MAKALAH
IMUNISASI TT pada IBU HAMIL
Dosen Pengampu : Indri Subekti, S.SiT
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan I Kehamilan
Disusun oleh:
Kelompok 1
1. Aprilia Megawati AKU.11.004
2. Eni Indarwati AKU.11.016
3. Dewi Wulansari AKU.11.010
4. Nurul Istiq Fitriyah AKU.11.039
5. Zuhrotun Nisa AKU.11.067
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat,
Inayah, Taufik dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah tugas askeb I (kehamilan) tentang kebutuhan fisik ibu hamil trisemester I,II, dan
III “Imunisasi TT pada ibu hamil”.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi
Makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami
miliki sangat kurang. Oleh kerena itu, kami harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah
ini.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
KATA PENGANTAR..................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
BAB I
PENDAHULUAN
TINJAUAN TEORI
1. Melindungi bayinya yang baru lahir dari tetanus neonatorum (BKKBN, 2005;
Chin, 2000). Tetanus neonatorum adalah penyakit tetanus yang terjadi pada
neonatus (bayi berusia kurang 1 bulan) yang disebabkan oleh clostridium tetani,
yaitu kuman yang mengeluarkan toksin (racun) dan menyerang sistim saraf
pusat (Saifuddin dkk, 2001).
2. Melindungi ibu terhadap kemungkinan tetanus apabila terluka (Depkes RI,
2000) Kedua manfaat tersebut adalah cara untuk mencapai salah satu tujuan
dari program imunisasi secara nasional yaitu eliminasi tetanus maternal dan
tetanus neonatorum (Depkes, 2004).
C. JUMLAH dan DOSIS PEMBERIAN IMUNISASI
Imunisasi TT untuk ibu hamil diberikan 2 kali (BKKBN, 2005; Saifuddin dkk,
2001), dengan dosis 0,5 cc di injeksikan intramuskuler/subkutan dalam (Depkes
RI, 2000).
1. Kemasan
a) 1 bok vaksin terdiri dari 10 vial.
b) 1 vial berisi 10 dosis.
c) Vaksin TT berbentuk cairan.
PENUTUP
N
Kehamilan merupakan suatu proses kehidupan seorang wanita, dimana dengan
adanya proses ini terjadi perubahan-perubahan. Perubahan tersebut meliputi perubahan
fisik, mental dan sosial. Selain kebutuhan psikologis, kebutuhan fisik juga harus
diperhatikan agar kehamilan dapat berlangsung dengan aman dan lancar. Kebutuhan fisik
yang diperlukan ibu selama hamil diantaranya meliputi istirahat/tidur dimana pada ibu
hamil dianjurkan untuk merencanakan periode istirahat terutama saat hamil tua.
Kemudian imunisasi yaitu yang merupakan pemberian kekebalan tubuh
terhadap suatu penyakit dengan memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh
tahan terhadap penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang,
imunisasi pada ibu hamil yaitu Tetanus Toksoid.
Tetanus adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Clostridium tetani yang
masuk melalui luka terbuka dan menghasilkan racun yang kemudian menyerang sistem
saraf pusat. Bakteri ini secara umum terdapat ditanah, jadi ia bisa ditemukan pada debu,
pupuk, kotoran hewan, dan sampah. Tetanus ini menyerang siapa saja, anak – anak juga
orang dewasa. Bahkan bayi baru lahir sekalipun, yang bisa berakibat fatal. Penyakit yang
menyerang bayi itu biasa disebut Tetanus neonatorum.
B. SARAN
Setelah membaca dan memahami materi tentang Imunisasi TT (Tetanus Toxoid)
pada Ibu Hamil yanng ada pada makalah ini diharapakan Kita sebagai tim tenaga
kesehatan mampu melakukan asuhan kepearawatan prosedur asuhan keperawatan yang
sesuai dan menggunakan alat-alat yang steril untuk menghindari terjadinya infeksi
tetanus pada bayi yang baru dilahirkan.
Sedangkan bagi Ibu Hamil dan keluarga diharapkan memilki kesadaran untuk
berpatisipasi aktif dalam kegiatan Imunisasi TT (Tetanus Toxoid) karena Imunisasi ini
juga penting bagi mereka untuk mencegah kemungkinan terjadinya infeksi tetanus pada
bayi yang akan dilahirkan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Data Subyektif
a. Biodata
Nama : Ny.I Tn. E
Umur : 25 tahun 30 th
Agama : Islam Islam
Suku/ Bangsa : Jawa/ Indonesia Jawa/ Indonesia
Pendidikan : SMP SMP
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Wiraswasta
Penghasilan : - Rp.600.000,-/bln
Status marital : Menikah Menikah
Umur kawin : 24 tahun 29 tahun
Lama/ berapa kali kawin : 1 tahun/ 1 x 1 tahun/ 1 x
Alamat : Dsn Pondok,Ds Macanan,Kec.Jogorogo
Tanggal/ jam pendataan : 10 Juni 2010 pukul 13.00 WIB
Tempat pendataan : Poned Puskesmas Jogorogo
Keluhan Utama
Ibu mengatakan nyeri pada payudara dan belum bisa BAB.
b. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Lalu
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit seperti sesak nafas, jantung berdebar,
batuk yang lama/ menahun, penyakit dengan gejala banyak makan, banyak minum dan
sering kencing, penyakit tekanan darah tinggi, penyakit kuning dan penyakit dengan
gejala mengeluarkan cairan dari kemaluan yang berbau dan membuat gatal.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Ibu mengatakan sekarang tidak sedang menderita penyakit seperti sesak nafas, jantung
berdebar, batuk yang lama/ menahun, penyakit dengan gejala banyak makan, banyak
minum dan sering kencing, penyakit tekanan darah tinggi, penyakit kuning dan penyakit
dengan gejala mengeluarkan cairan dari kemaluan yang berbau dan membuat gatal. Ibu
mengatakan pernah sakit batuk pilek dan sembuh setelah dibelikan obat ditoko.
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu mengatakan dari keluarga ibu atau suami tidak ada yang pernah menderita penyakit
menurun seperti penyakit jantung, sesak nafas, dan kencing manis dan tidak ada yang
menderita penyakit menular seperti batuk yang lama/ menahun dan penyakit kuning.
