Anda di halaman 1dari 26

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Teori Status Gizi

1. Pengertian Status Gizi

Status gizi adalah suatu keadaan kesehatan tubuh berkat asupan zat

gizi melalui makanan dan minuman yang dihubungkan dengan

kebutuhan (sutomo dan Anggraini, 2010).

Status gizi merupakan ekspresi dari keseimbangan zat gizi dengan

kebutuhan tubuh, yang diwujudkan dalam bentuk variabel tertentu

(Hanifah, dkk, 2019).

Status gizi merupakan indikator baik buruknya penyediaan

makanan sehari-hari (Kusmawati, dkk, 2019).

Dari beberapa pengertian diatas dapat kita simpulkan bahwa status

gizi merupakan ukuran dari tubuh kita mengenai kondisi tubuh kita

terhadap makanan dan minuman yang kita makan.

2. Pengertian Status Gizi Ibu Hamil

Status gizi ibu hamil adalah suatu keadaan fisik yang merupakan

hasil dari konsumsi, absorbsi, dan utilasi berbagai macam zat gizi

(Mutalazimah 2005 dalam Setiyowati, 2018).


Status gizi ibu hamil sangat mempengaruhi pertumbuhan janin

dalam kandungan.Bila status gizi ibu normal pada masa

sebelumdan selama hamil kemungkinan besar akan melahirkan

bayi yang sehat, cukup bulan dengan berat badan normal. Apabila

status gizi ibu buruk, baik sebelum kehamilan dan selama

kehamilan akan mengakibatkan berat badan lahir rendah ( BBLR).

3. Pengukuran Status Gizi Ibu Hamil

Pengukuran status gizi ibu hamil dapat dilakukan melalui 4 cara

yaitu :

a. Penilaian secara klinis

Penilaian status gizi secara klinis sangat penting sebagai

langkah pertama dalam mengetahui keadaan gizi. Karena dapat

memberikan gambaran gizi yang nyata.

b. Penilaian secara Biokimia

Salah satu ukuran yang sederhana dan sering digunakan adalah

pemeriksaan hemoglobin sebagai indeks dari anemia gizi.

c. Penilaian secara Biofisik

Pemeriksaan fisik dilakukan untuk melihat tanda dan gejala

kurang gizi.

d. Penilaian secara Antropometri

Ukuran fisik seseorang sangat berhubungan dengan status gizi.

Ukuran-ukuran antropometri diakui sebagai indeks yang baik


dan dapat diandalkan bagi penentuan status gizi untuk negara-

negara berkembang. Untuk mengetahui statu gizi ibu hamil

digunakan pengukuran secara langsung dengan menggunakan

penilaian antrophometri yaitu Lingkar Lengan Atas.

Pengukuran lingkar lengan atas adalah suatu cara untuk

mengetahui risiko kekurangan energi kronis wanita usia subur.

Wanita usia subur adalah wanita dengan usia 15 sampai 45

tahun yang meliputi remaja, ibu hamil, ibu menyusui, dan

pasangan usia subur (Supariasa dalam masturah, 2013).

4. Tiga zat gizi penting bagi ibu hamil

1) Asam folat

Asam folat termasuk kelompok vitamin B yang bermanfaat

mengurangi NTD (Neural Tubes Defects) atau kelainan

suasanan saraf pusat. Sumber asam folat antara lain brokoli,

gandum, kacang-kacangan, jeruk strawberry dan bayam

2) Kalsium

Kalsium di butuhkan pada ibu hamil memasuki trimester kedua

dan ke tiga kehamilan. Pada masa ini janin mulaitumbuh pesat

terutama pada pembentukan tulang dan giginya. Sumber

kalsium diantaranyan yaitu telur, susu, ikan teri, ikan

salmon,sarden sayuran berwarna hijau, kacang-kacangan dan

wijen
3) Zat besi

Kekurangan zat besi pada ibu hamil dapat mengganggu

metabolisme energisehingga dapat menyebabkan menurunnya

kemampuan kerja organ-organ tubuh . Sumber makanan yang

mengandung zat besi antara lain daging, hati telur, kacang-

kacangan dan sayuran hijau (Atika,2011)

5. Dampak Gizi Kurang Pada Ibu Hamil

Berdasarkan Fitri dan Wiji (2019) Status gizi ibu sebelum selama

hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan janin yang sedang

dikandung. Ibu hamil yang menderita KEK mempunyai risiko

kesehatan yang lebih besar dibandingkan dengan ibu hamil normal.

