ABSTRACT
Background: Pregnant women are at risk of anemia caused by various things. In general, the cause of
anemia in pregnant women is iron deficiency which triggers folate deficiency. According to WHO, the incidence of
anemia around 42% occurs in pregnant women with middle to lower economic conditions. The impact of anemia
on the mother can experience postpartum hemorrhage caused by uterine atony and premature birth. While the
effects of anemia on infants can result in babies born with low birth weight, fetal death in the uterus, asphyxia and
intra-uterine growth restriction (IUGR). Beetroot (Beta vulgaris L) contains vitamins A, B, and C, and contains iron,
calcium and phosphorus which can stimulate the circulatory system.
Purpose: to determine the provision of red beet juice to the increase in Hb levels in pregnant women with
anemia in the working area of Langsa City Health Center.
Methods: This type of research is quasi experimental, pretest and posttest one model design. This study
consisted of 2 groups, namely the group giving Fe tablets as a control group, the group giving beetroot juice as the
intervention group. Duration of treatment for 14 days. Each group was observed and checked for hemoglobin levels
before and after the intervention. The analysis used to determine the effect of red beet juice and Fe tablets on the
increase in hemoglobin levels of anemic pregnant women using the paired T-test (Sig 0.000).
Results: Beetroot treatment group, mean hemoglobin at pretest was 10.033 gr / dl and posttest was 11.507
with a difference of 1.474, meaning that there was an increase in hemoglobin levels after being given red beet juice
treatment of 1.474 gr / dl. The test used is the paired t-test with the Sig. 0.000 (<0.05), meaning that there is an
effect of giving red beet juice with hemoglobin of pregnant women with anemia. In the control group, the mean
hemoglobin at pretest was 10.027 g / dl and 10.747 g / dl in the posttest with a difference of 0.72, meaning an
increase in hemoglobin levels was 0.72. The paired t-test results showed the Sig. 0.000 (<0.05), which means that
there is an effect of giving Fe tablets with hemoglobin in pregnant women with anemia.
Conclusion: There is an effect of Red Beet Juice and Fe Tablets to increase Hb levels in pregnant women
with anemia
Suggestion For pregnant women, they can choose beetroot as an alternative to handling cases of anemia
during pregnancy. Meanwhile, for health workers to carry out socialization about red beets is very beneficial for
public health
ABSTRAK
Latar Belakang : Ibu hamil beresiko terjadi anemia yang disebabkan oleh berbagai hal. Secara umum
penyebab ibu hamil anemia karena defisiensi besi yang memicu terjadi defisiensi folat. Menurut WHO angka
kejadian anemia sekitar 42 % terjadi pada ibu hamil dengan kondisi ekonomi kalangan menengah kebawah.
Dampak anemia pada ibu dapat mengalami perdarahan postpartum yang disebabkan karena atonia uteri dan
kelahiran prematur. Sedangkan efek anemia pada bayi dapat mengakibatkan bayi lahir dengan BBLR, Kematian
janin dalam Rahim, asfiksia dan intra uterin growth restriction (IUGR). Bit merah (Beta vulgaris L) mengandung
vitamin A, B, dan C, serta mengandung zat besi, kalsium dan fosfor yang dapat merangsang sistem peredaran
darah.
Tujuan : untuk mengetahui pemberian jus Bit merah terhadapa peningkatan kadar Hb pada ibu hamil
dengan anemia di wilayah kerja Puskesmas Kota Langsa.
Metode : Jenis penelitian quasi experimental, pretest and posttest one model design. Penelitian ini terdiri
dari 2 kelompok yaitu kelompok pemberian tablet Fe sebagai kelompok kontrol, kelompok pemberian Jus Bit merah
Jus Bit Merah (Beta vulgaris L.) Bermanfaat Meningkatkan Kadar Hemoglobin Ibu Hamil Dengan Anemia 463
sebagai kelompok intervensi. Lamanya Perlakuan yang dilakukan selama 14 hari. Setiap kelompok diobservasi
dan dilakukan pemeriksaan kadar hemoglobin sebelum dan setelah diberikan intervensi. Analisis yang digunakan
untuk mengetahui pengaruh pemberian Jus Bit merah dan tablet Fe terhadap peningkatan kadar hemoglobin ibu
hamil anemia dengan menggunakan uji paired T-test (nilai Sig 0.000).
Hasil : kelompok perlakuan Bit merah, rerata hemoglobin pada saat pretest sebesar 10,033 gr/dl dan
posttest sebesar 11,507 dengan selisih 1,474, artinya terjadi kenaikan kadar hemoglobin setelah diberikan
perlakuan jus Bit merah sebesar 1,474 gr/dl. Uji yang digunakan adalah paired t-test dengan nilai Sig. 0,000 (<
0,05), artinya terdapat pengaruh pemberian jus bit merah dengan hemoglobin ibu hamil dengan anemia. pada
kelompok kontrol dengan pemberian tablet Fe rerata hemoglobin saat pretest sebesar 10,027 gr/dl dan posttest
10,747 gr/dl dengan selisih 0,72, berarti terjadi kenaikan kadar hemoglobin sebesar 0,72. Hasil uji paired t-test
didapatkan hasil nilai Sig. 0,000 (< 0,05), artinya terdapat pengaruh pemberian tablet Fe dengan hemoglobin ibu
hamil dengan anemia.
Kesimpulan : ada pengaruh pemberian Jus Bit Merah dan Tablet Fe terhadap peningkatan kadar Hb pada
ibu hamil dengan Anemia
Saran . Bagi ibu hamil agar dapat memilih Bit merah sebagai salah satu altrenatif terhadap penanganan
kasus anemia selama kehamilan. Sedangkan bagi petugas kesehatan agar melaksanakan sosialisasi tentang
buah Bit merah sangat bermanfaat terhadap kesehatan masyarakat
Kata Kunci : Jus Bit merah, Tablet Fe, Kadar kadar Hb, Anemia Kehamilan
gangguan pertumbuhan pada sel tubuh maupun sel fe dapat membuat mual muntah sehingga ibu hamil
otak, mengakibatkan kurangnya oksigen yang tidak mau mengkonsumsinya lagi dan secara tidak
ditransfer ke sel tubuh maupun ke otak. Anemia pada langsung kasus anemia belum dapat diatasi. Tujuan
ibu dapat mengalami perdarahan postpartum yang penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
disebabkan karena atonia uteri (Rimawati et al., pemberian Jus Bit Merah dan Tablet Fe terhadap
2018) dan lahir prematur. Selain itu anemia pada ibu peningkatan kadar Hb pada ibu hamil dengan
hamil dapat mengakibatkan bayi lahir dengan BBLR, Anemia di wilayah kerja puskesmas Kota Langsa.
Kematian janin dalam Rahim, asfiksia dan intra uterin Oleh sebab itu, penelitian tentang ini dianggap perlu
growth restriction (IUGR) (Stephen et al., 2018). dikaji lagi apakah ada pengaruh pemberian jus Bit
Bit merah (Beta Vulgaris L) adalah jenis umbi- merah dan tablet Fe terhadap peningkatan kadar
umbian yang sering digunakan sebagai pewarna hemoglobin pada ibu hamil anemia di wilayah kerja
alami untuk berbagai jenis makanan, kaya akan folat Puskesmas langsa Kota.
yang ampuh untuk mencegah penyakit jantung dan Penelitian ini berbeda dengan penelitian
anemia. Buah bit yang dikenal dengan akar bit Suryandari, (2015), dimana penelitian ini memberi
mapun bit merah ini merupakan salah satu jenis perlakuan pemberian jus bit merah saja tanpa
tanaman dari kelompok Amaranthaceae dan ditambah dengan tablet Fe, diberikan pada ibu hamil
memiliki nama latin Beta Vulgaris. Bit merah trimester dua, dosis jus bit merah yang diberikan 250
mengandung serat, baik yang mudah larut maupun ml perhari selama 14 hari. Cara mengatasi anemia
sulit larut, serat yang tidak mudah larut membantu adalah dengan pemberian terapi tablet antianemia
memperlancar kerja usus, sedangkan serat yang (Fe), yang mana ibu hamil harus mengkonsumsi
mudah larut kadar gula dan kolesterol darah tetap tablet Fe sebanyak 90 tablet selama masa
stabil (Suryandari, 2015). kehamilan. Berdasarkan hasil survey yang peneliti
Bit merah (Beta vulgaris L), yang memiliki lakukan ibu hamil banyak mengeluh tablet fe dapat
senyawa aktif betalain. Senyawa Betalain merangsang mual muntah sehingga tidak mau
merupakan pigmen mengandung nitrogen yang mengkonsumsinya lagi dan secara tidak langsung
dapat larut air. Bit merah terdapat senyawa aktif kasus anemia belum dapat diatasi. Penulis ingin
betalain (Clifford, et al, 2015). Senyawa betalain melihat pengaruh pemberian Jus Bit Merah dan
disebut juga dengan asam betalamat dan tablet Fe terhadap peningkatan kadar Hemoglobin
turunannya betacyanin dan betaxanthin (Mereddy, et pada ibu hamil dengan anemia di Wilayah Kerja
al, 2016). Betalain juga umum digunakan sebagai Puskesmas Kota Langsa
pewarna alami untuk pengolahan pangan. Betalain
memiliki sifat sebagai antioksidan, sehingga mampu METODELOGI PENELITIAN
melindungi komponen tubuh dari gangguan stres Rancangan penelitian yang digunakan adalah
oksidatif (Ninfali & Angelino, 2013). Pemberian Jus quasi experiment dengan pretest and posttest
Bit merah yang diberikan pada remaja putri dengan design, untuk mengetahui perbedaan kadar
anemia di SMA negeri Chenai Tamilnadu, dilakukan hemoglobin pada ibu hamil anemia yang diberikan
pretest dan posttest pemeriksaan kadar hemoglobin. Jus Bit merah dan tablet Fe di Wilayah Kerja
Jus Bit merah selama 20 hari pada pagi hari Puskesmas Kota Langsa. Lokasi penelitian
menunjukkan peningkatan kadar hemoglobin Puskesmas Kota Langsa, dengan Jumlah sampel 30
meningkat dibandingkan dengan kelompok kontrol orang. Kelompok perlakuan ada 2 yaitu kelompok
(Priya, 2013). intervensi yang berikan Jus Bit merah 250 ml satu
Bit merah (Beta vulgaris L) mengandung kali/24 jam pada pagi hari selama 14 hari, sedangkan
vitamin A, B, dan C dengan kadar air yang tinggi. Bit kelompok perlakuan diberikan tablet Fe satu hari
merah juga mengandung zat besi, kalsium dan fosfor sekali selama 14 hari. Kriteria inklusi adalah Ibu
yang bekerja dengan merangsang sistem peredaran hamil dengan anemia ringan dan sedang, Ibu hamil
darah dan membantu membangun sel darah merah trimester dua dan tiga, Ibu hamil anemia yang tidak
karena kandunga asam folat dan B12 dalam Bit mengkonsumsi suplemen atau obat untuk penyakit
Merah adalah kunci penting dalam metabolisme apapun. Sedangkan kriteria eksklusi adalah ibu
seluler dan dibutuhkan dalam perkembangan normal hamil dengan anemia berat, riwayat alergi makanan,
eritrosit. Bit juga membersihkan dan memperkuat dan ibu hamil dengan penyakit gastrointestinal,
darah sehingga darah dapat membawa zat gizi ke talasemia, tukak lambung.
seluruh tubuh sehingga jumlah sel darah merah tidak Instrumen penelitian yaitu kuesioner berupa
akan berkurang (Putri et al., 2016). daftar observasi dengan cara melakukan wawancara
Hasil survey dilakukan pada pada 10 orang untuk memgamati tanda gejala anemia dengan
ibu hamil, 8 orang ibu hamil mengeluh minum tablet memberi skoring. Jumlah skor maksimum 20,
dengan interpretasi skor anemia yaitu anemia ringan dengan 30 responden ibu hamil yang mengalami
jumlah skor 1-7, anemia sedang skor 8-14 dan anemia, didapatkan hasil:
anmeia berat 15-20. Alat yang digunakan untuk Karakteristik ibu
mengukur kadar hemoglobin yaitu digital Easy Touch Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa
Gchb. Pengukuran kadar hemoglobin dilakukan pada kelompok perlakuan dari 15 responden
sebanyak 2 kali yaitu pada saat sebelum perlakuan mayoritas usia ibu 20-35 tahun sebanyak 13 orang
(pretest) dan setelah perlakuan (posttest). Penelitian (86,7%), mayoritas ibu dengan jumlah anak 2-4
ini sudah mendapatkan persetujuan etik dari tim (multigravida) sebanyak 7 orang (46,7%) dan
komisi etik Poltekkes Aceh dengan No. 1. B. mayoritas ibu tidak bekerja sebanyak 10 orang
02.03/8177/2019. Analisa data menggunakan data (66,7%). Pada kelompok kontrol dari 15 responden,
univariat dan bivariat kemudian dianalis dengan mayoritas usia ibu 20-35 tahun sebanyak 11 orang
paired t-test. (73,3%), mayoritas jumlah anak ibu 2-4
HASIL PENELITIAN (multigravida) sebanyak 8 orang (53,3%) dan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada mayoritas ibu tidak bekerja sebanyak 8 orang
tanggal 19 Agustus s/d 03 September 2019 di (53,3%).
