Anda di halaman 1dari 41

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan di seluruh dunia terutama negara
berkembang yang diperkirakan 30% penduduk dunia menderita anemia. Anemia
banyak terjadi pada masyarakat terutama pada remaja dan ibu hamil. Anemia pada
remaja putri sampai saat ini masih cukup tinggi. Anemia pada ibu hamil sangat terkait
dengan mortalitas dan morbiditas pada ibu dan bayi, karena wanita hamil rentan
mengalami anemia seiring meningkatnya kebutuhan zat besi dan nutrisi tubuh pada
kehamilan serta Anemia akan menimbulkan kondisi dengan rasa lelah, lemas, pusing,
dan pucat.
Menurut WHO 2020 prevalensi anemia pada ibu hamil di seluruh dunia telah
mengalami penurunan sebanyak 4,5% selama 19 tahun terakhir, dari tahun 2000
sampai dengan tahun 2019, sedangkan di Indonesia pada tahun 2019 angka kejadian
anemia pada ibu hamil meningkat 44,2% dari tahun 2015 sebesar 42,1%. Berdasarkan
Hasil Riskesdas 2018 menunjukan bahwa di Indonesia sebesar 48,9% ibu hamil
mengalami anemia. Sebanyak 84,6% anemia pada ibu hamil terjadi pada kelompok
umur 15-24 tahun (Kementerian Kesehatan RI, 2018).
Penyebab utama anemia dikategorikan rendah kekurangan atau produksi sel darah
merah yang abnormal pemecahan sel darah merah yang berlebihan dan hilangnya sel
darah merah secara berlebihan. Penyebab yang berkaitan dengan kurangnya gizi
dihubungkan pada asupan makanan , kualitas makanan, sanitasi dan prilaku kesehatan,
kondisi lingkungan sekitar, akses kepada pelayanan kesehatan dan kemiskinan.
Anemia dapat menimbulkan beberapa komplikasi seperti aritmia, gagal jantung, dan
hipertensi pulmonal. Selain itu penderita anemia juga rentan mengalami infeksi .
Anemia merupakan kormobid (penyakit atau kondisi yang muncul bersamaan pada
seseorang) yang sering muncul pada penderita gagal jantung (Anitasari, 2021).
Menurut penelitian Mariana et al., (2018), sebagian ibu hamil memiliki pola makan
yang tidak sehat. Hal ini terlihat dari segi pengaturan jumlah dan jenis makanan yang
belum sesuai dengan gizi seimbang ibu hamil, ibu tidak sarapan pagi, makanan
seadanya, makan terlalu sedikit, makan yang mengandung protein hanya sedikit tidak
sesuai kebutuhan gizi seimbang, terlalu banyak gula dan minyak, tidak pernah makan
makanan cemilan, dan terlalu sering mengkonsumsi makanan yang cepat saji. Selain
itu, ada faktor lain yang mempengaruhi pola makan tidak sehat pada ibu hamil,

37
diantaranya yaitu tingkat pendidikan sehingga pengetahuan ibu kurang akan pola
makan sehat bagi ibu hamil, status ekonomi yang tidak mampu untuk memenuhi
kebutuhan, ibu mengalami mual muntah yang menyebabkan ibu tidak mau makan, dan
lingkungan.
Status kesehatan ibu dicerminkan dari Angka Kematian Ibu (AKI) terutama resiko
kematian saat hamil, melahirkan dan masa nifas akibat komplikasi kehamilan. Salah
satu status kesehatan yang mempengaruhi AKI adalah kejadian anemia pada ibu hamil.
Anemia dalam kehamilan merupakan salah satu masalah nasional karena
mencerminkan nilai kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat dan pengaruhnya sangat
besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Anemia pada ibu hamil disebut
“potential danger to mother and child” (potensi membahayakan bagi ibu dan anak),
karena dapat meningkatkan prevalensi kematian dan kesakitan ibu serta bayinya
(BAPPENAS, 2019).
Menurut Anitasari (2021) Peran perawat dalam menjalanan asuhan keperawatan
keluarga dengan diharapkan bisa memberikan tindakan, motivasi, serta mendukung ibu
hamil untuk menunjang kesehatan yang lebih baik lagi. Seorang perawat dalam
menjalankan asuhan keperawatannya peran ini dapat mengajarkan kepada ibu hamil
tentang kesehatan dan penyakit. konsumsi buah dan sayur masyarakat Indonesia masih
dibawah jumlah yang dianjurkan. Protein merupakan komponen gizi yang sangat
penting dan berperan dalam penyerapan zat besi seperti halnya vitamin C. Kurangnya
asupan protein dapat mengakibatkan terhambatnya proses penyerapan hemoglobin
dalam tubuh sehingga menimbulkan kekurangan zat besi.
Hemoglobin (Hb) adalah protein pembawa oksigen di dalam sel darah merah, yang
memberi warna merah pada sel darah merah. Hemoglobin menurut Wikipedia (2011)
adalah metalprotein pengangkut oksigen yang mengandung besi dalam sel merah
dalam darah mamalia dan hewan lainnya. Molekul hemoglobin terdiri dari globin,
apoprotein dan empat gugus heme, suatu molekul organik dengan satu atom besi.
Pemeriksaan dan pengawasan hemoglobin dapat dilakukan dengan menggunakan alat
sahli. Pemeriksaan darah dilakukan minimal dua kali selama kehamilan, yaitu pada
trimester I dan trimester III.
Kadar Hb ialah ukuran pigmen respiratorik dalam butiran-butiran darah merah,
jumlah Hb dalam darah normal adalah kira-kira 15gram setiap 100 ml darah dan
jumlah ini biasanya disebut 100 persen. WHO telah menetapkan batas kadar Hb
normal berdasarkan umur dan jenis kelamin, anak 6 bulan sampai 6 tahun batas nilai
Hb 11,0 gr, anak 6 tahun sampai 14 tahun batas nilai Hb 12,0 gr, pria dewasa batas

37
nilai Hb 13,0 gr, ibu hamil batas nilai Hb 11,0 gr, wanita dewasa batas nilai Hb 12,0 gr
(WHO dalam Arisman,2010). Maka dapat dikatakan bahwa Hb ibu hamil yang rendah
atau kurang dari 11 gr masuk dalam kategori anemia dan kadar Hb pada remaja
normalnya 12,0 gr.
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin dibawah
11gr% pada trimester I dan III atau kadar hemoglobin kurang dari 10,5 gr% pada
trimester II. Anemia pada ibu hamil dapat meningkatkan risiko kelahiran prematur,
perdarahan antepartum, perdarahan postpartum yang menyebabkan kematian ibu dan
anak, serta penyakit infeksi. Ibu hamil yang mengalami anemia 55,6% melahirkan bayi
berat lahir rendah (BBLR).
Menurut Padila et al., (2018) bayi preterm umumnya memiliki pengetahuan yang
sama. Rerata para ibu menyampaikan bahwa berat badan bayi preterm adalah kurang
normal dan kecil atau dibawah 2500 gram. Preterm ataupun BBLR seringkali sejalan
dengan bayi prematur yaitu kurang dari 2500 gram.
Menurut penelitian (Sjahriani & Faridah, 2019), faktor yang menyebabkan
terjadinya anemia dalam kehamilan yaitu usia ibu, jarak kehamilan, usia kehamilan
dan tingkat pengetahuan. Sedangkan menurut (Purwandari et al., 2019), faktor yang
menyebabkan terjadinya anemia dalam kehamilan adalah paritas, kunjungan ANC dan
kepatuhan mengkonsumsi tablet besi. Menurut (Fitarina, 2018) faktor yang
menyebabkan terjadinya anemia dalam kehamilan adalah asupan makanan, pendidikan
dan pendapatan.
Menurut Sjahriani & Faridah, (2019) Kejadian anemia dalam kehamilan dapat
membawa dampak negatif terhadap ibu seperti perdarahan postpartum dan infeksi.
Sedangkan dampak negatif terhadap janin adalah Intra Uterine Growth Retardation
(IUGR), Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR), lahir prematur serta abortus.
Pencegahan anemia defisiensi besi bisa dapat di lakukan dengan cara
mengkonsumsi tablet tambah darah (Fe) dan dengan mengkonsumsi sumber bahan
makanan yang menunjang penyerapan zat besi. Salah satunya yaitu sayur dan buah,
karena sayur dan buah mengandung vitamin (C, A, B6, tiamin, niacin, E) dan mineral
yang dapat mencegah anemia defisiensi besi.
Salah satu zat yang sangat membantu penyerapan zat besi adalah vitamin C (asam
askorbat). Asam akan mereduksi ion feri menjadi fero dan menghambat terbentuknya
kompleks Fe dengan makanan yang tidak larut. Vitamin C dapat meningkatkan
penyerapan besi non heme sebesar empat kali lipat dan dengan jumlah 200 mg akan

37
meningkatkan absorpsi besi sedikitnya 30% 9. Buah jambu biji merah mengandung
asam askorbat 2 kali lipat dari jeruk yaitu sekitar 87 mg/100gram jambu biji merah.
Menurut (Paniandy, et al., 2019) Jambu Biji Merah (Psidium guajava L.)
merupakan buah yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan fungsional karena
memiliki fungsi untuk kesehatan. Sifat fungsional yang dimiliki jambu biji merah
disebabkan oleh terdapatnya vitamin C yang cukup tinggi. Dalam buah jambu biji
merah terdapat zat kimia lain yang dapat mempengaruhi aktivitas antioksidan, seperti
senyawa flavanoid, kombinasi saponin dengan asam oleanolat, guaijavarin dan
quercetin. Buah jambu biji merah kaya akan karbohidrat, vitamin C, serta merupakan
sumber zat besi yang baik dan sumber kalsium, fosfor dan vitamin A.
Tanaman jambu biji merah banyak ditemukan di wilayah pemukiman warga,
sehingga hal tersebut menjadi salah satu alasan pemilihan bahan menjadi produk untuk
intervensi. Selain itu, kandungan zat gizi pada 100 gram buah jambu biji merah
mengandung Energi 49 kal, Protein 0,9 gram, Lemak 0,3 gram, Karbohidrat 12,2
gram, Kalsium 14 mg, Fosfor 28 mg, Besi 1,1 mg, Vitamin A 25 SI, Vitamin B1 0,05
mg serat 5,6 gr dan Air 86 gram. Selain kandungan gizi, jambu biji juga mengandung
zat fitokimia, salah satunya yaitu tanin. Tanin dapat menghambat penyerapan zat besi
di dalam tubuh, oleh karena itu pemilihan produk ini menggunakan jus jambu biji
merah matang karena kandungan tanin yang didalam buah jambu biji matang lebih
rendah dibandingkan dengan buah jambu biji yang tidak terlalu matang dan kandungan
vitamin C jambu biji mencapai puncaknya menjelang matang.
Kebutuhan akan vitamin C seorang ibu hamil meningkat dari ibu yang tidak hamil,
dimana seorang ibu hamil membutuhkan 85 mg vitamin C per hari. Sehingga untuk
menunjang peningkatan kadar hemoglobin pada ibu hamil diperlukan bahan makanan
yang mengandung zat besi dan vitamin C, bahan makanan tersebut dapat menjadi
alternatif pendamping bagi ibu hamil untuk mengkonsumsi tablet Fe yang diberikan
pemerintah.
Menurut pendapat pendapat Fathimah dkk (2019) yang menyatakan bahwa
konsumsi buah jambu biji merah sebagai sumber vitamin C dapat membantu
meningkatkan penyerapan zat besi, akan tetapi jika asupan vitamin C rendah, dapat
memberikan implikasi terhadap kadar hemoglobin ibu hamil. Kandungan vitamin C
yang tinggi pada jambu biji merah dapat dimanfaatkan oleh ibu hamil untuk
pembentukan sel darah merah, karena menurut Departemen Gizi dan Kesehatan
Masyarakat (2018) selama kehamilan, konsentrasi vitamin C dalam darah turun
akibatnya terjadi hemodilusi sel darah merah.

