Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN KASUS

PERSALINAN NORMAL PERVAGINAM

Pembimbing:
dr. Sarah Dina, M.Ked(OG), Sp.OG(K)

Disusun Oleh:
Khairina Zahra Triamanda Lubis 190131085
Kristivani Br Ginting 190131086
Marwin Siahaan 190131093
Muhammad Farid Zulkhair Damanik 190131101
Tri Nanda Sari Br. Sembiring 190131178

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER


DEPARTEMEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
RUMAH SAKIT UNIVERSITAR SUMATERA UTARA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan laporan kasus yang berjudul, “Persalinan Normal Pervaginam”. Laporan
kasus ini disusun sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan Program
Pendidikan Profesi Dokter (P3D) di Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Dalam proses penyusunan laporan kasus
ini, penulis menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada dr. Sarah Dina,
M.Ked(OG), Sp.OG(K) selaku dosen pembimbing yang telah membimbing penulis
selama proses penyusunan laporan kasus ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan kasus ini masih belum sempurna.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan penulisan laporan kasus di kemudian hari. Akhir kata, semoga laporan
kasus ini dapat memberikan manfaat dan dapat menjadi bahan rujukan bagi
penulisan ilmiah di masa mendatang.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

1.1 LATAR BELAKANG ............................................................................. 1


1.2 TUJUAN PENULISAN ........................................................................... 2
1.3 MANFAAT PENULISAN ...................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 3

2.1 DEFINISI ................................................................................................. 3


2.2 ETIOLOGI............................................................................................... 3
2.3 FAKTOR RISIKO TERJADINYA KOMPLIKASI ................................ 4
2.4 MEKANISME PERSALINAN ............................................................... 5
2.5 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA PERSALINAN 7
2.6 TANDA-TANDA PERSALINAN .......................................................... 8
2.7 FISIOLOGI PERSALINAN .................................................................... 8
2.8 ASUHAN MASA NIFAS ...................................................................... 13
2.9 TAHAPAN PERSALINAN .................................................................. 14
2.9.1 Tahapan Persalinan......................................................................... 14
2.9.2 Tanda-Tanda Persalinan ................................................................. 15

BAB III STATUS PASIEN ........................................................................... 17

3.1 STATUS PASIEN ................................................................................. 17

BAB IV DISKUSI KASUS ............................................................................ 25

BAB V KESIMPULAN ................................................................................. 28

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 29

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Angka Kematian Ibu (AKI) adalah satu dari sekian indikator yang digunakan
untuk melihat derajat kesehatan perempuan. Angka Kematian Ibu juga merupakan
salah satu target yang ditentukan dalam tujuan pembangunan milenium ke-5 yaitu
meningkatkan kesehatan ibu, di mana target yang ingin dicapai adalah mengurangi
sampai ¾ risiko jumlah kematian ibu. Hasil survei oleh AKI menunjukkan
penurunan dari waktu ke waktu, namun demikian upaya untuk mewujudkan target
tujuan pembangunan milenium masih membutuhkan komitmen dan usaha keras
yang terus-menerus (Mutmainnah, 2017).
Berdasarkan hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015 jumlah AKI
sebesar 305 per 100.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar
22,23 per 1.000 kelahiran hidup. Penyebab kematian ibu di Indonesia masih
didominasi oleh perdarahan (35,1%) dan hipertensi dalam kehamilan (27,1%),
diikuti oleh infeksi (7,3%), sementara partus lama dan aborsi merupakan penyebab
hampir 1/3 dari penyebab kematian (30,5%). Selain penyebab obstetrik, kematian
ibu juga disebabkan oleh penyebab lain-lain (non obstetrik) sebesar 40,8%. Upaya
untuk mengatasi menurunkan AKI dan AKB adalah dengan melaksanakan asuhan
secara berkelanjutan atau continuity of care pada ibu hamil, bersalin, nifas, bayi
baru lahir, dan keluarga berencana (Kementerian Kesehatan, 2016). Angka
kematian ibu di Sumatra Utara pada tahun 2015 sebesar 93 per 100.000 kelahiran
hidup namun angka ini belum menggambarkan yang sebenarnya di populasi,
sedangkan angka kematian bayi di Sumatera Utara pada tahun 2015 43 per 1000
kelahiran hidup yang di sebabkan kasus kematian di pelayanan kesehatan
sedangkan yang terjadi di masyarakat belum seluruhnya terlaporkan (Dinkes
Provsu, 2015). Dengan melakukan persalinan yang baik dapat menurunkan angka
kematian ibu dan janin.
Masa bersalin merupakan periode kritis bagi seorang ibu hamil, cakupan
persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan menunjukkan kecendrungan

