Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. W DENGAN


P1A0 PARTUS MATURUS SC INDIKASI PEB
DI RUANG JADE RSUD DR SLAMET GARUT

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Stase Keperawatan Maternitas


Program Profesi Ners Angkatan XI

DISUSUN OLEH:
Agung Rizqy R (KHGD21044)
Asep Nurodin (KHGD21042)
Ega Silvia (KHGD21045)
Eli Jumaeli (KHGD21043)
Ervina Dwi Oktavia (KHGD21065)
Hasan Rizal (KHGD21091)
Heti Putri Cahyati (KHGD21019)
Kadinda Intan Septiara (KHGD21001)
Muhtar Megi (KHGD21097)
Rizky Ramdhan Siregar (KHGD21008)
PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XI
STIKES KARSA HUSADA GARUT
2021/2022

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim,

Dengan memanjatkan puji serta syukur ke hadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya. Shalawat serta salam semoga selalu

tecurahkan kepada baginda kita yakni Nabi Muhammad SAW, kepada

keluarganya, sahabatnya serta sampai kepada kita selaku umatnya, sehingga

penulis dapat menyelesaikan Makalah ini untuk memenuhi tugas Stase

Keperawatan Maternitas.

Garut, 31 Desember 2021

Penulis,

Kelompok 3

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................................... i
KATA PENGANTAR...................................................................................... ii
DAFTAR ISI..................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL............................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................. 1
1.2 Tujuan Penelitian.......................................................................................... 2
1.3 Manfaat Penelitian........................................................................................ 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... 4
2.1 Pengertian Gizi Kurang................................................................................ 4
2.2 Etiologi......................................................................................................... 4
2.3 Penilaian Tumbuh Kembang........................................................................ 5
2.4 Kategori Status Gizi...................................................................................... 7
2.5 Patofisiologi.................................................................................................. 8
2.6 WOC Gizi Buruk.......................................................................................... 9
2.7 Faktor Pendukung Gizi Kurang.................................................................... 10
2.8 Akibat Gizi Kurang....................................................................................... 11
2.9 Kebutuhan Gizi Balita.................................................................................. 12
2.10 Komplikasi.................................................................................................. 15
2.11 Penatalaksanaa Gizi Kurang....................................................................... 15
2.12 Asuhan Keperawatan Gizi Kurang............................................................. 17
BAB III TINJAUAN KASUS.......................................................................... 35
2.1 Pengkajian..................................................................................................... 35
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................... 67
5.1 Kesimpulan................................................................................................... 67
5.2 Saran............................................................................................................. 67
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 68

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Partus lama adalah persalinan yang berlangsung lebih lama dari 24
jam digolongkan sebagai persalinan lama, namun demikian kalau
kemajuan persalinan tidak terjadi secara memadai selama periode itu
situasi tersebut harus segera dinilai permasalahnnya harus dikenali dan
diatasi sebelum batas waktu 24 jam tercapai sebagian besar partus lama
menunjukan pemanjangan apapun yang menjadi penyebabnya ceviks
gagal membuka penuh dalam jangka waktu yang layak (Oxorn,2010).
Partus lama penyebab kematian ibu dan bayi baru lahir, partus
lama jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat akan mengakibatkan ibu
mengalami infeksi, kehabisan tenaga sebelum bayi dilahirkan, dehidrasi,
kadang dapat terjadi pendarahan postpartum yang dapat menyebabkan
kematian ibu, pada janin akan terjadi infeksi, cedera, dan asfiksia yang
dapat meningkatkan kematian bayi. Partus lama salah satu penyumbang
kematian ibu di dunia, berdasarkan WHO tahun 2014 terjadi kasus partus
lama pada wanita di dunia yaitu 289 per 100.000 kelahiran hidup.
Sementara di Indonesia terjadi kejadian partus lama menduduki urutan
tertinggi di ASEAN yaitu 359 per 100.000 kelahiran hidup ibu meninggal
akibat partus lama (WHO,2014). berdasarkan Riskesdas tahun 2018 di
jawa barat yang mengalami partus lama yaitu sebesar 4,1%, dengan
provinsi tertinggi yang mengalami partus lama yaitu DI Yogyakarta
sebesar 7,9% sementara yang mengalami partus lama sedikit di provinsi
papua sebesar 2,7% dengan total kelahiran 78.736 kelahiran di seluruh
provinsi.
Persalinan normal menurut WHO (2010) adalah persalinan yang
dimulai secara spontan, beresiko rendah pada awal persalinan dan tetap