Ibu yang mengalami kekurangan gizi selama hamil akan

menimbulkan masalah sebagai berikut :

a. Terhadap Ibu. Dapat menimbulkan risiko dan komplikasi

seperti Anemia, perdarahan, BB ibu tidak dapat bertambah

secara normal dan berpeluang terkena infeksi.

b. Terhadap persalinan. Dapat menimbulkan persalinan yang sulit

dan lama, premature, perdarahan setelah bersalin serta

persalinan dengan SC cenderung meningkat.

c. Terhadap janin. Dapat mempengaruhi proses pertumbuhan

janin dan dapat menimbulkan keguguran, abortus, bayi lahir

mati, asfiksia intrapartum (IUFD) dan BBLR.


B. Konsep Teori Anemia

1. Pengertian

Anemia adalah suatu keadaan kadar Hemoglobin (Hb) di

bawah normal (Ariani, 2017). Anemia pada ibu hamil merupakan

suatu kondisi kadar Hb di bawah 11gr/dL (Nugroho, 2015) .

Anemia ialah berkurangnya jumlah eritrosit, konsentrasi

Hb, atau kadar hematokrit dalam darah tepi di bawah nilai-nilai

normal sehingga kemampuan darah untuk memberikan oksigen

pada jaringan berkurang (Sulaiman, 2015).

Anemia dalam kehamilan adalah kondisi dimana sel darah

merah menurun atau menurunnya hemoglobin, sehingga kapasitas

daya angkut oksigen untuk kebutuhan organ-organ vital ibu dan

janin menjadi berkurang. Selama kehamilan indikasi anemia adalah

jika konsentrasi hemoglobin kurang dari 10,5% sampai dengan

11,0% gr/dl(Tarwono, 2013)

2. Batas Nilai Kadar Hemoglobin

Hemoglobin merupakan zat warna dalam darah merah yang

berguna untuk mengangkut oksigen dan CO2 dalam tubuh.

Hemoglobin adalah ikatan antara protein, garam besi, dan zat

warna. Ibu hamil dikatan anemia apabila kadar Hb kurang dari

11g/dL pada TM I dan III serta Hb kurang dari 10,5 g/dL pada TM

II (Nugroho, 2015).
3. Etiologi Anemia

Pada kehamilan disebabkan oleh kurangnya asupan zat besi, vit

B12 dan asam folat pada jenis makanan yang dikonsumsi oleh ibu

hamil, selain itu anemia dapat disebabkan malabsorsi/gangguan

penyerapan zat besi dalam usus kurang baik. Kehilangan darah

yang banyak pada persalinan, haid dan lain-lan sehingga sel darah

merah banyak yang hilang akibatnya kadar HB

turun(Wiknjosastro,2010)

Menurut Proverawati(2012), Penyebab anemia antara lain :

1) Makanan yang kurang bergizi

2) Gangguan pencernaan dan malabsorsi

3) Kurangnya zat besi dalam makanan ( kurang zatbesi dalam

diet)

4) Kebutuhan zat besi yang meningkat

5) Kehilangan darah banyak seperti persalinan yang lalu, haid dan

lain-lain

6) Penyakit kronik seperti TBC paru,cacing usus dan malaria

Berdasarkan Sulaiman (2015) anemia dibagi atas :

a. Produksi sel-sel darah merah menurun

Disebabkan oleh gangguan sel-sel induk (aplastik) dan

defisiensi.

b. Pemecatan eritrosit yang meningkat (Anemia Hemolitik).


