Anda di halaman 1dari 53

MAKALAH IMUNISASI TT pada IBU HAMIL

MAKALAH
IMUNISASI TT pada IBU HAMIL
Dosen Pengampu : Indri Subekti, S.SiT
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan I Kehamilan

                                                   

Disusun oleh:
Kelompok 1
1.      Aprilia Megawati           AKU.11.004
2.      Eni Indarwati                 AKU.11.016
3.      Dewi Wulansari              AKU.11.010
4.      Nurul Istiq Fitriyah         AKU.11.039
5.      Zuhrotun Nisa                 AKU.11.067

AKADEMI KEBIDANAN UNISKA KENDAL


Jalan Soekarno-Hatta No 99 Telp (0294) 381299
2011/2012

KATA PENGANTAR
       Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat,
Inayah, Taufik dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah tugas askeb I (kehamilan) tentang kebutuhan fisik ibu hamil trisemester I,II, dan
III “Imunisasi TT pada ibu hamil”.
       Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi
Makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
       Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami
miliki sangat kurang. Oleh kerena itu, kami harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah
ini.
                                                                                                                  

                                                                                                 
                                                                                                                       
Penulis

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................   i
KATA PENGANTAR.....................................................................................   ii
DAFTAR ISI...................................................................................................   iii

BAB I      PENDAHULUAN


A.       Latar Belakang..........................................................................   1 
B.       Rumusan Masalah.....................................................................   1
C.       Tujuan.......................................................................................   1 
D.       Manfaat.....................................................................................   2
BAB II    TINJAUAN TEORI........................................................................   3
A.       Pengertian Imunisasi TT...........................................................   3
B.       Manfaat Imunisasi TT...............................................................   3
C.       Jumlah dan Pemberian Imunisasi ............................................... 3
D.       Imunisai yang Dibutuhkan........................................................    4
E.        Efek Samping Imunisasi TT........................................................ 6
BAB III    PENUTUP......................................................................................   8
A.  Kesimpulan...............................................................................   8
B.  Saran.........................................................................................   8
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................    9

BAB I
 PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG


Masa masa kehamilan adalah masa yang membahagiakan bagi pasangan suami
istri, apalagi bagi pasangan muda atau baru saja menikah saat saat kehamilan adalah saat
yang sangat ditunggu tunggu pastinya. saat seperti ini adalah saatnya sang ibu juga
berganti penampilan. Ibu hamil juga harus menjaga kesehatannya dan ibu hamil
mempunyai kebutuhan pada saat hamil.
Imunisasi adalah pemberian vaksin pada tubuh seseorang untuk memberikan
perlindungan kepada kekebalan tubuh. Sangat penting untuk mencoba menghindari
pajanan infeksi yang dapat berbahaya bagi ibu dan janin selama kehamilan. Vaksinasi
juga penting dilakukan bagi pasangan yang merencanakan kehamilan. Imunisasi yang
rutin dilakukan selama kehamilan sebaiknya ditunda sampai triwulan kedua atau ketiga
karena kemungkinan teratogen (membuat cacat) bagi janin.
Waktu terbaik untuk membicarakan tentang imunisasi adalah ketika sedang
merencanakan kehamilan. Apabila ketika sedang hamil seorang wanita terkena penyakit
tertentu maka tergantung dari situasinya, apakah akan diberikan vaksinasi
dipertimbangkan dari untung dan ruginya.

B.    RUMUSAN MASALAH


1.     Apa yang dimaksud imunisasi TT ?
2.    Apa manfaat imunisasi TT untuk wanita hamil ?
3.    Apa saja jenis imunisasi yang dibutuhkan wanita hamil ?
4.    Apa efek samping pemberian imunisasi TT pada wanita hamil ?

C.   TUJUAN PENULISAN


1.     Untuk mengetahui pengertian imunisasi TT
2.    Untuk mengetahui manfaat pemberian imunisasi untuk wanita hamil
3.    Untuk mengetahui jenis imunisasi yang dibutuhkan wanita hamil
4.    Untuk mengetahui efek samping pemberian imunisasi TT pada wanita hamil

D.   MANFAAT PENULISAN


Manfaat  yang diharapkan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.    Untuk memberikan gambaran tentang imunisasi TT pada ibu hamil
2.    Sebagai bahan masukan untuk memperluas dan memperdalam pemahaman tentang
imunusasi TT pada ibu hamil.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A.    PENGERTIAN IMUNISASI TT

Imunisasi Tetanus Toksoid adalah proses untuk membangun kekebalan


sebagai upaya pencegahan terhadap infeksi tetanus (Bidanlia, 2010). Vaksin jerap TT
(Tetanus Toksoid) adalah vaksin yang mengandung toksoid tetanus yang telah
dimurnikan dan terabsorpsi kedalam 3 mg/ml aluminium fosfot.  Thimersol 0,1 mg/ml
digunakan sebagai pengawet.  Satu dosis 0,5 ml vaksin mengandung potensi sedikitnya
40 IU dipergunakan untuk mencegah tetanus pada bayi yang baru lahir dengan
mengimunisasi WUS atau ibu hamil, juga untuk pencegahan tetanus pada ibu bayi
(Depkes RI, 2006).

B.    MANFAAT IMUNISASI TT

1.   Melindungi bayinya yang baru lahir dari tetanus neonatorum (BKKBN, 2005;
Chin, 2000). Tetanus neonatorum adalah penyakit tetanus yang terjadi pada
neonatus (bayi berusia kurang 1 bulan) yang disebabkan oleh clostridium tetani,
yaitu kuman yang mengeluarkan toksin (racun) dan menyerang sistim saraf
pusat (Saifuddin dkk, 2001).
2.    Melindungi ibu terhadap kemungkinan tetanus apabila terluka (Depkes RI,
2000) Kedua manfaat tersebut adalah cara untuk mencapai salah satu tujuan
dari program imunisasi secara nasional yaitu eliminasi tetanus maternal dan
tetanus neonatorum (Depkes, 2004).
C.   JUMLAH dan DOSIS PEMBERIAN IMUNISASI

Imunisasi TT untuk ibu hamil diberikan 2 kali (BKKBN, 2005; Saifuddin dkk,
2001), dengan dosis 0,5 cc di injeksikan intramuskuler/subkutan dalam (Depkes
RI, 2000).
1.  Kemasan
a)  1 bok vaksin terdiri dari 10 vial.
b)  1 vial berisi 10 dosis.
c)  Vaksin TT berbentuk cairan.

2.  Jarak pemberian imunisasi TT1 dan TT2


Jarak pemberian (interval) imunisasi TT1 dengan TT2 adalah minimal 4
minggu (Saifuddin dkk, 2001; Depkes RI, 2000).
3.  Jadwal pemberian
a)    TT 1, diberikan dengan dosis 0,5 cc.
b)    TT 2, jarak pemberian 4 minggu setelah TT 1, dapat memberikan perlindungan
selama 3 tahun, dosis pemberian 0,5 cc.
c)    TT 3, jarak pemberian 6 bulan setelah TT 2, masa perlindungan 5 tahun, dosis
pemberian 0,5 cc.
d)    TT 4, jarak pemberian 1 tahun setelah TT 3, masa perlindungan 10 tahun, dosis
pemberian 0,5 cc.
e)    TT 5, jarak pemberian 1 tahun setelah TT 4, masa perlindungan 25 tahun, dosis
pemberian 0,5 cc.
D.    IMUNISASI yang DIBUTUHKAN WANITA HAMIL
1.      Tetanus   (Tetanus Toksoid)    : vaksin ini dianjurkan pada wanita hamil untuk mencegah
tetanus neonatorum (tetanus pada bayi) dan sebaiknya diberikan pada wanita yang tidak
melengkapi 3 kali imunisasi dasar atau 10 tahun boster
2.      Hepatitis B   : untuk wanita dengan risiko tinggi Hepatitis B (memiliki > 1 pasangan
seksual dalam 6 bulan terakhir, memiliki riwayat Penyakit Menular Seksual, penggunaan
narkoba suntik)
3.      Influenza (Inaktif)   : vaksin ini dapat mencegah penyakit serius pada ibu hamil namun
sebaiknya diberikan setelah minggu ke-14.
4.      Jenis imunisasi yang dipertimbangkan diberikan pada wanita hamil dengan pajanan
infeksi spesifik:
a)      Pneumokokus : diberikan pada triwulan kedua atau ketiga pada wanita dengan risiko
tinggi infeksi pneumokokus atau dengan penyakit kronik (wanita dengan gangguan
jantung, paru, atau penyakit hati; penurunan kekebalan tubuh; diabetes)
b)      Rabies  : direkomendasikan bagi mereka yang terpajan dengan rabies
c)      Hepatitis A          : belum banyak penelitian mengenai keamanan imunisasi ini selama
kehamilan, namun risikonya rendah (karena vaksin berasal dari virus inaktif)
d)     Vaksin Polio Oral & Vaksin Polio Inaktif.
5.      Jenis imunisasi yang tidak direkomendasikan pada wanita hamil :
a)       MMR (Mumps, Measles, Rubella) : merupakan kontraindikasi bagi kehamilan karena
kemungkinan risiko kelainan bawaan pada janin. Wanita sebaiknya menunggu selama 3
bulan sebelum hamil setelah menerima vaksin virus hidup ini
b)       Varisela    : tidak dianjurkan selama kehamilan karena kemungkinan infeksi varisela
pada janin (vaksin merupakan virus hidup). Diberikan minimal 1 bulan sebelum
kehamilan
c)       HPV (Human Papiloma Virus)  : memiliki kaitan efek samping terhadap janin dan ibu
hamil. Data vaksinasi pada wanita hamil terbatas.
Cara Pemberian:
a)      Vaksin dikocok terlebih dahulu sebelum digunakan. Tujuannya agar suspensi menjadi
homogen.
b)      Penyuntikkan vaksin TT untuk mencegah tetanus neonatal terdiri dari 2 dosis primer
yang disuntikkan secara intramuskular atau subkutan dalam, dengan dosis pemberian 0,5
ml dengan interval 4 minggu. Dilanjutkan dengan dosis ketiga setelah 6 bulan berikutnya.
Untuk mempertahankan terhadap tetanus pada wanita usia subur, maka dianjurkan
diberikan 5 dosis. Dosis ke empat dan ke lima diberikan dengan interval minimal 1 tahun
setelah pemberian dosis ke tiga dan ke empat.
c)       Imunisasi TT dapat diberikan secara aman selama masa kehamilan bahkan pada
trimester pertama.
d)     Di unit pelayanan statis: vaksin TT yang telah dibuka hanya boleh digunakan selama 4
minggu, dengan ketentuan: vaksin belum kadaluawarsa, vaksin disimpan dalam suhu 2
dan 8 derajat Celcius, tidak pernah terendam air, terjaga sterilitasnya, tidak beku, VVM
masih dalam kondisi A atau B.
e)      Di posyandu: vaksin yang sudah terbuka tidak boleh digunakan lagi.

