Anda di halaman 1dari 14

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGANDENGAN

KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL


DI PUSKESMAS MANTRIJERON
YOGYAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

Disusun oleh:
Cintia Ery Deprika
1610104361

PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK JENJANG DIPLOMA IV


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2017
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL
DI PUSKESMAS MANTRIJERON
YOGYAKARTA1

Cintia Ery Deprika2 , Fitria Siswi Utami3


deprika1112@gmail.com

INTISARI

Menurut World Health Organization (WHO), prevalensi anemia pada ibu


hamil di dunia adalah 41,8% dan di Asia sebesar 48,2%. Berdasarkan hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas), angka kejadian anemia di Indonesia masih tinggi,
terdapat 37,1% ibu hamil yang mengalami anemia. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada ibu hamil
trimester III di Puskesmas Mantrijeron Yogyakarta. Jenis penelitian deskriptif
korelasi dengan pendekatan waktu retrospektif dengan jumlah sampel 42 responden.
Uji statistik menggunakan uji chi square.Hasil analisis uji statistik menunjukkan
bahwa usia p-value = 0,002, tingkat pendidikan p-value = 0,004, paritas p-value =
0,030, jarak kehamilan p-value = 0,001, status gizi p-value = 0,000, dan kunjungan
antenatal carep-value = 0,000 yang memiliki hubungan dengan kejadian anemia.
Keenam variabel yang memiliki nilai koefisien korelasi yang lebih tinggi keeratan
hubungannya yaitu status gizi sebesar 0,594 dengan tingkat hubungan sedang.
.
Kata Kunci : anemia, ibu hamil, faktor-faktor

ABSTRACT

According to the World Health Organization (WHO), the prevalence of


anemia on pregnant women in the world is 41.8% and in Asia is 48.2%. Based on the
results of Basic Health Research (Riskesdas), the incidence rate of anemia in
Indonesia is still high, there are 37.1% of pregnant women who have anemia.The
objective of the study was to investigate the factors related to anemia in trimester III
pregnant women at Mantrijeron Public Health Center Yogyakarta The type of
research is descriptive correlation with retrospective time approach with sample size
42 respondents. Statistical test was using chi square test.The result of statistical
analysis showed that age of p-value = 0,002, education level p-value = 0,004, parity
p-value = 0,030, p-value = 0,000, p-value = 0,000, and antenatal care visit p- value =
0,000 which has an association with the incidence of anemia. The higer corelation of
six variables of coefficient closeness is the nutritional status of 0,594 with the level
of moderate relation.

