Anda di halaman 1dari 22

KESEHATAN MENTAL PADA PRENATAL, PERUBAHAN NORMAL

EMOSI SELAMA KEHAMILAN, PERSALINAN DAN NIFAS

Ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan tugas mata kuliah Psikologi


Dalam Praktik kebidanan

Oleh

Dian Milasari (21222006)


Isramadani (21222099)
Rahmi Oktaviani (21222017)
Stevany (21222021)
Thessa Yunisio Putri (21222023)

Dosen Pengampu
Yulia Arifin,S.Si.T,M.Keb

PROGRAM STUDI ALIH JENJANG S1 KEBIDANAN


STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG
2022/2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.


Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT., karena atas berkat rahmat
dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
“KESEHATAN MENTAL PADA PRENATAL, PERUBAHAN NORMAL
EMOSI SELAMA KEHAMILAN, PERSALINAN DAN NIFAS”.
Dengan selesainya makalah ini kami mengucapkan terima kasih kepada
dosen pembimbing dan teman- teman yang telah memberi arahan dan dukungan
tentang materi yang kami bahas dalam makalah ini.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “Psikologi Dalam
Praktek Kebidanan” dan menjadi sumber materi yang berguna dalam proses
perkuliahan.
Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari bahwa masih ada kesalahan
dan kekurangan yang harus dibenahi. Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan
saran yang mendukung untuk menuju kesempurnaan.
Makalah ini diharapkan bermanfaat untuk orang banyak, baik dijadikan
sumber referensi ataupun menjadi pembelajaran dan menambah ilmu
pengetahuan.
Wassalamualaikum Wr. Wb.

Padang, Mei 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 1
C. Tujuan .......................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3
A. Penyesuaian Psikologis pada Ibu dan Prosesnya ......................................... 3
B. Masa Kehamilan........................................................................................... 3
C. Masa Nifas ................................................................................................... 7
D. Tujuan Asuhan Kebidanan Masa Nifas ..................................................... 15
E. Cara Mengatasi Gangguan Psikologis Ibu Masa Nifas............................. 16
F. Peran Bidan pada Masa Nifas .................................................................... 17
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 18
A. Kesimpulan ................................................................................................ 18
B. Saran ........................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehamilan adalah mas dimana seorang wanita membawa embrio atau fetus di
dalam tubuhnya.Dalam kehamilan dapat terjadi banyak gestasi (misalnya dalam
kasus kembar atau triplet).
Kehamilan manusia terjadi selama 40 minggu antara waktuy menstruasi
terakhir dan kelahiran (38 minggu dari pembuahan). Istilah medis untuk wanita
hamil adalah gravida. Sedangkan manusia dalamnya disebut embrio (minggu-
minggu awal) dan kemudian janin (sampai kelahiran). Seorang wanita hamil
untuk pertama kalinya disebut primigravida atau gravida 1. Seorang wanita belum
pernah hamil dikenal sebagai gravida 0.
Dalam banyak masyarakat defines medis dan legal kehamilan manusia dibagi
menjadi tiga periode triwulan, sebagai cara memudahkan tahap berbeda dari
perkembangan janin. Triwulan pertama membawa resiko tertinggi keguguran
(kematian alami embrio atau janin), sedangkan pada masa triwulan ke-2
perkembangan janin dapat dimonitor dan didiagnosa. Triwulan ke-3 menandakan
awal “vibilitas”. Yang berarti janin dapat tetap hidup bila terjadi kelahiran awal
alami atau kelahiran dipaksakan.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang akan dibahas pada makalah ini antara lain:
a. Bagaimana gambaran tentang proses kehamilan?
b. Bagaimana kondisi psikologis ibu hamil dan prosesnya?
c. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi psikologisnya?

C. Tujuan

Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk:


a. Memperoleh gambaran tentang proses kehamilan.