1
2

peningkatan dari 86,73% pada tahun 2010 meningkat menjadi 90,03% pada tahun
2015. Pencapaian per Kabupaten sangat bervariasi dengan range antara 44,95%-
101,52% range ini mengalami penurunan di banding tahun 2014 yaitu 56,62%-
100,56%. Dari ke-33 kabupaten yang mampu mencapai target SPM di bidang
Kesehatan yaitu 90% pada tahun 2016 Kabupaten Asahan, Deli Serdang, Humbang
Hasudutan, Batubara, Kota Sibolga dan Medan, tiga Kabupaten terendah yaitu Nias
Barat, Nias Utara, dan Padang Lawas (Dinkes Provsu, 2015).
Persalinan adalah suatu proses fisiologik yang memungkinkan serangkaian
perubahan yang besar pada ibu untuk dapat melahirkan janinnya melalui jalan lahir.
Hal tersebut didefinisikan sebagai pembukaan serviks yang progresif, dilatasi, atau
keduanya, akibat kontraksi rahim teratur yang terjadi sekurang-kurangnya setiap 5
menit dan berlangsung sampai 60 detik. Peran dari penolong persalinan adalah
mengantisipasi dan menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu atau janin
(Mutmainnah, 2017).
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis melakukan pemilihan kasus berupa
laporan persalinan spontan pervaginam yang mana dengan melakukan persalinan
yang baik dan benar dapat menurunkan sepertiga angka kematian ibu di Indonesia.
1.2 TUJUAN PENULISAN
Tujuan penulisan laporan kasus ini adalah:
1. Mengetahui pengetahuan persalinan normal yang baik.
2. Mengetahui proses persalinan normal yang baik.
3. Melengkapi tugas laporan kasus pada Departemen Obstetri dan Ginekologi
RSUP Haji Adam Malik Medan.
1.3 MANFAAT PENULISAN
Manfaat dari penulisan laporan kasus ini adalah:
1. Melengkapi ketajaman pemahaman mengenai definisi dan proses persalinan
normal.
2. Mampu mengaplikasikan landasan teori persalinan normal dengan kasus
yang terjadi pada pasien di lapangan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari
dalam uterus melalui vagina ke dunia luar (Kuswanti, 2014). Persalinan adalah
proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan
dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah
37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit (Nurasiah, 2014).
Partus adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari
dalam uterus melalui vagina kedunia luar (Wiknjosastro, 2015). Persalinan
merupakan proses pergerakan janin, plasenta, dan membran dari dalam rahim
melalui jalan lahir. Proses ini berawal dari pembukaan dan dilatasi serviks sebagai
akibat kontraksi uterus dengan frekuensi, durasi, dan kekuatan yang teratur. Mula-
mula kekuatan yang muncul kecil, kemudian terus meningkat sampai pada
puncaknya pembukaan serviks lengkap sehingga siap untuk pengeluaran janin dari
rahim ibu. Persalinan adalah saat yang menegangkan, menggugah emosi,
menyakitkan, dan meakutkan bagi ibu maupun keluarga (Rohani, 2014).
2.2 ETIOLOGI
Sampai sekarang sebab-sebab mulai timbulnya persalinan tidak diketahui
dengan jelas, banyak teori yang dikemukakan, namun masing-masing teori ini
mempunyai kelemahan-kelemahan. Menurut Mochtar, 2011 beberapa teori
timbulnya persalinan yaitu:
a. Teori penurunan hormon
b. Minggu sebelum partus, terjadi penurunan kadar estrogen dan progesteron,
peningkatan kadar prostaglandin yang berfungsi meningkatkan kontraksi
uterus.
c. Teori placenta menjadi tua
Menyebabkan turunnya kadar estrogen dan progesteron yang menyebabkan
kekejangan pembuluh darah.

3
4

d. Rahim yang menjadi besar dan meregang menyebabkan iskemia otot-otot


rahim sehingga mengganggu sirkulasi uteroplasenta.
e. Teori iritasi mekanik
Di belakang serviks terletak ganglion servikale (fleksus frenkenhauser), bila
ganglion ini digeser dan ditekan, misalnya oleh kepala janin, akan timbul
kontraksi uterus.
f. Induksi Partus
Induksi persalinan adalah suatu upaya agar persalinan mulai berlangsung
sebelum dan sesudah kehamilan cukup bulan dengan jalan merangsang
timbulnya his (Sofian, 2011).
Induksi persalinan adalah upaya untuk melahirkan janin menjelang aterm
dalam keadaan belum terdapat tanda–tanda persalinan atau belum inpartu,
dengan kemungkinan janin dapat hidup di luar kandungan (umur di atas 28
minggu) (Manuaba, 2013).
2.3 FAKTOR RISIKO TERJADINYA KOMPLIKASI
1. Usia ibu yang berisiko untuk terjadinya komplikasi kehamilan adalah
pada usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun. Pada kondisi
tersebut, ibu berisiko mengalami komplikasi kehamilan 3,4 kali lebih
besar daripada ibu yang berusia 30-35 tahun. (Patricia, et al., 2016).
Melahirkan pada usia ibu muda (yaitu, 19 tahun) dikaitkan dengan
peningkatan risiko hasil perinatal ibu yang merugikan, seperti
perdarahan postpartum, eklampsia, dan disproporsi sefalopelvik, serta
efek samping yang merugikan. Luaran bayi termasuk kelahiran
prematur, pertumbuhan janin yang buruk, berat badan lahir rendah, dan
kematian neonatus. Sebagian besar komplikasi tetap tidak bergantung
pada faktor pembaur penting yang diketahui seperti kemiskinan,
perawatan pranatal yang tidak memadai dan/atau penambahan berat
badan selama kehamilan. Studi berbasis populasi skala menggunakan
data saat ini untuk memeriksa hubungan usia ibu dengan komplikasi
persalinan dan persalinan diperlukan untuk membantu menggambarkan
kontribusi usia ibu terhadap morbiditas ibu perinatal. Temuan tersebut
5