4) Riwayat Kebidanan
- Haid
Ibu mengatakan haid pertama kali pada usia 13 tahun, haid rutin setiap 28-30 hari,
lamanya 5-7 hari. Pada hari pertama dan kedua ganti pembalut 3x sehari, hari ke 3
sampai selesai ganti pembalut 2x sehari. Pada hari pertama sampai ketiga darah keluar
berwarna merah disertai sedikit gumpalan, pada hari keempat sampai selesai darah kaluar
berwarna merah sedikit-sedikit kemudian menjadi kecoklatan. Ibu mengatakan mengeluh
pada hari pertama haid, dan mengalami keputihan selama + 2 hari, berwarna putih jernih
dan tidak berbau.
- Riwayat kehamilan sekarang
Sejak hamil muda ibu tidak memiliki keluhan seperti mual atau muntah yang menghilang
pada kehamilan 4 bulan, hanya beberapa kali ibu merasa pusing tetapi segera sembuh
setelah istirahat. Selama hamil ibu rutin memeriksakan kehamilannya pada bidan, ibu
periksa sebanyak 5 kali yaitu 1 kali pada kehamilan 4 bulan, 2 kali pada trimester II yaitu
kehamilan 5 bulan dan kehamilan 6 bulan, 2 kali pada trimester III yaitu kehamilan 7
bulan dan kehamilan 9 bulan. Ibu mulai merasakan gerakan janin 4 bulan yang lalu. Pada
saat periksa hamil ibu mendapat imunisasi TT 2 kali yaitu pada usia kehamilan 5 dan 6
bulan. Selain itu ibu juga mendapat vitamin antara lain vitamin B komplek, vitamin C,
dan tablet Fe 90 tablet diminum semua, penyuluhan tentang perawatan payudara,
pemenuhan kebutuhan nutrisi dan melaksanakannya secara rutin di rumah.
- Riwayat Persalinan Sekarang
Ibu mengatakan sudah lega melahirkan anak pertama pada tanggal 06-06-2010, pukul
14.30 WIB, bayi laki-laki, lahir spontan dan langsung menangis. BB 3900 gram, PB 51
cm, tidak ada kelainan. Pukul 14.35 placenta lahir spontan, lengkap, perdarahan + 200 cc,
pada perineum terdapat luka episotomi dan dijahit, setelah bayi lahir bayi dirawat
bersama ibu.
- Riwayat Nifas Sekarang
Ibu mengatakan terasa nyeri pada daerah luka jahitan dan belum bisa BAB. Ibu
mengatakan masih mengeluarkan cairan kekuningan dari kemaluan, tidak terlalu banyak,
ibu sudah menyusui bayinya, namun sejak tadi jarang disusukan karena putting susu lecet
membuatnya tidak nyaman. Ibu ingin memberi ASI saja sampai usia 6 bulan dan
melanjutkannya sampai usia 2 tahun sesuai anjuran bidan.
- KB
Sebelumnya ibu tidak pernah menggunakan alat kontrasepsi. Setelah kelahiran anak
pertama ini ibu berencana untuk menggunakan alat kontrasepsi. Dan alat kontrasepsi
yang ibu pilih adalah suntik karena dirasa paling mudah.
5) Pola Kebiasaan Sehari-hari
- Nutrisi
Selama hamil : Ibu makan 3x sehari, porsi sedang habis, komposisi nasi, sayur (wortel, bayam,
kangkung dan ketela), lauk (tahu, tempe, telur, kadang ayam atau daging), kadang
ditambah buah pisang, semangka, jeruk.
Selama nifas : Makan 3 kali sehari, porsi sedang, habis, komposisi nasi, sayur (wortel,bayam ), lauk
(tempe, tahu,kadang ayam atau daging) dan buah pisang, minum air putih + 4 gelas.
- Eliminasi
Selama hamil : Waktu hamil muda, kencing 5-6 x sehari, berkurang pada hamil 4 bulan, kemudian pada
akhir kehamilan sering lagi 6-7 x sehari. BAB 1 kali sehari sampai usia kehamilan 8
bulan. Pada usia kehamilan 9 bulan BAB 2 – 3 x sehari tetapi sedikit-sedikit dan agak
lembek.
Selama nifas : Ibu sudah kencing 3 jam setelah melahirkan dan belum BAB sampai nifas hari ke-5.
Pada hari ini ibu sudah kencing sekitar 3 kali.
- Aktifitas
Selama hamil : Kegiatan ibu selama hamil melakukan kegiatan rumah tangga sehari-hari seperti
memasak, menyapu dan mencuci.
Selama nifas : Ibu sudah berjalan-jalan sekitar rumah.
Istirahat/ Tidur
Selama hamil : Tidur siang + 1 jam dan tidur malam mulai pukul 21.00 dan bangun pukul 04.30 WIB.
Selama nifas : Setelah melahirkan ibu tidur + 1 jam, pada malam hari ibu tidur sebentar-sebentar karena
sering terbangun saat bayinya menangis.
- Personal Hygiene
Selama hamil : Ibu mandi 2 x sehari, gosok gigi 2 x, keramas 3 x seminggu, ganti baju 2 x sehari , ganti
CD 2-3 x sehari. Membersihkan payudara setiap hari mulai usia kehamilan 7 bulan.
Cebok setiap kali mandi dan selesai kencing atau BAB.
Selama nifas : Ibu mandi 2 kali sehari, gosok gigi 2 x dan ganti pembalut 3 x dalam 1 hari. Setelah
BAK, cebok dari arah depan ke belakang.
- Riwayat Ketergantungan
Selama hamil : Ibu dan suami tidak mempunyai ketergantungan merokok, minum-minuman keras,
minum obat bebas, dan minum jamu-jamuan.
Selama nifas : Ibu tidak memiliki ketergantungan obat-obatan apapun, ibu hanya minum obat dan
vitamin yang diberikan bidan.
6) Latar Belakang Sosial Budaya
Ibu tidak berpantang pada jenis makanan tertentu (seperti telur,daging dan ikan) . Tidak
ada kebiasaan tidak keluar rumah sebelum 40 hari, ibu tidak membuang ASI yang keluar
pertama kali,ibu tidak biasa pijat perut.
7) Keadaan Psikososial dan Spiritual
Kehadiran bayi ini sangat diharapkan. Ibu dan keluarga sangat gembira dengan kelahiran
anak dan cucu mereka. Sebagai umat Islam, dalam sholatnya ibu dan keluarga senantiasa
memohon kesehatan dan keselamatan bagi ibu dan bayinya.