E.      EFEK SAMPING IMUNISASI


Efek samping bervariasi baik reaksinya maupun waktu terjadinya efek samping.
1.      Hepatitis A    : nyeri dan kemerahan di tempat suntikan, sakit kepala, kelelahan, reaksi
alergi.
2.      Hepatitis B   : nyeri di tempat suntikan, demam.
3.      Influenza    : kemerahan dan bengkak pada tempat suntikan yang dapat berlangsung
hingga 2 hari, demam.
4.      Tetanus-difteri  : demam, nyeri dan bengkak di tempat suntikan.
5.      MMR   : rash, pembengkakan kelenjar getah bening leher, nyeri dan kaku pada sendi 1
atau 2 minggu setelah vaksinasi.
6.      Varisela  : demam, nyeri dan kemerahan di tempat suntikan, rash sampai 3minggu
setelah imunisasi.
7.      Pneumokokus           : demam, nyeri di tempat suntikan.
8.      Vaksin Polio Oral      : tidak ada.
9.      Vaksin Polio Inaktif  : kemerahan, rasa tidak nyaman di tempat suntikan.
Yang harus diperhatikan:
a.       Semua vaksin yang mengandung bakteri / virus hidup tidak dianjurkan bagi wanita
hamil, kehamilan sebaiknya dicegah untuk 28 hari setelah penyuntikan vaksin hidup
(varisela, MMR, BCG) namun vaksinasi virus hidup < 28 hari sebelum kehamilan bukan
alasan untuk mengakhiri kehamilan
b.      Vaksin virus / bakteri mati dapat diberikan pada wanita hamil namun waktu ideal untuk
pemberian tergantung dari waktu konsepsi.
c.    Kehamilan tidak mengganggu efisiensi dari vaksin.
BAB III

PENUTUP

N
Kehamilan merupakan suatu proses kehidupan seorang wanita, dimana dengan
adanya proses ini terjadi perubahan-perubahan. Perubahan tersebut meliputi perubahan
fisik, mental dan sosial. Selain kebutuhan psikologis, kebutuhan fisik juga harus
diperhatikan agar kehamilan dapat berlangsung dengan aman dan lancar. Kebutuhan fisik
yang diperlukan ibu selama hamil diantaranya meliputi istirahat/tidur dimana pada ibu
hamil dianjurkan untuk merencanakan periode istirahat terutama saat hamil tua.
Kemudian imunisasi yaitu yang merupakan pemberian kekebalan tubuh
terhadap suatu penyakit dengan memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh
tahan terhadap penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang,
imunisasi pada ibu hamil yaitu Tetanus Toksoid.

       Tetanus adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Clostridium tetani yang
masuk melalui luka terbuka dan menghasilkan racun yang kemudian menyerang sistem
saraf pusat. Bakteri ini secara umum terdapat ditanah, jadi ia bisa ditemukan pada debu,
pupuk, kotoran hewan, dan sampah. Tetanus ini menyerang siapa saja, anak – anak juga
orang dewasa. Bahkan bayi baru lahir sekalipun, yang bisa berakibat fatal. Penyakit yang
menyerang bayi itu biasa disebut Tetanus neonatorum.
                    
B.  SARAN
        Setelah membaca dan memahami materi tentang Imunisasi TT (Tetanus Toxoid)
pada Ibu Hamil yanng ada pada makalah ini diharapakan Kita sebagai tim tenaga
kesehatan mampu melakukan asuhan kepearawatan prosedur asuhan keperawatan yang
sesuai dan menggunakan alat-alat yang steril untuk menghindari terjadinya infeksi
tetanus pada bayi yang baru dilahirkan.
            Sedangkan bagi Ibu Hamil dan keluarga diharapkan memilki kesadaran untuk
berpatisipasi aktif dalam kegiatan Imunisasi TT (Tetanus Toxoid) karena Imunisasi ini
juga penting bagi mereka untuk mencegah kemungkinan terjadinya infeksi tetanus pada
bayi yang akan dilahirkan.
DAFTAR PUSTAKA

Kusmiyati. 2010. Perawatan Ibu Hamil. Yogyakarta: Fitramaya (hlm: 187)


BKKBN., 2005. Kartu Informasi KHIBA (Kelangsungan Hidup Ibu Bayi, dan Anak
Balita).
Depkes RI., 2005. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:
1059/MENKES/SK/IX/2004 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi
http://bidanlia.blogspot.com/2010/06/imunisasi-tt-tetanus-toxoid-pada-ibu.htmldiunduh
tgl 31 Mei.2012, 20.40 PM
http://mdqyudh.blospot.com/2009/11/imunisasittpadaibuhamil/  diunduh tgl 31 mei 2012,
21.10 PM
http://lung-zone.blogspot.com/2012/07/v-behaviorurldefaultvmlo.html
BAB III
TINJAUAN KASUS

A.    PENGKAJIAN DATA

1. Data Subyektif

a.       Biodata
Nama                                    : Ny.I                                 Tn. E
Umur                                    : 25 tahun                          30 th
Agama                                  : Islam                               Islam
Suku/ Bangsa                       : Jawa/ Indonesia              Jawa/ Indonesia
Pendidikan                           : SMP                                SMP
Pekerjaan                              : Ibu Rumah Tangga         Wiraswasta
Penghasilan                          : -                                       Rp.600.000,-/bln
Status marital                       : Menikah                          Menikah
Umur kawin                         : 24 tahun                          29 tahun
Lama/ berapa kali kawin      : 1 tahun/ 1 x                     1 tahun/ 1 x
Alamat                                 : Dsn Pondok,Ds Macanan,Kec.Jogorogo
Tanggal/ jam pendataan       : 10 Juni 2010 pukul 13.00 WIB
Tempat pendataan                : Poned Puskesmas Jogorogo
Keluhan Utama
Ibu mengatakan nyeri pada payudara dan belum bisa BAB.
b.      Riwayat Kesehatan
1)      Riwayat Kesehatan Lalu
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit seperti sesak nafas, jantung berdebar,
batuk yang lama/ menahun, penyakit dengan gejala banyak makan, banyak minum dan
sering kencing, penyakit tekanan darah tinggi, penyakit kuning dan penyakit dengan
gejala mengeluarkan cairan dari kemaluan yang berbau dan membuat gatal.
2)      Riwayat Kesehatan Sekarang
Ibu mengatakan sekarang tidak sedang menderita penyakit seperti sesak nafas, jantung
berdebar, batuk yang lama/ menahun, penyakit dengan gejala banyak makan, banyak
minum dan sering kencing, penyakit tekanan darah tinggi, penyakit kuning dan penyakit
dengan gejala mengeluarkan cairan dari kemaluan yang berbau dan membuat gatal. Ibu
mengatakan pernah sakit batuk pilek dan sembuh setelah dibelikan obat ditoko.
3)      Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu mengatakan dari keluarga ibu atau suami tidak ada yang pernah menderita penyakit
menurun seperti penyakit jantung, sesak nafas, dan kencing manis dan tidak ada yang
menderita penyakit menular seperti batuk yang lama/ menahun dan penyakit kuning.
4)      Riwayat Kebidanan
-          Haid
Ibu mengatakan haid pertama kali pada usia 13 tahun, haid rutin setiap 28-30 hari,
lamanya 5-7 hari. Pada hari pertama dan kedua ganti pembalut 3x sehari, hari ke 3
sampai selesai ganti pembalut 2x sehari. Pada hari pertama sampai ketiga darah keluar
berwarna merah disertai sedikit gumpalan, pada hari keempat sampai selesai darah kaluar
berwarna merah sedikit-sedikit kemudian menjadi kecoklatan. Ibu mengatakan mengeluh
pada hari pertama haid, dan mengalami keputihan selama + 2 hari, berwarna putih jernih
dan tidak berbau.
-          Riwayat kehamilan sekarang
Sejak hamil muda ibu tidak memiliki keluhan seperti mual atau muntah yang menghilang
pada kehamilan 4 bulan, hanya beberapa kali ibu merasa pusing tetapi segera sembuh
setelah istirahat. Selama hamil ibu rutin memeriksakan kehamilannya pada bidan, ibu
periksa sebanyak 5 kali yaitu 1 kali pada kehamilan 4 bulan, 2 kali pada trimester II yaitu
kehamilan 5 bulan dan kehamilan 6 bulan, 2 kali pada trimester III yaitu kehamilan 7
bulan dan kehamilan 9 bulan. Ibu mulai merasakan gerakan janin 4 bulan yang lalu. Pada
saat periksa hamil ibu mendapat imunisasi TT 2 kali yaitu pada usia kehamilan 5 dan 6
bulan. Selain itu ibu juga mendapat vitamin antara lain vitamin B komplek, vitamin C,
dan tablet Fe 90 tablet diminum semua, penyuluhan tentang perawatan payudara,
pemenuhan kebutuhan nutrisi dan melaksanakannya secara rutin di rumah.
-          Riwayat Persalinan Sekarang
Ibu mengatakan sudah lega melahirkan anak pertama pada tanggal 06-06-2010, pukul
14.30 WIB, bayi laki-laki, lahir spontan dan langsung menangis. BB 3900 gram, PB 51
cm, tidak ada kelainan. Pukul 14.35 placenta lahir spontan, lengkap, perdarahan + 200 cc,
pada perineum terdapat luka episotomi dan dijahit, setelah bayi lahir bayi dirawat
bersama ibu.
-          Riwayat Nifas Sekarang
Ibu mengatakan terasa nyeri pada daerah luka jahitan dan belum bisa BAB. Ibu
mengatakan masih mengeluarkan cairan kekuningan dari kemaluan, tidak terlalu banyak,
ibu sudah menyusui bayinya, namun sejak tadi jarang disusukan karena putting susu lecet
membuatnya tidak nyaman. Ibu ingin memberi ASI saja sampai usia 6 bulan dan
melanjutkannya sampai usia 2 tahun sesuai anjuran bidan.
-          KB
Sebelumnya ibu tidak pernah menggunakan alat kontrasepsi. Setelah kelahiran anak
pertama ini ibu berencana untuk menggunakan alat kontrasepsi. Dan alat kontrasepsi
yang ibu pilih adalah suntik karena dirasa paling mudah.
5)      Pola Kebiasaan Sehari-hari
-          Nutrisi
Selama hamil   :  Ibu makan 3x sehari, porsi sedang habis, komposisi nasi, sayur (wortel, bayam,
kangkung dan ketela), lauk (tahu, tempe, telur, kadang ayam atau daging), kadang
ditambah buah pisang, semangka, jeruk.
Selama nifas    :  Makan 3 kali sehari, porsi sedang, habis, komposisi nasi, sayur (wortel,bayam ), lauk
(tempe, tahu,kadang ayam atau daging) dan buah pisang, minum air putih + 4 gelas.
-          Eliminasi
Selama hamil   :  Waktu hamil muda, kencing 5-6 x sehari, berkurang pada hamil 4 bulan, kemudian pada
akhir kehamilan sering lagi 6-7 x sehari. BAB 1 kali sehari sampai usia kehamilan 8
bulan. Pada usia kehamilan 9 bulan BAB 2 – 3 x sehari tetapi sedikit-sedikit dan agak
lembek.
Selama nifas    :  Ibu sudah kencing 3 jam setelah melahirkan dan belum BAB sampai nifas hari ke-5.
Pada hari ini ibu sudah kencing sekitar 3 kali.
-          Aktifitas
Selama hamil   :  Kegiatan ibu selama hamil melakukan kegiatan rumah tangga sehari-hari seperti
memasak, menyapu dan mencuci.
Selama nifas    :  Ibu sudah berjalan-jalan sekitar rumah.
Istirahat/ Tidur
Selama hamil   :  Tidur siang + 1 jam dan tidur malam mulai pukul 21.00 dan bangun pukul 04.30 WIB.
Selama nifas    :  Setelah melahirkan ibu tidur + 1 jam, pada malam hari ibu tidur sebentar-sebentar karena
sering terbangun saat bayinya menangis.
-          Personal Hygiene
Selama hamil   :  Ibu mandi 2 x sehari, gosok gigi 2 x, keramas 3 x seminggu, ganti baju 2 x sehari , ganti
CD 2-3 x sehari. Membersihkan payudara setiap hari mulai usia kehamilan 7 bulan.
Cebok setiap kali mandi dan selesai kencing atau BAB.
Selama nifas    :  Ibu mandi 2 kali sehari, gosok gigi 2 x dan ganti pembalut 3 x dalam 1 hari. Setelah
BAK, cebok dari arah depan ke belakang.
-          Riwayat Ketergantungan
Selama hamil   :  Ibu dan suami tidak mempunyai ketergantungan merokok, minum-minuman keras,
minum obat bebas, dan minum jamu-jamuan.
Selama nifas    :  Ibu tidak memiliki ketergantungan obat-obatan apapun, ibu hanya minum obat dan
vitamin yang diberikan bidan.
6)      Latar Belakang Sosial Budaya
Ibu tidak berpantang pada jenis makanan tertentu (seperti telur,daging dan ikan) . Tidak
ada kebiasaan tidak keluar rumah sebelum 40 hari, ibu tidak membuang ASI yang keluar
pertama kali,ibu tidak biasa pijat perut.
7)      Keadaan Psikososial dan Spiritual
Kehadiran bayi ini sangat diharapkan. Ibu dan keluarga sangat gembira dengan kelahiran
anak dan cucu mereka. Sebagai umat Islam, dalam sholatnya ibu dan keluarga senantiasa
memohon kesehatan dan keselamatan bagi ibu dan bayinya.
8)      Kehidupan Seksual
Selama 40 hari setelah persalinan ibu tidak akan melakuan hubungan dan berhubungan
lagi setelah 40 hari.