37
Peran perawat dalam melakukan pelayanan kesehatan ialah, dalam upaya promotif
perawat berperan membimbing kegiatan penyuluhan serta kelas untuk ibu hamil yang
mengalami anemia. Upaya preventif yaitu upaya memberikan dukungan serta
memberikan inspirasi masyarakat dalam mengkonsumsi makanan yang banyak
mengandung zat besi, serta upaya kuratif yaitu upaya pendampingan serta memberikan
fasilitasi terhadap ibu hamil yang mengalami anemia untuk dapat meningkatkan status
gizi. Perawat juga berperan dalam memberikan asuhan keperawatan dengan
memberikan tindakan pendampingan dan juga membantu klien dalam meningkatkan
juga memperbaiki kualitas kesehatan diri melalui proses keperawatan serta pemberian
asuhan keperawatan yang mencakup aspek biopsikososial dan spiritual klien. Perawat
juga berperan sebagai komunikator, interaksi atau komunikasi yang efektif antar
tenaga kesehatan dengan ibu hamil adalah hal yang penting dalam membantu
keberhasilan serta penyelesaian masalah kesehatan. Komunikasi yang menarik serta
efektif dapat mengurangi pertanyaan dan dapat meningkatkan konsistensi dari klien
(Fourianalistyawati, 2018)
Berdasarkan dari permasalahan ini, penulis tertarik untuk meneliti “Pengaruh Jus
Jambu Biji Merah (Psidium Guajava) untuk Meningkatkan Kadar Hemoglobin pada
Ibu Hamil Dengan Anemia di Puskesmas Kuranji Padang”.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka masalah penelitian dapat dirumuskan
sebagai berikut, “Pengaruh Jus Jambu Biji Merah (Psidium Guajava) untuk
Meningkatkan Kadar Hemoglobin pada Ibu Hamil Dengan Anemia di Puskesmas
Kuranji Padang?”
1.3. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Pengaruh Jus Jambu Biji Merah (Psidium Guajava) untuk
Meningkatkan Kadar Hemoglobin pada Ibu Hamil Dengan Anemia di Puskesmas
Kuranji Padang
2. Tujuan Khusus
a. Diketahui distribusi pengaruh jus jambu biji merah (psidium guajava) untuk
meningkatkan kadar hemoglobin pada ibu hamil dengan anemia di puskesmas
kuranji padang
b. Diketahui distribusi frekuensi gaya hidup ibu hamil dengan anemia di
puskesmas kuranji padang

37
c. Diketahui distribusi sosial ekonomi pada ibu hamil dengan anemia di
puskesmas kuranji padang
d. Diketahui distribusi frekuensi suasana lingkungan keluarga pada pasien ibu
hamil
dengan anemia di di puskesmas kuranji padang

1.4. Manfaat Penelitian


1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat menjadi referensi atau masukan
bagi perkembangan ilmu keperawatan medical bedah dan memberikan sumbangan
pemikiran dalam memperkaya wawasan terhadap pentingnya Jus Jambu Biji
Merah (Psidium Guajava) Untuk Meningkatkan Kadar Hemoglobin Pada Ibu
Hamil Dengan Anemia Di Rsia Mutiara Bunda Padang
2. Manfaat Praktisi
a. Bagi Pasien dan Keluarga
Agar pasien dapat mengetahui bagaimana pengaruh keefektifan jus jambu biji
merah (psidium guajava) untuk meningkatkan kadar hemoglobin pada ibu
hamil
b. Bagi Peneliti
Melalui penelitian ini peneliti dapat mengaplikasikan ilmu pegetahuan yang
didapat selama pembelajaran khususnya tentang pengaruh jus jambu biji merah
(psidium guajava) untuk meningkatkan kadar hemoglobin pada ibu hamil
dengan anemia di puskesmas kuranji padang
c. Bagi Institusi Pendidikan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmiah bagi mahasiswa
dan institusi pendidikan keperawatan masyarakat STIkes Mercubaktijaya
Padang.
d. Bagi Tempat Penelitian
Sebagai masukan bagi puskesmas untuk memberi semangat agar individu lebih
menjaga kualitas hidupnya dengan baik dan ingin sembuh melalui rutin ke
puskesmas
e. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data untuk penelitian selanjutnya
yang berkaitan dengan pengaruh jus jambu biji merah (psidium guajava) untuk

37
meningkatkan kadar hemoglobin pada ibu hamil dengan anemia di puskesmas
kuranji padang

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Ibu Hamil


A. Pengertian
Ibu hamil adalah seorang wanita yang sedang mengandung yang dimulai
dari konsepsi sampai lahirnya janin. Kehamilan adalah waktu transisi, yaitu
masa antara kehidupan sebelum memiliki anak yang sekarang berada dalam
kandungan dan kehidupan nanti setelah anak itu lahir (Ratnawati, 2020)
Kehamilan merupakan penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan
dilanjutkan dengan nidasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya
bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 9 bulan
menurut kalender internasional. Maka, dapat disimpulkan bahwa kehamilan
merupakan bertemunya sel telur dan sperma di dalam atau diluar Rahim dan
berakhir dengan keluarnya bayi dan plasenta melalui jalan lahir (Yulaikhah,
2019).
B. Tanda dan Gejala Kehamilan
Menurut Sutanto & Fitriana, 2019 Tanda dan Gejala Kehamilan
diklasifikasikan menjadi tiga bagian yaitu :
1. Tanda dan gejala kehamilan pasti
a. Ibu merasakan gerakan kuat bayi di dalam perutnya. Sebagian besar ibu
mulai merasakan tendangan bayi pada usia kehamilan lima bulan.
b. Bayi dapat dirasakan di dalam rahim. Semenjak umur kehamilan 6 atau
7 bulan.
c. Denyut jantung bayi dapat terdengar. Saat usia kehamilan menginjak
bulan ke- 5 atau ke-6 denyut jantung bayi terkadang dapat didengar

37
menggunakan instrument yang dibuat untuk mendengarkan, seperti
stetoskop atau fetoskop.
d. Tes kehamilan medis menunjukkan bahwa ibu hamil. Tes ini dilakukan
dengan perangkat tes kehamilan di rumah atau di laboratorium dengan
urine atau darah ibu.
2. Tanda dan gejala kehamilan tidak pasti
a. Ibu tidak menstruasi
Hal ini seringkali menjadi pertama kehamilan. Jika ini terjadi, ada
kemungkinan ibu hamil, tanda sebab berhentinya haid adalah pertanda
dibuahinya sel telur oleh sperma. Kemungkinan penyebab tanda lain
adalah gizi buruk, masalah emosi, atau menopause (berhenti haid).
b. Mual atau ingin muntah
Banyak ibu hamil yang merasakan mual di pagi hari (morning
sickness), namun ada beberapa ibu yang mual sepanjang hari.
Kemungkinan penyebab lain dari mual adalah penyakit atau parsit.
c. Payudara menjadi peka
Payudara lebih lunak, sensitive, gatal dan berdenyut seperti
kesemutan dan jika disentuh terasa nyeri. Hal ini menunjukkan
peningkatan produksi hormone esterogen dan progesterone.
d. Ada bercak darah dan keram perut
Adanya bercak darah dank ram perut disebabkan oleh implantasi
atau menempelnya embrio ke dinding ovulasi atau lepasnya sel telur
matang dari rahim. Hal ini merupakan keadaan yang normal.
e. Ibu merasa letih dan mengantuk sepanjang hari
Rasa letih dan mengantuk umum dirasakan pada 3 atau 4 bulan
pertama kehamilan. Hal ini diakibatkan oleh perubahan hormone dan
kerja ginjal, jantung serta paru-paru yang semakin keras untuk ibu dan
janin. Kemungkinan penyebab lain tanda ini adalah anemia, gizi buruk,
masalah emosi dan terlalu banyak bekerja.
f. Sakit kepala
` Sakit kepala terjadi karena lelah, mual, dan tegang serta depresi
yang disebabkan oleh perubahan hormone tubuh saat hamil.
Meningkatnya pasokan darah ke tubuh juga membuat ibu hamil pusing
setiap ganti posisi.
g. Ibu sering berkemih

37
Tanda ini terjadi pada 3 bulan pertama dan 1 hingga 2 bulan terakhir
kehamilan. Kemungkinan penyebab lain tanda ini adalah stress, infeksi,
diabetes, ataupun infeksi saluran kemih.
h. Sambelit
Sambelit dapat disebabkan oleh meningkatnya hormone
progesterone. Selain mengendurkan otot Rahim, hormone itu juga
mengendurkan otot dinding usus, sehingga memperlambat gerakan usus
agar penyerapan nutrisi janin lebih sempurna.
i. Sering meludah
Sering meludah atau hipersalivasi disebabkan oleh perubahan kadar
esterogen.
j. Temperature basal tubuh naik
Temperature basal adalah suhu yang diambil dari mulut saat bangun
pagi. Temperature ini sedikit meningkat setelah ovulasi dan akan turun
ketika mengalami haid.
k. Ngidam
Tidak suka atau tidak ingin makanan tertentu merupakan ciri khas ibu
hamil. Penyebabnya adalah perubahan hormone.
l. Perut ibu membesar
Setelah 3 atau 4 bulan kehamilan biasanya perut ibu tampak cukup
besar sehingga terlihat dari luar. Kemungkinan penyebab lain tanda ini
adalah ibu mengalami kanker atau pertumbuhan lain di dalam tubuhnya
3. Tanda dan gejala kehamilan palsu
Pseudocyesis (kehamilan palsu) merupakan keyakinan dimana
seorang wanita merasakan dirinya sedang hamil namun sebenarnya ia tidak
hamil. Wanita yang mengalami pseudocyesis akan merasakan sebagian
besar atau bahkan semua tanda- tanda dan gejala kehamilan. Meskipun
penyebab pastinya masih belum diketahui, dokter menduga bahwa faktor
psikologislah yang mungkin menjadi penyebab tubuh untuk “berpikir
bahwa ia hamil”. Tanda-tanda kehamilan palsu menurut (Sutanto &
Fitriana, 2019) yaitu :
a. Gangguan menstruasi
b. Perut bertumbuh
c. Payudara membesar dan mengencang, perubahan pada putting dan
mungkin produksi ASI

