0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
16 tayangan8 halaman
Makalah ini membahas kasus seorang ibu bernama Ny. A yang mengalami anemia ringan selama kehamilan. Ibu diberikan tablet besi dan vitamin C, namun tidak mematuhi konsumsi secara teratur sehingga kadar hemoglobin hanya meningkat sedikit. Untung saja ibu beserta janinnya tidak mengalami komplikasi akibat anemia selama kehamilan, persalinan, dan nifas.
Makalah ini membahas kasus seorang ibu bernama Ny. A yang mengalami anemia ringan selama kehamilan. Ibu diberikan tablet besi dan vitamin C, namun tidak mematuhi konsumsi secara teratur sehingga kadar hemoglobin hanya meningkat sedikit. Untung saja ibu beserta janinnya tidak mengalami komplikasi akibat anemia selama kehamilan, persalinan, dan nifas.
Makalah ini membahas kasus seorang ibu bernama Ny. A yang mengalami anemia ringan selama kehamilan. Ibu diberikan tablet besi dan vitamin C, namun tidak mematuhi konsumsi secara teratur sehingga kadar hemoglobin hanya meningkat sedikit. Untung saja ibu beserta janinnya tidak mengalami komplikasi akibat anemia selama kehamilan, persalinan, dan nifas.
Ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan tugas mata kuliah Asuhan
Kebidanan pada Perempuan dan Anak Kelompok Rentan
Oleh
Thessa Yunisio Putri (21222023)
Dosen Pengampu Sunesni,S.Si.T,M.Biomed
PROGRAM STUDI ALIH JENJANG S1 KEBIDANAN
STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG 2022/2023 KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT., karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Ibu Hamil dengan Anemia”. Dengan selesainya makalah ini kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing dan teman- teman yang telah memberi arahan dan dukungan tentang materi yang kami bahas dalam makalah ini. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “Psikologi Dalam Praktek Kebidanan” dan menjadi sumber materi yang berguna dalam proses perkuliahan. Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari bahwa masih ada kesalahan dan kekurangan yang harus dibenahi. Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang mendukung untuk menuju kesempurnaan. Makalah ini diharapkan bermanfaat untuk orang banyak, baik dijadikan sumber referensi ataupun menjadi pembelajaran dan menambah ilmu pengetahuan. Wassalamualaikum Wr. Wb.
Padang, Mei 2022
Penyusun PEMBAHASAN KASUS
Setelah melakukan asuhan kebidanan pada Ny. A, G3P2A0, dengan
anemia ringan di Puskesmas Kecamatan Senen pada Januari 2016 s/d April 2016, penulis akan membahas dan menguraikan isi dari laporan kasus ini, khususnya tinjauan kasus untuk melihat kesenjangan-kesenjangan yang terjadi pada asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan anemia ringan. Pada pembahasan ini penulis juga membandingkan teori-teori yang ada dengan asuhan kebidanan yang telah diberikan kepada Ny. A G3P2A0 dengan anemia ringan. Anemia pada kehamilan adalah suatu keadaan di mana terjadi kekurangan sel darah merah dan menurunnya hemoglobin kurang dari 11 gr/dl. Pada trimester I dan III kadar hemoglobin kurang dari 11 gr/dl, pada trimester II kadar hemoglobin kurang dari 10,5 gr/dl. Pada ibu hamil anemia yang sering terjadi yaitu anemia defisiensi besi. (Prawirohardjo, 2010 dalam Astarina, 2014). Ini sesuai dengan kasus yang didapatkan oleh penulis di mana kadar Hb Ny. A G3P2A0 pada trimester II hanya 10,2 gram/ dl, kurang dari 10,5 gram/ dl (pemeriksaan tanggal 24 November 2015). Sedangkan pada pemeriksaan ke dua yang dilakukan tanggal 25 Februari 2016, kehamilan trimester III, kadar hemoglobin dalam darah Ny. A 10,6 