dapat membantu pengelolaan risiko selama kehamilan, terutama bila


tanda dan gejala komplikasi dapat dipantau oleh dokter dan/atau ibu
hamil.
2. Paritas
Pada ibu primigravida yang belum pernah melahirkan, maka
kemungkinan untuk terjadinya kelainan dan komplikasi cukup besar
terutama pada kekuatan HIS (power), jalan lahir (passage), dan kondisi
janin (passenger).
2.4 MEKANISME PERSALINAN
A. Pengertian
Denominator atau petunjuk adalah kedudukan dari salah satu bagian dari bagian
depan janin terhadap jalan lahir. Hipomoklion adalah titik putar atau pusat
pemutaran (Wiknjosastro, 2015).
B. Mekanisme persalinan letak belakang kepala
Menurut Wiknjosastro (2015) mekanisme persalinan dibagi beberapa tahap
yaitu:
1. Engagement (fiksasi) = masuk
Ialah masuknya kepala dengan lingkaran terbesar (diameter Biparietal) melalui
PAP. Pada primigravida kepala janin mulai turun pada umur kehamilan kira–kira
36 minggu, sedangkan pada multigravida pada kira– kira 38 minggu kadang–
kadang permulaan partus.
Engagement lengkap terjadi bila kepala sudah mencapai Hodge III Bila
engagement sudah terjadi maka kepala tidak dapat berubah posisi lagi, sehingga
posisinya seolah–olah terfixer di dalam panggul, oleh karena itu engagement sering
juga disebut fiksasi. Pada kepala masuk PAP, maka kepala dalam posisi melintang
dengan sutura sagitalis melintang sesuai dengan bentuk yang bulat lonjong.
Seharusnya pada waktu kepala masuk PAP, sutura sagitalis akan tetap berada di
tengah yang disebut Synclitismus. Tetapi kenyataannya, sutura sagitalis dapat
bergeser kedepan atau kebelakang disebut Asynclitismus. Asynclitismus dibagi 2
jenis:
6

a) Asynclitismus anterior: naegele obliquity yaitu bila sutura sagitalis bergeser


mendekati promontorium.
b) Asynclitismus posterior: litzman obliquity yaitu bila sutura sagitalis
mendekati symphisis.
1) Descensus = penurunan
Ialah penurunan kepala lebih lanjut kedalam panggul. Faktor– faktor
yang mempengaruhi descensus: tekanan air ketuban, dorongan langsung
fundus uteri padabokong janin, kontraksi otot– otot abdomen, ekstensi
badan janin.
2) Fleksi
Ialah menekannya kepala dimana dagu mendekati sternum sehingga
lingkaran kepala menjadi mengecil → suboksipito bregmatikus (9,5 cm).
Fleksi terjadi pada waktu kepala terdorong His kebawah kemudian
menemui jalan lahir. Pada waktu kepala tertahan jalan lahir, sedangkan
dari atas mendapat dorongan, maka kepala bergerak menekan kebawah.
3) Putaran Paksi Dalam (internal rotation)
Ialah berputarnya oksiput ke arah depan, sehingga ubun -ubun kecil
berada di bawah symphisis (HIII). Faktor-faktor yang mempengaruhi:
perubahan arah bidang PAP dan PBP, bentuk jalan lahir yang
melengkung, kepala yang bulatdan lonjong.
4) Defleksi
Ialah mekanisme lahirnya kepala lewat perineum. Faktor yang
menyebabkan terjadinya hal ini ialah: lengkungan panggul sebelah depan
lebih pendek dari pada yang belakang. Pada waktu defleksi, maka kepala
akan berputar ke atas dengan suboksiput sebagai titik putar
(hypomochlion) dibawah symphisis sehingga berturut-turut lahir ubun-
ubun besar, dahi, muka dan akhirnya dagu.
5) Putaran paksi luar (external rotation)
Ialah berputarnya kepala menyesuaikankembali dengan sumbu badan
(arahnya sesuai dengan punggung bayi).
6) Expulsi: lahirnya seluruh badan bayi.
7

Gambar 2.1 Seven cardinal movement

2.5 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA PERSALINAN


A. Tenaga atau Kekuatan (Power)
Adalah kekuatan yang mendorong janin dalam persalinan. Kekuatan
yang berguna untuk mendorong keluar janin adalah his, kontraksi
otot-otot perut, kontraksi diagfragma dan aksi ligament. Kekuatan
primer yang diperlukan dalam persalinan adalah his, sedangkan
sebagai kekuatan sekundernya adalah tenaga meneran ibu. (Rohani,
dkk., 2013).

B. Jalan Lahir (Passage)


Merupakan faktor jalan lahir, terbagi menjadi 2 yaitu bagian keras
(tulang panggul) dan bagian lunak (uterus, otot dasar panggul dan
perineum) (Rohani, dkk., 2013).
C. Janin (Passanger)
8

Meliputi sikap janin, letak janin, presentasi, bagian presentasi, serta


posisi. Sikap janin menunjukkan hubungan bagian tubuh janin yang
satu dengan bagian yang lain. Letak janin dilihat berdasarkan
hubungan sumbu tubuh janin dibandingkan dengan sumbu tubuh
ibu. Presentasi digunakan untuk menentukan bagian janin yang ada
dibagian bawah rahim yang dijumpai pada palpasi atau pada
pemeriksaan dalam. Bagian presentasi adalah bagian tubuh janin
yang pertama kali teraba oleh jari pemeriksa saat melakukan
pemeriksaan dalam. Sedangkan posisi merupakan indikator untuk
menetapkan arah bagian terbawah janin (Rohani, dkk., 2013).
D. Psikis Ibu
Meliputi psikologis ibu, emosi, dan persiapan intelektual,
pengalaman melahirkan bayi sebelumnya, kebiasaan adat, dan
dukungan dari orang terdekat pada kehidupan ibu. (Rohani, dkk.,
2013)
E. Penolong
Peran dari penolong persalinan adalah mengantisipasi dan
menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan janin
(Rohani, dkk., 2013)
2.6 TANDA-TANDA PERSALINAN
Menurut Sofian (2012), tanda dan gejala persalinan antara lain:
A. Rasa sakit oleh adanya HIS yang datang lebih kuat, sering, dan teratur.
B. Keluar lendir bercampur darah atau bloody show yang lebih banyak karena
robekan-robekan kecil pada serviks.
C. Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya.
D. Pemeriksaan dalam: serviks mendatar dan pembukaan telah ada
2.7 FISIOLOGI PERSALINAN
1. Perubahan Fisiologis pada Persalinan Kala I (Prawirohardjo, 2008)
Sejumlah perubahan fisiologis yang normal akan terjadi selama persalinan, di
antaranya yaitu:
a. Perubahan tekanan darah
9