2. Data Obyektif

a.       Keadaan Umum


Kesadaran :  Komposmentis
b.      Tanda-tanda vital
T    :  110/70 mmHg          N   :  88 x/menit
S    :  37,5 °C                     R   :  18 x/menit

c.       Pemeriksaan antropometri


TB :  155 cm
BB :  45 kg
d.      Pemeriksaan fisik
1)      Penampilan
Cara berjalan normal, bentuk tubuh normal.
2)      Rambut/kulit kepala   
Rambut berwarna hitam, penyebaran merata, tidak rontok,tidak mudah dicabut, dan kulit
kepala bersih
3)      Muka  
Tidak oedem, terlihat bersih, tidak sembab,
Mata   
Tidak ada oedem kelopak mata, conjumgtiva palpabera merah muda, sclera putih.
4)      Hidung           
Bentuk simetris, tidakada kelainan fungsi, tidak ada secret.
5)      Mulut/Gigi
Mulut bersih, tidak ada stomatitis, tidak ada caries gigi, dan tidak ada epulis.
6)      Telinga           
Bentuk simetris, tidak ada kelainan fungsi, bersih tidak ada serumen.
7)      Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar limfe dan kelenjar tyroid,tidak ada bendungan vena
jugularis.
8)      Thorax/ payudara       
Pernapasan normal, pembesaran payudara simetris, hiper pigmentasi areola mammae,
kelenjar montgomeri tampak jelas, papilla menonjol dan lentur,tampak lecet. ASI sudah
keluar namun payudara teraba penuh karena sejak pagi jarang disusukan.

9)      Abdomen
TFU teraba di pertengahan antara symphisis, kontraksi uterus baik, uterus keras dan
bundar, posisi uterus ditengah dan kandung kemih kosong.DDR :2/3,ada perabaan
skibala pada palpasi abdomen kiri bawah..
10)  Genetalia        
Ada luka episotomi dengan kondisi luka jahitan episotomi baik, tidak ada tanda-tanda
infeksi, lochea sanguinolenta, tidak oedema dan tidak ada varises.
11)  Anus
Tidak ada hemoroid, bersih
Ekstremitas atas          :           Simetris, tidak oedema.
Ekstremitas bawah   :  Tidak oedema, tidak varises, simetris, tidak ada kelainan fungsi.
e.       Terapi yang didapat tanggal 06-06-2010
-          Amoxicillin 500gr 3 x 1
-          Asam mefenamat 3 x 1
-          Vitamin A
-          Fe 40 1 x 1
-          Yodium
f.       Keadaan Bayi pada Hari Ke-5
KU bayi baik
  Kesadaran : sadar/tenang
  Warna kulit kemerahan
  Gerak aktif
  Menetek kuat, reflek menghisap dan menelan baik
  Turgor baik
  Tonus otot baik
  Tali pusat bersih, tidak ada tanda-tanda infeksi
  BB lahir : 3900 gram
  BB waktu pemeriksaan : 3800 gram
munisasi TT Pada Ibu Hamil

Pengertian Imunisasi
Imunisasi adalah suatu pemindahan atau transfer antibodi secara pasif (Ranuh,2008).
Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif
terhadap antigen, sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen yang serupa tidak terjadi
penyakit (Ranuh,2008).
Imunisasi adalah suatu tindakan untuk memberikan kekebalan dengan cara memasukan
vaksin ke dalam tubuh manusia (Tawi, 2008).
Jenis Imunisasi
Ada dua jenis imunisasi yaitu imunisasi aktif dan imunisasi pasif.
1.Imunisasi aktif, tubuh sendiri secara aktif akan menghasilkan zat anti setelah adanya
rangsangan vaksin dari luar tubuh.
2.Imunisasi pasif, kadar zat anti yang meningkatkan dalam tubuh bukan sebagai hasil
produksi tubuh sendiri, tetapi secara pasif diperoleh karena suntikan atau pemberian dari
luar tubuh (Wahab,2002).
Tujuan Imunisasi
Tujuan imunisasi adalah untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang,
dan menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat atau bahkan
menghilangkan penyakit tertentu dari dunia (Ranuh, 2008).
Pengertian Imunisasi Tetanus Toksoid
Imunisasi Tetanus Toksoid adalah proses untuk membangun kekebalan sebagai upaya
pencegahan terhadap infeksi tetanus. Vaksin tetanus yaitu toksin kuman tetanus yang
telah dilemahkan kemudian dimurnikan (Putriazka, 2005).
Manfaat Imunisasi TT
1.Melindungi bayi baru lahir dari tetanus neonatorum
2.Melindungi ibu terhadap kemungkinan tetanus terjadi pada luka
Vaksin Tetanus
Pada penyakit Tetanus dikenal 2 jenis imunisasi, yaitu imunisasi aktif dan imunisasi
pasif. Vaksin yang digunakan untuk imunisasi aktif ialah Toksoid Tetanus, yaitu toksin
kuman tetanus yang telah dilemahkan dan kemudian dimurnikan. Vaksin ini untuk
memberian kekebalan aktif terhadap Tetanus. Vaksin ini mengandung toxoid tetanus
yang telah dimurnikan dan terabsorbsi kedalam 3 mg/ml alumunium fosfat. vaksin ini
diberikan secara intramuskular atau subkutan dalam yang terdiri dari 2 dosis primer
dengan dosis pemberian 0,5 ml dengan interval 4 minggu.
Ada 3 macan kemasan vaksin tetanus yaitu bentuk kemasan tunggal, kombinasi dengan
vaksin Difteria (vaksin DT), atau kombinasi dengan difteria dan pertusis (vaksin DPT).
Sedangkan ATS (Anti Tetanus Serum) dapat dipakai untuk pencegahan (imunisasi pasif)
maupun pengobatan penyakit Tetanus (Wahab, 2002).
Kekebalan Vaksin Tetanus Terhadap Tubuh
Daya proteksi vaksin tetanus sangat baik, yaitu sebesar 90 – 95% (Wahab, 2002).
Antibodi yang terbentuk pada tubuh ibu selain memberi perlindungan pada ibu juga
memberikan perlindungan pada bayi yang akan lahir. Plasenta meneruskan antibodi
tetanus (IgG) ke bayi dan melindungi bayi terhadap kemungkinan masuknya toksin dari
luka tali pusat atau luka ditempat lain yang tercemar spora tetanus. Kekebalan optimal
terjadi pada ibu bila jarak antar 2 dosis lebih panjang dan jumlah antibodi yang masuk ke
bayi akan memberikan titer setinggi titer ibu bila jarak antara 2 dosis kedua dengan
kelahiran mencapai 60 – 120 hari (Depkes 1992 dalam Sukmara, 2000).

Waktu Pemberian
Pemberian imunisasi TT tidak mempunyai interval maksimal, hanya terdapat interval
minimal antardosis TT yang dapat dilihat pada tabel 2.1 dan jadual pemberian imunisasi
TT pada ibu hamil dan calon pengantin terdapat pada tabel 2.2.
Keefektifan Tetanus Toksoid
Kekebalan optimal pada ibu didapat bila jarak antara dua dosis lebih panjang. Jumlah
antibodi yang masuk kedalam tubuh bayi akan memberikan titer setinggi titer antibodi
ibu bila jarak antara dua dosis dengan jarak kelahiran mencapai 60-120 hari (Depkes,
1992 dalam Sukmara, 2000). Pada penelitian Syafril Sanusi (1984) dalam skripsi
Sukmara (2000) menyimpulkan titer rata-rata antibodi ibu dengan interval 35-96 hari
lebih memberikan proteksi dibandingkan dengan titer rata-rata antibodi ibu dengan
interval 28-31 hari.
Hal ini dapat dipengaruhi oleh interval antara vaksinasi ke-2 dengan persalinan yang
terlalu pendek. Transfer antibodi ibu ke bayi mencapai maksimal pada trimester akhir
kehamilan. Oleh karena itu, vaksinasi TT diberikan segera mungkin dan lengkap pada
usia kehamilan 7 bulan (Sukmara, 2000).
Efek Samping
Dalam buku pedoman imunisasi TT pada WUS, vaksin TT adalah vaksin yang aman dan
tidak mempunyai kontraindikasi dalam pemberiannya. Meskipun demikian imunisasi TT
jangan diberikan kepada :
1.WUS dengan riwayat reaksi berat terhadap imunisasi TT pada masa lalunya;
2.WUS dengan panas tinggi dan sakit berat, namun demikian WUS tersebut dapat
diimunisasi segera setelah sembuh. 
Vaksin TT tidak berbahaya bagi WUS hamil dan dapat diberikan pada berbagai usia
kehamilan. WUS hamil tetap diberikan imunisasi sesuai dengan interval dari status
imunisasinya.

