Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PATOFISIOLOGI DALAM KEBIIDANAN

Disusun oleh :

AGUS RENIKA EFENDI

1910104179

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ‘AISYIYAH

YOGYAKARTA

2020
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Hipertensi pada kehamilan merupakan penyakit tidak menular penyebab
kematian maternal. Penyakit tidak menular (PTM) merupakan penyakit kronis
yang tidak ditularkan dari orang ke orang. PTM diantaranya adalah hipertensi,
diabetes, penyakit jantung, stroke, kanker, dan penyakit paru obstruktif kronis
(PPOK). PTM merupakan penyebab kematian hampir 70% di dunia. Menurut
hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 dan 2013, tampak
kecenderungan peningkatan prevalensi PTM seperti hipertensi, diabetes,
stroke, dan penyakit sendi/rematik/encok. Fenomena ini diprediksi akan terus
berlanjut (Kemenkes RI, 2018).
Hipertensi pada kehamilan sering terjadi dan merupakan penyebab utama
kematian ibu melahirkan, serta memiliki efek serius lainnya saat melahirkan.
Hipertensi pada kehamilan terjadi pada 5% dari semua kehamilan
(Karthikeyan, 2015). Di Amerika Serikat angka kejadian kehamilan dengan
hipertensi mencapai 2 6-10 %, dimana terdapat 4 juta wanita hamil dan
diperkirakan 240.000 disertai hipertensi setiap tahun. Hipertensi merupakan
faktor risiko stroke dan insidennya meningkat pada kehamilan dimana 15%
kematian ibu hamil di Amerika disebabkan oleh pendarahan intraserebral
(Malha et al., 2018).
Hipertensi yang diinduksi kehamilan memiliki risiko lebih besar
mengalami persalinan premature, IUGR (intrauterine growth retardation),
kesakitan dan kematian, gagal ginjal akut, gagal hati akut, pendarahan saat dan
setelah persalinan, HELLP (hemolysis elevated liver enzymes and low platelet
count), DIC (disseminated intravascular coagulation), pendarahan otak dan
kejang (Khosravi et al., 2014; Mudjari and Samsu, 2015).
Oleh karena itulah dokter obsetri dalam penatalaksanaan hipertensi pada
kehamilan harus melibatkan internis, kardiologis dan nefrologis terutama
apabila dijumpai kelainan target organ atau didapatkan hipertensi akselerasi
(Malha et al., 2018)

B. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian hipertensi
2. Untuk mengetahui tanda – tanda hipertensi
3. Untuk mengetahui mekanisme hipertensi
4. Untuk mengetahui cara penanganan

C. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian hipertensi dalam kehamilan?
2. Apa klasifikasi/ tanda gejala hipertensi ?
3. Apa manifestasi klinis hipertensi ?
4. Apa penanganan hipertensi ?
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Hipertensi
Hipertensi dalam pada kehamilan adalah hipertensi yang terjadi saat kehamilan
berlangsung dan biasanya pada bulan terakhir kehamilan atau lebih setelah 20
minggu usia kehamilan pada wanita yang sebelumnya normotensif, tekanan
darah mencapai nilai 140/90 mmHg, atau kenaikan tekanan sistolik 30 mmHg
dan tekanan diastolik 15 mmHg di atas nilai normal (Junaidi, 2010)
B. Klasifikasi / tanda gejala
Klasifikasi yang dipakai di Indonesia adalah berdasarkan The National High
Blood Pressure Education Program Working Group on High Blood Pressure in
Pregnancy (NHBPEP) memberikan suatu klasifikasi untuk mendiagnosa jenis
hipertensi dalam kehamilan, (NHBPEP, 2000) yaitu :
1. Hipertensi kronik adalah hipertensi yang timbul sebelum umur kehamilan
20 minggu atau hipertensi yang pertama kali didiagnosis 9 setelah umur
kehamilan 20 minggu dan hipertensi menetap sampai 12 minggu
pascapersalinan.
2. Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan
disertai dengan proteinuria. Eklampsia adalah preeklampsi yang disertai
dengan kejang-kejang dan/atau koma.
3. Preeklampsia pada hipertensi kronik (preeclampsia superimposed upon
chronic hypertension) adalah hipertensi kronik disertai tandatanda
preeklampsi atau hipertensi kronik disertai proteinuria.
4. Hipertensi gestasional adalah hipertensi yang timbul pada kehamilan tanpa
disertai proteinuria dan hipertensi menghilang setelah 3 bulan
pascapersalinan atau kematian dengan tanda-tanda preeklampsi tetapi
tanpa proteinuria (Prawirohardjo, 2013).
Hipertensi pada kehamilan apabila tekanan darahnya ≥140/90 mmHg. Dibagi
menjadi ringan-sedang (140 – 159 / 90 – 109 mmHg) dan berat (≥160/110
mmHg) (Malha et al., 2018). Hipertensi pada kehamilan dapat digolongkan
menjadi: 1) pre-eklampsia/ eklampsia, 2) hipertensi kronis pada kehamilan, 3)
hipertensi kronis disertai preeklampsia, dan 4) hipertensi gestational (Roberts
et al., 2013; Malha et al., 2018).
C. Manifestasi Klinis
1. Hipertensi dalam kehamilan sebagai komplikasi kehamilan
a. Preeklampsi Preeklampsi adalah suatu sindrom spesifik kehamilan
berupa berkurangnya perfusi organ akibat vasospasme dan aktivasi
endotel. Diagnosis preeklampsi ditegakkan jika terjadi 21 hipertensi
disertai dengan proteinuria dan atau edema yang terjadi akibat
kehamilan setelah minggu ke-20. Proteinuria didefinisikan sebagai
terdapatnya 300 mg atau lebih protein dalam urin 24 jam atau 30 mg/dl
(+1 dipstik) secara menetap pada sampel acak urin (Cunningham G,
2013)
Proteinuria yang merupakan tanda diagnostik preeklampsi dapat terjadi
karena kerusakan glomerulus ginjal. Dalam keadaan normal,
proteoglikan dalam membran dasar glomerulus menyebabkan muatan
listrik negatif terhadap 22 protein, sehingga hasil akhir filtrat
glomerulus adalah bebas protein. Pada penyakit ginjal tertentu, muatan
negatif proteoglikan menjadi hilang sehingga terjadi nefropati dan
proteinuria atau albuminuria. Salah satu dampak dari disfungsi endotel
yang ada pada preeklampsi adalah nefropati ginjal karena peningkatan
permeabilitas vaskular. Proses tersebut dapat menjelaskan terjadinya
proteinuria pada preeklampsi. Kadar kreatinin plasma pada
preeklampsi umumnya normal atau naik sedikit (1,0-1,5mg/dl). Hal ini
disebabkan karena preeklampsi menghambat filtrasi, sedangkan
