Anda di halaman 1dari 37

EFEKTIVITAS PISANG AMBON DAN RUMPUT LAUT TERHADAP

KENAIKAN KADAR HEMOGLOBIN IBU HAMIL TRIMESTER I DAN


TRIMESTER III DI WILAYAH PUSKESMAS BANJAR KABUPATEN
PANDEGLANG PROVINSI BANTEN
TAHUN 2020

SKRIPSI

Oleh :
YULIA NENGSIH
195401426292

UNIVERSITAS NASIONAL FAKULTAS ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI D IV KEBIDANAN
JAKARTA 2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Anemia adalah suatu keadaan yang mana kadar hemoglobin (Hb) dalam tubuh
dibawah nilai normal sesuai kelompok orang tertentu (Irianto, 2014). Anemia pada ibu
hamil berdampak buruk bagi ibu maupun janin. Kemungkinan dampak buruk terhadap
ibu hamil yaitu proses persalinan yang membutuhkan waktu lama dan mengakibatkan
perdarahan serta syok akibat kontraksi. Dampak buruk pada janin yaitu terjadinya
prematur, bayi lahir berat badan rendah,kecacatan bahkan kematian bayi (Fikawati,
2015).
Anemia di dunia masih menjadi masalah, menurut World Health Organisasion
(2015) sebanyak 303.000 kematian ibu terjadi diseluruh dunia. Sekitar 830 wanita
meninggal karena komplikasi kehamilan atau persalinan di seluruh dunia setiap harinya
(WHO, 2015). Anemia di dunia diperkirakan sekitar 40,1% (World Bank, 2016) .
Penyebab utama anemia selama kehamilan di seluruh dunia adalah kekurangan zat besi
karena asupan makanan yang tidak memadai (WHO, 2015). Dampak yang sering terjadi
adalah perdarahan saat persalinan (WHO. 2015) Anemia pada ibu hamil adalah kadar
hemoglobin (Hb) dalam darahnya kurang dari 11,0gr% sebagai akibat ketidakmampuan
jaringan pembentuk sel darah merah (erythtopoetic) dalam produksinya untuk
mempertahankan konsentrasi Hb pada tingkat normal pada ibu ( WHO, 2015).
Anemia dapat disebabkan oleh berbagai macam hal, penyebab utama anemia pada
kehamilan adalah defisiensi besi sebesar 50% (Kalaivani, 2009). Anemia pada kehamilan
memberikan dampak buruk terhadap ibu dan janin, perempuan hamil dengan anemia
akan mengalami peningkatan risiko morbiditas dan mortalitas, terutama meningkatnya
angka kematian jika terjadi hemoragia postpartum, sedangkan dampaknya pada janin
akan meningkatkan risiko kelahiran prematur, berat badan lahir rendah, dan nilai Apgar
yang rendah (Allen, 2000 dan Sarwono, 2014).
Prevalensi anemia di kalangan wanita hamil di Australia sebanyak 20,10%,
Amerika Serikat dilaporkan sebesar 16,2% pada tahun 2016 (World Bank, 2016).
Anemia dalam kehamilan di negara maju maupun berkembang sebagian besar
disebabkan oleh defisiensi besi (WHO, 2015).Anemia pada ibu hamil meningkatkan
risiko kematian ibu dan anak dan mengakibatkan perkembangan fisik anak terhambat,
serta produktivitas kerja (Obai, Odongo dan Wanyama, 2016).
Secara global terdapat 56% dari semua wanita yang tinggal di negara berkembang
mengalami anemia, angka ini lebih besar dibandingkan dengan angka anemia pada wanita
hamil di negara-negara industri yang hanya sebesar 20 persen.Negara dengan prevalensi
anemia pada wanita hamil tertinggi adalah India (WHO, 2015). Di India sekitar 50,10%
ibu hamil dengan anemia sebagian besar disebabkan karena faktor pendidikan dan status
ekonomi yang rendah sekitar 85% sehingga asupan gizi menjadi buruk, hal ini berdampak
terhadap ibu sehingga mengalami abortus (35%), perdarahan(50%) dan berakibat
kematian pada saat persalinan (15%) (Pushpa, 2015).

Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia masih cukup tinggi, menurut data statistik
World Health Organization (WHO) menggambarkan bahwa Indonesia berada pada
urutan ke-7 dari 11 negara-negara di bagian Asia Tenggara, dengan AKI mencapai
148/100.000 kelahiran hidup. Dimana target Sustainable Development Goals (SDGs)
yaitu < 70 per 100.000 kelahiran hidup (WHO, 2017). Kematian ibu di Indonesia masih
didominasi oleh tiga penyebab utama kematian yaitu perdarahan (30%), Eklamsia (25%),
dan infeksi (12%)(Profil Kesehatan Indonesia, 2015). Hasil penelitian menunjukan
bahwa ibu bersalin yang mengalami kejadian perdarahan postpartum primer mengalami
anemia dalam kehamilan sekitar 85,3% (Putri, 2015).
Di Indonesia ditemukan angka kejadian anemia pada kelompok ibu hamil adalah
sebesar 48.9% dengan proporsi menurut umur yaitu sebesar 84,6% ibu hamil usia 15-24
tahun, 33,7% ibu hamil usia 25-34 tahun, 33,6% ibu hamil usia 35-44 tahun dan 24%
pada ibu hamil usia 45-54 tahun (Riskesdas, 2018)
Prevalesi anemia ditemukan sangat tinggi di Sulawesi tenggara yaitu 63,5%
angka ini terbilang sangat tinggi dibandingkan persentase secara nasional jauh dibawah
persentase anemia disulawesi tenggara (Kasmawati, 2014). Penyebab yang paling sering
ditemui adalah kekurangan defisiensi besi dalam tubuh, umur yang kurang dari 20 tahun
(16,67%), paritas atau jumlah persalinan (10%), jarak kelahiran (23%), Pendidikan (26,
67%) (Dewi, 2017).
Di Provinsi Banten, angka kejadian anemia masih sangat tinggi dengan prevalensi
37,1 %. Angka kejadian anemia berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota
Tangerangtahun 2017 mengalami kenaikan dibandingkan dengan tahun 2016 dengan
jumlah 4329 jiwa menjadi 5390 jiwayang mengalami anemia (Dinas Kesehatan Kota,
2017).
Penyebab utama dari anemia pada kehamilan adalah kekurangan zat besi yang
berasal dari makanan akibat minimnya kemampuan ekonomi keluarga. Anemia dalam
kehamilan dapat menyebabkan gangguan pada pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun
sel otak, peningkatan frekuensi komplikasi pada kehamilan dan persalinan. Risiko
kematian maternal, angka prematuritas, penurunan kecerdasan intelejensi, berat badan
lahir rendah (BBLR), dan angka kematian perinatal meningkat (Uluwiyatun, 2014).
Salah satu upaya pemerintah dalam penanggulangan anemia adalah suplementasi
tablet Fe yang dianggap cara paling efektif karena kandungan zat besinya padat dan
dilengkapi dengan asam. Hasil penelitian menyebutkan bahwa untuk membantu
penyerapan zat besi dalam tubuh, maka tablet Fe dikonsumsi bersamaan dengan Vitamin
C. Vitamin C membantu penyerapan besi non heme dengan mengubah bentuk feri
menjadi fero dimana bentuk fero lebih mudah diserap, dengan begitu membantu proses
absorbsi zat besi dan menanggulangi proses penyembuhan dalam kasus anemia
defesiensi besi. Pisang ambon merupakan salah satu buah yang mengandung zat besi dan
vitamin C. Selain vitamin C, dibutuhkan juga beberapa senyawa yang diperlukan dalam
sintesis Hemoglobin antara lain zat besi, protein dan vitamin B kompleks. Kandungan
senyawa ini bisa ditemukan dalam Rumput laut (Eu-cheuma sp) (Uluwiyatun, dkk,
2014).
Pembentukan sel darah merah berasal dari eritroblast di sumsum tulang, produksi
sel darah merah memerlukan zat seperti, besi untuk metabolisme Hemoglobin,
mioglobin, dan sitokrom, kemudian asam folat untuk metabolisme purin/pirimidin,
vitamin B12 untuk daur ulang koenzim folat, dan vitamin C sebagai antioksidan dan
untuk mengoptimalkan absorpsi besi Pisang ambon merupakan salah satu jenis makanan
yang dapat dikonsumsi karena kaya akan zat besi dan juga vitamin C. Vitamin C
diperlukan dalam penyerapan zat besi, dengan demikian vitamin C berperan dalam
pembentukan Hemoglobin, sehingga mempercepat penyembuhan anemia (Mahardika1,
N dan Zuraida, R, 2016). Pisang ambon merupakan penganan yang dapat dikonsumsi
pada semua umur tanpa memiliki efek samping, selain mudah didapatkan dan harga
relatif murah dibanding buah lainnya.
Rumput laut adalah alga yang berukuran makroskopik dan dengan mudah dapat
dikenali secara visual. Kelompok ini terdiri atas alga hi jau (Chlorophyta), alga merah
(Rhodophyta), dan alga coklat (Phaeophyta). (Dwiyitno, 2011). Kandungan utama
rumput laut segar adalah air yang mencapai 80-90 persen, sedangkan kadar protein dan
lemaknya sangat kecil. Meski kadar lemaknya rendah, susunan asam lemaknya sangat
penting bagi kesehatan. Lemak rumput laut kaya akan omega-3 dan omega-6. Kedua
asam lemak ini merupakan lemak yang penting bagi tubuh, terutama sebagai pembentuk
membran jaringan otak, saraf, retina mata, plasma darah, dan organ reproduksi. Rumput
laut mengandung vitamin B6 dan B12 yang dibutuhkan dalam sintesis Hemoglobin.
Vitamin B6 dan asam amino serta glisin pada reaksi awal pembentukan heme. Vitamin
B6 dan vitamin B12 diperlukan untuk sintesis globin. Selanjutnya interaksi antara heme
dan globin akan meng-hasilkan Hemoglobin.
Menurut penelitian sebelumnya oleh Nancy Olii (2019) di wilayah kerja
Puskesmas Kota Selatan Kota Gorontalo yaitu sebanyak sebanyak 24,7% ibu hamil
dengan anemia yang sebagian besar disebabkan oleh ibu yang berpendidikan rendah.
Hal ini karena kurangnya pengetahuan ibu terhadap masih kurang mengetahui dan
mengkonsumsi makanan yang tinggi vitamin C dan zat besi.
Berdasarkan data yang diperoleh dari hail study pendahuluan di Desa Citalahab
wilayah kerja puskesmas Banjar pada tahun 2020 terdapat 68 ibu hamil trimester I Dan
14 ibu hamil trimester III, 50 (61%) dintaranya ibu hamil mengalami anemia pada
trimester I dan III, didapati dari study pendahuluan yang dilakukan selama ini ibu hamil
diberikan tablet Fe untuk mencegah anemia dan untuk meningkatkan kadar hemoglobin
ibu hamil belum pernah dianjurkan untuk mengkonsumsi pisang dan rumput laut dan lain
sebagainya.
Berdasarkan permasalahan di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang “Efektivitas Pisang Ambon dan Rumput Laut terhadap Kenaikan kadar
Hemoglobin Ibu Hamil di Desa Citalahan Puskemas Banjar Tahun 2020”. Dengan
harapan dapat memberikan manfaat dan berkontribusi dalam bidang kesehatan,
khususnya kebidanan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar Belakang di atas peneliti tertrik untuk melakukan penelitian
“Evektifitas Pisang Ambon dan Rumput Laut terhadap kenaikan kadar Hemoglobin Ibu
Hamil Trimester I dan Trimester III”