8) Kehidupan Seksual
Selama 40 hari setelah persalinan ibu tidak akan melakuan hubungan dan berhubungan
lagi setelah 40 hari.
2. Data Obyektif
9) Abdomen
TFU teraba di pertengahan antara symphisis, kontraksi uterus baik, uterus keras dan
bundar, posisi uterus ditengah dan kandung kemih kosong.DDR :2/3,ada perabaan
skibala pada palpasi abdomen kiri bawah..
10) Genetalia
Ada luka episotomi dengan kondisi luka jahitan episotomi baik, tidak ada tanda-tanda
infeksi, lochea sanguinolenta, tidak oedema dan tidak ada varises.
11) Anus
Tidak ada hemoroid, bersih
Ekstremitas atas : Simetris, tidak oedema.
Ekstremitas bawah : Tidak oedema, tidak varises, simetris, tidak ada kelainan fungsi.
e. Terapi yang didapat tanggal 06-06-2010
- Amoxicillin 500gr 3 x 1
- Asam mefenamat 3 x 1
- Vitamin A
- Fe 40 1 x 1
- Yodium
f. Keadaan Bayi pada Hari Ke-5
KU bayi baik
Kesadaran : sadar/tenang
Warna kulit kemerahan
Gerak aktif
Menetek kuat, reflek menghisap dan menelan baik
Turgor baik
Tonus otot baik
Tali pusat bersih, tidak ada tanda-tanda infeksi
BB lahir : 3900 gram
BB waktu pemeriksaan : 3800 gram
munisasi TT Pada Ibu Hamil
Pengertian Imunisasi
Imunisasi adalah suatu pemindahan atau transfer antibodi secara pasif (Ranuh,2008).
Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif
terhadap antigen, sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen yang serupa tidak terjadi
penyakit (Ranuh,2008).
Imunisasi adalah suatu tindakan untuk memberikan kekebalan dengan cara memasukan
vaksin ke dalam tubuh manusia (Tawi, 2008).
Jenis Imunisasi
Ada dua jenis imunisasi yaitu imunisasi aktif dan imunisasi pasif.
1.Imunisasi aktif, tubuh sendiri secara aktif akan menghasilkan zat anti setelah adanya
rangsangan vaksin dari luar tubuh.
2.Imunisasi pasif, kadar zat anti yang meningkatkan dalam tubuh bukan sebagai hasil
produksi tubuh sendiri, tetapi secara pasif diperoleh karena suntikan atau pemberian dari
luar tubuh (Wahab,2002).
Tujuan Imunisasi
Tujuan imunisasi adalah untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang,
dan menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat atau bahkan
menghilangkan penyakit tertentu dari dunia (Ranuh, 2008).
Pengertian Imunisasi Tetanus Toksoid
Imunisasi Tetanus Toksoid adalah proses untuk membangun kekebalan sebagai upaya
pencegahan terhadap infeksi tetanus. Vaksin tetanus yaitu toksin kuman tetanus yang
telah dilemahkan kemudian dimurnikan (Putriazka, 2005).
Manfaat Imunisasi TT
1.Melindungi bayi baru lahir dari tetanus neonatorum
2.Melindungi ibu terhadap kemungkinan tetanus terjadi pada luka
Vaksin Tetanus
Pada penyakit Tetanus dikenal 2 jenis imunisasi, yaitu imunisasi aktif dan imunisasi
pasif. Vaksin yang digunakan untuk imunisasi aktif ialah Toksoid Tetanus, yaitu toksin
kuman tetanus yang telah dilemahkan dan kemudian dimurnikan. Vaksin ini untuk
memberian kekebalan aktif terhadap Tetanus. Vaksin ini mengandung toxoid tetanus
yang telah dimurnikan dan terabsorbsi kedalam 3 mg/ml alumunium fosfat. vaksin ini
diberikan secara intramuskular atau subkutan dalam yang terdiri dari 2 dosis primer
dengan dosis pemberian 0,5 ml dengan interval 4 minggu.
Ada 3 macan kemasan vaksin tetanus yaitu bentuk kemasan tunggal, kombinasi dengan
vaksin Difteria (vaksin DT), atau kombinasi dengan difteria dan pertusis (vaksin DPT).
Sedangkan ATS (Anti Tetanus Serum) dapat dipakai untuk pencegahan (imunisasi pasif)
maupun pengobatan penyakit Tetanus (Wahab, 2002).
Kekebalan Vaksin Tetanus Terhadap Tubuh
Daya proteksi vaksin tetanus sangat baik, yaitu sebesar 90 – 95% (Wahab, 2002).
Antibodi yang terbentuk pada tubuh ibu selain memberi perlindungan pada ibu juga
memberikan perlindungan pada bayi yang akan lahir. Plasenta meneruskan antibodi
tetanus (IgG) ke bayi dan melindungi bayi terhadap kemungkinan masuknya toksin dari
luka tali pusat atau luka ditempat lain yang tercemar spora tetanus. Kekebalan optimal
terjadi pada ibu bila jarak antar 2 dosis lebih panjang dan jumlah antibodi yang masuk ke
bayi akan memberikan titer setinggi titer ibu bila jarak antara 2 dosis kedua dengan
kelahiran mencapai 60 – 120 hari (Depkes 1992 dalam Sukmara, 2000).
Waktu Pemberian
Pemberian imunisasi TT tidak mempunyai interval maksimal, hanya terdapat interval
minimal antardosis TT yang dapat dilihat pada tabel 2.1 dan jadual pemberian imunisasi
TT pada ibu hamil dan calon pengantin terdapat pada tabel 2.2.
Keefektifan Tetanus Toksoid
Kekebalan optimal pada ibu didapat bila jarak antara dua dosis lebih panjang. Jumlah
antibodi yang masuk kedalam tubuh bayi akan memberikan titer setinggi titer antibodi
ibu bila jarak antara dua dosis dengan jarak kelahiran mencapai 60-120 hari (Depkes,
1992 dalam Sukmara, 2000). Pada penelitian Syafril Sanusi (1984) dalam skripsi
Sukmara (2000) menyimpulkan titer rata-rata antibodi ibu dengan interval 35-96 hari
lebih memberikan proteksi dibandingkan dengan titer rata-rata antibodi ibu dengan
interval 28-31 hari.
Hal ini dapat dipengaruhi oleh interval antara vaksinasi ke-2 dengan persalinan yang
terlalu pendek. Transfer antibodi ibu ke bayi mencapai maksimal pada trimester akhir
kehamilan. Oleh karena itu, vaksinasi TT diberikan segera mungkin dan lengkap pada
usia kehamilan 7 bulan (Sukmara, 2000).