Wilayah Kerja Puskesmas Langsa Kota Kota Langsa
Tabel 1.
Distribusi Frekuensi Karakteristik Ibu Berdasarkan Usia, Paritas dan Pekerjaan
K. Perlakuan K. Kontrol
Karakteristik Ibu
F % F %
Usia
20-35 Tahun 13 86,7 11 73,3
>35 Tahun 2 13,3 4 26,7
Paritas
Primigravida 6 40 5 33,3
Multigravida 7 46,7 8 53,3
Gande Multigravida 2 13,3 2 13,4
Pekerjaan
Bekerja 5 33,3 7 46,7
Tidak Bekerja 10 66,7 8 53,3
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui dengan menggunakan pengujian Uji Paired T-Test.
Pengaruh Buah Bit Terhadap Kadar Hemoglobin Hasil dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
pada ibu Hamil Anemia di Puskesmas Langsa Kota
Tabel 4.
Hasil uji Paired T-Tes Buah Bit Merah Terhadap Kadar Hemoglobin
Kelompok Rerata Selisih Rerata Sig.
Kelompok Kontrol (Tablet Fe)
Pretest 10,027
0,72
Posttest 10,747 0,000
Kelompok Perlakuan ( Bit merah)
Pretest 10,033
1,474
Posttest 11,507 0,000
Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa, Pada kelompok perlakuan dengan pemberian
pada kelompok kontrol dengan pemberian tablet Fe Bit merah, rerata Hemoglobin pada saat pretest
rerata hemoglobin saat pretest sebesar 10,027 gr/dl sebesar 10,033 gr/dl dan posttest sebesar 11,507
dan posttest 10,747 gr/dl dengan selisih 0,72, yang dengan selisih 1,474, yang berarti terjadi kenaikan
berarti terjadi kenaikan kadar hemoglobin sebesar kadar Hemoglobin setelah diberikan perlakuan Bit
0,72. Setelah di uji menggunkan uji paired t-test merah sebesar 1,474 gr/dl. Setelah di uji
didapatkan hasil nilai Sig. 0,000 (< 0,05) yaitu menggunakan uji paired t-test didapatkan hasil nilai
terdapat pengaruh pemberian tablet Fe dengan Sig. 0,000 (< 0,05) yaitu terdapat pengaruh
Hemoglobin ibu anemia. pemberian buah Bit merah dengan Hemoglobin ibu
anemia.
Pretest Posttest
FE Buah bit
Gambar 1.
Rerata kadar hemoglobin pretest dan posttest pemberian perlakuan
pada kelompok Kontrol (Fe) dan perlakuan (Bit merah)
Pada gambar diatas diketahui bahwa rerata Pengaruh pemberian Jus Bit merah (Beta
sebelum dan setelah perlakukan didapat, pada vulgaris L) terhadap peningkatan kadar
kelompok kontrol dengan pemberian tablet Fe rerata Hemoglobin pada ibu hamil dengan anemia.
kadar Hemoglobin sebelum perlakuan seberar Dari hasil penelitian bahwa ibu hamil anemia
10,027 gr/dl dan setelah diberi perlakuan menjadi yang diberi perlakuan jus Bit merah terbukti mampu
sebesar 10,747 gr/dl, yang artinya terjadi meningkatkan kadar hemoglobin di wilayah kerja
peningkatan kadar Hemoglobin sebesar 0,72 gr/dl. Puskesmas Langsa Kota.Pada. Data yang didapat
Pada kelompok perlakuan rerata sebelum menunjukkan bahwa kelompok perlakuan yang
dan setelah pemberian Bit merah didapat, pada diberi jus Bit merah, rerata Hemoglobin pada saat
sebelum perlakuan rerata sebesar 10,033 dan pretest sebesar 10,033 gr/dl dan posttest sebesar
setelah diberi perlakuan sebesar 11,507 gr/dl, yang 11,507 dengan selisih 1,474, yang berarti terjadi
artinya terjadi peningkatan kadar Hemoglobin kenaikan kadar Hemoglobin setelah diberikan
setelah diberikan buah Bit merah sebesar 1,474 perlakuan buah Bit merah sebesar 1,474 gr/dl.
gr/dl. Setelah di uji menggunakan uji paired t-test
didapatkan hasil nilai Sig. 0,000 (< 0,05) yaitu
PEMBAHASAN
terdapat pengaruh pemberian jus Bit merah dengan Dari hasil penelitian pemberian tablet fe pada
Hemoglobin ibu anemia. ibu hamil dengan anemia selama 14 hari terbukti
Penelitian ini sejalan dengan Suryandari, mampu meningkatkan kadar hemoglobin pada ibu
(2015), bahwa pemberian jus Bit merah ditambah hamil dengan anemia di wilayah kerja Puskesmas
dengan tablet Fe selama 1 minggu pada ibu hamil langsa Kota. Data yang didapat menunjukan bahwa,
terbukti signifikan dapat meningkatkan kadar pada kelompok kontrol dengan pemberian tablet Fe
Hemoglobin lebih tinggi dibandingkan tablet Fe saja. rerata Hemoglobin saat pretest sebesar 10,027 gr/dl
Penelitian ini didukung oleh Manjulavathi, (2016), dan posttest 10,747 gr/dl dengan selisih 0,72, yang
dimana pemberian jus Bit merah yang diberikan berarti terjadi kenaikan kadar Hemoglobin sebesar
pada remaja yang telah menarche dengan anemia 0,72. Setelah di uji menggunakan uji paired t-test
defisiensi besi di Institut pelatihan guru Sree balaji didapatkan hasil nilai Sig. 0,000 (< 0,05) yaitu
Chennai, terbukti secara signifikan dapat terdapat pengaruh pemberian tablet Fe dengan
meningkatkan kadar Hemoglobin dengan nilai P< Hemoglobin ibu anemia.
0,001. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Ratih,
Kandungan nutrisi didalam Bit merah per 100 (2017), hasil penelitian yang berjudul pengaruh
g adalah sebagai berikut: vitamin A 20 IU, tiamin 0,02 pemberian tablet zat besi (Fe) terhadap peningkatan
mg, riboflavin 0,05 mg, niasin 0,4 mg, vitamin C 10 kadar Hemoglobin pada ibu hamil yang anemia
mg, kalsium 27 mg, zat besi 1,0 mg, fosfor 43 mg, bahwa, kadar Hemoglobin ibu hamil yang anemia
serat 87,4 g, lemak 1 g, karbohidrat 9,6 g, protein 1,6 sebelum mengkonsumsi tablet zat besi (Fe) 8,81
g, kalori 42 kkal per 100 g. Selain iru daun Bit merah g/dL. Kadar Hemoglobin ibu hamil yang anemia
tidak kalah dengan buah bit merah yang sama-sama sesudah mengkonsumsi tablet zat besi (Fe) 12,58
memiliki nilai gizi, namun jarang dikonsumsi daunnya gr/dL. Artinya ada pengaruh peningkatan kadar
(Babarykin et al., 2019). hemoglobin pada ibu hamil yang anemia sebelum
Selain itu pemberian ekstrak etanol Bit merah dan sesudah pemberian tablet zat besi (Fe) dengan
dengan dosis 250 dan 500 mg/hari/kgBB terbukti nilai p.value <0,05 yaitu P value 0,001.
mampu meningkatkan ekspresi VEGF dan ketebalan Hasil penelitian didukung oleh Nurhayati, dkk,
endometrium pada tikus Rattus norvegicus yang (2015), yang mana ada pengaruh pemberian tablet
dipapar asap rokok, karena asap rokok dapat Fe selama 12 hari terhadap peningkatan kadar
menurunkan estrogen sehingga merusak follikel Hemoglobin pada ibu hamil trimester III dengan
ovarium dan menghambat proliferasi endometrium, anemia. Tablet besi (Fe) sangat efektif untuk
yang mungkin terjadi infertilitas (Hanum et al, 2018). menggantikan zat besi yang diperlukan oleh tubuh
Konsumsi Bit merah dapat terjadi Beeturia, agar kadar Hemoglobin meningkat. Sebaiknya
yangmana urin menjadi merah dan kadang-kadan konsumsi tablet besi bersamaan dengan vitamin C
feses berwarna agak gelap. Farmakokinetik kadar agar dapat menyerap zat besi dalam usus. Efek
betalain dalam Bit merah dalam urin manusia sehat samping dari tablet besi biasanya, mual, kembung
yang dikonsumsi secara sukarela, terdapat kadar dan sembelit (Colman & Pavord, 2017).
betalain dalam urin yang konsumsi jus Bit merah Efek anemia dalam kehamilan yaitu: anemia
setelah 24 jam sekita 60-369 mg kadar betalain dari ringan tidak memeliki efek terhadap kehamilan dan
hasil minum jus Bit merah sebanyak 300-500 ml. persalinan kecuali simpanan besi dalam tubuh
Betasianin lebih cepat diserap oleh usus dan mulai rendah sehingga memperparah anemia. Anemia
tampak pada urin setelah 2 jam konsumsi Bit merah, sedang disebabkan lemah, lelah, kurangnya energi
namun hanya sekitar 0,28 % yang tercerna dalam dan melakukan pekerjaan berat. Sedangkan anemia
tubuh sisa nya terekskresi dalam urin (Neelwarne, berat dengan sering dikaitkan dengan kemiskinan.
2012). Sampai saat ini belum diketahui uji toksisitas Tanda gejala anemia berat yaitu palpitasi, takikardi,
pemberian Bit merah pada manusia, penulis hanya sesak napas, peningkatan curah jantung dan gagal
memberi perlakuan pada ibu hamil dengan anemia jantung yang mengakibatkan terjadi persalinan
dengan Jus Bit senyak 250 ml, ini sesuai dengan prematur, pre eklamsi, dan sepsis. Sedangkan bayi
dosis penelitan sebelumnya oleh Lotfi et al, (2018), dapat lahir prematur dan dapat mengakibatkan
pada atlet wanita yang diberi bit merah 200 ditambah asfiksia serta kematian perinatal (Sharma &
air 50 ml yang terbukti mencegah anemia. Shankar, 2010).
Berdasarkan hasil penelitian pada kedua
Pengaruh pemberian tablet Fe terhadap kelompok masih ditemukan kejadian anemia pada
peningkatan kadar Hemoglobin pada ibu hamil ibu hamil setelah pemberian perlakuan pada kedua
dengan anemia. kelompok tersebut, dimana kelompok perlakuan Bit
merah masih terdapat kelompok kontrol dengan
Ninfali, P., & Angelino, D. (2013). Nutritional and Nuswantoro, U., … Diponegoro, U. (2018).
functional potential of Beta vulgaris cicla and Intervensi Suplemen Makanan Untuk
rubra. Fitoterapia, 89(1), 188–199. Meningkatkan Kadar Hemoglobin Pada Ibu
https://doi.org/10.1016/j.fitote.2013.06.004 Hamil Food Supplement Interventions for
Nora, M. A. (2018). Effect of red beetroot (Beta Increasing Hemoglobin Level on Pregnant
vulgaris L.) intake on the level of some Women. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat,
hematological tests in a group of female 9(3), 161–170.
volunteers. ISABB Journal of Food and https://doi.org/10.26553/jikm.2018.9.3.161-
Agricultural Sciences, 8(2), 10–17. 170
https://doi.org/10.5897/isabb-jfas2017.0070 Ristica, O. D. (2013). Faktor Risiko Kejadian Anemia
Nurhayati, N., Halimatusakdiah, P. K. A., & Asniah, pada Ibu Hamil Risk Factors Related to
A. (2015). PENGARUH ASUPAN TABLET Anemia in Pregnant Women. Jurnal
ZAT BESI (Fe) TERHADAP KADAR Kesehatan Komunitas, 2(2), 78–82.
HAEMOGLOBIN (Hb) PADA IBU HAMIL DI Sharma, J. B., & Shankar, M. (2010). Anemia in
PUSKESMAS KOPELMA DARUSSALAM Pregnancy . PREVALENCE OF ANEMIA IN.
TAHUN 2014. Idea Nursing Journal, 6(1), 76– Indian Journal of Medical Research, 23(4),
82. 253–260.