1
b. Mengetahui kondisi psikologis ibu hamil pertama.
c. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi psikologisnya.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Penyesuaian Psikologis pada Ibu dan Prosesnya

Kehamilan merupakan waktu transisi, yakni suatu masa antara kehidupan


sebelum memiliki anak yang sekarang berada dalam kandungan dan kehidupan
nanti setelah anak tersebut lahir. Perubahan status yang radikal ini
dipertimbangkan sebagai suatu krisis disertai periode tertentu untuk menjalani
proses persiapan psikologis yang secara normal sudah ada selama kehamilan dan
mengalami puncaknya pada saat bayi lahir.
Secara umum, semua emosi yang dirasakan oleh wanita hamil cukup labil.
Ia dapat memiliki reaksi yang ekstrem dan susana hatinya kerap berubah dengan
cepat. Reaksi emosional dan persepsi mengenai kehidupan juga dapat mengalami
perubahan. Ia menjadi sangat sensitif dan cenderung bereaksi berlebihan.
Seorang wanita hamil akan lebih terbuka terhadap dirinya sendiri dan suka
berbagi pengalaman kepada orang lain. Ia merenungkan mimpi tidurnya, angan-
angannya, fantasinya, dan arti kata-katanya, objek, peristiwa, konsep abstrak,
seperti kematian, kehidupan, keberhasilan, dan kebahagiaan. Ia dapat
mengidentifikasi bentuk-bentuk fisik yang berhubungan erat dengan masa usia
subur atau mencukupkan diri dengan kehidupan atau makanan.
Selama kehamilan berlangsung, terdapat rangkaian proses psikologis
khusus yang jelas, yang terkadang tampak berkaitan erat dengan perubahan
biologis yang sedang terjadi. Peristiwa dan proses psikologis ini dapat
diidentifikasi pada trimester ketiga dan pembagian trimester ini akan digunakan
pada diskusi berikut. Respons psikologis umum terhadap kehamilan yang baru
saja dibahas dan proses manapun peristiwa psikologis khusus lain dapat lain dapat
terulang lagi .

B. Masa Kehamilan

Masa kehamilan dibagi menjadi tiga periode atau trimester, masing-masing


selama 13 minggu. Trimester membantu pengelompokan tahap perkembangan
janin dan tubuh Anda. Kehamilan itu unik pada setiap wanita. Jadi tidak usah

3
cemas jika Anda mengalami pengalaman sedikit berbeda dengan ibu
hamil lainnya.

a. Trimester Pertama
Trimester pertama sering dianggap sebagai periode penyesuaian terhadap
kenyataan bahwa ia sedang mengandung. Sebagian besar wanita merasa sedih
dan ambivalen tentang kenyataan bahwa ia hamil. Kurang lebih 80% wanita
mengalami kekecewaan, penolakan, kecamasan, defresi, dan kesedihan.
Fokus wanita adalah pada dirinya sendiri yang akan menimbulkan
ambivalensi mengenai kehamilannya seiring usahanya menghadapi
pengalaman kehamilan yang buruk, yang pernah ia alami sebelumnya,
efek kehamilan terhadap kehidupannya kelak (terutama jika ia memiliki karir),
tanggung jawab yang baru atau tambahan yang akan ditanggungnya,
kecemasan yang akan berhubungan dengan kemampuannya untuk menjadi
seorang ibu, masalah-masalah keuangan dan rumah tangga, dan keberterimaan
orang terdekat terhadap kehamilannya.
Perasaan ambivalen ini biasanya berakhir dengan sendirinya seiring ia
menerima kehamilannya, sementara itu, beberapa ketidaknyamanan pada
trimester pertama, seperti nausea, kelemahan, perubahan nafsu makan,
kepekaan emosional, semua ini dapat mencerminkan konflik dan defresi yang
ia alami dan pada saat bersamaan hal-hal tersebut menjadi pengingat tentang
kehamilannya.
Trimester pertama sering menjadi waktu yang menyenangkan untuk
melihat apakah kehamilan akan dapat berkembang dengan baik. Hal ini akan
terlihat jelas terutama pada wanita yang telah beberapa kali mengalami
keguguran dan bagi para tenaga kesehatan profesional wanita yang cemas akan
kemungkinan terjadi keguguran kembali atau teratoma. Berat badan sangat
bermakna bagi wanita hamil selama trimester pertama. Berat badan dapat
menjadi salah satu uji realitas tentang keadaannya karena tubuhnya menjadi
bukti nyata bahwa dirinya hamil.
Validasi kehamilan dilakukan berulang-ulang saat wanita mulai memeriksa
dengan cermat setiap perubahan tubuh, yang merupakan bukti adanya

