Disusun oleh:
Dea Pebrianti
1810104432
UNIVERSITAS “AISYIYAH
YOGYAKARTA
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut WHO menyatakan 25% kematian pada ibu hamil disebabkan perdarahan
dan memperkiraan sekitar 10% kelahiran hidup mengalami komplikasi perdarahan
pasca persalinan, salah satu penyebab perdarahan adalah salah satu anemia.
Persentase kematian ibu saat melahirkan akibat anemia adalah 70% (Nida, 2008).
Terdapat korelasi yang erat antara anemia pada saat kehamilan dengan kematian
janin, abortus, cacat bawaan, berat bayi lahir rendah, cadangan zat besi yang
berkurang pada anak atau anak lahir dalam keadaan anemia gizi. Kondisi ini
menyebabkan angka kematian perinatal masih tinggi, demikian pula dengan
mortalitas dan morbiditas pada ibu. Selain itu, dapat mengakibatkan perdaraharn pada
saat persalinan yang merupakan penyebab utama (28%) kematian ibu hamil atau
bersalin di Indonesia (Fatimah, 2011).
Berbagai usaha untuk menurunkan angka kematian ibu (AKI) telah dilakukan,
tetapi program Safe Motherhood pada tahun 1988 yang memiliki 4 pilar yaitu
keluarga perencanaan, pelayanan antenatal, persalinan yang aman dan pelayanan
obstetri essentials. Salah satu komponen penting dalam program Safe Motherhood
pelayanan antenatal yang berhubungan dengan anemia kehamilan yaitu skrining,
pengobatan aaanemia, malaria dan penyakit menular seksual. Meningkatkan
pelayanan kesehatan ibu dan anak yang berkualitas dengan meningkatkan fungsi
Puskesmas Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) dan Rumah Sakit
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) (Wicaksono, 2009).
Menurut data hasil Riskesdas tahun 2013, prevalensi anemia di Indonesia pada
ibu hamil sebesar 50,5% (Kemenkes RI, 2013) di Yogyakarta pada tahun 2013
sebesar 24,11% pada tahun 2015 sebesar 32,39%. Meskipun begitu peningkatan
prevalensi anemia masih terjadi dibeberapa kabupaten/kota di DIY (Daerah Istimewa
Yogyakarta) seperti, Kabupaten Sleman dengan prevalensi kenaikan dari tahun 2013
sebesar 9,05% tahun 2014 mengalami penurunan sebesar 7,44% dan pada tahun 2015
mengalami kenaikan sebesar 10,36% (Dinkes DIY, 2015).
Dalam Q.S. Surah Al-Baqarah: ayat 172 menerangkan bagaimana Allah SWT
menjelaskan makan yang baik untuk ibu hamil anemia yang berarti:
"Wahai orang-orang yang beriman! Makanlah dari benda-benda yang bak yang
telah Kami buat untukmu, dan bersyukurlah untuk bang halal) yang telah Kami
berikan kepada kamu, dan bersyukurlah kepada Allah, jika kamu hanya beribadat
kepadanya.”"[Surah Al-Baqarah: ayat 172].
Maksud dari ayat di atas ialah masa kehamilan ialah masa dimana seorang ibu
membutuhkan makanan dengan gizi yang seimbang. Bahkan dianjurkan seorang ibu
hamil unutk makan dua kali lebih banyak dari biasanya karena nutrisi yang masuk
dalam tubuh terbagi untuk ibu dan janin. Sebagai seorang manusia dan seorang calon
ibu sedang mengandung, pola asupan nutrisi diperhatikan karena asupan gizi yang
dikonsumsi berpengaruh pada kembang janin.
Pada masalah kehamilan yang sering dijumpai adalah ibu hamil dengan anemia,
oleh karena itu asupan nutrisi pada ibu hamil perlu diperhatikan dan ditingkatkan.
Salah satunya cara untuk meningkatkan kadar Hb agar ibu tidak mengalami anemia
adalah dengan mengonsumsi jus kacang panjang. Kacang panjang yang ada banyak
disekitar kita membuat ibu hamil dapat dengan mudah mengkonsumsinya. Sebagai
manusia wajib berusaha agar melahirkan bayi yang sehat. Dalam hal ini Islam telah
mewajibkan sang suami untuk memberikan nafkah yang layak dan memenuhi standar
gizi sesuai dengan kemampuan suami itu sendiri.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Diketahuinya pengaruh jus kurma terhadap kadar Hb pada ibu hamil anemia
di Wilayah Kerja Puskesmas “X” Yogyakarta.