Obai, G., Odongo, P., & Wanyama, R. (2016). Stephen, G., Mgongo, M., Hussein Hashim, T.,
Prevalence of anaemia and associated risk Katanga, J., Stray-Pedersen, B., & Msuya, S.
factors among pregnant women attending E. (2018). Anaemia in Pregnancy:
antenatal care in Gulu and Hoima Regional Prevalence, Risk Factors, and Adverse
Hospitals in Uganda: A cross sectional study. Perinatal Outcomes in Northern Tanzania.
BMC Pregnancy and Childbirth, 16(1), 1–7. Anemia, 2018.
https://doi.org/10.1186/s12884-016-0865-4 https://doi.org/10.1155/2018/1846280
Priya, N. G. (2013). Beet root juice on haemoglobin Suryandari, A. E. (2015). Jurnal Kebidanan DIBERI
among adolescent girls. IOSR Journal of Fe DENGAN Fe DAN BUAH BIT DI WILAYAH
Nursing and Health Science, 2(1), 09–13. KERJA Amaranthaceae dan memiliki nama
https://doi.org/10.9790/1959-0210913 latin zat besi sekitar hampir 7 % serta asam
Putri, M. C., Tjiptaningrum, A., Kedokteran, F., folat. Jurnal K, VII(01), 36–47.
Lampung, U., Klinik, B. P., Kedokteran, F., & Susiloningtyas, I. (2012). PEMBERIAN ZAT BESI
Lampung, U. (2016). Efek Antianemia Buah (Fe) DALAM KEHAMILAN Oleh : Is
Bit ( Beta vulgaris L . ) Antianemic Effect Of Susiloningtyas. Suhardjo, 2003, 50, 128.
Beetroot ( Beta vulgaris L . ). Jurnal Majority, WHO. (2016). Iron and folate
5(4), 96–100. supplementation,Intergrated Management of
Ratih, R. H. (2017). Pengaruh Pemberian Tablet Zat Pregnancy and Childbirth (IMPAC).
Besi (Fe) Terhadap Peningkatan Kadara WHO Global Database on Anaemia. (2008).
Hemoglobin Pada Ibu Hamil Yang Anemia. Worldwide prevalence of anaemia. World
Jomis (Journal Of Midwifery Science), 1(1), Health Organization.
30–34. https://doi.org/10.1017/S1368980008002401
Rimawati, E., Kusumawati, E., Gamelia, E., Achadi
Nugraheni, S., Kesehatan, F., Dian
Pengaruh Pemberian Susu Formula Dengan Karies Pada Anak Usia Prasekolah
Abstract
Background: Formula milk is milk produced by the industry for the purpose of proper nutritional intake and can be accepted by the
child's body system. Dental caries is an infectious disease that can damage the hard tissue structure of the teeth, which includes
enamel, dentine and cementum, caused by the activity of microorganisms in fermenting carbohydrates. Research Objectives: To
determine the effect of formula feeding on caries in preschool-aged children. Research Methods: Literature study, where the
literature study method is one of the techniques for listing theoretical references come from textbooks, journals, scientific articles,
literature review which contains the effect of formula feeding on caries in preschool-aged children. Conclution: Consumption of
formula milk has an effect on dental caries in preschool children. Carbohydrate content such as sucrose and lactose can cause
dental caries and if you consume formula milk too often, the severity of dental caries will be higher.
Pengaruh Pemberian Susu Formula Dengan Karies Pada Anak Usia Prasekolah| 1
BARONGKO : JURNAL ILMU KESEHATAN
KESEHATAN GIGI
(Dental Health) 2023
menjelang tidur dapat menyebabkan karies gigi. formula kariogenik. Sukrosa merupakan perangsang
Laktosa dan sukrosa dalam sisa susu yang tergenang dan penyebab terjadinya karies gigi pada manusia.
dalam mulut sepanjang malam akan mengalami proses Pola pemberian susu formula yang tidak tepat
hidrolisa oleh bakteri plak menjadi asam. seperti cara penyajian susu dalam botol, lama
Berdasarkan uraian diatas yang menjelaskan pemberian, frekuensi dan waktu pemberian dapat
tentang frekuensi pemberian susu formula terhadap menyebabkan terjadinya karies gigi pada anak.
risiko kejadian karies merupakan salah satu masalah Semakin lama susu formula berkontak dengan
kesehatan masyarakat. Maka penulis tertarik untuk permukaan gigi semakin besar pula kemungkinan
melakukan studi literatur tentang dengan judul untuk waktu lamanya produksi asam dalam rongga
Gambaran Pengaruh Pemberian Susu Formula mulut. Email gigi sangat rentan terhadap asam dan
Terhadap Karies Gigi Pada Anak Usia Prasekolah akan terjadinya demineralisasi dari gigi yang akan
mengakibatkan karies jika gigi terpapar lingkungan
METODE asam dalam waktu yang lama.
Jenis penelitian yang digunakan adalah studi Gigi sulung lebih mudah terkena karies
literatur dengan metode penelitian data pustaka, gigi(lubang gigi) karena struktur dan morfologi gigi
membaca dan mencatat, serta mengolah bahan sulung yang berbeda dari gigi tetaap. Gigi rahang atas
penelitian.Data yang digunakan dalam penelitian ini lebih sering terkena karies gigi dibanding gigi rahang
adalah data yang diperoleh bukan dari pengamatan bawah karena gigi rahang bawah dilindungi oleh lidah
langsung, akan tetapi diperoleh dari hasil penelitian selama gerakan menghisap susu.
yang telah dilakukan oleh peneliti-peneliti terdahulu. Hal ini berdasarkan hasil penelitian yang
Sumber data yang didapat berupa artikel atau jurnal dilakukan oleh Imroatul Azizah dkk, (2020) dengan
yang relevan dengan menggunakan database melalui judul Konsumsi Susu Formula Terhadap Kejadian
Google Scholar. Karies Gigi Pada Anak Prasekolah Di PGTKIT
Kata kunci yang digunakan dalam penelitian ini Alhamdulillah Bantul Yogyakarta dengan jumlah
yaitu susu formula, karies, dan anak usia prasekolah responden 114 menunjukkan bahwa sebagian besar
serta pengaruh pemberian susu formula dengan karies responden mengalami karies gigi yaitu sebanyak 80
pada anak usia prasekolah. responden dengan persentase 70,2% dengan jenis
kelamin lak i – laki 53,3%, usia 3 – 5 tahun 54,4%,
PEMBAHASAN dengan jumlah konsumsi susu formula ≤3 kali/hari
Susu formula dapat menyebabkan terjadinya
50,9%. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan
karies pada anak usia prasekolah. Susu formula adalah
antara konsumsi susu formula dengan kejadian karies
susu cair atau bubuk dengan formula tertentu yang
gigi di PG-TKIT. Rendahnya konsumsi karbohidrat
diproduksi oleh industri untuk keperluan asupan gizi
berpengaruh terhadap rendahnya karies gigi.
yang sesuai dan bisa diterima sistem tubuh anak, yang
Pemberian minuman seperti susu formula yang hampir
berfungsi sebagai pengganti ASI. Susu formula yang
semua merk mengandung sukrosa dan oral – hygiene
berasal dari hewan (sapi, kambing dan domba) yang
yang salah merupakan penyebab terjadinya karies gigi.
telah diproses dan diubah kandungannya agar
Hal ini dikarenakan sukrosa merupakan gula yang
kandungannya sama dengan Air Susu Ibu (ASI).
paling kariogenik (menyebabkan gigi berlubang),
Walaupun tidak sehebat ASI, susu formula
frekuensi mengonsumsi sukrosa yang tinggi
mengoptimalkan dirinya agar menyerupai ASI. Seperti
meningkatkan keasaman plak dan mempertinggi
yang kita tahu bahwa pada umumnya susu yang
potensi pembentukan plak. Apabila makanan dan
beredar di pasaran merupakan jenis susu yang berasal
minuman berkarbohidrat terlalu sering dikonsumsi,
dari susu sapi. Susu formula yang tersaji adalah susu
maka rongga mulut akan senantiasa berada dalam
formula dengan nutrisi yang diserupakan dengan
kondisi asam, sehingga email gigi tidak mempunyai
kandungan air susu ibu diberikan pada anak berfungsi
kesempatan untuk melakukan proses remineralisasi
sebagai pengganti ASI dalam memenuhi nutrisi anak.
dengan sempurna yang akhirnya menyebabkan
Namun kandungan yang terdapat pada susu formula
terjadinya karies pada gigi.
sering diabaikan. Dalam susu formula terkandung
Semakin awal balita diberikan susu formula, dua
komponen gula atau karbohidrat yang dikenal dengan
kali lebih besar terkena kerusakan gigi dan karies gigi.
laktosa. Selain laktosa terkadang terdapat tambahan
Hal ini karena laktosa dan sukrosa yang terkandung
glukosa dalam susu formula yang menjadikan susu
Pengaruh Pemberian Susu Formula Dengan Karies Pada Anak Usia Prasekolah| 2
BARONGKO : JURNAL ILMU KESEHATAN
KESEHATAN GIGI
(Dental Health) 2023
dalam susu formula merangsang pertumbuhan bakteri Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang
streptococcus mutans yang menyebabkan karies. dilakukan oleh Ira Fauziah dkk, (2021) dengan judul
sukrosa merupakan gula yang paling kariogenik karena Hubungan Konsumsi Susu Formula dengan Kejadian
cepat dimetabolisme oleh bakteri. Semakin sering Karies Gigi pada Anak Usia Prasekolah di Desa
sukrosa dikonsumsi, semakin lama gigi memiliki Ph Sringin Jumantono dengan jumlah sampel 56 anak
yang rendah yakni kondisi terjadinya demineralisasi usia prasekolah menunjukkan bahwa kejadian karies
sehingga gigi menjadi rentan karies. Laktosa gigi yang paling besar adalah kategori sedang, yaitu
merupakan karbohidrat yang dapat difermentasi oleh sebesar 24 anak (42,8%). Hal ini menunjukkan
bakteri sehingga dapat menyebabkan kerusakan pada semakin lama konsumsi susu formula maka semakin
gigi. tinggi kejadian karies gigi, semakin banyak frekuensi
Penelitian ini sejalan dengan teori yang konsumsi susu formula maka semakin tinggi kejadian
dikemukakan oleh Banun Kusumawardani dkk (2019) karies gigi, semakin lama durasi konsumsi susu
bahwa bahan makanan (karbohidrat) tertentu yaitu formula maka semakin tinggi kejadian karies gigi.
polisakarida, sukrosa, dan glukosa dapat memicu Sedangkan anak yang menggunakan botol/dot dalam
terjadinya karies gigi bila melekat dengan mengkonsumsi susu formula maka semakin tinggi
permukaan gigi dalam waktu cukup lama. Bakteri kejadian karies gigi, dan menambahkan gula/ pemanis
pada mulut akan mengubah glukosa, fruktosa, dan dalam mengkonsumsi susu formula maka semakin
sukrosa menjadi asam laktat melalui proses glikolisis tinggi kejadian karies gigi pada anak usia prasekolah di
yang disebut fermentasi. Bila mengenai gigi, asam Desa Sringin Jumantono.
ini dapat menyebabkan demineralisasi. Bila Pola pemberian susu formula dalam jangka waktu
demineralisasi terus berlanjut, maka akan terjadi yang lama dan tidak segera dibersihkan dapat
proses pelubangan. mengakibatkan karbohidrat pada susu difermentasikan
Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang oleh bakteri sehingga terjadi kerusakan pada
dilakukan oleh Lucia Yauri dkk, (2018) dengan judul permukaan gigi anak. Pemberian susu formula selama
Hubungan Lamanya Pemberian Susu Formula 2-3 tahun dapat menyebabkan karies gigi. Salah satu
Dengan Tingkat Keparahan Karies Gigi Pada Anak penyebab utama terjadinya karies gigi adalah adalah
Usia 2-6 Tahun Di TK Islam Sudiang Asri Kel. Pai berhubungan dengan lamanya waktu pemaparan gula
Kec.Biringkanaya Kota Makassar dengan jumlah yang terkandung dalam susu formula terhadap gigi.
sampel 52 orang Pada penelitian ini ditemukan Lapisan email gigi sangat rentan terhadap asam dan
sebanyak 22 orang (42,3 %) yang memilki tingkat akan terjadinya demineralisasi dari gigi yang akan
keparahan karies kategori sedang dan hanya 12 orang mengakibatkan karies jika gigi terpapar dengan
saja yang memilki tingkat keparahan karies sangat lingkungan asam dalam waktu yang lama.