1.3 Tujuan

1. 3.1 Tujuan Umum


Untuk mengetahui pengaruh pemberian Pisang Ambon dan Rumput Laut terhadap
Kenaikan kadar Hemoglobin pada ibu hamil TM I dan III

1. 3.2 Tujuan Khusus

a. Untuk Mengetahui distribusi frekuensi Anemia pada ibu hamil Trimester I dan
Trimester III di Wilayah Puskesmas Banjar.
b. Untuk Mengetahui Evektifitas Pisang Ambon dan Rumput Laut Untuk
Mengatasi Anemia pada ibu hamil Trimester I dan Trimester III di Wilayah
Puskesmas Banjar
c. Untuk Mengetahui Perbedaan diberikan Pisang Ambon dan Rumput Laut Untuk
Mengatasi Anemia Pada Ibu Hamil Trimester I dan Trimester III Antara Sebelum
dan Sesudah di Wilayah Puskesmas Banjar.
1.4 Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoriritis
Adapun manfaat teoritis dari penelitian ini adalah untuk menambah kajian teoritis
dalam kebidanan untuk menanggulangi permasalahan terkait kenaikan kadar Hb
pada ibu hamil.
b. Manfaat Praktis
1) Bagi Puskesmas Banjar
Tempat Penelitian dalam memberikan pelayanan kesehatan diharapkan untuk
lebih banyak memberikan promosi kesehatan kepada masyarakat tentang
informasi kesehatan untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan khususnya
pelayanan kebidanan dalam bentuk penyuluhan yang berkaitan dengan
makan-makanan yang bergizi terhadapt peningkatan kadar Hb khususnya
pada ibu hamil. Hasil penelitian ini diharapkan juga bermanfaat bagi
Puskesmas Banjar untuk meningkatkan pelayanan kesehatan pada ibu hamil
serta memberikan penanggulangan masalah anemia khususnya di Puskesmas
Banjar.
2) Bagi Responden
Perlunya masyarakat meningkatkan informasi dan wawasan tentang
penanganan anemia, hal ini bertujuan untuk mengantisipasi agar tidak terjadi
anemia pada ibu hamil.
3) Bagi Institusi Pendidikan
Dapat lebih meningkatkan pengembangan ilmu terutama tentang evektifitas
Pisang Ambon dan Rumput Laut untuk meningkatkan kadar Hb ibu hamil
Trimester I dan Trimester III, selain itu, penelitian ini diharapkan menjadi
bahan masukan atau bacaan bagi para pengunjung perpustakaan Universitas
Nasional Jakarta dalam menambah wawasan dan pengalaman mahasiswa
untuk melakukan penelitian selanjutnya.
4) Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti diharapkan dapat mengembangkan dan melanjutkan penelitian ini
secara lebih mendalam dengan menggunakan variable-variabel lainnya yang
belum diteliti dengan memperluas variabel yang akan diteliti, subjek
penelitian, serta metode penelitian.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori


2.1.1 Kehamilan
a. Definisi Kehamilan
Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internaisoal, kehamilan
didefinisikan sebagai fertilitasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan
dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertitilisasi
hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40
minggu atau 10 bulan luar atau 9 bulan menurut kalender internasional, kehamilan
terbagi dalam 3 trimester, dimana trimester kesatu berlangsung dalam 12 minggu,
trimester kedua 15 minggu (minggu ke 13 hingga 17), dan trimester ketiga 13
minggu (minggu ke 28 hingga ke 40 ) (Prawihardjo, 2014).

Lamanya kehamilan mulai dari ovulasi sampai partus adalah kirakira 280
hari (40 minggu).Kehamilan 40 minggu di sebut kehamilan matur (cukup bulan).
Bila kehamilan lebih dari 43 minggu disebut kehamilan post matur. Kehamilan
antara 28 dan 36 minggu disebut kehamilan premature (Rukiah dan Yulianti,
2014). Masa kehamilan di mulai dari konsepsi sampai lahirnya janin.Lamanya
hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari Hari
Pertama Haid Terakhir. Kehamilan dibagi dalam 3 triwulan yaitu: Triwulan
pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan, triwulan kedua dimulai dari bulan
ke 4 sampai 6 bulan, triwulan ketiga dimulai dari bulan ke 7 sampai bulan ke 9
(Rukiah dan Yulianti, 2014).