4
kehamilan. Bukti yang paling kuat adalah terhentinya menstruasi.
Hasrat seksual pada trimester pertama sangat bervariasi antara wanita yang satu
dan yang lain. Meski beberapa wanita mengalami peningkatan hasrat seksual,
tetapi secara umum trimester pertama merupakan waktu terjadinya penurunan
libido dan hal ini memerlukan komunikasi yang jujur dan terbuka terhadap
pasangan 4 masing-masing. Banyak wanita merasakan kebutuhan kasih sayang
yang besar dan cinta kasih tanpa seks. Libido secara umum sangat dipengaruhi
oleh keletihan, nausea, depresi, payudara yang membesar dan nyeri,
kecemasan, kekhawatiran, dan masalah-masalah lain merupakan hal yang
sangat normal terjadi pada trimester pertama.

b. Trimester Kedua
Trimester kedua sering dikenal sebagai periode kesehatan yang baik, yakni
periode ketika wanita merasa nyaman dan bebas dari segala ketidaknyamanan
yang normal dialami saat hamil. Namun, trimester kedua juga merupakan fase
ketika wanita menelusur ke dalam dan paling banyak mengalami kemunduran.
Trimester kedua sebenarnya terbagi atas dua fase: pra-quickening dan
pasca-quickening. Quickening menunjukkan kenyataan adanya kehidupan yang
terpisah, yang menjadi dorongan bagi wanita dalam melaksanakan tugas
psikologis utamannya pada trimester kedua, yakni mengembangkan identitas
sebagai ibu bagi dirinya sendiri, yang berbeda dari ibunya.
Pada trimester kedua, mulai terjadi perubahan pada tubuh. Orang akan
mengenali Anda sedang hamil. Pada akhir trimester kedua, rahim akan
membesar sekira 7,6 cm di atas pusar. Pertambahan berat badan rata-rata 7,65-
10,8 kg termasuk pertambahan berat dari trimester pertama. Janin mulai aktif
bergerak pada periode ini.
Sebagian besar wanita merasa lebih erotis selama trimester kedua, kurang
labih 80% wanita mengalami kemajuan yang nyata dalam hubungan seksual
mereka dibanding pada trimester pertama dan sebelum hamil. Trimester kedua
relatif terbebas dari segala ketidaknyamanan fisik, dan ukuran perut wanita
belum menjadi masalah besar, lubrikasi vagina semakin banyak pada masa ini,
kecemasan, kekhawatiran dan masalah-masalah yang sebelumnya

5
menimbulkan ambivalensi pada wanita tersebut mereda, dan ia telah
mengalami perubahandari seorang yang mencari kasih sayang dari ibunya
menjadi seorang yang mencari kasih sayang dari pasangannya, dan semua
faktor ini turut mempengaruhi peningkatan libido dan kepuasan seksual.

c. Trimester Ketiga
Trimester ketiga sering disebut periode penantian dengan penuh
kewaspadaan. Pada periode ini wanita mulai menyadari kehadiran bayi sebagai
makhluk yang terpisah sehingga ia menjadi tidak sabar menanti kehadiran sang
bayi. Ada perasaan was-was mengingat bayi dapat lahir kapanpun. Hal ini
membuatnya berjaga-jaga sementara ia memperhatikan dan menunggu tanda
dan gejala persalinan muncul.
Trimester ketiga merupakan waktu, persiapan yang aktif terlihat dalam
menanti kelahiran bayi dan menjadi orang tua sementara perhatian utama
wanita terfokus pada bayi yang akan segera dilahirkan. Pergerakan janin dan
pembesaran uterus, keduanya menjadi hal yang terus menerus mengingatkan
tentang keberadaan bayi. Wanita tersebut lebih protektif terhadap bayinya.
Sebagian besar pemikiran difokuskan pada perawatan bayi. Ada banyak
spekulasi mengenai jenis kelamin dan wajah bayi itu kelak.
Sejumlah ketakutan muncul pada trimester ketiga. Wanita mungkin merasa
cemas dengan kehidupan bayi dan kehidupannya sendiri. Seperti: apakah nanti
bayinya akan lhir abnormal, terkait persalinan dan pelahiran (nyeri, kehilangan
kendali, hal-hal lain yang tidak diketahui), apakah ia akan menyadari bahwa ia
akan bersalin, atau bayinya tidak mampu keluar karena perutnya sudah luar
biasa besar, atau apakah organ vitalnya akan mengalami cedera akibat
tendangan bayi.
Ia juga mengalami proses duka lain ketika ia mengantisipasi hilangnya
perhatian dan hak istimewa khusus lain selama kehamilan, perpisahan antara ia
dan bayinya yang tidak dapat dihindari, dan perasaan kehilangan karena
uterusnya yang penuh secara tiba-tiba akan mengempis dan ruang tersebut
menjadi kosong. Depresi ringan merupakan hal yang umum terjadi dan wanita