Keywords: anemia, pregnant women, factors

PENDAHULUAN harapan hidup, meningkatkan kualitas


Tujuan pembangunan kesehatan sumber daya manusia serta kualitas
masyarakat di Indonesia pada kehidupan guna meningkatkan
hakekatnya untuk meningkatkan angka kesejahteraan keluarga agar dapat
mewujudkan derajat kesehatan berkunang-kunang dan wajah pucat.
masyarakat yang optimal. Kesehatan Anemia defisiensi besi merupakan
merupakan salah satu kebutuhan dasar masalah gizi yang paling lazim di dunia
manusia, sehingga perlu senantiasa dan menyerang lebih dari 600 juta
diusahakan agar setiap penduduk makin manusia (Arisman, 2010).
menyadari pentingnya kesehatan bagi Berdasarkan data badan kesehatan
dirinya sendiri dan lingkungannya, serta dunia World Health Organization
makin mampu untuk berperilaku hidup (WHO) tahun 2012 melaporkan bahwa
sehat. Dalam rangka mendukung prevalensi anemia pada ibu hamil di
pemerintah telah melakukan langkah dunia adalah 41,8%. Diketahui,
nyata untuk meningkatkan sistem prevalensi anemia pada ibu hamil di
kesehatan nasional yang menjadi Asia sebesar 48,2% (WHO, 2012).
langkah indikator pencapaian tujuan Berdasarkan hasil Riset Kesehatan
pembangunan Sustainable Development Dasar (Riskesdas) tahun 2013, angka
Goals (Santoso, 2012). kejadian anemia di Indonesia masih
Angka kematian ibu (AKI) tinggi, terdapat 37,1% ibu hamil yang
merupakan salah satu indikator derajat mengalami anemia (Riskesdas, 2013).
kesehatan yang menggambarkan tingkat Berdasarkan data Dinas
pelayanan kesehatan terutama pada ibu Kesehatan Daerah Istimewah
hamil, ibu bersalin, dan ibu nifas yang Yogyakarta (DIY) tahun 2015
menunjukkan pada derajat kesehatan prevalensi anemia pada ibu hamil
yang tercapai oleh suatu bangsa. sebesar 14.85% telah memenuhi target
Berdasarkan Survei Demografi Restra DIY (56%). Akan tetapi,
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun peningkatan prevalensi anemia masih
2012, mencapai 359 per 100.000 terjadi di beberapa kabupaten di DIY
kelahiran hidup mangalami peningkatan antara lain Yogyakarta dan Sleman.
dari survei sebelumnya pada tahun 2007 Dimana angka kejadian anemia pada
yaitu sebesar 228 per 100.000 kelahiran ibu hamil di kota Yogyakarta dari tahun
hidup. AKI di Daerah Istimewa 2013 sampai 2015 mengalami
Yogyakarta (DIY) pada tahun 2012 peningkatan. Di tahun 2013, prevalensi
sebanyak 40 ibu dan mengalami anemia pada ibu hamil sebesar 24,11 %,
peningkatan di tahun 2013 sebanyak 46 di tahun 2014 sebesar 28,10% ibu hamil
ibu. Pada tahun 2014 (40 ibu) jumlah dengan anemia dan mengalami
kematian ibu mengalami penurunan peningkatan di tahun 2015 sebesar
dibandingkan dengan tahun 2013, dan 32,39 % ibu hamil dengan anemia.
di tahun 2015 penurunan jumlah (Dinkes DIY, 2015).
kematian ibu sangat signifikan yaitu Kehamilan merupakan peristiwa
sebesar 29 kasus (Data Dinkes DIY, yang alamiah, meskipun demikian
2016). kehamilan memerlukan perhatian
Menurut Luthfiyati (2012) khusus. Oleh karena itu, setiap ibu
penyebab tingginya angka kematian ibu hamil harus memperhatikan
di Indonesia yaitu perdarahan, kehamilannya dengan melakukan
eklampsia, aborsi, partus lama, infeksi pemeriksaan kehamilan secara rutin
serta buruknya gizi perempuan yang (Manuaba, 2007).
disebut Kekurangan Energi Kronik Anemia pada wanita usia subur
(KEK) dan anemia. Anemia merupakan (WUS) dapat menimbulkan kelelahan,
kelanjutan dari dampak kurang zat badan lemah, penurunan kapasitas atau
mikronutrien (vitamin dan mineral) kemampuan atau produktifitas kerja.
yang sering menimbulkan gejala seperti, Penyebab paling umum dari anemia
lemah, letih, lesu, pusing, mata pada kehamilan adalah kekurangan zat
besi, asam folat, dan perdarahan akut perdarahan saat (Dinkes Kota
dapat terjadi karena interaksi antara Yogyakarta, 2015).
keduanya. Ibu hamil memerlukan Menurut Ariyani (2016), faktor-
banyak zat gizi untuk memenuhi faktor yang berhubungan dengan
kebutuhan tubuh pada diri dan janinnya. kejadian anemia pada ibu hamil
(Noverstiti, 2012). meliputi umur, paritas, jarak kehamilan,
Dampak anemia pada ibu hamil status gizi, frekuensi antenatal care
dan janin sangan bervariasi yaitu dari (ANC), status ekonomi, pengetahuan,
ringan sampai berat. Bila kadar tingkat pendidikan, budaya dan
hemoglobin lebih rendah dari 6 g/dL, dukungan suami. Kehamilan di usia <
maka dapat timbul komplikasi yang 20 tahun dan > 35 tahun dapat
signifikan pada ibu dan janin. Kadar menyebabkan anemia karena pada
hemoglobin serendah itu tidak dapat kehamilan di usia < 20 tahun secara
mencukupi kebutuhan oksigen janin dan biologis belum optimal baik dari faktor
dapat menyebabkan gagal jantung pada fisik maupun psikis, sedangkan pada
ibu. Selain itu anemia pada ibu hamil usia > 35 tahun terkait dengan
juga menyebabkan hambatan pada kemunduran dan penurunan daya tahan
pertumbuhan janin baik sel tubuh tubuh serta penyakit yang yang sering