Efek Samping
Dalam buku pedoman imunisasi TT pada WUS, vaksin TT adalah vaksin yang aman dan
tidak mempunyai kontraindikasi dalam pemberiannya. Meskipun demikian imunisasi TT
jangan diberikan kepada :
1.WUS dengan riwayat reaksi berat terhadap imunisasi TT pada masa lalunya;
2.WUS dengan panas tinggi dan sakit berat, namun demikian WUS tersebut dapat
diimunisasi segera setelah sembuh.
Vaksin TT tidak berbahaya bagi WUS hamil dan dapat diberikan pada berbagai usia
kehamilan. WUS hamil tetap diberikan imunisasi sesuai dengan interval dari status
imunisasinya.
Penyakit Tetanus
Tetanus adalah suatu toksemia akut yang disebabkan oleh neurotoksin yang dihasilkan
oleh Clostridium tetani ditandai dengan spasme otot yang periodik dan berat (Ritarwan,
2004).
Tetanus neonatorum adalah tetanus yang terjadi pada bayi baru lahir yang disebabkan
oleh Clostridium Tetani memasuki tubuh bayi baru lahir melalui tali pusat yang kurang
terawat (Wahab, 2002). Sistem imun yang belum matang dapat juga menjadi penyebab
terjadinya TN karena prinsip steril dalam proses persalinan dan perawatan tali pusat yang
tidak sesuai prosedur. TN menyerang bayi yang baru lahir karena dilahirkan di tempat
yang tidak bersih dan steril terutama jika tali pusat terinfeksi. TN dapat menyebabkan
kematian pada bayi dan banyak terjadi di negara berkembang (Silalahi, 2007). Ibu
beresiko terkena infeksi Tetanus melalui tindakan persalinan seperti episiotomi yang
tidak steril (Scaffer, 2000).
Clostridium Tetani adalah kuman berbentuk batang dan bersifat anaerob, gram positif
yang mampu menghasilkan spora dengan bentuk drumstik. Kuman ini sensitif terhadap
suhu panas dan tidak bisa hidup dalam lingkungan beroksigen.
Sebaliknya, spora tetanus sangat tahan panas, dan kebal terhadap antiseptik. Spora
tetanus dapat tetap hidup dalam autoklaf bersuhu 121˚C selama 10-15 menit.
Kuman tetanus terdapat pada kotoran dan debu jalan, usus, dan tinja kuda, domba, anjing,
kucing, tikus, dan lainnya. Kuman tetanus masuk ke dalam tubuh manusia melalui luka
dan dalam suasana anaerob, kemudian menghasilkan toksin (tetanospasmin) dan
disebarkan melalui darah dan limfe. Toksin ini kemudian akan menempel pada reseptor
di sistem syaraf. Gejala utama penyakit ini timbul akibat toksin tetanus mempengaruhi
pelepasan neurotransmiter, yang berakibat penghambatan inhibisi. Akibatnya terjadi
kontraksi serta spastisitas otot yang tidak terkontrol, kejang, dan gangguan sistem syaraf
otonom (Pedoman Imunisasi di Indonesia, 2008).
Masa inkubasi penyakit ini biasanya 3 sampai 10 hari (Wiknjosastro, 2002), tetapi pada
sumber yang lain menyatakan bahwa masa inkubasinya 5 sampai 14 hari, waktu ini
adalah waktu antara gejala pertama sampai timbul kejang pertama (Ismoedijanto, 2006).
Pada Tetanus Neonatorum, gejalanya adalah trismus (mengatupnya rahang dan
terkuncinya dua baris gigi akibat kekakuan otot mengunyah sehingga penderita sukar
membuka mulut) sehingga bayi tidak dapat minum dengan baik; Risus Sardonikus
(kekakuan otot mimik, dahi mengkerut, alis terangkat, mata sipit); Opisthotonus (tubuh
kaku akibat kekakuan otot leher, punggung, dan pinggang); sianosis karena kejang otot
pernafasan; dan suhu yang meningkat. Naiknya suhu ini mempunyai prognosis yang tidak
baik (Wiknjosastro, 2002).
Kebanyakan kasus Tetanus terjadi dalam waktu 14 hari. Pada umumnya makin pendek
masa inkubasi biasanya karena luka terkontaminsi berat, akibatnya makin berat penyakit
Tetanus dan makin buruk prognosisnya (Ditjen PP&PL, 2005). Pembentukan antibodi
setelah infeksi kuman tetanus tidak ditemukan, sehingga tidak dikenal kekebalan alamiah.
Dengan demikian satu–satunya cara untuk memperoleh kekebalan adalah dengan
imunisasi (Purwanto,2003).
Faktor–faktor yang mempengaruhi status imunisasi Tetanus Toksoid pada ibu hamil
1.Umur ibu
Umur adalah usia seseorang yang dihitung berdasarkan hari ulang tahun terakhirnya
(Mubarak, 2009). Hasil penelitian Purwanto, 2002 di Serang menyatakan bahwa, umur
memiliki hubungan terhadap status imunisasi tetanus toksoid pada respondennya. Status
kesehatan dapat ditentukan oleh faktor usia dalam hal ini adalah pertumbuhan dan
perkembangan, dengan demikian setiap rentang usia (bayi-lansia) memiliki pemahaman
dan respon terhadap perubahan kesehatan yang berbeda-beda. Untuk itulah seorang
tenaga kesehatan (perawat) harus mempertimbangkan tingkat pertumbuhan dan
perkembangan klien pada saat melakukan perncanaan tindakan (Purnawan, 2009).
2.Pendidikan ibu
Pendidikan adalah pimpinan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa kepada
anak–anak dalam pertumbuhannya (jasmani dan rohani) agar berguna bagi diri sendiri
dan bagi masyarakat (Notoatmodjo, 2003). Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang
maka akan semakin mudah menerima informasi sehingga semakin banyak pengetahuan
yang dimiliki. Menurut penelitian Sukmara (2000) dalam tesisnya menyatakan bahwa di
Puskesmas Sukamanah Kabupaten Bogor kelompok ibu yang berpendidikan kurang
mempunyai resiko 3,19 kali untuk tidak memperoleh imunisasi TT lengkap dibandingkan
dengan ibu-ibu yang memiliki pendidikan tamat SD atau lebih (pendidikan cukup).