4
demikian selama proses persalinan bayi lahir secara spontan dalam
persentasi belakang kepala pada usia kehamilan 37-42 minggu lengkap
dan setelah persalinan ibu maupun bayi pada berada dalam kondisi sehat.
Persalinan normal atau persalinan spontan adalah bila bayi lahir dengan
letak belakang kepala tanpa melalui alat-alat atau pertolongan istimewa
serta tidak melukai ibu dan bayi dan umumnya berlangsung dalam waktu
kurang dari 24 jam, terdapat 2 jenis persalinan pertama persalinan spontan
yaitu jika persalinan berlangsung dengan kekuatan ibunya sendiri dan
melalui jalan lahir, kedua persalinan buatan yaitu persalinan yang
berlangsung dengan bantuan tenaga dari luar misalnya dilakukan operasi
sectio caesarea (Oktarina,2012)
Sectio caesarea ialah suatu pembedahan guna melahirkan anak
lewat insisi pada dinding abdomen dan uterus. Pembedahan caesarea
professional yang pertama dilakukan diamerika serikat pada tahun 1827
sebelum tahu 1800 sectio caesarea jarang dikerjakan dan biasanya fatal.
Angka mortalitasnya 52 persen yang utamanya disebabkan oleh infeksi
perdarahan dan partus lama/partus macet (Oxorn,2010). Tindakan sectio
caesarea merupakan pilihan utama untuk menyelamatkan ibu dan janin.
Operasi ini dilakukan karena ada masalah pada ibu dan janin ada beberapa
indikasi dilakukan sectio caesarea yaitu dengan panggul sempit,
pembedahan sebelumnya pada uterus, pendarahan, Toxemia gravidarum
seperti preeeklamsia dan indikasi fetal seperti: gawat janin, partus
lama/macet (Oxorn, 2010)
Menurut (WHO) pada tahun 2014 bahwa sectio caesarea (sc) terus
meningkat diseluruh dunia. Persalinan dengan sectio caesarea beresiko
kematian 25 kali lebih besar beresiko infeksi 80 kali lebih tinggi di
bandingkan persalinan pervaginam (WHO 2014). Indonesia angka
kejadian operasi caesarea terus meningkat, baik di rumah sakit pemerintah
maupun di rumah sakit swasta. Di Indonesia sendiri persalinan caesarea di
kota 11 % jauh lebih tinggi di bandingkan di desa yaitu 3,9% hasil
Riskesdas 2018 menunjukan kelahiran dengan metode sectio caesarea

5
sebesar 15,5% dari total 78.736 kelahiran di seluruh provinsi sepanjang
tahun 2018 dengan provinsi tertinggi yaitu Bali 30,2% dan provinsi yang
melakukan sectio caesarea terendah yaitu Papua dengan 6,7%.
Penulis melaksanakan Asuhan Keperawatan, pada hasil studi di
ruang Jade RSUD dr. Slamet Garut. Pasien dengan post sectio caesarea
termasuk kedalam ke Sembilan kasus terbanyak.

1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menyelesaikan masalah pasien melalui pendekatan
berpikir kritis.
2. Tujuan Khusus
Setelah akan dilaksanakan ronde keperawatan mahasiswa mampu :
1) Menumbuhkan cara berpikir kritis dan ilmiah.
2) Meningkatkan validasi data pasien.
3) Meningkatkan kemampuan untuk memodivikasi rencana
keperawatan.
4) Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang
sesuai dengan masalah pasien.
5) Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja.

1.3 Manfaat
1. Bagi Pasien
1) Membantu menyelesaikan masalah pasien sehingga mempercepat
masa penyembuhan.
2) Memberikan keperawatan secara profesional dan efektif kepada
pasien.
3) Memenuhi kebutuhan pasien.
2. Bagi Perawat
1) Meningkatkan kemampuan kogintif, efektif dan psikomotor
perawat.

6
2) Meningkatkan kerja sama tim.
3) Menciptakan komunitas keperawatann profesional
3. Bagi Rumah Sakit
1) Meningkatkan mutu pelayanan di Rumah Sakit.
2) Menurunkan lama hari perawatan pasien.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian
Sectio caesaria adalah pembedahan untuk melahirkan janin lewat
insisi pada abdomen dan uterus (Oxorn, 1996 : 634). Sectio Caesaria
adalah suatu cara melahirkan janin dengan sayatan/ pada dinding perut
atau section caesaria adalah suatu histerektomi untuk melahirkan janji dan
dalam rahim (Mochtar, 1998 : 177).
Masa nifas atau post parfum adalah masa pulih kembali, mulai dan
persalinan selesai sampai dengan pulihnya alat-alat reproduksi sampai
keadaan sebelum hamil, berlangsung 6-8 minggu (Mochtar, 1998 : 115).
Berdasarkan pengertian di atas maka penulis dapat menyimpulkan
bahwa post sectio caesaria adalah masa pulihnya alat-alat reproduksi
setelah kelahiran janin melalui insisi dinding abdomen dan uterus
disebabkan kehamilan itu sendiri dengan gejala trias yaitu hipertensi,
oedema, dan proteinuria.
2.2 Etiologi
Penyebab preeklamsia sampai sekarang belum diketahui secara pasti,
tetapi Pada umumnya disebabkan oleh (vasopasme arteriola). Faktor –
faktor lain yang dapat diperkirakan akan mempengaruhi timbulnya
preeklamsia yaitu sebagai berikut (sutrimah, 2015).
a. Usia Ibu
Usia merupakan usia individu terhitung mulai saat individu
dilahirkan sampai saat berulang tahun, semakin cukup usia, tingkat
kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam
proses berfikir. Insiden tertinggi pada kasus preeklampsia pada

8
usia remaja atau awal usia 20 tahun, namun prevalensinya
meningkat pada wanita dengan usia diatas 35 tahun.
b. Usia Kehamilan
Preeklampsia biasanya akan muncul setelah usia kehamilan
minggu ke 20, gejalanya yaitu kenaikan tekanan darah. Jika terjadi
di bawah usia kehamilan 20 minggu, masih dikategorikan dalam
hipertensi kronik. Sebagian besar kasus preeklampsia terjadi pada
minggu > 37 minggu dan semakin tua usia kehamilan maka
semakin berisiko terjadinya preeklampsia.
c. Paritas
Paritas merupakan keadaan seorang ibu yang melahirkan
janin lebih dari satu
d. Riwayat Hipertensi / preeklamsia
Riwayat preeklampsia pada kehamilan sebelumnya adalah
faktor utama. Kehamilan pada wanita yang memiliki riwayat
preeklampsia sebelumnya berkaitan dengan tingginya kejadian
preeklampsia berat, preeklampsia onset dini, dan dampak perinatal
yang buruk (Lalenoh, 2018).
e. Genetik
Riwayat preeklampsia pada keluarga juga dapat
meningkatkan risiko hampir tiga kali lipat adanya riwayat
preeklampsia. Pada ibu dapat meningkatkan risiko sebanyak 3,6
kali lipat (Lalenoh, 2018).
f. Penyakit Terdahulu (Diabetes Militus)
Jika sebelum hamil ibu sudah terdiagnosis diabetes,
kemungkinan akan terkena preeklampsia meningkat 4 kali lipat.
Sedangkan untuk kasus hipertensi, prevalensi preeklampsia pada
ibu dengan hipertensi kronik lebih tinggi dari pada ibu yang tidak
menderita hipertensi kronik.
g. Obesitas