gram/ dl. Hal ini menunjukkan bahwa Ny. A G3P2A0 mengalami anemia. Anemia dapat menyebabkan tanda dan gejala letih, sering mengantuk, malaise, pusing, lemah, nyeri kepala, luka pada lidah, kulit pucat, membran mukosa pucat (misal, konjungtiva), bantalan kuku pucat, tidak ada nafsu makan, mual, dan muntah (Rukiyah, 2010). Pada kunjungan ANC pertama pada tanggal 02 Februari 2016, penulis tidak menemukan tanda dan gejala anemia dari data subjektif di mana ibu mengatakan tidak ada keluhan seperti yang telah disebutkan di atas. Namun, pada pemeriksaan objektif ditemukan tanda-tanda anemia pada Ny. A, di mana konjungtiva ibu sedikit pucat dan pada pemeriksaan penunjang (pemeriksaan kadar Hb) yang dilakukan pada tanggal 24 November 2015 didapatkan hasil kadar hemoglobin ibu 10,2 gr/dl. Berdasarkan kadar Hb ibu yaitu 10,2 gram/dl, penulis mengkategorikan anemia yang dialami ibu adalah anemia ringan. Penggolongan ini sesuai dengan tinjauan teori yang menyatakan bahwa Hb 11 gr% untuk yang tidak anemia, Hb 9 – 10 g% anemia ringan, Hb 7 – 8 g% anemia sedang, dan Hb <7 g% anemia berat. Hal ini menandakan Ny.A mengalami Anemia Ringan. Selanjutnya, pada kunjungan ANC ke tiga pada tanggal 25 Februari 2016 ditemukan keluhan bahwa ibu pusing dan lelah. Selain itu, ibu juga mengatakan bahwa ia tidak meminum vitamin (tablet Fe) yang telah diberikan secara teratur. Selanjutnya, dilakukan pemeriksaan ulang laboratorium dan didapatkan kadar HB ibu 10,6 gr/dl. Kadar HB ibu mengalami peningkatan dari pemeriksaan sebelumnya, namun masih dikategorikan ke dalam kadar HB yang rendah. Peningkatan yang cukup rendah ini, menurut penulis disebabkan karena ibu yang tidak mematuhi anjuran petugas kesehatan untuk meminum tablet Fe secara teratur. Selain itu, juga didukung oleh konsumsi makanan sehari-hari ibu yang tidak sesuai dengan kebutuhannya selama hamil. Ibu mengatakan bahwa ia tidak suka mengonsumsi sayuran dan hanya memakannya dalam jumlah yang sedikit. Berdasarkan pengakuan Ny. A ini, penulis mengkategorikan anemia yang dialaminya sebagai anemia defisiensi besi. Pengkategorian ini penulis dapatkan berdasarkan tinjauan teori yang menyatakan bahwa anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya mineral Fe (Prawirohardjo, 2010). Anemia defisiensi zat besi pada wanita bisa disebabkan oleh penurunan asupan atau penyerapan zat besi, termasuk defisiensi nutrisi dan gangguan pencernaan, seperti diare atau hiperemesis (Frase, 2009). Pemenuhan kebutuhan zat besi dapat diperoleh dari konsumsi makanan seperti hati, daging, telur, beras, sayuran hijau (bayam, kangkung, daun papaya, dan daun singkong) (Yanti, 2010). Pada kasus Ny. A G3P2A0 dengan anemia ringan bila tidak segera ditangani akan terjadi anemia sedang tetapi dalam kasus ini tidak ditemukan terjadinya diagnosa potensial. Pada tinjauan kasus menunjukkan bahwa kadar Hb ibu mengalami peningkatan di mana pada pemeriksaan laboratoriun yang pertama tanggal 24 November 2015, kadar Hb ibu 10,2 gr/dl dan mengalami peningkatan pada 25 Februari 2016 menjadi 10,6 gr/dl. Antisipasi yang telah dilakukan pada Ny. A G3P2A0 dengan anemia ringan adalah pemeberian terapi yaitu tablet Fe dengan dosis 2 x 1 tablet per hari dan vitamin C dengan dosis 2 x 1 dalam sehari. Selain itu, ibu juga diberikan konseling untuk mengonsumsi makanan yang bergizi serta dapat meningkatkan kadar Hb ibu. Dalam tinjauan teori dijelaskan bahwa pemberian Fe selama kehamilan dan setelah kelahiran dapat mencegah anemia. Pemantauan konsumsi tablet Fe juga perlu diikuti dengan pemantauan cara minum yang benar karena hal ini