6
dapat menjadi lebih bergantung pada orang lain lebih lanjut dan lebih menutup
diri karena perasaan rentannya.
Wanita akan kembali merasakan ketidaknyamanan fisik yang semakin kuat
menjelang akhir kehamilan. Ia akan merasa canggung, jelek, berantakan, dan
memerlukan dukungan yang sangat besar dan konsisten dari pasangannya.
Pada pertengahan trimester ketiga, peningkatan hasrat seksual yang terjadi
pada trimester sebelumnya akan menghilang karena abdomennya yang semakin
besar menjadi halangan. Alternatif untuk mencapai kepuasan dapat membantu
atau dapat 6 Menimbulkan perasaan bersalah jika ia merasa tidak nyaman
dengan cara-cara tersebut. Berbagi perasaan secara jujur dengan pasangan dan
konsultasi mereka dengan anda menjadi sangat penting.

C. Masa Nifas

Perubahan Psikologi pada ibu bersalin wajar terjadi pada setiap orang, namun
ia memerlukan bimbingan dari keluarga dan penolong persalinan agar ia dapat
menerima keadaan yang terjadi selama persalinan dan dapat memahaminya
sehingga ia dapat beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi pada dirinya.
Perubahan psikologi selama persalinan perlu diketahui oleh penolong persalinan
dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendamping atau penolong persalinan.

a. Perubahan Psikologi pada kala I

1. Pengertian Kala I Dalam Persalinan

Sejumlah perubahan psikologis yang akan terjadi selama


persalinan, hal ini bertujuan untuk mengetahui perubahan-perubahan yang
dapat dilihat secara klinis bertujuan untuk dapat secara tepat dan cepat
mengintreprestasikan tanda-tanda gejala tertentu dan penemuan perubahan
fisik dan laboratorium apakah normal apa tidak pada kala I. Pada kala I ini
dimulai dari his adekuat 2-3x dalam 10 menit dan bisa dikatakan
pembukaan lengkap.

7
2. Perubahan Psikologis

Pada ibu hamil banyak terjadi perubahan, baik fisik maupun


psikologis. Perubahan psikologis selama persalinan perlu diketahui oleh
penolong persalinan dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendamping
atau penolong persalinan.
Perubahan psikologis pada kala I. Beberapa keadaan dapat terjadi
pada ibu dalam persalinan, terutama pada ibu yang pertama kali melahirkan
sebagai berikut:
a) Perasaan tidak enak
b) Takut dan ragu akan persalinan yang akan dihadapi
c) Sering memikirkan antara lain apakah persalinan bejalan normal
d) Menganggap persalinan sebagai percobaan
e) Apakah penolong persalinan dapat sabar dan bijaksana dalam
menolongnya.
f) Apakah bayinya normal apa tidak
g) Apakah ia sanggup merawat bayinya
h) Ibu merasa cemas
Perubahan psikologis pada kala I dipengaruhi oleh :
a) Pengalaman sebelumnya
b) Persiapan menghadapi persalinan (fisik, mental, materi dsb)
c) Lingkungan
d) Mekanisme koping
e) Sikap terhadap kehamilan
Kecemasan menghadapi persalinan intervensinya: kaji penyebab
kecemasan, orientasi ibu terhadap lingkungan, pantau tanda vital (tekanan
darah dan nadi). Ajarkan teknin-teknik relaksasi, pengaturan nafas untuk
memfasilitasi rasa nyeri akibat kontraksi uterus.
Kurang pengetahuan tentang proses persalinan intervensinya: kaji
tingkat pengetahuan, beri informasi tentang proses persalinan dan
pertolongan persalinan yang akan dilakukan, informed consent.

8
Kemampuan mengontrol diri menurun (pada kala I fase aktif)
intervensinya : berikan support emosi dan fisik, libatkan keluarga (suami)
untuk selalu mendampigi selama proses persalinan berlangsung.

b. Perubahan Psikologis Pada Kala II


1. Pengertian Kala II Dalam Persalinan
Kala II persalinan disebut juga kala pengeluaran yang merupakan
peristiwa terpenting dalam proses persalinan karena objek yang
dikeluarkan adalah objek utama yaitu bayi.