Penyakit Tetanus
Tetanus adalah suatu toksemia akut yang disebabkan oleh neurotoksin yang dihasilkan
oleh Clostridium tetani ditandai dengan spasme otot yang periodik dan berat (Ritarwan,
2004).
Tetanus neonatorum adalah tetanus yang terjadi pada bayi baru lahir yang disebabkan
oleh Clostridium Tetani memasuki tubuh bayi baru lahir melalui tali pusat yang kurang
terawat (Wahab, 2002). Sistem imun yang belum matang dapat juga menjadi penyebab
terjadinya TN karena prinsip steril dalam proses persalinan dan perawatan tali pusat yang
tidak sesuai prosedur. TN menyerang bayi yang baru lahir karena dilahirkan di tempat
yang tidak bersih dan steril terutama jika tali pusat terinfeksi. TN dapat menyebabkan
kematian pada bayi dan banyak terjadi di negara berkembang (Silalahi, 2007). Ibu
beresiko terkena infeksi Tetanus melalui tindakan persalinan seperti episiotomi yang
tidak steril (Scaffer, 2000).

Clostridium Tetani adalah kuman berbentuk batang dan bersifat anaerob, gram positif
yang mampu menghasilkan spora dengan bentuk drumstik. Kuman ini sensitif terhadap
suhu panas dan tidak bisa hidup dalam lingkungan beroksigen.

Sebaliknya, spora tetanus sangat tahan panas, dan kebal terhadap antiseptik. Spora
tetanus dapat tetap hidup dalam autoklaf bersuhu 121˚C selama 10-15 menit.

Kuman tetanus terdapat pada kotoran dan debu jalan, usus, dan tinja kuda, domba, anjing,
kucing, tikus, dan lainnya. Kuman tetanus masuk ke dalam tubuh manusia melalui luka
dan dalam suasana anaerob, kemudian menghasilkan toksin (tetanospasmin) dan
disebarkan melalui darah dan limfe. Toksin ini kemudian akan menempel pada reseptor
di sistem syaraf. Gejala utama penyakit ini timbul akibat toksin tetanus mempengaruhi
pelepasan neurotransmiter, yang berakibat penghambatan inhibisi. Akibatnya terjadi
kontraksi serta spastisitas otot yang tidak terkontrol, kejang, dan gangguan sistem syaraf
otonom (Pedoman Imunisasi di Indonesia, 2008).

Masa inkubasi penyakit ini biasanya 3 sampai 10 hari (Wiknjosastro, 2002), tetapi pada
sumber yang lain menyatakan bahwa masa inkubasinya 5 sampai 14 hari, waktu ini
adalah waktu antara gejala pertama sampai timbul kejang pertama (Ismoedijanto, 2006).
Pada Tetanus Neonatorum, gejalanya adalah trismus (mengatupnya rahang dan
terkuncinya dua baris gigi akibat kekakuan otot mengunyah sehingga penderita sukar
membuka mulut) sehingga bayi tidak dapat minum dengan baik; Risus Sardonikus
(kekakuan otot mimik, dahi mengkerut, alis terangkat, mata sipit); Opisthotonus (tubuh
kaku akibat kekakuan otot leher, punggung, dan pinggang); sianosis karena kejang otot
pernafasan; dan suhu yang meningkat. Naiknya suhu ini mempunyai prognosis yang tidak
baik (Wiknjosastro, 2002). 

Kebanyakan kasus Tetanus terjadi dalam waktu 14 hari. Pada umumnya makin pendek
masa inkubasi biasanya karena luka terkontaminsi berat, akibatnya makin berat penyakit
Tetanus dan makin buruk prognosisnya (Ditjen PP&PL, 2005). Pembentukan antibodi
setelah infeksi kuman tetanus tidak ditemukan, sehingga tidak dikenal kekebalan alamiah.
Dengan demikian satu–satunya cara untuk memperoleh kekebalan adalah dengan
imunisasi (Purwanto,2003).
Faktor–faktor yang mempengaruhi status imunisasi Tetanus Toksoid pada ibu hamil
1.Umur ibu 
Umur adalah usia seseorang yang dihitung berdasarkan hari ulang tahun terakhirnya
(Mubarak, 2009). Hasil penelitian Purwanto, 2002 di Serang menyatakan bahwa, umur
memiliki hubungan terhadap status imunisasi tetanus toksoid pada respondennya. Status
kesehatan dapat ditentukan oleh faktor usia dalam hal ini adalah pertumbuhan dan
perkembangan, dengan demikian setiap rentang usia (bayi-lansia) memiliki pemahaman
dan respon terhadap perubahan kesehatan yang berbeda-beda. Untuk itulah seorang
tenaga kesehatan (perawat) harus mempertimbangkan tingkat pertumbuhan dan
perkembangan klien pada saat melakukan perncanaan tindakan (Purnawan, 2009). 
2.Pendidikan ibu 
Pendidikan adalah pimpinan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa kepada
anak–anak dalam pertumbuhannya (jasmani dan rohani) agar berguna bagi diri sendiri
dan bagi masyarakat (Notoatmodjo, 2003). Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang
maka akan semakin mudah menerima informasi sehingga semakin banyak pengetahuan
yang dimiliki. Menurut penelitian Sukmara (2000) dalam tesisnya menyatakan bahwa di
Puskesmas Sukamanah Kabupaten Bogor kelompok ibu yang berpendidikan kurang
mempunyai resiko 3,19 kali untuk tidak memperoleh imunisasi TT lengkap dibandingkan
dengan ibu-ibu yang memiliki pendidikan tamat SD atau lebih (pendidikan cukup).
3.Persepsi jarak rumah ibu ke pelayanan kesehatan
Jarak adalah angka yang menunjukkan seberapa jauh suatu benda dengan benda lainnya
melalui suatu lintasan tertentu (Wikipedia, 2009). Dalam penelitian ini menunjukkan
persepsi ibu tentang seberapa jauh rumah ibu hamil ke tempat pelayanan kesehatan. Hasil
penelitian Sukmara (2000) di Bogor menyatakan bahwa ibu-ibu yang memiliki persepsi
jauh tentang jarak dari tempat tinggalnya ke tempat pelayanan imunisasi TT mempunyai
resiko 2,4 kali untuk tidak mendapatkan imunisasi TT lengkap dibandingkan dengan ibu-
ibu yang memiliki persepsi jarak dekat ke tempat pelayanan imunisasi. 
4.Pekerjaan ibu 
Pekerjaan adalah sesuatu yang dilakukan (diperbuat atau dikerjakan). Pekerjaan bukanlah
sumber keuangan tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah (Erich 1996 dalam
Nursalam, 2001). Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh
pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung (Mubarak,
2009). Pekerjaan yang termasuk variabel psikososial ini, dapat meningkatkan resiko
terjadinya penyakit Dan mempengaruhi cara seseorang mendefinisikan dan bereaksi
terhadap penyakitnya (Purnawan, 2009).
5.Dukungan suami 
Kehamilan merupakan suatu pristiwa yang luar biasa dan merupakan anugrah Tuhan
YME, maka sebuah kehamilan perlu mendapat perhatian khusus dari ibu sendiri, suami,
dan keluarga yang lain. Partisipasi suami sangat dibutuhkan untuk dukungan psikis, fisik,
sosial, dan spiritual. Partisipasi dalam asuhan kehamilan ini merupakan refleksi dari
peran suami dalam keluarga (BKKBN 2001 dalam Jalilah 2008). Salah satu faktor yang
mempengaruhi pemeriksaan kehamilan (ANC) yang salah satunya imunisasi Tetanus
Toksoid adalah dukungan suami. Dukungan suami yang baik dapat memberikan motivasi
yang baik kepada ibu dalam memeriksakan kehamilan ANC (Sari, 2006). 
6.Gravida 
Gravida adalah kehamilan dimana mengandung ovum yang sudah dibuahi atau
mengandung janin. Primigravida adalah seorang wanita hamil untuk pertama kalinya.
Multigravida adalah seorang wanita hamil yang sudah hamil dua kali atau lebih. Ibu yang
sudah berpengalaman terhadap kehamilan akan mudah beradaptasi dengan kehamilan dan
lebih mengetahui tindakan yang harus dilakukan selama kehamilan (Bobak, 2004).
7.Pengetahuan ibu 
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap
obyek melaui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan sebagainya).
Pengetahuan tentang kesehatan adalah mencakup apa yang diketahui oleh seseorang
terhadap cara–cara memelihara kesehatan (Notoatmodjo, 2005). Hasil penelitian Sukmara
(2000) di Bogor menyatakan bahwa, ibu-ibu yang pengetahuan tentang imunisasi TT
kurang mempunyai resiko 1,70 kali untuk tidak mendapatkan imunisasi TT lengkap
dibandingkan dengan ibu –ibu yang berpengetahuan cukup.
ASKEB TETANUS NEONATORUM

TETANUS NEONATORUM

PENGERTIAN
TETANUS NEONATORUM adalah penyakit tetanus yang terjadi pada neonatus (bayi
berusia kurang 1 bulan) yang disebabkan oleh Clastridium Tetani, yaitu kuman yang
mengeluarkan toksin (racun yang menyerang sistem saraf pusat).

PENYEBAB
Tetanus Neonatorum merupakan penyebab radang yang sering dijumpai pada BBLR
bukan karena trauma kelahiran atau afiksia tetapi disebabkan oleh infeksi mana neonatal
antara lain:
1. Infeksi melalui tali pusat
2. Akibat pemotongan tali pusat yang kurang steril
3. Pemberian imunisasi Tetanus Toksoid (TT) pada ibu hamil tidak dilakukan, atau tidak
lengkap, atau tidak sesuai dengan ketentuan program
4. Pertolongan persalinan tidak memenuhi persyaratan kesehatan
Clostridium tetani terdapat di tanah, dan traktus digestivus manusia dan hewan. Kuman
ini dapat membuat spora yang tahan lama dan dapat berkembang biak dalam luka yang
kotor atau jaringan nekrotik yang mempunyai suasana anaerob.

INSIDEN
Angka kematian kasus (Case Fatality Rate atau CFR) sangat tinggi pada kasus Tetanus
Neonatorum yang tidak dirawat, angka mendekati 100%. Angka kematian kasus Tetanus
Neonatorum yang dirawat di rumah sakit di Indonesia bervariasi dengan kisaran 10,8 –
55%.

