Anda di halaman 1dari 34

HUBUNGAN MITIGASI BENCANA PADA IBU HAMIL DAN BAYI

DALAM MENGHADAPI ANCAMAN BENCANA GEMPA BUMI

KEPERAWATAN BENCANA

Oleh

NINDA KHAIRINA

22122275

DOSEN PEMBIMBING : Ns. Lola Despitasari, M.Kep

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN (RPL)

STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG

2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan

karunia-Nya, sehingga dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Keperawatan Bencana

“Hubungan Mitigasi Bencana Pada Ibu Hamil Dan Bayi Dalam Menghadapi Ancaman Bencana

Gempa Bumi”. dengan tepat pada waktunya. Salawat dan salam senantiasa tercurah kepada

junjugan kita Nabi besar Muhammad SAW, keluarga, para sahabat dan pengikutnya yang senantias

bertasbih sepanjang masa.

Makalah ini berisikan tentang informasi mengenai ilmu Keperawatan Bencana. Diharapkan

Makalah ini dapat memberikan informasi mengenai perkembangan keperawatan dunia dan

Indonesia. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan

saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan

makalah ini.

Akhir kata, ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam

penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala

usaha kita. Aamiin.

Padang, 01 Maret 2023

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................2

DAFTAR ISI....................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.....................................................................................................5

B. Rumusan Masalah...............................................................................................8

C. Tujuan Penelitian.................................................................................................8

D. Manfaat Penelitian...............................................................................................8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Mitigasi Bencana....................................................................................10


B. Mitigasi Pada Ibu Hamil.......................................................................................17

3
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL
A. Kerangka Teori..................................................................................................24
B. Kerangka konsep...............................................................................................26
C. Hipotesa Penelitian............................................................................................26
BAB IV KERANGKA KONSEPTUAL

A. Jenis Penelitian....................................................................................................27
B. Tempat dan Waktu Penelitian.............................................................................27
C. Populasi dan Sampel............................................................................................27
D. Variabel dan Defenisi Operasional......................................................................27
E. Instrumen Penelitian............................................................................................27
F. Etika Penelitian....................................................................................................28
G. Teknik Pengumpulan Data..................................................................................30
H. Alur Penelitian....................................................................................................30
I. Teknik Pengolahan Data......................................................................................30
J. Analisa Data.........................................................................................................30

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan........................................................................................................32
B. Saran..................................................................................................................33

DAFTAR PUSTAKA

4
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mitigasi bencana adalah serangkaian upaya yang dilakukan guna mengurangi dampak

dan risiko akibat terjadinya bencana. Selain itu, mitigasi dapat diartikan sebagai serangkaian

upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun

penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana.

Menurut laporan World Health Organization (WHO) pada tahun 2013, delapan dari

sepuluh negara dengan angka kematian ibu tertinggi yang tercatat baru- baru ini menghadapi

bencana salah satunya adalah menghadapi bencana gempa bumi dan tsunami. Data

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan United Nations Population Fund (UNFPA)

melaporkan pada tahun 2013 bahwa sekitar 61,0% dari kematian ibu terjadi di negara rawan

bencana gempa bumi (WHO, 2013). Menurut laporan WHO, antara tahun 1998-2017, gempa

bumi menyebabkan hampir 750.000 kematian secara global, lebih dari separuh kematian

terkait bencana alam. Lebih dari 125 juta ibu hamil terkena dampak gempa bumi selama

periode ini, yang berarti mereka terluka, kehilangan tempat tinggal, mengungsi atau

dievakuasi selama fase darurat bencana (WHO, 2019).

Menurut UU PB pasal 55, ibu hamil termasuk dalam kelompok rentan dalam bencana,

dimana kelompok masyarakat rentan (vulnerability) harus mendapatkan prioritas. Perlu

disadari bahwa Indonesia merupakan wilayah yang rawan bencana dimana bencana bisa

terjadi kapan saja tanpa bisa dipresdiksi dengan tepat. Pada kondisi bencana penanganan

perempuan khususnya ibu hamil sangat membutuhkan perlakuan khusus. Karena bila tidak

5
ditangani dengan baik akan menimbulkan dampak yang tidak diinginkan seperti abortus

(keguguran), kelahiran prematur, stres, perdarahan dan gawat janin.

Ada beberapa asuhan yang bisa diberikan kepada ibu hamil sebelum bencana, saat

bencana dan pra bencana. Harapannya adalah meminimalisir dampak atau komplikasi yang

ditimbulkan akibat bencana tersebut. Asuhan untuk ibu hamil sebelum bencana diantara lain

yakni membekali ibu hamil dengan pengetahuan mengenai umur kehamilan, gambaran

proses kelahiran, ASI eksklusif dan MPASI, melibatkan ibu hamil dalam kegiatan

kesiapsiagaan bencana, misalnya dalam simulasi bencana, menyiapkan tenaga kesehatan dan

relawan yang trampil menangani kegawat daruratan pada ibu hamil dan bayi melalui

pelatihan atau workshop. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penanggulangan

bencana pada ibu hamil dan melahirkan yaitu mengurangi risiko tekanan darah rendah

maupun darah tinggi, meningkatkan kebutuhan oksigen, mempersiapkan kelahiran yang

aman dan perawatan bayi baru lahir.

Asuhan yang bisa diberikan saat terjadi bencana antara lain: mengkaji kesehatan pada ibu

hamil dan janin saat terjadi bencana. Pengkajian ini meliputi: berat badan, pembengkakan

kaki, tensi darah, kesehatan janin dikaji dengan mengukur gerakan dan denyut jantungnya.