37
d. Merasakan pergerakan janin
e. Mual dan muntah
f. Kenaikan berat badan.
C. Perubahan Anatomis dan Fisiologis Kehamilan
Menurut Sutanto & Fitriana, (2019) perubahan anatomis dan fisiologis
kehamilan yaitu:
1. Uterus
Uterus mengalami peningkatan ukuran dan perubahan bentuk. Pada
saat kehamilan uterus akan membesar pada bulan pertama karena pengaruh
dari hormone esterogen dan progesterone yang kadarnya meningkat. Pada
wanita hamil berat uterus 1000 gram dengan panjang kurang lebih 2,5 cm.
2. Decidua
Decidua merupakan sebutan yang diberikan kepada endometrium
pada kehamilan. Progesterone dan estrogen pada awalnya diproduksi oleh
korpus luteum yang menyebabkan decidua menjadi lebih tebal , lebih
vaskuer dan lebih kaya di fundus.
3. Myometrium
Hormon estrogen sangat berperan dalam pertumbuhan otot di dalam
uterus. Pada usia kehamilan 8 minggu, uterus akan mulai menghasilkan
gelombang kecil dari kontraksi yang dikenal dengan kontraksi Braxton
Hicks.
4. Serviks
Serviks mengalami pelunakan dan sianosis. Kelenjar pada serviks
mengalami proliferasi. Segera setelah terjadi konsepsi, mucus yang kental
akan diproduksi dan menutup kanalis servikal.
5. Vagina dan perineum
Adanya hipervaskularisasi pada saat kehamilan mengakibatkan
vagina dan vulva tampak lebih merah dan agak kebiruan (livide). Tanda ini
disebut tanda Chadwick.
6. Ovarium
Pada awal kehamilan masih terdapat korpus luteum graviditas kira –
kira berdiameter 3 cm. kemudian, ia mengecil setelah plasenta terbentuk.
7. Payudara (Breast)

37
Payudara akan membesar dan tegang akibat stimulasi hormone
somatomammotropin, estrogen, dan progesterone tetapi belum
mengeluarkan air susu.
8. Kulit
Pada kulit terdapat deposit pigmen dan hiperpigmentasi alat – alat
tertentu. Pigmentasi terjadi karena pengaruh melanophore stimulating
hormone (MSH) yang meningkat. MSH ini adalah salah satu hormon yang
juga dikeluarkan oleh lobus anterior hipifisis. Kadang – kadang terdapat
deposit pigmen pada pipi, dahi dan hidung, yang dikenal dengan kloasma
gravidarum.
D. Macam-Macam Tanda Bahaya Selama Kehamilan
1. Preeklamsia
Preeklamsia merupakan tekanan darah tinggi disertai dengan
proteinuria (protein dalam air kemih) atau edema (penimbunan cairan) yang
terjadi pada kehamilan 20 minggu sampai akhir minggu pertama setelah
persalinan. Klasifikasi preeklamsia ada dua yaitu :
a. Preeklamsia ringan
Preeklamsia terjadi jika terdapat tanda-tanda berikut :
a) Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi
berbaring terlentang atau kenaikan diastolic 15 mmHg atau
kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih.
b) Edema umum,kaki, jari, tangan, dan muka atau kenaikan berat
badan 1 kg atau lebih per minggu.
c) Proteinuria memiliki berat 0,3 gram atau per liter, kualitatif 1+ atau
2 + pada urin kateter atau midstream.
b. Preeklamsia berat
Menurut Ratnawati, (2020) Preeklamsia berat ditandai sebagai berikut :
a) Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih
b) Proteinuria 5 gram atau lebih per liter
c) Oliguria yaitu jumlah urine kurang dari 500 cc per 24 jam
d) Adanya gangguan serebral, gangguan visus dan rasa nyeri pada
epigastrium
e) Terdapat edema paru dan sianosis
2. Perdarahan pervaginan

37
Perdarahan pravaginam dalam kehamilan cukup normal. Pada masa
awal kehamilan, ibu mungkin akan mengalami perdarahan atau spotting.
Perdarahan tidak normal yang terjadi pada awal kehamilan (perdarahan
merah, banyak atau perdarahan dengan nyeri), kemungkinan abortus, mola
atau kehamilan ektopik. Ciri-ciri perdarahan tidak normal pada kehamilan
lanjut (perdarahan merah, banyak, kadang – kadang, tidak selalu, disertai
rasa nyeri) bisa berarti plasenta previa atau solusio plasenta.
3. Sakit kepala yang hebat, menetap yang tidak hilang.
Sakit kepala hebat dan tidak hilang dengan istirahat adalah gejala
pre eklamsia dan jika tidak diatasi dapat menyebabkan kejang bahkan
stroke.
4. Perubahan visual secara tiba – tiba (pandangan kabur)
Pemandangan menjadi kabur atau berbayang dapat disebabkan oleh
sakit kepala yang hebat, sehingga terjadi odema pada otak dan
meningkatkan resistensi otak yang dapat mempengaruhi sistem saraf pusat.
Perubahan penglihatan atau pandangan kabur dapat menjadi tanda dari
preeklamsia.
5. Nyeri abdomen yang hebat
Nyeri abdomen yang dirasakan oleh ibu hamil bila tidak ada
hubungannya dengan persalinan adalah tidak normal. Nyeri yang dikatakan
tidak normal apabila ibu merasakan nyeri yang hebat, menetap dan tidak
hilang setelah beristirahat, hal ini kemungkinan karena appendisitis,
kehamilan ektopik, abortus, penyakit radang panggul, gastritis.
6. Bengkak pada wajah atau tangan.
Hampir setiap ibu hamil mengalami bengkak normal pada kaki yang
biasanya muncul pada sore hari dan biasanya hilang setelah beristirahat
atau meninggikan kaki. Hal tersebut menunjukkan tanda bahaya apabila
muncul bengkak pada wajah dan tangan dan tidak hilang setelah
beristirahat dan disertai keluhan fisik lain. Hal ini dapat merupakan tanda
anemia, gagal jantung atau preeklamsia.
7. Bayi bergerak kurang dari seperti biasanya
Pada ibu yang sedang hamil ibu akan merasakan gerakan janin yang
berada di kandungannya pada bulan ke 5 atau sebagian ibu akan merasakan
gerakan janin lebih awal. Bayi harus bergerak paling sedikit 3 x dalam
periode 3 jam. Gerakan bayi akan lebih mudah terasa jika ibu berbaring

37
atau beristirahat dan jika ibu makan dan minum dengan baik. (Sutanto &
Fitriana, 2019).
2.2. Konsep Hemoglobin
A. Pengertian
Hemoglobin merupakan protein yang kaya akan zat besi yang memiliki
afinitas atau daya gabung terhadap O2 (oksigen), oksigen itu sendiri akan
membentuk oxihemoglobin di dalam sel darah merah. Karena fungsi ini maka
O2 (oksigen) akan di bawa dari paru-paru ke jaringan tubuh. Hemoglobin
merupakan protein yang sangat membantu di dalam darah. Berada di dalam
eritrosit yang bertugas untuk mengangkut oksigen di dalam tubuh. Hemoglobin
terdiri dari kandungan Fe (besi) dan rantai alfa, beta, gama dan delta
(polipeptida globin ). Nama hemoglobin yaitu berasal dari gabungan kata heme
dan globin. Yaitu heme adalah gugus prostetik yang terdiri dari atom besi,
sedangkan globin adalah protein yang dipecah menjadi asam amino. Jika dalam
keadaan tubuh hb mengalami penurunan, maka kondisi dalam tubuh sangat
beresiko untuk terjadi anemia karena kadar hemoglobin menurun (Kiswari,
2019).
Penurunan hemoglobin dapat terjadi pada anemia (terutama anemia
defisiensi zat besi), perdarahan, peningkatan asupan cairan, dan kehamilan. 10
Eritropoetin ginjal akan meningkatkan jumlah sel darah merah sebanyak 20-
30% tetapi tidak sebanding dengan peningkatan volume plasma sehingga akan
mengakibatkan penurunan konsentrasi hemoglobin dari 15,0 g/dL menjadi 12,5
g/dL, dan pada 6% perempuan bisa mencapai di bawah 11,0 g/dL. Penurunan
hb dalam tubuh juga banyak di sebabkan oleh aktivitas tubuh, pola makan dan
jenis kelamin. Kurangnya istirahat dan sering bergadang juga membuat kadar
hemoglobin dalam tubuh menjadi turun dan menyebabkan anemia. Jika ini
sering terjadi maka tubuh tidak bisa stabil dengan baik
B. Manfaat Hemoglobin

Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia fungsi Hb antara lain :


1. Mengatur pertukaran oksigen dengan karbondioksida di dalam jaringan-
jaringan tubuh.
2. Mengambil oksigen dari paru – paru kemudian di bawah ke seluruh
jaringan – jaringan tubuh untuk dipakai sebagai bahan bakar.
3. Membawa karbondioksida dari jaringan-jaringan tubuh sebagai hasil
metabolisme ke paru-paru untuk di buang, untuk mengetauhi apakah
37
seseorang itu kekurangan darah atau tidak, dapat diketauhi dengan
pengukuran hb. Penurunan kadar Hb dari normal berarti kekurangan darah
yang disebut anemia.
C. Kadar Hemoglobin
Jumlah hemoglobin (Hb) dalam darah normal adalah kira-kira 15 gram setiap
100 ml darah dan jumlah ini biasanya 100 persen. Batas normal nilai dalam
hemoglobin seseorang sukar ditentukan karena kadar hemoglobin bervariasi
diantara setiap suku bangsa, dari usia, pola makan, aktivitas sehari-hari bisa
mempengaruhi kadar hemoglobin dalam darah.WHO telah menetapkan batas
kadar hemoglobin normal berdasarkan umur dan jenis kelamin (Nurdiana
dalam Fadlilah 2019).