b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kondisi Kehamilan


1. Faktor Fisik
a) Status Kesehatan
Kondisi kesehatan sangat penting dalam kehamilan, baik kondisi
kesehatan sebelum atau selama kehamilan.Kehamilan dapat lebih
berbahaya lagi jika wanita tersebut sedang sakit.Serangan penyakit dapat
membahayakan janin terbagi dua kategori penyakit umum dan penyakit
ginjal kronik (Rukiah dan Yulianti, 2014).
b) Status Gizi
Selama masa kehamilan ibu merupakan sumber nutrisi bagi bayi yang di
kandungnya.Wanita hamil dengan status gizi kurang memiliki kategori
risiko tinggi keguguran, kematian bayi dalam kandungan, kematian bayi
baru lahir, cacat dan Berat Lahir Rendah.Selain itu umumnya ibu dengan
status gizi kurang dapat terjadi 2 komplikasi yang cukup berat selama
kehamilan yaitu
anemia (kekurangan sel darah merah) dan pre-eklampsia/eklampsia
(Wulandari, 2015).
c) Gaya Hidup
Gaya hidup selama hamil akan berpengaruh terhadap kehamilannya baik
terhadap kesehatan ibunya maupun terhadap janin yang dikandungnya,
seperti perokok, mengkonsumsi obat obatan, alkohol merupakan hal yang
sangat berbahaya bagi ibu dan bayinya. Jika wanita hamil merokok
selama kehamilan maka ia sudah terpapar tiga zat yang dapat
membahayakan janinnya yaitu karbon monoksida, sianida dan nikotin.
Karbon monoksida yang bercampur dengan haemoglobin dalam darah
dapat mengakibatkan jumlah oksigen yang tersedia bagi bayi berkurang
(Rukiah dan
Yulianti, 2014).
c. Faktor Lingkungan, Sosial, Budaya Ekonomi
1. Kebiasaan Adat Istiadat
Faktor adat istiadat ini sangat berpengaruh kepada kehamilan ibu, terutam
adat kebiasaan yang ada dilingkungan keluarga, misalkan dalam sebuah
keluarga ada kebiasaan tidak mau memeriksakan kehamilannya ke tenaga
kesehatan, maka hal tersebut akan berakibat tidak baik kepada proses
kehamilan dan persiapan persalinan. Menurut beberapa penelitian bahwa
suami, orang tua dan mertua adalah kelompok referensi yang paling
sering memberikan anjuran memilih tenaga penolong persalinan (Rukiah
dan Yulianti, 2014).
2. Fasilitas Kesehatan
Fasilitas kesehatan berhubungan dengan tempat ibu mendapatkan
pelayanan kesehatan untuk memeriksakan kehamilannya sampai ibu
dapat melahirkan dengan aman. Tersedianya fasilitas kesehatan yang
memadai dengan jarak yang terjangkau akan memberi kemudahan bagi
ibu hamil untuk sering memeriksakan kehamilannya dan untuk
mendapatkan penanganan dalam keadaan darurat. Bidan dapat
memberikan informasi atau petunjuk kepada ibu dan keluarga tentang
pemanfaatan sarana kesehatan seperti rumah bersalin, polindes, PKM,
dan fasilitas kesehatan lainnya yang sangat penting dan aman bagi
kehamilan dan persalinan (Rukiah dan Yulianti, 2014).
3. Sosial Ekonomi
Keadaan ekonomi sangat mempengaruhi kehamilan ibu karena
berhubungan dengan perubahan kebutuhan-kebutuhan ibu selama
kehamilan antara lain makanan sehat, bahan persiapan kelahiran, obat-
obatan, tenaga kesehatan dan transportasi/sarana angkutan. Masalah
keuangan sering timbul dalam kehidupan keluarga, memang dalam hal ini
bidan tidak bertanggung jawab
atas pemecahan masalah keluarga tetapi hendaknya menunjukkan
empatinya serta mencoba memberikan pemahaman akan memanfaatkan
finansial yang tersedia untuk kepentingan ibu dan bayi. Sehingga bidan
harus dapat memperoleh informasi mengenai kondisi ekonomi klien
apakah ibu dan keluarga tidak mengalami kesulitan untuk memenuhi
kebutuhannya selama kehamilan (Rukiah dan Yulianti, 2014).
2.1.2 Anemia
a. Definisi Anemia
Anemia adalah masalah kesehatan masyarakat utama yang
mempengaruhi semua usia populasi dunia, prevalensi tertinggi adalah
wanita hamil.Anemia pada ibu hamil adalah kadar hemoglobin (Hb)
dalam darahnya kurang dari 11,0gr% sebagai akibat ketidakmampuan
jaringan pembentuk sel darah merah
(erythtopoetic) dalam produksinya untuk mempertahankan konsentrasi
Hb pada tingkat normal pada ibu ( WHO, 2015).
Anemia kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin
(Hb <11gr% pada trimester I dan III sedangkan pada trimester II kadar
hemoglobin (Hb) <10,5 gr% (WHO, 2008). Anemia pada ibu hamil
adalah kadar hemoglobin (Hb) dalam darahnya kurang dari 11,0gr%
sebagai akibat ketidakmampuan jaringan pembentuk sel darah merah
(erythtopoetic) dalam produksinya untuk mempertahankan konsentrasi
Hb pada tingkat normal pada ibu ( WHO, 2008).
b. Penyebab Anemia pada Ibu Hamil
1) Anemia Defisiensi Zat Besi
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi
dalam darah. Pengobatan anemia zat besi dilakukan dengan cara pemberian
asupan Fe yang cukup. Untuk menegakkan diagnosis anemia defisiensi besi
dapat dilakukan dengan anamnesa (Proverawati, 2013). Menurut Wulandari
(2015) Etiologi anemia defisiensi besi adalah : etidakseimbangan pola makan
dalam mengkonsumsi makanan
a. yang mengandung zat besi dengan kebutuhan didalam tubuh.
b. Gangguan absorpsi besi pada usus dapat disebabkan oleh karena infeksi
peradangan, neoplasma pada gaster, duedonum maupun jejenum.
Kebutuhan sel darah merah meningkat pada saat hamil dan menyusui.
Kebutuhan besi sangat besar sehingga memerlukan asupan-asupan yang
sangat besar pula. Pada anamnese didapatkan seperti: cepat lelah, sering
pusing, mata berkunang-kunang dan keluhan muntah pada hamil muda.
Pada pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan minimal 2 kali
selama kehamilan yaitu trimester I dan III.
Hasil pemeriksaan Hb dapat digolongkan sebagai berikut:
1) Hb 11 gr% : Tidak anemia
2) Hb 9-10 gr% : Anemia ringan
3) Hb 7 – 8 gr% : Anemia sedang
4) Hb < 7 gr% :Anemia berat (WHO, 2008, Wulandari, 2015).
Sedangkan menurut WHO (2008) anemiakurang dari 11gr% pada ibu
hamil TM I dan III itu anemia ringan dan padaTM II 10,5 gr%.
2) Anemia Megaloblastik
Anemia megaloblastik adalah anemia karena kerusakan sintesis DNA yang
mengakibatkan tidak sempurnanya sel darah merah.Anemia ini disebabkan
karena kurangnya asam folat, umumnya terkait dengan anemia defisiensi zat
besi, jarang dijumpai kasus anemia megaloblastik saja (Wulandari, 2015).
3) Anemia hipoplastik
Anemia pada wanita hamil yang disebabkan karena sumsum tulang kurang
mampu membuat sel-sel darah baru, dinamakan anemia hipoplastik dalam
kehamilan.Penyebab terjadinya anemia hipoplastik sampai sekarang belum
diketahui secara jelas, kecuali yang disebabkan oleh sepsis, sinar rontgen,
racun atau obat-obatan, dalam hal terakhir anemia dianggap hanya sebagai
komplikasi kehamilan (Wulandari, 2015).
a. Anemia hemolitik
Anemia hemolitik disebabkan karena penghancuran sel darah merah
berlangsung lebih cepat dari pembuatannya. Wanita dengan anemia
hemolitik sukar menjadi hamil, sebab apabila ia hamil maka anemianya
akan menjadi lebih berat. Sebaliknya mungkin kehamilan dapat
menyebabkan krisis hemolitik pada wanita yang sebelumnya tidak
mengalami anemia (Wulandari, 2015).
c. Faktor –Faktor Yang Memperngaruhi Terjadinya Anemia Pada
Kehamilan
1) Kepatuhan Konsumsi Tablet Fe
Ibu hamil diajurkan untuk mengkonsumsi paling sedikit 90 tablet besi
selama masa kehamilan.Zat besi yang berasal dari makanan belum bisa
mencukupi kebutuhan selama hamil, karena zat besi tidak hanya
dibutuhkan oleh ibu saja tetapi juga untuk janin yang ada di dalam
kandungannya. Apabila ibu hamil selama masa kehamilan patuh
mengkonsumsi tablet Fe maka resiko terkena anemia semakin kecil
(WHO, 2002).Kepatuhan ibu sangat berperan dalam meningkatkan kadar
Hb. Kepatuhan tersebut meliputi ketepatan jumlah tablet yang
dikonsumsi, ketepatan cara mengkonsumsi dan keteraturan frekuensi