MASA INKUBASI
Tetanus Neonatorum ini terjadi selama 5-14 hari. Pada umumnya Tetanus Neonatorum
ini lebih cepat dan penyakit berlangsung lebih berat daripada Tetanus pada anak.
PATOFISIOLOGI
Kelainan patologik biasanya terdapat pada otak, sumsum tulang belakang, dan terutama
pada nukleus motorik kematian disebabkan oleh Asfiksia akibat spasmus laring pada
kejang yang lama. Selain itu, dapat disebabkan oleh pengaruh langsung pada pusat
pernapasan dan peredaran darah. Sebab kematian yang lain ialah Pnemunia Aspirasi dan
Sepsis. Kedua sebab yang terakhir ini mungkin sekali merupakan sebab utama kematian
Tetanus Neonatorum di Indonesia.
Pada bayi, penyakit ini ditularkan biasanya melalui tali pusat, yaitu karena pemotongan
tali pusat dengan alat tidak steril. Selain itu infeksi dapat juga melalui pemakaian obat
(dermatol), bubuk daun-daunan yang digunakan dalam perawatan tali pusat.

PENANGANAN
Penanganan secara umum pada Tetanus Neonatorum:
1. Mengatasi kejang
a) Kejang dapat diatasi dengan mengurangi rangsangan, penderita/bayi ditempatkan di
kamar yang tenang dengan sedikit sinar mengingat penderita sangat peka akan suara dan
cahaya.
b) Memberikan suntikan anti kejang, obat yang dipakai ialah kombinasi fenobarbital dan
largaktil. Fenobarbital dapat diberikan mula-mula 30-60 mg parenteral, kemudian
dilanjutkan per os dengan dosis maksimum 10 mg per hari. Largaktil dapat diberikan
bersama luminal, mula-mula 7,5 mg parenteral, kemudian diteruskan dengan dosis 6 x
2,5 mg setiap hari. Kombinasi yang lain ialah Kloralhidrat yang diberikan lewat anus.
2. Menjaga jalan nafas tetap bebas dengan membersihkan jalan nafas. Pemasangan spatel
bila lidah tergigit
3. Mencari tempat masuknya spora tetanus, umumnya di tali pusat atau di telinga
4. Pemberian antitoksin
Untuk mengikat toksin yang masih bebas dapat diberi ATS dengan dosis 10.000 satuan
setiap hari selama 2 hari berturut-turut dengan IM, kalau per infuse diberikan ATS
20.000 UI sekaligus.
5. Pemberian antibiotic
Untuk mengatasi infeksi dapat digunakan penisilin 200.000 UI setiap hari dan diteruskan
sampai 3 hari sesudah panas turun atau ampisilin 100 mg/kgBB per hari dibagi dalam 4
dosis secara intravena selama 10 hari.
6. Perawatan yang adekuat, meliputi:
a) Kebutuhan oksigen
b) Makanan (harus hati-hati dengan memakai pipa yang dibuat dari polietilen atau karet)
c) Keseimbangan cairan dan elektrolit, kalau pemberian makanan peros tidak mungkin
maka diberikan makanan dan cairan intravena. Cairan intravena berupa larutan glukosa
5% : NaCI fisiologik 4:1 selama 48-70 jam sesuai dengan kebutuhan, sedangkan untuk
selanjutnya untuk memasukkan obat.
Bila sakit penderita lebih dari 24 jam atau sering terjadi kejang atau apnue, berikan
larutan glukosa 10% : natrium bikarbonat 4:1 (sebaiknya jenis cairan disesuaikan dengan
hasil pemeriksaan analisa gas darah) bila setelah 72 jam belum mungkin diberikan
minuman per oral, maka melalui cairan infus perlu ditambahkan protein dan kalium.
d) Tali pusat dirawat dengan kasa bersih dan kering

DIAGNOSA/MASALAH DAN PENANGANAN


Diagnosa atau masalah terjadinya Tetanus Neonatorum:
1. Terjadinya Gangguan Fungsi Pernapasan
Pada masalah ini dapat disebabkan kuman yang menyerang otot-otot pernapasan
sehingga otot pernapasan tidak berfungsi. Adanya spasme mulut dan tenggorokan
sehingga mengganggu jalan nafas.
 Intervensinya yang dapat dilakukan:
a) Atur posisi bayi dengan kepala ekstensi
b) Berikan oksigan 1-2 liter/menit. Jika sedang terjadi kejang karena sianosis bertambah
berat O2 diberikan lebih tinggi dapat sampai 4 liter/menit (jika kejang berhenti turunkan
lagi)
c) Bila terjadi kejang, pasang sudip lidah untuk mencegah lidah jatuh ke belakang dan
juga memudahkan penghisapan lendir bila ada, lebih baik dipasang guedel (selama masih
banyak kejang guedel atau sudip lidah dipasang terus)
d) Sering isap lendir yakni pada saat kejang, jika akan melakukan nafas buatan pada saat
apnea dan sewaktu-waktu terlihat lendir pada mulut bayi
e) Observasi tanda vital secara kontinu setiap ½ jam dan catat secara cermat, pasien
Tetanus Neonatorum karena mendapatkan anti Konvulsan terus kemungkinan sewaktu-
waktu dapat terjadi apnea
f) Usahakan agar tempat tidur bayi dalam keadaan hangat (pasang selubung tempat
tidur/kain di sekeliling tempat tidur karena selama payah bayi sering dalam keadaan
telanjang, maksudnya agar memudahkan pengawasan pernapasannya). Bila bayi
kedinginan juga dapat menyebabkan apnea
2. Pemenuhan Nutrisi atau Cairan
Akibat bayi tidak mau menetek dan untuk memenuhi kebutuhan makanannya perlu diberi
infus dengan cairan glukosa 10%. Tetapi karena bayi juga sering sianosis maka cairan
ditambahkan natrikus 11/2% dengan perbandingan 4:1.
3. Kurangnya Pengetahuan Orang Tua
Pada orang tua pasien yang bayinya menderita Tetanus perlu diberikan penjelasan bahwa
bayinya menderita sakit berat atau bahaya maka memerlukan tindakan dan pengobatan
khusus. Selain itu, yang perlu dijelaskan ialah bila ibunya hamil lagi agar minta suntikan
pencegahan tetanus.

DAFTAR PUSTAKA

Wiknyosastro, Gulardi Hanifa. 2002. PELAYANAN KESEHATAN MATERIAL DAN


NEONATAL. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo : Jakarta.

Ngastiyah. 1997. PERAWATAN ANAK SAKIT. Buku Kedokteran EGC : Jakarta.

Hidayat, Azis Alimul. 2005. PENGANTAR ILMU KEPERAWATAN ANAK I. Salemba


Medika : Jakarta.

Wiknyosastro, Gulandi Hanifa. 2005. ILMU KEBIDANAN. Yayasan Bina Pustaka


Sarwino Prawirohardjo : Jakarta.

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. SANTI


DENGAN TETANUS NEONATORUM
DI BKIA KASIH BUNDA KARANGTALUN TULUNGAGUNG

I. PENGUMPULAN DATA BESAR


Pengkajian dilakukan pada hari Selasa, 16 September 2008 pukul 10.00 WIB di BKIA
Kasih Bunda Karangtalun Tulungagung.
1.1. Biodata
1.1.1. Klien
Tempat : By. Ny. Santi
Tempat tanggal lahir : Tulungagung, 11 September 2008
Jenis kelamin : Laki-laki
Anak ke : I
1.1.2. Orang Tua
Nama : Tn. Rudi / Ny. Santi
Umur : 27 tahun / 24 tahun
Agama : Islam / Islam
Ibu Pendidikan : SMA / SMP
Pekerjaan : Wiraswasta / Ibu rumah tangga
Alamat : Ds. Sambijajar

1.2. Keluhan Utama


Ibu mengatakan bahwa sejak 2 hari yang lalu bayinya rewel sulit untuk minum ASI dan
mulutnya digerak-gerakkan sampai mulutnya mecucu dan sering kejang-kejang.

1.3. Riwayat Kesehatan yang Lalu


1.3.1. Riwayat Antenatal
 Ibu mengatakan memeriksakan kehamilannya/ANC kebidan 2x dan ke polindes 2x jadi
sleama kehamilan ibu melakukan ANC sebanyak 4x.
 Mendapatkan imunisasi TT lengkap
 Obat-obatan yang pernah diminum Fe, Kalk, Vit C, Vit B6, Vit B1
 Keluhan selama kehamilan
- TM I Mual muntah pada pagi hari
- TM II Tidak ada keluhan
- TM III Sering kencing
 Ibu tidak ada riwayat alergi terhadap makanan, minuman maupun obat-obatan
 Ibu mengatakan tidak ada penyakit menular
Example : Hepatitis, AIDS, PMS
 Ibu mengatakan tidak mempunyai penyakit menurun
Example : DM, Hipertensi
 Ibu mengatakan tidak mempunyai penyakit menahun
Example : TBC, Asma
 UK : 40 Minggu
 Selama hamil ibu tidak ada pantangan terhadap makanan, minuman maupun obat-
obatan serta tidak pernah minum jamu-jamuan
1.3.2. Riwayat Intranatal
 Ibu merasa kenceng-kenceng mulai tanggal 11 September 2008 pukul 01.00 WIB. Sifat
adekuat, kontraksi 5x dalam 10 menit, sudah mengeluarkan lendir yang bercampur darah,
ketuban sudah pecah, bayi lahir tanggal 11 September 2008 pada pukul 08.00 ditolong
oleh bidan. Persalinan berlangsung secara spontan pervaginan. Jenis kelamin laki-laki,
berat badan 3500 gram, panjang badan 50 cm, lingkar dada 34 cm. Selama persalinan
tidak ada kesulitan, tidak ada kelainan, tidak ada cacat bawaan pada bayi, placenta lahir
pada pukul 08.20 WIB dengan cara spontan pada saat lahir bayi menangis kuat, urine
keluar secara spontan pada saat persalinan.
 Lama persalinan
- Kala I = 8 jam
- Kala II = 1 jam
- Kala III = 20 menit
- Kala IV = 2 jam
Obat yang diberikan adalah aksitosin 10 unit.
Untuk bayi: hepatitis B 1 mg.
1.3.3. Riwayat Neonatal
- Bayi lahir secara : Spontan pervaginan
- Apgar score : 7-8
- Berat badan : 3500 gram
- Panjang badan : 50 cm
- Lingkar dada : 34 cm
- Lingkar kepala : 34 cm
- Makanan : ASI saja
- Perawatan selama bayi : Ibu dan keluarga
1.3.4. Riwayat Nifas
Ibu tidak pernah minum jamu-jamuan, tidak ada pantangan makanan/minuman tertentu.
1.3.5. Riwayat Tumbuh Kembang
Bayi lahir dengan berat badan 3500 gram, panjang badan 50 cm, lingkar dada 34 cm,
lingkar kepala 34 cm, reflek suching bertambah, reflek rooting bertambah, reflek muro
bertambah, reflek grip bertambah, reflek planter bertambah.
1.3.6. Riwayat Imunisasi/Status Kesehatan Terakhir
Imunisasi bayi baru lahir :  Hepatitis B
 Polio I

1.4. Pola Kegiatan Sehari-hari


1.4.1. Pola Nutrisi
- Sebelum sakit : Sesering mungkin minimal 2 jam sekali
- Selama sakit : Minum ASI tiap 5 jam sekali dikarenakan bayi rewel dan sering
menangis
1.4.2. Pola Eliminasi
- Sebelum sakit
BAB 3-4x sehari berwarna kuning kecoklatan, konsistensi lunak, bau khas, tidak ada
pus/darah
BAK 6-8x sehari warna jernih, tidak ada darah atau pus
- Selama sakit
BAB 2-3x sehari berwarna kuning kecoklatan, konsistensi lunak, bau khas, tidak ada
pus/darah
BAK 4-6x sehari warna kuning keruh, tidak ada pus atau darah
1.4.3. Pola Istirahat
- Sebelum sakit  siang dan malam ± 10 jam
- Selama sakit  siang dan malam ± 12 jam
1.4.4. Personal Hygiene
- Sebelum sakit  Mandi = 2x sehari
Ganti baju = 2x sehari
Ganti popok = 12-15x sehari
Perawatan tali pusat dilakukan oleh nenek bayi
Sebelum sakit = belum pernah diganti
- Selama sakit  Mandi = 2x sehari
Ganti baju = 2x sehari
Ganti popok = 12-15x sehari
Perawatan tali pusat selama sakit diganti 1x sehari
1.4.5. Data Psikososial
Hubungan ibu dengan suami, keluarga dan petugas kesehatan terjalin dengan baik.