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat
E. Ruang Lingkup
Dalam proposal ini peneliti membatasi ruang lingkup agar tidak terlalu luas yang
meliputi ruang publikasi materi, ruang lingkup responden, dan ruang lingkup
waktu dan tempat.
F. Keaslian Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Anemia dalam Kehamilan
a. Pengertian Kehamilan
Kehamilan adalah suatu proses fisiologi yang normal dimulai dari konsepsi
atau pembuahan dan berakhiri dengan permulaan persalinan. Lama kelahiran
adalah 40 minggu. Kehamilan antara 28-36 minggu disebut kehamilan matur, dan
kehamilan lebih dari 43 minggu disebut kehamilan post matur.
Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lainnya janin. Lamanya hamil
normal adalah 280 hari, 40 minggu atau 9 bulan kalender dari hari pertama haid
terakhir. Periode kehamilan dibagi tiga triwulan yaitu triwulan pertama dimulai
dari konsepsi hingga triwulan ketiga, triwulan kedua dari bulan ke empat sampai
enam dan triwulan tiga dari bulan ketujuh hingga ke Sembilan (Manuaba, 2008).
b. Definisi Anemia
1. Umur Ibu
Menurut Amirudin (2007) bahwa ibu hamil yan berumur kurang dari 20
tahun dan lebih dan 35 tahun yaitu 74,1% menderita anemia dan ibu hamil
yang berumur 20-35 tahun yaitu 50,5% menderita anemia. Wanita yang
berumur kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, mempunyai risiko yang
tinggi untuk hamil karena akan membahayakan kesehatan dan keselamatan ibu
hamil serta janinnya, beresiko mengalami perdarahan dan dapat menyebabkan
ibu mengalami anemia. Menurut penelitian Padila, (2014), Umur ibu saat
melahirkan merupakan salah satu faktor risiko kematian perinatal. Dalam
kurun waktu reproduksi sehat diketahui bahwa umur aman untuk persalinan
adalah 20-35 tahun.
2. Paritas
Timbulnya masalah gizi pada ibu hamil, seperti halnya KEK, tidak
terlepas dari keadaan sosial, ekonomi, dan bio sosial dari ibu hamil dan
keluarganya seperti tingkat pendidikan, pendapatan, konsumsi, pangan,
umur, paritas, dan sebagainya.
5. Jarak kehamilan
Menurut Ammirudin (2007) proporsi kematian terbanyak terjadi pada
ibu dengan prioritas 1 -3 anak dan jika dilihat menurut jarak kehamilan
ternyata jarak kurang dari 2 tahun menunjukkan proposi kematian ibu lebih
banyak. Jarak kehamilan yang terlalu dekat menyebabkan ibu memiliki
waktu singkat untuk memulihkan kondisi rahimnya agar bisa kembali ke
kondisi sebelumnya. Pada ibu hamil dengan jarak yang terlalu dekat
beresiko terjadi anemia dalam kehamilan. Karena cadangan zat besi ibu
hamil pulih. Akhimya berkurang untuk keperluan janin yang dikandungnya.
6. Pendidikan
Tingkat Pendidikan merupakan salah satu aspek sosial yang dapat
mempengaruhi tingkah laku manusia. Pendidikan akan mempengaruhi
seseorang dalam melakukan respon terhadap sesuatu yang datang dari luar.
Orang yang mempunyai pendidikan lebih tinggi akan memberikan respon
yang lebih rasional dibandingkan mereka yang tidak berpendidikan, orang
yang berpendidikan rendah juga tidak mampu menghadapi suatu tantangan
dengan rasional (Notoadmodjo, 2007)
Diketahui bahwa 10% -20% ibu hamil di dunia menderita anemia pada
kehamilannya. Di dunia 34% terjadi anemia pada ibu hamil di mana 75%
berada di negara sedang berkembang (Syafa, 2010: 201). Prevalensi anemia
pada ibu hamil di Negara berkembang 43% dan 12% pada wanita hamil di
negara kaya atau Negara maju (Allen, 2007: 70). Di indonesia prevalensi
anemia kehamilan relatif tinggi, yaitu 38% - 71.5% dengan rata-rata 63,5%,
sedangkan di Amerika Serikat hanya 6% (Syaifudin, 2006).