mengonsumsi tablet Fe (Hidayah dan Anasari, 2012).
2) Paritas
Paritas adalah banyaknya bayi yang dilahirkan seorang ibu, baik
melahirkan yang lahir hidup ataupun lahir mati.Resiko ibu mengalami
anemia dalam kehamilan salah satu penyebabnya adalah ibu yang sering
melahirkan dan pada kehamilan berikutnya ibu kurang memperhatikan
asupan nutrisi yang baik dalam kehamilan.Hal ini disebabkan karena
dalam masa kehamilan zat gizi akan terbagi untuk ibu dan untuk janin
yang dikandung (Herlina, 2009). Kecenderungan bahwa semakin banyak
jumlah kelahiran (paritas), maka akan semakin tinggi angka kejadian
anemia (Wahyudin, 2004).
3) Umur ibu
Umur ibu yang ideal dalam kehamilan yaitu pada kelompok umur 20-35
tahun dan pada umur tersebut kurang beresiko komplikasi kehamilan
serta memiliki reproduksi yang sehat.Hal ini terkait dengan kondisi
biologis dan psikologis dari ibu hamil.Sebaliknya pada kelompok umur <
20 tahun beresiko anemia sebab pada kelompok umur tersebut
perkembangan bilogis yaitu reproduksi belum optimal. Selain itu,
kehamilan pada kelompok usia diatas 35 tahun merupakan kehamilan
yang beresiko tinggi. Wanita hamil dengan umur diatas 35 tahun juga
akan rentan anemia. Hal ini menyebabkan daya tahun tubuh
mulai menurun dan mudah terkena berbagai infeksi selama masa
kehamilan (Manuaba, 2014).
4) Frekuensi Antenatal Care (ANC)
Pelayanan yang diberikan kepada ibu hamil oleh petugas kesehatan dalam
memelihara kehamilannya. Hal ini bertujuan untuk dapat
mengidentifikasi dan mengatahui masalah yang timbul selama masa
kehamilan sehingga kesehatan ibu dan bayi yang dikandung akan sehat
sampai persalinan. Pelayanan Antenatal Care(ANC) dapat dipantau
dengan kunjungan ibu hamil dalam memeriksakan kehamilannya. Standar
pelayanan kunjungan ibu hamil paling sedikit 4 kali dengan distribusi 1
kali pada triwulan pertama (K1), 1 kali pada
triwulan kedua dan 2 kali pada triwulan ketiga (K4). Kegiatan yang ada
di pelayanan Antenatal Care (ANC) untuk ibu hamil yaitu petugas
kesehatan memberikan penyuluhan tentang informasi kehamilan seperti
informasi gizi selama hamil dan ibu diberi tablet tambah darah secara
gratis serta diberikan informasi tablet tambah darah tersebut yang dapat
memperkecil terjadinya anemia selama hamil (Depkes RI, 2009).
5) Sosial dan Ekonomi
Depkes RI (2009), peran status ekonomi dalam kesehatan sangat
berpengaruh terhadap kesehatan seseorang dan cenderung mempunyai
ketakutan akan besarnya biaya untuk pemeriksaan, perawatan, kesehatan
dan persalinan. Ibu hamil dengan status ekonomi yang memadai akan
mudah memperoleh informasi yang dibutuhkan. Dalam hal ini perlu
ditingkatakan lagi bimbingan dan layanan bagi ibu hamil dengan status
ekonomi rendah dengan memanfaatkan fasilitas yang disediakan
puskesmas seperti posyandu, pemanfaatan buku Kesehatan Ibu dan Anak
(KIA).Sarana diatas diharapkan setiap ibu hamil memiliki pengetahuan
yang baik tanpa memandang status ekonomi.
6) Pengetahuan
Pengetahuan ibu sangat berpengaruh atas gizi bayi yang dikandungnya
dan juga pola konsumsi makanan terutama makanan yang mengandung
zat besi, karena apabila kekurangan zat besi pada masa kehamilan dalam
waktu yang relatif lama akan menyebabkan terjadinya anemia
(Notoatmodjo, 2018).
7) Pendidikan
Pendidikan yang dijalani seseorang memiliki pengaruh pada peningkatan
kemampuan berpikir, dengan kata lain seseorang yang berpendidikan
lebih tinggi akan dapat mengambil keputusan yang lebih rasional,
umumnya terbuka untuk menerima perubahan atau hal baru dibandingkan
dengan individu yang berpendidikan rendah. Tingkat pendidikan ibu
hamil yang rendah mempengaruhi penerimaan informasi sehingga
pengetahuan tentang anemia dan faktor-faktor yang berhubungan
dengannya menjadi terbatas, terutama pengetahuan tentang pentingnya
zat besi (Budiono, 2018).
8) Budaya
Pantangan pada makanan tertentu, sehubungan dengan panganyang
biasanya dipandang pantas untuk dimakan, dijumpaibanyak pola
pantangan.Tahayul dan larangan yang beragamyang didasarkan kepada
kebudayaan dan daerah yang berlainandi dunia, misalnya pada ibu hamil,
ada sebagian masyarakatyang masih percaya ibu hamil tidak boleh makan
ikan (Budiyanto, 2003).
9) Dukungan suami
Upaya yang dilakukan dengan mengikutkan peran serta keluarga adalah
sebagai faktor dasar penting yang ada berada di sekeliling ibu hamil
dengan memberdayakan anggota keluarga terutama suami untuk ikut
membantu para ibu hamil dalam meningkatkan kepatuhannya
mengkonsumsi tablet besi. Upaya ini sangat penting dilakukan, sebab ibu
hamil adalah seorang individu
yang tidak berdiri sendiri, tetapi ia bergabung dalam sebuah ikatan
perkawinan dan hidup dalam sebuah bangunan rumah tangga dimana
faktor suami akan ikut mempengaruhi pola pikir dan perilakunya
termasuk dalam memperlakukan kehamilan (Ekowati, 2007).
10) Infeksi
Ibu yang sedang hamil rentan akan terhadap penyakit infeksi dan
menular. Penyakit infeksi yang biasanya diderita tidak terdeteksi saat
kehamilan.Penyakit yang diderita sangat menetukan kualitas janin bayi
yang dilahirkan. Hal itu diketahui setelah bayi lahir dengan kecacatan,
kondisi seperti ini ibu akan mengalami kekurangan cairan tubuh dan zat
gizi lainnya (Bahar, 2006).
11) Pendarahan
Pendarahan post partum akibat otonia uteri, dan tubuh tidak mentoleransi
terjadinya kehilangan darah seperti wanita sehat. Kehilangan darah
sekitar 150 ml dapat berakibat fatal kepada ibu hamil (Royston dan
Amstrong, 2000).
2.1.3 Pisang Ambon
a. Definisi Pisang
Pisang ambon merupakan jenis pisang yang banyak dikonsumsi
oleh masyarakat indonesia. Pisang ini banyak dijual di pasar tradisional dan
modern, dan tersebar hampir di seluruh pulau Indonesia.
Pisang ambon memiliki bentuk batang yang cenderung umum.
Batang menjulang hingga 2-2,5 M, memiliki buah dengan warna hijau
(belum matang) dan warna cenderung kekuningan apabila sudah cukup
matang. Bentuk daunnya tegak , dan memiliki panjang buah 16-20 cm dan
memiliki warna daging buah cenderung putih kekuningan (Ambarita et
al,2015).
Pisang merupakan penganan yang dapat dikonsumsi pada semua
umur tanpa memiliki efek samping, selain mudah didapatkan dan harga
relatif murah dibanding buah lainnya. Pisang mudah ditemukan di daerah
tropis. Pisang ini memliki laju pertumbuhannya yang sangat cepat dan terus
–menerus sehingga menghasilkan jumlah pisang yang banyak. Satu pohon
dapat menghasilkan 7 –10 sisir dengan jumlah buah 100 -150.8,9
Klasifikasi tanaman ini adalah sebagai berikut. Kingdom : PlantaeClassis :
LiliopsidaOrdo : Zingiberales Familia :Musaceae Genus : Musa L.Species :
Musa x paradisiaca L.Varietas : Musa x paradisiaca L. var. sapientum (L.)
Kuntze. Pisang memiliki kandungan nutrisi yang lebih tinggi dibandingkan
dengan beberapa jenis buah lainnya. Pisang ini juga digunakan masyarakat
untuk pengobatan secara empiris yaitu sebagai pencegahan anemia.
Pisang ambon merupakan salah satu jenis makanan yang dapat
dikonsumsi karena kaya akan zat besi dan juga vitamin C. Vitamin C
diperlukan dalam penyerapan zat besi, dengan demikian vitamin C berperan
dalam pembentukan Hemoglobin, sehingga mempercepat penyembuhan
anemia (Mahardika1, N dan Zuraida, R, 2016).
Pisang ambon merupakan penganan yang dapat dikonsumsi pada
semua umur tanpa memiliki efek samping, selain mudah didapatkan dan
harga relatif murah dibanding buah lainnya. Berikut ini merupakan tabel
komposisi gizi yang ada pada pisang ambon.
Tabel 2.1 Komposisi Gizi yang Terkandung dalam 100g Buah Pisang
Ambon Kandungan gizi Jumlah Kalori