1.5. Tanda-tanda Vital


Nadi = 154x/menit
Respirasi = 40x/menit
Suhu = 37,5oC

1.6. Pemeriksaan Fisik


1.6.1. Kepala
Simetris, kulit kepala bersih, tidak ada lesi/luka, tidak ada benjolan.
1.6.2. Mata
Simetris, konjungtiva merah muda, palpebra tidak oedema, sklera putih.
1.6.3. Hidung
Simetris, bersih, tidak ada sebret, terdapat pernafasan cuping hidung.
1.6.4. Mulut
Bibir  Simetris, tidak ada sumbing, tidak sariawan, warna pucat, tidak ada luka, tidak
cellosis, sering mecucu
Lidah  Bersih, warna merah jambu, tidak glositis
Gusi  Warna merah jambu, sehat, tidak gingiuitis
1.6.5. Telinga
Simetris, tidak orap, bersih, tidak ada serumen.
1.6.6. Leher
Simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, vena jugularis dan kelenjar limfe, leher
kaku.

1.6.7. Dada
Simetris, bunyi jantung normal, teratur dan terdengar jelas, tidak ada Ronchi/Weezhing
dan juga tidak ada bunyi mur-mur.
1.6.8. Abdomen
Simetris, tali pusat basah dan berbau, ada tanda-tanda infeksi (merah), dinding abdomen
terasa keras.
1.6.9. Anogenetalia
Testis sudah turun diskrotum, bersih, tidak ada kelainan pada genetika dan teraba lubang
anus.
1.6.10. Ekstrimitas Atas dan Bawah
Kanan dan kiri simetris, tidak adema, tidak ada lesi/luka, tidak ada gangguan pergerakan,
kadang kejang-kejang.
1.6.11. Punggung
Simetris, tidak ada lesi/luka, bersih.

1.7. Pemeriksaan Reflek


a. Suching : +
b. Routing : +
c. Moro : +
d. Plantar : +
e. Graps : +

1.8. Status Gizi


a. Sebelum sakit
PB = 3500 gr
PB = 50 cm
LD = 34 cm
LK = 34 cm
b. Selama sakit
PB = 3500 gr
PB = 50 cm
LD = 34 cm
LK = 34 cm

Kesimpulan:
- Bayi anak Ny. Anjar dengan tetanus neonatorum dengan ciri-ciri : rewel, sulit untuk
minum ASI, mulutnya digerak-gerakkan sampai mulutnya mecucu dan kejang-kejang.

II. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH


DATA DASAR DIAGNOSA/MASALAH
S : Ibu mengatakan bahwa sejak 2 hari yang lalu bayinya rewel, sulit untuk minum ASI
dan mulutnya digerak-gerakkan sampai mulutnya mecucu dan sering kejang-kejang
Diagnosa:
Tetanus Neonatorum
O : TTV
N : 154x/menit
S : 40x/menit
R : 37oC
Pemeriksaan Fisik:
- Bibir sering mecucu
- Abdomen terasa keras
- Bayi rewel dan tidak mau menetek
- Ektermitas atas dan ektermitas bawah kadang kejang-kejang
- Abdomen pada tali pusat basah dan baru, merah

S : Ibu mengatakan bayinya sejak 2 hari yang lalu rewel dan tidak mau menetek. Ibu
mengatakan selama sakit anaknya minum ASI tiap 5 jam sekali Masalah:
Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi
O : Status gizi
Selama sakit : Berat badan turun 3500 gram menjadi 3300 gram

S : Ibu mengatakan tidak mengganti balutan tali pusat bayinya setiap hari meskipun
balutannya basah dan diganti satu kali ketika tali pusat mengeluarkan bau Gangguan
pemenuhan kebutuhan personal hygiene
O : Tali pusat basah dan berbau, terdapat tanda-tanda infeksi yaitu merah pada tali pusat
dan daerah di sekitarnya

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA/MASALAH POTENSIAL


Tetanus Neonatorum

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN YANG MEMBUTUHKAN TINDAKAN SEGERA


- Kolaborasi dengan dokter spesialis anak
- Merujuk

Diagnosa/Masalah Tujuan/Kriteria Keberhasilan Intervensi


Diagnosa:
Tetanus Neonatorum Tujuan:
Tetanus yang dialami oleh klien sembuh

Kriteria Hasil:
 Tand-tanda infeksi (merah) hilang
 Tali pusat bersih dan kering
 Kejang yang dialami oleh klien berkurang
 Terpenuhinya kebutuhan nutrisi oleh klien 1. Bina hubungan saling percaya antara
keluarga dan petugas kesehatan.
Rasional:
Dengan hal ini dapat menumbuhkan rasa saling percaya sehingga memudahkan untuk
melakukan tindakan medis.
2. Anjurkan kepada ibu untuk merawat bayinya di tempat yang tenang dengan
pencahayaan yang kurang.
Rasional:
Dengan merawat bayi di tempat yang tenang dengan pencahayaan yang kurang dapat
mengurangi kejang pada bayi karena rangsangan suara dan cahaya dan menimbulkan
kejang.
3. Anjurkan kepada ibu untuk merawat tali pusatnya setiap hari sehabis mandi.
Rasional:
Tali pusat yang basah menjadi tempat masuknya mikroorganisme sehingga menimbulkan
infeksi.
4. Anjurkan kepada ibu untuk tetap memberikan ASI setiap hari secara rutin.
Rasional:
Bayi memerlukan nutrisi untuk memenuhi kebutuhannya dan dengan terpenuhinya nutrisi
dapat membantu daya tahan tubuh bayi menghadapi penyakitnya.

Implementasi Evaluasi
Dilakukan pada tanggal Dilakukan pada tanggal
1. Membina hubungan saling percaya antara klien dan anggota keluarga
2. Menganjurkan kepada ibu untuk merawat bayinya di tempat/ruangan yang terang
dengan pencahayaan yang kurang untuk mengurangi kejang pada bayi
3. Menganjurkan kepada ibu untuk merawat tali pusatnya setiap hari sehabis mandi untuk
mempercepat proses penyembuhan
4. Menganjurkan kepada ibu untuk tetap memberikan ASI agar tercukupinya kebutuhan
nutrisi bayi 1. S : Ibu mengatakan ia mengerti tentang kondisi bayinya sekarang dan ibu
mau melaksanakan semua nasihat-nasihat yang diberikan oleh bidan
O :  Bayi kelihatan lebih tenang
 Kejang yang terjadi sudah berkurang 1x dalam sehari
 Tanda infeksi sudah mulai menghilang
A : Masalah teratasi sebagian
P : 1. Anjurkan kepada ibu untuk selalu menjaga personal hygiene bayinya terutama
perawatan tali pusat
2. Anjurkan kepada ibu untuk datang 2 hari lagi atau sewaktu-waktu bila bayinya
bertambah parah

Diagnosa/Masalah Tujuan/Kriteria Keberhasilan Intervensi


Masalah:
Gangguan personal hygiene Tujuan:
Personal hygiene pada bayi terpenuhi

Kriteria Keberhasilan:
 Tali pusat tidak bau, dan merah
 Tali pusat tidak mengalami infeksi
 Tali pusat kering dan bersih 1. Anjurkan pada ibu untuk melakukan perawatan tali
pusat dengan baik dan benar.
Rasional:
Hal ini dapat mencegah terjadinya infeksi tali pusat.
2. Anjurkan pada ibu untuk tidak memberikan/membubuhi tali pusat dengan apapun.
Rasional:TETANUS NEONATORUM

PENGERTIAN
TETANUS NEONATORUM adalah penyakit tetanus yang terjadi pada neonatus (bayi
berusia kurang 1 bulan) yang disebabkan oleh Clastridium Tetani, yaitu kuman yang
mengeluarkan toksin (racun yang menyerang sistem saraf pusat).

PENYEBAB
Tetanus Neonatorum merupakan penyebab radang yang sering dijumpai pada BBLR
bukan karena trauma kelahiran atau afiksia tetapi disebabkan oleh infeksi mana neonatal
antara lain:
1. Infeksi melalui tali pusat
2. Akibat pemotongan tali pusat yang kurang steril
3. Pemberian imunisasi Tetanus Toksoid (TT) pada ibu hamil tidak dilakukan, atau tidak
lengkap, atau tidak sesuai dengan ketentuan program
4. Pertolongan persalinan tidak memenuhi persyaratan kesehatan
Clostridium tetani terdapat di tanah, dan traktus digestivus manusia dan hewan. Kuman
ini dapat membuat spora yang tahan lama dan dapat berkembang biak dalam luka yang
kotor atau jaringan nekrotik yang mempunyai suasana anaerob.
INSIDEN
Angka kematian kasus (Case Fatality Rate atau CFR) sangat tinggi pada kasus Tetanus
Neonatorum yang tidak dirawat, angka mendekati 100%. Angka kematian kasus Tetanus
Neonatorum yang dirawat di rumah sakit di Indonesia bervariasi dengan kisaran 10,8 –
55%.

MASA INKUBASI
Tetanus Neonatorum ini terjadi selama 5-14 hari. Pada umumnya Tetanus Neonatorum
ini lebih cepat dan penyakit berlangsung lebih berat daripada Tetanus pada anak.
PATOFISIOLOGI
Kelainan patologik biasanya terdapat pada otak, sumsum tulang belakang, dan terutama
pada nukleus motorik kematian disebabkan oleh Asfiksia akibat spasmus laring pada
kejang yang lama. Selain itu, dapat disebabkan oleh pengaruh langsung pada pusat
pernapasan dan peredaran darah. Sebab kematian yang lain ialah Pnemunia Aspirasi dan
Sepsis. Kedua sebab yang terakhir ini mungkin sekali merupakan sebab utama kematian
Tetanus Neonatorum di Indonesia.
Pada bayi, penyakit ini ditularkan biasanya melalui tali pusat, yaitu karena pemotongan
tali pusat dengan alat tidak steril. Selain itu infeksi dapat juga melalui pemakaian obat
(dermatol), bubuk daun-daunan yang digunakan dalam perawatan tali pusat.