Di Bali prevalensi anemia pada ibu hamil tahun 2007 adalah 46,2%
(Ani dkk. 2007 77). Di RSUD Wangaya Kota Denpasar ibu hamil aterm
dengan anemia 25,6% (CM RSUD Wangaya, 2010: 61). Tingginya prevalensi
anemia pada ibu hamil sebagian besar penyebabnya adalah kekurangan zat
besi yang diperlukan untuk pembentukan hemoglobin (Saifudin, 2006)
Menurut Allen (2007) Transfer zat besi dari ibu ke janin di dukung oleh
peningkatan substansial dalam zat besi selama kehamilan dan diatur oleh
plasenta. Serum fertin meningkat pada umur kehamilan 12 - 25 minggu.
Kebanyakan zat besi ditransfer ke janin setelah umur kehamilan 30 minggu
yang sesuai dengan waktu puncak efisiensi penyerapan zat besi. Serum
transferin membawa zat besi dari sirkulasi ibu untuk transferin reseptor yang
terletak pada permukaan apikal dan sinsitiotropoblas plasenta, holotransferin
adalah endocytosied ; besi apotransferin dikembalikan ke sirkulasi ibu. Zat
besi kemudian bebas mengikat fertin dalam sel - sel plasenta yang akan
dipindahkan ke apotransferin yang masuk dari sisi plasenta dan keluar sebagai
holotransferrin ke dalam sirkulasi janin. Plasenta sebagai transfortasi zat besi
dari ibu ke janin. Ketika status gizi ibu yang kurang, jumlah reseptor tranferin
plasenta meningkat sehingga zat besi lebih banyak diambil oleh plasenta dan
ditransfortasi untuk janin serta zat besi yang berlebihan untuk janin dapat
dicegah oleh sintesis plasenta fertin.
Pencegahan anemia pada ibu hamil dapat dilakukan antara lain dengan
cara meningkatkan konsumsi zat dari makanan, mengonsumsi pangan hewani
dalam jumlah yang cukup, namun karena harganya cukup tinggi sehingga
masyarakat sulit menjangkaunya. Untuk itu diperlukan alternatif yang lain
untuk mencegah anemia gizi besi, memakan beraneka ragam makanan yang
memiliki zat gizi saling melengkapi termasuk vitamin yang dapat
meningkatkan penyerapan zat besi, seperti vitamin C. Peningkatan konsumsi
vitamin C sebanyak 25,50, 100 dan 250 mg dapat meningkatkan penyerapan
zat besi sebesar 2, 3, 4 dan 5 kali. Buah-buahan vitamin C, namun dalam
proses pemasakan 50-80% vitamin C akan rusak. Mengurangi konsumsi
makanan yang bisa menghambat penyerapan zat besi seperti: fitat, fosfat,
tannin (Wiknjosastro, 2005).
Secara klinik dapat dilihat ibu lemah, pucat, mudah pingsan, mata
kunang-kunang, sementara pada tekanan darah masih dalam batas normal, perlu
dicurigai anemia defisiensi. Untuk menegakkan diagnosa dilakukan
pemeriksaan laboratorium dengan melakukan pemeriksaan kadar Hb (Saifuddin,
2008)
3. Anemia Hipoplastik
4. Anemia Hemolitik
5. Anemia-anemia lain
2) Trimester II: kebutuhan zat besi +5 mg / hari, (kebutuhan basal 0,8 mg / hari)
ditambah kebutuhan sel darah merah 300 mg dan konsepus 115 mg.
1) Pencegahan Anemia
a. Penanganan Primer
Selain itu, bidan juga dapat berperan sebagai konselor atau sebagai
sumber berkonsultasi bagi ibu hamil mengenai cara mencegah maupun
untuk mengobati anemia pada kehamilan. Bidan juga sebagai fasilitator
bidan dapat mengaktifkan kader dan posyandu balita atau mengatur
posyandu (jika belum ada) sebagai tenaga, sarana dan tempat dalam
mempromosikan kesehatan. Bidan juga dapat menjadi alat pemeriksakan
kehamilannya secara rutin di tempat pelayanan kesehatan terdekat dan
memotivasi keluarga ibu hamil untuk selalu mendukung perawatan yang
dilakukan pada ibu hamil untuk mencegah anemia.
b. Penanganan Sekunder
Penanganan sekunder merupakan pencegahan yang dilakukan pada
pathogenesis yang dimulai pada fase asimtomatis sampai fase klinis atau
timbulnya gejala penyakit atau gangguan kesehatan. Pada penanganan
sekunder yang dapat dilakukan oleh bidan komunitas diantaranya adalah
sebagai care giver diantaranya melakukan screening (early dtection)
seperti pemeriksaan hemoglobin (Hb) untuk mendeteksi apakah ibu
hamil anemia atau tidak, jika anemia, apakah ibu hamil masuk untuk
anemia atau tidak, jika anemia, apakah ibu hamil masuk dalam anemia
ringan, sedang, atau berat. Dilakukan pemeriksaan terhadap tanda dan
gejala yang mendukung sepertyi tekanan darah, nadi dan melakukan
anamnesa berkaitan dengan hal ini, sehingga bidan dapat memberikan
tindakan yang sesuai dengan hasil tersebut. (Purwaji, 2008).