maupun sel otak, abortus, lamanya terjadi pada usia ini termasuk anemia.
waktu partus karena kurang daya Menurut Marmi dan Raharjo
dorong rahim, pendarahan postpartum (2012), pendidikan merupakan salah
dan rentan infeksi (Demmouche dkk, satu faktor yang mempengaruhi persepsi
2011). seseorang untuk lebih mudah menerima
Penanganan kasus anemia dalam ide-ide dan teknologi. Pendidikan ini
kehamilan telah dilakukan dengan mempengaruhi kepatuhan konsumsi
berbagai cara. Penyuluhan yang tablet Fe pada ibu hamil serta kepatuhan
dilakukan oleh petugas kesehatan, serta melakukan antenatal care (ANC).
pemberian suplemen tablet besi-folat Pengetahuan ibu sangat berpengaruh
atau tablet tambah darah telah dilakukan atas gizi bayi yang dikandungnya dan
oleh pemerintah sejak tahun 1974. juga pola konsumsi makanan terutama
Program ini dilaksanakan dengan makanan yang mengandung zat besi.
pemberian tablet tambah darah (90 Upaya yang telah dilakukan
tablet) selama kehamilan yang bertujuan pemerintah dalam mengatasi anemia
untuk mengatasi anemia dalam pada kehamilan saat ini dapat dilihat
kehamilan di puskesmas secara gratis dari berbagai kebijakan dan program-
(Krisnatuti, 2009). program yang ada seperti Upaya
Cakupan pelaksanaan program Fe Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK),
di Provinsi DIY secara nasional pada Keluarga Sadar Gizi (Kadarsi),
tahun 2013 mencapai angka 81,66 % pemberian makanan tambahan bagi
dan Fe3 sebesar 77,07 %. Namun pada anak sekolah dan lainnya. Anemia pada
tahun 2014, cakupan Fe1 dan Fe3 wanita, remaja dan dewasa diantisipasi
meningkat yaitu menjadi 83,09 % dan dengan adanya program pendidikan
82,81 % . Target Rencana Strategi Gizi bagi wanita, remaja dan dewasa
Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta dengan materi Pedoman Umum Gizi
sebesar 90 % pada tahun 2016. Seimbang (PUGS) (Profil Kesehatan
Harapannya dengan adannya Yogyakarta, 2009).
peningkatan cakupan pemberian Fe Masyarakat berpendapat bahwa
pada ibu hamil maka akan dapat anemia adalah hal normal yang dialami
menurunkan kejadian anemia pada ibu oleh semua ibu hamil. Mereka berfikir
hamil yang kadang menjadi penyebab bahwa keadaan itu akan membaik pasca
melahirkan sehingga tidak Puskesmas Mantrijeron, Puskesmas
membutuhkan penanganan khusus. Umbulharjo I, Puskesmas Kota Gede I,
Padahal apabila anemia tidak di tangani Puskesmas Ngampilan, Puskesmas
secara benar akan sangat berbahaya Jetis, dan Puskesmas Tegalrejo
bagi kesejahteraan ibu dan janin yang Berdasarkan permasalahan di atas
dikandungnya (Dinkes DIY, 2015). maka peneliti tertarik untuk melakukan
Berdasarkan data Dinas penelitian tentang faktor-faktor yang
Kesehatan Kota Yogyakarta (2015), ada berhubungan dengan kejadian anemia
enam puskesmas yang tergolong masih pada ibu hamil di Puskesmas
tinggi cakupan anemia ibu hamil yaitu Mantrijeron Yogyakarta.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan Beresiko 17 40,5
desain penelitian deskriptif Tidk beresiko 25 59,5
korelasidengan pendekatan waktu 5. Status Gizi
retrospeksif, metode pengambilan Kurang 27 64,3
sampel menggunakan simplerandom Baik 15 35,7
samplingdan jumlah responden sebanyak 6. Kunjungan ANC
42 responden. Analisa bivariat yang Tidak sesuai 33 78,6
digunakan adalah Chi Squaredan alat jadwal
yang digunakan yaitu data skunder. Sesuai jadwal 9 21,4
Berdasarkan tabel 1 dapat
HASIL PENELITIAN diketahui bahwa responden paling
Data ini menyajikan hasil faktor- banyak terdistribusi pada usia beresiko
faktor yang berhubungan dengn kejadian sebesar 54,8%. Tingkat pendidikan
anemia pada ibu hamil di puskesmas terbanyak yang mengalami anemia
mantrijeron yogyakarta, yaitu sebagai yaitu tingkat pendidikan yang rendah
berikut ini: sebanyak 59,5%. Responden yang
banyak mengalami anemia terdapat
Tabel 1. Karakteristik responden pada kelompok paritas primigravida
berdasarkan usia ibu, tingkat atau nulipara 57,1%. Jarak kehamilan
pendidikan, paritas, jarak yang banyak mengalami anemia yaitu
kehamilan, status gizi dan jarak kehamilan yang tidak beresiko
kunjungan antenatal care 59,5%. Sebanyak 64,3% responden
(ANC) dengan kejadian anemia memiliki status gizi kurang dan
pada ibu hamil trimester III di responden paling banyak yang tidak
Puskesmas Mantrijeron melakukan kunjungan sesuai jadwal
Yogyakarta sebanyak 78,6%.
Faktor N %
1. Usia ibu Tabel 2. Distribusi Frekuensi Anemia
Beresiko 23 54,8 Ibu Hamil Di Puskesmas
Tidak beresiko 19 45,2 Mantrijeron Yogyakarta
2. Tingkat Kadar HB N %
Pendidikan Anemia 30 71,4
Rendah 25 59,5 Tidak Anemia 12 28,6
Tinggi 17 40,5 Total 42 100
3. Paritas 18 42,9 Berdasarkan tabel 2 dapat
Multi/grande diketahui bahwa mayoritas responden
Primi/nulipara 24 57,1 yang mengalami anemia sebanyak
4. Jarak Kehamilan 71,4% (30 responden) dan yang tidak
mengalami anemia sebanyak 28,6% (12 hamil di Puskesmas Mantrijeron
responden). Yogyakarta