rendah. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan Penilitian ini sejalan dengan teori yang
antara lama pemberian susu formula dengan tingkat dikemukakan oleh Erliana Jingga dkk, (2019) bahwa
keparahan karies gigi pada anak usia 2-6 tahun. sifat fisik makanan yang mengandung karbohidrat
Terdapat berbagai faktor penyebab terjadinya rampan memainkan peranan yang penting dalam pembentukan
karies, tetapi faktor utama ialah sering mengkonsumsi karies. Semakin lama sesuatu makanan yang
makanan dan minuman kariogenik dengan kandungan mengandung karbohidrat itu berkontak dengan
sukrosa yang sangat tinggi. Semakin lama anak permukaan email gigi, semakin besar pula
mengkonsumsi susu formula semakin tinggi tingkat kemungkinan untuk waktu lamanya produksi asam di
keparahan karies gigi yang terjadi akan menempel pada rongga mulut. Akibatnya, tingkat demineralisasi asam
email gigi sehingga menyebabkan gigi berlubang. dari email dapat langsung berhubungan dengan jumlah
Semakin lama dan sering sesuatu makanan yang waktu makanan tersebut melekat pada permukaan gigi.
mengandung karbohidrat itu berkontak dengan gigi Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
maka semakin besar kemungkinan untuk waktu oleh Irna Apprillia Roswandha dkk, (2022) dengan
lamanya produksi asam di rongga mulut yang judul Pola Pemberian Susu Formula Dengan
mengakibatkan terjadinya demineralisasi email dan Rendahnya Prevalensi Angka Bebas Karies Usia Dini
berlangsung selama 20-30 menit, oleh karena itu salah Anak Prasekolah dengan jumlah sampel sebanyak 48
satu penyebab terjadinya karies adalah karena kontak anak. Hasil pemeriksaan karies pada anak prasekolah
yang berulang-ulang oleh plak dental terhadap gula didapatkan sebanyak 43 anak yang mengalami karies
pada periode waktu 30 menit. (90%) dan 5 tidak mengalami karies (10%). Hasil data
Pengaruh Pemberian Susu Formula Dengan Karies Pada Anak Usia Prasekolah| 3
BARONGKO : JURNAL ILMU KESEHATAN
KESEHATAN GIGI
(Dental Health) 2023
kuesioner menunjukkan responden sebanyak 45 orang gigi. Laktosa dan sukrosa dalam sisa susu yang
yang menjawab tidak tepat pada pertanyaan cara tergenang dalam mulut sepanjang malam akan
pemberian susu formula saat batita (93,75%) yang mengalami proses hidrolisa oleh bakteri plak menjadi
artinya masih tingginya tingkat penggunaan botol pada asam.
pemberian susu formula. Kebiasaan dalam memberikan Penelitian ini sejalan dengan teori yang
susu formula dengan botol saat batita sebagai dikemukakan oleh Mohammad Diqi dkk, (2018) bahwa
penghantar tidur hingga anak terlelap dengan botol pemberian susu botol pada anak balita merupakan
tetap berada di mulut dapat menjadi penyebab penyebab kerusakan pada gigi anak balita karena susu
terjadinya karies usia dini. ) minum susu dengan yang diberikan melalui botol pada saat anak menjelang
menggunakan botol sampai tertidur adalah cara yang tidur dapat terjadi pengolahan asam susu yang
tidak baik, karena cairan susu akan menggenangi menempel pada bawah lidah dan mulut sehingga dapat
rongga mulut untuk waktu yang lama. Sisa susu yang menurunkan derajat keasaman mulut yang dapat
menempel di permukaan gigi tanpa dibersihkan menyebabkan terjadinya rampan karies pada anak.
menjadi media yang baik bagi kuman untuk Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
berkembang biak dan menyebabkan lubang pada gigi. oleh Johnny Angki dkk, (2020) dengan judul
Semakin lama dan sering anak mengonsumsi susu Hubungan Lamanya Pemberian Susu Formula dengan
botol, maka berpotensi untuk terjadinya karies semakin Tingkat Keparahan Karies Gigi pada Anak Usia 4-6
tinggi. Tahun di TK Pancamarga Kecamatan Tanete Riattang
Minum susu dengan menggunakaan botol sampai Barat Kabupaten Bone dengan jumlah sampel
tertidur adalah cara yang tidak baik, cairan susu sebanyak 50 anak menunjukkan bahwa 24 sampel
tersebut akan menggenangi rongga mulut (gigi) untuk (48,0%) yang mengkonsumsi susu formula clan terjadi
beberapa waktu (jam). Genangan susu pada rongga karies, sedangkan 11 sampel (22,0%) yang tidak
mulut saat tidur dapat menjadi substrat yang akan mengkonsumsi susu formula clan tetap terjadi karies.
difermentasikan oleh bakteri menjadi asam, pH plak Adapun responden yang memberikan susu formula dan
menjadi dibawah 5 dalam waktu 1-3 menit. Semakin terjadi karies berjumlah 8 sampel (16,0%), sedangkan
lama dan sering anak mengkonsumsi susu botol, maka responden yang tidak terjadi karies sebanyak 2 sampel
potensi untuk terjadinya karies makin tinggi. (14,0%). Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan
Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang yang signifikan antara pemberian susu formula dengan
dilakukan oleh Endah Purwani Sari (2017) dengan karies gigi. Dimana susu formula bisa mengakibatkan
judul Hubungan Pemberian Susu Formula Dengan karies gigi. Frekuensi mengkonsumsi sukrosa yang
Karies Gigi Pada Anak Pra Sekolah Di TK Dayyinah tinggi meningkatkan keasaman plak dan meningkatkan
Kids menunjukkan bahwa dari 114 responden potensi pembentukan plak serta pertumbuhan bakteri di
didapatkan hasil analisa univariat mayoritas pemberian rongga mulut. Plak paling aktif bekerja di malam hari,
susu formula yaitu sebanyak 64 orang (56,1%) dan pada saat anak dalam keadaan istirahat. Makan selama
minoritas 50 orang (43,9%) dan yang mengalami karies tidur meningkatkan resiko karies gigi karena
gigi mayoritas sebanyak 60 orang (52,6%) dan kebersihan mulut dan laju aliran saliva menurun saat
minoritas 54 orang (47,4%). Hasil analisa bivariat tidur. Sehingga mengkonsumsi minuman/makanan
mayoritas pemberian susu formula yaitu sebanyak 64 yang mengandung gula dengan botol harus dikurangi
orang (56,1%) dan yang mengalami karies gigi atau dihentikan pada saat malam hari (tidur).
sebanyak 42 orang (36,8%) yang artinya ada hubungan Salah satu penyebab terjadinya karies adalah
signifikan antara pemberian susu formula dengan karena kontak yang berulang-ulang oleh plak dental
karies gigi. Dimana susu formula bisa mengakibatkan terhadap gula yang terkandung dalam susu formula
karies gigi. karies gigi tidak diakibatkan oleh susu pada periode waktu tiga puluh menit, yang
formula saja melainkan oleh faktor yang lain. mengakibatkan email gigi terpapar kepada lingkungan
Hendaknya orang tua mengetahui bagaimana cara asam dalam waktu yang lama disebabkan oleh pola diet
memberikan susu formula pada anaknya sehingga tidak dengan frekuensi yang tinggi. Sehiingga jika susu
terjadi karies gigi.Faktor yang menyebabkan karies formula dikonsumsi dengan frekuensi yang tinggi
gigi pada anak usia prasekolah adalah penggunaan susu perhari, maka potensi gigi mengalami demineralisasi
formula dengan kandungan karbohidrat yang tinggi, semakin tinggi, dan potensi untuk terjadinya karies gigi
apalagi seorang anak mengkonsumsi susu formula pada juga semakin besar.
malam hari menjelang tidur dapat menyebabkan karies
Pengaruh Pemberian Susu Formula Dengan Karies Pada Anak Usia Prasekolah| 4
BARONGKO : JURNAL ILMU KESEHATAN
KESEHATAN GIGI
(Dental Health) 2023
Penilitian ini sejalan dengan teori yang Bantul Yogyakarta. Jurnal Midwifery Update
dikemukakan oleh Erliana Jingga dkk, (2019) bahwa (MU).
frekuensi mengonsumsi sukrosa yang tinggi Diqi, M., Nugroho, C., Triyanto, R., & Rahayu, C.
meningkatkan keasaman plak dan mempertinggi (2018). Gambaran Karies dengan KebiasaanMinum
potensi pembentukan plak serta pertumbuhan bakteri di Susu Botol pada Anak Balita di PAUD Raudhatus
rongga mulut. Di antara periode makan, saliva akan Salam Desa Kaliwulu Kecamatan Plered Kabupaten
bekerja menetralisir asam dan membantu proses Cirebon. Actual Research Science Academic, 3(2), 17-
remineralisasi gigi melalui sistem buffer. Namun, 21.
apabila makanan dan minuman berkarbohidrat terlalu Emini, E., Kristianto, J., Yulita, I., Erwin, E., & Shara, N.
sering dikonsumsi, maka rongga mulut akan sentiasa M. (2020). Pengetahuan Ibu Tentang Kebiasaan Minum
berada dalam kondisi asam, sehingga email gigi tidak Susu Formula Melalui Botol Dan Status Karies Gigi
mempunyai kesempatan untuk melakukan proses Susu Pada Anak Usia Prasekolah. JDHT Journal of
remineralisasi dengan sempurna, yang akhirnya Dental Hygiene and Therapy.
menyebabkan terjadinya karies pada gigi. Fauziah, I., & Proborini, C. A. (2022). Hubungan
Konsumsi Susu Formula dengan Kejadian Karies
KESIMPULAN Gigi pada Anak Usia Prasekolah di Desa Sringin
Berdasarkan hasil data yang bersumber dari jurnal Jumantono. Jurnal Stethoscope, 2(2).
dan beberapa referensi yang relevan, maka dapat Hilmiah, H., & Ayu, P. (2021). Hubungan Pola
disimpulkan bahwa: Konsumsi susu formula Pemberian Susu Formula Menggunakan Botol Susu
berpengaruh terhadap karies gigi anak usia prasekolah dengan Risiko Terjadinya Karies Gigi Pada Anak Usia
ola pemberian susu formula yang tidak tepat seperti 3-6 Tahun Di Wilayah Kerja Puskesmas Bontoramba.
cara penyajian susu dalam botol, lama pemberian, Jurnal Berita Kesehatan.
frekuensi dan waktu pemberian dapat menyebabkan Kusumawardani, Banun & Dwi MerryChristmarini
terjadinya karies gigi pada anak. Kandungan Robin. (2019). Penyakit Dentomaksilofasial. Cetakan
karbohidrat seperti sukrosa dan laktosa dapat Pertama. Malang: Intimedia
menyebabkan karies gigi dan jika terlalu sering Lucitaningsih, E. J., Setyawan, H., & Yuliawati, S. (2019).
mengonsumsi susu formula maka tingkat keparahan Hubungan Pola Pemberian Susu Formula Dengan
karies gigi semakin tinggi. Kejadian Early Childhood Caries (ECC) Pada Anak
Prasekolah Di TK Islam Diponegoro Kota Semarang.
DAFTAR REFERENSI Jurnal Kesehatan Masyarakat (Undip).
Nur, A. (2022). Faktor-Faktor yang Berhubungan
Afrinis, N., Indrawati, I., & Farizah, N. (2020). Analisis Pemberian Susu Formula Pada Bayi Usia 0-6 Bulan
Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Karies Di UPT Puskesmas KajuaraTahun 2021. Jurnal Suara
Gigi Anak Usia Dini. Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Kesehatan.
Anak Usia Dini. Roswandha, I. A. (2022). Pola Pemberian Susu Formula
Alvianur, R., & Jeddy, J. (2021). Gambaran Prevalensi Saat Batita Dengan Rendahnya Prevalensi Angka Bebas
Karies Pada Anak Usia 3-5 TahunYang Karies Usia Dini Anak Prasekolah (Studi di TK Dharma
Mengkonsumsi ASI dan Susu Botol: Kajian Pada Wanita Persatuan Tambakrejo 1 Kecamatan Krembung
PAUD Sapta Kemuning, Depok Jawa Barat.(Laporan Kabupaten Sidoarjo) (Doctoral dissertation, Poltekkes
Penelitian). Jurnal Kedokteran Gigi Terpadu. Kemenkes Surabaya).
Angki, J., & Sainuddin, A. R. (2020). Hubungan Sari, E. P. (2017). Hubungan Pemberian Susu Formula
Lamanya Pemberian Susu Formula DenganTingkat Dengan Karies Gigi Pada Anak Pra Sekolah Di Tk
Keparahan Karies Gigi Pada Anak Usia 4-6 Tahun Di Dayyinah Kids. Jurnal Martenity and Neonatal.