PENANGANAN
Penanganan secara umum pada Tetanus Neonatorum:
1. Mengatasi kejang
a) Kejang dapat diatasi dengan mengurangi rangsangan, penderita/bayi ditempatkan di
kamar yang tenang dengan sedikit sinar mengingat penderita sangat peka akan suara dan
cahaya.
b) Memberikan suntikan anti kejang, obat yang dipakai ialah kombinasi fenobarbital dan
largaktil. Fenobarbital dapat diberikan mula-mula 30-60 mg parenteral, kemudian
dilanjutkan per os dengan dosis maksimum 10 mg per hari. Largaktil dapat diberikan
bersama luminal, mula-mula 7,5 mg parenteral, kemudian diteruskan dengan dosis 6 x
2,5 mg setiap hari. Kombinasi yang lain ialah Kloralhidrat yang diberikan lewat anus.
2. Menjaga jalan nafas tetap bebas dengan membersihkan jalan nafas. Pemasangan spatel
bila lidah tergigit
3. Mencari tempat masuknya spora tetanus, umumnya di tali pusat atau di telinga
4. Pemberian antitoksin
Untuk mengikat toksin yang masih bebas dapat diberi ATS dengan dosis 10.000 satuan
setiap hari selama 2 hari berturut-turut dengan IM, kalau per infuse diberikan ATS
20.000 UI sekaligus.
5. Pemberian antibiotic
Untuk mengatasi infeksi dapat digunakan penisilin 200.000 UI setiap hari dan diteruskan
sampai 3 hari sesudah panas turun atau ampisilin 100 mg/kgBB per hari dibagi dalam 4
dosis secara intravena selama 10 hari.
6. Perawatan yang adekuat, meliputi:
a) Kebutuhan oksigen
b) Makanan (harus hati-hati dengan memakai pipa yang dibuat dari polietilen atau karet)
c) Keseimbangan cairan dan elektrolit, kalau pemberian makanan peros tidak mungkin
maka diberikan makanan dan cairan intravena. Cairan intravena berupa larutan glukosa
5% : NaCI fisiologik 4:1 selama 48-70 jam sesuai dengan kebutuhan, sedangkan untuk
selanjutnya untuk memasukkan obat.
Bila sakit penderita lebih dari 24 jam atau sering terjadi kejang atau apnue, berikan
larutan glukosa 10% : natrium bikarbonat 4:1 (sebaiknya jenis cairan disesuaikan dengan
hasil pemeriksaan analisa gas darah) bila setelah 72 jam belum mungkin diberikan
minuman per oral, maka melalui cairan infus perlu ditambahkan protein dan kalium.
d) Tali pusat dirawat dengan kasa bersih dan kering

DIAGNOSA/MASALAH DAN PENANGANAN


Diagnosa atau masalah terjadinya Tetanus Neonatorum:
1. Terjadinya Gangguan Fungsi Pernapasan
Pada masalah ini dapat disebabkan kuman yang menyerang otot-otot pernapasan
sehingga otot pernapasan tidak berfungsi. Adanya spasme mulut dan tenggorokan
sehingga mengganggu jalan nafas.
 Intervensinya yang dapat dilakukan:
a) Atur posisi bayi dengan kepala ekstensi
b) Berikan oksigan 1-2 liter/menit. Jika sedang terjadi kejang karena sianosis bertambah
berat O2 diberikan lebih tinggi dapat sampai 4 liter/menit (jika kejang berhenti turunkan
lagi)
c) Bila terjadi kejang, pasang sudip lidah untuk mencegah lidah jatuh ke belakang dan
juga memudahkan penghisapan lendir bila ada, lebih baik dipasang guedel (selama masih
banyak kejang guedel atau sudip lidah dipasang terus)
d) Sering isap lendir yakni pada saat kejang, jika akan melakukan nafas buatan pada saat
apnea dan sewaktu-waktu terlihat lendir pada mulut bayi
e) Observasi tanda vital secara kontinu setiap ½ jam dan catat secara cermat, pasien
Tetanus Neonatorum karena mendapatkan anti Konvulsan terus kemungkinan sewaktu-
waktu dapat terjadi apnea
f) Usahakan agar tempat tidur bayi dalam keadaan hangat (pasang selubung tempat
tidur/kain di sekeliling tempat tidur karena selama payah bayi sering dalam keadaan
telanjang, maksudnya agar memudahkan pengawasan pernapasannya). Bila bayi
kedinginan juga dapat menyebabkan apnea
2. Pemenuhan Nutrisi atau Cairan
Akibat bayi tidak mau menetek dan untuk memenuhi kebutuhan makanannya perlu diberi
infus dengan cairan glukosa 10%. Tetapi karena bayi juga sering sianosis maka cairan
ditambahkan natrikus 11/2% dengan perbandingan 4:1.
3. Kurangnya Pengetahuan Orang Tua
Pada orang tua pasien yang bayinya menderita Tetanus perlu diberikan penjelasan bahwa
bayinya menderita sakit berat atau bahaya maka memerlukan tindakan dan pengobatan
khusus. Selain itu, yang perlu dijelaskan ialah bila ibunya hamil lagi agar minta suntikan
pencegahan tetanus.

DAFTAR PUSTAKA

Wiknyosastro, Gulardi Hanifa. 2002. PELAYANAN KESEHATAN MATERIAL DAN


NEONATAL. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo : Jakarta.
Ngastiyah. 1997. PERAWATAN ANAK SAKIT. Buku Kedokteran EGC : Jakarta.

Hidayat, Azis Alimul. 2005. PENGANTAR ILMU KEPERAWATAN ANAK I. Salemba


Medika : Jakarta.

Wiknyosastro, Gulandi Hanifa. 2005. ILMU KEBIDANAN. Yayasan Bina Pustaka


Sarwino Prawirohardjo : Jakarta.

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. SANTI


DENGAN TETANUS NEONATORUM
DI BKIA KASIH BUNDA KARANGTALUN TULUNGAGUNG

I. PENGUMPULAN DATA BESAR


Pengkajian dilakukan pada hari Selasa, 16 September 2008 pukul 10.00 WIB di BKIA
Kasih Bunda Karangtalun Tulungagung.
1.1. Biodata
1.1.1. Klien
Tempat : By. Ny. Santi
Tempat tanggal lahir : Tulungagung, 11 September 2008
Jenis kelamin : Laki-laki
Anak ke : I
1.1.2. Orang Tua
Nama : Tn. Rudi / Ny. Santi
Umur : 27 tahun / 24 tahun
Agama : Islam / Islam
Ibu Pendidikan : SMA / SMP
Pekerjaan : Wiraswasta / Ibu rumah tangga
Alamat : Ds. Sambijajar

1.2. Keluhan Utama


Ibu mengatakan bahwa sejak 2 hari yang lalu bayinya rewel sulit untuk minum ASI dan
mulutnya digerak-gerakkan sampai mulutnya mecucu dan sering kejang-kejang.

1.3. Riwayat Kesehatan yang Lalu


1.3.1. Riwayat Antenatal
 Ibu mengatakan memeriksakan kehamilannya/ANC kebidan 2x dan ke polindes 2x jadi
sleama kehamilan ibu melakukan ANC sebanyak 4x.
 Mendapatkan imunisasi TT lengkap
 Obat-obatan yang pernah diminum Fe, Kalk, Vit C, Vit B6, Vit B1
 Keluhan selama kehamilan
- TM I Mual muntah pada pagi hari
- TM II Tidak ada keluhan
- TM III Sering kencing
 Ibu tidak ada riwayat alergi terhadap makanan, minuman maupun obat-obatan
 Ibu mengatakan tidak ada penyakit menular
Example : Hepatitis, AIDS, PMS
 Ibu mengatakan tidak mempunyai penyakit menurun
Example : DM, Hipertensi
 Ibu mengatakan tidak mempunyai penyakit menahun
Example : TBC, Asma
 UK : 40 Minggu
 Selama hamil ibu tidak ada pantangan terhadap makanan, minuman maupun obat-
obatan serta tidak pernah minum jamu-jamuan
1.3.2. Riwayat Intranatal
 Ibu merasa kenceng-kenceng mulai tanggal 11 September 2008 pukul 01.00 WIB. Sifat
adekuat, kontraksi 5x dalam 10 menit, sudah mengeluarkan lendir yang bercampur darah,
ketuban sudah pecah, bayi lahir tanggal 11 September 2008 pada pukul 08.00 ditolong
oleh bidan. Persalinan berlangsung secara spontan pervaginan. Jenis kelamin laki-laki,
berat badan 3500 gram, panjang badan 50 cm, lingkar dada 34 cm. Selama persalinan
tidak ada kesulitan, tidak ada kelainan, tidak ada cacat bawaan pada bayi, placenta lahir
pada pukul 08.20 WIB dengan cara spontan pada saat lahir bayi menangis kuat, urine
keluar secara spontan pada saat persalinan.
 Lama persalinan
- Kala I = 8 jam
- Kala II = 1 jam
- Kala III = 20 menit
- Kala IV = 2 jam
Obat yang diberikan adalah aksitosin 10 unit.
Untuk bayi: hepatitis B 1 mg.
1.3.3. Riwayat Neonatal
- Bayi lahir secara : Spontan pervaginan
- Apgar score : 7-8
- Berat badan : 3500 gram
- Panjang badan : 50 cm
- Lingkar dada : 34 cm
- Lingkar kepala : 34 cm
- Makanan : ASI saja
- Perawatan selama bayi : Ibu dan keluarga
1.3.4. Riwayat Nifas
Ibu tidak pernah minum jamu-jamuan, tidak ada pantangan makanan/minuman tertentu.
1.3.5. Riwayat Tumbuh Kembang
Bayi lahir dengan berat badan 3500 gram, panjang badan 50 cm, lingkar dada 34 cm,
lingkar kepala 34 cm, reflek suching bertambah, reflek rooting bertambah, reflek muro
bertambah, reflek grip bertambah, reflek planter bertambah.
1.3.6. Riwayat Imunisasi/Status Kesehatan Terakhir
Imunisasi bayi baru lahir :  Hepatitis B
 Polio I

1.4. Pola Kegiatan Sehari-hari


1.4.1. Pola Nutrisi
- Sebelum sakit : Sesering mungkin minimal 2 jam sekali
- Selama sakit : Minum ASI tiap 5 jam sekali dikarenakan bayi rewel dan sering
menangis
1.4.2. Pola Eliminasi
- Sebelum sakit
BAB 3-4x sehari berwarna kuning kecoklatan, konsistensi lunak, bau khas, tidak ada
pus/darah
BAK 6-8x sehari warna jernih, tidak ada darah atau pus
- Selama sakit
BAB 2-3x sehari berwarna kuning kecoklatan, konsistensi lunak, bau khas, tidak ada
pus/darah
BAK 4-6x sehari warna kuning keruh, tidak ada pus atau darah
1.4.3. Pola Istirahat
- Sebelum sakit  siang dan malam ± 10 jam
- Selama sakit  siang dan malam ± 12 jam
1.4.4. Personal Hygiene
- Sebelum sakit  Mandi = 2x sehari
Ganti baju = 2x sehari
Ganti popok = 12-15x sehari
Perawatan tali pusat dilakukan oleh nenek bayi
Sebelum sakit = belum pernah diganti
- Selama sakit  Mandi = 2x sehari
Ganti baju = 2x sehari
Ganti popok = 12-15x sehari
Perawatan tali pusat selama sakit diganti 1x sehari
1.4.5. Data Psikososial
Hubungan ibu dengan suami, keluarga dan petugas kesehatan terjalin dengan baik.