kehamilan memacu filtrasi sehingga terjadi kesimpangan
b. Eklamsi
Eklampsia adalah terjadinya kejang pada seorang wanita dengan
preeklampsia yang tidak dapat disebabkan oleh hal lain. Kejang
bersifat grand mal atau tonik-klonik generalisata dan mungkin timbul
sebelum, selama atau setelah persalinan. Eklampsia paling sering
terjadi pada trimester akhir dan menjadi sering mendekati aterm. Pada
umumnya kejang dimulai dari makin memburuknya preeklampsia dan
terjadinya gejala nyeri kepala daerah frontal, gangguan penglihatan,
mual, nyeri epigastrium dan hiperrefleksia. Konvulsi eklampsi dibagi
menjadi 4 tingkat, yaitu (Prawirohardjo, 2013) :
1) Tingkat awal atau aura Keadaan ini berlangsung kira-kira 30 detik.
Mata penderita terbuka tanpa melihat, kelopak mata bergetar
demikian pula tangannya dan kepala diputar ke kanan atau ke kiri.
2) Tingkat kejang tonik Berlangsung kurang lebih 30 detik. Dalam
tingkat ini seluruh otot menjadi kaku, wajah kelihatan kaku,
tangannya menggenggam dan kaki membengkok ke dalam.
Pernapasan berhenti, muka terlihat sianotik dan lidah dapat tergigit.
3) Tingkat kejang klonik Berlangsung antara 1-2 menit. Kejang tonik
menghilang. Semua otot berkontraksi secara berulang-ulang dalam
tempo yang cepat. Mulut membuka dan menutup sehingga lidah
dapat tergigit disertai bola mata menonjol. Dari mulut, keluar ludah
yang berbusa, muka menunjukkan kongesti dan sianotik. Penderita
menjadi tak sadar. Kejang klonik ini dapat terjadi demikian
hebatnya, sehingga penderita dapat terjatuh dari tempat tidurnya.
Akhirnya kejang berhenti dan penderita menarik napas secara
mendengkur.
4) Tingkat koma Lamanya ketidaksadaran tidak selalu sama. Secara
perlahan-lahan penderita menjadi sadar lagi, akan tetapi dapat
terjadi pula bahwa sebelum itu timbul serangan baru yang berulang,
sehingga penderita tetap dalam koma. Selama serangan, tekanan
darah meninggi, nadi cepat dan suhu meningkat sampai 40 C.
5) Kejang pada eklampsi berkaitan dengan terjadinya edema serebri.
Secara teoritis terdapat dua penyebab terjadinya edema serebri
fokal yaitu adanya vasospasme dan dilatasi yang kuat. Teori
vasospasme menganggap bahwa over regulation serebrovaskuler
akibat naiknya tekanan darah menyebabkan vasospasme yang
berlebihan yang menyebabkan iskemia lokal. Akibat iskemia akan
menimbulkan gangguan metabolisme energi pada membran sel
sehingga akan terjadi kegagalan ATP-dependent Na/K pump yang
akan menyebabkan edema sitotoksik. Apabila proses ini terus
berlanjut maka dapat terjadi ruptur membran sel yang
menimbulkan lesi infark yang bersifat irreversible. Teori force
dilatation mengungkapkan bahwa akibat peningkatan tekanan darah
yang ekstrim pada eklampsi 25 menimbulkan kegagalan
vasokonstriksi autoregulasi sehingga terjadi vasodilatasi yang
berlebihan dan peningkatan perfusi darah serebral yang
menyebabkan rusaknya barier otak dengan terbukanya tight
junction selsel endotel pembuluh darah. Keadaan ini akan
menimbulkan terjadinya edema vasogenik. Edema vasogenik ini
mudah meluas keseluruh sistem saraf pusat yang dapat
menimbulkan kejang pada eklampsi (Sudibjo P, 2010).
2. Hipertensi dalam kehamilan sebagai akibat dari hipertensi menahun
a. Hipertensi kronik
Hipertensi kronik dalam kehamilan adalah tekanan darah ≥140/90
mmHg yang didapatkan sebelum kehamilan atau sebelum umur
kehamilan 20 minggu dan hipertensi tidak menghilang setelah 12
minggu pasca persalinan. Berdasarkan penyebabnya, hipertensi kronis
dibagi menjadi dua, yaitu hipertensi primer dan sekunder. Pada