TK Pancamarga Kecamatan Tanete Riattang Barat Yauri, L., & Said, R. T. (2018). Hubungan Pemberian
Kabupaten Bone. Media Kesehatan Gigi: Politeknik Susu Formula Dengan Tingkat Keparahan Karies
Kesehatan Makassar. Gigi Pada Anak Usia 2-6
Azizah, I., & Yulinda, D. (2020). Konsumsi Susu
Formula Terhadap Kejadian Karies Gigi PadaAnak
Prasekolah Di PGTKIT Alhamdulillah
Pengaruh Pemberian Susu Formula Dengan Karies Pada Anak Usia Prasekolah| 5
BARONGKO : JURNAL ILMU KESEHATAN
KESEHATAN GIGI
(Dental Health) 2023
Pengaruh Pemberian Susu Formula Dengan Karies Pada Anak Usia Prasekolah| 6
BARONGKO : JURNAL ILMU KESEHATAN
KESEHATAN GIGI
(Dental Health) 2023
Pengaruh Pemberian Susu Formula Dengan Karies Pada Anak Usia Prasekolah
Abstract
Background: Formula milk is milk produced by the industry for the purpose of proper nutritional intake and can be accepted by the
child's body system. Dental caries is an infectious disease that can damage the hard tissue structure of the teeth, which includes
enamel, dentine and cementum, caused by the activity of microorganisms in fermenting carbohydrates. Research Objectives: To
determine the effect of formula feeding on caries in preschool-aged children. Research Methods: Literature study, where the
literature study method is one of the techniques for listing theoretical references come from textbooks, journals, scientific articles,
literature review which contains the effect of formula feeding on caries in preschool-aged children. Conclution: Consumption of
formula milk has an effect on dental caries in preschool children. Carbohydrate content such as sucrose and lactose can cause
dental caries and if you consume formula milk too often, the severity of dental caries will be higher.
Pengaruh Pemberian Susu Formula Dengan Karies Pada Anak Usia Prasekolah| 1
BARONGKO : JURNAL ILMU KESEHATAN
KESEHATAN GIGI
(Dental Health) 2023
menjelang tidur dapat menyebabkan karies gigi. formula kariogenik. Sukrosa merupakan perangsang
Laktosa dan sukrosa dalam sisa susu yang tergenang dan penyebab terjadinya karies gigi pada manusia.
dalam mulut sepanjang malam akan mengalami proses Pola pemberian susu formula yang tidak tepat
hidrolisa oleh bakteri plak menjadi asam. seperti cara penyajian susu dalam botol, lama
Berdasarkan uraian diatas yang menjelaskan pemberian, frekuensi dan waktu pemberian dapat
tentang frekuensi pemberian susu formula terhadap menyebabkan terjadinya karies gigi pada anak.
risiko kejadian karies merupakan salah satu masalah Semakin lama susu formula berkontak dengan
kesehatan masyarakat. Maka penulis tertarik untuk permukaan gigi semakin besar pula kemungkinan
melakukan studi literatur tentang dengan judul untuk waktu lamanya produksi asam dalam rongga
Gambaran Pengaruh Pemberian Susu Formula mulut. Email gigi sangat rentan terhadap asam dan
Terhadap Karies Gigi Pada Anak Usia Prasekolah akan terjadinya demineralisasi dari gigi yang akan
mengakibatkan karies jika gigi terpapar lingkungan
METODE asam dalam waktu yang lama.
Jenis penelitian yang digunakan adalah studi Gigi sulung lebih mudah terkena karies
literatur dengan metode penelitian data pustaka, gigi(lubang gigi) karena struktur dan morfologi gigi
membaca dan mencatat, serta mengolah bahan sulung yang berbeda dari gigi tetaap. Gigi rahang atas
penelitian.Data yang digunakan dalam penelitian ini lebih sering terkena karies gigi dibanding gigi rahang
adalah data yang diperoleh bukan dari pengamatan bawah karena gigi rahang bawah dilindungi oleh lidah
langsung, akan tetapi diperoleh dari hasil penelitian selama gerakan menghisap susu.
yang telah dilakukan oleh peneliti-peneliti terdahulu. Hal ini berdasarkan hasil penelitian yang
Sumber data yang didapat berupa artikel atau jurnal dilakukan oleh Imroatul Azizah dkk, (2020) dengan
yang relevan dengan menggunakan database melalui judul Konsumsi Susu Formula Terhadap Kejadian
Google Scholar. Karies Gigi Pada Anak Prasekolah Di PGTKIT
Kata kunci yang digunakan dalam penelitian ini Alhamdulillah Bantul Yogyakarta dengan jumlah
yaitu susu formula, karies, dan anak usia prasekolah responden 114 menunjukkan bahwa sebagian besar
serta pengaruh pemberian susu formula dengan karies responden mengalami karies gigi yaitu sebanyak 80
pada anak usia prasekolah. responden dengan persentase 70,2% dengan jenis
kelamin lak i – laki 53,3%, usia 3 – 5 tahun 54,4%,
PEMBAHASAN dengan jumlah konsumsi susu formula ≤3 kali/hari
Susu formula dapat menyebabkan terjadinya
50,9%. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan
karies pada anak usia prasekolah. Susu formula adalah
antara konsumsi susu formula dengan kejadian karies
susu cair atau bubuk dengan formula tertentu yang
gigi di PG-TKIT. Rendahnya konsumsi karbohidrat
diproduksi oleh industri untuk keperluan asupan gizi
berpengaruh terhadap rendahnya karies gigi.
yang sesuai dan bisa diterima sistem tubuh anak, yang
Pemberian minuman seperti susu formula yang hampir
berfungsi sebagai pengganti ASI. Susu formula yang
semua merk mengandung sukrosa dan oral – hygiene
berasal dari hewan (sapi, kambing dan domba) yang
yang salah merupakan penyebab terjadinya karies gigi.
telah diproses dan diubah kandungannya agar
Hal ini dikarenakan sukrosa merupakan gula yang
kandungannya sama dengan Air Susu Ibu (ASI).
paling kariogenik (menyebabkan gigi berlubang),
Walaupun tidak sehebat ASI, susu formula
frekuensi mengonsumsi sukrosa yang tinggi
mengoptimalkan dirinya agar menyerupai ASI. Seperti
meningkatkan keasaman plak dan mempertinggi
yang kita tahu bahwa pada umumnya susu yang
potensi pembentukan plak. Apabila makanan dan
beredar di pasaran merupakan jenis susu yang berasal
minuman berkarbohidrat terlalu sering dikonsumsi,
dari susu sapi. Susu formula yang tersaji adalah susu
maka rongga mulut akan senantiasa berada dalam
formula dengan nutrisi yang diserupakan dengan
kondisi asam, sehingga email gigi tidak mempunyai
kandungan air susu ibu diberikan pada anak berfungsi
kesempatan untuk melakukan proses remineralisasi
sebagai pengganti ASI dalam memenuhi nutrisi anak.
dengan sempurna yang akhirnya menyebabkan
Namun kandungan yang terdapat pada susu formula
terjadinya karies pada gigi.
sering diabaikan. Dalam susu formula terkandung
Semakin awal balita diberikan susu formula, dua
komponen gula atau karbohidrat yang dikenal dengan
kali lebih besar terkena kerusakan gigi dan karies gigi.
laktosa. Selain laktosa terkadang terdapat tambahan
Hal ini karena laktosa dan sukrosa yang terkandung
glukosa dalam susu formula yang menjadikan susu
Pengaruh Pemberian Susu Formula Dengan Karies Pada Anak Usia Prasekolah| 2
BARONGKO : JURNAL ILMU KESEHATAN
KESEHATAN GIGI
(Dental Health) 2023
dalam susu formula merangsang pertumbuhan bakteri Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang
streptococcus mutans yang menyebabkan karies. dilakukan oleh Ira Fauziah dkk, (2021) dengan judul
sukrosa merupakan gula yang paling kariogenik karena Hubungan Konsumsi Susu Formula dengan Kejadian
cepat dimetabolisme oleh bakteri. Semakin sering Karies Gigi pada Anak Usia Prasekolah di Desa
sukrosa dikonsumsi, semakin lama gigi memiliki Ph Sringin Jumantono dengan jumlah sampel 56 anak
yang rendah yakni kondisi terjadinya demineralisasi usia prasekolah menunjukkan bahwa kejadian karies
sehingga gigi menjadi rentan karies. Laktosa gigi yang paling besar adalah kategori sedang, yaitu
merupakan karbohidrat yang dapat difermentasi oleh sebesar 24 anak (42,8%). Hal ini menunjukkan
bakteri sehingga dapat menyebabkan kerusakan pada semakin lama konsumsi susu formula maka semakin
gigi. tinggi kejadian karies gigi, semakin banyak frekuensi
Penelitian ini sejalan dengan teori yang konsumsi susu formula maka semakin tinggi kejadian
dikemukakan oleh Banun Kusumawardani dkk (2019) karies gigi, semakin lama durasi konsumsi susu
bahwa bahan makanan (karbohidrat) tertentu yaitu formula maka semakin tinggi kejadian karies gigi.
polisakarida, sukrosa, dan glukosa dapat memicu Sedangkan anak yang menggunakan botol/dot dalam
terjadinya karies gigi bila melekat dengan mengkonsumsi susu formula maka semakin tinggi
permukaan gigi dalam waktu cukup lama. Bakteri kejadian karies gigi, dan menambahkan gula/ pemanis
pada mulut akan mengubah glukosa, fruktosa, dan dalam mengkonsumsi susu formula maka semakin
sukrosa menjadi asam laktat melalui proses glikolisis tinggi kejadian karies gigi pada anak usia prasekolah di
yang disebut fermentasi. Bila mengenai gigi, asam Desa Sringin Jumantono.
ini dapat menyebabkan demineralisasi. Bila Pola pemberian susu formula dalam jangka waktu
demineralisasi terus berlanjut, maka akan terjadi yang lama dan tidak segera dibersihkan dapat
proses pelubangan. mengakibatkan karbohidrat pada susu difermentasikan
Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang oleh bakteri sehingga terjadi kerusakan pada
dilakukan oleh Lucia Yauri dkk, (2018) dengan judul permukaan gigi anak. Pemberian susu formula selama
Hubungan Lamanya Pemberian Susu Formula 2-3 tahun dapat menyebabkan karies gigi. Salah satu
Dengan Tingkat Keparahan Karies Gigi Pada Anak penyebab utama terjadinya karies gigi adalah adalah
Usia 2-6 Tahun Di TK Islam Sudiang Asri Kel. Pai berhubungan dengan lamanya waktu pemaparan gula
Kec.Biringkanaya Kota Makassar dengan jumlah yang terkandung dalam susu formula terhadap gigi.
sampel 52 orang Pada penelitian ini ditemukan Lapisan email gigi sangat rentan terhadap asam dan
sebanyak 22 orang (42,3 %) yang memilki tingkat akan terjadinya demineralisasi dari gigi yang akan
keparahan karies kategori sedang dan hanya 12 orang mengakibatkan karies jika gigi terpapar dengan
saja yang memilki tingkat keparahan karies sangat lingkungan asam dalam waktu yang lama.
rendah. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan Penilitian ini sejalan dengan teori yang
antara lama pemberian susu formula dengan tingkat dikemukakan oleh Erliana Jingga dkk, (2019) bahwa
keparahan karies gigi pada anak usia 2-6 tahun. sifat fisik makanan yang mengandung karbohidrat
Terdapat berbagai faktor penyebab terjadinya rampan memainkan peranan yang penting dalam pembentukan
karies, tetapi faktor utama ialah sering mengkonsumsi karies. Semakin lama sesuatu makanan yang
makanan dan minuman kariogenik dengan kandungan mengandung karbohidrat itu berkontak dengan
sukrosa yang sangat tinggi. Semakin lama anak permukaan email gigi, semakin besar pula
mengkonsumsi susu formula semakin tinggi tingkat kemungkinan untuk waktu lamanya produksi asam di
keparahan karies gigi yang terjadi akan menempel pada rongga mulut. Akibatnya, tingkat demineralisasi asam
email gigi sehingga menyebabkan gigi berlubang. dari email dapat langsung berhubungan dengan jumlah
Semakin lama dan sering sesuatu makanan yang waktu makanan tersebut melekat pada permukaan gigi.
mengandung karbohidrat itu berkontak dengan gigi Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
maka semakin besar kemungkinan untuk waktu oleh Irna Apprillia Roswandha dkk, (2022) dengan
lamanya produksi asam di rongga mulut yang judul Pola Pemberian Susu Formula Dengan
mengakibatkan terjadinya demineralisasi email dan Rendahnya Prevalensi Angka Bebas Karies Usia Dini
berlangsung selama 20-30 menit, oleh karena itu salah Anak Prasekolah dengan jumlah sampel sebanyak 48
satu penyebab terjadinya karies adalah karena kontak anak. Hasil pemeriksaan karies pada anak prasekolah
yang berulang-ulang oleh plak dental terhadap gula didapatkan sebanyak 43 anak yang mengalami karies
pada periode waktu 30 menit. (90%) dan 5 tidak mengalami karies (10%). Hasil data
Pengaruh Pemberian Susu Formula Dengan Karies Pada Anak Usia Prasekolah| 3
BARONGKO : JURNAL ILMU KESEHATAN
KESEHATAN GIGI
(Dental Health) 2023
kuesioner menunjukkan responden sebanyak 45 orang gigi. Laktosa dan sukrosa dalam sisa susu yang
yang menjawab tidak tepat pada pertanyaan cara tergenang dalam mulut sepanjang malam akan
pemberian susu formula saat batita (93,75%) yang mengalami proses hidrolisa oleh bakteri plak menjadi
artinya masih tingginya tingkat penggunaan botol pada asam.