Proses evakuasi dilakukan dengan posisi miring dan lutut dilipat. Jika terdapat cedera

punggung lakukan usaha agar vena cava inferior tidak tertindih rahim. Beberapa cedera yang

perlu diwaspadai adalah terjadinya perdarahan, syok, DIC (disseminated intravascular

coagulation), dan eklamsi. Pemulihan gizi dan psikis ibu hamil juga sangat penting untuk

mencegah hal-hal yang tidak diinginkan pada ibu maupun janin. Hal tersebut sebisa mungkin

dilakukan dengan baik dan benar sebab akan ada masalah-masalah kesehatan yang dapat

terjadi seperti tekanan darah rendah, tekanan darah tinggi, janin kurang oksigen, hipotermi

6
dan menyusui tidak efektif. Bagi ibu yang masih dapat dipertahankan kehamilannya,

dipantau terus kondisi ibu dan janinnya agar dapat melahirkan dengan selamat pada

waktunya (> 37 minggu atau 9 bulan). Bagi ibu yang sudah melahirkan fungsi dan tugas ibu

merawat bayi harus tetap dijalankan, baik di tempat pengungsian ataupun di lingkungan

keluarga.

Asuhan yang bisa diberikan pasca bencana pasca bencana yakni dengan memberikan

makanan siap saji untuk ibu menyusui pada 5 hari pertama pasca bencana, pemberian

pemberian ASI (Air Susu Ibu), dan pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) yang

berkualitas bagi bayi.

Ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk menyelamatkan dan melindungi wanita,

anak-anak terkhususnya ibu hamil diantaranya dengan membangun layanan kesehatan

obstetric gynekologi dengan tenaga yang terlatih di tempat penampungan atau pengungsian,

memberikan informasi dan edukasi tentang kesehatan seksual dan reproduksi yang harus

dipenuhi di pengungsian, memastikan perlengkapan pendidikan kesehatan reproduksi dan

seksual dan enyusun pedoman kesiapsiagaan ibu hamil saat bencana. Selain itu strategi

prenatal care dan distribusi korban juga penting dilakukan seperti menyusun standar prosedur

pendataan (sensus) untuk mengidentifikasi wanita hamil dan setelah melahirkan,

mengidentifikasi Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT) dan tanggal perkiraan persalinan,

mengidentifikasi kehamilan berisiko tinggi, menginformasikan ibu hamil tentang tanda-tanda

dan gejala persalinan normal dan tidak normal.

Berdasarkan dari permasalahan ini, penulis tertarik untuk meneliti “Hubungan Mitigasi

Bencana pada Ibu Hamil Dan Bayi dalam Menghadapi Ancaman Bencana Gempa Bumi”.

7
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai

berikut, “Hubungan Mitigasi Bencana Pada Ibu Hamil Dan Bayi Dalam Menghadapi

Ancaman Bencana Gempa Bumi”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Hubungan Mitigasi Bencana Pada Ibu Hamil Dan Bayi Dalam

Menghadapi Ancaman Bencana Gempa Bumi

2. Tujuan Khusus

a. Untuk Mengetahui Konsep Mitigasi bencana

b. Untuk Mengetahui Upaya dalam Mitigasi Bencana

c. Untuk Mengetahui Mitigasi Pada Ibu Hamil dan Bayi

d. Untuk Mengetahui Keperawatan Bencana pada Ibu Hamil dan Bayi Sebelum Bencana

e. Untuk Mengetahui Keperawatan Bencana pada Ibu Hamil dan Bayi Saat Bencana
f. Untuk Mengetahui Keperawatan Bencana pada Ibu Hamil dan Bayi Sebelum Bencana

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat menjadi referensi atau

masukan bagi perkembangan ilmu keperawatan bencana dan memberikan sumbangan

pemikiran dalam memperkaya wawasan terhadap pentingnya hubungan mitigasi bencana

pada ibu hamil dan bayi dalam menghadapi ancaman bencana gempa bumi

2. Manfaat Praktisi

a. Bagi Pasien dan Keluarga

8
Agar pasien dapat mengetahui hubungan mitigasi bencana pada ibu hamil dan bayi

dalam menghadapi ancaman bencana gempa bumi

b. Bagi Peneliti

Melalui penelitian ini peneliti dapat mengaplikasikan ilmu pegetahuan yang didapat

selama pembelajaran khususnya tentang hubungan mitigasi bencana pada ibu hamil

dan bayi dalam menghadapi ancaman bencana gempa bumi

c. Bagi Institusi Pendidikan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmiah bagi mahasiswa dan

institusi pendidikan keperawatan masyarakat STIkes Mercubaktijaya Padang.

d. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data untuk penelitian selanjutnya yang

berkaitan dengan hubungan mitigasi bencana pada ibu hamil dan bayi dalam

menghadapi ancaman bencana gempa bumi

9
BAB II

TINJUAN PUSTAKA

A. Konsep Mitigasi Bencana

1. Pengertian Mitigasi Bencana

Mitigasi bencana adalah serangkaian upaya yang dilakukan guna mengurangi dampak

dan risiko akibat terjadinya bencana. Selain itu, mitigasi dapat diartikan sebagai

serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik

maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana.

Mitigasi bencana merupakan kegiatan yang dilakukan sebelum terjadi bencana. Misalnya,

membuat peta wilayah rawan bencana, membuat bangunan tahan gempa, penanaman

bakau, reboisasi, serta memberikan penyuluhan dan kesadaran kepada masyarakat yang

berada di wilayah rawan bencana tersebut.

2. Tujuan Mitigasi Bencana

A. Tujuan mitigasi bencana adalah

1. Mengurangi dampak yang ditimbulkan, khususnya bagi penduduk

2. Sebagai landasan (pedoman) untuk perencanaan pembangunan

3. Meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam menghadapi serta mengurangi

dampak/resiko bencana, sehingga masyarakat dapat hidup dan bekerja dengan

aman

B. Beberapa kegiatan mitigasi bencana di antaranya:

1. Pengenalan dan pemantauan risiko bencana;

2. Perencanaan partisipatif penanggulangan bencana;

10
3. Pengembangan budaya sadar bencana;