Tabel 3.Tabulasi silang hubungan antara


usia dengan kejadian anemia
pada ibu hamil Di Puskesmas
Mantrijeron Yogyakarta

Berdasarkan tabel 5 diketahui


bahwa responden yang mengalami
anemia lebih banyak terjadi pada ibu
hamil dengan paritas multigravida atau
grandemulti sebanyak 38,1% (16
responden), bila dibandingkan dengan
responden yang primigravida atau
Berdasarkan tabel 3 diketahui nulipara sebanyak 33,3% (14
bahwa responden yang mengalami responden).
anemia lebih banyak terjadi pada ibu Tabel 6. Hubungan antara jarak
hamil dengan usia < 20 tahun dan > 35 kehamilan dengan kejadian anemia
tahun yaitu sebanyak 50,0% (21 pada ibu hamil Di Puskesmas
responden), dan usia ibu hamil yang Mantrijeron Yogyakarta
rendah terkena anemia yaitu diusia 20-
35 tahun sebanyak 21,4% (9
responden).
Tabel 4. Hubungan antara tingkat
pendidikan dengan kejadian
anemia pada ibu hamil di Berdasarkan tabel 6 diketahui
Puskesmas Mantrijeron bahwa responden yang mengalami
Yogyakarta anemia lebih banyak terjadi pada ibu
hamil yang jarak kehamilan < 2 tahun
dan > 35 tahun yaitu sebanyak 40,5%
(17 responden), bila dibandingkan
dengan responden yang jarak kehamilan
2 – 5 tahun sebanyak 31,0% (13
responden).
Tabel 7. Hubungan antara status gizi
dengan kejadian anemia pada ibu
hamil di Puskesmas Mantrijeron
Berdasarkan tabel 4 diketahui Yogyakarta
bahwa responden yang mengalami
anemia lebih banyak terjadi pada ibu
hamil yang tingkat pendidikan terakhir
rendah yaitu SD – SMP sebanyak
52,9% (22 responden), bila
dibandingkan dengan responden yang
memiliki pendidikan SMA – Perguruan Berdasarkan tabel 7 diketahui
Tinggi sebanyak 19,0% (8 responden). bahwa responden yang mengalami
Tabel 5. Hubungan antara paritas anemia lebih banyak terjadi pada ibu
dengan kejadian anemia pada ibu hamil yang status gizi < 23,5 cm
sebanyak 61,9% (26 responden), bila cenderung mengalami penurunan
dibandingkan dengan responden yang cadangan zat besi dalam tubuh. Hal
status gizi > 23,5 cm sebanyak 9,5% (4 ini sesuai dengan penelitian yang
responden). dilakukan oleh Luthfiyati (2015),
Tabel 8. Hubungan antara kunjungan didapatkan hasil bahwa ibu hamil
antenatal care dengan kejadian yang terkena anemia lebih banyak
anemia pada ibu hamil di Puskesmas terdapat pada usia beresiko yaitu < 20
Mantrijeron Yogyakarta tahun dan > 35 tahun.
Berdasarkan hasil uji
menggunakan Analisis uji Chi
Square, didapatkan nilai Asymp.Sig =
0,002 (p<0,05) yang menunjukkan
ada hubungan yang signifikan antara
usia ibu hamil dengan kejadian
anemia pada ibu hamil trimester III di
Puskesmas Mantrijeron Yogyakarta.
Berdasarkan tabel 8 diketahui bahwa
Nilai koefisien koralasi antara kedua
responden yang mengalami anemia lebih
variabel sebesar 0,436 menunjukkan
banyak terjadi pada ibu hamil yang tidak
keeratan hubungan sedang dan
sesuai jadwal untuk melakukan
berpola positif, artinya semakin baik
kunjungan Antenatal Care (ANC) yaitu
usia ibu hamil dalam rentang usia
sebanyak 66,7% (28 responden), bila
aman untuk hamil maka semakin
dibandingkan pada ibu hamil yang sesuai
rendah kejadian anemia pada ibu
jadwal melakukan kunjungan Antenatal
hamil.
Care (ANC) yaitu 4,8% (2 responden).
Berdasarkan nilai koefisien
korelasi yang didapatkan yaitu
PEMBAHASAN
sebesar 0,436 artinya variabel usia ibu
1. Hubungan antara Usia dengan
memiliki keeratan hubungan sedang
Kejadian Anemia
dengan kejadian anemia, hal ini
Berdasarkan hasil analisis
sesuai dengan penelitian Herawati
hubungan antara usia dengan kejadian
dan Astuti (2010), Ibu yang berumur
anemia menunjukan usia beresiko
dibawah 20 tahun dan lebih dari 35
yaitu usia < 20 tahun dan > 35 tahun
tahun lebih rentan menderita
sebanyak 50,0% (21 responden),
anemia.Hal ini disebabkan oleh faktor
sedangkan usia yang tidak beresiko
fisik dan psikis. Wanita yang hamil di
yaitu 20 – 35 tahun sebanyak 21,4%
usia kurang dari 20 tahun beresiko
(9 responden). Dari hasil analisis
terhadap anemia karena pada usia ini
yang peneliti peroleh bahwa
sering kekurangan gizi. Hal ini