Terjadi akibat penghancuran (hemolisis) eritrosit yang

berlebihan. Hal ini dibedakan menjadi dua faktor yaitu :

1) Faktor Intrasel

Misalnya thallassemia, hemoglobinopatia, sferositos

kongenital, defisienzi enzim eritrosit.

2) Faktor Ekstrasel

Misalnya toksin yang dihasilkan oleh tumbuhan atau

binatang tertentu, infeksi (malaria), imunologis

(inkompabilitas golongan darah, reaksi hemolitik pada

transfusi darah).

c. Anemia penyakit perdarahan

Terjadi akibat perdarahan yang masif seperti kecelakaan, luka

operasi, persalinan dsb.

d. Anemia Defisiensi

Karena kekurangan faktor pematangan eritrosit (besi, asam

folat, vitamin B12, protein, piridoksin, eritropoetin dsb)

e. Anemia penyakit kronis

Akibat gangguan homeostasis besi atau oleh mekanisme yang

lain.

f. Anemia penyakit keganasan


Contohnya disebabkan oleh penyakit leukimia, limfoma

maligna, atau jenis karsinoma yang lain dimana terjadi infiltrasi

sel ganas di sumsum tulang.

4. Anggraini (2011) menyebutkan bahwa faktor lain penyebab

anemia adalah:

a. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan masyarakat yang rendah dapat

menyebabkan kurangnya pengetahuan yang didapat tentang gizi

selama masa hamil dan bahaya anemia pada kehamilan

(Manuaba, 2002). Dimana pendidikan yang rendah akan

mempengaruhi pemahaman dan kesadaran tentang kesehatan

seperti anemia dan pemahaman yang memadai akan berdampak

pada kesehatan yang dialaminya. Sehingga dalam memberikan

pengetahuan kepada ibu hamil tentang manfaat pentingnya

tablet tambah darah serta bahaya yang akan ditimbulkan jika ibu

tidak mematuhi untuk mengkonsumsi tablet tambah darah

selama kehamilan. Selain itu juga diperlukan informasi, baik

dari orang lain maupun dari media masa. Selain itu juga

diperlukan adanya dukungan dari keluarga agar dapat

memotivasi dirinya untuk mengkonsumsi tablet tambah darah

selama kehamilan.
b. Sosial Ekonomi

Anemia defisiensi zat besi mencerminkan kemampuan

sosial ekonomi masyarakat untuk dapat memenuhi

kebutuhannya dalam jumlah dan kualitas gizi (Manuaba, 2002).

c. Umur

Kehamilan diusia < 20 tahun dan diatas 35 tahun dapat

menyebabkan anemia karena pada kehamilan diusia < 20 tahun

secara biologis belum optimal, emosinya cenderung labil,

mentalnya belum matang sehingga mudah mengalami

keguncangan yang mengakibatkan kurangnya perhatian

terhadap pemenuhan kebutuhan zat—zat gizi selama

kehamilannya, sedangkan pada usia > 35 tahun terkait dengan

kemunduran dan penurunan daya tahan tubuh serta berbagai

penyakit yang sering menimpa diusia ini.,

Bila wanita hamil dengan umur < 20 tahun, maka asupan

zat besi akan menjadi terbagi antara pertumbuhan biologisnya

dan janin yang dikandungnya. Wanita yang hamil >35 tahun,

akan mengalami fungsi faal tubuh tidak optimal, karena sudah

masuk masa awal degeneratif. Oleh karenanya, hamil pada usia

<20 tahun dan >35 tahun merupakan kehamilan yang berisiko

yang dapat menyebabkan anemia juga dapat berdampak pada

keguguran (abortus), bayi lahir dengan berat badan yang rendah


(BBLR), dan persalinan yang tidak lancar (komplikasi

persalinan). Faktor usia merupakan faktor yang perlu

diperhatikan bagi seorang wanita untuk hamil (Depkes RI

2005).