9
Terjadinya peningkatan risiko munculnya preeklampsia
pada setiap peningkatan indeks masa tubuh. Sebuah studi kohort
mengemukakan bahwa ibu dengan indeks masa tubuh >35 akan
memiliki risiko mengalami preeklampsia sebanyak 2 kali lipat.
h. Bad Obstetrik History
Ibu hamil yang pernah mempunyai riwayat preeklampsia, kehamilan
molahidatidosa, dan kehamilan ganda kemungkinan akan mengalami
preeklampsia pada kehamilan selanjutnya, terutama jika diluar
kehamilan menderita tekanan darah tinggi menahun
2.3 Komplikasi
Komplikasi sectio caesaria adalah
a. Infeksi puerpeural (nifas)
1) Ringan
Dengan kenaikan suhu beberapa hari saja
2) Sedang
Dengan kertaikan suhu lebih tinggi, disertai dehidrasi, perut sedikit
kembung.
3) Berat
Dengan peritonitis dan sepsis, hal ini sering dijumpai pada partus
terlantar, dimana sebelumnya telah terjadi infeksi intrapartal karena
ketuban yang teah pecah terlalu lama, penanganannya adalah
pemberian cairan, elektrolit dan antibiotik yang ada dan tepat.
b. Perdarahan, disebabkan karena
1) Banyak pembuIuh darah terputus dan terbuka.
2) Antonia uteri
3) Perdarahan pada placenta bed.
c. Luka kandung kemih
d. kemungkinan ruptura uteri spontanea pada kehamilan mendatang.
(Mochtar, 1998 : 121)
2.4 Pemeriksaan Penunjang
a. Hemoglobin

10
b. Hematokrit
c. Leukosit
d. Golongan darah
(Arief Mansjoer, 1999 : 270)
2.5 Patofisiologi
1. Adaptasi fisiologis (Hamilton, 1995: 64-68).
a. Tanda-tanda vital
Suhu 24 jam pertama meningkat < 38°C akibat adanya dehidrasi dan
perubahan hormonal, relaksasi otot, normal kembali dalam 24 jam
pertama, bila kenaikan suhu lebih dari 2 hari maka pada pasien
menunjukan adanya sepsis peurpeural infeksi traktus urinarus,
endometriasis, mastitis pcmbengkakan payudara pada hari kedua
ketiga dapat menyebabkan peningkatan suhu pasien.
b. Sistem kardiovaskuler
Dapat terjadi bradikardi setelah persalinan, takhikardi bisa terjadi
merefleksikan atau menunjukan adanya kesulitan dalam proses
persalinan alan persalinan lama, pendarahan yang berlebih
(hemorogie post partum)
c. Tekanan darah
Tekanan darah normal setelah melahirkan, penambahan sistolik 30
mmHg atau penambahan diastolik 15 mmHg khususnya bila disertai
adanya sakit kepala atau gangguan penglihatan menunjukan pre
ekslampsia.
d. Laktasi
Produk ASI mulai hari ke 4 post partum, pembesaran payudara,
putting susu menonjol, kolostrum berwarna kuning keputihan, areola
mamae berwama hitam dan kembali normal setelah minggu pertama.
e. Sistem gastrointestinal
Pengendalian fungsi defekasi lambat dalam minggu pertama,
peristatik usus terjadi penurunan segera setelah bayi lahir.
f. Sistem muskuloskeletal

11
Terjadi peregangan dan penekanan otot, oedema ekstremitas bawah
akan berkurang dalam minggu pertama.
g. Sistem perkemihan
Kandung kemih oedema dan sensitifitas menurun sehingga
menimbulkan overdistension.
h. Sistem reproduksi
Terjadi proses involsio uteri dimana terjadi perubahan penebalan alat
genetalia interna dan eksterna yang berangsur-angsur pulih kembali
seperti keadaan sebelum hamil (Wiknjosasro, 2000 : 237)
Macam-macam lochea dan darah nifas adalah :
1. Lochea rubra : berwarna merah pada hari pertama sampai hari
kedua pasca persalinan.
2. Lochea sanguinolenta : berwarna merah kecoklatan pada hari
ketiga sampai hari ketujuh pasca persalinan.
3. Lochea serosa : berwarna merah kekuningan pada hari ketujuh
sampai hari keempat belas pasca persalinan.
4. Lochea alba : berwarna putih setelah dua minggu pasca persalinan.
i. Sistem endokrin
Mengalami perubahan secara tiba-tiba dalam kala IV persalinan.
Setelah plasenta lahir terjadi penurunan estrogen dan progesteron.
Prolaktin menurun pada wanita yang tidak meneteki pada bayinya
dan akan meningkat pada wanita yang meneteki. Menstruasi
biasanya setelah 12 minggu post partum pada ibu yang tidak
menyusui dan 36 minggu yang menyusui.
2. Adaptasi psikologis ibu dalam menerima perannya sebagai orang tua.
Setelah melahirkan secara bertahap menurut revarubin (Hamilton, 1995 :
59) :
a. Fase taking in
Fase ini terjadi pada hari pertama dan kedua setelah melahirkan. Ibu
membutuhkan perlindungan dan pelayanan, memfokuskan energi