Kandungan gizi Jumlah


Kalori 116 kal
Protein 0.50 mg mg 1.60 g
Lemak 0.20 g
Karbohidrat 25.80 g
Kalsium (Ca) 8.00 mg
Fosfor (P) 32.00 mg
Zat besi (Fe) 0.50 mg
Vitamin A 146.00 S.I
Vitamin B1 0.08 mg
Vitamin C 72.0 mg
Air 72.90 mg

Selain bergizi pisang ambon sendiri juga memiliki berbagai


khasiat antara lain makan pisang sebagai bagian dari diet teratur dapat
mengurangi resiko kematian karena stroke sebanyak 40% ( Arjun Seth et
al., 2014).
Pisang tinggi kalium, yang membantu menormakan heartbeat dan
mengatur keseimbagan ar tubuh. Selama periode sters yang tinggi, kadar
potassium tubuh kita cenderung cepat habis makan pisang adalah cara
yang sehat untuk menyeimbangkan mereka tanpa menggunakan obat.
Pisang mengandung tryptophan, sebuah asam amino yang dapat diubah
menjadi serotonin, yang mengarah ke perbaikan suasana hati. Pisang
relative tinggi zat besi, yang membantu fungsi Hemoglobin tubuh.
Kandungan zat besi yang cukup tinggi tersebut, dapat menstimulasi
produksi Hemoglobin dalam darah bagi penderita anemia. Duah buah
pisang sehari, sangat baik bagi penderita anemia. Pisang juga dapat
menetralkan kelebihan asam lambung dan melapisi perut sehingga
mampu mengurangi iritasi. (Gemilang, 2013).
b. Manfaat pada pisang
1. Tinjauan Kimia
Tumbuhan pisang ambon memiliki banyak kandungan senyawa
metabolit sekunder yang bermanfaat. Pada bagian buahnya diketahui
memiliki kandungan saponin, glikosida, tannin, alkaloid, dan flavonoid
(Ajani et al,2010). Selain kaya akan metabolit sekunder, buah pisang
juga kaya akan kandungan kalium yang baik untuk hipertensi (Fatmawati
dkk, 2017).
Getah dalam pisang ini memiliki beberapa kandungan yang sangat
bermanfaat antara lain keton dan turunannya seperti muskon dan
tetrasiklin sebagai antibiotik alami dan zat lignin yang berfungsi sebagai
obat luka alami dan anti radang (Fitriawan dkk , 2015)
2. Tinjauan farmakologi
a) Antihipertensi
Penelitian yang sudah dilakukan terhadap pisang ambon salah
satunya adalah uji antihipertensi. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa dari semua responden yang memiliki penyakit hipertensi positif
mengalami penurunan tekanan darah setelah dilakukan intervensi untuk
konsumsi buah pisang ambon selama lima hari. Hal ini karena pisang
ambon memiliki aktivitas sebagai Angiotensin Converting Enzyme
(ACE)-Inhibitor dalam tubuh sehingga dapat menghambat pembentukan
angiotensin dan menurunkan tekanan darah (Sutrya dan Insani , 2017).
Penelitian lain menunjukkan hasil yang serupa dimana pemberian
2 buah pisang sehari pada pasien hipertensi dapat menurunkan tekanan
darah. Hal ini dikarenakan kadar kalium pada pisang yang cukup tinggi.
Penurunan tekanan darah ratarata berkisar 11,70 mmHg untuk sistolik
dan 3,45 mmHg untuk diastolik (Dayanand et al, 2015). Selain itu
penelitian lain juga memberikan hasil yang sama dimana pemberian 3
buah pisang setiap hari selama seminggu dapat menurunkan tekanan
darah sistolik hingga 9,54 mmHg dan 9,091 mmHg untuk diastolik
(Tangkilisan et al, 2013).
b) Penyembuhan Luka
Penelitian lain yang dilakukan pada tumbuhan pisang ambon
adalah pengaruh getah batang pisang ambon terhadap penyembuhan luka
pada mencit. Hasil penelitian yang dilakukan adalah terdapat perbedaan
yang cukup signifikan antara salep plasebo dan salep ekstrak getah
pisang ambon. Hasil menunjukkan bahwa getah pisang ambon memiliki
efek mempercepat penyembuhan luka, mempercepat infiltrasi sel radang,
mempercepat proses neokapilerisasi, dan mempercepat reepitalisasi
(Febram et al,2010).
c) Anti diabetes
Buah pisang ambon juga memiliki efek antidiabetes. Penelitian
terdahulu menunjukkan bahwa pisang ambon dapat menurunkan kadar
glukosa darah pada (Zafar dan Akter,2011). Senyawa yang berperan
sebagai antidiabetes adalah kandungan flavonoid dan glikosida dari
pisang ambon (Kaimal et al , 2010).
d) Pencegah anemia
buah pisang mengandung zat besi yang akan menstimulus
produksi hemoglobin dalam darah dan juga membantu mencegah
anemia. Vitamin c yang terkandung dalam pisang juga bagus untuk
kesehatan untuk membantu membangun kembali sistem kekebalan
tubuh. Pisang juga makanan yang relatif mudah dicerna dibandingkan
makanan yang lain sehingga mempermudah seseorang dengan sistem
kekebalan tubuh yang rendah. Vitamin C juga meningkatan
penyerapanbesi dan meningkatkan pembentukan darah, dua manfaat
kesehatan ini membuat pisang berguna untuk tambahan dalam menu
makanan mereka dalam menanggulangi anemia.
Mengonsumsi pisang dapat menjadi solusi anemia bagi ibu hamil yang
mengalami hal tersebut.
Mengkonsumsi dua buah pisang sehari sudah cukup untuk
memenuhi asupan zat besi bagi pasien anemia (Magfiroh, 2013). Pisang
merupakan makanan terbaik karena mengandung vitamin yang
diperlukan oleh ibu hamil. Buah pisang cukup memenuhi asupan zat besi
pasien anemia. Pisang banyak mengandung asam folat atau vitamin B6
yang larut dalam air, yang diperlukan untuk membuat asam nukleat dan
hemoglobin dalam sel darah merah. Pisang yang diperkaya vitamin B6
dapat menetralkan asam lambung dan meningkatkan pencernaan. Selain
itu, pisang juga mengandung 467 mg kalium, dan ibu hamil perlu 2000
mg kalium setiap harinya. Kram kaki salah satu gejala yang paling tidak
menyenangkan selama kehamilan, dapat diredakan dengan
meningkatkan asupan kalium. Dengan mengonsumsi 2 buah pisang tiap
hari sangat bermanfaat bagi ibu hamil, gunanya untuk membantu
mengatasi anemia (Sunarjono, 2008).
2.1.4 Rumput Laut
a. Definisi Rumput Laut
Rumput laut merupakan sala satu organisme tingkat rendah yang
keberadaanya sangat melimpah di perairan Indonesia. Indonesia memiliki
sekitar 600 jenis rumput laut dai sekitar 8000 jenis rumput laut umumnya
hidup didasar laut dan substratnya berupa paparan terumbu karang yang
memiliki kedalaman perairan sekitar 1-5 meter. Rumput laut tergolong
sebagai produse primer di dalam perairan karena menyedikan substrat bagi
organisme lain yang berada di level yang lebih tinggi. Kehadiran komunitas
rumput laut di suatu perairan memiliki peran yang cukup besar terhadap
komunitas ikan dan kehidupan biota laut. Secara ekologis, rumput laut
berfungsi sebagai tempat ikan, ikan mencari makan, dan biofilter laut.
(Muhammad firdaus, 2019:3)
Rumput laut merupakan salah satu jenis alga makroskopis dan
tumbuh melekat pada substrat tertentu, baik trumbu karang maupun bebatuan.
Tanaman ini tidak memiliki akar, batang dan daun sejati. Oleh karena itu,
rumput laut termasuk kedalam golongan tanman yang berderajat rendah.
Tanman ini hanya memiliki bagian tubuh yang menyerupai batang yang
sering disebut thallus. Alga ini pada umumnya bersel banyak ( multiseluler)
dan makroskopis. Panjangnya antara 10 cm sampai 1 M yang berbentuk
berkas atau lembaran. (Muhammad firdaus, 2019:4)
Rumput laut merupakan sumber daya hayati yang sangat potensial
untuk dikembangkan karena banyak manfaatnya bagi manusia. Rumput laut
memiliki peranan penting baik dari segi biologis, ekologis, maupun
ekonomis. Sebagian rumput laut di Indonesia bernilai ekonomis tinggi yang
dapat digunakan sebagai makanan dan secra tradisional digunakan sebagai
obat-obatan oleh masyarakat khususnya di wilayah pesisir telah
mengkonsumsinya sebagai sayuran dan digunakan untuk menurunkan
gangguan tekanan darah. Sementara itu sudah ribuan tahun yang lalu bangsa
jepang dan cina telah mengonsumsinya untuk mendapatkan manfaat untuk
peningkatan cita rasa pangan dan pemelihara keehatan atau bahkan untuk
pengobatan. (Muhammad firdaus, 2019:5)
Rumput laut memiliki komposisi nutrisi antara lain (1) kadar
protein, (2) kadar abu (mineral) dengan kadar unsur Ca, P, dan Fe, (3) Kadar
vitamin A dan vitamin C, (4) kadar lemak, dan (5) kadar alginat (TRI
HANDAYANI, SUTARNO, 2004). Rumput laut (Eucheuma Sp) merupakan
salah satu bahan makanan yang mengandung beberapa senyawa antara yang
diperlukan dalam sintesis Hemoglobin seperti zat besi, protein dan vitamin B
kompleks. Rumput laut juga mudah diolah menjadi berbagai macam
makanan. Cara memperoleh rumput laut pun tidak sulit, banyak dijual di
pasar tradisional maupun pasar modern dan rumput laut yang dibutuhkan ibu
hamil setiap harinya yaitu 200 gr (Uluwiyatun et al., 2015).

b. Kandungan Gizi Rumput


Laut Rumput laut memiliki kandungan karbohidrat, protein,
sedikit lemak, dan abu yang sebagian besar merupakan senyawa garam
natrium dan kalium. Rumput laut juga mengandung vitamin-vitamin, seperti
vitamin A, B1, B2, B6, B12, C, D, E dan K; betakaroten; serta mineral,
seperti kalium, kalsium, fosfor, natrium, zat besi, dan yodium. Beberapa jenis
rumput laut mengandung lebih banyak vitamin dan mineral penting, seperti
kalsium dan zat besi bila dibandingkan dengan sayuran dan buah-buahan.
Beberapa jenis rumput laut juga mengandung protein yang cukup tinggi,
karena kandungan gizinya yang tinggi, rumput laut mampu meningkatkan
sistem kerja hormonal, limfatik, dan juga saraf. Rumput laut juga bisa
meningkatkan fungsi pertahanan tubuh, memperbaiki sistem kerja jantung
dan peredaran darah, serta sistem pencernaan. Semua rumput laut kaya akan
kandungan serat yang dapat mencegah kanker usus besar. Rumput laut juga
membantu pengobatan tukak lambung, radang usus besar, susah buang air
besar, dan gangguan pencernaan lainnya. (Muhammad firdaus, 2019)