d. Status Gizi

Status gizi ibu hamil sering dikaitkan dengan KEK. KEK

ditandai dengan badan terasa lemah, lemas, lesu, letih, wajah

pucat, berat badan sulit bertambah, ukuran lingkar lengan atas

(LILA). Status gizi sebelum dan selama hamil dapat

mempengaruhi pertumbuhan janin yang sedang dikandung. Bila

status gizi ibu normal pada masa sebelum dan selama hamil

kemungkinan besar akan melahirkan bayi yang sehat, cukup

bulan dengan berat badan normal. Gizi kurang pada ibu hamil

dapat menyebabkan risiko dan komplikasi pada ibu antara lain:

anemia, perdarahan, berat badan ibu tidak bertambah normal.

KEK berhubungan dengan kejadian anemia karena erat

kaitannya dengan kekurangan asupan protein. Kekurangan

energi kronis (KEK) pada ibu hamil berhubungan dengan

kurangnya asupan protein yang bersifat kronis atau terjadi

dalam jangka waktu yang lama. Dengan demikian kurangnya


asupan protein akan berdampak pada terganggunya penyerapan

zat besi yang berakibat pada terjadinya defisiensi besi (Herawati

dkk, 2010).

e. Suku Bangsa

Salah satu jenis anemia spesifik adalah anemia sel sabit,

yaitu anemia yang secara genetic diturunkan dan terutama

mengenai warga kulit hitam. Orang kulit hitam memiliki

hemoglobin 1 gr/dl lebih rendah dari orang kulit putih tanpa

mempedulikan tingkat sosial ekonomi. Anemia spesifik lainnya

adalah talasemia, yang banyak ditemukan pada keturunaan

Mediterania

Faktor- faktor yang mempengaruhi anemia antara lain:

1) Status gizi

Anemia sangat dipengaruhi oleh status gizi seseorang, Anemia

gizi besi disebabkan karena gizi yang masuk kurang atau tidak

adekuat.Penilaian status gizi dibuat untuk mengidentifikasi

nutrien yang berperan dalam kasus anemia. Anemia defisiensi

besi dapat disebabkan oleh berbagai macam nutrien penting

pada pembentukan hemoglobin (Departemen gizi dan

keesehatan masyarakat,2007)

2) Tingkat pendidikan
Anemia dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang rendah.

Orang yang berpendidikan menengah ke atas cenderung

berfikir obyektif dan berwawasan luas. Tingkat pendidikan

keluarga bukan satu-satunya yang menentukan satu-satunya

kemampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan gizi,yang

diperolehnya melalui informasi (Manuaba,2010)

3) Pekerjaan

4) Usia ibu

5) Paritas

6) Usia kehamilan

7)

5. Patofisiologi Anemia Pada Kehamilan

Perubahan hematologi sehubungan dengan kehamilan adalah

oleh karena perubahan sirkulasi yang semakin meningkat terhadap

plasenta dan pertumbuhan payudara. Volume plasma meningkat

45-65% dimulai pada trimester II kehamilan dan maksimum terjadi

pada bulan ke-9 dan meningkat sekitar 1000 ml, menurun sedikit

menjelang aterm serta kembali normal 3 bulan setelah partus.

Stimulasi yang meningkatkan volume plasma seperti laktogen

plasma, yang menyebabkan peningkatan sekresi aldesteron

(Rukiyah, 2010).

6. Tipe Anemia
a. Anemia Gizi

Biasanya terjadi akibat adanya defisiensi zat gizi yang di

perluka dalam pembentukan dan produksi sel darah merah .

Hal ini mencangkup kualitas dan kuantitas sel darah merah ..