Perubahan darah meningkat selama kontraksi uterus dengan kenaikan sistolik


rata-rata sebesar 10-20 mmHg dan kenaikan diastolik 5-10 mmHg di antara
kontraksi-kontraksi uterus, tekanan darah akan turun seperti sebelum masuk
persalinan dan akan naik lagi bila terjadi kontraksi. Arti penting dan kejadian ini
adalah untuk memastikan tekanan darah yang sesungguhnya, sehingga diperlukan
pengukuran di antara kontraksi. Jika seorang ibu dalam keadaan yang sangat
takut/khawatir. Rasa takutnyalah yang menyebabkan kenaikan tekanan darah.
Posisi tidur telentang selama bersalin akan menyebabkan penekanan uterus
terhadap pembuluh darah besar (aorta) yang akan menyebabkan sirkulasi darah baik
untuk ibu maupun janin akan terganggu, pada ibu dapat terjadi hipotensi dan janin
dapat asfiksia.
b. Perubahan Metabolisme
Selama persalinan baik metabolisme karbohidrat aerobik maupun anaerobik
akan naik secara perlahan. Kenaikan ini sebagian besar diakibatkan karena
kecemasan serta kegiatan otot rangka tubuh. Kegiatan metabolisme yang meningkat
tercermin dengan kenaikan suhu badan, denyut madi, pernapasan, kardiak output
dan kehilangan cairan.
c. Perubahan suhu badan
Suhu badan akan sedikit meningkat selama persalinan, suhu mencapai tertinggi
selama persalinan dan segera setelah persalinan. Kenaikan ini dianggap normal asal
tidak melebihi 0,5-1°C.
d. Denyut jantung
Penurunan yang menyolok selama kontraksi uterus tidak terjadi jika ibu berada
dalam posisi miring bukan posisi terlentang. Denyut jantung diantara kontraksi
sedikit lebih tinggi dibanding selama periode persalinan atau belum masuk
persalinan.
Denyut jantung yang sedikit naik merupakan hal yang normal, meskipun normal
perlu dikontrol secara periode untuk mengidentifikasi infeksi.
e. Pernafasan
Kenaikan pernafasan dapat disebabkan karena ada nya rasa nyeri, kekhawatiran
serta penggunaan tehnik pernafasan yang tidak benar.
10

f. Perubahan Gastrointestinal
Kemampuan pergerakan gastrik serta penyerapan makanan padat berkurang
akan menyebabkan pencernaan hampir berhenti selama persalinan dan akan
menyebabkan konstipasi.
g. Kontraksi uterus
Kontraksi uterus terjadi karena rangsangan pada otot polos uterus dan pada
penurunan hormon progesteron yang menyebabkan keluarnya hormon oksitosin.
h. Penarikan serviks
Pada akhir kehamilan otot yang mengelilingi ostium uteri internum (OUI)
ditarikoleh SAR yang menyebabkan serviks menjadi pendek dan menjadi bagian
dari SBR. Bentuk serviks menghilang karena canalis servikalis membesar dan
membentukostium uteri eksternum (OUE) sebagai ujung dan bentuknya menjadi
sempit.
i. Show
Show Adalah pengeluaran dari vagina yang terdiri dari sedikit lendir yang
bercampur darah, lendir ini berasal dari ekstruksi lendir yang menyumbat canalis
servikalis sepanjang kehamilan, sedangkan darah berasal dari desidua vera yang
lepas.

Gambar 2.2 Hodge I-IV

2. Perubahan Fisiologis pada Kala II


a. Kontraksi uterus
Dimana kontraksi ini bersifat nyeri yang disebabkan oleh anoxia dari sel-sel
otot tekanan pada ganglia dalam serviks dan segmen bawah rahim (SBR),
11

regangan dari serviks, regangan dan tarikan pada peritoneum, itu semua
terjadi pada saat kontraksi.
Adapun kontraksi yang bersifat berkala dan yang harus diperhatikan adalah
lamanya kontraksi berlangsung 60-90 detik.
b. Perubahan-perubahan uterus
Keadaan segmen atas rahim (SAR) dan segmen bawah rahim (SBR). Dalam
persalinan perbedaan SAR dan SBR akan tampak lebih jelas, dimana SAR
dibentuk oleh korpus uteri dan bersifat memegang peranan aktif
(berkontraksi) dan dindingnya bertambah tebal gengan majunya persalinan,
dengan kata lain SAR mengadakan suatu kontraksi menjadi tebal dan
mendorong anak keluar. Sedangkan SBR dibentuk oleh isthimus uteri yang
sifatnya memegang peranan pasif dan makin tipis dengan majunya
persalinan (disebabkan karena regangan), dengan kata lain SBR dan serviks
mengadakan relaksasi dan dilatasi.
c. Perubahan pada serviks
Perubahan serviks pada kala II dengan pembukaan lengkap, pada
pemeriksaan dalam tidak teraba lagi bibi portio, SBR dan serviks.
d. Perubahan pada vagina dan dasar panggung
Setelah pembukaan lengkap dan ketuban telah pecah terjadai perubahan,
terutama pada dasr panggul yang diregangkan oleh bagian depan janin
sehingga menjadi saluran yang dinding-dindingnya tipis karena suatu
regangan dan kepala sampai di vulva, lubang vulva menghadap ke depan
atas dan anus, menjadi terbuka, perineum menonjol dan tidak lama
kemudian kepala janin tampak pada vulva.
e. Perubahan tekanan darah
Tekanan darah akan meningkat selama kontraksi di sertai peningkatan
sistolik rata-rata 10-20 mmHg. Pada waktu-waktu diantara kontraksi
tekanan darah kembali ke tingkat sebelum persalinan.
f. Perubahan pernapasan
Peningkatan frekuensi pernafasan normal selama persalinan dan
mencerminkan peningkatan metabolisme yang terjadi. Hiperventelasi yang
12