Tabel 2.2 Komposisi kimia rumput laut Eucheuma cottonii

Komposisi kandungan
Air (%) 12,90
Protein (%) 5,12
Lemak (%) 0,13
Karbohidrat (%) 13,38
Serat kasar (%) 1,39
Abu (%) 14,21
Mineral Ca (ppm) 52,82
Mineral Fe (ppm) 0,11
Riboflavin (mg/100g) 2,26
Vitamin C ( mg/100g) 4,00
Karagenan (%) 65,75
Sumber : (Muhammad firdaus, 2019)
c. Jenis Rumput Laut

Rumput laut merupakan makro alga yang hidupnya di laut yang tidak
memiliki akar, batang dan daun sejati dan pada umumnya hidup di dasar perairan
dan menempel pada substrat (benda lain). Rumput laut tidak memiliki akar,
batang dan daun yang sesungguhnya (sejati) seperti halnya tanaman tingkat
tinggi dan fungsi-fungsi bagian tanaman tersebut digantikan oleh thallus. Proses
penyerapan nutrisi dan hara di sekitar rumput laut diperankan oleh thallus.
Thallus juga melakukan proses fotosintesis karena keberadaan klorofil atau
pigmen fotosintesis lain di dalamnya. Karena tidak memiliki akar, batang dan
daun seperti umumnya pada tanaman, maka rumput laut digolongkan ke dalam
tumbuhan tingkat rendah (Thallophyta).

Rumput laut dapat digolongkan sebagai tanaman karena memiliki


klorofil (zat hijau daun) atau pigmen fotosintesis lainnya sehingga bisa
berfotosintesis. Bagian-bagian rumput laut secara umum terdiri dari holdfast
yaitu bagian dasar dari rumput laut yang berfungsi untuk menempel pada substrat
dan thallus yaitu bentuk-bentuk pertumbuhan rumput laut yang menyerupai
percabangan. Tidak semua rumput laut bisa diketahui memiliki holdfast atau
tidak. Rumput laut memperoleh atau menyerap makanannya melalui sel-sel yang
terdapat pada thallusnya. Nutrisi terbawa oleh arus air yang menerpa rumput laut
akan diserap sehingga rumput laut bisa tumbuh dan berkembang biak (Lee et al.,
2017).

1. Rumput laut merah


memiliki suatu pigmen yang disebut fikobilin, di mana pigmen ini
dapat terbagi atas fikoeritrin yaitu pigmen yang memberi warna merah dan
fikosianin yang membentuk warna biru. Komposisi kedua pigmen tersebut
dapat bervariasi hingga warna thalli rumput laut tersebut beragam warna
sebagai kombinasi di antaranya. Proporsi warna tersebut terbentuk sebagai
respons difraksi cahaya matahari yang menimpa thallus. Warna-warna yang
terbentuk antara lain: hijau, kuning, cokelat, pirang, merah muda, hingga
merah tua. Rumput laut ini memiliki morfologi silinder dengan ukuran
diameter kecil hingga sedang. Rumput laut merah banyak tumbuh dan di
antaranya sudah dibudidayakan secara luas di perairan Indonesia. Rumput
laut ini di perairan banyak dijumpai di wilayah sekitar daerah intertidal
hingga rataan terumbu dan tumbuhnya berasosiasi dengan rumput laut jenis
lainnya. Reproduksi rumput laut ini dapat berlangsung secara seksual dan
aseksual. Reproduksi karpogonia. aseksualnya adalah dengan spermatia dan
Rumput laut hijau memiliki pigmen utama yaitu klorofil. Pigmen inilah yang
berkontribusi warna pada thallusnya hingga terlihat berwarna hijau. Dalam
fotosintesis, rumput laut ini memanfaatkan beberapa pigmen, di antaranya
adalah klorofil a dan B, B- dan y- karoten, serta xanthofil. Rumput laut hijau
ini memiliki beberapa morfologi, di antaranya berupa silinder, lembaran tipis,
dan benang tebal yang menyerupai rambut. Habitatnva di daerah nasang surut
dan atau di daerah genangan yang dangkal, di samping itu rumput laut ini
dapat hidup di perairan payau yang pancaran sinar mataharinya melimpah.
(Haryatfrehni et al., 2015).
2. Rumput laut cokelat
Rumput laut coklat adalah salah satu rumput laut yang tersusun
atas zat warna atau pigmentasinya berwarna cokelat karena keberadaan
pigmen xantofil. Warna cokelat tersebut dapat terbentuk sebagai gabungan
fucoxanthin, violaxanthin, beta karoten, dan klorofil a dan c yang menutupi
warna klorofil utamanya. Adanya beberapa pigmen tersebut mengakibatkan
rumput laut ini dapat hidup dalam perairan yang intensitas cahaya sinar
mataharinya rendah (Indriatmoko et al., 2015). Rumput laut cokelat ini
mempunyai thallus (tidak ada bagian akar, batang dan daun), terbesar di
antara semua rumput ut ukuran thallus-nya mulai dari mikroskopik sampai
makroskopik (Muhammad firdaus, 2019).
d. Manfaat rumput laut

Rumput Laut menjadi sumber metabolik bioaktif penting dengan aktivitas


antibiotik. Manfaat lain digunakan dalam industri makanan seperti jelly, selai,
pengganti pati, stabilizer seperti makanan kaleng dan bahan gel, industri tekstil,
pembuatan kertas, dan obat-obatan (Gede et al., 2013).
1. Antioksidan
Antioksidan endogenus adalah antioksidan yang dibentuk atau disintesis oleh
tubuh, sementara antioksidan eksogenus adalah antioksidan yang didapat dari
luar tubuh, seperti harus mengonsumsi atau didapatkan dari makanan. Rumput
laut telah lama dikonsumsi di seluruh dunia dan sangat popular bagi
masyarakat Jepang. Masyarakat Jepang sangat suka mengonsumsi rumput laut
di samping cita rasa lezat dan khas yang dimilikinya juga karena kandungan
gizi dan komponen aktif yang ada di dalamnya. Pigmen rumput laut dikenal
sebagai komponen bioaktif rumput laut yang dapat berperan sebagai
penangkal radikal bebas. Adanya bahan aktif ini dalam konsumsi harian
mereka, telah berkontribusi terhadap harapan hidup masyarakatnya. Kita
mengenal di dunia ini bahwa masyarakat Jepang memiliki harapan hidup yang
tergolong panjang (Muhammad firdaus, 2019).
2. Antikanker
Pigmen dalam rumput laut yang dikenal memiliki sifat sebagai pemungut
radikal bebas karena keunikan strukturnya dalam menetralisasi radikal bebas
telah banyak berkontribusi sebagai kandidat antikanker masa depan. Hal ini
perlu diupayakan karena obat sintetik kanker yang ada saat ini di samping
efikasinya tidak memberikan jaminan yang kuat, juga dapat menjadi pemicu
gangguan kesehatan lainnya. Selain itu pigmen rumput laut dapat menurunkan
viabilitas sel kanker, meningkatkan efek sitotoksik pada sel kanker, mencegah
angiogenesis, meningkatkan apoptosis pada beberapa sel kanker, menghambat
proliferasi pertumbuhan sel tumor (Muhammad firdaus, 2019).
3. Antiinflamasi
Inflamasi adalah suatu keadaan sel normal yang merespons terhadap bahan
asing atau radikal bebas yang berinteraksi terhadapnya. Respons ini
merupakan suatu mekanisme awal untuk mengeliminasi atau mencegah
kerusakan sel akibat senyawa-senyawa asing tersebut atau penanda bahwa sel
tersebut selanjutnya mengalami kerusakan atau kematian. Antiinflamasi
adalah senyawa yang dapat meningkatkan respons sel tubuh untuk segera
menghilangkan kerusakan atau kematian sel. Banyak bahan aktif di alam ini
yang berperan dalam meredakan reaksi inflamasi, di antaranya adalah pigmen-
pigmen dalam tanaman. Pigmen-pigmen rumput laut secara in vitro atau in
vivo telah banyak diketahui berperanan dalam menurunkan tingkat keparahan
inflamasi. Pigmen-pigmen rumput laut aksesorisnya terutama fucoxanthin
dapat mencegah atau menghilangkan inflamasi melalui mekanisme penurunan
produksi dan pelepasan sitokin mediator inflamasi, penurunan produksi spesi
oksigen radikal, dan penurunan produksi nitrit oksida dan prostaglandin
(Muhammad firdaus, 2019).
4. Antiangiogenesis
Angiogenesis adalah proses pembentukan pembuluh darah baru dari pembuluh
kapiler dan bila proses ini tidak terkendali akan dapat memicu metastasis
tumor. Antiangiogenesis adalah agen yang yang mencegah terjadinya proses
tersebut. Banyak bahan digunakan dan dikembangkan dalam rangka
pencegahan terjadinya kanker. Bahan sintetik yang digunakan saat ini sudah
banyak, namun efikasinya yang masih menimbulkan efek samping, maka
diperlukan upaya pencarian bahan-bahan alami sebagai antiangiogenesis
pengganti bahan sintetik yang sudah ada, diproduksi dan diperjualbelikan
(Muhammad firdaus, 2019).
5. Antidiabetes
Diabetes mellitus adalah suatu keadaan gangguan metabolik yang dicirikan
kadar glukosa darah tubuh tinggi. Strategi pencegahan dan pengobatannya
adalah mengendalikan kadar glukosa darah. Antidiabetes merupakan bahan-
bahan sintetik atau alami yang digunakan untuk mengendalikan kadar glukosa
darah tubuh tetap normal. Pigmen rumput laut diketahui dapat berperan karena
kemampuannya dalam berinteraksi dengan protein pengatur metabolisme
karbohidrat tubuh, sekresi dan sensitivitas insulin. dan nencegahan aktivitas
enzim α glukosidse (Muhammad firdaus, 2019).
Bagan 2.1 Bagan Alur Penelitian