Bidan dapat berperan juga sebagai penemu kasus, peneliti, konselor,
edukator, motivator, fasilitator dan kolaborator. Bidan sebagai penemu
kasus dan penelitian dapat mengambarkan dan melaporkan kejadian
anemia pada ibu hamil di suatu daerah, sehingga datanya bermanfaat
untuk dinas terkait dalam rangka penanganan terhadap kejadian anemia
tersebut. Bidan sebagai care giver dan kolaborator apabila ibu hamil
terkena aemia dengan memberikan terapi oral berupa Fe dan memberikan
rujukan kepada ibu hamil ke rumah sakit untuk diberikan transfusi
(apabila ibu hamil memderita anemia berat). (Purwaji, 2008)
Bidan dapat memberikan pengarahan dan motivasi kepada ibu hamil
dan keluarganya agar tidak berlanjut pada komplikai yang diinginkan
pada ibu dan janin. Bidan juga dapat memotivasi kader untuk dapat
membantu mendeteksi adanya anemia pada ibu hamil di wilayahnya.
(Purwaji, 2008)
c. Penanganan Tersier
Penanganan tersier dilakukan untuk mengobati perkembangan
penyakit ke arah yang lebih buruk. Bermanfaat untuk Memperbaiki
kualitas hidup klien seperti mengurangi atau mencegah terjadinya
kerusakan jaringan, keparahan dan komplikasi penyakit, mencegah
serangan ulang dan memperpanjang hidup. (Purwaji, 2008)
Penanganan tersier bidan pada anemia ibu hamil diantaranya yaitu
mempertahankan kadar hemoglobin tetap dalam batas normal, memeriksa
ulang secara teratur kadar hemoglobin, mengeliminasi faktor risiko
seperti asupan nutrisi yang tidak adekuat pada ibu hamil, tetap
mengkonsumsi tablet Fe selama kehamilan dan tetap mengkonsumsi
makanan yang adekuat setelah persalinan. Bidan dalam penanganan
tersier dapat berperan sebagai care giver, edukator, konselor, motivator,
kolaborator, dan fasilitator. (Purwaji, 2008)
2. kacang panjang
Kacang panjang merupakan salah satu bahan pahan dalam bentuk sayuran
yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Pada saat tanaman kacang
panjang masih muda berikut daunnya dapat dipakai sebagai bahan pangan (Pitojo,
2006).
Kacang panjang penting sebagai sumber vitamin dan mineral. Sayur ini
banyak mengandung vitamin A, vitamin B, dan vitamin C terutama pada polong
muda. Bijinya banyak mengandung protein, lemak dan karbohidrat. Dengan
demikian, komoditi ini merupakan sumber protein nabati yang cukup potensial.
(Haryanto, 2003).
1. Akar
Akar tanaman kacang panjang terdiri atas akar tunggang, akar cabang dan
akar serabut. Perakaran tanaman dapat mencapai kedalaman 60 cm. Akar
tanaman kacang panjang dapat bersimbiosis dengan bakteri Rhizobium sp. ciri
adanya simbiosis yaitu bitil bintil akar di sekitar pangkal akar (Pitojo, 2006).
2. Batang
Batang tanaman ini tegak, silindris, lunak, berwarna hijau dengan permukaan
licin. Batang tumbuh keatas, membelit kearah kanan pada turus atau tegakan yang
didekatnya. Batang membentuk cabang sejak dari bawah batang (Pitojo, 2006)
3. Daun
Daun tanaman kacang panjang berupa daun majemuk, melekat pada batang
tangkai daun agak panjang, lonjong, berseling, panjangnya 6 -8 cm, lebar 3 - 4,5
cm, tepi rata, pangkal membulat, ujung lancip, pertulangan menyirip, tangkai
silindris, panjang kurang lebih 4 cm, dan tinggi hijau (Hutapea, 2007).