Tabel 2. 1 Batas Normal Kadar Hemoglobin setiap kelompok


Kelompok Umur Batas Nilai Hemoglobin (gr/dl)
Anak 6 bulan - 6 tahun 11,0
Anak 6 tahun - 14 tahun 12,0
Pria dewasa 13,0
Wanita dewasa 12,0
Ibu hamil 11,0

37
D. Struktur Hemoglobin

Gambar 2.1 : Struktur Kimia Hemoglobin


( Sumber : Sherwood dalam Hasanan, 2019)

Molekul hemoglobin terdiri dari globin, apoprotein, dan empat gugus heme, suatu
molekul organik dengan satu atom besi. Hemoglobin tersusun dari empat molekul
protein (globulin chain) yang terhubung satu sama lain. Hemoglobin normal orang
dewasa (HbA) terdiri dari 2 alpha-globulin chains 2 beta-globilin chains, sedangkan
pada bayi yang masih dalam kandungan atau sudah lahir terdiri dari beberapa rantai
beta yang masih dalam kandungan atau yang sudah lahir terdiri dari beberapa rantai
beta dan molekul hbnya terbentuk dari 2 rantai alfa dan 2 rantai gama yang
dinamakan sebagai HbF. Pada manusia dewasa, hemoglobin berupa tentramer
(mengandung 4 subunit protein), yang terdiri dari masing-masing dua subunit alfa dan
beta yang terikat secara nonkovalen. Subunit-subunitnya mirip secara struktural dan
berukuran hampir sama. Tiap subunit memiliki berat molekul kurang lebih 16,000
Dalton, sehingga berat molekul total tetramernya menjadi sekitar 64,000 Dalton
(Nisa, 2017).
E. Pembentukan Hemoglobin

Bagian dalam eritrosit terdiri dari hemoglobin, yaitu sebuah biomolekul yang
dapat mengikat oksigen. Pada manusia sel darah merah di buat di sumsum tulang
belakang, lalu membentuk kepingan bikonkaf. Selanjutnya Sintesis heme atau
pembentukan awal hemoglobin terutama terjadi pada mitokondria melalui suatu
rangkaian reaksi biokimia yang bermula dengan kondensasi glisin dan suknisil
koenzim A, oleh kerja enzim kunci membatasi kecepatan reaksi. Piridoksal fosfat
yaitu (Vitamin B6) adalah suatu koenzim untuk reaksi ini. Yang sudah dirangsang

37
oleh eritroprotein, dan akhirnya terjadi protoporfirin bergabung dengan rantai globin
yang dibuat pada poliribosom. Ada 4 rantai globin di miliki oleh suatu tentramer
yang masing-masing dengan gugus hemanya sendiri. Dalam suatu kantung
menyusun satu molekul hemoglobin. Eritroblas adalah permulaan terjadi sintesis
hemoglobin. Kemudian dalam stadium retikulosit meninggalkan sumsum tulang dan
masuk ke dalam aliran darah. Pembentukan haem terjadi secara bertahap dan apabila
Fe berkurang maka cadangan Fe dilepaskan, jika kekurangan kadar hemoglobin atau
hb dalam darah menurun akan terjadi anemia (Nisa, 2019).
F. Faktor-faktor yang mempengaruhi Hemoglobin

1. Jenis kelamin
Umumnya kadar Hb perempuan lebih rawan dibandingkan laki-laki
karena akibat perempuan mengalami menstruasi dimana kadar zat besi di dalam
tubuhnya akan hilang. Perbedaan kadar hemoglobin pada jenis kelamin yang
berbeda jelas nyata pada usia enam bulan. Anak perempuan mempunyai kadar
hemoglobin lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki. Perempuan lebih mudah
mengalami penurunan kadar hemoglobin dibandingkan dengan laki-laki,
terutama pada saat perempuan mengalami menstruasi.
2. Usia
Usia yang sering terjadi penurunan kadar hemoglobin yaitu pada anak-
anak, orang tua serta ibu hamil. Pada anak-anak sering terjadi asupan gizi yang
tidak seimbang sehingga dapat mengurangi kadar hemoglobin, makan yang
tidak teratur juga dapat mempengaruhinya. Semakin bertambah usia maka
produksi sel darah merah semakin menurun karena terjadinya penurunan fungsi
fisiologis pada semua organ khususnya sum-sum tulang yang berfungsi
memproduksi sel.
3. Aktivitas
Aktivitas fisik yaitu gerakan yang berasal dari otot rangka yang
membutuhkan pengeluaran energi. Pentingnya aktivitas fisik yang teratur
membantu mengurangi resiko penyakit kronik dan menunjang perasaan
psikologis seseorang menjadi semakin baik. Aktivitas fisik juga menyebabkan
peningkatan metabolik sehingga asam (ion hydrogen dan asam laktat) semakin

37
banyak sehingga menurunkan ph, jika ph rendah mengurangi daya tarik antara
oksigen dan hemoglobin. Hal ini menyebabkan hemoglobin melepaskan lebih
banyak oksigen sehingga meningkatkan pengiriman oksigen ke otot. Aktivitas
fisik yang teratur dapat meningkatkan kadar hemoglobin, tetapi aktivitas fisik
yang berlebihan dapat menyebablan hemolisis dan menurunkan jumlah
hemoglobin (Guiton dalam Fadlilah, 2018).
4. Kecukupan Besi dalam tubuh
Menurut Zarianis kecukupan besi dalam tubuh sangat di butuhkan untuk
produksi hemoglobin sehingga anemia gizi akan menyebabkan terbentuknya sel
darah merah yang lebih kecil dan kandungan hemoglobin yang rendah. Fungsi
dari hemoglobin yaitu mengantar oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh,
supaya dapat di ekskresikan ke dalam udara pernafasan, sitokrom, dan
komponen lain pada sistem enzim pernafasan seperti sitokrom oksidase,
peroksidase dan katalase. Besi berperan sebagai sistesis hemoglobin dalam sel
darah merah dan myoglobin dalam sel otot kandungan ± 0,004% berat tubuh
(60-70%) terdapat dalam hemoglobin yang disimpan sebagai ferritin di dalam
hati, hemosiderin di dalam limfa dan sumsum tulang. Kurang lebih 4% besi di
dalam tubuh berada sebagai myoglobin dan senyawa-senyawa besi sebagai
enzim oksidatif seperti sitokrom dan flavoprotein. Jumlah sangat kecil tapi
mempunyai peranan yang sangat penting. Myoglobin ikut dalam transportasi
oksigen menerobos sel-sel membrane masuk ke dalam sel-sel otot, flavoprotein,
sitokrom dan senyawa-senyawa mitokondria yang mengandung besi lainnya,
sangat memegang penting suatu proses oksidasi menghasilkan adenosine Tri
Phospat (ATP) yang merupakan molekul berenergi tinggi. Sehingga jika tubuh
mengalami penurunan zat besi atau anemia gizi maka terjadi penurunan
kemampuan bekerja
5. Metabolisme Besi dalam tubuh
Besi yang terdapat di dalam tubuh orang dewasa sehat berjumlah lebih
dari 4 gram. Besi tersebut berada di dalam 14 sel-sel darah merah atau
hemoglobin (lebih dari 2,5 g), mioglobin (150 mg), phorphyrin cytochrome,
hati, limfa sumsum tulang (> 200-1500 mg). Ada dua bagian besi dalam tubuh,

37
yaitu bagian fungsional yang di pakai untuk keperluan metabolik dan bagian
yang merupakan cadangan. Hemoglobin, mioglobin, sitokrom, serta enzim hem
dan non hem adalah bentuk besi fungsional dan berjumlah antara 25-55 mg/kg
berat badan. Sedangkan besi cadangan apabila dibutuhkan untuk fungsi
fisiologis dan jumlahnya 5-25 mg/kg berat badan. Ferritin dan hemosiderin
adalah bentuk besi cadangan yang biasanya terdapat dalam hati, limpa dan
sumsum tulang. Metabolisme besi dalam tubuh terdiri dari proses absorpsi,
pengangkutan, pemanfaatan, penyimpanan dan pengeluaran.
2.3. Konsep Anemia
A. Pengertian Anemia
Anemia adalah kondisi ketika jumlah sel darah merah (yang berfungsi membawa
oksigen) mengalami penurunan untuk memenuhi kebutuhan fisiologis tubuh.
Kebutuhan fisiologis spesifik bervariasi pada manusia dan bergantung pada usia,
jenis kelamin, kebiasaan merokok, dan tahap kehamilan (Nurbadriah, 2019).
Anemia pada kehamilan adalah suatu kondisi ketika ibu memiliki kadar
hemoglobin kurang dari sebelas gram perdesiliter pada trimester satu dan trimester
tiga, atau kadar hemoglobin kurang dari sepuluh koma lima gram perdesiliter pada
trimester kedua (Pratami, 2016).
Anemia kehamilan adalah suatu keadaan dimana kadar Hb < 11 gr/dl pada
trimester I dan III atau kadar Hb < 10,5 gr/dl pada trimester II (Aritonang, 2015).
B. Klasifikasi Anemia Kehamilan
Menurut Manuaba dkk, klasifikasi anemia dalam kehamilan sebagai berikut :
a. ≥ 11 gr/dl : normal
b. 9-10 gr/dl : anemia ringan
c. 7-8 g/dl : anemia sedang
d. < 7 gr/dl : anemia berat
Klasifikasi anemia dalam kehamilan menurut Prawirohardjo (2010) antara lain :
1. Defisiensi Besi
Ketidakadekuatan asupan zat besi dibandingkan kebutuhan pertumbuhan
janin yang cepat meningkatkan risiko terjadinya anemia defisiensi zat besi
pada masa kehamilan. Pengalihan besi maternal ke janin untuk eritropoienis

37
menyebabkan kehilangan zat besi. Sebagian perempuan memiliki simpanan
besi yang rendah di awal kehamilannya yang berakibat pada defisiensi zat besi
karena kebutuhan tambahan ini.
2. Defisiensi Asam Folat
Transfer asam folat dari ibu ke janin menyebabkan dilepasnya cadangan
folat maternal sehingga kebutuhan asam folat pada masa kehamilan ini
meningkat 5-10 kali lipat. Kehamilan ganda, diit yang buruk, infeksi, dan
adanya anemia hemolitik dapat meningkatkan kebutuhan asam folat yang
lebih besar. Tingginya kadar estrogen dan progesteron selama masa kehamilan
dapat menyebabkan absorbsi folat menjadi terhambat. Penyebab utama
anemia megaloblastik pada kehamilan yaitu defisit asam folat dan defisiensi
asam folat ini sangat umum terjadi pada masa kehamilan. Anemia defiensi
folat ialah anemia terbanyak kedua setelah anemia defisiensi zat besi.
Penyebab anemia defiensi folat yaitu gangguan sintesis DNA dan ditandai
adanya sel-sel megaloblastik yang khas.
3. Anemia Aplastik
Pada beberapa kasus eksaserbasi terjadi karena anemia aplastik yang telah
ada sebelumnya saat masa kehamilan dan hanya membaik setelah selesai masa
kehamilan. Aplasia terjadi selama masa kehamilan dan dapat kambuh pada
kehamilan berikutnya. Berakhirnya masa kehamilan atau persalinan dapat
memperbaiki fungsi sumsum tulang tetapi dengan terminasi kehamilan yang
efektif, imunosupresi, terapi suportif, atau transplantasi sumsum tulang setelah
persalinan.
4. Anemia Sel Sabit
Ibu hamil yang menderita anemia sel sabit biasanya disertai dengan
meningkatnya kejadian infark pulmonal, pielonefritis, pneumonia, perdarahan
antepartum, prematuritas, dan abortus. Bayi yang lahir dari ibu dengan anemia
sel sabit umumnya bayi dengan berat kurang dan kematian janin sangat tinggi.
Menurunnya angka kematian ibu dengan anemia sel sabit pada masa kini dari
sekitar 33% menjadi 1,5% karena perbaikan pada pelayanan prenatal.