mayoritas responden yang mengalami
muncul biasanya karena usia remaja
anemia ringan adalah usia > 35 tahun
menginginkan tubuh yang ideal
sebanyak 28,6% (12 responden).
sehingga mendorong untuk
Selain itu responden yang mengalami
melakukan diet yang ketat tanpa
anemia sedang lebih banyak terjadi
memperhatikan keseimbangan gizi
pada usia > 35 tahun 9,5% (4
sehingga pada saat memasuki
responden), dibandingkan dengan
kehamilan dengan status gizi kurang.
usia 20 – 35 tahun yaitu sebanyak
Sedangkan ibu yang berusia diatas 35
4,8% (2 responden). Sehingga dari
tahun usia ini rentan terhadap
hasil analisis data diperoleh bahwa
penurunan daya tahan tubuh sehingga
usia > 35 tahun beresiko mengalami
mengakibatkan ibu hamil mudah
anemia dibandingkan dengan usia 20-
35 tahun, karena di usia > 35 tahun
terkena infeksi dan terserang responden) yaitu responden dengan
penyakit. tingkat pendidikan rendah dan tinggi.
Usia ibu hamil yang < 20 tahun Sehingga dari analisis data diperoleh
cenderung terjadi kompetisi makanan bahwa tingkat pendidikan yang
antara janin dan ibunya yang masih rendah lebih beresiko mengalami
dalam proses pertumbuhan dan anemia dibandingkan dengan tingkat
adanya pertumbuhan hormonal yang pendidikan yang tinggi, karena
terjadi selama kehamilan. Sedangkan tingkat pendidikan ibu hamil yang
usia > 35 tahun cenderung rendah mempengaruhi penerimaan
mengalami anemia disebabkan karena informasi seperti dampak terjadinya
pengaruh turunya cadangan zat besi anemia, faktor-faktor yang
dalam tubuh akibat masa fertilisasi. mempengaruhi terjadinya anemia dan
Pada kehamilan pertama pada wanita tentang pentingkanya zat besi dalam
berusia diatas 35 tahun juga akan tubuh. Hasil penelitian ini sejalan
mempunyai resiko penyulit persalinan dengan penelitian yang dilakukan
dan mulai terjadinya penurunan oleh Demmouche dkk (2011), bahwa
fungsi-fungsi organ reproduksi wanita hamil dengan pendidikan yang
(Proverawati, 2012). rendah (SD dan SMP) lebih banyak
Usia antara 20-35 tahun yang menderita anemia dibandingkan
merupakan periode yang paling aman dengan wanita hamil dengan
untuk hamil dan melahirkan, sebab pendidikan tinggi.
pada usia tersebut fungsi alat Berdasarkan hasil uji
reproduksi dalam keadaan optimal. menggunakan Analisis uji Chi
Pada kelompok tersebut kurang Square, didapatkan nilai Asymp.Sig =
beresiko komplikasi kehamilan serta 0,004 (p<0,05) yang menunjukkan
memiliki reproduksi yang sehat. Hal ada hubungan yang signifikan antara
ini terkait dengan kondisi biologis tingkat pendidikan ibu hamil dengan
dan psikologis dari ibu hamil (Ariani, kejadian anemia pada ibu hamil
2010). trimester III di Puskesmas
2. Hubungan antara Tingkat Mantrijeron Yogyakarta. Nilai
Pendidikan dengan Kejadian koefisien korelasi antar kedua
Anemia variabel sebesar 0,406 menunjukkan
Berdasarkan hasil analisis keeratan hubungan sedang dan
hubungan antara tingkat pendidikan berpola positif, artinya semakin tinggi
dengan kejadian anemia menunjukan tingkat pendidikan seorang ibu hamil
tingkat pendidikan yang rendah yaitu maka semakin rendah kejadian
SD sampai SMP sebanyak 52,4% (22 anemia pada ibu hamil.
responden), sedangkan tingkat Menurut Fifi (2010) dalam
pendidikan yang tinggi yaitu SMA Mariza (2016) Pendidikan sangat
sampai Perguruan Tinggi sebanyak mempengaruhi kemampuan seseorang
19,0% (8 responden). Dari hasil dalam informasi gizi. Semakin tinggi
analisis yang diperoleh peneliti bahwa tingkat pendidikan (lama sekolah)
mayoritas responden yang mengalami seseorang, semakin mudah menerima
anemia adalah anemia ringan dengan hidup sehat secara mandir,
tingkat pendidikan yang rendah kreaktifdan berkesinambungan. Oleh
sebanyak 42,9% (18 responden), karena itu tingkat pendidikan
sedangkan tingkat pendidikan yang mempunyai hubungan yang
tinggi sebanyak 11,9% (5 responden). eksponensial terhadap gizi dan
Selain itu responden yang mengalami kesehatan.
anemia sedang sebanyak 14,3% (6
3. Hubungan antara Paritas dengan hidupnya sangat mempengaruhi