4. Bunga
5. Buah
Buah tanaman kacang panjang bulat polong dan ramping. Bulat panjang
polong dan ramping. Panjan polong sekitar 10 - 80 cm. Warna polong hijau muda
sampai hijau keputihan. Setelah tua wana polong putin kekuningan. Polong yang
muda sifatnya renyah dan mudah patah. Setelah tua polong menjadi liat. Pada
satu polong dapat berisi 8-20 biji kacang panjang (Haryanto, 2007).
Beberapa manfaat kacang panjang dalam bidang medis yang dihasilkan adalah
(Satuhu, 2010).
2. Mempebaiki Pencernaan
3. Kesehatan Tulang
Menurut (Widowati, 2009) selain Osteoporosis, ada berbagai
penyakit kelainan yang terjadi pada tulang yang sangat penting untuk kita
hindari. Vitamin k dan Mangan yang terdapat di kacang panjang sangat
efektif untuk kesehatan tulang dan menjadikannya kuat sampai tua.
4. Mengatasi mual dan muntah
Morning Sickness adalah rasa mual atau ingin muntah yang kerap
muncul pada ibu hamil, terlebih saat pagi hari. Kacang panjang ternyata
bisa menghilangkan atau meminimalkan rasa mual, pusing, dan gejala
morning sickness tersebut. Kacang panjang juga sekaligus membantu
mengatasi rasa lesu selama hamil. (Widowati 2009)
5. Vitamin K
Menurut (Haryanto dkk, 2007) kacang panjang sangat penting
sebagai sumber vitamin dan mineral. Kacang panjang banyak
mengandung vitamin A, vitamin B, dan vitamin C. Selain itu, bijinya
banyak mengandung protein, lemak, dan karbohidrat. Setiap 100 g berat
kacang panjang mengandung protein 2,7g; lemak 1,3 g; hidrat arang 7,8 g;
dan kalori sebesar 34 kg kalori.
6. Vitamin C
Mencegah katarak, Menjaga kesehatan kulit, Mencegah kesulitan
bernafas, Mencegah serangan jantung dan stroke, meningkatkan
kelancaran sistem peredaran darah, Mencegah stres. (Widowati 2009)
7. Asam Folat
Mencegah anemia, Nutrisi untuk otak, meningkatkan produksi sel
darah merah, Sintesis DNA dan RNA, Membantu pembelahan dan
Pembagian sel, Sangat penting untuk wanita hamil. (Widowati 2009)
8. Vitamin B2
Mencegah katarak, Mencegah migrain dan sakit kepala, Sumber
Energi, Mencegah anemia, Sebagai antioksidan, Tembaga. Mencegah
osteoporosis, Mencegah anemia, membantu kesehatan janin (ibu hamil),
Mencegah pigmentasi kulit, Mencegah kelainan tiroid, Vitamin B1,
Mencegah gangguan metabolisme, mencegah kelainan pada otak,
Mencegah osteoporosis, Menjaga sistem imun, Mencegah katarak,
Mencegah gangguan ginjal. (Widowati 2009)
d. Komposisi Kacang Panjang.
Sebagai salah satu bahan pangan alami, kacang panjang mengandung
berbagai macam zat yang sangat diperlukan untuk kesehatan. Dalam kacang
panjang dapat dijumpai adanya Protein, Lemak, Karbohidrat, Vitamin A,
VitaminB1, Vitamin B2, Kalsium Fosfor, Besi, Belerang, Magnesium,
Mangan (Daniel, 2005).
Dengan vitamin dan gizi yang dikandung kacang panjang sangat baik
untuk dikonsumsi. Meski demikian, tidak sedikit orang yang menghindari
mengkonsumsi sayur salah satu keluarga Leguminoceae ini. Entah karena
alergi atau karena benar-benar tidak menyukai, menjadikan tidak banyak
orang yang memanfaatkannya. Selama ini cara yang lazim dalam
memanfatkan kacang panjang adalah dengan menjadikannya sayur atau
dimakan sebagai lalapan. Santapan seperti ini hanya berlaku untuk kacang
segar, dan tidak nikmat tanpa pendamping yang lain.
Kacang panjang (Vigna sesquipedalis (L) Fruhw) merupakan sayur
berkadar makanan tinggi (± 49% bobot kering); dikonsumsi tanpa atau melalui
pemasakan dengan variasi suhu, lama pemasakan, dan derajat keasaman. Cara
pengolahan meningkatkan afinitas pengikatan Fe oleh makromolekul (Torreet
al, 2006).