1.5. Tanda-tanda Vital


Nadi = 154x/menit
Respirasi = 40x/menit
Suhu = 37,5oC

1.6. Pemeriksaan Fisik


1.6.1. Kepala
Simetris, kulit kepala bersih, tidak ada lesi/luka, tidak ada benjolan.
1.6.2. Mata
Simetris, konjungtiva merah muda, palpebra tidak oedema, sklera putih.
1.6.3. Hidung
Simetris, bersih, tidak ada sebret, terdapat pernafasan cuping hidung.
1.6.4. Mulut
Bibir  Simetris, tidak ada sumbing, tidak sariawan, warna pucat, tidak ada luka, tidak
cellosis, sering mecucu
Lidah  Bersih, warna merah jambu, tidak glositis
Gusi  Warna merah jambu, sehat, tidak gingiuitis
1.6.5. Telinga
Simetris, tidak orap, bersih, tidak ada serumen.
1.6.6. Leher
Simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, vena jugularis dan kelenjar limfe, leher
kaku.

1.6.7. Dada
Simetris, bunyi jantung normal, teratur dan terdengar jelas, tidak ada Ronchi/Weezhing
dan juga tidak ada bunyi mur-mur.
1.6.8. Abdomen
Simetris, tali pusat basah dan berbau, ada tanda-tanda infeksi (merah), dinding abdomen
terasa keras.
1.6.9. Anogenetalia
Testis sudah turun diskrotum, bersih, tidak ada kelainan pada genetika dan teraba lubang
anus.
1.6.10. Ekstrimitas Atas dan Bawah
Kanan dan kiri simetris, tidak adema, tidak ada lesi/luka, tidak ada gangguan pergerakan,
kadang kejang-kejang.
1.6.11. Punggung
Simetris, tidak ada lesi/luka, bersih.

1.7. Pemeriksaan Reflek


a. Suching : +
b. Routing : +
c. Moro : +
d. Plantar : +
e. Graps : +

1.8. Status Gizi


a. Sebelum sakit
PB = 3500 gr
PB = 50 cm
LD = 34 cm
LK = 34 cm
b. Selama sakit
PB = 3500 gr
PB = 50 cm
LD = 34 cm
LK = 34 cm

Kesimpulan:
- Bayi anak Ny. Anjar dengan tetanus neonatorum dengan ciri-ciri : rewel, sulit untuk
minum ASI, mulutnya digerak-gerakkan sampai mulutnya mecucu dan kejang-kejang.

II. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH


DATA DASAR DIAGNOSA/MASALAH
S : Ibu mengatakan bahwa sejak 2 hari yang lalu bayinya rewel, sulit untuk minum ASI
dan mulutnya digerak-gerakkan sampai mulutnya mecucu dan sering kejang-kejang
Diagnosa:
Tetanus Neonatorum
O : TTV
N : 154x/menit
S : 40x/menit
R : 37oC
Pemeriksaan Fisik:
- Bibir sering mecucu
- Abdomen terasa keras
- Bayi rewel dan tidak mau menetek
- Ektermitas atas dan ektermitas bawah kadang kejang-kejang
- Abdomen pada tali pusat basah dan baru, merah

S : Ibu mengatakan bayinya sejak 2 hari yang lalu rewel dan tidak mau menetek. Ibu
mengatakan selama sakit anaknya minum ASI tiap 5 jam sekali Masalah:
Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi
O : Status gizi
Selama sakit : Berat badan turun 3500 gram menjadi 3300 gram

S : Ibu mengatakan tidak mengganti balutan tali pusat bayinya setiap hari meskipun
balutannya basah dan diganti satu kali ketika tali pusat mengeluarkan bau Gangguan
pemenuhan kebutuhan personal hygiene
O : Tali pusat basah dan berbau, terdapat tanda-tanda infeksi yaitu merah pada tali pusat
dan daerah di sekitarnya

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA/MASALAH POTENSIAL


Tetanus Neonatorum

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN YANG MEMBUTUHKAN TINDAKAN SEGERA


- Kolaborasi dengan dokter spesialis anak
- Merujuk

Diagnosa/Masalah Tujuan/Kriteria Keberhasilan Intervensi


Diagnosa:
Tetanus Neonatorum Tujuan:
Tetanus yang dialami oleh klien sembuh

Kriteria Hasil:
 Tand-tanda infeksi (merah) hilang
 Tali pusat bersih dan kering
 Kejang yang dialami oleh klien berkurang
 Terpenuhinya kebutuhan nutrisi oleh klien 1. Bina hubungan saling percaya antara
keluarga dan petugas kesehatan.
Rasional:
Dengan hal ini dapat menumbuhkan rasa saling percaya sehingga memudahkan untuk
melakukan tindakan medis.
2. Anjurkan kepada ibu untuk merawat bayinya di tempat yang tenang dengan
pencahayaan yang kurang.
Rasional:
Dengan merawat bayi di tempat yang tenang dengan pencahayaan yang kurang dapat
mengurangi kejang pada bayi karena rangsangan suara dan cahaya dan menimbulkan
kejang.
3. Anjurkan kepada ibu untuk merawat tali pusatnya setiap hari sehabis mandi.
Rasional:
Tali pusat yang basah menjadi tempat masuknya mikroorganisme sehingga menimbulkan
infeksi.
4. Anjurkan kepada ibu untuk tetap memberikan ASI setiap hari secara rutin.
Rasional:
Bayi memerlukan nutrisi untuk memenuhi kebutuhannya dan dengan terpenuhinya nutrisi
dapat membantu daya tahan tubuh bayi menghadapi penyakitnya.

Implementasi Evaluasi
Dilakukan pada tanggal Dilakukan pada tanggal
1. Membina hubungan saling percaya antara klien dan anggota keluarga
2. Menganjurkan kepada ibu untuk merawat bayinya di tempat/ruangan yang terang
dengan pencahayaan yang kurang untuk mengurangi kejang pada bayi
3. Menganjurkan kepada ibu untuk merawat tali pusatnya setiap hari sehabis mandi untuk
mempercepat proses penyembuhan
4. Menganjurkan kepada ibu untuk tetap memberikan ASI agar tercukupinya kebutuhan
nutrisi bayi 1. S : Ibu mengatakan ia mengerti tentang kondisi bayinya sekarang dan ibu
mau melaksanakan semua nasihat-nasihat yang diberikan oleh bidan
O :  Bayi kelihatan lebih tenang
 Kejang yang terjadi sudah berkurang 1x dalam sehari
 Tanda infeksi sudah mulai menghilang
A : Masalah teratasi sebagian
P : 1. Anjurkan kepada ibu untuk selalu menjaga personal hygiene bayinya terutama
perawatan tali pusat
2. Anjurkan kepada ibu untuk datang 2 hari lagi atau sewaktu-waktu bila bayinya
bertambah parah

Diagnosa/Masalah Tujuan/Kriteria Keberhasilan Intervensi


Masalah:
Gangguan personal hygiene Tujuan:
Personal hygiene pada bayi terpenuhi

Kriteria Keberhasilan:
 Tali pusat tidak bau, dan merah
 Tali pusat tidak mengalami infeksi
 Tali pusat kering dan bersih 1. Anjurkan pada ibu untuk melakukan perawatan tali
pusat dengan baik dan benar.
Rasional:
Hal ini dapat mencegah terjadinya infeksi tali pusat.
2. Anjurkan pada ibu untuk tidak memberikan/membubuhi tali pusat dengan apapun.
Rasional:
Hal ini dapat membuat tali pusat bayi berbau.
3. Anjurkan pada ibu untuk mengganti balutan tali pusat apabila kotor dan basah.
Rasional:
Hal ini dapat membantu mempercepat proses pengeringan tali pusat.

Implementasi Evaluasi
Dilakukan pada hari Dilakukan pada hari
1. Menganjurkan pada ibu untuk melakukan perawatan tali pusat dengan baik dan benar
yaitu untuk mencegah terjadinya infeksi
2. Menganjurkan pada ibu untuk tidak memberikan/membubuhi tali pusat dengan apapun
yaitu dapat memebuat tali pusat bau dan basah
3. Menganjurkan pada ibu untuk mengganti balutan tali pusat jika kotor dan basah yaitu
untuk mempercepat proses pengeringan tali pusat S : Ibu mengatakan bahwa ia mengerti
tentang penjelasan yang diberikan oleh bidan dan mau untuk melaksanakannya
O :  Ibu nampak mengerti
 Ibu bisa mengulangi penjelasan yang diberikan oleh bidan
A : Masalah teratasi sebagian
P : Anjurkan pada ibu untuk datang 3 hari lagi/bila sewaktu-waktu ada
komplikasi/kelainan

Hal ini dapat membuat tali pusat bayi berbau.


3. Anjurkan pada ibu untuk mengganti balutan tali pusat apabila kotor dan basah.
Rasional:
Hal ini dapat membantu mempercepat proses pengeringan tali pusat.

Implementasi Evaluasi
Dilakukan pada hari Dilakukan pada hari
1. Menganjurkan pada ibu untuk melakukan perawatan tali pusat dengan baik dan benar
yaitu untuk mencegah terjadinya infeksi
2. Menganjurkan pada ibu untuk tidak memberikan/membubuhi tali pusat dengan apapun
yaitu dapat memebuat tali pusat bau dan basah
3. Menganjurkan pada ibu untuk mengganti balutan tali pusat jika kotor dan basah yaitu
untuk mempercepat proses pengeringan tali pusat S : Ibu mengatakan bahwa ia mengerti
tentang penjelasan yang diberikan oleh bidan dan mau untuk melaksanakannya
O :  Ibu nampak mengerti
 Ibu bisa mengulangi penjelasan yang diberikan oleh bidan
A : Masalah teratasi sebagian
P : Anjurkan pada ibu untuk datang 3 hari lagi/bila sewaktu-waktu ada
komplikasi/kelainan

1 / 23

Anda mungkin juga menyukai