37
C. Etiologi Anemia
Menurut Prawirohardjo (2010), Proverawati (2011), dan Pratami (2016), penyebab
anemia antara lain:
1. Defisiensi zat besi yang menyebabkan kekurangan Hemoglobin, dimana salah
satu pembentuk Hb ialah zat besi
2. Volume plasma yang meningkat sementara jumlah sel darah merah tidak
sebanding dengan meningkatnya volume plasma
3. Tidak mampu memenuhi asupan gizi dan nutrisi serta ketidaktahuan mengenai
pola makan yang benar
4. Kehilangan darah akibat perdarahan luka maupun akibat menstruasi yang banyak
5. Mengalami dua kehamilan dalam waktu yang berdekatan
6. Mengalami menstruasi berat sebelum kehamilan
7. Hamil saat masih remaja
D. Manifestasi Klinis Anemia
Manifestasi klinis dari anemia defisiensi besi sangat bervariasi, bisa hampir tanpa
gejala, bisa juga gejala-gejala penyakit dasarnya yang menonjol, ataupun bisa
ditemukan gejala anemia bersama-sama dengan gejala penyakit dasarnya. Gejala-
gejala dapat berupa:
1. Kepala pusing karena rendahnya kadar zat besi di dalam tubuh
2. Palpitasi bisa terjadi jika ibu hamil mengonsumsi obat-obatan seperti penurun
tekanan darah tinggi
3. Mata berkunang-kunang, tekanan darah rendah karena kekurangan asam folat dan
vitamin B12
4. Lesu, lemah, lelah, letih dan lunglai terjadi karena kekurangan hemoglobin
5. Energi menurun
6. Sesak nafas
7. Pucat dan kulit dingin
8. Tekanan darah rendah
9. Jaundice (kulit kuning). Biasanya terjadi karena kerusakan eritrosit
10. Tidak mampu berkonsentrasi
11. Rambut rontok

37
12. Malaise
E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Anemia pada Ibu Hamil

1. Faktor Dasar
a. Keadaan lingkungan sosial
Bekaitan dengan keadaan ekonomi di suatu daerah yang menentukan pola
konsumsi makanan dan gizi masyarakat. Misalnya, perbedaan pola konsumsi
pangan di desa dan kota. Keadaan ekonomi individu sangat menentukan
dalam menyediakan makanan dan kualitas gizi. Jika kondisi ekonomi individu
baik maka kualitas gizi akan baik pula dan sebaliknya
b. Pengetahuan
Pengetahuan yang kurang baik pada ibu hamil berisiko terjadi kekurangan zat
besi. Defisit pengetahuan mengenai kekurangan zat besi akan mempengaruhi
perilaku kesehatan ibu hamil dan berdampak pada kurangnya konsumsi
makanan yang mengandung zat besi karena ketidaktahuannya sehingga
menimbulkan anemia
c. Pendidikan
Seseorang dengan pendidikan yang baik akan memiliki pengetahuan yang
baik pula tentang kesehatannya. Tingkat pendidikan yang rendah dapat
berdampak pada keterbatasan dalam upaya menangani masalah gizi dan
kesehatan keluarganya
d. Budaya
Banyak dijumpai pola pantangan makanan tertentu yang berkaitan dengan
makanan yang biasanya dianggap pantas dan tidak pantas untuk dikonsumsi.
Contoh pada budaya yaitu sebagian besar ibu hamil melakukan pantangan
makan ikan lele, sembilan, dan semua ikan yang berpatil dengan alasan karena
bayinya dapat mati dalam kandungan Selain itu, beberapa ibu hamil juga
memiliki pantangan makan telur karena dikhawatirkan bayinya saat lahir tidak
lincah dan menjadi bodoh.
2. Faktor tidak langsung
a. Frekuensi Antenatal Care (ANC)

37
Antenatal care merupakan pelayanan kepada ibu hamil dalam memelihara
kesehatannya yang dilakukan oleh petugas kesehatan yang bertujuan untuk
dapat mengidentifikasi dan mengetahui permasalahan yang
terjadi selama masa kehamilan sehingga kesehatan ibu dan bayi yang
dikandung akan sehat sampai persalinan nantinya. Pelayanan Antenatal Care
dapat dipantau melalui kunjungan ibu hamil dalam memeriksakan
kehamilannya. Pelayanan kunjungan ibu hamil paling sedikit 4 kali dengan
distribusi 1 kali pada triwulan ke-I, 1 kali pada triwulan ke- II, dan 2 kali pada
triwulan ke-III. Kegiatan di pelayanan ANC untuk ibu hamil yaitu
memberikan penyuluhan tentang informasi kehamilan seperti informasi gizi
pada ibu hamil dan pemberian tablet tambah darah secara gratis pada ibu
hamil serta informasi mengenai tablet tambah darah yang dapat memperkecil
terjadinya anemia masa kehamilan.
b. Paritas
Paritas adalah frekuensi ibu yang sudah melahirkan anak baik hidup atau
mati, tetapi bukan aborsi. Seorang wanita yang sering hamil dan melahirkan
maka semakin banyak kehilangan zat besi dan semakin mengalami anemia
(Fatkhiyah, 2018).
c. Umur Ibu
Kelompok umur 20-35 tahun merupakan kelompok ideal wanita untuk
hamil dan pada umur tersebut meminimalkan risiko terjadi komplikasi
kehamilan serta mempunyai reproduksi yang sehat. Hal ini berkaitan dengan
kondisi biologis dan psikologis dari ibu hamil. Ibu hamil kelompok umur < 20
tahun berisiko mengalami anemia kehamilan karena pada kelompok usia
tersebut reproduksi belum optimal. Kehamilan pada kelompok usia > 35 tahun
merupakan kehamilan dengan risiko tinggi. Wanita hamil dengan usia > 35
tahun akan rentan mengalami anemia. Hal ini meyebabkan menurunnya daya
tahan tubuh dan mudah terkena berbagai infeksi selama masa kehamilan
(Fatkhiyah, 2018).
d. Dukungan suami

37
Peran penting suami yaitu dalam memberikan dukungan informasi dan
emosional. Dukungan informasi ialah membantu individu menemukan
alternatif dalam penyelesaian masalah, misalnya mengahadapi masalah ketika
istri menemukan kesulitan selama masa hamil, suami dapat memberikan
informasi berupa petunjuk, saran, nasihat, mencari informasi dari sumber lain
seperti dari elektronik, media cetak, tenaga kesehatan, bidan, dan dokter.
Dukungan emosional ialah empati dan kepedulian yang diberikan suami atau
orang lain yang dapat meyakinkan ibu hamil bahwa dirinya diperhatikan.
3. Faktor langsung
a. Pola Konsumsi
Pola konsumsi ialah suatu cara individu atau kelompok orang dalam
memilih makanan dan memakannya sebagai tanggapan terhadap pengaruh
fisiologi, psikologi budaya, dan sosial. Kejadian anemia sering dikaitkan
dengan pola konsumsi yang rendah kandungan zat besinya serta makanan
yang dapat menghambat dan memperlancar absorbsi zat besi.
b. Infeksi
Beberapa penyakit infeksi seperti TBC, cacingan, dan malaria
memperbesar risiko anemia karena penyakit infeksi tersebut mengakibatkan
terjadinya peningkatan penghancuran eritrosit dan terganggunya eritrosit.
Cacingan jarang sekali mengakibatkan kematian secara langsung, namun
sangat mempengaruhi kualitas hidup penderitanya. Infeksi cacing akan
mengakibatkan malnutrisi dan dapat menimbulkan anemia defisiensi besi.
c. Perdarahan
Anemia dalam kehamilan lebih banyak disebabkan oleh kekurangan zat
besi dan perdarahan akut bahkan keduanya saling berkaitan. Terjadinya
perdarahan ini mengakibatkan banyak unsur besi yang hilang sehingga dapat
menyebabkan terjadinya anemia.
F. Patofisiologi Anemia
Anemia pada kehamilan secara langsung disebabkan oleh malnutrisi seperti
kurang zat besi dalam diet, malabsorpsi atau kehilangan darah yang berlebihan,
kehamilan proses penghancuran eritrosit sebelum waktunya, peningkatan kebutuhan

37
zat besi akibat infeksi kronis atau infeksi akut yang berulang dan kondisi kronis
seperti infeksi TBC, malaria atau cacing usus.
Ibu hamil yang menderita anemia berisiko terhadap gangguan tumbuh kembang
janin bahkan berisiko terhadap persalinan.Anemia defisiensi zat besi juga dapat
disebabkan oleh hipervolemia yang terjadi pada saat kehamilan. Selama kehamilan,
terjadi peningkatan volume darah (hiperemia). Ibu hamil yang sehat akan mengalami
peningkatan volume darah sebanyak 1,5 liter. Peningkatan volume darah tersebut,
terutama terjadi akibat peningkatan volume plasma dan bukan eritrosit.
Jumlah eritrosit dalam sirkulasi darah meningkat sebanyak 450 ml. Volume
plasma yang meningkat 45-65%, yaitu sekitar 1.000 ml. Kondisi tersebut
mengakibatkan pengenceran darah karena jumlah eritrosit tidak sebanding dengan
peningkatan plasma darah. Pada akhirnya, volume plasma akan sedikit menurun
menjelang usia kehamilan cukup bulan dan kembali normal tiga bulan postpartum.
Presentase peningkatan volume darah yang terjadi selama kehamilan, antara lain
plasma darah 30%, sel darah 18%, dan hemoglobin 19%. Pada awal kehamilan,
volume plasma meningkat pesat sejak usia gestasi 6 minggu dan selanjutnya laju
peningkatan melambat. Kemudian kebutuhan jumlah eritrosit meningkat pada janin
yaitu pada trimester II dan memuncak pada trimester III. Secara fisiologis,
pengenceran darah yang terjadi selama kehamilan berfungsi untuk membantu
meringankan kerja jantung karena penurunan kekentalan darah kan mengurangi
resistansi terhadap aliran darah menjadi lebih ringan, mengisi ruang vaskular uterus,
payudara, otot, ginjal, kulit dan mengurangi dampak pengeluaran hemoglobin pada
saat persalinan.
Selain itu anemia defisiensi zat besi juga dapat di sebabkan oleh peningkatan
kebutuhan zat besi pada ibu hamil. Ibu hamil memerlukan zat besi sebesar 900 mg.
Hemodilusi yang terjadi sejak trimester II dan memuncak pada usia gestasi 32-34
minggu menyebabkan kadar hemoglobin pada ibu menurun menyebabkan transport
O2 ke jaringan menurun sehingga menyebabkan perfusi perifer tidak efektif.
Selama kehamilan mulai usia kehamilan 10-12 minggu, aliran darah dan volume
volume darah meningkat dan terjadi secara progresif hingga usia kehamilan 30-34
minggu. Kebutuhan oksigen meningkat pada masa kehamilan sehingga produksi