Berikut keterangan komposisi zat gizi yang terdapat dalam 100 gram kacang
panjang:
1. Air
Merupakan komponen terbesar dalam struktur tubuh manusi, yang
mempunyai manfaat yaitu:
a. Sebagai media tranportasi zat gizi, membuang sisa-sisa metabolisme,
hormon ke organ target.
b. Mengatur temperatur tubuh terutama selana aktifitas fisik.
c. Mempertahankan keseimbangan volume darah (Djoko, 2006).
2. Energi
Energi yang diperlukan untuk kerja otot diperoleh dari zat makanan yang
dikonsumsi setiap hari, terdiri atas zat gizi makro yangmeliputi karbohidrat,
lemak dan protein. Energi dan zat gizi diperlukan oleh setiap orang dalam jumlah
sesuai dengan kebutuhan berdasarkan jenis kelamin, berat badan, lama dan berat
ringannya aktifitas fisik (Djoko, 2006)
3. Protein
4. Lemak
5. Karbohirat
Orang dewasa dengan kegiatan sedang memerlukan karbohidrat rata-rata 8-
12 grlkgBB / hari. Sedangkan kebutuhan minimal setiap orang adalah 50-100 gr /
hari untuk pencegahan ketosis. Ketosis adalah meningkatnya kadar atau sisa
produk hati yang tidak dapat di oksidasi dalam darah sehingga mengakibatkan
pembakaran lemak berlebihan, gejala ketosis antara lain produk urine meningkat,
depresi, mual, lelah (Djoko, 2006).
6. Vitamin C
8. Fosfor
Hemoglobin adalah protein yang kaya akan zat besi dan memiliki
kemampuan untuk mengikat oksigen di dalam sel darah merah. Zat besi yang di
dalam molekul hemoglobin sangat penting untuk menjalankan fungsi pengikatan
dan pelepasan oksigen. Apabila terjadi kekurangan zat besi, jumlah hemoglobin
juga akan berkurang yang menimbulkan keadaan kurang darah atau anemia. Data
terakhir menunjukkan bahwa prevalensi anemia gizi besi masih tinggi dan
defisiensi besi adalah penyebab utama anemia di dunia. Kacang panjang adalah
jenis kacang-kacangan dengan kandungan zast besi yang cukup tinggi (Aziz,
2007).
Strategi lain untuk menurunkan angka kejadian anemia khususnya pada ibu
hamil adalah dengan memberikan asupan nutrisi yang kaya akan zat besi. Telah
banyak dikenal oleh masyarakat bahwa sayuran hijau sangat kaya akan zat besi,
kebiasaan masyarakat awam akan mengkonsumsi bayam dan kangkung dalam
usaha untuk mencukupi kebutuhan zat besi, namun tanpa disadari bahwa
penanaman bayam dan kangkung kini telah banyak ditanam di tempat-tempat
yang terpapar banyak polutan sehingga kandungan nutrisi yang seharusnya
bermanfaat beralih menjadi hal yang harus diwaspadai. Salah satu contoh asupan
sayuran lain yang sering dikonsumsi dan juga sangat kaya akan zat besi adalah
daun kacang panjang. Dilaporkan hasil sebuah penelitian dari (Rahmat, 2009)
Proses penyerapan zat besi dalam duodenum terdiri dari 3 fase yaitu fase
luminal, fase mucosal, dan fase sistemik atau korporeal. Pada fase luminal ikatan
besi dari bahan makanan dilepaskan atau dirubah menjadi bentuk terlarut dan
terionisasi. Kemudian besi dalam bentuk feri (Fe3 +) direduksi menjadi bentuk
fero (Fe2 +) sehingga siap diserap usus. Dalam proses ini getah lambung
memegang peranan penting. Absorbs paling baik terjadi pada duodenum dan
jejenum proksimal. Hal ini dihubungkan dengan jumlah reseptor pada permukaan
usus dan płH usus. Di dalam usus, besi akan dibedakan menjadi besi heme, dan
non heme. Kedua jenis besi ini memiliki sifat yang berbeda. Besi hame diserap
secara langsung, tidak dipengaruhi oleh bahan penghambat atau pemacu dan
presentase absorbsinya besar yaitu 4 kali dari besi heme. Sedangkan absorbs besi
non heme sangat dipengaruhi oleh zat pengikat (ligand) yang dapat menghambat
atau memacu absorbsi. Senyawa besi heme diserap utuhb dan setelah berada
dalam epitel usus akan dilepaskan dari rantai porfirin oleh enzim haemoxygenase,
kemudian ditransfer ke dalam plasma atau disimpan dalam ferritin. (Komposisi
Pangan Indonesia, 2008)
Presentase penyerapan zat besi sangat tinggi yaitu 10-25%. Penyerapan zat
besi non heme sangat diperlukan oleh adanya zat yang mempertahankan besi tetap
dalam keadaan terlarut yaitu vitamin C (asam askorbat). Bahan ini disebut dengan
zat pemacu atau promotor atauenhancer. Pada kacang panjang terdapat vitamin C
(asam askorbat) yang merupakan bahan pemacu absorbs besi yang sangat kuat
yang berfiungsi sebagai reduktor yang dapat mengubah feri menjadi fero,
mempertahankan pH usus tetap rendah sehingga mencegah presipitasi besi dan
bersifat sebagai monomer chelator yang membentuk iron-abcorbate chelate yang
lebih mudah diserap oleh tubuh. Setelah itu, zat besi diserap secara aktif melalui
reseftor. Jika dosis terlalu besar zat besi akan masuk secara difusi pasif.