4. Penerapan upaya fisik, nonfisik, dan pengaturan penanggulangan bencana;

5. Identifikasi dan pengenalan terhadap sumber bahaya atau ancaman bencana;

a. Pemantauan terhadap pengelolaan sumber daya alam;

b. Pemantauan terhadap penggunaan teknologi tinggi;

c. Pengawasan terhadap pelaksanaan tata ruang dan pengelolaan lingkungan

hidup

C. Berdasarkan siklus waktunya, kegiatan penanganan bencana dapat dibagi 4 kategori:

1. Kegiatan sebelum bencana terjadi (mitigasi)

2. Kegiatan saat bencana terjadi (perlindungan dan evakuasi)

3. Kegiatan tepat setelah bencana terjadi (pencarian dan penyelamatan)

4. Kegiatan pasca bencana (pemulihan/penyembuhan dan perbaikan/rehabilitasi)

3. Jenis Mitigasi Bencana

Mitigasi dibagi menjadi 2 jenis yakni

1. Mitigasi Struktural

Mitigasi struktural merupakan upaya dalam meminimalkan bencana dengan

membangun berbagai prasarana fisik menggunakan teknologi. Misalnya dengan

membuat waduk untuk mencegah banjir, membuat alat pendeteksi aktivitas gunung

berapi, menciptakan early warning sistem untuk memprediksi gelombang tsunami,

hingga membuat bangunan tahan bencana atau bangunan dengan struktur yang

direncanakan sedemikian rupa sehingga mampu bertahan dan tidak membahayakan

para penghuninya jika bencana terjadi sewaktu-waktu.

2. Mitigasi Non Struktural

11
Mitigasi non struktural merupakan suatu upaya dalam mengurangi dampak

bencana melalui kebijakan dan peraturan. Contohnya, UU PB atau Undang-Undang

Penanggulangan Bencana, pembuatan tata ruang kota, atau aktivitas lain yang

berguna bagi penguatan kapasitas warga.

4. Strategi Mitigasi Bencana

Memahami bahwa bencana dapat diprediksi secara alamiah dan saling berkaitan

antara yang satu dan lainnya sehingga perlu di evaluasi secara terus menerus. Upaya

mitigasi bencana harus memiliki persepsi yang sama baik dari aparat pemerintahan

maupun masyarakatnya. Adapun strategi yang dapat dilakukan agar upaya mitigasi

bencana dapat terkoordinir dengan baik adalah sebagai berikut.

1. Pemetaan

Pemetaan menjadi hal terpenting dalam mitigasi bencana, khususnya bagi wilayah

yang rawan bencana. Hal ini dikarenakan sebagai acuan dalam membentuk keputusan

antisipasi kejadian bencana. Pemetaan akan tata ruang wilayah juga diperlukan agar tidak

memicu gejala bencana. Sayangnya di Indonesia pemetaan tata ruang dan rawan bencana

belum terintegrasi dengan baik, sebab memang belum seluruh wilayahnya dipetakan, Peta

yang dihasilkan belum tersosialisasi dengan baik, Peta bencana belum terintegrasi dan

Peta bencana yang dibuat memakai peta dasar yang berbeda beda sehingga menyulitkan

dalam proses integrasinya.

2. Pemantauan

Pemantauan hasil pemetaaan tingkat kerawanan bencana pada setiap daerah akan

sangat membantu dalam pemantauan dari segi prediksi terjadinya bencana. Hal ini

12
akan memudahkan upaya penyelamatan saat bencana terjadi. Pemantauan juga dapat

dilakukan untuk pembangunan infrastruktur agar tetap memperhatikan AMDAL.

3. Penyebaran Infromasi

Penyebaran informasi dilakukan antara lain dengan cara memberikan poster dan

leaflet kepada Pemerintah Kabupaten atau Kota dan Provinsi seluruh Indonesia yang

rawan bencana, tentang tata cara mengenali, mencegah dan penanganan bencana.

Tujuannya untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap bencana geologi di kawasan

tertentu. Koordinasi pemerintah daerah sangat berperan dalam penyebaran informasi

ini mengingat wilayah Indonesia yang sangat luas.

4. Sosialisasi, Penyuluhan, Pendidikan

Beberapa lapisan masyarakat mungkin ada yang tidak dapat mengakses informasi

mengenai bencana. Oleh karenanya menjadi tugas aparat pemerintahan untuk

melakukan sosialisasi ke masyarakat. Adapun bahan penyuluhan hampir sama dengan

penyebaran informasi. Pelatihan difokuskan kepada tata cara pengungsian dan

penyelamatan jika terjadi bencana. Tujuan latihan lebih ditekankan pada alur

informasi dari petugas lapangan, pejabat teknis dan masyarakat sampai ke tingkat

pengungsian dan penyelamatan korban bencana. Dengan pelatihan ini kesiagaan

tinggi menghadapi bencana akan terbentuk.

5. Peringatan Dini

Peringatan dini untuk memberitakan hasil pengamatan kontinyu di suatu daerah

yang rawan bencana, dengan tujuan agar masyarakatnya lebih siaga. Peringatan dini

tersebut disosialisasikan kepada masyarakat melalui pemerintah daerah dengan tujuan

memberikan kesadaran masyarakat dalam menghindarkan diri dari bencana.

13
Peringatan dini dan hasil pemantauan daerah rawan bencana berupa saran teknis,

pengalihan jalur jalan (sementara atau seterusnya), pengungsian dan saran

penanganan lainnya.

5. Siklus Manajemen Bencana

Tahap prabencana dapat dibagi menjadi kegiatan mitigasi dan preparedness

(kesiapsiagaan). Selanjutnya, pada tahap tanggap darurat adalah respon sesaat setelah

terjadi bencana. Pada tahap pascabencana, manajemen yang digunakan adalah rehabilitasi

dan rekonstruksi. Tahap prabencana meliputi mitigasi dan kesiapsiagaan. Upaya tersebut

sangat penting bagi masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana sebagai persiapan

menghadapi bencana. Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk

mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian.

Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan

segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan.

Tahap pascabencana meliputi usaha rehabilitasi dan rekonstruksi sebagai upaya

mengembalikan keadaan masyarakat pada situasi yang kondusif, sehat, dan layak

14
sehingga masyarakat dapat hidup seperti sedia kala sebelum bencana terjadi, baik secara

fisik dan psikologis.