akan sangat mempengaruhi efektifitas penyerapan Fe. Cara minum tablet Fe yang benar yaitu dengan air putih atau air jeruk (Setyoresmi, 2012 dalam Astarina, 2014). Pada kasus ini sudah sesuai dengan tinjauan teori di mana, seorang ibu hamil diberikan tablet Fe untuk mencegah dan mengatasi anemia yang dialami oleh ibu serta pemenuhan nutrisi selama kehamilan. Selain tablet Fe, di Puskesmas Kecamatan Senen, Ny. A yang mengalami anemia ringan juga diberikan vitamin C. Vitamin C diberikan kepada Ny. A bertujuan untuk mempercepat penyerapan zat besi dalam tubuh ibu sehingga diharapkan kadar Hb ibu dapat meningkat. Selain itu, ibu juga disarankan untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya dengan mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang terutama makanan yang mengandung tinggi zat besi. Dengan penanganan yang telah dilakukan diharapkan ibu tidak lagi mengalami anemia ringan dan kadar Hb-nya dapat meningkat dari 10,2 gram/dl menjadi minimal 11 gram/dl. Namun, hal itu tidak dapat terwujud dikarenakan ibu tidak mematuhi anjuran dari tenaga kesehatan untuk meminum tablet Fe dan vitamin C secara teratur. Meskipun kadar Hb ibu mengalami peningkatan, namun masih dikategorikan anemia ringan di mana pada pemeriksaan ulang yang dilakukan tanggal 25 Februari 2016, kadar Hb ibu hanya meningkat sebesar 0,4 gram/ dl yaitu menjadi 10,6 gram/ dl. Dan ini tidak sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa pemberian preparat 60 mg/hari dapat menaikan kadar Hb sebanyak 1 gr%/ bulan. Saat ini program nasional menganjurkan kombinasi 60 mg besi dan 50 nanogram asam folat untuk profilaksis anemia (Susiloningtyas, 2012). Bahaya anemia selama kehamilan adalah abortus, persalinan prematur. hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim, ancaman dekompensasi kordis (Hb < 6 gr%), perdarahan antepartum, ketuban pecah dini (KPD) (Manuaba, 2010). Namun, bahaya yang disebutkan ini tidak ditemukan pada Ny. A G3P2A0 di mana selama melakukan asuhan kebidanan pada Ny. A, penulis pernah menemukan kelainan-kelainan tersebut. Selama kehamilan Ny. A, tidak pernah terjadi perdarahan, tidak adanya hambatan dalam tumbuh kembang janin yang didapatkan berdasarkan hasil pemeriksaan TFU yang masih sesuai dengan usia kehamilan, serta tidak terjadi KPD sampai dengan proses persalinan. Ny. A pada akhir kehamilannya mengalami oligohidramnion, namun menurut penulis ini bukan disebabkan oleh anemia yang dialaminya dan penulis juga tidak menemukan teori yang menjelaskan hubungan antara anemia dalam kehamilan dengan terjadinya oligohidramnion. Bahaya anemia saat persalinan adalah gangguan his, kala I memanjang, persalinan dengan tindakan yang disebabkan karena ibu cepat lelah, retensio plasenta, dan atonia uteri (Manuaba, 2010). Bahaya pada persalinan ini juga tidak ditemukan pada Ny. A. Persalinan Ny. A dilakukan secara Secsio Caecaria di RS Budi Kemuliaan pada tanggal 01 April 2016 atas indikasi oligohidramnion dengan hasil indeks cairan amnion 1 cm. Bahaya anemia pada masa nifas adalah subinvolusi, perlukaan sukar sembuh, infeksi puerperium, pengeluaran ASI berkurang, anemia masa nifas, dan infeksi mamae. Bahaya ini juga tidak ditemukan oleh penulis. Selama masa nifas, Ny. A tidak mengalami subinvolusi dan infeksi. Pengeluaran ASI ibu lancer bahkan dalam jumlah yang cukup banyak. Untuk anemia pada masa nifas, tidak dapat diketahui oleh penulis karena di Puskesmas Kecamatan Senen tidak dilakukan pemeriksaan hemoglobin dalam darah namun konjungtiva ibu masih sedikit pucat. Berdasarkan keadaan konjungtiva tersebut, penulis