2. Perubahan Psikologis
a) sering timbul rasa jengkel, tidak nyaman, saat bersalin ibu
merasakan nyeri akibat kontraksi uterus yang semakin kuat dan
semakin sering, berkeringat dan mulas ini juga menyebabkan
ketidaknyamanan.
b) Badan selalu kegerahan, karena saat ini metabolisme ibu
meningkat denyut jantung meningkat, nadi, suhu, pernapasan
meningkat ibu berkeringat lebih banyak, akibatnya ibu merasa
lelah skali kehausan ketika bayi sudah dilahirkan karena tenaga
habis dipakai untuk meneran.
c) Tidak sabaran, sehingga hormone antara ibu dan janin yang
dikandungnya terganggu. Hal disebabkan karena kepala janin
sudah memasuki panggul dan timbul kontraksi-kontraksi pada
uterus. Muncul rasa kesakitan dan ingin segera mengeluarkan
janinnya.
d) Setiap ibu akan tiba pada tahap persalinan dengan antisipasinya
dan tujuan sendiri serta rasa takut dan kekhawatiran. Para ibu
mengeluh bahwa bila mampu mengejan “terasa lega”. Tetapi ibu
lain sangat berat karena intensitas sensasi yang dirasakan. Efek
yang didapat terjadi pada ibu karena mengedan, yaitu exhaustion,
ibu merasa lelah karena tekanan untuk mengejan sangat kuat. Dua,
distress ibu merasa dirinya distress dengan ketidaknyamanan
panggul ibu karena terdesak oleh kepala janin. Tiga, panik ibu akan

9
panik jika janinnya tidak segera keluar dan takut persalinannya
lama.
d. Perubahan Psikologis pada Kala III
1. Pengertian Kala III dalam Persalinan
Kala III dimulai saat lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya
placenta dan selaput ketuban.
2. Perubahan Psikologis
a) Bahagia
Karena saat-saat yang telah lama ditunggu akhirnya datang
juga yaitu kelahiran bayinya dan ia merasa bahagia karena
merasa sudah menjadi wanita yang sempurna (bisa melahirkan
dan memberikan anak untu suami dan memberikan anggota
keluarga yang baru), bahagia karena bisa melihat anaknya.
b) Cemas dan Takut
1) Cemas dan takut kalau terjadi bahaya atas dirinya saat
persalinan di anggap sebagai suatu keadaan antara
hidup dan mati.
2) Cemas dan takut karena pengalaman yang lalu.
3) Takut tidak dapat memenuhi kebutuhan kebutuhan
anaknya.

e. Perubahan Psikologis pada Kala IV


1. Pengertian Kala IV dalam Persalinan
Sejumlah perubahan psikologis yang normal akan terjadi selama
persalinan, hal ini bertujuan untuk mengetahui perubahan-perubahan
yang dapat dilihat secara klinis bertujuan untuk dapat secara tepat dan
cepat menginterprestasikan tanda-tanda, gejala tertentu dan penemuan
perubahan fisik dan laboratorium apakah normal apa tidak pada kala
IV. Pada kala ini dimulai dari lahirnya bayi dan lahirnya plasenta
selama 15-30 menit.