menunjang adalah temuan abnormal dan dapat menyebabkan alkalosis (rasa


kesemutan pada ekstremitas dan perasaan pusing).
g. Perubahan hematologi
Hemoglobin meningkat rata-rata 1,2 gr/100 ml selama persalinan dan
kembali ke kadar sebelum persalinan pada hari pertama pascapartum jika
tidak ada kehilangan darah yang abnormal. Waktu koagulasi darah
berkurang dan terdapat peningkatan fibrinogen plasma lebih lanjut selama
persalinan.
1. Perubahan fisiologis pada kala III persalinan
Dimulai segera setelah bayi sampai lahirnya plasenta yang berlangsung
tidak lebih dari 30 menit. Setelah bayi lahir uterus teraba keras dengan
fundus uteri agak di atas pusat beberapa menit kemudian uterus berkontraksi
lagi untuk melepaskan plasenta dari dindingnya. Biasanya plasenta lepas
dalam 6 menit-15 menit setelah bayi lahir dan keluar spontan atau dengan
tekanan pada fundus uteri. Pengeluaran plasenta, disertai dengan
pengeluaran darah. Komplikasi yang timbul pada kala III dalah perdarahan
akibat atonia uteri, retensio plasenta, perlukaan jalan lahir, tanda gejala tali
pusat.
Tempat implantasi plasenta mengalami pengerutan akibat pengosongan
kavum uteri dan kontraksi lanjutan sehingga plasenta dilepaskan dari
perlekatannya dan pengumpulan darah pada ruang utero-plasenter akan
mendorong plasenta keluar.
Pada kala III, otot uters (miometrium) berkontraksi mengikuti penyusutan
volume rongga uterus setelah lahirnya bayi. Penyusutan ukuran ini
menyebabkan berkurangnya ukuran tempat perlekatan plasenta. Karena
tempat perlekatan menjadi semakin kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak
berubah maka plasenta akan terlipat, menebal dan kemudian lepas dari
dinding uterus. Setelah lepas, plasenta akan turn kebagian bawah uterus atau
kedalam vagina. Setelah jalan lahir, uterus mengadakan kontraksi yang
mengakibatkan penciutan permukaan kavum uteri, tempat implantasi
plasenta, akibatnya, plasenta akan lepas dari tempat implantasinya.
13

2. Perubahan fisiologis pada kala IV persalinan


Kala IV adalah kala pengawasan dari 1-2 jam setelah bayi dan plasenta lahir.
Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah kontraksi uterus sampai uterus
kembali dalam bentuk normal. Hal ini dapt dilakukan dengan rangsangan
taktil (masase) untuk merangsang uterus berkontraksi baik dan kuat. Perlu
juga dipastikan bahwa plasenta telah lahir lengkap dan tidak ada yang tersisa
dalam uterus serta benar-benar dijamin tidak terjadi perdarahan lanjut
(Sumarah,2008)
Perdarahan pasca persalianan adalah suatu kejadian mendadak dan tidak
dapat diprediksi yang merupakan penyebab kematian ibu diseluruh dunia.
Sebab yang paling umum dari perdarahan pasca persalinan dini yang berat
(terjadi dalam 24 jam setelah melahirkan) adalah atonia uteri (kegagalan
rahim untuk berkontraksi sebagaimana mestinya setelah melahirkan).
Plasenta yang tertinggal, vagina atau mulut rahim yang terkoyak dan uterus
yang turun atau inversiu juga merupakan sebab dari perdarahan pasca
persalinan.
2.8 ASUHAN MASA NIFAS
Paling sedikit 4 kali melakukan kunjungan pada masa nifas, dengan tujuan
untuk:
a. Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi.
b. Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya
gangguan kesehatan ibu nifas dan bayi.
c. Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada masa
nifas.
d. Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan mengganggu
kesehatan ibu nifas maupun bayinya.
1) Kunjungan I
Kunjungan dalam waktu 6-8 jam setelah persalinan, yaitu:
1. Mencegah terjadinya perdarahan pada masa nifas
2. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan dan memberikan
rujukan bila perdarahan berlanjut.
14

3. Memberikan konseling kepada ibu atau salah satu anggota keluarga


mengenai bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
4. Pemberian ASI pada masa awal menjadi ibu.
5. Mengajarkan ibu untuk mempererat hubngan antara ibu dan bayi baru lahir.
6. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi.
2) Kunjungan II
Kunjungan dalam waktu 6 hari setelah persalinan, yaitu:
1. Memastikan involusi uteri berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus di
bawah tidak ada perdarahan abnormal, dan tidak ada bau.
2. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau kelainan pasca melahirkan.
3. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak ada tanda-tanda penyulit.
4. Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada bayi, cara
merawat tali pusat, dan menjaga bayi agar tetap hangat.
3) Kunjungan III
Kunjungan dalam waktu 2 minggu setelah persalinan, yaitu:
1. Memastikan involusi uteri berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus di
bawah umbilicus tidak ada perdarahan abnormal, dan tidak ada bau.
2. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau kelainan pasca melahirkan.
3. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak ada tanda-tanda penyulit.
4. Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada bayi, cara
merawat tali pusat, dan menjaga bayi agar tetap hangat.
4) Kunjungan IV
Kunjungan dalam waktu 6 minggu setelah persalinan, yaitu:
1. Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang dialami atau bayinya.
2. Memberikan konseling untuk KB secara dini.
2.9 TAHAPAN PERSALINAN
2.9.1 Tahapan Persalinan
1. Kala I atau kala pembukaan: dimulai dari adanya his yang adekuat sampai
pembukaan lengkap. Kala I dibagi dalam 2 fase: fase laten (serviks 1-3 cm
– dibawah 4cm) membutuhkan waktu 8 jam, fase aktif (serviks 4-10 cm/
lengkap), membutuhkan waktu 6 jam (Asri Hidayat, 2015).
15