37
eritropoietin di ginjal juga meningkat. Akibatnya, eritrosit meningkat sebesar 20-
30%. Namun, peningkatan eritrosit ini tidak sebanding dengan bertambahnya volume
plasma yang progresif yaitu sebesar 40-45% sehingga terjadi proses pengenceran
darah (hemodilusi) yang mengakibatkan konsentrasi hemoglobin menurun. Oleh
karena itu, risiko anemia pada masa kehamilan meningkat sehingga kebutuhan zat
besi pada ibu hamil meningkat dua kali lipat untuk mencukupi kebutuhan ibu dan
pertumbuhan janin.

37
7.Mapping Anemia Kehamilan

Kekurangan Zat Besi Usia ibu hamil Penggunaan bat-obatan tertentu


Malnutrisi pada ibu (aspirin, anti inflamasi)
hamil

Kebutuhan Zat Besi Meningjkat


< 20 tahun >35 tahun
Defisiensi Peradangan pada lambung dan
Defisiensi vit.
vit. B2 saluran cerna
A
Kegagala fungsi sumsum tulang
Perkembangan Penurunan imun
biologis belum
Co enzim Kehilangan zat besi
Konsentrasi sel darah merah Transport optimal
untuk Risiko infeksi
menurun cadangan Fe
pengaktifan
dalamtubuh
asamfolat
menurun Gangguan absorbsi zat besi
menurun Peningkatan
Hemoglobin rendah kebutuhan nutrisi Terganggunya
ibu dan janin sintesis RBC
dalam Hb

Ketidakseimbangan
nutrisi Hemolysis meningkat

Anemia Pada Ibu Hamil

Nutrisi ke janin dan plasenta menurun


Transport oksigen ke ibu menurun Defisit
Pengetahuan
Suplai oksigen tidak Kekuatan selaput
Janin kekurangan O2 dan
terpenuhi plasenta berkurang
Kebutuhan oksigen tidak terpenuhi CO2 meningkat

Janin kekurangan zat besi Resiko terhambatnya perkembangan dan Ketuban pecah dini
Aliran darah ke jaringan menurun pertumbuhan janin
Penurunan fungsi respirasi
Cacat bawaan Kelahiran prematur 37
Hipoksia, lemah, letih, lesu, pusing, tidak
nyaman, distress, sulit tidur, tidak mampu
rileks Resiko gangguan hubungan ibu dan janin
Sumber : Afniannisa (2019) dikembangkan oleh Nida (2021)
Gambar Mapping Anemia Kehamilan

37
8. Dampak Anemia Pada Ibu Hamil
1. Dampak Anemia Pada Ibu Hamil
Menurut Pratami kondisi anemia sangat menggangu kesehatan ibu hamil
sejak awal kehamilan hingga masa nifas. Anemia yang terjadi selama masa
kehamilan dapat menyebabkan abortus, persalinan prematur, hambatan tumbuh
kembang janin dalam rahim, peningkatan resiko terjadinya infeksi, ancaman
dekompensasi jantung jika Hb kurang dari 6,0 g/dl, molahidatidosa, hiperemis
gravidarum, perdarahan antepartum, atau ketuban pecah dini. Anemia juga dapat
menyebabkan gangguan selama persalinan seperti gangguan his, gangguan
kekuatan mengejan, kala pertama yang berlangsung lama, kala kedua yang lama
hingga dapat melelahkan ibu dan sering kali mengakibatkan tindakan operasi,
kala ketiga yang retensi plasenta dan perdaraan postpartum akibat atonia uterus,
atau perdarahan post partum sekunder dan atonia uterus pada kala keempat.
Bahaya yang dapat timbul adalah resiko terjadinya sub involusi uteri yang
mengakibatkan perdarahan postpartum, resiko terjadinya dekompensasi jantung
segera setelah persalinan, resiko infeksi selama masa puerperium, atau
peningkatan resiko terjadinya infeksi payudara.
2. Dampak Anemia Pada Janin
Menurut Pratami anemia yang terjadi pada ibu hamil juga membahayakan
janin yang dikandungnya. Karena asupan nutrisi, O2 dan plasenta menurun ke
dalam tubuh janin sehingga dapat timbul pada janin adalah resiko terjadinya
kematian intra-uteri, resiko terjadinya abortus, berat badan lahir rendah, resiko
terjadinya cacat bawaan, peningkatan resiko infeksi pada bayi hingga kematian
perinatal, atau tingkat intiligensi bayi rendah.
3. Bahaya saat persalinan
a. Gangguan His (kekuatan mengejan)
b. Kala I dapat berlangsung lama
c. Kala II berlangsung lama sehingga dapat melelahkan dan sering
membutuhkan tindakan operasi kebidanan
d. Kala III atau kala uri dapat diikuti retensio plasenta
e. Perdarahan postpartum sekunder dan atonia uteri

37
4. Pada Masa Nifas
a. Sub involusi uteri yang dapat menimbulkan perdarahan postpartum
b. Pengeluaran ASI berkurang
c. Memudahkan infeksi puerperalis
d. Terjadi dekompensasi kordis mendadak setelah persalinan
e. Anemia masa nifas
f. Mudah terjadi infeksi mamae
9. Pencegahan Anemia Pada Ibu Hamil
Pemberian suplemen zat besi (ferro sulfast biasanya secara oral 325 mg
sekali/hari) biasanya diberikan secara rutin pada wanita hamil untuk mencegah
penipisan simpanan besi tubuh dan mencegah anemia yang mungkin timbul dari
perdarahan abnormal atau kehamilan berikutnya. Di anjurkan diet yang mengandung
besi heme sebagai hemoglobin dan mioglobin, banyak ditemukan dalam daging
unggas, ikan, ataupun diet yang mengandung besi non heme, garam besi ferro atau
ferri seperti yang ditemukan dalam sumber-sumber non hewani seperti makanan
nabati (sayur dan buah-buahan), suplemen dan fortikan. Selain itu juga harus kaya
dengan protein yang cukup (bahan pangan hewani: daging, ikan, telur, kacang-
kacangan) dan sayuran hijau yang mengandung mineral dan vitamin (Proverawati,
Anemia dan anemia kehamilan , 2018).
10. Penatalaksanaan Anemia Pada Ibu Hamil
1. Penatalaksanaan Secara Medis
Penanganan anemia yang dilakukan secara tepat merupakan hal penting
untuk mengatasi anemia sebagai awal untuk mencegah atau meminimalkan resiko
perdarahan yang serius. Penanganan anemia secara efektif perlu dilaksanakan.
Pengobatan yang aman dan efektif akan mencegah tindakan transfusi darah dan
memastikan ibu dengan kadar hemoglobin yang normal.
Tinjauan Cochrane terhadap 17 penelitian telah mengemukakan bahwa
pemberian zat besi oral pada ibu hamil dapat mengurangi anemia defisiensi zat
besi selama masa trimester II masa kehamilan dan meningkatkan kadar Hb serta
ferritin serum dibandingkan dengan pemberian plasebo.

37
Penelitian tersebut berasal dari 101 penelitian yang sebagian besar uji
cobanya lebih berfokus pada hasil laboratorium tentang efek tindakan berbeda
terhadap ibu hamil yang mengalami anemia defisiensi zat besi, penilaian
morbiditas ibu dan bayi, parameter faal darah, dan efek samping pengobatan.
Terdapat satu uji acak terkontrol yang menunjukkan bahwa pemberian zat besi
secara oral harian selama 4 minggu memiliki hasil yang lebih baik dalam
meningkatkan kadar Hb rata-rata 19,5 g/dl. Zat besi oral dan iron polymaltose
aman diberikan dan dapat meningkatkan kadar Hb dengan lebih efektif daripada
pemberian zat besi oral secara terpisah pada anemia defisiensi besi yang berkaitan
dengan kehamilan.
Konsumsi suplemen zat besi setiap hari berkaitan erat dengan peningkatan
kadar Hb ibu sebelum dan post partum. Selain itu, tindakan tersebut juga dapat
mengurangi resiko anemia yang berkepanjangan. Ibu hamil yang mengkonsumsi
suplemen zat besi atau asam folat yang dikonsumsi secara harian atau intermiten,
tidak menunjukkan perbedaan efek yang signifikan. Ibu hamil yang
mengkonsumsi zat besi oral yang melebihi dosis tidak meningkatkan hematokrit,
tetapi meningkatkan kadar Hb. Pemberian suplemen zat besi oral seing
menimbulkan efek mual dan sembelit. Sekitar 10-20% ibu yang mengkonsumsi
zat besi oral mengeluhkan efek samping, seperti konstipasi, mual, muntah, atau
diare.
Pemberian suplemen zat besi secara rutin pada ibu hamil yang tidak
menunjukkan tanda defisit zat besi dan mempunyai kadar Hb > 10,0 g/dl terbukti
memberikan efek yang baik yaitu prevalensi anemia kehamilan dan anemia
selama enam minggu pasca melahirkan berkurang. Dalam menangani anemia,
kesehatan profesional harus melakukan strategi yang sesuai dengan kondisi yang
sedang dialami oleh ibu hamil. Penanganan anemia defisiensi zat besi yang tepat
akan meningkatkan parameter kehamilan fisiologis dan mencegah kebutuhan akan
perencanaan yang lebih lanjut.
2. Penatalaksanaan Keperawatan Di Rumah
Penyuluhan kesehatan pada ibu hamil dengan anemia yaitu dengan
mengkonsumsi nutrisi yang baik, makan makanan yang tinggi zat besi seperti