3.Persepsi jarak rumah ibu ke pelayanan kesehatan
Jarak adalah angka yang menunjukkan seberapa jauh suatu benda dengan benda lainnya
melalui suatu lintasan tertentu (Wikipedia, 2009). Dalam penelitian ini menunjukkan
persepsi ibu tentang seberapa jauh rumah ibu hamil ke tempat pelayanan kesehatan. Hasil
penelitian Sukmara (2000) di Bogor menyatakan bahwa ibu-ibu yang memiliki persepsi
jauh tentang jarak dari tempat tinggalnya ke tempat pelayanan imunisasi TT mempunyai
resiko 2,4 kali untuk tidak mendapatkan imunisasi TT lengkap dibandingkan dengan ibu-
ibu yang memiliki persepsi jarak dekat ke tempat pelayanan imunisasi.
4.Pekerjaan ibu
Pekerjaan adalah sesuatu yang dilakukan (diperbuat atau dikerjakan). Pekerjaan bukanlah
sumber keuangan tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah (Erich 1996 dalam
Nursalam, 2001). Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh
pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung (Mubarak,
2009). Pekerjaan yang termasuk variabel psikososial ini, dapat meningkatkan resiko
terjadinya penyakit Dan mempengaruhi cara seseorang mendefinisikan dan bereaksi
terhadap penyakitnya (Purnawan, 2009).
5.Dukungan suami
Kehamilan merupakan suatu pristiwa yang luar biasa dan merupakan anugrah Tuhan
YME, maka sebuah kehamilan perlu mendapat perhatian khusus dari ibu sendiri, suami,
dan keluarga yang lain. Partisipasi suami sangat dibutuhkan untuk dukungan psikis, fisik,
sosial, dan spiritual. Partisipasi dalam asuhan kehamilan ini merupakan refleksi dari
peran suami dalam keluarga (BKKBN 2001 dalam Jalilah 2008). Salah satu faktor yang
mempengaruhi pemeriksaan kehamilan (ANC) yang salah satunya imunisasi Tetanus
Toksoid adalah dukungan suami. Dukungan suami yang baik dapat memberikan motivasi
yang baik kepada ibu dalam memeriksakan kehamilan ANC (Sari, 2006).
6.Gravida
Gravida adalah kehamilan dimana mengandung ovum yang sudah dibuahi atau
mengandung janin. Primigravida adalah seorang wanita hamil untuk pertama kalinya.
Multigravida adalah seorang wanita hamil yang sudah hamil dua kali atau lebih. Ibu yang
sudah berpengalaman terhadap kehamilan akan mudah beradaptasi dengan kehamilan dan
lebih mengetahui tindakan yang harus dilakukan selama kehamilan (Bobak, 2004).
7.Pengetahuan ibu
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap
obyek melaui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan sebagainya).
Pengetahuan tentang kesehatan adalah mencakup apa yang diketahui oleh seseorang
terhadap cara–cara memelihara kesehatan (Notoatmodjo, 2005). Hasil penelitian Sukmara
(2000) di Bogor menyatakan bahwa, ibu-ibu yang pengetahuan tentang imunisasi TT
kurang mempunyai resiko 1,70 kali untuk tidak mendapatkan imunisasi TT lengkap
dibandingkan dengan ibu –ibu yang berpengetahuan cukup.
ASKEB TETANUS NEONATORUM
TETANUS NEONATORUM
PENGERTIAN
TETANUS NEONATORUM adalah penyakit tetanus yang terjadi pada neonatus (bayi
berusia kurang 1 bulan) yang disebabkan oleh Clastridium Tetani, yaitu kuman yang
mengeluarkan toksin (racun yang menyerang sistem saraf pusat).
PENYEBAB
Tetanus Neonatorum merupakan penyebab radang yang sering dijumpai pada BBLR
bukan karena trauma kelahiran atau afiksia tetapi disebabkan oleh infeksi mana neonatal
antara lain:
1. Infeksi melalui tali pusat
2. Akibat pemotongan tali pusat yang kurang steril
3. Pemberian imunisasi Tetanus Toksoid (TT) pada ibu hamil tidak dilakukan, atau tidak
lengkap, atau tidak sesuai dengan ketentuan program
4. Pertolongan persalinan tidak memenuhi persyaratan kesehatan
Clostridium tetani terdapat di tanah, dan traktus digestivus manusia dan hewan. Kuman
ini dapat membuat spora yang tahan lama dan dapat berkembang biak dalam luka yang
kotor atau jaringan nekrotik yang mempunyai suasana anaerob.
INSIDEN
Angka kematian kasus (Case Fatality Rate atau CFR) sangat tinggi pada kasus Tetanus
Neonatorum yang tidak dirawat, angka mendekati 100%. Angka kematian kasus Tetanus
Neonatorum yang dirawat di rumah sakit di Indonesia bervariasi dengan kisaran 10,8 –
55%.
MASA INKUBASI
Tetanus Neonatorum ini terjadi selama 5-14 hari. Pada umumnya Tetanus Neonatorum
ini lebih cepat dan penyakit berlangsung lebih berat daripada Tetanus pada anak.
PATOFISIOLOGI
Kelainan patologik biasanya terdapat pada otak, sumsum tulang belakang, dan terutama
pada nukleus motorik kematian disebabkan oleh Asfiksia akibat spasmus laring pada
kejang yang lama. Selain itu, dapat disebabkan oleh pengaruh langsung pada pusat
pernapasan dan peredaran darah. Sebab kematian yang lain ialah Pnemunia Aspirasi dan
Sepsis. Kedua sebab yang terakhir ini mungkin sekali merupakan sebab utama kematian
Tetanus Neonatorum di Indonesia.
Pada bayi, penyakit ini ditularkan biasanya melalui tali pusat, yaitu karena pemotongan
tali pusat dengan alat tidak steril. Selain itu infeksi dapat juga melalui pemakaian obat
(dermatol), bubuk daun-daunan yang digunakan dalam perawatan tali pusat.
PENANGANAN
Penanganan secara umum pada Tetanus Neonatorum:
1. Mengatasi kejang
a) Kejang dapat diatasi dengan mengurangi rangsangan, penderita/bayi ditempatkan di
kamar yang tenang dengan sedikit sinar mengingat penderita sangat peka akan suara dan
cahaya.
b) Memberikan suntikan anti kejang, obat yang dipakai ialah kombinasi fenobarbital dan
largaktil. Fenobarbital dapat diberikan mula-mula 30-60 mg parenteral, kemudian
dilanjutkan per os dengan dosis maksimum 10 mg per hari. Largaktil dapat diberikan
bersama luminal, mula-mula 7,5 mg parenteral, kemudian diteruskan dengan dosis 6 x
2,5 mg setiap hari. Kombinasi yang lain ialah Kloralhidrat yang diberikan lewat anus.