2. Kala II/kala pengeluaran: dari pembukaan lengkap sampai lahirnya bayi.


Proses ini biasanya berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam pada multi.
3. Kala III/kala uri: dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta,
yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit.
4. Kala IV/kala pengawasan: kala IV dimulai dari saat lahirnya plasenta
sampai 2 jam pertama post partum.
Tabel 2.1 Kontraksi Palsu dan Asli

Karakteristik False Labor True Labor


Timing Ireguler Reguler
Intensitas Tidak ada perubahan antara 1 Semakin lama
kontraksi dengan kontraksi semakin intens
selanjutnya
Interval Tidak ada perubahan interval Semakin lama
antarkontraksi interval semakin
kecil
Rasa tidak Hanya di inferior abdomen Abdomen
nyaman generalisata dan
punggung
Bila diberi obat Menghilang Tidak menghilang
sedatif
Pembukaan Tidak bertambah Bertambah
Keluar air-air / Tidak Keluar
perdarahan

2.9.2 Tanda-Tanda Persalinan


Tanda dan gejala menjelang persalinan antara lain:
a. Perasaan distensi berkurang (lightening)
Lightening yang mulai dirasakan kira-kira 2 minggu menjelang persalinan,
adalah penurunan bagian presentasi kedalam pelvis minor. Lightening
adalah sebutan bahwa kepala janin sudah turun. Sesak nafas yang dirasakan
sebelumnya selama trimester ke III kehamilan akan berkurang karena
kondisi ini akan menciptakan ruang yang lebih besar di dalam abdomen atas
untuk eksapnsi paru. Namun lightening tetap menimbulkan rasa tidak
nyaman yang lain akibat tekanan bagian presentasi di area pelvis minor.
b. Perubahan serviks
16

Perubahan serviks diduga terjadi akibat peningkatan intensitas braxton


hicks. Serviks menjadi matang selama periode yang berbeda-beda sebelum
persalinan. Kematangan serviks mengindikasikan kesiapannya untuk
persalinan.
c. Persalinan palsu
Persalinan palsu terdiri dari kontraksi uterus yang sangat nyeri, yang
memberi pengaruh signifikan terhadap serviks. Kontraksi pada persalinan
palsu sebenarnya timbul akibat kontraksi braxton hicks yang tidak nyeri,
yang telah terjadi sejak sekitar enam minggu kehamilan.
d. Ketuban pecah
Pada kondisi normal, ketuban pecah pada akhir kala I persalinan. Apabila
terjadi sebelum awitan persalinan, disebut ketuban pecah dini (KPD).
e. Bloody show
Bloody show paling sering terlihat sebagai rabas lendir bercampur darah
yang lengket dan harus dibedakan dengan cermat dari perdarahan murni.
Kadang-kadang seluruh plak lendir dikeluarkan dalam bentuk masa. Plak
yang keluar pada saat persalinan berlangsung dan terlihat pada vagina sering
kali disangka tali pusat yang lepas. Bloody show merupakan tanda
persalinan yang akan terjadi, biasanya dalam 24 smpai 48 jam.
BAB III

STATUS PASIEN

3.1 STATUS PASIEN


Anamnesis Pribadi
Nama : Nyonya V
Umur : 19 Tahun
Suku : Jawa
Agama : Islam
Pekerjaan : Buruh
Pendidikan Terakhir : SD
Status Pernikahan : Menikah

Anamnesis Penyakit
Keluhan Utama : Kontraksi Persalinan
Telaah : Hal ini dialami pasien sejak 12 jam sebelum masuk
rumah sakit. Riwayat keluar lendir bercampur darah (+) sejak 6 jam yang lalu.
Riwayat keluar cairan (-). Riwayat sesak napas, demam, batuk (-). Riwayat kontak
dengan pasien terkonfirmasi Covid-19 (-). Buang air kecil dan Buang air besar
dalam batas normal.

Riwayat Penyakit Terdahulu : Tidak dijumpai


Riwayat Penggunaan Obat : Tidak dijumpai
Riwayat Tindakan Operasi : Tidak dijumpai
Riwayat Alergi : Tidak dijumpai
Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak dijumpai
Riwayat Penyakit Ginekologi : Tidak dijumpai
HPHT : 29/03/2021
HPL : 31/01/2022
ANC : Bidan 2 kali, Dokter Sp.OG 4 kali

17
18

Riwayat kehamilan:
1. Kehamilan saat ini

Pemeriksaan Fisik
Status Presens
Kesadaran : Compos Mentis Anemia : (-)/(-)
Tekanan Darah : 120/80 mmHg Ikterus : (-)/(-)
Nadi : 85 x/menit Sianosis : (-)
Pernapasan : 20 x/menit Dyspnoe : (-)
Suhu : 35,9℃ Edema : (-)
SpO2 : 99%

Status generalisata : Sedang BB : 56 kg


Status nutrisi : Normoweight (23,3 kg/m2) TB : 155 cm
Status penyakit : Sedang LILA : 25,2 cm