12
pada bayi yang menyebabkan persepsi penyempitan dan kemampuan
menerima informasi kurang.

b. Fase taking hold


Mulai pada hari ketiga adalah melahirkan. Pada minggu keempat
sampai kelima ibu siap menerima pesan gurunya dalam belajar
tentang hal-hal baru.
c. Fase taking go
Dimulai sekitar minggu kelima setelah melahirkan. Anggota
keluarga telah menyesuaikan diri dengan lahirnya bayi.
2.6 Peroses Penyembuhan
Menurut Robbins dan Kumar (1995) proses penyembuhan luka sebagai
berikut :
1. Hari pertama pasca bedah
Setelah lahir disambung dan dijahit, garis insisi segera terisi bekuan
darah. Permukaan bekuan darah ini mengering menimbulkan suatu
kerak yang menutupi luka.
2. Hari kedua pasca bedah
Timbul aktifitas yang terpisah yaitu reepitelisasi dan pembekuan
jembatan yang terdiri dan jaringan fibrosa yang menghubungkan kedua
tepi celah sub epitalis. Jalur-jalur tipis sel menonjol, dibawah
permukaan kerak dan tepi epitel menuju ke arah sentral. Dalam waktu
48 jam tonjolan ini berhubungan satu sama lain, dengan demikian luka
telah tertutup oleh epitel
3. Hari ketiga pasca bedah
Respon radang akut mulai berkurang dan neutrofil sebagai besar
diganti oleh makrofag yang membersihkan tepi cabang.
4. Hari kelima pasca bedah
Celah insisi biasanya terdiri dan jaringan granulosa yang kaya akan
pembuluh darah dan langgar. Dapat dijumpai serabut-serabut kolagen
disekitarnya.

13
5. Akhir minggu pertama
Luka telah tertutup dan epidermis dengan ketebalan yang kurang dan
normal.
6. Selama minggu kedua
Kerangka fibrin sudah ienyap dan jaringan parut masih tetap berwarna
merah cerah sebagai akibat peningkatan vaskularisasi, reaksi radang
hampir hilang seluruhnya.
7. Akhir minggu kedua
Struktur jaringan dasar parut telah mantap dan terjadi suatu proses
yang panjang (menghasilkan warna jaringan parut yang lebih muda
sebagai akibat tekanan pada pembuluh darah, timbunan kolagen dan
peningkatan secara mantap dan rentang luka) sedang berjalan.

14
2.7 Pathway

2.8 Fokus Intervensi


1. Nyeri berhubungan dengan inkontinuitas jaringan (Doenges, 2000 :
388)
Tujuan : nyeri berkurang

15
Kriteria hasil : mengungkapkan hilangnya nyeri setelah dilakukan
tindakan, dibuktikan dengan pasien mengatakan nyeri berkurang.
Intervensi :
a. Tentukan karakteristik dan lokasi nyeri
b. Beri informasi mengenai penyebab nyeri
c. Kaji suhu dan nadi
d. Ajarkan teknik relaksasi
e. Kolaborasi pemberin analgetik
2. Resiko tinggi infeksi berhuhungan dengan luka insisi pembedahan
(Tucker, 1999)
Tujuan : tidak terjadi infeksi
Kriteria hasil : individu akan mendemonstrasikan pengetahuan tentang
faktor-faktor resiko yang herhubungan dengan potensial terhadap infeksi
dan akan melaksanakan tindakan pencegahan yang sesuai untuk mencegah
infeksi.
Intervensi :
a. Kaji peningkatan suhu, nadi, respirasi sebagai tanda infeksi
b. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan 13
c. Observasi insisi terhadap tanda infeksi : kemerahan, nyeri tekan,
bengkak pada sisi insisi, peningkatan suhu.
d. Ganti pembalut luka perkebijakan Rumah Sakit
e. Kaji fundus uteri dan pengeluaran lochea
f. Kolaborasi pemberian antihiotik
3. Resiko kurang volume cairan berhuhungan dengan perdarahan pasca
partum (Tucker, 1999)
Tujuan : tidak terjadi kekurangan volume cairan
Kriteria hasil :
a. Individu akan mempertahankan masukan cairan dan elektrolit.
b. Mengidentifikasi cairan yang abnormal dan mengganti cairan sesuai
kebutuhan
c. Mempertahankan berat jenis urine dalam batas norma

16
Intervensi :
a. Beritahu pasien tentang jumlah lochea yang normal.
b. Instruksikan untuk menghubungi dokter bila pengeluaran lochea
berlebih.
c. Pertahankan cairan parenteral sesuai instruksi.
d. Ukur intake dan output cairan.
4. Kurang pengetahuan tentang perawatan diri dan bayi berhubungan
dengan kurangnya informasi (Doenges, 2000)
Tujuan : pasien dapat mendemonstrasikan dan mengungkapkan
pemahaman diri post partum.
Kriteria hasil :
a. Pasien memahami cara-cara perawatan diri dan bayi
b. Pasien mampu mendemonstrasikan.
Intervensi :
a. Kaji tingkat pengetahuan pasien
b. Beri informasi tentang perawatan diri dan bayi.
c. Beri pendidikan kesehatan
d. Dorong pasien untuk melakukan sendiri.
e. Libatkan keluarga ketika memberi pendidikan kesehatan.
5. Perubahan pola eliminasi : BAB (konstipasi) berhubungan dengan
penurunan otot abdomen, penurunan peristaltik usus (Doenges, 2000)
Tujuan : Pola eliminasi kembali normal
Kriteria hasil : Pasien bila BAB dengan konsistensi lembek.
Intervensi:
a. Anjurkan klien untuk tidak menahan BAB.
b. Berikan cairan perotal 6-8 gelas per hari.
c. Observasi penyebab gangguan eliminasi BAB.
d. Ajarkan untuk ambulasi dini sesuai toleransi.
e. Kolaborasi pemberian obat pencahar.
f. Kolaborasi pemberian diit tinggi serat.