pemberian susu formula. Kebiasaan dalam memberikan Penelitian ini sejalan dengan teori yang
susu formula dengan botol saat batita sebagai dikemukakan oleh Mohammad Diqi dkk, (2018) bahwa
penghantar tidur hingga anak terlelap dengan botol pemberian susu botol pada anak balita merupakan
tetap berada di mulut dapat menjadi penyebab penyebab kerusakan pada gigi anak balita karena susu
terjadinya karies usia dini. ) minum susu dengan yang diberikan melalui botol pada saat anak menjelang
menggunakan botol sampai tertidur adalah cara yang tidur dapat terjadi pengolahan asam susu yang
tidak baik, karena cairan susu akan menggenangi menempel pada bawah lidah dan mulut sehingga dapat
rongga mulut untuk waktu yang lama. Sisa susu yang menurunkan derajat keasaman mulut yang dapat
menempel di permukaan gigi tanpa dibersihkan menyebabkan terjadinya rampan karies pada anak.
menjadi media yang baik bagi kuman untuk Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
berkembang biak dan menyebabkan lubang pada gigi. oleh Johnny Angki dkk, (2020) dengan judul
Semakin lama dan sering anak mengonsumsi susu Hubungan Lamanya Pemberian Susu Formula dengan
botol, maka berpotensi untuk terjadinya karies semakin Tingkat Keparahan Karies Gigi pada Anak Usia 4-6
tinggi. Tahun di TK Pancamarga Kecamatan Tanete Riattang
Minum susu dengan menggunakaan botol sampai Barat Kabupaten Bone dengan jumlah sampel
tertidur adalah cara yang tidak baik, cairan susu sebanyak 50 anak menunjukkan bahwa 24 sampel
tersebut akan menggenangi rongga mulut (gigi) untuk (48,0%) yang mengkonsumsi susu formula clan terjadi
beberapa waktu (jam). Genangan susu pada rongga karies, sedangkan 11 sampel (22,0%) yang tidak
mulut saat tidur dapat menjadi substrat yang akan mengkonsumsi susu formula clan tetap terjadi karies.
difermentasikan oleh bakteri menjadi asam, pH plak Adapun responden yang memberikan susu formula dan
menjadi dibawah 5 dalam waktu 1-3 menit. Semakin terjadi karies berjumlah 8 sampel (16,0%), sedangkan
lama dan sering anak mengkonsumsi susu botol, maka responden yang tidak terjadi karies sebanyak 2 sampel
potensi untuk terjadinya karies makin tinggi. (14,0%). Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan
Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang yang signifikan antara pemberian susu formula dengan
dilakukan oleh Endah Purwani Sari (2017) dengan karies gigi. Dimana susu formula bisa mengakibatkan
judul Hubungan Pemberian Susu Formula Dengan karies gigi. Frekuensi mengkonsumsi sukrosa yang
Karies Gigi Pada Anak Pra Sekolah Di TK Dayyinah tinggi meningkatkan keasaman plak dan meningkatkan
Kids menunjukkan bahwa dari 114 responden potensi pembentukan plak serta pertumbuhan bakteri di
didapatkan hasil analisa univariat mayoritas pemberian rongga mulut. Plak paling aktif bekerja di malam hari,
susu formula yaitu sebanyak 64 orang (56,1%) dan pada saat anak dalam keadaan istirahat. Makan selama
minoritas 50 orang (43,9%) dan yang mengalami karies tidur meningkatkan resiko karies gigi karena
gigi mayoritas sebanyak 60 orang (52,6%) dan kebersihan mulut dan laju aliran saliva menurun saat
minoritas 54 orang (47,4%). Hasil analisa bivariat tidur. Sehingga mengkonsumsi minuman/makanan
mayoritas pemberian susu formula yaitu sebanyak 64 yang mengandung gula dengan botol harus dikurangi
orang (56,1%) dan yang mengalami karies gigi atau dihentikan pada saat malam hari (tidur).
sebanyak 42 orang (36,8%) yang artinya ada hubungan Salah satu penyebab terjadinya karies adalah
signifikan antara pemberian susu formula dengan karena kontak yang berulang-ulang oleh plak dental
karies gigi. Dimana susu formula bisa mengakibatkan terhadap gula yang terkandung dalam susu formula
karies gigi. karies gigi tidak diakibatkan oleh susu pada periode waktu tiga puluh menit, yang
formula saja melainkan oleh faktor yang lain. mengakibatkan email gigi terpapar kepada lingkungan
Hendaknya orang tua mengetahui bagaimana cara asam dalam waktu yang lama disebabkan oleh pola diet
memberikan susu formula pada anaknya sehingga tidak dengan frekuensi yang tinggi. Sehiingga jika susu
terjadi karies gigi.Faktor yang menyebabkan karies formula dikonsumsi dengan frekuensi yang tinggi
gigi pada anak usia prasekolah adalah penggunaan susu perhari, maka potensi gigi mengalami demineralisasi
formula dengan kandungan karbohidrat yang tinggi, semakin tinggi, dan potensi untuk terjadinya karies gigi
apalagi seorang anak mengkonsumsi susu formula pada juga semakin besar.
malam hari menjelang tidur dapat menyebabkan karies
Pengaruh Pemberian Susu Formula Dengan Karies Pada Anak Usia Prasekolah| 4
BARONGKO : JURNAL ILMU KESEHATAN
KESEHATAN GIGI
(Dental Health) 2023
Penilitian ini sejalan dengan teori yang Bantul Yogyakarta. Jurnal Midwifery Update
dikemukakan oleh Erliana Jingga dkk, (2019) bahwa (MU).
frekuensi mengonsumsi sukrosa yang tinggi Diqi, M., Nugroho, C., Triyanto, R., & Rahayu, C.
meningkatkan keasaman plak dan mempertinggi (2018). Gambaran Karies dengan KebiasaanMinum
potensi pembentukan plak serta pertumbuhan bakteri di Susu Botol pada Anak Balita di PAUD Raudhatus
rongga mulut. Di antara periode makan, saliva akan Salam Desa Kaliwulu Kecamatan Plered Kabupaten
bekerja menetralisir asam dan membantu proses Cirebon. Actual Research Science Academic, 3(2), 17-
remineralisasi gigi melalui sistem buffer. Namun, 21.
apabila makanan dan minuman berkarbohidrat terlalu Emini, E., Kristianto, J., Yulita, I., Erwin, E., & Shara, N.
sering dikonsumsi, maka rongga mulut akan sentiasa M. (2020). Pengetahuan Ibu Tentang Kebiasaan Minum
berada dalam kondisi asam, sehingga email gigi tidak Susu Formula Melalui Botol Dan Status Karies Gigi
mempunyai kesempatan untuk melakukan proses Susu Pada Anak Usia Prasekolah. JDHT Journal of
remineralisasi dengan sempurna, yang akhirnya Dental Hygiene and Therapy.
menyebabkan terjadinya karies pada gigi. Fauziah, I., & Proborini, C. A. (2022). Hubungan
Konsumsi Susu Formula dengan Kejadian Karies
KESIMPULAN Gigi pada Anak Usia Prasekolah di Desa Sringin
Berdasarkan hasil data yang bersumber dari jurnal Jumantono. Jurnal Stethoscope, 2(2).
dan beberapa referensi yang relevan, maka dapat Hilmiah, H., & Ayu, P. (2021). Hubungan Pola
disimpulkan bahwa: Konsumsi susu formula Pemberian Susu Formula Menggunakan Botol Susu
berpengaruh terhadap karies gigi anak usia prasekolah dengan Risiko Terjadinya Karies Gigi Pada Anak Usia
ola pemberian susu formula yang tidak tepat seperti 3-6 Tahun Di Wilayah Kerja Puskesmas Bontoramba.
cara penyajian susu dalam botol, lama pemberian, Jurnal Berita Kesehatan.
frekuensi dan waktu pemberian dapat menyebabkan Kusumawardani, Banun & Dwi MerryChristmarini
terjadinya karies gigi pada anak. Kandungan Robin. (2019). Penyakit Dentomaksilofasial. Cetakan
karbohidrat seperti sukrosa dan laktosa dapat Pertama. Malang: Intimedia
menyebabkan karies gigi dan jika terlalu sering Lucitaningsih, E. J., Setyawan, H., & Yuliawati, S. (2019).
mengonsumsi susu formula maka tingkat keparahan Hubungan Pola Pemberian Susu Formula Dengan
karies gigi semakin tinggi. Kejadian Early Childhood Caries (ECC) Pada Anak
Prasekolah Di TK Islam Diponegoro Kota Semarang.
DAFTAR REFERENSI Jurnal Kesehatan Masyarakat (Undip).
Nur, A. (2022). Faktor-Faktor yang Berhubungan
Afrinis, N., Indrawati, I., & Farizah, N. (2020). Analisis Pemberian Susu Formula Pada Bayi Usia 0-6 Bulan
Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Karies Di UPT Puskesmas KajuaraTahun 2021. Jurnal Suara
Gigi Anak Usia Dini. Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Kesehatan.
Anak Usia Dini. Roswandha, I. A. (2022). Pola Pemberian Susu Formula
Alvianur, R., & Jeddy, J. (2021). Gambaran Prevalensi Saat Batita Dengan Rendahnya Prevalensi Angka Bebas
Karies Pada Anak Usia 3-5 TahunYang Karies Usia Dini Anak Prasekolah (Studi di TK Dharma
Mengkonsumsi ASI dan Susu Botol: Kajian Pada Wanita Persatuan Tambakrejo 1 Kecamatan Krembung
PAUD Sapta Kemuning, Depok Jawa Barat.(Laporan Kabupaten Sidoarjo) (Doctoral dissertation, Poltekkes
Penelitian). Jurnal Kedokteran Gigi Terpadu. Kemenkes Surabaya).
Angki, J., & Sainuddin, A. R. (2020). Hubungan Sari, E. P. (2017). Hubungan Pemberian Susu Formula
Lamanya Pemberian Susu Formula DenganTingkat Dengan Karies Gigi Pada Anak Pra Sekolah Di Tk
Keparahan Karies Gigi Pada Anak Usia 4-6 Tahun Di Dayyinah Kids. Jurnal Martenity and Neonatal.
TK Pancamarga Kecamatan Tanete Riattang Barat Yauri, L., & Said, R. T. (2018). Hubungan Pemberian
Kabupaten Bone. Media Kesehatan Gigi: Politeknik Susu Formula Dengan Tingkat Keparahan Karies
Kesehatan Makassar. Gigi Pada Anak Usia 2-6
Azizah, I., & Yulinda, D. (2020). Konsumsi Susu
Formula Terhadap Kejadian Karies Gigi PadaAnak
Prasekolah Di PGTKIT Alhamdulillah
Pengaruh Pemberian Susu Formula Dengan Karies Pada Anak Usia Prasekolah| 5
BARONGKO : JURNAL ILMU KESEHATAN
KESEHATAN GIGI
(Dental Health) 2023
Pengaruh Pemberian Susu Formula Dengan Karies Pada Anak Usia Prasekolah| 6
Journal Of Health Science (Jurnal Ilmu Kesehatan) Vol. 5 No. 1 Tahun 2020 | 37 – 41
1
ahmaniyah.fik@wiraraja.ac.id *; ratnaindriyani@wiraraja.ac.id
*Corresponding Author
fungsi plasenta dan reaksi inflamasi yang bahwa banyak dari proses dalam hidup
abnormal merupakan penyebab dari kita selalu ber-irama. Sebagai contoh, nafas
terjadiya hipertensi dalam kehamilan. kita, detak jantung, dan pulsasi semuanya
(Ayuk & Matijevic, 2006; Deveer et al., berulang dan berirama.