37
daging, telur, kacang tanah, sereal, dan sayuran berwarna hijau yang dapat
membantu memastikan bahwa tubuh menjaga pasokan besi yang diperlukan tetap
berfungsi dengan baik. Selain itu, cara terbaik untuk memastikan bahwa tubuh
mempunyai cukup zat besi dan asam folat yaitu dengan pemberian vitamin dan
memastikan tubuh mendapatkan paling sedikit 27 mg zat besi tiap harinya dengan
cara mengkonsumsi makanan yang tinggi zat besi.
2.4. Konsep Jambu biji (Psidium guajava L.)
A. Pengertian Jambu biji (Psidium guajava L.)
Menurut Mahfiatus Jambu biji (Psidium guajava L.) adalah salah satu tanaman
buah jenis perdu. Tanaman ini berasal dari Brazilia Amerika Tengah, menyebar ke Asia
salah satunya Indonesia. Jenis jambu biji yaitu jambu getas merah, jambu bangkok,
jambu kristal, jambu sukun, jambu kamboja, jambu australia, jambu tukan, jambu klutuk,
dan jambu batu. Jenis jambu yang banyak dikembangkan di Indonesia yaitu jambu getas
merah, jambu bangkok, jambu kristal, jambu sukun, dan jambu kamboja. Jenis jambu
tersebut banyak dikembangkan di Indonesia karena memiliki nilai ekonomis tinggi dan
banyak diminta oleh pasar.
Menurut ilong Jus jambu biji merah merupakan tanaman buah yang populer dan
dikenal banyak masyarakat, selain banyak digemari karena buahnya yang manis dan
segar, jambu biji juga mempunyai nilai gizi yang sangat tinggi terutama vitamin dan
mineral. Bermanfaat untuk memperkuat daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit,
meningkatkan kesehatan gusi dan gigi, dan pembuluh kapiler, serta membantu
penyerapan zat besi dan penyembuhan luka.
Buah jus jambu biji merah merupakan salah satu jenis buah yang baik untuk
memenuhi kebutuhan akan vitamin baik pada anak-anak maupun orang dewasa dan ibu
hamil (Winkanda, 2013).
Jambu biji sangat kaya vitamin C. Dalam kehamilan vitamin C berfungsi
membantu penyerapan zat besi dalam darah sehingga mencegah terjadinya anemia.
Selain itu, kandungan zat gizi yang cukup tinggi dalam jus jambu biji merah merangsang
produksi hemoglobin dalam darah bagi penderita anemia. Jus jambu biji merah (Psidium
guajava L) memiliki pengaruh dalam meningkatkan kadar hemoglobin darah (Sambou,
2014 dalam Desti, 2018).

37
B. Klasifikasi Jambu biji (Psidium guajava L.)
Psidium berasal dari bahasa yunani yaitu “psidium” Yang berarti delima,
“guajava” berasal dari nama yang diberikan oleh orang. Klasifikasi jus jambu biji merah
menurut Naufa (2019):
Regnum : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledone
Ordo : Myrtales
Family : Myrtaceae
Genus : Psidium
Spesies : Psidium Guajava L.
C. Kandungan Jambu biji Merah (Psidium guajava L.)
Tabel 2.1 Kandungan Gizi Jambu Biji Merah/100 g

No Nama Jumlah
1 Air 80,8 g
2 Energi 68 kcal
3 Protein 2,55 g
4 Lemak total 0,95 g
5 Karbohidrat 14,32 g
6 Serat 5,4 g
7 Gula 8,92 g
8 Kalsium 18 mg
9 Zat besi 0,26 mg
10 Magnesium 22 mg
11 Fosfor 40 mg

12 Potassium 417 mg

37
13 Sodium 2 mg
14 Zinc 0,23 mg
15 Selenium 0,6 mg
16 Vitamin C 228,3 mg
17 Tiamin 0.067 mg
18 Riboflavin 0,04 mg
19 Niacin 1,084 mg
20 Vitamin B-6 0,11 mg
22 Folat total 49μg
23 Kolin 7,6μg
24 Vitamin A (REA) 31μg
25 Beta Karoten 374μg
26 Licopene 5204 μg
27 Vitamin E(Alpha-tocopherol) 0,51 mg
28 Vitamin K (phylloquinone) 9 μg
29 Asam Lemak 0,384 g
30 Fitosterols 23 mg
31 Triptopan 0,26 g
Sumber: Ma’arif (2020)
Buah jambu biji merah, warna kulitnya hijau muda dan dalamnya putih, namun makin
tua warna buah bagian dalam makin merah dan warna kulit luarnya hijau kekuningan.
Saat masih muda, rasa buahnya asam, namun jika matang akan berasa manis dan
mengandung air. Oleh karena itu, pilihlah buah jus jambu biji merah yang sudah matang
yang ditandai dengan warna kulitnya yang dominan kuning (Suwarto, 2010).
D. Manfaat Jambu biji Merah (Psidium guajava L.)
Buah jus jambu biji merah mengandung serat serta kapasitas antioksidan penting
seperti polifenol, karoten dan vitamin C (Suarez, 2018). Manfaat Jambu Biji antara lain :
1. Mengurangi resiko penyakit jantung
Kalium dalam jambu biji berfungsi menyeimbangkan ritme denyut jantung,
mengaktifkan kontraksi otot, mengatur transport nutrisi ke sel – sel tubuh, menjaga

37
keseimbangan cairan dalam jaringan dan sel tubuh. Menurut Dr. James Cerda,
mengkonsumsi Jambu biji sebanyak 0.5 – 1 kg perhari selama 4 minggu akan
menurunkan resiko terserang penyakit jantung sebesar 16%. Dalam jambu biji juga
ditemukan likopen, likopen adalah karatenoid (pigmen tanaman) yang terdapat dalam
darah (0.5 mol per liter darah) serta memiliki aktivitas antioksidan, sebuah penelitian
dengan jambu biji daging merah. Menunjukan bahwa kandungan likopen dalam buah
ini mampu memberikan perlindungan tubuh dari beberapa jenis kanker, seperti
kanker rongga mulut, kerongkongan, lambung, usus besar dan dubur
Jambu biji juga memliki aktifitas anti radang, anti diare dan menghentikan
pendarahan, misalnya pada penderita demam berdarah dengue (DHF). Sehingga di
indonesia, jambu biji sering diberikan kepada penderita demam berdarah untuk
menaikan kadar trombosit. Namun jambu biji ini tidak secara langsung
meyembuhkan demam berdarah, jambu biji hanya bertindak sebagai nutrisi yang
meningkatkan daya tahan tubuh. Oleh karenanya perlu dihilangkan paradigm bahwa
jambu biji adalah obat demam berdarah. Karena pengobatan medis adalah yang
paling utama dalam mengendalikan penyakit demam berdarah
2. Mengatasi Sembelit
Serat (dietary fibers) dalam jambu biji berguna untuk mencegah berbagai penyakit
degeneratif seperti kanker usus besar (kolon) karena sifatnya yang larut dalam air
sehingga dapat membantu pengeluaran residu hasil metabolisme tubuh
3. Meringankan gejala batuk dan pilek
Jus jambu biji merah sangat bermanfaat untuk mengatasi batuk dan pilek,
mengurangi lendir, melonggarkan saluran pernapasan, tenggorokan dan paru – paru.
Vitamin C dosis tinggi dalam jambu biji dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh
dalam melawan berbagai infeksi. Dengan demikian kita tidak mudah sakit karena flu,
batuk dan demam
4. Merawat kulit
Jambu biji setengah matang bermanfaat untuk memperbaiki tekstur kulit dan
mengencangkan otot wajah. Selain itu, mencuci wajah dengan rebusan kulit pohon
jambu juga dapat merawat kulit wajah. Selain itu kandungan beberapa vitamin dalam

37
jambu biji dan potassiumnya adalah bersifat antioksidan, sehingga kulit tetap segar
dan bebas noda, keriput dan penyakit kulit lain yang berbahaya.
5. Menurunkan berat badan
Jambu biji juga dapat dimasukkan dalam program diet menurunkan berat badan
karena kandungan kolesterolnya yang rendah dan sulit dicerna, sehingga dengan
mengkonsumsi jambu biji pada siang hari, maka kita tidak akan terasa lapar sampau
malam bahkan bagi yang kurus, berat bandannya akan tetap ideal
6. Mencegah/Mengobati anemia
Salah satu penyebab anemia dikarenakan adanya gangguan penyerapan zat besi
dalam tubuh. Vitamin C dapat meningkatkan penyerapan zat besi non heme empat
kali lipat dan dengan jumlah 200 mg akan meningkatkan absorbsi besi obat sedikitnya
30%. Kandungan jambu biji dapat meningkatkan kadar hemoglobin pada tubuh,
seperti Vitamin C dan zat besi.
7. Mengobati Diabetes Melitus (DM)
Penyakit yang banyak mengahantui orang kota ini cukup banyak penderitanya.
Kandungan gula alamiah dalam jambu biji diyakini bisa bermanfaat bagi penderita
DM. Cara menggunakannya bisa dimakan/dijus.
8. Menurunkan Kolesterol
Jambu biji merupakan buah kaya serat, khususnya pectin. Manfaat pectin adalah
untuk menurunkan kolesterol dengan cara mengikat kolesterol dan asam empedu
dalam tubuh dan membantu pengeluarannya. Hal ini seiring dengan penelitian yang
dilakukan Singh Medical Hospital and Research Center Morrabad, india yang
menunjukkan bahwa jambu biji dapat menurunkan kadar kolesterol total dn
trigliserida darah serta tekanan darah penderita hipertensi essensial.
E. Pengaruh Jus Jambu Biji Merah (Psidium guajava L.) Terhadap Kadar Kadar
Hemoglobin
Penyerapan zat besi sangat dipengaruhi oleh adanya vitamin C yang dapat
membantu mereduksi besi ferri menjadi ferro di dalam usus halus, sehingga mudah
diserap oleh tubuh. Proses reduksi tersebut akan semakin besar apabila pH didalam
lambung semakin asam. Vitamin C dapat meningkatkan penyerapan besi non-heme
sebesar empat kali lipat dan dengan jumlah 200 mg yang akan meningkatkan absorbsi zat