2. Menjaga jalan nafas tetap bebas dengan membersihkan jalan nafas. Pemasangan spatel
bila lidah tergigit
3. Mencari tempat masuknya spora tetanus, umumnya di tali pusat atau di telinga
4. Pemberian antitoksin
Untuk mengikat toksin yang masih bebas dapat diberi ATS dengan dosis 10.000 satuan
setiap hari selama 2 hari berturut-turut dengan IM, kalau per infuse diberikan ATS
20.000 UI sekaligus.
5. Pemberian antibiotic
Untuk mengatasi infeksi dapat digunakan penisilin 200.000 UI setiap hari dan diteruskan
sampai 3 hari sesudah panas turun atau ampisilin 100 mg/kgBB per hari dibagi dalam 4
dosis secara intravena selama 10 hari.
6. Perawatan yang adekuat, meliputi:
a) Kebutuhan oksigen
b) Makanan (harus hati-hati dengan memakai pipa yang dibuat dari polietilen atau karet)
c) Keseimbangan cairan dan elektrolit, kalau pemberian makanan peros tidak mungkin
maka diberikan makanan dan cairan intravena. Cairan intravena berupa larutan glukosa
5% : NaCI fisiologik 4:1 selama 48-70 jam sesuai dengan kebutuhan, sedangkan untuk
selanjutnya untuk memasukkan obat.
Bila sakit penderita lebih dari 24 jam atau sering terjadi kejang atau apnue, berikan
larutan glukosa 10% : natrium bikarbonat 4:1 (sebaiknya jenis cairan disesuaikan dengan
hasil pemeriksaan analisa gas darah) bila setelah 72 jam belum mungkin diberikan
minuman per oral, maka melalui cairan infus perlu ditambahkan protein dan kalium.
d) Tali pusat dirawat dengan kasa bersih dan kering
DAFTAR PUSTAKA
1.6.7. Dada
Simetris, bunyi jantung normal, teratur dan terdengar jelas, tidak ada Ronchi/Weezhing
dan juga tidak ada bunyi mur-mur.
1.6.8. Abdomen
Simetris, tali pusat basah dan berbau, ada tanda-tanda infeksi (merah), dinding abdomen
terasa keras.
1.6.9. Anogenetalia
Testis sudah turun diskrotum, bersih, tidak ada kelainan pada genetika dan teraba lubang
anus.
1.6.10. Ekstrimitas Atas dan Bawah
Kanan dan kiri simetris, tidak adema, tidak ada lesi/luka, tidak ada gangguan pergerakan,
kadang kejang-kejang.
1.6.11. Punggung
Simetris, tidak ada lesi/luka, bersih.
Kesimpulan:
- Bayi anak Ny. Anjar dengan tetanus neonatorum dengan ciri-ciri : rewel, sulit untuk
minum ASI, mulutnya digerak-gerakkan sampai mulutnya mecucu dan kejang-kejang.
S : Ibu mengatakan bayinya sejak 2 hari yang lalu rewel dan tidak mau menetek. Ibu
mengatakan selama sakit anaknya minum ASI tiap 5 jam sekali Masalah:
Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi
O : Status gizi
Selama sakit : Berat badan turun 3500 gram menjadi 3300 gram
S : Ibu mengatakan tidak mengganti balutan tali pusat bayinya setiap hari meskipun
balutannya basah dan diganti satu kali ketika tali pusat mengeluarkan bau Gangguan
pemenuhan kebutuhan personal hygiene
O : Tali pusat basah dan berbau, terdapat tanda-tanda infeksi yaitu merah pada tali pusat
dan daerah di sekitarnya
Kriteria Hasil:
Tand-tanda infeksi (merah) hilang
Tali pusat bersih dan kering
Kejang yang dialami oleh klien berkurang
Terpenuhinya kebutuhan nutrisi oleh klien 1. Bina hubungan saling percaya antara
keluarga dan petugas kesehatan.
Rasional:
Dengan hal ini dapat menumbuhkan rasa saling percaya sehingga memudahkan untuk
melakukan tindakan medis.
2. Anjurkan kepada ibu untuk merawat bayinya di tempat yang tenang dengan
pencahayaan yang kurang.
Rasional:
Dengan merawat bayi di tempat yang tenang dengan pencahayaan yang kurang dapat
mengurangi kejang pada bayi karena rangsangan suara dan cahaya dan menimbulkan
kejang.
3. Anjurkan kepada ibu untuk merawat tali pusatnya setiap hari sehabis mandi.
Rasional:
Tali pusat yang basah menjadi tempat masuknya mikroorganisme sehingga menimbulkan
infeksi.
4. Anjurkan kepada ibu untuk tetap memberikan ASI setiap hari secara rutin.
Rasional:
Bayi memerlukan nutrisi untuk memenuhi kebutuhannya dan dengan terpenuhinya nutrisi
dapat membantu daya tahan tubuh bayi menghadapi penyakitnya.
Implementasi Evaluasi
Dilakukan pada tanggal Dilakukan pada tanggal
1. Membina hubungan saling percaya antara klien dan anggota keluarga
2. Menganjurkan kepada ibu untuk merawat bayinya di tempat/ruangan yang terang
dengan pencahayaan yang kurang untuk mengurangi kejang pada bayi
3. Menganjurkan kepada ibu untuk merawat tali pusatnya setiap hari sehabis mandi untuk
mempercepat proses penyembuhan
4. Menganjurkan kepada ibu untuk tetap memberikan ASI agar tercukupinya kebutuhan
nutrisi bayi 1. S : Ibu mengatakan ia mengerti tentang kondisi bayinya sekarang dan ibu
mau melaksanakan semua nasihat-nasihat yang diberikan oleh bidan
O : Bayi kelihatan lebih tenang
Kejang yang terjadi sudah berkurang 1x dalam sehari
Tanda infeksi sudah mulai menghilang
A : Masalah teratasi sebagian
P : 1. Anjurkan kepada ibu untuk selalu menjaga personal hygiene bayinya terutama
perawatan tali pusat
2. Anjurkan kepada ibu untuk datang 2 hari lagi atau sewaktu-waktu bila bayinya
bertambah parah
Kriteria Keberhasilan:
Tali pusat tidak bau, dan merah
Tali pusat tidak mengalami infeksi
Tali pusat kering dan bersih 1. Anjurkan pada ibu untuk melakukan perawatan tali
pusat dengan baik dan benar.