(Komposisi pangan Indonesia, 2008)
Dalam sel enterosit akan diikat oleh suatu karier protein spesifik dan yang
ditransfer melalui sel ke kapiler atau disimpan dalam bentuk ferritin dan dalam
enterosit kemudian dibuang bersamaan dengan deskuamasi epitel usus. Pada fase
sistemik , besi yang masuk ke plasma akan dikat oleh apotransferin menjadi
transferrin dan diedarkan ke seluruh tubuh, terutama ke sel eritroblast di sumsum
tulang. Semua sel memiliki reseptor transferin permukaannya. Transfer ditangkap
oleh reseptor ini dan kemudian melalui proses pinositosis (endositosis) masuk
dalam vesikel (endosome) dalam sel. Akibat penurunan pH, besi, transfrrin, dan
reseptor akan terlepas dari ikatan. Besi akan dipakai oleh sel sedangkan reseptor
dan transferin dikeluarkan untuk dipakai ulang. Pada keadaan ini, tubuh akan
tercukupi persediaan besinya sehingga metabolisme besi berjalan lancar
(Komposisi Pangan Indonesia, 2008)
Pemberian suplemen kacang panjang dan nutrisi yang baik selama 2 minggu
pada ibu hamil dengan anemia sangat memberikan pengaruh yang signifikan.
Dalam 100 gram kacang panjang Ada 6,2 mg besi, 29 mg vitamin C, 4,1 gr
protein, dan 88,10 ± 0,28% udara. Besi diet yang berasal dari daun kacang
panjang diserap di dalam lambung (pH 1,5) sebesar 17,4%, sedangkan dalam
duodenum (pH 7,5) terserap sebesar 15,5 ± 0,29%. Berdasarkan data kandungan
gizi pada kacang panjang di atas, dapat dicemati bahwa mengkonsumsi kacang
panjang sangat baik untuk mencegah atau memperbaiki kondisi anemia pada ibu
hamil hal ini dapat dibuktikan dengan tingginya kandungan zat yang terkandung
di dalamnya yaitu sebesar 6,2 mg per 100 gram kacang panjang segar dengan hasil
sebesar 17,4%. Selain itu, didukung pula oleh kandungan asam askorbat (vitamin
C) yang terkandung di dalamnya sebesar 29 mg per 100 gram daun kacang dan
sifat asam askorbat ini adalah untuk membantu panj zat zat besi dalam tubuh
(Djoko, 2006)
f. Tinjauan Islam
Setiap penyakit yang bersarang di tubuh dan tidak segera di obati dapat
beresiko fatal dan hal tersebut tidaklah disukai Allah, maka dari itu sesuai dengan
riwayat imam Mulim dari Jabir bin Abdillah Nabi Muhammada SAW bersabda,
"bahwa setiap penyakit pasti ada obatnya. Bila Sebuah obat sesuai dengan
penyulitnya dia akan dipulihkan dengan seizin Allah (HR Muslim).
Dalam penggalan hadist diatas dapat disimpulkan bahwa setiap penyakit
pasti ada obatnya, ini berarti Allah telah menciptakan semua hal yang ada dibumi
ini pasti dengan manfaatnya salah satunya kandungan dari kacang panjang adalah
zat besi yang baik untuk ibu hamil.
HB
Syok
Hiperpolemia G.absorsi < zat besi dalam makanan P.sirkulasi
Plasma kurang motilitas usus plasenta <asupan nutrisi daya tahan tubuh
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini kualitatif dengan desain study kasus berbasis asuhan.
sempel yaitu 2 ibu hamil yang mengalami anemia dan sama-sama akan di berikan
jus kacang selama 2 minggu setiap pagi dan sore hari untuk melihat apakah ada
kesamaan peningkatan kadar HB pada saat di berikan jus kacang panjang dan
Waktu penelitian ini akan di lakukan pada bulan april tahun 2019.