hipertensi primer penyebabnya tidak diketahui secara pasti atau
idiopatik. Hipertensi jenis ini terjadi 90-95% dari semua kasus
hipertensi. Sedangkan pada hipertensi sekunder, penyebabnya
diketahui secara spesifik yang berhubungan dengan penyakit ginjal,
26 penyakit endokrin dan penyakit kardiovaskular (Manuaba, 2007).
b. Superimposed preeclampsia
Pada sebagian wanita, hipertensi kronik yang sudah ada sebelumnya
semakin memburuk setelah usia gestasi 24 minggu. Apabila disertai
proteinuria, diagnosisnya adalah superimpose preeklampsi pada
hipertensi kronik (superimposed preeclampsia). Preeklampsia pada
hipertensi kronik biasanya muncul pada usia kehamilan lebih dini
daripada preeklampsi murni, serta cenderung cukup parah dan pada
banyak kasus disertai dengan hambatan pertumbuhan janin (Manuaba,
2007). 3
c. Hipertensi gestasional
Hipertensi gestasional didapat pada wanita dengan tekanan darah
≥140/90 mmHg atau lebih untuk pertama kali selama kehamilan tetapi
belum mengalami proteinuria. Hipertensi gestasional disebut transien
hipertensi apabila tidak terjadi preeklampsi dan tekanan darah kembali
normal dalam 12 minggu postpartum. Dalam klasifikasi ini, diagnosis
akhir bahwa yang bersangkutan tidak mengalami preeklampsi hanya
dapat dibuat saat postpartum. Namun perlu diketahui bahwa wanita
dengan hipertensi gestasional dapat memperlihatkan tanda-tanda lain
yang berkaitan dengan preeklampsi, misalnya nyeri kepala, nyeri
epigastrium atau 27 trombositopenia yang akan mempengaruhi
penatalaksanaan (Cunningham G, 2013)
D. Penanganan
1. PENANGANAN HIPERTENSI KRONIK
a. Anjurkan istirahat lebih banyak.
b. Pada hipertensi kronik, penurunan tekanan darah ibu akan
mengganggu perfusi serta tidak ada bukti-bukti bahwa tekanan
darah yang normal akan memperbaiki keadaan janin dan ibu
c. Jika pasien sebelum hamil sudah mendapat obat antihipertensi,
danterkontrol dengan baik, lanjutkan pengobatan tersebut
d. Jika tekanan diastolik >110 mmHg atau tekanan sistolik
>160mmHg, berikan antihipertensi
e. Jika terdapat proteinuria atau tanda-tanda dan gejala lain, pikirkan
superimposed preeklampsia dan tangani seperti preeklampsi
Bila sebelumnya ibu sudah mengkonsumsi antihipertensi, berikan
penjelasan bahwa antihipertensi golongan ACE inhibitor (misalnya
kaptopril), ARB (misalnya valsartan), dan klorotiazid dikontra indikasikan
pada ibu hamil. Untuk itu, ibu harus berdiskusidengan dokternya
mengenai jenis anti hipertensi yang cocok selama kehamilan.
a. Berikan suplementasi kalsium1,5-2 g/hari dan aspirin 75 mg/hari
mulai dari usia kehamilan 20 minggu
b. Pantau pertumbuhan dan kondisi janin.
c. Jika tidak ada komplikasi, tunggu sampai aterm.
d. Jika denyut jantung janin <100 kali/menit atau >180 kali/menit,
tangani seperti gawat janin.
e. Jika terdapat pertumbuhan janin terhambat, pertimbang
kanterminasi kehamilan
2. PENANGANAN UMUM HIPERTENSI GESTASIONAL
a. Pantau tekanan darah, urin (untuk proteinuria), dan kondisi
janinsetiap minggu.
b. Jika tekanan darah meningkat, tangani sebagai preeklampsiaringan.
c. Jika kondisi janin memburuk atau terjadi pertumbuhan
janinterhambat, rawat untuk penilaian kesehatan janin.
d. Beri tahu pasien dan keluarga tanda bahaya dan gejala
preeklampsia dan eklampsia.
e. Jika tekanan darah stabil, janin dapat dilahirkan secara normal.
3. PENANGANAN PREEKLAMSIA
Prinsip umum : preeklamsia menetap hingga kehamilan
berakhir.Sebagai konsekuensi, kelahiran janin dan plasentamerupakan
pengobatan satu-satunya . tujuan penatalaksanaan adalah:

a. Mencegah kejang dan komplikasi lainnya.


b. Melahirkan bayi hidup.
c. Melahirkan dengan trauma minimal terhadap ibu dan bayi

Mencegah keadaan patologik yang tersisa.Pasien-pasien dengan tekanan


darah yang meningkat diatas140/90 mm Hg harus dirawat inapkan untuk
evaluasi. Perencanaankelahiran tergantung pada :
a. Umur kehamilan.
b. Beratnya proses penyakit.
c. Keadaan serviks.

 Preeklamsia Ringan : bila aterm, kelahiran dianjurkan untuk


mencegahkomplikasi ibu dan janin. Sebelum aterm, tirah baring
dirumah sakit biasanya dianjurkan sebagai usaha untuk
mempertahankan pasiendalam pengawasan yang cermat. Tekanan
darah diperiksa 4x/ hari. berat badan, protein urin dan keluaran urin
diperiksa setiap hari. Sebagai tambahan, jumlah trombosit,
pengeluaran estriol, nonstress test dansonografi membantu evaluasi
kesehatan ibu dan janin
 Preeklamsia berat : pasien dirawat inapkan dengan posisi tidurmiring
(rateral combent position) untuk meningkatkan filtrasiglomerulus.
Ttekanan darah, berat badan, protein urin,masukan dan keluaran
dipantau dengan ketat. Tes-tes diagnostikdasar mengevaluasi beratnya
proses penyakit dan keadaan janin.

Penanganan pada preeklamsia secara umum biasanya ibu hamildengan


preeklampsia harus segera dirujuk ke rumah sakit
Pencegahan dan tatalaksana kejang:
a. Bila terjadi kejang, perhatikan jalan napas, pernapasan (oksigen),dan
sirkulasi (cairan intravena).
b. MgSO4 diberikan secara intravena kepada ibu dengan eklampsia(sebagai
tatalaksana kejang) dan preeklampsia berat (sebagai pencegahan kejang).
Cara pemberian dapat dilihat di halaman berikut.
c. Pada kondisi di mana MgSO4 tidak dapat diberikan seluruhnya, berikan
dosis awal (loading dose) lalu rujuk ibu segera ke fasilitaskesehatan yang
memadai.
d. Lakukan intubasi jika terjadi kejang berulang dan segera kirim ibuke ruang
ICU (bila tersedia) yang sudah siap dengan fasilitasventilator tekanan
positif.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Hipertensi pada kehamilan sering terjadi (6-10 %) dan meningkatkan risiko
morbiditas dan mortalitas pada ibu, janin dan perinatal.
Preeklampsia/eklampsia dan hipertensi berat pada kehamilan risikonya lebih
besar. Hipertensi pada kehamilan dapat digolongkan menjadi pre-eklampsia/
eklampsia, hipertensi kronis pada kehamilan, hipertensi kronis disertai
preeklampsia, dan hipertensi gestational.

B. SARAN
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalh ini, tentunya masih banyak kekurangan
dankelemahannya, karena terbatasnya pengetahuan dan kekurangan atau
referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.Semoga makalah
ini dapat menambah pengetahuan pembaca
DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia., 2018. Profil Kesehatan Indonesia


Tahun 2017. Kemenkes RI.
Karthikeyan, V.J., 2015. Hypertension in pregnancy; in Nadar, S. and Lip,
G.Y.H., Hypertension, Ch. 22, 2nd Ed. Oxford Cardiology Library. Oxford
Malha et al., 2018. Hypertension in Pregnancy in Hypertension: A Companion to
Braunwald's Heart Disease (Third Edition) Ch 39. Elsevier.
Khosravi, S., Dabiran, S., Lotfi, M., et al., 2014. Study of the prevalence of
hypertension and complications of hypertensive disorders in pregnancy. Open
Journal of Preventive Medicine. Vol 4: 860-7.
http://digilib.unila.ac.id/21049/18/BAB%20II.pdf
https://www.academia.edu/36181617/Makalah_tentang_Hipertensi_and_preeklam
sia
TUGAS
PATOFISIOLOGI KEBIDANAN
(KASUS HIPERTENSI KEHAMILAN)

Di Susun Oleh :
Nama : Agus renika efendi
Kelas :E3
Nim : 1910104179

PRODI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA
2019/2020

Anda mungkin juga menyukai