2013) Hipertensi dalam kehamilan Terapi musik merupakan terapi
memiliki dampak yang serius pada yang universal dan bisa diterima oleh
kehamilan, seperti Kematian bayi perinatal, semua orang karena kita tidak
asphyxia neonatorum, gawat janin, solusio membutuhkan kerja otak yang berat untuk
plasenta, perdarahan pasca persalinan. menginterpretasi alunan musik. Terapi
(Kintiraki, Papakatsika, Kotronis, Goulis, & musik sangat mudah diterima organ
Kotsis, 2015) penanganan hipertensi pendengaran kita dan kemudian melalui
dilakukan dengan konvensional yaitu obat saraf pendengaran disalurkan ke bagian
penurun hipertensi, tetapi pengobatan otak yang memproses emosi (sistem
yangkonvensinal ini banyak kendalanya limbik). Terapi musik telah terbukti efektif
karena berkaitan dengan ibu hamil yang dalam memanipulasi reaksi stres,
pasti akan berkaitan dengan janin yang kecemasan, rasa sakit, dan ketegangan
kandungnya, jadi diperlukan terapi otot.(Liao, Jiang, & Wang, 2015). Tujuan
komplementer yaitu dengan Terapi musik, dari penelitian ini menganalisis terapi
yang merupakan usaha meningkatkan musik yang palingefektif dalam
kualitas fisik dan mental dengan menurunkan tekanan darah pada ibu hamil
rangsangan suara yang terdiri dari melodi, yang mengalami hipertensi.
ritme, harmoni, timbre, bentuk dan gaya
yang diorganisir sedemikian rupa hingga Metode
tercipta musik yang bermanfaat untuk Penelitian ini ditinjau dari basis data
kesehatan fisik dan mental.
Penggabungan terapi musik dan
elektronik termasuk Science Direct,
obat-obatan konvensional tidak hanya Pubmed, Google Cendekia dan situs web
memberikan hasil anti-hipertensi, tetapi terkait lainnya. Dengan kata kunci “
juga menurunkan detak jantung saat hipertensi, music, kehamilan”. Sebanyak 4
istirahat dan aktivitas saraf simpatik. dari 5.840 yang kemudian dipilih sesuai
Penerapan terapi musik pada pasien dengan tema dan dicari persamaannya dari
hipertensi yang telah menjalani operasi
caesar juga dapat menurunkan kadar
setiap jurnal yang ditemukan. rentang
angiotensin II.(Geretsegger et al., 2015) publikasi dari 2015 hingga Desember 2019,
Musik memiliki kekuatan untuk mengobati yang membahas tentang terapi musik pada
penyakit dan meningkatkan kemampuan ibu hamil yang menagalami hipertensi dan
pikiran seseorang. Ketika musik diterapkan disajikan dalam bahasa Inggris, dimasukkan
menjadi sebuah terapi, musik dapat dalam ulasan ini. Selain itu, bab buku teks
meningkatkan, memulihkan, dan
memelihara kesehatan fisik, mental,
dan pedoman yang relevan diperiksa untuk
emosional, sosial dan spiritual. Hal ini menangkap informasi lebih lanjut atau
disebabkan musik memiliki beberapa laporan tambahan yang tidak diidentifikasi
kelebihan, yaitu karena musik bersifat dalam pencarian elektronik.
nyaman, menenangkan, membuat rileks,
berstruktur, dan universal. Perlu diingat
2.(Gupta & 50 responden Grup A tidak mendengarkan musik Pada kedua kelompok,
Gupta, 2018) dengan usia dan Grup B setiap hari mendengarkan penurunan resistensi
(2016) kehamilan musik klasik selama sebulan dengan pembuluh darah ditemukan
28-32 durasi 30 menit dirumah dengan Grup A menunjukkan
minggu, yang posisi berbaring (relaksasi). Yang peningkatan resistensi pada
dibagi pemeriksaan dilakukan 2 kali 6 jam usia kehamilan dibandingkan
kelompok A sebelumdilakukan terapi dan 6 jam dengan Grup B tidak terjadi
25 responden setelah dilakukan terapi. Pemeriksaan penuruan penurunan tekanan
tidak sistemik dan obstetrik dilakukan darah. Indeks pulsatilitas di
diperdengark pada semua subjek. Doppler warna antara ketiga indeks doppler
an musik dan dilakukan untuk menilai aliran darah arteri umbilikalis ditemukan
kelompok B di arteri umbilikalis bilateral dengan sebagai indikator yang paling
25 responden mengukur berbagai indeks doppler sensitif terhadap insufisiensi
mendengrka secara ultrasonologis: Indeks foetoplacental. Dengan
n musik Pulsatilitas (PI), Indeks Tahanan (RI) & demikian kami menyimpulkan
klasik Rasio diastolik Sistolik (S / D ratio. bahwa musik klasik memiliki
Aliran darah janin secara efek terapeutik dalam
ultrasonologis dievaluasi kembali Kehamilan diinduksi
dengan metode color doppler setelah hipertensi dalam
satu bulan di Grup A & Grup B. meningkatkan sirkulasi
foetomaternal
4.(Gogate & 40 responden group B 20 diberikan terapi musik Untuk tekanan darah sistolik,
Patil, 2019) dengan dan fisioterapi dan Group A 20 diastolik dan denyut nadi
hipertensi menunjukkan sangat
Science Midwifery
journal homepage: www.midwifery.iocspublisher.org
Stikes as syifa Range Jl. SKB/Education No. 1 LK IV Ex. Dragon range Kec. Eastern Range Kab. sharpen
1. Introduction
Nutritional problems of children under five and health of mothers still require more serious
attention. This can be seen from the high incidence of malnutrition and malnutrition in children
under five, which is 17.7%. Toddlers are very short and short (Stunting) by 30.8%. have not reached
the target (28%). Very thin and thin by 10.2%. The incidence of Chronic Energy Deficiency (KEK) in
pregnant women is 17.3% while pregnant women with anemia are 48.9%. The infant mortality rate
(IMR) reaches 24/100,000 population, the Maternal Mortality Rate (AKI) currently reaches
346/100,000 population, while the 2019 target is 306/100,000 population (Ministry of Health,
2018)
Insufficient nutritional intake, infections, and poor parenting are direct causes of malnutrition in
infants and children (BAPPENAS, 2011). This has an impact not only on macronutrient deficiencies
but also micronutrients which are very necessary for the growth and development of early childhood.
Efforts to improve infant nutrition are based on the fact that malnutrition at the age of < 2 years will
have an impact on decreased physical growth, brain development, intelligence, and productivity,
most of these impacts are irreversible (Zakaria, Hadju, As'ad, & Bahar, 2015).
Understanding and implementing good and proper eating habits from parents is very important
to support the adequate nutritional intake of the child during this period. Nutritional fulfillment can
also be supported by the correct way of feeding. Pediatrician Consultant Gastrohepatology from Awal
Bros Evasari Hospital, Frieda Handayani revealed that the application of good eating habits during
the introduction of solid food gradually can be started by introducing textures to food portions
Page | 2365
Science Midwifery is Licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License (CC BY-NC 4.0)
The Effect Of Soybean Milk Feeding On Increasing Breast Milk Production In Public Mothers At Nasywa Clinic In 2022, Herviza
Wulandary Pane, Ustifina hasanah HSB
gradually, according to the needs at each stage of child development. Children who are old enough,
physically and mentally ready, can begin to be introduced to complementary foods whose nutrition,
frequency, texture, and portion must be adjusted to the child's needs. These criteria are also set out
in the MPASI guidelines by WHO,
Moringa is known worldwide as a nutritious plant and the World Health Organization (WHO) has
introduced Moringa as an alternative food to overcome nutritional problems (malnutrition)7 .
African and Asian Moringa leaves are recommended as a supplement that is rich in nutrients for
mothers and children in their infancy. All parts of the Moringa plant have nutritional value, are
efficacious for health and industrial benefits. The use of Moringa plants in Indonesia is currently still
limited. Along with the development of information, there are also developments and changes in
people's lifestyles, including lifestyles in choosing daily food menus. The large variety of food choices,
making Moringa leaves a legacy food is sometimes abandoned. Given the very diverse functions and
benefits of Moringa plants, both for food, medicine, as well as the environment, information related
to the benefits of Moringa plants needs to be widely disseminated to the public so that it can be widely
cultivated and utilized optimally8 . According to research conducted by Sugianto (2016) showed that
the leaves with the best content were Moringa leaves in the young leaf layer with the results of
proximate analysis of water content 13.19%, ash content 16.77%, fat content 8.42%, protein content
39, 00%, and carbohydrates 35.88%. Moringa leaves can be beneficial for people who do not get
protein from meat, even Moringa leaves contain arginine and histidine which are important
especially in infants who are not able to make enough protein for their growth. A comparative study
of fresh Moringa leaves when compared with other foods contains 7 times the vitamin C of oranges,
4 times the vitamin A of carrots, 4 times the calcium of milk, 3 times the potassium of bananas and 2
times the protein of yogurt. Consumption of Moringa leaves is an alternative to overcome cases of
malnutrition in Indonesia. The vitamin A contained in Moringa leaf powder is equivalent to 10 (ten)
times the vitamin A found in carrots, equivalent to 17 (seventeen) times the calcium found in milk,
equivalent to 15 (fifteen) times the potassium found in bananas, equivalent to 9 (nine) times the
protein found in yogurt and equivalent to 25 (twenty five) times the iron found in spinach.
2. Method
1) Research design
The method used is pre-experimental design with pre-test and post-test group design. The
sample with total sampling technique was 32 respondents. Data collection was carried out
using a questionnaire. Data analysis used the Wilcoxon test because the data were not
normally distributed.
2) Population and sample
Population is a group of subjects who become the object or target of research. The population
in this study were all mothers who had babies aged 6 -12 months in the working area of Tegal
Sari village in 2022 as many as 32 people. The sample in this study used a total sampling
technique of 32 people.
3) Data collection
The type of data collected is primary data in the form of the identity of the respondent, along
with the variables studied through a questionnaire. The primary data in this study was a
questionnaire filled out by mothers who had babies aged 6-12 months who were respondents
in the study. Secondary Data is data obtained from the working area of Tegal Sari village in
2022
Page | 2366
Science Midwifery is Licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License (CC BY-NC 4.0)
Science Midwifery, Vol 10, No. 3, Agustus 2022 ISSN 2086-7689 (Print) | 2721-9453 (Online)
Contents lists available at IOCScience
Science Midwifery
journal homepage: www.midwifery.iocspublisher.org
1 Age
<25 years old 12 37.5
26-35 years old 17 53.1
>35 years old 3 9.4
Amount 32 100
2 Education
Elementary/Junior High (Low) 11 34.4
High School (Intermediate) 19 59.4
D-III/ S-1 (High) 2 6.3
Amount 32 100
3 Work
Working 11 34.4
Doesn't work 21 65.6
Amount 32 100
4 parity
Primipara 17 53.1
Multipara 15 46.9
Amount 32 100
Based on table 1. above, it is known that the characteristics of the respondents based on the
age of the majority of respondents aged between 25-35 years were 17 respondents (53.1%), with the
education level of the majority of respondents graduating from high school (SMA) as many as 19
respondents (59.4 %), and seen the occupation of the majority of respondents Housewives (not
working) as many as 21 respondents (65.6%). Judging from parity, most of them were primiparous
mothers, namely 17 respondents (53.1%).
Mother's Behavior in Giving Complementary Foods to Breastfeeding Infants Age 6-12 Months
Before Getting Counseling About Moringa Leaf Food Ingredients (MPASI)
Table 2.
MOTHER'S BEHAVIOR IN PROVIDING COMPLEMENTARY FOODS TO BREASTFEEDING INFANTS AGE 6-12 MONTHS
BEFORE GETTING COUNSELING ABOUT PROCESSING MORINGA LEAF FOOD INGREDIENTS (MPASI) IN TEGAL SARI
VILLAGE IN 2022
Based on the table2 above, it can be seen that the behavior of respondents in providing
complementary foods to breast milk for infants aged 6-12 months before receiving counseling on
the management of Moringa Leaf Foodstuffs (MPASI) mostly had poor behavior, namely as many
as 17 people (53.1%), and some small good behavior as many as 3 people (9.4%).
Mother's Behavior in Providing Complementary Foods to Breastfeeding Infants Age 6-12
Months After Received Counseling on the Management of Moringa Leaf Food Ingredients
(MPASI)
Table 3.
MOTHER'S BEHAVIOR IN GIVING COMPLEMENTARY FOODS TO BREASTFEEDING INFANTS AGE 6-12 MONTHS AFTER
RECEIVED COUNSELING ON THE MANAGEMENT OF MORINGA LEAF FOOD INGREDIENTS (MPASI) IN TEGAL SARI
VILLAGE IN 2022
Page | 2367
Science Midwifery is Licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License (CC BY-NC 4.0)
The Effect Of Soybean Milk Feeding On Increasing Breast Milk Production In Public Mothers At Nasywa Clinic In 2022, Herviza
Wulandary Pane, Ustifina hasanah HSB
Based on the table3 above, it can be seen that the behavior of respondents in providing
complementary feeding to infants aged 6-12 months after receiving counseling on complementary
feeding was mostly good, as many as 19 people (59.4%), and there were no respondents whose
behavior was not good.
Mother's Behavior in Giving Complementary Foods to Breastfeeding Infants Age 6-12 Months
Before and After Counseling
TABLE 4.