Anemia gizi sendiri ada beberapa macam seperti anemia gizi

besi, anemia vitamin E, anemia gizi asam folat , anemia

vitamin B12 dan anemia vitamin B6

b. Anemia non gizi

Anemia non gizi adalah keadaan kurangnya darah yang

disebabkan karena adanya perdarahan ( luka, menstruasi dll)

atau penyakit darah yang bersifat genetik. Hemofilia,

thalassemia adalah beberapa contoh penyakit genetik yang

dapat menimbulkan kondisi anemia.

7. Klasifikasi Anemia

1) Anemia defisiensi besi

Anemia defisiensi besi adalah anemia yang sering terjadi akibat

kekurangan zat besi dalam darah. Pengobatannya adalah

pemberian tablet besi yaitu keperluan zat besi untuk wanita

hamil dan dalam laktasi yang dianjurkan. Pada pemeriksaan

dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan

metode sahli, dilakukan 2 kali selama kehamilan yaitu trimester


I dan II. Klasifikasi Hb menurut Manuaba (2010) digolongkan

sebagai berikut:

a) Hb 11gr% : tidak anemia

b) Hb 9-10 gr% : anemia ringan

c) Hb 7-9 gr% : anemia sedang

d) Hb < 7 gr% : anemia berat

2) Anemia megaloblastik

Anemia dalam kehamilan disebabkan karena defisiensi asam

folat. Jarang sekali karena defisiensi vitamin B12. Anemia ini

biasanya dijumpai pada wanita yang tidak sayuran berdaun

hijau, polong-polongan dan protein hewani. Anemia

megaloblastikdisebabkan karena defisiensi asam folat dan

defisiensi vitamin B12(proverawati,2012)

a) Pengobatan

(1) Diet nutrisi dengan tinggi vitamin B12 dan asam folat

(2) Pemberian cynocobalamin IM 200 mg/hari atau 100

mg/hari diberikan setiap minggu selama 7 hari

(3) Berikan asam folat 5 mg/ hari selama 4 bulan

(Prawirohardjo,2010)

b) Pencegahan

Pada umumnya asam folat tidak diberikan secara rutin,

kecuali di daerah –daerah dengan frekuensi anemia


megaloblastik yang tinggi. Apabila pengobatan anemia

dengan zat besi tidak berhasil, maka zat besi harus

ditambah dengan asam folat.

c) Prognosis

Anemia megaloblastik dalam kehamilan umumnya

mempunyai prognosis cukup baik. Pengobatan dan asam

folat hampir selalu berhasil. Apabila penderita mencapai

masa nifas dengan selamat atau tanpa pengobatan, maka

anemia akan sembuh dan tidak akan timbul lagi. Hal ini

disebabkan karena dengan lahirnya anak kemudian asam

folat akan jauh berkurang (Prawirohardjo,2010)

3) Anemia hipoplastik

Anemia hipoplastik adalah anemia pada ibu hamil yang

disebabkan karena sumsum tulang kurng mampu memberikan

sel sel darah merah baru ( Proverawati, 2012)

a) Etiologi dan faktor resiko

Menurut Prawirohardjo (2010), anemia hipoplastik

biasanya karena kehamilan hingga kini belum diketahui

pasti kecuali yang di sebabkan oleh sepsis, sinar rontgen,

racun dan obat


b) Tanda dan gejala

(1) Kelelahan, letih

(2) Nyeri kepala

(3) Nadi cepat, pucat

(4) Mudah infeksi

(5) Perdarahan hidung dan guzi

(6) Demam(Prawirohardjo,2010)

c) Pengobatan

(1) Memonitor adanya perdarahan

(2) Transfusi darah

(3) Pengobatan infeksi: jamur, bakteri

(4) Transplantasi sumsumtulang protein di bawah umur 60

tahun

(5) Diet yang bebas bakteri

(6) Pendidikan kesehatan untuk pencegahan infeksi

(Prawirohardjo,2010)

d) Prognosis

Biasanya anemia hipoplastik kehamilan, apabila wanita

dengan selamat mencapai masa nifas akan smbuh dengan

sendirinya. Dalam kehamilan berikutnya biasanya wanita

menderita anemia hipoplastik lagi(Prawirohardjo,2010)

4) Anemia hemolotik
Anemia hemolotik disebabkan karena karena penghancuran sel

darah merah berlangsung lebuh cepat daripada pembuatnya.