6. Upaya dalam Mitigasi Bencana

1. Mitigasi Bencana Tsunami adalah sistem untuk mendeteksi tsunami dan memberi

peringatan untuk mencegah jatuhnya korban. Ada dua jenis sistem peringatan dini

tsunami, yaitu:

a. Sistem peringatan tsunami internasional

b. Sistem peringatan tsunami regional

2. Mitigasi Bencana Gunung Berapi

Pemantauan aktivitas gunung api. Data hasil pemantauan dikirim ke Direktorat

Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (DVMBG) di Bandung dengan radio

komunikasi SSB.

a. Tanggap darurat

b. Pemetaan, peta kawasan rawan bencana gunung berapi dapat menjelaskan jenis

dan sifat bahaya, daerah rawan bencana, arah penyelamatan diri, pengungsian,

dan pos penanggulangan bencana gunung berapi.

c. Penyelidikan gunung berapi menggukanan metode geologi, geofisika, dan

geokimia

d. Sosialisasi, yang dilakukan pada pemerintah daerah dan masyarakat

3. Mitigasi Bencana Gempa Bumi

a. Mendirikan bangunan sesuai aturan baku (tahan gempa)

b. Kenali lokasi bangunan tempat Anda tinggal

c. Tempatkan perabotan pada tempat yang proporsional

15
d. Siapkan peralatan seperti senter, P3K, makanan instan, dll

e. Periksa penggunaan listrik dan gas

f. Catat nomor telepon penting

g. Kenali jalure evakuasi

h. Ikuti kegiatan simulasi mitigasi bencana gempa

Upaya mitigasi bencana gempa

1) Ketika Gempa

a) Tetap tenang

b) Hindari sesuatu yang kemungkinan akan roboh, kalau bisa ke tanah lapang

c) Perhatikan tempat Anda berdiri, kemungkinan ada retakan tanah

d) Turun dari kendaraan dan jauhi pantai.

2) Setelah Gempa

a) Cepat keluar dari bangunan. Gunakan tangga biasa

b) Periksa sekitar Anda. Jika ada yang terluka, lakukan pertolongan pertama.

c) Hindari banugnan yang berpotensi roboh.

4. Mitigasi Tanah Longsor

a) Hindari daerah rawan bencana untuk membangun pemukiman

b) Mengurangi tingkat keterjalan lereng

c) Terasering dengan sistem drainase yang tepat

d) Penghijauan dengan tanaman berakar dalam

e) Mendirikan bangunan berpondasi kuat

f) Penutupan rekahan di atas lereng untuk mencegah air cepat masuk

g) Relokasi (dalam beberapa kasus)

16
5. Mitigasi Banjir

a. Sebelum Banjir

a) Penataan daerah aliran sungai

b) Pembangunan sistem pemantauan dan peringatan banjir

c) Tidak membangun bangunan di bantaran sungai

d) Buang sampah di tempat sampah

e) Pengerukan sungai

f) Penghijauan hulu sungai

b. Saat Banjir

a) Matikan listrik

b) Mengungsi ke daerah aman

c) Jangan berjalan dekat saluran air

d) Hubungi instansi yang berhubungan dengan penanggulangan bencana

c. Setelah Banjir

a) Bersihkan rumah

b) Siapkan air bersih untuk menghindari diare

c) Waspada terhadap binatang berbisa atau penyebar penyakit yang mungkin ada

d) Selalu waspada terhadap banjir susulan

B. Mitigasi Pada Ibu Hamil

1 Keperawatan Bencana Pada Ibu Hamil Dan Bayi Sebelum Bencana

Melihat dampak bencana yang dapat terjadi, ibu hamil dan bayi perlu dibekali

pengetahuan dan ketrampilan menghadapi bencana. Beberapa hal yang dapat dilakukan

antara lain:

17
1. Membekali ibu hamil pengetahuan mengenai umur kehamilan, gambaran proses

kelahiran, ASI eksklusif dan MPASI

2. Melibatkan ibu hamil dalam kegiatan kesiapsiagaan bencana, misalnya dalam

simulasi bencana.

3. Menyiapkan tenaga kesehatan dan relawan yang trampil menangani kegawat

daruratan pada ibu hamil dan bayi melalui pelatihan atau workshop.

4. Menyiapkan stok obat khusus untuk ibu hamil dalam logistik bencana seperti tablet

Fe dan obat hormonal untuk menstimulasi produksi ASI.

2 Keperawatan Bencana Pada Ibu Hamil Dan Bayi Saat Bencana

Ibu hamil dan melahirkan perlu diprioritaskan dalam penanggulangan bencana

alasannya karena ada dua kehidupan dan adanya perubahan fisiologis. Perawat harus

ingat bahwa dalam merawat ibu hamil adalah sama halnya dengan menolong janinnya.

Sehingga, meningkatkan kondisi fisik dan mental wanita hamil dapat melindungi dua

kehidupan.

A. Pengkajian

Pengkajian kesehatan yang harus dilakukan pada ibu hamil dan bayi atau janin

saat terjadi bencana, meliputi:

a. Ibu Hamil

Ibu hamil harus dikajiberat badan, pembengkakan kaki, dan darah. Berat

badan diukur dengan timbangan badan. Hasil pengukuran saat ini dibandingkan

dengan pengukuran sebelumnya untuk mengkaji peningkatan berat badan yang

dihubungkan dengan ada atau tidak adanya oedema. Kalau tidak ada timbangan,

18
mengamati oedema harus selalu dicek dengan menekan daerah tibia. Ibu hamil

yang mengalami oedema juga sulit menggenggam tangannya, atau menapakkan

kakinya ke dalam sepatu karena adanya oedema di tangan, lutut dan telapak kaki

harus diperiksa. Selain itu, sindrom hipertensi karena kehamilan juga harus dikaji

dengan persepsi perabaan oleh petugas penyelamatan dengan melihat gejala-

gejala yang dirasakan oleh ibu hamil yaitu seperti sakit kepala dan nadi

meningkat, apabila tensimeter tidak tersedia. Anemia dapat dikaji dengan melihat

warna pembuluh darah kapiler ibu hamil. Pada kasus warna konjungtiva atau

kuku pucat, dapat diperkirakan merupakan tanda anemia.