Status Generalisata
• Kepala
• Mata : konjungtiva palpebra inferior anemis(-/-),sklera ikterik(-/-)
• Leher : pembesaran KGB (-), pembesaran kelenjar tiroid (-)
• Thorax : Paru: vesikuler (+/+)
Suara tambahan: wheezing (-/-), ronkhi (-/-)
Jantung: S1 (+), S2 (+), murmur (-), gallop (-)
• Ekstremitas atas : dalam batas normal
• Ekstremitas bawah: oedem (-/-), cyanosis (-/-)

Pemeriksaan di ruang observasi


Status obstetrik
• Abdomen : pembesaran asimetris
• Tinggi fundus : 2 jari dibawah Proc. Xyphoideus (33cm)
• Bagian menegang : kanan
19

• Bagian terbawah : Kepala (3/5)


• Kontraksi Uterus : (+)2 x 20” /10’
• DJJ : 148x/i
• Gerak Janin : (+)
• Taksiran Berat Janin : 33 – 11 x (155) = 3.410 gr

Pemeriksaan Ginekologi
• VT : servix axial, ⌀ 4 cm, eff 80 %, kepala pada H II-III,
membrane amnion (+), fontanella minor arah jam 10
• Glove : lendir bercampur darah (-), Cairan amnion (-)

Kekuatan Panggul
• Promontorium : tidak teraba
• Linea Innominata : teraba 2/3 anterior
• Spina Ischiadica : tidak menonjol
• Lengkung Pubis : tumpul
• Os sacrum : konkaf
• Os koksigis : mobile
Kesimpulan : Pelvis adekuat

USG Transabdominal
20

USG Transabdominal (17 Januari 2022)


• Janin tunggal, intrauterine, presentasi kepala, janin hidup
• FM (+), FHR (+) 147 reguler
• BPD: 94,2 mm
• HC: 334,9 mm
• AC: 344,4 mm
• FL: 75,7 mm
• MVP:6,08 cm
• Cereb: 5,57 cm (38w3d)
• EFW: 3536 gr
• S/D ratio: 2,38
• Placenta anterior grade III
Kesimpulan: kehamilan intrauterine (38 minggu) + presentasi kepala + janin hidup
21

Cardiotocography (CTG)

Baseline: 150 bpm


Variability: 5-20 bpm
Acceleration: (+)
Early Deceleration: (-)
Uterine Contraction: (+) 1x10”/10’
Kesimpulan: CTG Kategori 1
Hasil Laboratorium (17 Januari 2022)
• Hb : 12,7 N: 12-14 gr/dL
• Leucocyte : 12.160 N: 4.000-11.000/uL
• Hematocrite : 39,3 N: 36,0-42,0/%
• Platelete : 215.000 N: 150.000-400.000/u
• MCV : 82.00 N: 82-92 fL
• MCH : 26.60 N: 27-31 pg
• MCHC : 26,50 N: 32-36 g%
• RDW : 16,50 N: 11,5-14,5%
• Neutrofil : 76,0 N: 50,00-70,00%
• Limfosit : 16,80 N: 20,00-40,00%
22

• Monosit : 6,20 N: 2,00-8,00%


• Eusinofil : 0,80 N: 1,00-3,00%
• Basofil : 0,20 N: 0,00-1,00%
• Neutrofil Abs : 9,24 N: 2,7-6,5x103/l
• Limfosit Abs : 2,04 N: 1,5-3,7x103/l
• Monosit Abs : 0,75 N: 0,2-0,4x103/l
• Eusinofil Abs : 0,10 N: 0-0,1x10^3/l
• Basofil Abs : 0,03 N: 0-0,1x10^3/l

Hasil Laboratorium (18 Januari 2022)


• Hb : 13,6 N: 12-14 gr/dL
• Leucocyte : 17.500 N: 4.000-11.000/uL
• Hematocrite : 41,6 N: 36,0-42,0/%
• Platelete : 220.000 N: 150.000-400.000/u
• MCV : 82,00 N: 82-92 fL
• MCH : 26,80 N: 27-31 pg
• MCHC : 32,70 N: 32-36 g%

Diagnosis
PG + Kehamilan Intrauterine (38 Minggu) + Presentasi Kepala + Janin Hidup +
kala 1 (fase aktif)

Perencanaan
• Monitoring vital sign, kontraksi uterus, DJJ
• Monitoring Proses kontraksi melalui patograph
• Konsul departemen perinatologi
23

Partograf

Laporan Persalinan
• Ibu dibaringkan di meja ginekologi dengan posisi litotomi
• Pada pukul 22.00 pagi pasien memasuki Kala 1 fase aktif dengan
pembukaan 4 cm, dan pada pukul 06.00 pagi pembukaan lengkap 10 cm
sehingga pimpinan persalinan dapat segera dilakukan.
• Dengan kontraksi adekuat kepala bayi terlihat maju-mundur pada introitus
vagina. Episiotomi mediolateral dilaksanakan
• Kepala janin terlihat keluar, selanjutnya dengan kontraksi adekuat, ibu
mengedan, occipital, dahi, hidung, & mulut secara berurutan. Dengan
tahanan biparietal, bahu kemudian diikuti dengan seluruh badan, bayi lahir
perempuan, BB 3.400 gr, PB 47 cm, APGAR score 8/9, anus (+)
• Tali pusat dijepit di dua tempat kemudian di potong diantaranya
24

• Oxytocin 10 IU diinjeksikan secara intramuskular dan ditunggu selama 3


menit
• Peregangan tali pusat terkendali dilakukan dan plasenta lahir sempurna
• Evaluasi jalan lahir: tindakan penjahitan pada laserasi perineum telah
dilakukan
• Evaluasi pendarahan: terkontrol. Kontraksi: adekuat
• Kondisi ibu setelah partus spontan pervaginam stabil
Diagnosis
Post SVD d/t Subocciput Presentation + PD1
Terapi
- IVFD RL 20gtt/i
- Cefadroxil 2x500mg
- Asam mefenamat 3x500mg
Perencanaan
- Monitoring vital sign, kontraksi uterine, perdarahan vagina
- Cek darah lengkap 2 jam setelah partus spontan pervaginam
BAB IV