Mulai

Identifikasi Masalah

Studi Pendahuluan

Tujuan Penelitian

Tahap Persiapan

Perizinan dan
Kordinasi (Lapangan)

Pre-Test + Observasi dan Wawancara

Memberikan pisang ambon daan rumput


laut Pada Ibu Hamil
Sebanyak 250 gram/Hari dimakan
2xsehari Selama 7 Hari

Post-Test Observasi dan Wawancara


Hasil Akhir

Analisis Data Menggunakan Paired


T-Test

Hasil penelitian membandingkan kadar


hb kelompok pisang dan rumput laut

2.2 Kerangka Teori

Anemia (kadar HB
menurun)
Faktor Langsung

 Umur
 Paritas Kandungan pisang
 Jarak Kehamilan ambon Upaya Meningkatkan
 Nutrisi  Kalori Kadar Hb
 Protein
 Lemak
 Karbohidrat
 Kalsium Pemberin Pisang ambon
 Posfor, Zat besi, Vit dan rumput laut
A, B1,C
Faktor Tidak Langsung

 Pendidikan
 Pengetahuan Kadar HB meningkat
 Sikap
 Sosial Ekonomi Kandungan rumput
laut :
Air, protein, lemak,
karbohidrat, serat
kasar, mineral Ca,
mineral Fe,
Riboflavin, vitamin
C, Karagenan

Gambar 2.2 Modifikasi Green (1980), faktor penyebab anemia kehamilan


Ariyani (2016), Gemilang (2013), Muhammad firdaus (2019).
2.3 Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi

hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau

antara variable yang satu dengan variable yang lain dari masalah yang ingin

di teliti. Konsep adalah suatu abstraksi yang dibentuk dengan

generalisasikan suatu pengertian.Oleh sebab itu, konsep tidak dapat diukur

dan diamati secara langsung.Agar dapat diamati dan dapat diukur, maka

konsep tersebut harus di jabarkan kedalam variabel-variabel. Dari variabel

itulah konsep dapat diamatai dan di ukur (Notoatmodjo,2018).

Pada penelitian ini, variabel independen yang akan diteliti adalah

efektivitas pisang ambon dan rumput laut. Sedangkan variabel dependent

yang diteliti adalah anemia pada ibu hamil diwilayah kerja Puskesmas

Banjar kabupaten pandeglang.

Variabel Independen
Variabel Dependen
Pisang Ambon

Peningktan kadar HB
pada ibu hamil
Rumput Laut

Gambar 2.3 Kerangka Konsep


2.4 Hipotesis

Hipotesis (atau ada pula yang menyebutnya dengan istilah hipotesa) dapat diartikan
secara sederhana sebagai dugaan sementara. Jika dimaknai secara bebas, maka
hipotesis berarti pendapat yang kebenarannya masih diragukan. Untuk bisa
memastikan kebenaran dari pendapat tersebut, maka suatu hipotesis harus diuji atau
dibuktikan kebenarannya. Untuk membuktikan kebenaran suatu hipotesis, yakni
melalui percobaan atau penelitian. Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
- Hipotesis Nol (H0)
Menyatakan tidak ada perbedaan sesuatu kejadian antara kedua kelompok.
- Hipotesis Alternatif (Ha)
Menyatakan ada perbedaan sesuatu kejadian antara kedua kelompok.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian quasy experimental dan
desain penelitian yang digunakan adalah Two group pretest-posttest design yaitu
observasi dilakukan dua kali yaitu sebelum eksperimen (01) disebut pretest, dan
sesudah eksperimen (O2) disebut dengan posttest.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kadar Hb pada kelompok

eksperimen yang telah diberikan pisang ambon secara rutin dan rumput laut.

Pretest Perlakuan Post-test


Tabel 3.1 Desain
O₁ Penelitian
X O₂
O3 - O₄

Keterangan :

O1 : Pre-test kelompok eksperimen

O2 : Post-test kelompok eksperimen

O3 : Pre-test kelompok control

O4 : Post-test kelompok control

X : Perlakuan kelompok eksperimen berupa pemberian pisang ambon


dan rumput laut

3.2 Populasi Dan Sampel

3.2.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian yang akan diteliti

(Notoatmodjo, 2012). Populasi pada penelitian ini adalah ibu hamil trimester II

dan trimester III dengan Anemia di Puskesmas Banjar kabupaten Pandeglang.

3.2.2 Sampel
Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari

karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Widya 2014). Dalam menentukan jumlah

sampel, peneliti menggunakan rumus Slovin (Widya 2014), yaitu:

N
n=
1+ N ( d ) ²

Keterangan:

n = Jumlah sampel

d =Penyumpangan terhadap populasi atau derajat ketetapan yang diinginkan

sebesar 0,1

N = Jumlah populasi

Berdasarkan rumus di atas, maka jumlah sampel dalam penelitian dapat dihitung

sebagai berikut :

50
n= 2
1+50( 0,1)
50
n=
1+50 ( 0,01 )
50
n=
1+0,5
50
n=
1,5
n = 33,3
n = 33 ibu hamil.

Berdasarkan perhitungan di atas, maka besar sampel yang diambil dalam penelitian

ini adalah 33 responden.

1. Teknik pengambilan sampel

Metode yang digunakan untuk menentukan sampel adalah dengan metode

Purposive Sampling. Metode ini menggunakan kriteria yang telah dipilih oleh

peneliti. Kriteria pemilihan sampel terbagi menjadi kriteria inklusi dan eksklusi.
a. Kriteria Inklusi Sampel

Kriteria Inklusi adalah kriteri atau ciri-ciri yang harus dipenuhi setiap

masing-masing anggota populasi yang akan dijadikan sampel ( Notoatmodjo,

2018)

1) Seluruh ibu hamil TM I dan III yang mengalami anemia yang berkunjung di

Puskesmas Banjar Kabupaten Pandeglang.

2) Seluruh ibu hamil yang bersedia berpartisipasi dalam penelitian.

b. Kriteria Eksklusi Sampel

Kriteria eksklusi adalah karakteristik umum dari suatu populasi target yang akan

dijakian subjek penelitian (Nursalam, 2003).

1) Ibu hamil yang tidak mengalami anemia


2) Ibu hamil yang mengakami penyakit infeksi talasemia
3) Ibu hamil yang usia kurang dari 20 tahun dan ibu hamil usia
diatas 45 tahun

3.3 Lokasi Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian dan survei untuk mengumpulkan data,

penulis memilih penelitian di Puskesmas Banjar kabupaten pandeglang, Provinsi

Banten.

3.4 Waktu Penelitian

Adapun waktu Penelitian yang diagendakan dalam penelitian ini adalah

selama 1 bulan penelitian yaitu pada bulan Juni 2020 s.d. bulan Juli 2020.

3.5 Variabel Penelitian

Variabel adalah karakteristik subyek penelitian yang berbeda dari satu

subyek dengan subyek lainnya (Sastroasmoro & Ismail, 2008).

Variabel penelitian menurut (Sugiyono, 2013) adalah segala sesuatu suatu

atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai

variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik
kesimpulannya. Penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat.