Rasional:
Hal ini dapat mencegah terjadinya infeksi tali pusat.
2. Anjurkan pada ibu untuk tidak memberikan/membubuhi tali pusat dengan apapun.
Rasional:TETANUS NEONATORUM
PENGERTIAN
TETANUS NEONATORUM adalah penyakit tetanus yang terjadi pada neonatus (bayi
berusia kurang 1 bulan) yang disebabkan oleh Clastridium Tetani, yaitu kuman yang
mengeluarkan toksin (racun yang menyerang sistem saraf pusat).
PENYEBAB
Tetanus Neonatorum merupakan penyebab radang yang sering dijumpai pada BBLR
bukan karena trauma kelahiran atau afiksia tetapi disebabkan oleh infeksi mana neonatal
antara lain:
1. Infeksi melalui tali pusat
2. Akibat pemotongan tali pusat yang kurang steril
3. Pemberian imunisasi Tetanus Toksoid (TT) pada ibu hamil tidak dilakukan, atau tidak
lengkap, atau tidak sesuai dengan ketentuan program
4. Pertolongan persalinan tidak memenuhi persyaratan kesehatan
Clostridium tetani terdapat di tanah, dan traktus digestivus manusia dan hewan. Kuman
ini dapat membuat spora yang tahan lama dan dapat berkembang biak dalam luka yang
kotor atau jaringan nekrotik yang mempunyai suasana anaerob.
INSIDEN
Angka kematian kasus (Case Fatality Rate atau CFR) sangat tinggi pada kasus Tetanus
Neonatorum yang tidak dirawat, angka mendekati 100%. Angka kematian kasus Tetanus
Neonatorum yang dirawat di rumah sakit di Indonesia bervariasi dengan kisaran 10,8 –
55%.
MASA INKUBASI
Tetanus Neonatorum ini terjadi selama 5-14 hari. Pada umumnya Tetanus Neonatorum
ini lebih cepat dan penyakit berlangsung lebih berat daripada Tetanus pada anak.
PATOFISIOLOGI
Kelainan patologik biasanya terdapat pada otak, sumsum tulang belakang, dan terutama
pada nukleus motorik kematian disebabkan oleh Asfiksia akibat spasmus laring pada
kejang yang lama. Selain itu, dapat disebabkan oleh pengaruh langsung pada pusat
pernapasan dan peredaran darah. Sebab kematian yang lain ialah Pnemunia Aspirasi dan
Sepsis. Kedua sebab yang terakhir ini mungkin sekali merupakan sebab utama kematian
Tetanus Neonatorum di Indonesia.
Pada bayi, penyakit ini ditularkan biasanya melalui tali pusat, yaitu karena pemotongan
tali pusat dengan alat tidak steril. Selain itu infeksi dapat juga melalui pemakaian obat
(dermatol), bubuk daun-daunan yang digunakan dalam perawatan tali pusat.
PENANGANAN
Penanganan secara umum pada Tetanus Neonatorum:
1. Mengatasi kejang
a) Kejang dapat diatasi dengan mengurangi rangsangan, penderita/bayi ditempatkan di
kamar yang tenang dengan sedikit sinar mengingat penderita sangat peka akan suara dan
cahaya.
b) Memberikan suntikan anti kejang, obat yang dipakai ialah kombinasi fenobarbital dan
largaktil. Fenobarbital dapat diberikan mula-mula 30-60 mg parenteral, kemudian
dilanjutkan per os dengan dosis maksimum 10 mg per hari. Largaktil dapat diberikan
bersama luminal, mula-mula 7,5 mg parenteral, kemudian diteruskan dengan dosis 6 x
2,5 mg setiap hari. Kombinasi yang lain ialah Kloralhidrat yang diberikan lewat anus.
2. Menjaga jalan nafas tetap bebas dengan membersihkan jalan nafas. Pemasangan spatel
bila lidah tergigit
3. Mencari tempat masuknya spora tetanus, umumnya di tali pusat atau di telinga
4. Pemberian antitoksin
Untuk mengikat toksin yang masih bebas dapat diberi ATS dengan dosis 10.000 satuan
setiap hari selama 2 hari berturut-turut dengan IM, kalau per infuse diberikan ATS
20.000 UI sekaligus.
5. Pemberian antibiotic
Untuk mengatasi infeksi dapat digunakan penisilin 200.000 UI setiap hari dan diteruskan
sampai 3 hari sesudah panas turun atau ampisilin 100 mg/kgBB per hari dibagi dalam 4
dosis secara intravena selama 10 hari.
6. Perawatan yang adekuat, meliputi:
a) Kebutuhan oksigen
b) Makanan (harus hati-hati dengan memakai pipa yang dibuat dari polietilen atau karet)
c) Keseimbangan cairan dan elektrolit, kalau pemberian makanan peros tidak mungkin
maka diberikan makanan dan cairan intravena. Cairan intravena berupa larutan glukosa
5% : NaCI fisiologik 4:1 selama 48-70 jam sesuai dengan kebutuhan, sedangkan untuk
selanjutnya untuk memasukkan obat.
Bila sakit penderita lebih dari 24 jam atau sering terjadi kejang atau apnue, berikan
larutan glukosa 10% : natrium bikarbonat 4:1 (sebaiknya jenis cairan disesuaikan dengan
hasil pemeriksaan analisa gas darah) bila setelah 72 jam belum mungkin diberikan
minuman per oral, maka melalui cairan infus perlu ditambahkan protein dan kalium.
d) Tali pusat dirawat dengan kasa bersih dan kering
DAFTAR PUSTAKA
1.6.7. Dada
Simetris, bunyi jantung normal, teratur dan terdengar jelas, tidak ada Ronchi/Weezhing
dan juga tidak ada bunyi mur-mur.
1.6.8. Abdomen
Simetris, tali pusat basah dan berbau, ada tanda-tanda infeksi (merah), dinding abdomen
terasa keras.
1.6.9. Anogenetalia
Testis sudah turun diskrotum, bersih, tidak ada kelainan pada genetika dan teraba lubang
anus.