kejadian anemia kesehatannya.
Berdasarkan hasil analisis 4. Hubungan antara Jarak
hubungan antara paritas dengan Kehamilan dengan Kejadian
kejadian anemia menunjukan paritas Anemia
dengan multigravida sebanyak 38,1% Berdasarkan hasil analisis
(16 responden), sedangkan sedangkan hubungan antara jarak kehamilan
kehamilan primigravida sebanyak dengan kejadian anemia menunjukan
33,3% (12 responden). Berdasarkan ibu hamil yang jarak kehamilannya <
hasil uji menggunakan Analisis uji 2 tahun dan > 35 tahun yaitu
Chi Square, didapatkan nilai sebanyak 40,5% (17 responden),
Asymp.Sig = 0,030 (p<0,05) yang sedangkan jarak kehamilan 2 – 3
menunjukkan ada hubungan yang tahun sebanyak 31,0% (13
signifikan antara paritas ibu hamil responden). Dari hasil analisis yang
dengan kejadian anemia pada ibu diperoleh peneliti bahwa mayoritas
hamil trimester III di Puskesmas responden yang mengalami anemia
Mantrijeron Yogyakarta. Nilai ringan adalah jarak kehamilan < 2 dan
koefisien korelasi antar kedua > 5 tahun sebanyak 28,6% (12
variabel sebesar 0,317 menunjukkan responden). Selain itu responden yang
keeratan hubungan rendah dan mengalami anemia sedang lebih
berpola positif, artinya semakin baik banyak terjadi pada jarak kehamilan <
jumlah paritas ibu hamil (< 3 kali) 2 dan > 5 tahun 11,9% (5 responden),
maka semakin rendah kejadian sedangkan jarak kehamilan 2 – 5
anemia pada ibu hamil. tahun sebanyak 2,4% (1 responden).
Berdasarkan hasil analisis yang Berdasarkan hasil uji
diperoleh peneliti bahwa mayoritas menggunakan Analisis uji Chi
responden yang mengalami anemia Square, didapatkan nilai Asymp.Sig =
ringan adalah multigravida atau 0,001 (p<0,05) yang menunjukkan
grandemulti sebanyak 28,6% (12 ada hubungan yang signifikan antara
responden). Selain itu responden yang jarak kehamilan ibu hamil dengan
mengalami anemia sedang lebih kejadian anemia pada ibu hamil
banyak terjadi pada multigravida atau trimester III di Puskesmas
grandemulti sebanyak 9,5% (4 Mantrijeron Yogyakarta. Nilai
responden), dibandingkan dengan koefisien korelasi antar kedua
primigravida atau nulipara sebanyak variabel sebesar 0,462 menunjukkan
4,8% (2 responden). Sehingga dari keeratan hubungan sedang dan
analisis data diperoleh bahwa jumlah berpola positif, artinya semakin baik
paritas lebih dari 3 merupakan faktor jarak kehamilan yang aman maka
terjadinya anemia, karena terlalu semakin rendah kejadian anemia pada
sering hamil dapat menguras ibu hamil.
cadangan zat besi dalam tubuh dan Jarak kehamilan sangat
beresiko mengalami komplikasi mempengaruhi status anemia gizi besi
seperti perdarahan. pada wanita hamil, hal ini disebabkan
Menurut Arisman (2010) karena pada saat kehamilan cadangan
menyatakan bahwa jumlah paritas besi yang ada di tubuh akan terkuras
lebih dari 3 merupakan faktor untuk memenuhi kebutuhan cadangan
terjadinya anemia disebabkan karena besi pada awal kehamilan dan pada
terlalu sering hamil dapat menguras saat persalinan wanita hamil juga
cadangan zat besi tubuh ibu.Jumlah banyak kehilangan zat besi melalui
anak yang dilahirkan wanita selama perdarahan. Kehamilan yang terlalu
dekat (kurang dari 2 tahun) untuk status gizi ibu maka semakin rendah
seorang ibu hamil dapat kejadian anemia pada ibu hamil.
meningkatkan kejadian anemia Hasil analisis data yang
karena status gizi ibu yang belum diperoleh peneliti ibu hamil dengan
pulih (Krisnadi, 2012). Hasil status gizi kurang dengan indikator
penelitian ini sejalan dengan Lila yang tidak mengalami anemia
penelitian yang telah dilakukan oleh sebanyak 2,4% (1 responden),
Noverstiti (2012) bahwa responden sedangkan yang status gizi baik
yang mengalami anemia lebih banyak terdapat 9,5% (4 responden) yang
pada jarak kehamilan yang dekat mengalami anemia. Setelah dilakukan
yaitu sebanyak 75,0%, bila analisis didapatkan bahwa kejadian
dibandingkan pada jarak kehamilan anemia tidak semuanya terjadi pada
yang jauh sebanyak 31,7%. ibu hamil yang status gizinya kurang,