17
6. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik (Doenges,
2000)
Tujuan : Aktititas pasien meningkat sesuai dengan toleransi.
Kriteria hasil :
a. Individu akan mengidentifikasi faktor-faktor yang memperberat
intoleransi aktivitas.
b. Mengidentifikasi metode untuk mengurangi intoleransi aktvitas.
c. Mengalami kemajuan aktivitas.
d. Mempertahankan tekanan darah, nadi, dan pernapasan dalam rentang
yang telah ditentukan sebelumnya selama sakit.
Intervensi:
a. Evaluasi respon klien terhadap aktivitas.
b. Ajarkan teknik mobilisasi dinisesuai indikasi.
c. Bantu klien dalam melakukan aktivitas.
d. Motivasi klien dalam mengikuti latihan ambulasi.
e. Kolaborasi dengan fisioterapi dalam latihan ambulasi.
7. Kurang perawatan diri berhuhungan dengan ketergantungan, kehilangan
mobilitas (Doenges, 2000)
Tujuan : Gangguan perawatan diri tidak terjadi
Kriteria hasil :
a. Menunjukan aktivias perawatan diri dalam tingkat kemampuan
pribadi.
b. Mendemonstrasikan perubahan teknik atau gaya hidup untuk
memenuhi kebutuhan diri.
Intervensi:
a. Kaji faktor penyebab atau yang berperan
b. Tentukan kemampuan saat ini (skala 0-4) dan hambatan untuk
partisipasi dalam perawatan.
c. Ikut sertakan pasien dalam formulasi rencana perawatan pada tingkat
kemampuan.

18
d. Dorong perawatan diri, bekerja dengan kemampuan yang sekarang
jangan menekan pasien di luar kemampuannya.
e. Sediakan waktu adekuat bagi pasien untuk melengkapi tugas, miliki
harapan untuk peningkatan dan bantu sesuai,kebutuhan.
8. Perubahan pola nutrisi berhubungan dengan penurunan peristaltik usus
(Doenges, 2001)
Tujuan: Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Intervensi :
a. Pantau masukai makanan setiap hari
b. Ukur berat badan setiap hari
c. Dorong pasien untuk makan diet tinggi kalori dan protein
d. Beri makan dalam porsi kecil tapi sering
e. Kolaborasi dalam pemberian diit.
9. Cemas berhubungan dengan tindakan redressing, perawatan yang lama
krisis situasi (Doenges, 2000)
Tujuan : cemas tidak terjadi
Kriteria Hasil :
a. Menunjukkan relaksasi dan melaporkan berkurangnya cemas.
b. Menunjukkan pemecahan masalah dan menggunakan sumber-sumber
secara efektif
Intervensi :
a. Kaji tingkat kecemasan.
b. Beri informasi yang benar.
c. Jelaskan tujuan dilakukan tindakan redresing.
d. Ciptakan lingkungan yang nyaman.
e. Dorong klien mengekspresikan perasaannya.
10. Resiko tinggi cidera berhuhungan dengan kejang (Donges, 2000)
Tujuan : Tidak terjadi cidera
Kriteria hasil : meindemonstrasikan tidak ada cidera dengan komplikasi
minimal atau terkontrol
Intervensi :

19
a. Monitor tanda-tanda vital
b. Observasi adanya kejang
c. Pertahankan penghalang tempat tidur terpasang.
d. Pantau kadar kalsium darah
e. Berikan obat sesuai indikasi

BAB III

TINJAUAN KASUS

A.  PENGKAJIAN
1.  BIODATA
a.   Identitas Pasien
Nama : Ny. W
Umur : 24 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Cibiuk
Status perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Suku : Sunda
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
No Register : 01298058
Diagnosa medis : P1 A0 Partus Maturus SC dengan indikasi PEB +
Gagal Induksi + IUD
Tanggal persalinan : 23 Desember 2021
Tanggal masuk : 22 Desember 2021
Tanggal pengkajian : 23 Desember 2021

b.  Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. R
Umur : 27 tahun
Jenis kelamin : Laki - laki
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta

20
Hubungan dengan pasien : Suami
Alamat : Cibiuk

B. ALASAN MASUK RS
Klien mengatakan dirujuk ke RSUD dr Slamet Garut karena mempunyai tekanan darah
tinggi. Tekaan darah tingginya diketahui saat kontrol kehamilan trimester 2 yaitu 160/100
mmHg
C. KELUHAN UTAMA SAAT DIKAJI
Klien mengeluh nyeri di sekitar perut
D. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG
P= Klien mengeluh nyeri
Q= Nyeri seperti ngilu
R= Nyeri berfokus di perut luka post SC
S= Skala nyeri 7 (0-10)
E. RIWAYAT KESEHATAN DAHULU
Klien mengatakan tidak terdapat penyakit yang diderita serta tidak memiliki kebiasaan
negatif seperti mengkonsumsi alkohol, obat obatan, dan merokok
F. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
Klien mengatakan tidak ada keluarga yang memiliki penyakit menular
G. RIWAYAT OBSTETRI GINEKOLOGI
1.  RIWAYAT GINEKOLOGI
a. Riwayat menstruasi
1) Menarche = 12 tahun
2) Lamanya haid = 5-7 hari
3) Siklus = teratur
4) Banyaknya = Biasa
5) Sifat darah = Normal
6) HPHT = 04/04/2021
7) Taksiran persalinan = 18/01/2021

b.   Riwayat perkawinan (suami dan istri)
1) Usia perkawinan = 23 tahun (istri)
2) Lama perkawinan = 2 tahun
3) Pernikahan yang ke = 1

c.  Riwayat kontrasepsi
1) Jenis kontrasepsi yang digunakan sebelum hamil = Tidak ada
2) Waktu & lama penggunaan = Tidak ada
3) Masalah dalam penggunaan cara tersebut = Tidak ada