DISKUSI KASUS

Teori Kasus
Definisi
Persalinan adalah proses dimana bayi, Keluhan Utama: Adanya kontraksi
plasenta dan selaput ketuban keluar persalinan sejak 12 jam sebelum masuk
dari uterus ibu. Persalinan dianggap rumah sakit dengan usia kehamilan 38
normal jika prosesnya terjadi pada usia minggu.
kehamilan cukup bulan (setelah 37
minggu) tanpa disertai adanya penyulit
Fisiologi Persalinan
- Kala 1 • Ibu dibaringkan di meja
Fase Laten: Pembukaan 0-3 cm ginekologi dengan posisi
(8 jam) litotomi
Fase Aktif: Pembukaan 4-10 • Pada saat pasien datang pukul
cm (6 jam) 22.00 pagi pasien memasuki
- Kala 2 Kala 1 fase aktif dengan
Adanya pembukaan lengkap pembukaan 4 cm, dan pada
dan berakhir dengan lahirnya pukul 06.00 pagi pembukaan
bayi lengkap 10 cm sehingga
- Kala 3 pimpinan persalinan dapat
Peregangan tali pusat segera dilakukan
terkendali • Dengan kontraksi adekuat
- Kala 4 kepala bayi terlihat maju-
Monitor 2 jam post partum mundur pada introitus vagina.
Episiotomi mediolateral
dilaksanakan
• Kepala janin terlihat keluar,
selanjutnya dengan kontraksi
adekuat, ibu mengedan,

25
26

occipital, dahi, hidung, & mulut


secara berurutan. Dengan
tahanan biparietal, bahu
kemudian diikuti dengan
seluruh badan, bayi lahir
perempuan, BB 3.400 gr, PB 47
cm, APGAR score 8/9, anus (+)
• Tali pusat dijepit di dua tempat
kemudian di potong
diantaranya
• Oxytocin 10 IU diinjeksikan
secara intramuskular dan
ditunggu selama 3 menit
• Plasenta lahir sempurna
• Evaluasi jalan lahir: tindakan
penjahitan pada laserasi
perineum telah dilakukan
• Evaluasi pendarahan:
terkontrol. Kontraksi: adekuat
• Kondisi ibu setelah partus
spontan pervaginam stabil
Diagnosis
Adanya tanda tanda inpartu PG + Kehamilan Intrauterine (38
A. Rasa sakit oleh adanya HIS Minggu) + Presentasi Kepala + Janin
yang datang lebih kuat, sering, Hidup + kala 1 (fase aktif)
dan teratur.
B. Keluar lendir bercampur darah
atau bloody show yang lebih
banyak karena robekan-
robekan kecil pada serviks.
27

C. Kadang-kadang ketuban pecah


dengan sendirinya.
D. Pemeriksaan dalam: serviks
mendatar dan pembukaan telah
ada
BAB V

KESIMPULAN

Ny. V, 19 tahun, datang dengan keluhan utama kontraksi persalinan dialami


pasien sejak 12 jam sebelum masuk rumah sakit. Riwayat Keluar lendir bercampur
darah (+) sejak 6 jam yang lalu. Riwayat keluar cairan (-). Riwayat sesak napas,
demam, batuk, (-). Riwayat kontak dengan pasien terkonfirmasi Covid-19 (-). BAK
dan BAB normal. Melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang (USG transabdominal) didiagnosa PG + Kehamilan Intrauterine (38
Minggu) + Presentasi Kepala + Janin Hidup + kala 1 (fase aktif). Pada pukul 06.50
WIB, telah lahir bayi perempuan, BB 3.400 gr, PB 47 cm, APGAR score 8/9, anus
(+).

28
DAFTAR PUSTAKA

Ai Nurasiah, Refika Aditama, 2014. Buku Asuhan Persalinan Normal Bagi Bidan.
Jakarta 2014.
Cavazos-Rehg, P. A. Et Al. (2016) ‘Maternal Age And Risk Of Labor And
Delivery Complications Patricia’, Hhs Public Access, 19(6).
Doi:10.1007S10995-014-1624-7.Maternal.
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatra Utara 2015. http://www.depkes.go.id (diakses
03 Februari 2022).
Hidayat, Asri. Sujiyatini. 2015. Asuhan Kebidanan Persalinan. Yogyakarta:
Medical Book.
Kuswanti, Ina .2014. Asuhan Kebidanan. Jogjakarta: Pustaka Pelajar
Manuaba, Ida Bagus Gede. 2013. Ilmu Kebidanan, Penyakit, Kandungan, dan KB.
Jakarta: EGC.
Mutmainnah, A, Johan, H, Llyod, S. 2017. Asuhan persalinan normal dan bayo
baru lahir. Ed. 1. Yogyakarta: ANDI.
Prawirohardjo, S. Fisiologi Kehamilan, Persalinan, Nifas, dan Bayi Baru Lahir.
In: Saifuddin AB, Wiknjosastro GH (eds.) Ilmu Kebidanan. 4th ed. Jakarta:
PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2008. p174-187.
Rohani, dkk. (2014). Asuhan kebidanan pada masa persalinan. Jakarta: Salemba
Medika.
Sofian, A. 2012. Rustam Mochtar Sinopsis Obstetri: Obstetri Operatif, Obstetri
Sosial Jilid 2. EGC: 2012.
Sofian. 2011. Sinopsis Obstetri jilid 2. Jakarta: EGC.
Wingkjosastro. 2015. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta, 2014.

29

Anda mungkin juga menyukai