Variabel bebas adalah objek atau gejala-gejala dalam penelitian yang bebas dan

tidak tergantung dengan hal-hal lain dilambangkan dengan (X) dan variabel

terikat adalah objek atau gejala-gejala yang keberadaannya tergantung atau

terikat dengan hal-hal lain yang mempengaruhi dilambangkan

dengan (Y). berdasarkan judul penelitian, maka terdapat dua variabel yaitu:

3.5.1 Variabel bebas (X) :

Variabel bebas adalah variabel yang nilai-nilainya tidak tergantung pada

variabel lainnya yang berguna untuk meramalkan nilai variabel yang

disimbolkan (X). Adapun variabel bebas dalam penelitian ini adalah pemberian

pisang ambon, pemberian rumput laut.

3.5.2 Variabel terikat (Y) :

Variabel terikat adalah variabel yang nilai-nilainya bergantung pada

variabel lainnya dan variabel yang diterangkan nilainnya dilambangkan dengan

(Y). Adapun variabel terikat dalam penelitian ini adalah kadar hemoglobin pada

ibu hamil trimester I dan III.

Dalam penelitian yang berjudul “Efektivitas Pisang Ambon dan Rumput

Laut terhadap kenaikan kadar hemoglobin Pada Ibu Hamil Trimester I dan III

Di Puskesmas Banjar kabupaten pandeglang tahun 2020” terdapat dua variable

yaitu pemberian pisang ambon (independent variable) atau variabel X1, dan

pemberian rumput laut (independent variable) atau variabel X2, dan anemia

Pada Ibu Hamil Trimester I dan III sebagai variabel terikat (dependent variable)

atau variabel Y.

3.6 Definisi Operasional Penelitian

Berikut tabel 3.1 rancangan operasionalisasi dua variable yaitu

“Efektivitas Pisang ambon dan rumput laut terhadap kenaikan kadar hemoglobin

Pada Ibu Hamil Trimester I dan III Di Puskesmas Banjar kabupaten


PandeglangTahun 2020”.

Tabel 3.3 Definisi Oprasional


No Variabel Definisi Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala
Penelitian Operasional ukur

Variabel Dependen
1 Peningkat Peningkatan Melakukan Pengukuran 1.Anemia Sedang Ordinal
an kadar Kadar Hb Pemeriksaan menggunakan Jika: Hb 7-8gr%
Hb pada pada ibu Hb, Pengisian alat (Easy touch 2.Anemia Ringan
ibu hamil Selama Lembar GCHB), Jika: Hb 9-10gr%
3. Tidak Anemia
Dengan kehamilan Observasi Lembar
Jika: Hb 11 gr%
Anemia Observasi

Variabel Independen
2 1.Pemberian
Pemberian Kegiatan
Kegiatan Memberikan
Memberikan Timbangan
Timbangan -- --
Pisang
Rumputambon
laut pemberian
pemberian Pisang ambon
Agar-agar
Pisang ambon Rumput laut
pada
Agar-agar Sebanyak
Sebanyak
ibu hamillaut
Rumput 250 g/ hari
sebanyk 250
sebanyak
pada 250 g/hari
g/hari, dan
ibu hamil
selama
sebanyak7 hai
250
g/hari, dan
selama 7 hai
3.7 Intrumen penelitian

Intrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk

mengumpulkan data (Notoatmodjo, 2018). Intrumen penelitian ini menggunakan

lembar observasi dan alat ukur Hb, lembar observasi adalah suatu proses yang

kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis.

Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan

(Sugiyono, 2013).

3.8 Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini adalah untuk

mengumpulkan data di peroleh dari data primer yaitu data yang langsung

diperoleh dari subyek penelitian dengan menggunakan alat pengukuran atau alat

pengambilan data secara langsung pada subyek sebagai sumber informasi yang

dicari (Sugiyono,2013). Data primer penelitian ini diperoleh langsung dari

ibu.Kemudian, diperoleh juga dari hasil observasi yang sudah diberikan sebelum

dan sesudah pasien diberikan pisang ambon dan rumput laut dimana observasi

tersebut diisi langsung oleh ibu.

Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh data mengenai variable-

variabel yang diteliti. Data yang dikumpulkan berupa data primer dan

sekunder.Data ini diperoleh melalui tahapan awal yaitu melakukan pendekatan di

Puskesmas Banjar, menjelaskan mengenai prosedur penelitian yang akan

dilakukan. Setelah itu melihat rekam medis pasien yang ada di Puskesmas Banjar

dan menandai buku rekam medis pasien yang termasuk kedalam kriteria dalam

penelitian.

a. Tahap awal peneliti mendatangkan responden untuk menjelaskan tentang

penelitian dan meminta persetujuan untuk menjadi responden, memberikn

informed consent dan menandatangani informed consent.


b. Menjelaskan kepada responden tentang tata cara pengisian lembar observasi

dan memberi kesempatan responden untuk bertanya apabila ada yang kurang

dipahami.

c. Mengukur kadar Hb sebelum diberikan pisang ambon dan rumput laut

d. Peneliti melakukan pemberian pisang ambon dan rumput laut pada ibu,

sebelum diberikan pisang ambon dan rumput laut , ibu diberi penjelasan

mengenai pemberian pisang ambon dan rumput laut untuk meningkatkan

kadar Hb pada ibu dengan anemia. Pisang ambon dan rumput laut diberikan

selama 1 minggu, dimakan 250 gram sehari.

e. Post-test dilakukan setelah 1 minggu setelah diberikan pisang ambon dan


rumput laut pada ibu.

3.9 Pengolaan Data

Pengolahan data dilakukan secara manual dengan cara-cara sebagai

berikut:

3.9.1 Editing

Adalah suatu tahap dimana data yang dikumpulkan diperiksa

kelengkapannya, disusun urutannya serta dilihat apakah ada kesalahan

dalam pengisian dan bagaimana konsistensi jawabannya.

3.9.2 Coding

Tahap selanjutnya setelah editting adalah coding yaitu

melaksanakan pengkodean sesuai dengan alternative jawaban ada untuk

mempermudah entry data.

3.9.3 Entrying

Setelah setelah tahapan coding maka data yang telah terkumpul

diberi kode dimasukan kedalam computer

3.9.4 Cleaning

Setelah data dimasukan kedalam master tabel. Data yang tidak

diperlukan dibuang. Setelah data masuk selanjutnya dilakukan


pengecekan apakah data yang dimasukan sudah benar atau tidak dengan

cara melihat variasi dalam bentuk distribusi frekuensi.

3.10 Validitas dan Reliabilitas

3.11 Analisis Data

Langkah terakhir dari suatu penelitian adalah melakukan analisis

data.Analisis data dilakukan dengan manual atau dengan computer (Notoatmodjo,

2018).

3.11.1 Analisis Univariat

Tujuan analisis univariat dari penelitian ini adalah menjelaskan masing-

masing variabel baik variabel bebas, yaitu pemberian pisang ambon dan rumput

laut , maupun variabel terikat anemia pada ibu hamil. Kemudian untuk

mengetahui karakterisktik responden berdasarkan umur, paritas, usia kehamilan,

pekerjaan, kadar Hb sebelum diberikan pisang ambon dan rumput laut .

3.11.2 Analisis Bivariat

Penganalisisan data secara bivariat, pengujian data dilakukan dengan

menggunakan uji statistik yaitu uji t-dependent, yakni responden diukur dua

kali/diteliti dua kali atau sering disebut pre-test dan post-test. Taraf signifikan

95% (α = 0,05). Pedoman dalam menerima hipotesis : apabila Pvalue < 0,05 maka

Ho ditolak, apabila Pvalue > 0,05 maka Ho gagal ditolak. Kemudian data yang

didapat disajikan dalam bentuk tabel (Sutanto, 2006). Penelitian ini menggunakan

Paired T-Test.

3.12 Etika Penelitian

Etika penelitian mencakup perilaku penelitian atau perlakuan penelitian

terhadap subjek serta sesuatu yang dihasilkan penelitian bagi masyarakat,

sebagai berikut :

a. Beneficence, penelitian menyakitkan responden bahwa penelitian ini bebas

dari bahaya, dan tidak menimbulkan resiko.

b. Mal-efficence, penelitian menjamin bahwa penelitian ini tidak menimbulkan

bahaya pada responden dan responden terlindung dari setiap resiko.


c. Respect for human dignity, responden berhak untuk menentukan dirinya

sendiri dan mendapatkan informasi lengkap diantaranya mengenai tujuan,

cara penelitian, cara penelitian, manfaat penelitian, dan hal-hal lain yang

berkaitan dengan penelitian.

d. Justice, setiap responden berhak mendapatkan perlakuan adil dan jaga

privasinya.

e. Informed consent, lembar persetujuan yang duberikan kepada responden.

Resonden harus memnuhi kriteria yang ditentukan. Lembar informedconsent

harus dilengkapi dengan judul penelitian dan manfaat penelitian. Bila

responden menolak maka penelitian tidak boleh memaksa dan menghormati

hak-haknya.

f. Anonymity, penelitian tidak mencantumkan nama responden pada lembar

pernyataan untuk menjaga kerahasiaan responden.

g. Confidentiality, keberhasilan informasi responden dijamin oleh peneliti dan

hanya kelompok data tertentu yang dilaporkan sebagai penelitian

(Notoatmodjo, 2018).

Anda mungkin juga menyukai