Pengkajian pada ibu hamil harus juga mengkaji janin dalam

kandungannya. Kondisi kesehatan janin dikaji dengan mengukur gerakan dan

denyut jantungnya.

1. Denyut jantung janin dideteksi dengan menggunakan Laennec Apabila

Laennec tidak tersedia maka dapat digunakan kertas silinder sebagai

pengganti Laennec. Setelah mengetahui posisi punggung janin maka denyut

jantung janin dapat didengar dengan cara mendekatkan telinga menggunakan

LaennecLeneck pada perut ibu.

2. Pertumbuhan janin juga perlu dikaji.Masa kehamilan dapat diperkirakan

melalui hari terakhir menstruasi. Jika hari terakhir menstruasi tidak diketahui

maka usia kehamilan dapat ditentukan melalui ukuran uterus, seperti terlihat

pada gambar dibawah ini.

19
3. Tinggi fundus uterus dapat diukur denganmenggunakan jari. Mengenali

ukuran jari membantu dalam mengukur tinggi uterus.Pertumbuhan uterus

mengikuti masa kehamilan dalam hitungan minggu

b. Bayi

Suhu tubuh pada bayi baru lahir belum stabil. Suhu tubuh bayi perlu dikaji

karena permukaan tubuh bayi lebih besar dari pada tubuh orang dewasa sehingga

suhu tubuhnya mudah turun.Pakaian bayi juga harus tertutup dan hangat agar

mengurangi perpindahan suhu yang ekstrim. Kebutuhan cairan juga perlu dikaji

dengan seksama karena bisa saja bayi terpisah dari ibunya sehingga menyusui

ASI terputus. Bayi yang kehilangan atau terpisah dari ibunya karena ibu sakit atau

meninggal bisa dicarikan donor ASI dengan syarat keluarga menyetujui

pemberian ASI donor, identitas donor ASI maupun bayi penerima tercatat, ibu

susu dinyatakan sehat oleh tenaga kesehatan serta ASI donor tidak

diperjualbelikan

B. Masalah kesehatan yang bisa terjadi pada ibu hamil, janin dan bayi, serta

penanganannya.

1. Tekanan darah rendah

Wanita hamil dapat mengalami tekanan darah rendah karena tidur dengan posisi

supinasi dalam waktu lama. Keadaan ini disebut Sindrom Hipotensi Supinasi,

karena vena cava inferior tertekan oleh uterus dan volume darah yang kembali ke

jantung menjadi menurun sehingga denyut jantung janin menjadi menurun. Dalam

hal ini, tekanan darah rendah dapat diperbaiki dengan mengubah posisi tubuh ibu

menghadap ke sebelah kiri sehingga vena cava superior dapat bebas dari tekanan

20
uterus. Ketika wanita hamil dipindahkan ke tempat lain, maka posisi tubuhnya

juga menghadap ke sebelah kiri

2. Janin kurang Oksigen

Penyebab kematian janin adalah kematian ibu. Tubuh ibu hamil yang

mengalami keadaan bahaya secara fisik berfungsi untuk membantu

menyelamatkan nyawanya sendiri daripada nyawa janin dengan mengurangi

volume perdarahan pada uterus. Untuk pemberian Oksigen secukupnya kepada

janin harus memperhatikan bahwa pemberian Oksigen ini tidak hanya cukup

untuk tubuh ibu tetapi juga cukup untuk janin.

3. Hipotermi

Suhu tubuh pada bayi baru lahir belum stabil,karena permukaan tubuh

bayi lebih besar dari pada tubuh orang dewasa sehingga suhu tubuhnya mudah

turun.Cairan amnion dan darah harus segera dilap supaya bayi tetap hangat.

Perhatikan suhu lingkungan dan pemakaian baju dan selimut bayi. Harus sering

mengganti pakaian bayi karena bayi cepat berkeringat. Persediaan air yang cukup

karena bayi mudah mengalami dehidrasi, perlu diberikan ASI sedini mungkin dan

selama bayi mau.

4. Menyusui tidak efektif

Ibu yang menyusui anaknya harus diberikan dukungan dan bantuan praktis

untuk meneruskan menyusui, mereka tidak boleh sembarangan diberikan bantuan

susu formula dan susu bubuk. Ibu yang tidak bisa menyusui, misalnya ibu yang

mengalami gangguan kesehatan karena bencana, seperti mengalami luka atau

perdarahanharus didukung untuk mencari ASI pengganti untuk bayinya. Jika ada

21
bayi yang berumur lebih dari 6 bulan tidak bisa disusui, bayi tersebut harus

diberikan susu formula dan perlengkapan untuk menyiapkan susu tersebut

dibawah pengawasan yang ketat dan kondisi kesehatan bayi harus tetap

dimonitor. Botol bayi sebaiknya tidak digunakan karena risiko terkontaminasi,

kesulitan untuk membersihkan botol, gunakan sendok atau cangkir untuk

memberikan susu kepada bayi.

3 Keperawatan Bencana Pada Ibu Hamil Dan Bayi Setelah Bencana

Setelah masa bencana, ibu dan bayi menjalani kehidupan yang baru. Pengalaman

menghadapi bencana menjadi pelajaran untuk ibu untuk memperbaiki hidupnya. Ibu yang

masih dapat dipertahankan kehamilannya dipantau terus kondisi ibu dan janinnya agar

dapat melahirkan dengan selamat pada waktunya. Bagi ibu yang sudah melahirkan,

fungsi dan tugas ibu merawat bayi harus tetap dijalankan, baik di tempat pengungsian

atau pun di lingkungan keluarga terdekat. Tujuan keperawatan bencana pada fase setelah

bencana adalah untuk membantu ibu menjalani tugas ibu seperti uraian dibawah ini.