Wanita dengan hemolotik biasanya sukar menjadi hamil,

apabila hamil maka anemianya lebih berat

(Prawirohardjo,2010)

Anemia hemolotik disebabkan penghancuran atau pemecahan

sel darah merah yang lebih cepat dari pembuatannya

(Proverawati,2012)

a) Tanda dan gejala

(1) Anemia

(2) Demam

(3) Kelemahan, pucat

(4) Kekuningan ( ikterik)

b) Pengobatan

(1) Pencegahan faktor resiko

(2) Tranfusi darah

(3) Cairan adekuat

(4) Pemberian asam folat

(5) Pemberian eritropoitin

(6) Pemberian kostikosteroid

(7) Pendidikan kesehatan (Prawirohardjo,2010)


a. Anemia mikrositik, hipokrom misalnya: anemia defesiensi

besi,dan talasemia, sel – sel darah merah kecil mengandung

hemoglobin dalam jumlah yang kurang dari normal. Anemia

defisiens, karena kekurangan faktor pematangan eritrosit( besi,

asam folat, vitamin B12, protein, piridoksin, eritropoetin, dan

sebagainya ).

b. Anemia normosotik, normosom misalnya: setelah kehilangan

darah akut adalah ukuran dan bentuk sel – sel darah merah

normal .

c. Anemia mikrosotik, misalnya anemia megaloblastik, adalah

ukuran sel-sel darah merah lebih besar dari normal tetapi

konsentrasi hemoglobin normal.

d. Anemia hemolitik, terjadi akibat penghancuran ( hemolisis)

eritrosit yang berlebihan . Hal inidi bedakan menjadi 2 faktor

yaitu: 1). Faktor intrasel, misal talassemi, hemoglobin 2).

Faktor ekstrasel, misal intoksikasi, infeksi (malaria),

imunologis(inkompabilitasgolongan darah, reaksi hemolitik

pada tranfusi darah ).

e. Anemia aplasitik, disebabkan oleh terhentinya pembuatan sel

darah oleh sumsum tulang. Menegakkan diagnosis nemia harus

digabungkan pertimbangan morfologi dan etiologi


8. Gejala anemia pada ibu hamil

Menurut Manuaba( 2010) tandagejala yang biasa di alami ibu

hamil antara lain :

1) Cepat lelah

2) Mengantuk

3) Sering pusing

4) Nafsu makan menurun

5) Mata berkunang-kunang

6) Lidah luka

7) Konsentrasi hilang

8) Nafas pendek(pada anemia parah)

9) Keluhan mual, muntah hebatpada hamil muda

Menurut Proverawati (2012) bahwa tanda dan gejala ibu hamil

dengan anemia adalah keluhan lemah, pucat,mudah pingsan,

sementara tensimasih dalam batas normal (perlu dicurigai anemia

defisiensi besi), mengalami mal nutrisi, cepat lelah, sering pusing,

mata berkunang-kunang, melaise lidah luka nafsu makan

turun(anoreksia), konsentrasi hilang, nafas pendek( pada anemia

parah) dan keluhan mual muntah pada hamil muda.

9. Tingkatan Anemia

Menurut Soebroto (2009) tingkatan anemia yaitu:

1) Stadium 1
Kehilangan zat besi melebihi asupannya, sehingga

menghabiskan cadangan dalam tubuh, terutama di sum-sum

tulang. Kadar feritin (protein yang menampung zat besi) dalam

darah berkurang secara progresif

2) Stadium 2

Cadangan zat besi yang telah berkurang tidak dapat memenuhi

kebutuhan untuk pembentukan sel darah merah, sehingga sel

darah merah yang dihasilkan jumlahnyalebih sedikit.