10
2. Perubahan Psikologis
a) Phase Honeymoon
Adalah Phase anak lahir dimana terjadi intimasi dan kontak
yang lama antara ibu, ayah dan anak. Hal ini dapat dikatakan
sebagai “Psikis Honeymoon” yang tidak memerlukan hal-hal yang
romantik. Masing-masing saling memperhatikan anaknya dan
menciptakan hubungan yang baru.
b) Ikatan Kasih (Bounding Attachment)
Terjadi pada kala IV, dimana diadakan kontak antara ibu,
ayah dan anak. Penting bagi bidan untuk memikirkan bagaimana
agar hal tersebut dapat terlaksana, pertisipasi suami dalam proses
persalinan merupakan salah satu upaya untk proses ikatan kasih
tersebut.
f. Phase Pada Masa Nifas
1. Phase Taking IN
Perhatian ibu terutama terhadap kebutuhan dirinya, mungkin pasif
dan tergantung berlangsung 1-2 hari. Ibu tidak menginginkan kontak
dengan bayinya tetapi bukan berarti tidak memperhatikan. Dalam phase
yang diperlukan ibu adalah informasi tentang bayinya bukan cara
merawat bayi.
2. Phase “ taking hold “
phase kedua masa nifas adalah phase taking hold ibu berusaha
mandiri dan berinisiatif.perhatian terhadap kemampuan mengatasi
fungsi tubuhnya misalnya kelancaran buang air besar hormon dan
peran transisi. Hal-hal yang berkontribusi dengan post partal blues
adalah rasa tidak nyaman, kelelahan, kehabisan tenaga. Dengan
menangis sering dapat menurunkan tekanan. Bila orang tua kurang
mengerti hal ini maka akan timbul rasa bersalah yang dapat
menyebabkan depresi. Untuk itu perlu di adakan penyuluhan
sebelumnya, untuk mengetahui bahwa itu adalah normal.
3. Fase Letting Go

11
Pada fase ini, ibu dan keluarganya bergerak maju sebagai suatu
sistem dengan para anggota saling berinteraksi. Hubungan
antarpasangan, walaupun sudah berubah dengan adanya seorang
anak, kembali menunjukkan banyak karakteristik awal. Tuntutan utama
ialah menciptakan suatu gaya hidup yang melibatkan anak, tetapi dalam
beberapa hal, tidak melibatkna anak pasangan ini harus berbagi
kesenangan yang bersifat dewasa. Kebanyakan suami istri memulai lagi
hubungan seksualnya pada minggu ketiga atau keempat setelah anak
lahir. Beberapa memulai hubungan lebih awal, yakni segera setelah hal
itu dapat dilakukan tanpa wanita merasa nyeri.
Fase letting go merupakan fase menerima tanggung jawab akan
peran barunya yang berlangsung sepuluh hari setelah melahirkan. Ibu
sudah dapat menyesuaikan diri, merwat diri dan bayinya sudah
meningkat. Ada kalnya ibu mengalami perasaa sedih yang berkaitan
dengan bayinya keadaan ini disebut baby blues.
Jika keadaan seperti diatas terjadi, disarankan untuk :
a) Minta bantuan suami atau keluarga yang lain, jika
membutuhkan istirahat untuk menghilangkan kelelahan.
b) Memberitahu suami mengenai apa yang sedang seorang ibu
rasakan serta meminta dukungan dan pertolongannya;
c) Membuang rasa cemas dan kekhawatirnya akan kemampuan
merawat bayi karena semangkin sering merawat bayi, ibu akan
semakin terampil dan percaya diri.
d) Mencari hiburan dan luangkan waktu untuk diri sendiri
Hal-hal .yang harus dipenuhi selama nifas adalah sebagai berikut:
a) Fisik, berupa istirahat, asupan gizi, dan lingkungan bersih.
b) Psikologi berupa dukungan dari keluarga sangat diperlukan.
c) Sosial, berupa perhatian, rasa kasih sayang, menghibur ibu saat
sedih dan menemani saat ibu merasa kesepian.
Fase-fase adaptasi ibu nifas yaitu taking in, taking hold, dan letting
go yang merupakan perubahan perasaan sebagai respon alami terhadap rasa
lelah yang diraasakan dan akan kembali secara perlahan setelah ibu dapat

12
menyesuaikan diri dengan peran barunya dan tumbuh kembali pada
keadaan normal. Walaupun perubahan-perubahan terjadi sedemikian rupa,
ibu sebaiknya tetap menjalani ikatan batin dengan bayinya sejak awal.
Sejak dalam kandungan bayi hanya mengenal ibu yang memberinya rasa
aman dan nyaman sehingga stress yang dialaminya tidak bertambah berat.

g. Bounding attachment
Bounding merupakan satu langkah awal untuk mengungkapkan
perasaan afeksi (kasih sayang) sedangkan atachment adalah kotak awal
antara ibu dan bayi setelah kelahiran, untuk memberikan kasih sayang
yang merupakan dasar interaksi antara keduanya secara terus-menerus.
Dengan kasih sayang yang diberikan kepada bayinya maka akn terbentuk
ikatan antara orang tua dan bayinya.