A. Pemberian ASI (Air Susu Ibu)

Pemberian ASI eksklusif bagi bayi yang berusia 0-6 bulan dan tetap menyusui

hingga 2 tahun pada kondisi darurat.Pemberian susu formula hanya dapat diberikan

jika ibu bayi meninggal, tidak adanya ibu susuan atau donor ASI. Selain itu,

pemberian susu formula harus dengan indikasi khusus yang dikeluarkan dokter dan

tenaga kesehatan terampil. Seperti halnya obat, susu formula tidak bisa diberikan

sembarangan, harus diresepkan oleh dokter. Pendistribusian susu formula dalam

situasi bencana pun harus dengan persetujuan dinas kesehatan setempat. Bukan

22
berarti ketika terjadi bencana, kita bebas mendonasikan susu formula maupun susu

bubuk, UHT yang bisa menggantikan pemberian ASI hingga berusia 2 tahun.

B. Pemberian Makanan Pendamping ASI (MPASI) Berkualitas

Intervensi terbaik untuk menyelamatkan hidup bayi dan anak. ASI dan MPASI

berkualitas bukan hanya sebagai pemenuhan kebutuhan tubuh bayi dan anak, akan

tetapi merupakan “lifesaving” untuk keberlangsungan hidup jangka pendek maupun

jangka panjang. Tetaplah menyusui hingga 2 tahun. Adapun syarat MPASI

berkualitas adalah sebagai berikut:

a. MPASI disediakan berdasarkan bahan lokal dengan menggunakan peralatan

makan yang higienis.

b. MPASI harus yang mudah dimakan, dicerna dan dengan penyiapan yang higienis.

c. Pemberian MPASI disesuaikan dengan umur dan kebutuhan gizi bayi.

d. MPASI harus mengandung kalori dan mikronutrien yang cukup (energi, protein,

vitamin dan mineral yang cukup terutama Fe, vitamin A dan vitamin C).

e. MPASI pabrikan hanya alternatifdarurat. Penggunaannya setidaknya tidak lebih

dari 5 hari pasca bencana.

C. Makanan siap saji untuk Ibu menyusui pada 5 hari pertama pasca bencana

Dengan memberikan makanan yang baik bagi Ibu, sama artinya dengan menjamin

pemberian ASI kepada bayi dan anak. Ketersediaan ASI yang mencukupi dan

melimpah pada dasarnya tidak terpengaruh oleh makanan dan minuman secara

langsung, namun paparan makanan dan minuman yang menunjang akan

menentramkan ibu dalam menyusui dan menghilangkan kekhawatiran mereka. Hal

inilah yang mempengaruhi pemberian ASI pada kondisi bencana

23
BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL

A. Kerangka Teori

Mitigasi bencana adalah serangkaian upaya yang dilakukan guna mengurangi dampak

dan risiko akibat terjadinya bencana. Selain itu, mitigasi dapat diartikan sebagai serangkaian

upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun

penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana.

Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera

pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan. Tahap

pascabencana meliputi usaha rehabilitasi dan rekonstruksi sebagai upaya mengembalikan

keadaan masyarakat pada situasi yang kondusif, sehat, dan layak sehingga masyarakat dapat

hidup seperti sedia kala sebelum bencana terjadi, baik secara fisik dan psikologis.

Melihat dampak bencana yang dapat terjadi, ibu hamil dan bayi perlu dibekali

pengetahuan dan ketrampilan menghadapi bencana. Beberapa hal yang dapat dilakukan

antara lain:

1. Membekali ibu hamil pengetahuan mengenai umur kehamilan, gambaran proses

kelahiran, ASI eksklusif dan MPASI

2. Melibatkan ibu hamil dalam kegiatan kesiapsiagaan bencana, misalnya dalam simulasi

bencana.

3. Menyiapkan tenaga kesehatan dan relawan yang trampil menangani kegawat daruratan

pada ibu hamil dan bayi melalui pelatihan atau workshop.

24
4. Menyiapkan stok obat khusus untuk ibu hamil dalam logistik bencana seperti tablet Fe

dan obat hormonal untuk menstimulasi produksi ASI.

Ibu hamil dan melahirkan perlu diprioritaskan dalam penanggulangan bencana alasannya

karena ada dua kehidupan dan adanya perubahan fisiologis. Perawat harus ingat bahwa

dalam merawat ibu hamil adalah sama halnya dengan menolong janinnya. Sehingga,

meningkatkan kondisi fisik dan mental wanita hamil dapat melindungi dua kehidupan.

Setelah masa bencana, ibu dan bayi menjalani kehidupan yang baru. Pengalaman

menghadapi bencana menjadi pelajaran untuk ibu untuk memperbaiki hidupnya. Ibu yang

masih dapat dipertahankan kehamilannya dipantau terus kondisi ibu dan janinnya agar dapat

melahirkan dengan selamat pada waktunya. Bagi ibu yang sudah melahirkan, fungsi dan

tugas ibu merawat bayi harus tetap dijalankan, baik di tempat pengungsian atau pun di

lingkungan keluarga terdekat. Tujuan keperawatan bencana pada fase setelah bencana adalah

untuk membantu ibu menjalani tugas ibu

Aspek Kesehatan Fisik


1. Keadaan kesehatan
2. Gaya hidup
3. Sosial ekonomi
Mitigasi Bencana Pada Ibu Hamil
Dan Bayi Dalam Menghadapi
Ancaman Bencana Gempa Bumi
Aspek Psikis
1. Suasana lingkungan
keluarga
2. Lingkungan sosial

Skema 3.1 Kerangka Teori

25
B. Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Keperawatan Bencana pada


ibu hamil dan bayi sebelum
bencana

Keperawatan Bencana pada Hubungan Mitigasi Bencana Pada Ibu


ibu hamil dan bayi saat Hamil Dan Bayi Dalam Menghadapi
bencana Ancaman Bencana Gempa Bumi

Keperawatan Bencana pada


ibu hamil dan bayi sesudah
bencana
Skema 3.2
Hubungan Mitigasi Bencana Pada Ibu Hamil Dan Bayi Dalam Menghadapi Ancaman
Bencana Gempa Bumi

C. Hipotesa Penelitian

1. Ada Hubungan Keperawatan Bencana Pada Ibu Hamil Dan Bayi Sebelum Bencana

2. Ada Hubungan Keperawatan Bencana Pada Ibu Hamil Dan Bayi Saat Bencana

3. Ada Hubungan Keperawatan Bencana Pada Ibu Hamil Dan Bayi Sesudah Bencana

26
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan rancangan penelitian cross

sectional.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RW 08 Kelurahan Kuranji Kecamatan Kota Padang dilakukan

pada tanggal 27 Juni 2019. Peneliti memilih tempat ini dengan pertimbangan bahwa pada

tempat ini mudah mendapatkan informan di karenakan kuranji rawan bencana.

C. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian adalah seluruh ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas

Penurunan Kota Padang tahun 2019 sebanyak 218 ibu hamil. Pengambilan sampel

dilakukan dengan menggunakan teknik Accidental Sampling sebanyak 10 ibu hamil.

D. Variabel dan Defenisi Operasional

Variabel dependent yaitu kesiapsiagaan menghadapi bencana dan variabel independent

yaitu pengalaman bencana gempa bumi. Pengukuran variabel pengalaman bencana

menggunakan kuesioner. Pengalaman bencana terdiri dari kategori unfavourable jika skor

< 7 dan favourable jika skor ≥ 7. Kesiapsiagaan menghadapi bencana terdiri dari kategori

tidak siap siaga jika skor < 7 dan siap siaga jika skor ≥ 7. Analisis data menggunakan

analisis univariat dan bivariat.

E. Instrumen Penelitian

Hasil Penelitian

27
1. Analisis Univariat

Hasil analisis univariat ini dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi

dari variabel independent (pengalaman bencana) dan variabel dependent

(Kesiapan).

2. Analisis Bivariat

Analisis ini dilakukan untuk untuk mengetahui hubungan masing-masing

variabel independent (pengalaman bencana) dan variabel dependent

(kesiapsiagaan Ibu hamil).

F. Etika Penelitian

Peran Perawat Bencana

1. Pra Bencana

Siklus penanganan bencana pada pase pra bencana yaitu Kesiapan Dan

Pencegahan dengan peran perawat pada pase pra bencana :

1) Perawat mengikuti pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kesehatan

dalampenanggulangan ancaman bencana untuk setiap fasenya.

2) Perawat ikut terlibat dalam berbagai dinas pemerintahan, organisasi

lingkungan,paling merah nasional, maupun lembaga-lembaga

kemasyarakatan dalammemberikan penyuluhan dan simulasi persiapan

menghadapi ancaman bencanakepada masyarakat.

3) Perawat terlibat dalam program promosi kesehatan untuk meningkatkan

kesiapanmasyarakat dalam menghadapi bencana yang meliputi hal-hal berikut.

a. Usaha pertolongan diri sendiri (pada masyarakat tersebut).

28
b. Pelatihan pertolongan pertama pada keluarga seperti menolong

anggotakeluarga yang lain.

c. Pembekalan informasi tentang bagaimana menyimpan dan

membawapersediaan makanan dan penggunaan air yang aman.

2. Saat Bencana

Siklus penanganan bencana pada pase intra/saat bencana yaitu Tanggap darurat

denganperan perawat pada pase intra/saat bencana :

a. Bertindak cepat

b. Do not promise. Perawat seharusnya tidak menjanjikan apapun dengan pasti,

denganmaksud memberikan harapan yang besar pada para korban selamat.

c. Berkonsentrasi penuh pada apa yang dilakukan

d. Koordinasi danmenciptakan kepemimpinan.

e. Untuk jangka panjang, bersama-sama pihak yang terkait dapat mendiskusikan

danmerancang master plan of revitalizing, biasanya untuk jangka waktu

30 bulan pertama (Efendi, 2009).

3. Pasca Bencana

Siklus penanganan bencana pada pase post/pasca bencana yaitu

Rekuntruksi danrehabilitasi dengan peran perawat pada pase post/pasca bencana :

a. Bencana tentu memberikan bekas khusus bagi keadaaan fisik, sosial, dan

psikologiskorban.

b. Stres psikologis yang terjadi dapat terus berkembang hingga terjadi post-

traumaticstress disorder (PTSD) yang merupakan sindrom dengan tiga

kriteria utama.Pertama, gejala trauma pasti dapat dikenali. Kedua, individu

29
tersebut mengalamigejala ulang traumanya melalui flashback, mimpi, ataupun

peristiwa-peristiwa yangmemacunya. Ketga, individu akan menunjukkan

gangguan fisik. Selain itu, individu

G. Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data

primer diperoleh langsung dari ibu hamil yang menjadi objek dalam penelitian dengan

cara membagikan kuesioner kepada ibu hamil. Data sekunder diperoleh dari data jumlah

ibu hamil pada tahun 2020 dari buku register.

H. Alur Penelitian

Variabel Independent (pengalaman bencana) dan variabel dependent (Kesiapsiagaan Ibu

Hamil)

I. Teknik Pengolahan Data

Ibu hamil yang memiliki pengalaman bencana gempa bumi favourable, tidak

terdapat ibu hamil yang tidak siap siaga dalam menghadapi ancaman bencana gempa

bumi dan 21 ibu hamil siap siaga dengan kategori favourable dalam menghadapi

ancaman bencana gempa bumi. Dari 5 ibu hamil yang memiliki pengalaman bencana

gempa bumi unfavourable, terdapat 2 ibu hamil yang siap siaga dalam menghadapi

ancaman bencana gempa bumi dan 3 ibu hamil tidak siap siaga dalam menghadapi

ancaman bencana gempa bumi.

J. Analisa Data

Berdasarkan hasil penelitian tersebut mengungkapkan bahwa secara keseluruhan

kesiapsiagaan yang dimiliki ibu hamil yang pernah mengalami bencana gempa bumi

berada pada kategori sangat siap dalam menghadapi ancaman gempa bumi. Tingkat

30
kesiapsiagaan yang ditunjukkan oleh ibu hamil ternyata dipengaruhi oleh faktor internal

ibu hamil itu sendiri yaitu pengalaman bencana, walaupun hubungan yang terjadi sedang.