C. Subyek Studi Kasus
KASUS 1
PENGARUH JUS KACANG PANJANG TERHADAP KADAR HB PADA
IBU HAMIL ANEMIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MLATI II
SLEMAN
http://digilib.unisayogya.ac.id/2572/1/naskah%20publikasi%20%20fix%20ok
%20%28pdf%29.pdf
No Kriteria Analisis
1 P = Populasi dan Sempel Populasi : Ibu hamil anemia di wilayah kerja puskesmas
mlati II sleman.
Sampel : 20 responden (10 kelompok eksperimen dan 10
kelompok kontrol)
2 I = Intervensi Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah jenis pre eksperimen dengan rancangan two group
pre-test posttest design . dengan pendekatan penelitian yang
digunakan adalah dengan pendekatan cross sectional.
1) Blender
2) Gelas
3) Saringan
4) Kacang panjang 200 gram yang berwarna hijau tua dan masih segar
2) Bolpoint
3) Hematologi Analyzer
5) Handscoon
5) Tekan bagian atas dari tempat sampel yang berwarna ungu untuk
membuka dan letakkan sampel dalam adaptor
1) semua ibu hamil yang datang ke Puskesmas Mlati Sleman sesuai kriteria
inklusi dan eksklusi
1. Anamnesa
pembuatan jus kacang panjang yaitu kacang panjang 200 gram di cuci
air 100 cc dan tunggu hingga halus, saring jus kacang panjang dan
perasa sesuai kemauan responden, bisa jeruk nipis, gula ataupun lainnya.
pagi dan sore saat dan menyaksikan saat responden minum kemudian
Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji credibility (validitas
confirmability (obyektifitas).
Ada 6 teknik yang dapat dilakukan dalam uji kredibilitas data (kepercayaan
bisa mempelajari kebudayaan dan dapat menguji informasi dari responden, dan untuk
membangun kepercayaan para responden terhadap peneliti dan juga kepercayaan diri
peneliti sendiri.
b. Meningkatkan ketekunan
berkesinambungan . dengan cara tersebut maka kepastian data dan urutan peristiwa
c. Triangulasi.
Pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data
secara pribadi.
o Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang saling berkaitan.
Melakukan analisis kasus negative berarti peneliti mencari data yang berbeda
atau bahkan bertentangan dengan data yang telah ditemukan. Bila tidak ada data lagi
yang berbeda atau bertentangan dengan temua, berarti data yang ditemukan sudah
dapat dipercaya.
Yang dimaksud dengan bahan referensi di sini adalah adanya pendukung untuk
membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti. Misalnya, data hasil
Member check adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada
pemberi data. Tujuan member check adalah untuk mengetahui seberapa jauh data
yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data.
2. Uji Transferability
Supaya orang lain dapat memahami hasil penelitian kualitatif sehingga ada
kemungkinan untuk menerapkan hasil penelitian yang didapat, maka peneliti dalam
membuat laporannya harus memberikan uraian rinci, jelas, sistematis dan dapat
dipercaya. Dengan demikian maka pembaca menjadi jelas atas hasil penelitian
3. Uji Dependability
mempunyai data dan tak dapat menunjukkan “jejak aktivitas lapanganny”, maka
4. Uji Konfirmability
dikaitkan dengan proses yang dilakukan. Bila hasil penelitian merupakan fungsi dari
proses penelitian yang dilakukan, maka penelitian tersebut telah memenuhi standar
konfirmability. Dalam penelitian, jangan sampai proses tidak ada, tetapi hasilnya ada.
F. Analisis Data
Menurut patilima ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan
a. Transkrip wawancara
dan reduksi data. Setelah data direduksi dan dikategorisasikan maka analisis kualitatif
akan lebih terarah dan terfokus sesuai dengan masalah penelitian. Langkah-langkah
inilah yang dapat mengurangi subjektifitas peneliti dan data penelitian menjadi
sebagai berikut :
1. Editing
Dalam tahapan ini dilakukan reduksi data, pemilahan data sesuai focus
penelitian, transliting data (konversi data). Selanjutnya data yang belum bisa
2. Kategorisasi/Coding
data sesuai domain-domain yang akan dianalisis. Selain kategorisasi data juga
3. Meaning