3) Stadium 3

Mulai terjadi anemia pada stadium ini sel darahmerah tampak

normal, tetapi jumlahnya lebih sedikit. Kadar hemoglobin dan

hematokrit menurun.

4) Stadium 4

Sumsum tulang berusaha untuk menggantikan kekurangan zat

besi dengan mempercepat pembelahan sel dan menghasilkan

sel darah merah ukuran yang sangat kecil (mikrositik),yang

khas untuka anemia karena kekurang zat besi.

5) Stadium 5

Dengan semakin memburuknya kekurangan zat besi dan

anemia, maka akan timbul gejala-gejala karena anemia semakin

memburuk.

10. Pengaruh anemia terhadap kehamilan


Anemia mempnyai pengaruh burukterhadak kehamilan, persalinan,

nifas, dan janin serta masa selanjutnya. Berbagaidampak yang

timbul akibat anemia :

1) Pengaruh anemia terhadap bahaya kehamilan

a) Dapat terjadi arbotus

b) Persalinan prematur

c) Hambatan tumbuh kembang

d) Mudah terjadi infeksi

e) Ancaman dekompensasi kordis (Hb <6 gr%)

f) Mola hidatasi

g) Hipertensi gravidarum

h) Ketuban pecah dini (KPD)

2) Pengaruh anemia terhadap bahaya persalinan yaitu:

a) Gnagguan his kekuatsn mengejan

b) Kala pertama dapat berlangsung lamadan terjadipartus

terlantar

c) Kala II berlangsung lama sehingga dapat melelahkan dan

sering memerlukan tindakan operasi kebidanan

d) Kala III dapat di ikuti retensio plasenta dan perdarahan post

partum akibat atonia uteri

e) Kala IV dapat terjadi perdarahan post partum skunder dan

atonia uteri
3) Pengaruh anemia terhadap kala nifas

a) Terjadi sub involusi uteri yang menimbulkan perdarahan

post partum.

b) Memudahkan infeksi perinium

c) Pengeluaran asi berkurang

d) Dekompensasi kordis mendadak msetelah persalinan

e) Anemia kala nifas

f) Mudah terjadi infeksi mamae

4) Pengaruh naemia tehadap janin yaitu:

a) Abortus

b) Kematian intra uterin

c) Persalinan prematuritas tinggi

d) Berat badan lahir

e) Kelahiran anemia

f) Dapat terjadi cacat bawaan ( Manuaba,2010)

11. Akibat anemia pada kehamilan

Akibat yang akan terjadi pada anemia kehamilan menurut

Proverawati (2012) :

1) Hamil muda (Trimester I) : abortus, misssed abortio, dan

kelaian konginental

2) Trimester II: Persalinan prematur, perdarahan

antepartum,gangguan pertumbuhan janindalam rahim, asfiksia


intrauteri sampai kematian, berat badan lahir rendah (BBLR),

gestosis dan mudah terkena infeksi, IQ rendah,

dekompensation kordis kematian ibu.

3) Trimester III : Terjadi partus premature,perdarahan antepartum,

gangguan pertumbuhanjanin dalam rahim, asfiksia interpartum

sampaikematian,gestosis dan mudah terkena infeksi, dan

dekompensasi kordis hinggakematian ibu

12. Kebutuhan Fe ibu hamil

Kebutuhan Fe selama kehamilan menurut Manuaba(2010):

1) Meningkatkan sel darah ibu = 500 mgr

2) Terdapat dalam plasenta = 300 mgr

3) Untuk darah janin = 100 mgr

Jumlah = 900 mgr

Fe merupakan mineral mikro yang paling banyak terdapat di dalam

tubuh, sebanyak 3-5 gramdi dalam tubuh manusia dewasa.

Fesangat dibutuhkan oleh tenaga kerja unruk menunjang aktiitas

kerjanya. Dalam tubuh Fe berperan sebagai alat angkut oksigen

dan paru- paru ke jaringan, sebagai bagian dari enzim pembentuk

kekebalan tubuh dan sebagai pelarut obat-obatan.