Namun demikian, pengalaman bencana yang dimiliki menjadikan ibu hamil mengetahui

penyebab terjadinya bencana, ciri-ciri terjadinya bencana dan menjadikan ibu hamil

mengetahui tindakan yang tepat sebelum, saat, dan setelah terjadinya bencana serta

tempat untuk berlindung ketika terjadi bencana. Selain itu, pengalaman bencana juga

mendorong ibu hamil untuk terus meningkatkan kesiapannya dalam menghadapi

ancaman gempa bumi melalui media cetak, elektronik dan melalui kegiatan penyuluhan.

31
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Mitigasi bencana adalah serangkaian upaya yang dilakukan guna mengurangi

dampak dan risiko akibat terjadinya bencana. Selain itu, mitigasi dapat diartikan sebagai

serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik

maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana.

Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan

segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan.

Tahap pascabencana meliputi usaha rehabilitasi dan rekonstruksi sebagai upaya

mengembalikan keadaan masyarakat pada situasi yang kondusif, sehat, dan layak

sehingga masyarakat dapat hidup seperti sedia kala sebelum bencana terjadi, baik secara

fisik dan psikologis.

Ibu hamil yang memiliki pengalaman bencana gempa bumi favourable, tidak

terdapat ibu hamil yang tidak siap siaga dalam menghadapi ancaman bencana gempa

bumi dan 21 ibu hamil siap siaga dengan kategori favourable dalam menghadapi

ancaman bencana gempa bumi. Dari 5 ibu hamil yang memiliki pengalaman bencana

gempa bumi unfavourable, terdapat 2 ibu hamil yang siap siaga dalam menghadapi

ancaman bencana gempa bumi dan 3 ibu hamil tidak siap siaga dalam menghadapi

ancaman bencana gempa bumi.

32
B. Saran

1. Masyarakat Berdasarkan hasil temuan dan analisis data penelitian, peneliti memberikan

saran yang nantinya akan bermanfaat bagi lembaga maupun bagi peneliti selanjutnya.

Adanya program tersebut, masyarakat menjadi lebih terbantu dan kembali ke kondisi

yang lebih baik. Pada penelitian ini, yeu sebagai lembaga penyelenggara program

melakukan komunikasi dengan target pada sebelum, saat, dan setelah program

dijalankan. Agar tidak ada salah paham dan program berjalan sesuai dengan objektif.

Kemudian, masyarakat diberikan lebih kebebasan dalam berpendapat maupun

menjalankan kegiatan. Hal ini karena target dari program pendampingan merupakan

masyarakat, sehingga masyarakat yang akan menerima manfaatnya. Selain itu, intervensi

lembaga sedikit dikurangi, agar masyarakat dapat berperan aktif dalam program.

Masyarakat menjadi memiliki pembelajaran dan tanggung jawab terhadap program.

2. Akademis peneliti menyadari bahwa masih terdapat kekurangan yang ada dalam

penelitian ini. Peneliti berharap pada penelitian berikutnya untuk dapat lebih mengkaji

dan mempelajari fenomena yang ada di masyarakat terkait dengan komunikasi partisipatif

dalam situasi bencana. Pengumpulan data berdasarkan pernyataan atau sudut pandang

penyintas menjadi peran penting bagi penelitian, karena mereka yang menerima manfaat

dan dapat menjadi dasar untuk konfirmasi data dari lembaga. Penelitian selanjutnya

diharapkan lebih menggali dan mengkaji lebih banyak referensi terkait dengan

komunikasi partisipatif dan komunikasi bencana. Karena, komunikasi partisipatif dalam

situasi bencana akan berbeda dengan konsep komunikasi partisipatif yang diturunkan

pada situasi normal.

33
DAFTAR PUSTAKA

Akiko Saka, 2007. Long-term nursing needs during the disaster that is different from

Acute Phase. Mariko Ohara, Akiko Sakai. (Editorial Supervision): Disaster

Nursing, Nanzandou, hlm.79. Forum keperawatan bencana Keperawatan

Bencana, Banda Aceh PMI, Japanese Red Cross.

Febriana, Sugiyanto, D., & Abubakar, Y. (2015). Kesiapsiagaan Masyarakat Desa Siaga

Bencana dalam Menghadapi Bencana Gempa Bumi di Kecamatan Meurexa Kota Banda

Aceh. Jurnal Ilmu Kebencanaan (JIKA) Pascasarjana Universitas Syiah Kuala, 2(3) : 41-

49. Diunduh Dari: Https://Core.Ac.Uk/Download/Pdf/29 5422741.Pdf.

Havwina. T, Maryani, E., & Nandi, (2016). Pengaruh Pengalaman Bencana Terhadap

Kesiapsiagaan Peserta Didik Dalam Menghadapi Ancaman Gempabumi Dan Tsunami,

Gea. Jurnal Pendidikan Geografi, 16(2): 124-131. Diunduh dari :

https://ejournal.upi.edu/index.php/gea/article/view/4041.

Hesti, N., Yetti, H., & Erwani. (2019). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan

Kesiapsiagaan Bidan dalam Menghadapi Bencana Gempa dan Tsunami di Puskesmas

Kota Padang, Jurnal Kesehatan Andalas, 8(2): 338-345.DOI:

https://doi.org/10.25077/jka.v8i 2.1010.

Indriasari. F.N. Pengaruh Pemberian Metode Simulasi Siaga Bencana Gempa BumiTerhadap

Kesiapsiagaan Anak di Yogyakarta, Jurnal Keperawatan Soedirman, 11(3):1-7. Diunduh

dari : https://jks.fikes.unsoed.ac.id/index.ph p/jks/article/view/700

Kamsatun, Meitya, Sukarni. (2021). Pemberdayaan Keluarga Ibu Hamil Tanggap Bencana

Dalam Meningkatkan Kemampuan Mengurangi Dampak Bencana pada Ibu Hamil,

Journal Homepage: http://ejurnal.poltekkestasikmalaya.ac.id/index.php/EMaSS/index

34

Anda mungkin juga menyukai