Namun selain gejala tersebut, penderita psikosis pascamelahirkan dapat mengalami halusinasi
dan gangguan persepsi. Misalnya melihat atau mendengar sesuatu yang tidak nyata, serta
meyakini hal yang tidak masuk akal.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
82
Setelah melahirkan, ibu mengalami perubahan fisik dan fisiologis yang juga
mengakibatkan adanya beberapa perubahan dari psikisnya. Perubahan psikologis mempunyai
peranan yang sangat penting. Pada masa ini, ibu nifas menjadi sangat sensitif, sehingga
diperlukan pengertian dari keluarga-keluarga terdekat. Peran bidan sangat penting dalam hal
memberi pegarahan pada keluarga tentang kondisi ibu serta pendekatan psikologis yang
dilakukan bidan pada ibu nifas agar tidak terjadi perubahan psikologis yang patologis. Dalam
teori Reva Rubin membagi peiode ini menjadi 3 bagian, yaitu periode taking in, periode
talking hold dan teori letting go. Adapun Faktor-faktor yang mempengaruhi suksesnya masa
transisi ke masa menjadi orang tua pada saat post partum antara lain, respon dan dukungan
keluarga dan teman, hubungan dari pengalaman melahirkan terhadap harapan dan aspirasi,
dan membesarkan anak yang lalu, serta pengaruh budaya. Setelah proses kelahiran tanggung
jawab keluarga bertambah dengan hadirnya bayi yang baru lahir, sehingga dalam proses
adaptasi masa nifas, ibu dapat mengalami gangguan psikologi post partum diantaranya, post
partum blues, post partum depression, dan psikosis post partum. Saat hal tersebut terjadi
maka, dorongan serta perhatian anggota keluarga lainnya maupun petugas kesehatan
merupakan dukungan positif bagi ibu.
B. Saran
Bagi calon ibu diharapkan lebih mempersiapkan diri sebelum melahirkan agar persiapan diri
baik mental, fisik dan ekonomi lebih matang supaya ibu dapat melakukan proses adaptasi
tanpa gangguan-gangguan yang mungkin terjadi. Pada masa nifas, ibu juga harus sangat
diperhatikan, baik keluarga maupun bidan. Peran bidan sangatlah dibutuhkan ibu sebagai
pembimbing dan pemberi nasehat demi kesehatan ibu dan anaknya.
83
DAFTAR PUSTAKA
Saleha, Sitti. 2009. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika.
Ambarawati, Eny Ratna dan Diah Wulandari. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas.
Yogyakarta:
Nuha Medika.
Sunarsih, Tri dan Vivian Nanny Lia Dewi. 2011. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas.
Jakarta:
Salemba Medika.
http://andinurfitri27.blogspot.com/2013/04/makalah-prose-adaptasi-psikologiibu.html
http://yolandavivian.blogspot.com/2014/06/gangguan-psikologis-ibu-pada-masanifas.html
http://himmah-atika.blogspot.com/2012/07/gangguan-psikologis-pada-masanifas.html
http://bnhina.blogspot.com/2013/10/gangguan-psikologi-pada-masa-nifas.html
http://yunivia88.blogspot.com/2013/03/nifas.html
http://khalilaturrozha.blogspot.com/2013/12/gangguan-psikologis-pada-masanifas.html
http://wwwnyantai.blogspot.com/2011/04/artikel-psikologi-depresi-post-partum.html
http://blogshyfa.blogspot.co.id/2014/12/makalah-adaptasi-psikologi-ibu-dalam.html
84