MOTHER'S BEHAVIOR IN PROVIDING COMPLEMENTARY FOODS TO BREASTFEEDING INFANTS AGE 6-12 MONTHS
BEFORE AND AFTER COUNSELING ON PROCESSING MORINGA LEAF FOOD INGREDIENTS (MPASI) IN TEGAL SARI
VILLAGE IN 2022
Based on the table4 concerning cross tabulation between mother's behavior in providing
complementary feeding to infants aged 6-12 months before and after counseling on complementary
feeding in Tegal Sari Village in 2022, it is known that most of the respondents who had good
behavior before counseling also passed well after counseling reached 19 people (56.4%). And there
were no respondents who before the counseling had good behavior then changed to less after the
counseling.
Based on table 4.5 above, it can be seen that the Wilcoxon coefficient (Z) is -5.109 and the
significance value is 0.000. Based on the significance value test, the sig value is known. < 0.05 (0.000
< 0.005) means that the Wilcoxon correlation coefficient (Z) is significant at a significant level of 5%,
then this means Ho is rejected and Ha is accepted, meaning that there is a significant effect of
counseling on the management of Moringa leaf food ingredients (MPASI) on behavior mothers in
providing complementary feeding for infants aged 6-12 months in Tegal Sari Village in 2022.
4.2 Discussion
Mother's Behavior in Providing Complementary Foods to Breastfeeding Infants Age 6-12
Months Before Getting Counseling About Processing Moringa Leaf Food Ingredients (MPASI)
in Tegal Sari Village in 2022
The results of this study indicate that the behavior of respondents before counseling about
Page | 2368
Science Midwifery is Licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License (CC BY-NC 4.0)
Science Midwifery, Vol 10, No. 3, Agustus 2022 ISSN 2086-7689 (Print) | 2721-9453 (Online)
Contents lists available at IOCScience
Science Midwifery
journal homepage: www.midwifery.iocspublisher.org
complementary feeding on breast milk in 17 people (53.1%) was not good, 12 people (37.5%) was
quite good, and 3 people (9.4%) was good. This shows that most of the respondents have bad
behavior regarding complementary feeding. The behavior of mothers in providing complementary
feeding to infants aged 6-12 months both physically and psychologically will help parents to
implement appropriate feeding behavior for infants aged 6-12 months.Improper feeding can cause
children to suffer from digestive diseases or even malnutrition which causes failure to thrive.
Malnutrition contributes to two-thirds of under-five deaths. Two-thirds of these deaths are related
to inappropriate feeding practices at an early age (Agustina and Listiowati, 2012).
The problem of malnutrition in children is directly and indirectly caused by ignorance about
how to feed infants and children and the existence of habits that are detrimental to health. As a baby's
age increases, his nutritional needs also increase, therefore, in providing complementary feeding so
that the baby's needs or baby's health are met, it is necessary to pay attention to the timeliness of
giving, portion, type, selection of food ingredients, method of manufacture and method of
administration. In this case, mothers who have babies play an important role in preventing
inappropriate complementary feeding. In addition, health workers need to promote health education
for mothers so that complementary foods for breastfeeding can be given appropriately (Agustina and
Listiowati, 2012).
Mother's Behavior in Giving Complementary Foods to Breastfeeding Infants Age 6-12 Months
After Received Counseling on the Management of Moringa Leaf Food Ingredients (MPASI) in
Tegal Sari Village in 2022
Based on research resultspost testit is known that the behavior of respondents in providing
complementary feeding to infants aged 6-12 months after receiving counseling on the processing of
Moringa Leaf Food Ingredients (MPASI) was mostly good, as many as 19 people (59.4%), and there
were no respondents whose behavior was not good. Good knowledge of MP-ASI will influence or
change the practice of giving good MP-ASI, and vice versa if lack of knowledge will affect the practice
of giving MP-ASI which is also lacking (Yulianti J, 2010). By providing counseling about MP-ASI
greatly affects the behavior of mothers who have babies aged 6-12 months in giving MP-ASI, and the
choice of food is influenced by the mother's level of knowledge. Ignorance can lead to errors in food
selection and processing, even though food ingredients are available (Prastomo, 2016)
Providing information through counseling requires creativity from the extension worker
himself so that the message to be conveyed can be received by the recipient of the message. So that
an extension officer should have good quality knowledge and communication skills. This is in line
with the opinion of Ramadhani (2011), which states that counseling can be interpreted as a
reciprocal relationship between two individuals, where one person (i.e. the extension worker) tries
to help the other (i.e. the client) to achieve an understanding of himself in relation to his/her
relationship with others. problems they will face in the future.
Motivating mothers with counseling is one of the efforts of health workers so that the
material presented will be achieved. Health education is an educational approach that produces
individual/community behaviors that are needed to improve/maintain good nutrition (Prastomo,
2016). Individual behavior or practice is an action or real action, the measurement can be direct or
indirect. Directly by observing the activities carried out by respondents
The method used is usually about the practice of giving MP-ASI lectures, demonstrations,
discussions, questions and answers, and seminars. The method used in counseling about the practice
of giving MP-ASI is a participatory method, it is an educational approach that changes one's
knowledge and behavior, by inviting respondents to play an active role by practicing giving MP-ASI
directly. Practicing is inviting respondents to come forward directly to practice giving MP-ASI and
giving menus and ways to make or cook MP-ASI.
The Effect of Counseling on the Management of Moringa Leaf Food Ingredients (MPASI) on
Mother's Behavior in Providing Complementary Foods to Breastfeeding Infants Age 6-12
Months in Tegal Sari Village in 2022
The results of the posttest analysis of the behavior of mothers in providing complementary
feeding to infants aged 6-12 months in 32 respondents with the Wilcoxon test showed a value of z =
-5.109 with a significance value of 0.000 which indicated that there was a significant effect between
counseling on the management of Moringa leaf food ingredients (MPASI). on the behavior of mothers
in providing complementary feeding to infants aged 6-12 months in Tegal Sari Village in 2022. The
Page | 2369
Science Midwifery is Licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License (CC BY-NC 4.0)
The Effect Of Soybean Milk Feeding On Increasing Breast Milk Production In Public Mothers At Nasywa Clinic In 2022, Herviza
Wulandary Pane, Ustifina hasanah HSB
counseling provided was able to provide knowledge to respondents so that they could improve
behavior in providing complementary feeding.
Counseling on complementary feeding is considered to provide additional knowledge to
respondents so that respondents know more about giving complementary foods to breast milk for
their babies. As evidence, this study tested the results of questionnaire responses distributed before
counseling on complementary foods and 7 days after counseling on complementary foods. This is in
line with Notoatmodjo (2012) which states that the existence of health education for everyone,
including community members, families, can help improve abilities and skills in maintaining their
own health.
In this study, the researchers provided counseling using the lecture method using
presentation slides and media in the form of leaflets containing about ways of giving complementary
feeding to infants aged 6-12 months. Leaflets are packaged in such a way using language that is easily
understood by respondents and accompanied by pictures so that the material is more attractive to
respondents. This is in line with what was expressed by Mahfoedz and Suryani (2018) that the
delivery of material that is not boring, the method used is easy to understand and is understood by
the target is a factor that affects the success of counseling.
Health education is one of the competencies required of nursing personnel, because it is one
of the roles that must be carried out in every provision of nursing care wherever they work. Thus a
nurse must be able to carry out her role in providing health counseling to individuals, families,
communities and special groups, whether it is in hospitals, clinics, health centers, maternity homes,
at home or in the community in changing their behavior towards healthy behavior (Humairah, 2015).
).
The results of the calculation show that there is a significant change in the respondents after
being given counseling on the management of Moringa leaf food ingredients as complementary foods
for breast milk. The results of the cross tabulation show that there are 17 respondents who were
previously in the category of poor behavior, so there are no respondents who have poor behavior.
The number of respondents who behaved fairly previously amounted to 12 people, increased to 13
people after counseling about complementary feeding. Meanwhile, respondents who had good
behavior previously only amounted to 3 people, increasing to 19 people after being given counseling
about complementary feeding. This shows that counseling about complementary feeding has an
impact on behavioral changes in respondents.
Based on the respondent's data there are 20 (62.5%) mothers who are more than 25 years
old, it is assumed that the age of the mother who is relatively mature has quite a lot of experience in
providing complementary feeding for her baby. These results are the same as the results of research
from Lola (2012) which states that there is a relationship between knowledge, attitudes and actions
of mothers in giving complementary foods to breast milk with the nutritional status of toddlers aged
7-12 months.
There are 21 mothers (65.6%) who work as housewives, in this study the number of
housewives is the highest, it is assumed that being a housewife has more time to take care of their
children, it means that mothers have more time to prepare the best food for their children compared
to working mothers. These results are the same as the results of research by Kristianto and
Sulistyarini (2013) which states that the mother's job is one of the factors that influence mothers in
providing complementary feeding for infants aged 6-36 months.The results of this study indicate that
the highest number of education categories are those with high school education, as many as 19
mothers (59.4%), where the respondent's knowledge of breastfeeding complementary feeding is
closely related to their educational status, education is the beginning of understanding something,
including regarding the provision of complementary feeding, the length of education plays an
important role in obtaining information and understanding, mothers with relatively high education
have a mature mindset. These results are the same as the results of Kardiani's research (2012) which
states that mothers with high school education or more have good knowledge about complementary
feeding.
With the results of this study it can be concluded that the counseling on complementary
feeding carried out has met its target, as stated by Notoatmodjo (2003), where counseling and
guidance are part of health education, namely efforts to help individuals, groups / communities in
improving their ability or behavior to achieve optimal health. In this case, the mother's behavior in
providing complementary feeding has increased in a better direction.
Page | 2370
Science Midwifery is Licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License (CC BY-NC 4.0)
Science Midwifery, Vol 10, No. 3, Agustus 2022 ISSN 2086-7689 (Print) | 2721-9453 (Online)
Contents lists available at IOCScience
Science Midwifery
journal homepage: www.midwifery.iocspublisher.org
4. Conclusions
The conclusion of this study is that the behavior of respondents in providing complementary
foods to breast milk for infants aged 6-12 months before receiving counseling on the management of
Moringa Leaf Foodstuffs (MPASI) mostly behaved less by 53.1%. The behavior of respondents in
providing complementary feeding to infants aged 6-12 months after receiving counseling on the
management of Moringa Leaf Foodstuffs (MPASI) mostly behaved well by 59.4%. There is a
significant effect of counseling on the management of Moringa leaf food ingredients (MPASI) on the
behavior of mothers in providing complementary feeding to infants aged 6-12 months in Tegal Sari
Village in 2022, with p value = 0.000 (p <0.05).
Acknowledgments
Acknowledgments to the As Syifa Kisaran College of Health for funding this research, in accordance
with the research contract for the 2022 Fiscal Year
Reference
Iskandar. 2017. Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Modifikasi Terhadap Status Gizi Balita.
Aceh Besar.
Ghina Amalia, dkk.. 2018., Biskuit Ekstrak Daun Kelor (Moringa oleifera L) Dengan Variasi Jumlah
Tepung Pisang dan Tepung Terigu. Bogor.
Wahyudi Isnan dan Nurhaedah M. 2017. Ragam Manfaat Tanaman Kelor (Moringa oleifera lamk.)
Bagi Masyarakat. Makassar.
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi. 2017. Buku Saku Desa dalam
Penanganan Stunting. Jakarta.
Menteri Kesehatan RI. 2018. Mewujudkan Indonesia Sehat melalui Percepatan Penurunan Stunting.
Menteri Kesehatan, Nila F Moeloek bersama Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa
dalam acara Rapat Koordinasi Program Prioritas Bidang Kesehatan Provinsi Jawa Timur, di
Hotel Bumi Jumat, 12 April 2022 18:31Surabaya.tribunnews.com/fatimatuz zahro
Aminah, S., Ramadhan, T. dan Yanis, M. 2015. Kandungan Nutrisi dan Sifat Fungsional Tanaman Kelor
(Moringa oleifera). Buletin Pertanian Perkotaan 5(2):35-42
Hartoyo, A. 2003. Teh dan Khasiatnya Bagi Kesehatan. Yogyakarta. Kanisiuns.44
Madukwe, E. U., Ezeugwu, J. O. dan Eme, P. E. 2013. Nutrion Composition and Sensory Evaluation of
Dry Moringa oleifera Aqueous Extract. International Journal of Basic & Applied Sciences
13(3):100-102
Rahmat, H. 2009. Identifikasi Senyawa Flavonoid Pada Sayuran Indigenous Jawa Barat.
Institut Pertanian Bogor. http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/11374
Rahmawati, N. D. 2015. Aktivitas Antioksidan dan Total Fenol Teh Herbal Daun Pacar Air (Impatiens
balsamina) dengan Variasi Lama Fermentasi dan Metode Pengeringan. [Artikel Publikasi].
Surakarta : Fakultas Keguruan
Page | 2371
Science Midwifery is Licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License (CC BY-NC 4.0)