21
4) Jenis kontrasepsi yang akan dilaksanakan setelah persalinan 
Sekarang = IUD
5) Jumlah anak yang direncanakan keluarga = -

2. RIWAYAT OBSTETRI
a. Riwayat kehamilan, persalinan, & nifas yang lalu
P1 A0

Tgl Umur Jenis Tempat Jenis Masalah Keadaa


No BB
partu kehamil partus Penolon kelami Hami Lahi Nifa Bayi n
1 23/12 9 bulan SC OK

b. Riwayat kehamilan sekarang
1) Klien merasa hamil 9 bulan
2) Keluhan waktu hamil = Tidak ada
3) Gerakan anak pertama dirasakan = 4 bulan
4) Imunisasi = TT
5) Penambahan BB selama hamil = -
6) Pemeriksaan kehamilan teratur/tidak.= Teratur
7) Tempat pemeriksaan dan hasil pemeriksaan.= Bidan dan Puskesmas

H. DATA BIOLOGIS
1. Aktivitas Kehidupan Sehari–Hari/Activity Daily Living (ADL)
N ADL Sebelum H Setelah H
o amil amil
1 NUTRISI 3x/hari +3x/hari
MAKAN 1 porsi 1 porsi
-  jenis menu
-  frekuensi
-  porsi
-  pantangan
-  keluhan
MINUM
-  jenis minuman Air mineral Air mineral
-  frekuensi 7-8x/hari 7-8x/hari
-  jumlah
-  pantangan

22
-  keluhan
2 ISTIRAHAT dan T
IDUR
MALAM 7Jam 5-6 Jam
-  berapa jam 21.00-04.00 22.00-04.00
-  dari jam …..s.d. ja
m….
-  kesukaran tidur 1Jam 1 Jam
SIANG 12.00-13.00 12.00-13.00
-  berapa jam
-  dari jam …..s.d. ja
m….
-  kesukaran tidur
3 ELIMINASI
BAK
-  frekuensi 5x/hari 5x/hari
-  jumlah
-  warna Khas urin Khas urin
-  bau Khas urin Khas urin
-  kesulitan Tidak ada Tidak ada
keluhan keluhan
-  frekuensi
-  jumlah 1x/hari 1x/hari
-  warna
-  bau Khas feses Khas feses
-  kesulitan Khas feses Khas feses
Tidak ada Tidak ada
keluhan keluhan
4 PERSONAL HYGI
ENE
MANDI
-  frekuensi 2x/hari 2x/hari
-  menggunakan sabu 2x/hari 2x/hari
n
-  frekuensi gosok gig 1x/hari 1x/hari
i
BERPAKAIAN
frekuensi ganti pakaia
n
5 MOBILITAS dan

23
AKTIVITAS
-  aktivitas yang dilak Membersihkan Hanya
ukan rumah, memasak berbaring
dll
-  kesulitan Tidak Ada Ada nyeri

2. Pemeriksaan Fisik
a. Penampilan umum
Kondisi umum : Lemah
Tingkat kesadaran : Composmentis
TTV (T, N, R, S) : T : 1200/90 mmHg P: 83x/menit R: 18x/menit S: 36.5 C
BB/ TB :
b. Sistem pernafasan (IPPA) :
Hidung bersih tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan, tidak ada bunyi
nafas tambahan (vesikuler),dada tampak simetris, Tidak ada nyeri tekan dan
lesi di dada
c. Sistem   kardiovaskuler   (IPPA:   
TD,   nadi,   sianosis,   konjungtiva, bunyi   jantung,extremitas {edema, ho
man sin, varises, CRT}).
Tidak ada bunyi jantung tambahan S1=S2 lup dub, tidak ada
sianosis, CRT < 2 detik
d. Sistem pencernaan (IPPA: kelembapan membran mukosa, edema, 
BU, hemoroid)
Mulut tampak simetris, tidak ada lesi, membran mukosa lembab, tidak ada
hemoroid
e. Sistem persyarafan (IPPA: status mental, kejang, refleks patela).
f. Sistem  panca  indra  (IPPA:  fungsi  penglihatan  [pandangan  kabur,  
pandangan berkunang-kungan], pendengaran, penciuman, 
pengecapan, perabaan) .
Pendengaran klien baik dibutikan dengan klien mampu menjawab semua
pertanyaan perawat, peniuman klien baik dibuktikan dengan klien isa
membedakan bau kau putih dengan parfum, pengecapan klien baik, perabaan
klien baik, penglihatan klien baik.
g. Sistem perkemihan (IPPA: palpasi kandung kemih, berkemih 
berlebihan, hematuri).
Terpasang DC ouput 500 ml, tidak ada nyeri tekan
h. Sistem integumen (IPPA: hiperpigmentasi, kloasma gravidarum,
 turgor, striae, luka SC [karakteristik]).
Turgor kulit baik, tidak lesi pada tangan dan kaki
i. Sistem endokrin (IPPA: pembesaran kelenjar tiroid, tremor).