37
besi obat sedikitnya 30%. Buah jambu biji mengandung asam askorbat dua kali lipat dari
jeruk yaitu sebesar 87 mg/100 gram jambu biji (Fathonah, 2016). Jambu biji mengandung
vitamin C dan Vitamin A dengan kadar yang cukup tinggi. Dibandingkan dengan buah
lainnya, seperti jeruk yang mengandung vitamin C sebesar 49 mg/100 gram, kandungan
vitamin C jambu Biji adalah 2 kali lipatnya. Sebagian besar vitamin C jambu biji
terdiplosit pada kulit dan daging bagian luarnya yang lunak dan tebal. Vitamin C juga
berperan dalam pembentukan kolagen yang sangat bermanfaat untuk menyembuhkan
luka. Selain itu, buah jus jambu biji merah juga dipercaya menambah kadar trombosit
dalam darah.
Fungsi vitamin C yaitu membantu penyerapan zat besi dalam darah sehingga
mencegah terjadinya anemia, memperkuat pembuluh darah dan mencegah pendarahan,
mengurangi rasa sakit sekitar 50% saat bekerja, mengurangin resiko infeksi setelah
melahirkan, membantu pembentukan tulang dan persendian janin, mengaktifkan kerja
sel-sel darah putih dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh, dan memperbaiki sistem
kekebalan tubuh (Wibisono dan Dewi, 2009 dalam Fathonah, 2019). Vitamin C berperan
penting dalam pencegahan anemia (kekurangan zat besi di dalam darah).
Menurut Kurnela (2017) upaya penanganan yang dilakukan secara non
farmakologi dalam mengatasi anemia adalah buah-buahan, karena buah mengandung
vitamin, mineral, dan berbagai antioksidan yang berguna untuk meningkatkan kadar
hemoglobin dalam darah. Menurut Sekarindah buah yang baik untuk terapi anemia salah
satunya adalah jambu biji.
Jus jambu biji merah (Psidium guajava L) memiliki pengaruh dalam
meningkatkan kadar hemoglobin darah (Sambou, 2014 dalam Desti, 2018). Adalah
penting untuk memperhatikan apa yang diminum bersamaan dengan tablet besi.
Mengkonsumsi makanan yang kaya vitamin C bersama dengan zat besi akan
meningkatkan penyerapan zat besi. Namun, mengkonsumsi minuman berkafein seperti
kopi dan teh dapat mengurangi jumlah besi yang diserap oleh tubuh.
F. Vitamin C
Vitamin C merupakan asam organik yang terasa asam, memiliki bentuk seperti
kristal putih, tidak berbau, dan mudah larut dalam air. Manusia tidak memiliki enzim
gulonolaktone oksidase, yang sangat penting dalam sintesis dari perkursor vitamin C

37
yaitu 2-keto-1- gilonolakton, sehingga manusia tidak dapat melakukan sintesis vitamin C
dalam tubuhnya sendiri. Vitamin C atau asam askorbat dibutuhkan dalam pembentukan
jaringan ikat atau bahan interseluler, di mana sel-sel tubuh terbenam. Vitamin ini juga
diperlukan dalam pembentukan sel-sel darah merah
Ascorbic acid (Vitamin C) berfungsi dalam reaksi redoks dan berperan sebagai
katalis pada proses reaksi biokimia. Vitamin C adalah ascorbic acid karena mampu untuk
menyembuhkan dan mencegah penyakit scurvy. Vitamin C atau asam askorbat juga
berperan sebagai enhancer atau yang dapat mempercepat penyerapan dari zat besi.
Kebiasaan makan sumber peningkat penyerapan zat besi (enhancer) yaitu seperti vitamin
C yang tidak bersamaan dengan mengonsumsi sumber makanan zat besi akan berdampak
tidak signifikan bagi ketersediaan zat besi dalam tubuh.
Vitamin C mempunyai banyak fungsi di dalam tubuh, sebagai koenzim atau
kofaktor. Asam askorbat adalah bahan yang kuat kemampuan reduksinya dan bertindak
sebagai antioksidan dalam reaksi-reaksi hidroksilasi. Vitamin C pada umumnya hanya
terdapat di dalam pangan nabati, yaitu sayur dan buah-buahan terutama yang asam.
Kandungan vitamin C beberapa bahan makanan adalah sebagai berikut.

Tabel 2.3 Daftar Makanan dan Kandungan Vitamin C

Bahan Makanan Per 100 gram (mg)

Jambu biji 95
Pepaya
78
Mangga muda
65
Durian
Jeruk manis 53
Jeruk nipis 49
Nanas
27
Rambutan
24

58

37
Angka kecukupan vitamin C dalam sehari pada wanita sesuai golongan umur
adalah sebagai berikut.

Tabel 2.4 Angka Kecukupan Vitamin C Untuk Wanita

Usia AKC (mg)

10-12 tahun 50

13-15 tahun 65

16-18 tahun 75

19-29 tahun 75

30-49 tahun 75

50-64 tahun 75

≥ 65 tahun 75

Serat tinggi yang terkandung pada buah segar bisa menghambat penyerapan dari
zat besi. Maka, dianjurkan untuk mengonsumsi buah dalam bentuk jus untuk diminum.
Vitamin C juga berguna dalam meningkatkan absorbsi dari zat besi non heme menjadi
empat kali lipat, vitamin C dan zat besi akan membentuk senyawa absorbs kompleks
yang mudah larut dan mudah diserap dalam tubuh. Vitamin C cukup stabil bila dalam
keadaan kering, namun dalam keadaan larut, vitamin C mudah rusak, karena bersentuhan
dengan udara (oksidasi) terutama bila terkena panas. Dalam larutan alkali, vitamin C
tidak stabil, tetapi cukup stabil dalam larutan asam. Vitamin C bisa dikatakan sebagai
vitamin yang paling labil. Vitamin C mudah larut dalam air, mudah rusak oleh oksidasi,
panas, dan alkali. Oleh karena itu, agar kandungan vitamin C tidak banyak hilang dalam
suatu bahan makanan, sebaiknya pengirisan dan penghancuran yang berlebihan harus
dihindari.

G. Efek Kekurangan dan Kelebihan Konsumsi Vitamin C

37
Kekurangan (defisiensi) vitamin C dapat menyebabkan scurvy dengan gejala
fatigo, lemah, pernapasan pendek, kram otot, sakit tulang dan otot, serta hilang.
Sedangkan menurut Winarno tahun 2004, kekurangan vitamin C bisa menyebabkan
penyakit sariawan atau skorbut. Penyakit skorbut biasanya jarang terjadi pada bayi; bila
terjadi pada anak, biasanya pada usia setelah 6 bulan dan di bawah 12 bulan. Gejala-
gejala penyakit skorbut adalah terjadinya pelembekan tenunan kolagen, infeksi, dan
demam. Juga timbul sakit, pelunakan, dan pembengkakan kaki bagian paha. Pada anak
yang giginya telah keluar, gusis membengkak, empuk, dan terjadi perdarahan.
Pada orang dewasa skorbut terjadi setelah beberapa bulan menderita kekurangan
vitamin C dalam makanannya. Gejala-gejalanya adalah pembengkakan dan perdarahan
pada gusi, gingivalis, kaki menjadi empuk, anemia, dan deformasi tulang. Akibat yang
parah dari keadaan ini adalah gigi menjadi goyah dan dapat lepas. Penyakit sariawan
yang akut dapat disembuhkan dalam beberapa waktu dengan pemberian 100 sampai 200
mg vitamin C per hari. Bila penyakit sudah kronik diperlukan waktu lebih lama untuk
penyembuhannya.
Kelebihan vitamin C berasal dari makanan tidak menimbulkan gejala. Tetapi
konsumsi vitamin C berupa suplemen secara berlebihan tiap hari dapat menimbulkan
hiperoksaluria dan risiko lebih tinggi terhadap batu ginjal. Dengan konsumsi 5-10 gram
vitamin C baru seidkit asam askorbat dikeluarkan melalui urin. Risiko batu oksalat
dengan suplemen vitamin C dosis tinggi dengan demikian rendah, akan tetapi hal ini
dapat menjadi berarti pada seseorang yang mempunyai kecenderungan untuk
pembentukan batu ginjal. Sedangkan menurut Devi kelebihan vitamin C tidak akan
berakibat toksik karena vitamin ini mudah larut dalam air dan dapat dikeluarkan. Namun,
ada beberapa orang jika mengonsumsi vitamin C dalam jumlah tinggi bisa menyebabkan
mual dan diare.

37
BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL

3.1. Kerangka Teori

Kerangka teori adalah hubungan antara konsep yang ingin diamati atau diukur
melalui penelitian-penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2018). Adapun
kerangka teori dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Jambu biji Merah


Ibu Hamil
(Psidium guajava L.)

Kurangnya Vitamin C
Pengetahuan
Kekurangan Gizi
Ferri (Fe 3+)

Kehilangan Darah
Ferro (Fe 2+)

Kekurangan Zat Besi Peningkatan Kadar


Hemoglobin (Hb)
Penurunan Kadar
Hemoglobin (Hb)

Keterangan Kerangka Konsep :


Anemia pada kehamilan adalah suatu kondisi ketika ibu memiliki kadar
hemoglobin kurang dari sebelas gram perdesiliter pada trimester satu dan trimester tiga,
atau kadar hemoglobin kurang dari sepuluh koma lima gram perdesiliter pada trimester
kedua (Pratami, 2016).
Salah satu penyebab ibu alami Hb rendah adalah kekurangan gizi. Ketika hamil,
ibu membutuhkan asupan asam folat, zat besi, dan vitamin B12 dalam jumlah yang
terbilang tinggi, sehingga kurangnya tiga asupan ini bisa mengakibatkan ibu mengalami
Hb rendah.
Pencegahan anemia defisiensi besi bisa dapat di lakukan dengan cara
mengkonsumsi tablet tambah darah (Fe) dan dengan mengkonsumsi sumber bahan

37
makanan yang menunjang penyerapan zat besi. Salah satunya yaitu sayur dan buah,
karena sayur dan buah mengandung vitamin (C, A, B6, tiamin, niacin, E) dan mineral
yang dapat mencegah anemia defisiensi besi.
Salah satu zat yang sangat membantu penyerapan zat besi adalah vitamin C (asam
askorbat). Asam akan mereduksi ion feri menjadi fero dan menghambat terbentuknya
kompleks Fe dengan makanan yang tidak larut. Vitamin C dapat meningkatkan
penyerapan besi non heme sebesar empat kali lipat dan dengan jumlah 200 mg akan
meningkatkan absorpsi besi sedikitnya 30% 9. Buah jambu biji merah mengandung asam
askorbat 2 kali lipat dari jeruk yaitu sekitar 87 mg/100gram jambu biji merah.

3.2. Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan suatu hubungan atau kaitan antara konsep- konsep atau
variabel-variabel yang akan diamati (diukur) melalui penelitian yang dimaksud
(Notoatmodjo, 2019).
Variabel Independen Variabel Dependen

Jambu biji Merah (Psidium Peningkatan Kadar Hemoglobin


guajava L.) Pada Ibu Hamil

Gambar 3.2. Kerangka Konsep Penelitian

3.3. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan


penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Berdasarkan kerangka konsep di
atas maka hipotesis penelitian ini yaitu:
H1 : Ada pengaruh konsumsi jus jambu biji merah terhadap peningkatan kadar
hemoglobin ibu hamil di Puskesmas Kuranji Padang
H0 : Tidak ada pengaruh konsumsi jus jambu biji merah terhadap Peningkatan kadar
hemoglobin ibu hamil di Puskesmas Kuranji Padang

37

Anda mungkin juga menyukai