1.6.10. Ekstrimitas Atas dan Bawah
Kanan dan kiri simetris, tidak adema, tidak ada lesi/luka, tidak ada gangguan pergerakan,
kadang kejang-kejang.
1.6.11. Punggung
Simetris, tidak ada lesi/luka, bersih.
Kesimpulan:
- Bayi anak Ny. Anjar dengan tetanus neonatorum dengan ciri-ciri : rewel, sulit untuk
minum ASI, mulutnya digerak-gerakkan sampai mulutnya mecucu dan kejang-kejang.
S : Ibu mengatakan bayinya sejak 2 hari yang lalu rewel dan tidak mau menetek. Ibu
mengatakan selama sakit anaknya minum ASI tiap 5 jam sekali Masalah:
Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi
O : Status gizi
Selama sakit : Berat badan turun 3500 gram menjadi 3300 gram
S : Ibu mengatakan tidak mengganti balutan tali pusat bayinya setiap hari meskipun
balutannya basah dan diganti satu kali ketika tali pusat mengeluarkan bau Gangguan
pemenuhan kebutuhan personal hygiene
O : Tali pusat basah dan berbau, terdapat tanda-tanda infeksi yaitu merah pada tali pusat
dan daerah di sekitarnya
Kriteria Hasil:
Tand-tanda infeksi (merah) hilang
Tali pusat bersih dan kering
Kejang yang dialami oleh klien berkurang
Terpenuhinya kebutuhan nutrisi oleh klien 1. Bina hubungan saling percaya antara
keluarga dan petugas kesehatan.
Rasional:
Dengan hal ini dapat menumbuhkan rasa saling percaya sehingga memudahkan untuk
melakukan tindakan medis.
2. Anjurkan kepada ibu untuk merawat bayinya di tempat yang tenang dengan
pencahayaan yang kurang.
Rasional:
Dengan merawat bayi di tempat yang tenang dengan pencahayaan yang kurang dapat
mengurangi kejang pada bayi karena rangsangan suara dan cahaya dan menimbulkan
kejang.
3. Anjurkan kepada ibu untuk merawat tali pusatnya setiap hari sehabis mandi.
Rasional:
Tali pusat yang basah menjadi tempat masuknya mikroorganisme sehingga menimbulkan
infeksi.
4. Anjurkan kepada ibu untuk tetap memberikan ASI setiap hari secara rutin.
Rasional:
Bayi memerlukan nutrisi untuk memenuhi kebutuhannya dan dengan terpenuhinya nutrisi
dapat membantu daya tahan tubuh bayi menghadapi penyakitnya.
Implementasi Evaluasi
Dilakukan pada tanggal Dilakukan pada tanggal
1. Membina hubungan saling percaya antara klien dan anggota keluarga
2. Menganjurkan kepada ibu untuk merawat bayinya di tempat/ruangan yang terang
dengan pencahayaan yang kurang untuk mengurangi kejang pada bayi
3. Menganjurkan kepada ibu untuk merawat tali pusatnya setiap hari sehabis mandi untuk
mempercepat proses penyembuhan
4. Menganjurkan kepada ibu untuk tetap memberikan ASI agar tercukupinya kebutuhan
nutrisi bayi 1. S : Ibu mengatakan ia mengerti tentang kondisi bayinya sekarang dan ibu
mau melaksanakan semua nasihat-nasihat yang diberikan oleh bidan
O : Bayi kelihatan lebih tenang
Kejang yang terjadi sudah berkurang 1x dalam sehari
Tanda infeksi sudah mulai menghilang
A : Masalah teratasi sebagian
P : 1. Anjurkan kepada ibu untuk selalu menjaga personal hygiene bayinya terutama
perawatan tali pusat
2. Anjurkan kepada ibu untuk datang 2 hari lagi atau sewaktu-waktu bila bayinya
bertambah parah
Kriteria Keberhasilan:
Tali pusat tidak bau, dan merah
Tali pusat tidak mengalami infeksi
Tali pusat kering dan bersih 1. Anjurkan pada ibu untuk melakukan perawatan tali
pusat dengan baik dan benar.
Rasional:
Hal ini dapat mencegah terjadinya infeksi tali pusat.
2. Anjurkan pada ibu untuk tidak memberikan/membubuhi tali pusat dengan apapun.
Rasional:
Hal ini dapat membuat tali pusat bayi berbau.
3. Anjurkan pada ibu untuk mengganti balutan tali pusat apabila kotor dan basah.
Rasional:
Hal ini dapat membantu mempercepat proses pengeringan tali pusat.
Implementasi Evaluasi
Dilakukan pada hari Dilakukan pada hari
1. Menganjurkan pada ibu untuk melakukan perawatan tali pusat dengan baik dan benar
yaitu untuk mencegah terjadinya infeksi
2. Menganjurkan pada ibu untuk tidak memberikan/membubuhi tali pusat dengan apapun
yaitu dapat memebuat tali pusat bau dan basah
3. Menganjurkan pada ibu untuk mengganti balutan tali pusat jika kotor dan basah yaitu
untuk mempercepat proses pengeringan tali pusat S : Ibu mengatakan bahwa ia mengerti
tentang penjelasan yang diberikan oleh bidan dan mau untuk melaksanakannya
O : Ibu nampak mengerti
Ibu bisa mengulangi penjelasan yang diberikan oleh bidan
A : Masalah teratasi sebagian
P : Anjurkan pada ibu untuk datang 3 hari lagi/bila sewaktu-waktu ada
komplikasi/kelainan
Implementasi Evaluasi
Dilakukan pada hari Dilakukan pada hari
1. Menganjurkan pada ibu untuk melakukan perawatan tali pusat dengan baik dan benar
yaitu untuk mencegah terjadinya infeksi
2. Menganjurkan pada ibu untuk tidak memberikan/membubuhi tali pusat dengan apapun
yaitu dapat memebuat tali pusat bau dan basah
3. Menganjurkan pada ibu untuk mengganti balutan tali pusat jika kotor dan basah yaitu
untuk mempercepat proses pengeringan tali pusat S : Ibu mengatakan bahwa ia mengerti
tentang penjelasan yang diberikan oleh bidan dan mau untuk melaksanakannya
O : Ibu nampak mengerti
Ibu bisa mengulangi penjelasan yang diberikan oleh bidan
A : Masalah teratasi sebagian
P : Anjurkan pada ibu untuk datang 3 hari lagi/bila sewaktu-waktu ada
komplikasi/kelainan
1 / 23