24
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
j. Sistem muskuloskeletal (IPPA: masaa tonus otot, kekuatan otot, 
ROM, deformitas, diastasis rektur abdominis [lebar, panjang]).
k. Sistem reproduksi (IPPA: payudara [pembesaran, hiperpigmentasi 
areola, keadaan,putting susu, ASI/ kolostrum, bengkak, bendung/ masa, kebersihan], 
Uterus [TFU,posisi  uterus,  konsistensi  uterus],  genitalia  externa  
[edema,  varises,  lochea,kebersihan, laserasi/ kaji tanda REEDA].
Payudara hiperpigmentasi aerola, Payudara tampak penuh ASI+,

I. DATA PSIKOSOSIAL SPIRITUAL
1. Psikososial
a. Pola pikir dan persepsi
Pengetahuan cara pemberian ASI dan merawat bayi, rencana 
pemberian ASI, jenis
kelamin yang diharapkan, yang akan membantu merawat bayi di rumah, k
ehamilan ini diharapkan.
Klien mengatakan akan memberikan ASI ekslusif kepada bayinya, jenis
kelamin yg diharapkan laki-laki,
Klien akan merawat bayinya dibantu oleh ibunya dan keluarganya di rumah

b. Persepsi diri
Hal   yang   sangat   dipikirkan   saat   ini,   harapan   setelah   
menjalani   perawatan,perubahan yang dirasa setelah hamil.
Klien berharap bisa cepat pulih dani luka post SC nya agar bisa melakukan
aktifitas mandiri
Seperti biasanya
c. Konsep diri
Gambaran diri, peran, ideal diri, identitas diri, harga diri.
Klien berperan sebagai seorang istri dan sekarang menjadi seorang ibu
d. Hubungan/ komunikasi
Bahasa sehari hari, kejelasan bicara, relevan, mampu mengerti 
orang lain.
Klien mengatkan berhubngan baik dengan orang lain, dan menggunakan
bahasa Indonesia
e. Kebiasaan seksual
Gangguan hubungan seksual, pemahaman terhadap fungsi seksual.

25
2. Spiritual
Sumber kekuatan, Tuhan, agama, kepercayaan, sistem nilai dan kepercayaan
Klen beragama Islam dan klien selalu melakukan kegiatan ibadahnya

J. DATA PENUNJANG
Laboratorium, radiologi, pemeriksaan tambahan (USG, amniosintesis)
1. Hematologi
Masa Pendarahan 2
Masa Pembekuan 7
Darah Rutin
Hemoglobin 12,1
Hematokrit 36
Lekosit 10,680
Trombosit 266,000
Eritrosit 4,35
K. PENGOBATAN
Cefotaxime 2x1
Metronidazole 3x1
Ketorolac 3x1
Dexamethasone 2x1
II. ANALISA DATA

No Data Etiologi Masalah


1 Ds: klien Sectio Caesarea Nyeri akut b.d
mengatakan nyeri terputusnya
pada daerah luka Tindakan pembedahan jaringan akibat
post sc luka post op
Do: klien tampak Terputusnya jaringan
meringis –
- Skala nyeri 7 (0-10) Nyeri
B.
2 Ds: klien tampak Luka post SC Ansietas b.d
khawatir terhadap kurang informasi
luka post sc Nyeri mengenai
Do: klien tampak penyembuhn dan

26
cemas Kurang pengetahuan perawatan post op
mengenai penyembuhan dan
perawatan pot op

Ansietas
3 Ds: klien mengeluh Sectio Caesarea Resiko infeksi b.d
nyeri pada luka post trauma
op Terputusnya kontinitas jaringan/luka post
Do: terdapat luka jaringan op
post op
REEDA Luka post op
R : Tidak tampak
kemeraha Gangguan integritas jaringan
E : Tidak ada oedem
E : Tidak ada Resiko infeksi
D : Tidak ada
A : Tertutup

III.   PERENCANAAN dan IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA PERENCANAAN IMPLEMENTASI


KEPERAWATAN
TUJUAN INERVENSI
Nyeri akut b.d Setelah dilakukan Observasi 1. Mengidentifikas
1 terputusnya asuhan keperawatan i Lokasi
jaringan akibat diharapkan 1. identifikasi lokasi Karakteristik
luka post op karakteristik durasi durasi frekuensi
- keluhan nyeri frekuensi kualitas intensitas dan intesitas
menurun nyeri nyeri.
2. Mengidentifikas
- meringis 2. Identifikasi skala nyeri
i skla nyeri
menurun 3. Berikan teknik non 3. Memberikan
- sikap protektif farmakologis untuk teknik non
menurun mengurangi rasa nyeri farmakologis
dan gelisah menurun 4. kontrol lingkungan yang untuk
mempererat rasa nyeri mengurangi rasa
5. fasilitasi istirahat dan tidur nyeri
4. Memfasilitasi
6. pertimbangkan jenis dan
istirahat dan
sumber nyeri dalam tidur
pemilihan strategi 5. Menjelaskan

27
meredakan nyeri Penyebab
Edukasi periode dan
pemicu nyeri
1. jelaskan penyebab periode 6. Mengajarkan
dan pemicu nyeri tehnik non
2. jelaskan strategi meredakan farmakologi
untuk
nyeri
mengurangi
3. anjurkan memonitor nyeri nyeri
secara mandiri 7. Memberikan
4. anjurkan menggunakan pemberian
analgetik secara tepat analgetik
5. ajarkan teknik non ketorolac 1 cc
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
kolaborasi

6. pemberian analgetik

2 Ansietas b.d setelah dilakukan Observasi : 1. Mengidintifikas


kurang informasi tindakan keperawatan i ansietas
mengenai 3 X 24 jam 1. Identifikasi saat ikan berubah
penyembuhn dan anxietas berubah 2. Memonitor
diharapkan tingkat
perawatan post op 2. Identifikasi kemampuan tanda-tanda
ansietas menurun ansietas
dengan kriteria hasil : mengambil keputusan
3. Menciptakan
3. monitor tanda-tanda
suasana
- konsentrasi anxietas teurapeutik
meningkat terapeutik untuk
- pola tidur menumbuhkan
1. ciptakan suasana terapeutik kepercayaan
membaik
untuk menumbuhkan 4. Memotivasi
- perilaku
kepercayaan Mengidentifikas
gelisah
i situasi yang
menurun 2. temani pasien memicu
- verbalisasi untukmengurangi kecemasan
kebingungan kecemasan
menurun
- verbalisasi 3. Jika memungkinkan pahami
khawatir situasi yang membuat
akibat kondisi anxietas
yang dihadapi 4. Dengarkan dengan penuh
menurun perhatian menggunakan
- perilaku pendekatan yang tenang dan
tegang