h. Respon antara ibu dan bayi nya sejak kontak awal hingga tahap
perkembangannya.
a) Touch ( sentuhan )
Ibu mulai dengan ujung jarinya untuk memeriksa bagian kepala
dan ekstremitas bayinya. Dalam waktu singkat secara terbuka
perubahan diberikan untuk membelai tubuh. Dan mungkin bayi akan di
peluk di lengan ibu. Gerakan dilanjutkan sebagai gerakan lembut untuk
menenangkan bayi. Bayi akan merapat pada payudara ibu.
Menggenggam satu jari atau seuntai rambut dan terjadilah ikatan antara
keduanya.
b) Eye to Eye ( kontak mata )
Kesadaran untuk membuat kontak mata dilakukan kemudian
dengan segera. Kontak mata mempunyai efek yang erat terhadap
perkembangan dimulainya hubungan dan rasa percaya sebagai faktor
yang penting sebagai hubungan manusia pada umumnya. Bayi baru
lahir dapat memusatkan perhatian pada satu objek, satu jam setelah
kelahiran pada jarak sekitar 20-25 cm, dan dapat memusatkan
pandangan sebaik orang dewasa pada usia kira-kira 4 bulan, perlu

13
perhatian terhadap faktor-faktor yang menghambat proses misal ;
pemberian salep mata dapat di tunda beberapa waktu sehingga tidak
menganggu adanya kontak mata ibu dan bayi.
c) odor (bau badan)
Indra penciuman bayi sudah berkembang dengan baik dan masih
memainkan peran dalam nalurinya untuk mempertahankan hidup .
penelitian menunjukkan bahwa kegiatan seorang bayi, detak jantung
dan pola pernapasannya berubah setiap kali hadir bau yang baru, tetapi
bersamaan makin dikenal bau itu si bayi pun berhenti bereaksi. Pada
akhir minggu I seorang bayi dapat mengenali ibunya. Indra penciuman
bayi akan sangat kuat, jika seorang ibu dapat memberikan bayinya ASI
pada waktu tertentu.
d) body warm (kehangatan tubuh)
Jika tidak ada komplikasi yang serius seorang ibu akan dapat
langsung meletakkan bayinya di atas perut ibu, baik setelah tahap kedua
dari proses melahirkan atau sebelum tali pusat di potong. Kontak yang
segera ini memberikan banyak manfaat baik bagi ibu maupu sibayi
kontak kulit atau bayi tetap hangat.
e) voice (suara)
Respon antar ibu dan bayi berupa suara masing-masing orang tua
akan menantikan tangisan pertama bayinya. Dari tangisan tersebut ibu
merasa tenang karena merasa bayinya baik (hidup).bayi dapat
mendengar sejak dalam rahim, jadi tidak mengherankan bila ia dapat
mendengar suara-suara dan membedakan nada dan kekuatan sejak lahir,
meskipun suara-suara itu terhalang selama beberapa hari terhalang
cairan amniotik dari rahim yang melekat pada telinga.
Banyak penelitian memperhatikan bahwa bayi-bayi baru lahir
bukan hanya mendengar secara pasif melainkan mendengarkan secara
pasif melainkan mendengarkan dengan sengaja dan mereka nampaknya
lebih dapat menyesuaikan diri dengan suara-suara tertentu dari pada
yang lain.contohnya ; suara detak jantung ibu.
f) Entrainment (gaya bahasa)

14
Bbl menemukan perubahan stuktur pembicaraan dari orang dewasa
artinya perkembangan bayi dalam bahasa dipengaruhi, diatur, jauh
sebelum ia menggunakan bahasa dalam berkomunikasi (komunikasi
yang positif).
g) biorhymicity (irama kehidupan)
Janin dalam rahim dapat dikatakan menyesuaikan dengan irama
alamiah ibunya seperti halnya denyut jantung salah satu tugas bayi
setelah lahir adalah menyesuaikan irama dirinya sendiri. Orang tua
dapat membantu proses ini dengan memberikan perawatan penuh kasih
yang secara konsisten dan dengan menggunakan tanda bahaya untuk
mengembangkan respon bayi dan interaksi social serta kesempatan
untuk belajar.