menyimpulkan bahwa Ny. A masih mengalami anemia. Kasus pada Ny. A G3P2A0 dengan anemia ringan telah dilakukan sesuai dengan asuhan kebidanan yang dimulai pada tanggal 02 Februari 2016 s/d 01 April 2016 dengan kunjungan ANC sebanyak 4 kali di Puskesmas Kecamatan Senen, kunjungan rumah 1 kali, dan terakhir di RS Budi Kemuliaan. Kunjungan ANC terakhir dilakukan di RS Budi Kemuliaan dikarenakan ibu mendapatkan rujukan dari Puskesmas Kecamatan Senen atas indikasi Indeks Cairan Amnion yang kurang dari 10 cm yaitu 5,2 cm. Pada setiap kunjungan ANC, asuhan dilakukan sesuai dengan standar pelayanan minimal 14T. Terutama T4 dan T6 yaitu pemberian tablet Fe dan pemeriksaan hemoglobin darah yang dapat mendukung penegakan diagnosis anemia yang dialami oleh Ny. A serta upaya untuk menanganinya telah dilakukan di Puskesmas Kecamatan Senen. pemeriksaan kadar hemoglobin darah pada Ny. A dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pada trimester II tangga 24 November 2015 dan pada trimester III tanggal 25 Februari 2016. Ibu diberikan asuhan sesuai dengan kebutuhan ibu yang mengalami anemia ringan seperti memberikan ibu terapi tablet Fe dengan dosis 2 x 1 tablet dalam sehari, Vitamin C 2 x 1 tablet dalam sehari. Selain itu, ibu juga diberikan konseling untuk mengonsumsi makanan yang kaya akan zat besi serta makanan bergizi lainnya. Selanjutnya, tenaga kesehatan menjelaskan pada ibu penyebab terjadinya anemia ringan yaitu karena kehamilan dan nutrisi yang kurang zat besi dan protein serta menjelaskan kepada ibu dampak yang akan terjadi apabila tidak segera ditangani. Selain itu, tenaga kesehatan juga memberitahukan kepada ibu mengenai masalah potensial yang akan terjadi apabila anemia ringan tidak dapat diatasi yaitu terjadinya anemia sedang. Penulis bersama tenaga kesehatan juga melibatkan suami untuk terus memberikan dukungan kepada ibu agar dapat mengonsumsi makanan yang tinggi zat besi serta mengikut anjuran tenaga kesehatan dalam mengatasi anemia yang dialaminya. Asuhan yang diberikan oleh tenaga kesehatan sudah sesuai dengan kebutuhan ibu. Namun, asuhan ini masih sangat kurang karena tenaga kesehatan tidak menjelaskan secara rinci mengenai akibat dari anemia itu sendiri serta tidak menjelaskan dengan lebih jelas tentang nutrisi dan kebutuhan pada ibu hamil. Misalnya, tenaga kesehatan tidak menjelaskan berapa yang harus dikonsumsi oleh Ny.A tersebut makanan yang mengandung zat besi dalam sehari. Selain itu, tenaga kesehatan juga tidak memberitahu ibu makanan apa saja yang mengandung tinggi zat besi seperti hati, ikan, telur, dan sayuran hijau. Dengan demikian, kurangnya asupan nutrisi merupakan penyebab terjadinya anemia pada Ny. A, namun kurangnya kesadaran ibu ini juga disebabkan oleh kurangnya penjelasan yang diberikan oleh tenaga kesehatan. Pada pengkajian data, juga terjadi kesenjangan pada kasus ini. Di mana, tenaga kesehatan tidak mengkaji dengan lebih rinci mengenai keluhan yang dirasakan oleh ibu dan tidak mengkaji lebih dalam lagi mengenai pola makan ibu sehari-hari. Tenaga kesehatan tidak mengkaji porsii makan ibu dalam sehari dan jenis makanan apa saja yang dimakannya dalam sehari. Hal ini harus dilakukan agar tenaga kesehatan dapat mengetahui jumlah nutrisi terutama zat besi yang dikonsumsi ibu dalam sehari, jika jumlah yang dikonsumsi tidak sesuai dengan kebutuhan ibu maka anemia yang dialaminya tidak dapat diatasi. Hal ini terlihat dari peningkatan Hb Ny. A yang cukup sedikit yaitu sebesar 0,4 gram/ dl pada trimester III. Dengan kata lain, peningkatan kadar Hb tidak tercapai dengan maksimal.