28
menurun meyakinkan
5. motivasi mengidentifikasi
situasi yang memicu
kecemasan
edukasi

1. Jelaskan prosedur termasuk


sensasi yang mungkin
dialami informasi secara
faktual mengenai diagnosis
pengobatan dan prognosis
2. anjurkan keluarga untuk
tetap bersama pasien hati
kegiatan pengalihan untuk
mengurangi ketegangan
melatih teknik relaksasi

3 Resiko infeksi b.d setelah dilakukan observasi 1. Memonitor


trauma tindakan keperawatan tanda dan gejala
jaringan/luka post 3 x 24 jam diharapkan - monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan
op infeksi lokal dan sistemik sistemik
derajat infeksi
terapeutik 2. Membatasi
menurun dengan jumlah
kriteria hasil : 1. batasi jumlah pengunjung pengunjung
2. berikan perawatan pada 3. Memberikan
daerah edema perawatan pada
- demam daerah edema
menurun 3. cuci tangan sebelum dan
4. Cuci tangan
sesudah kontak dengan sebelum dan
- kemerahan
pasien dan lingkungan sesudah kontak
menurun
pasien dengan pasien
kadar sel darah putih
4. pertahankan teknik aseptik 5. Menjelaskan
membaik
pada pasien berisiko tinggi tanda dan gejala
infeksi
edukasi
6. Menjelaskan
1. Jelaskan tanda dan gejala cara memeriksa
luka
infeksi
7. Menganjurkan
2. ajarkan cara memeriksa meningkatkan
luka asupan cairan
3. anjurkan meningkatkan
asupan cairan
kolaborasi

kolaborasi pemberian imunisasi

29
IV.   CATATAN PERKEMBANGAN
Catatan
N Hari/ Paraf/Nama Jelas
Perkembangan
o Tanggal
1 24-12-21 S : - Klien mengatakan nyeri
pada daerah luka post sc
- Skala nyeri 5 dari 0-10
- Nyeri seperti tajam
ngilu
- Nyeri berlokasi di perut
O : Klien tampak lemas
- Mobilisasi klien
terhambat karena masih
merasakan nyeri post
op sc
- Tampak sakit ketika
di raba di bagian
bekas luka jaitan
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi
I : Menjelaskan strategi
meredakan nyeri
- Menganjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
- Mengajarkan tehnik
relaksasi nafas dalam
saat terasa nyeri
- Memberikan
pengobatan non
farmakologi untuk
meredakan nyeri
dengan

30
menggunakan buli
buli hangat
E : Klien mengerti apa yang
di jelaskan perawat

31
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil tinjauan kasus dengan beberapa implementasi yang
berbeda kami mengambil 1 implementasi yaitu relaksasi nafas dalam untuk
menurunkan intensitasnyeri didukung kembali dengan EBP penelitian.
5.2 SARAN
Diharapkan bagi Rumah Sakit bahwa intervensi relaksasi nafas dalam
untuk menurunkan intensitas nyeri dapat menjadi intervensi dalam standar
operasional prosedur (SOP) ilmu keperawatan maternitas.

32
DAFTAR PUSTAKA

Achjar, Komang Ayu Henny. 2012. Asuhan Keparawatan Keluarga : Strategi


Mahasiswa Keperawatan dan Praktisi Perawat Perkesmas. Jakarta : CV
Sagung Seto
Adiningsih, Sri. 2010. Waspadai Gizi Balita Anda. Jakarta : PT Elex Media
Komputindo
Almatsier, Sunita. 2013. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka
Utama
Arisman. 2009. Buku Ajar Ilmu Gizi : Gizi dalam Daur Kehidupan. Ed. 2.
Jakarta : EGC
Friedman, Marilyn M. 2010. Buku Ajar Keperawatan Keluarga : Riset, Teori dan
Praktik. Jakarta : EGC
Gusti, Salvari. 2013. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta : CV
Trans Info Media
Hidayat, Aziz Alimul. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan
Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika
. 2012. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah Ed. 2. Jakarta :
Salemba Medika
Irianto, Djoko Pekik. 2009. Panduan Gizi Lengkap Keluarga dan Olahragawan.
Ed. I. Yogyakarta : ANDI
Nursalam. 2015. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pendekatan Praktis
Ed. 3. Jakarta : Salemba Medika
Nuzula, dkk. 2016. Analisis Terhadap Faktor-Faktor Penyebab Gizi Kurang
Pada Balita di Desa Banyuanyar Kecamatan Kalibaru Banyuwangi.
Sudiharto. 2007. Asuhan Keperawatan Keluarga dengan
Pendekatan Keperawatan Transkultural. Jakarta : EGC
Supariasa, I Dewa Nyoman. 2010. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC
Suriadi & Rita Yuliani. 2010. Asuhan Keperawatan Anak. Jakarta : CV Sagung
Seto
Susanto, Tantut. 2012. Buku Ajar Keperawatan Keluarga : Aplikasi Teori pada
Praktik Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta : Trans Info Medi
Webster-Gandy, Joan. 2014. Gizi & Dietetika. Jakarta : EGC

33
34
35

Anda mungkin juga menyukai