D. Tujuan Asuhan Kebidanan Masa Nifas


Tujuan asuhan kebidanan pada masa nifas adalah sebagai berikut :
a) Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologisnya.

b) Melaksanakan skrining yang komprehesif, mendeteksi masalah, serta


mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun
bayinya.

c) Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,


nutrisi keluarga berencana, menyusui, serta pemnerian imunisasi
kepada bayinya dan perawatan bayi sehat.

d) Membarikan pelayanan keluarga berencana.

e) Memulihkan kesehatan umum

f) Mempertahankan kesehatan psikologis.

g) Mencegah infeksi dan komplikasi.

h) emperlancar pembentukan air susu ibu ( ASI)

15
E. Cara Mengatasi Gangguan Psikologis Ibu Masa Nifas

Cara mengatasi gangguan psikologi pada Ibu selama masa nifas


diantaranya :

a) Berikan dukungan emosional kepada ibu dan jangan mengabaikan


ibu bila terlihat sedang sedih.

b) Menyarankan pada ibu untuk beristirahat dengan baik, berolahraga


yang ringan, bernbagi cerita dengan orang lain, bersikap flesibel,
bergabung dengan orang-orang baru.

c) menyarankan pada ibu untuk berkonsultasi dengan tenaga medis.

d) Mempersiapkan persalinan dengan lebih baik yaitu tidak hanya


menekankan pada materi, tapi yang lebih penting dari segi psikologis
dan mental ibu.

e) Dengan cara pendekatan terapeutik. Ini bertujuan menciptakan


hubungan baik antara bidan dengan pasien dalam rangka
kesembuhannya dengan cara :

1) Mendorong pasien mampu meredakan segala ketegangan emosi

2) Dapat memahami dirinya

3) Dapat mendukung tindakan konstruktif

f) Meningkatkan suport mental/dukungan keluarga.

g) Minta bantuan suami atau keluarga yang lain jika membutuhkan


istirahat untuk menghilangkan kelelahan.

h) Beritahu suami mengenai apa yang sedang dirasakn ibu, mintalah


dukungan dan pertolongannya.

i) Menyarankan ibu untuk membuang rasa cemas dan kekhawatiran


akan kemampuan merawat bayi karena semakin sering merawat bayi,
ibu akan semakin terampil dan percaya diri.

16
j) Menyarankan ibu untuk mencari hiburan dan meluangkan waktu
untuk diri sendiri

F. Peran Bidan pada Masa Nifas

Hal-hal yang dapat dilakukan seorang Bidan dalam menjalankan


perannya selama ibu dalam masa nifas diantaranya yaitu :

a. Menciptakan ikatan antara bayi dan ibu sedini mungkin melalui IMD.

b. Memberikan penjelasan pada ibu, suami dan keluarga bahwa hal ini
merupakan suatu hal yang umum dan akan hilang sendiri dalam dua minggu
setelah melahirkan.

c. Simpati, memberikan bantuan dalam merawat bayi dan dorongan


pada ibu agar tumbuh rasa percaya diri.

d. Memberikan bantuan dalam merawat bayi

e. Menganjurkan agar beristirahat yang cukup dan makan makanan yang


bergizi

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Masa nifas adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai
sampai alat – alat kandungan kembali seperti sebelum hamil. Dalam
menjalani masa nifas (peurperium) ibu akan mengalami fase taking in,
taking hold dan letting go. Dalam melalui fase – fase tersebut Ibu nifas
memerlukan asuhan dari seorang bidan agar masa nifasnya berjalan dengan
lancar. Peran bidan sangat mempengaruhi masa nifas ibu dalam mencegah
maupun mengatasi gangguan psikologi terutama pada ibu yang baru pertama
kali melahirkan.

B. Saran
Tenaga kesehatan terutama bidan diharapkan dapat mengetahui dan
mengerti tentang asuhan pada ibu nifas sehingga dapat memberikan
pelayanan seoptimal mungkin pada setiap ibu post partum agar keadaan ibu
dan bayinya tetap baik.

18
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati,2008.AsuhanKebidananNifas.Yogyakarta : Mitra Cendikia.

(hlm: 87-96).

Saleha,2009.AsuhanKebidananPadaMasaNifas.Jakarta:Salemba Medika

(hlm: 63-69). Suherni, 2007. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya.

(hlm: 85-100).

Saifudin.2002.BukuPanduanPraktisPelayananMaternaldanNeonatal.Jakarta :
YBPSP.

Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2002.


Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo (Halaman:U-6 s/d
U-7)

Anda mungkin juga menyukai