Faktor yang mempengaruhi absorpsi Fe menurut Waryan (2010)

1) Bentuk Fe
Besi hem yang yang merupakan bagian dari hemaglobin yang

terdpat dalam daging hewandapat di serap dua kali lipat

daripada besi non-hem yang berasal dari makanan nabati.

2) Asam organik

Vitamin C dan asam sitrat sangat membantu penyerapan besi

non-hem dengan merubah bentukferi menjadi fero.

3) Asam fitrat,asam oksalat dan tannin

Ketiga jenis zat tersebut dapat mengikat Fe sehingga

menghambat penyerapannya. Namunpengaruh negatif ini dapat

dikurangi dengan mengkonsumsi vitamni C.

4) Tingkat keasaman lambung

Keasaman lambung dapat meningkatkan daya larut besi.

5) Kebutuhan tubuh

Jika tubuh kurang Fe atau kebutuhan meningkat maka

penyerapannya juga meningkat. Maka ibu hamil dianjurkan

mengkonsumsi zat besi sebanyak 60-100 mg//hari.

Dosis suplementatif yang dianjurkandalam suatu hari adalah

dus tablet (satu tablet mengandung60 mg Fe dan 200µg asam

folat). Pemberian sebanyak 30 gram zat besi tiga kali

sehariakan meningkatkan kadar hemoglobin paling sedikit

sebesar 0,3 g/dl/minggu atau 10 hari.


13. Pencegahan anemia

Menurut saifudin (2009), pencegahan anemia pada ibu hamil dapat

di lakukan penanganan sebagai berikut :

1) Pemberian suplemen zat besi sebanyak 60 mg/hari dapat

menaikkan kadar Hb sebanyak 1 g%/bulan

2) Pemberian preparat parenteralyaitu dengan forum dextra

sebanyak 100mg (20 ml) intravena 2x10 ml/ pada gletus, dapat

meningkatkan kadar Hb relatif cepat yaitu 2%

3) Meningkatkan konsumsi zat besidari sumber alami melalui

penyuluhan terutama makanan yang bersumber hewani yang

mudah diserap seperti hati, ikan, daging, dll. Selain itu perlu di

tingkatkan makanan yang banyak mengandung vitamin Cdan

vitamin A (almatsier,2010)

4) Penanganan anemia pada ibu hamildilakukan dengan

memberikan zat besi sebanyak 60 mg besi dan 50 µg asam folat

untuk profilaksi anemia

Penanganan anemia menurut Wiknjosastro (2010) yaitu

1) Anemia ringan

Pada kehamilan dengan kadar Hb < 11 gr% masih dianggap

ringan sehingga perlu diberikan 60 mg Fe dan 400µg asam folt

peroral sekali sehari


2) Anemia sedang

Pengbatan dapat dimulai dengan preparat besiferosus 600-1000

mg/hari sepertisulfat ferosus atau glukonat ferosus.

3) Anemia berat

4) Pemberian preparat parentral yaitu dengan forum dextran

sebanyak 1000 mg (20 ml) intravena 2x10 intramuskuler

tranfusi darah dapat beresiko bagi ibu dan janin.

14. Penanggulangan anemia.

Penanggulangan ibu hamil dapat di lakukan dengan cara pemberian

tablet besi serta peningkatan kualitas makan sehari- hari. Ibu hamil

biasanya tidak hanya mendapatkan preparat besi tetapi juga asam

folat sebanyak 500 ug dan zat besi sebanyak 120 mg. Pemberian

zat besi sebanyak 30 gram er hari akan meningkatkan kadar

hemoglobin sebesar 0,3 dl/gt/mingguatau dalam 10 hari. B erikut

upaya pencegahan dan penanggulangan anemia secara lebih

terperinci :

a. Meningkatkan konsumsi makan bergizi .

Anda mungkin juga menyukai