5. Hubungan antara Status Gizi tetapi ibu hamil yang memiliki status
dengan Kejadian Anemia gizi baik juga dapat mengalami
Berdasarkan hasil analisis anemia. Kondisi tersebut disebabkan
hubungan antara status gizi dengan apabila ibu hamil status gizinya baik
kejadian anemia menunjukan status maka kemungkinan masih dapat
gizi kurang 23,5 cm sebanyak 61,9% mengalami anemia, sebab masih
(26 responden), sedangkan status gizi terdapat faktor lain seperti asupan
lebih dari 23,5 cm sebanyak 9,5% (4 nutrisi yang dikonsumsi ibu hamil
responden). Dari hasil analisis selama masa kehamilannya sehingga
diketahui bahwa mayoritas responden dapat mempengaruhi terjadinya
dengan status gizi < 23,5 cm yang anemia.
mengalami anemia ringan sebanyak Berdasarkan hasil penelitian
47,6% (20 responden). Selain itu Herawati dan Astuti (2010) diketahui
responden yang mengalami anemia bahwa dari 18 responden yang status
sedang lebih banyak terjadi pada gizinya KEK sebagian besar
status gizi < 23,5 cm sebanyak 11,9% responden mengalami anemia gizi
(5 responden), dibandingkan dengan (83,3%), dari hasil uji anaisis bivariat
status gizi > 23,5 cm yaitu sebanyak diketahui p-value (0,011) yang berarti
2,4% (1 responden). Hasil penelitian ada hubungan antara status gizi
ini sejalan dengan penelitian dengan anemia gizi pada ibu hamil.
Luthfiyati (2015) bahwa gizi kurang KEK berhubungan dengan kejadian
dapat menyebabkan berbagai anemia karena erat kaitannya dengan
komplikasi dan resiko terhadap kekurangan asupan protein.
berbagai keadaan, salah satunya Kekurangan energi kronis (KEK)
adalah anemia. pada ibu hamil berhubungan dengan
Berdasarkan hasil uji kurangnya asupan protein yang
menggunakan Analisis uji Chi bersifat kronis atau terjadi dalam
Square, didapatkan nilai Asymp.Sig p jangka waktu yang lama. Dengan
< 0,05 yang menunjukkan ada demikian kurangnya asupan protein
hubungan yang signifikan antara akan berdampak pada terganggunya
status gizi ibu hamil dengan kejadian penyerapan zat besi yang berakibat
anemia pada ibu hamil trimester III di pada terjadinya defisiensi besi.
Puskesmas Mantrijeron Yogyakarta. 6. Hubungan antara Kunjungan
Nilai koefisien korelasi antar kedua Antenatal Care (ANC) dengan
variabel sebesar 0,594 menunjukkan Kejadian Anemia
keeratan hubungan sedang dan Berdasarkan hasil analisis
berpola positif, artinya semakin baik hubungan antara kunjungan antenatal
care dengan kejadian anemia anemia pada ibu hamil dan
menunjukan kunjungan antenatal penangananya yaitu dengan
care yang tidak sesuai jadwal lebih pemberian tablet zat besi. Dokter atau
tinggi dibandingkan dengan yang bidan akan sulit mengevaluasi
sesuai jadwal yaitu 66,7% (28 keadaan anemia seseorang apabila ibu
responden) dan 4,8% (2 responden) hamil tidak pernah memeriksakan diri
ibu hamil yang sesuai jadwal untuk atau tidak teratur memeriksakan
melakukan ANC. Dari hasil analisis kehamilannyakarena setiap saat
diperoleh bahwa mayoritas responden kehamilan dapat berkembang menjadi
yang mengalami anemia ringan masalah pada ibu maupun janin
adalah responden yang melakukan (Prawirohardjo, 2010).
kunjungan antenatal care tidak sesuai Hasil penelitian ini sejalan
jadwal sebanyak 50,0% (21 dengan penelitian yang dilakukan
responden), sedangkan sesuai jadwal oleh Sugma (2015) mengungkapkan
sebanyak 4,8% (2 responden). Selain bahwa ada hubungan keteraturan
itu responden yang mengalami ANC dengan kejadian anemia pada
anemia sedang adalah responden yang ibu hamil dengan nilai p-value 0,002
melakukan kunjungan antenatal care < 0,05. Hasil penelitian tersebut
tidak sesuai jadwal sebanyak 14,3% memberikan gambaran bahwa ibu
(6 responden). hamil yang melakukan kunjungan
Berdasarkan hasil uji antenatal care secara teratur
menggunakan Analisis uji Chi mempunyai resiko yang lebih kecil
Square, didapatkan nilai Asymp.Sig p terkena anemia daripada ibu hamil
< 0,05 yang menunjukkan ada dengan kunjungan antenatal care yang
hubungan yang signifikan antara tidak atau kurang teratur.
kunjungan Antenatal Care (ANC) ibu
hamil dengan kejadian anemia pada SIMPULAN DAN SARAN
ibu hamil trimester III di Puskesmas
Mantrijeron Yogyakarta. Nilai Simpulan
koefisien korelasi antar kedua Terdapat hubungan usia ibu,
variabel sebesar 0,494 menunjukkan tingkat pendidikan, paritas, jarak
keeratan hubungan sedang dan kehamilan, status gizi, dan kunjungan
berpola positif, artinya semakin antenatal care dengan kejadian anemia
sering ibu hamil melakukan pada ibu hamil trimester III di
kunjungan ANC maka semakin Puskesmas Mantrijeron Yogyakarta.
rendah kejadian anemia pada ibu Dari keenam variabel nilai koefisien
hamil. korelasi yang lebih tinggi keeratan
Kunjungan ibu hamil dalam hubungannya yaitu status gizi sebesar
memeriksakan kehamilanya sangat 0,594 dengan tingkat hubungan sedang.
berpengaruh terhadap kejadian
anemia. Hal ini sesuai dengan tujuan Saran
ANC menurut Prawirohardjo (2010) Bagi bidan diharapkan agar dapat
adalah mengenali secara dini adanya memberikan konseling informasi dan
ketidaknormalan atau komplikasi edukasi (KIE) kepada setiap ibu hamil
yang mungkin terjadi selama hamil, terkait dengan asupan nutrisi yang
termasuk riwayat penyakit secara seharusnya dikonsumsi selama hamil
umum, kebidanan dan agar tidak terjadi anemia, karena anemia
perdarahan.Kunjungan pemeriksaan nyatanya tidak hanya terjadi pada ibu
kehamilan dapat dilakukan untuk hamil dengan status gizi kurang tapi juga
mendeteksi secara dini kejadian terjadi pada status gizi baik.
DAFTAR PUSTAKA 234 di akses tanggal 26 Maret
Arisman. (2010). Gizi Dalam Daur 2017
Kehidupan. Jakarta: EGC Mariza, A. (2016). Hubungan
Ariyani, R. (2016).Faktor-Faktor Yang Pendidikan dan Sosial Ekonomi
Mempengaruhi Kejadian Anemia dengan Kejadian Anemia
Pada Ibu Hamil Trimester III Di pada Ibu Hamil di BPS T Yohan
Wilayah Kerja Puskesmas Halim Bandar Lampung Tahun
Mojolaban Kabupaten 2015. Jurnal Kesehatan Holistik.
Sukoharjo.http://eprints.ums.ac.id Volume 10, Nomor 1,
/42421/1/NASKAH%20PUBLIK Januari2016 : 5-8
ASI.pdf. Di akses tanggal 26 Manuaba, I., B., G. (2007). Pengantar
Maret 2017 Kuliah Obstetri, Cetakan
Dinas Kesehatan Yogyakarta. (2015). Peratama. Jakarta : EGC
Profil Kesehatan DIY Tahun Marmi, N.U dan Raharjo, B. (2012).
2015.http://www.pusdatin.kemke Aspek Dasar Kependidikan.
s.go.id/ Jakarta: Bina Aksara
Depkes RI. (2013). Pedoman Noverstiti, Elsy. (2012). Faktor-
Pemberian Tablet Besi dan Sirup Faktor Yang Berhubungan
Besi Bagi Petugas. Jakarta: Dengan Kejadian Anemia Pada
Dirjen Pembinaan Kesehatan Ibu Hamil Trimester Iii Di
Masyarakat, Direktorat Bina Gizi Wilayah Kerja Puskesmas Air
Masyarakat Dingin Kota Padang Tahun
Demmouche, A., Khelil, S. & 2012.http://repository.unand.ac.id
Moulessehoul, S. (2011). /19948/1/JURNAL%20PENELIT
Journal An Epidemiologic Study IAN.pdf di akses tanggal 2
: Anemia Among Pregnant Januari 2017
Women in the Sidi Bel Abbes Proverawati, A. (2012). Anemia dan
Region (West Algeria). 2:113. Anemia Kehamilan. Yogyakarta:
doi:10.4172/2155-9864.1000113 Nuha Medika
di akses tanggal 15 Maret 2017 . (2011). Buku Ajaran Gizi
Herawati, C & Astuti, S. (2010). untuk Kebidanan. Yogyakarta:
Faktor-Faktor Yang Nuha Medika
Berhubungan Dengan Anemia Prawirohardjo, S. (2010). Ilmu
Gizi Pada Ibu Hamil Di Kebidanan. Jakarta: Yayasan
Puskesmas Jalaksana Kuningan Bina Sarwono Prawirohardjo
Tahun 2010. Jurnal Kesehatan Sugma, S.V.M. (2015). Hubungan
Kartika. Hal 51-58 Keteraturan Antenatal Care
Krisnadi. (2015). Prematuritas. dengan Kejadian Anemia di
Bandung: Refika Aditama Puskesmas Kasihan I Bantul
Krisnatuti, D. Hastori, I. (2009). Menu Yogyakarta. Naskah Publikasi.
Sehat Untuk Ibu Hamil dan Tahun 2015
Menyusui. Jakarta. Puspaswara Santoso, S. (2012). Kesehatan dan
Luthfiyati, Y. (2015). Faktor-Faktor Gizi. Jakarta: Rineka Cipta
Yang Berhubungan Dengan
Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil
Di Puskesmas Jetis Kota
Yogyakarta Tahun 2012.
http://journal.respati.ac.id/index.p
hp/medika/article/download/291/

Anda mungkin juga menyukai