Anda di halaman 1dari 32

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kehamilan adalah masa yang dimulai dari konsepsi dan diakhiri sampai
adanya kelahiran janin dengan waktu hamil yang normal adalah 280 hari atau 9
bulan lebih 7 hari yang dihitung sejak hari pertama haid terakhir seorang wanita.
Pada masa kehamilan seorang ibu akan mengalami perubahan-perubahan yang
terjadi baik perubahan fisiologis maupun psikologis. Perubahan akibat kehamilan
yang dialami oleh seluruh tubuh wanita mulai dari sistem pencernaan, pernafasan,
kardiovaskuler, integumen, endokrin, metabolisme, muskuloskeletal, payudara,
kekebalan dan sistem reproduksi khususnya pada alat genetalia eksterna dan
interna (Prawirohardjo, 2010). Perubahan-perubahan ini menyebabkan timbulnya
rasa ketidaknyaman dalam kehamilan seperti mudah lelah, keputihan, ngidam,
sering buang air kecil, dan emesis gravidarum (Kusmiyati, 2009).
Pada umumnya 80-90 % kehamilan akan berlangsung secara normal dan
hanya 10-12 % kehamilan yang disertai dengan penyulit atau berkembang
menjadi kehamilan patologis. Kehamilan patologis itu sendiri tidak terjadi secara
mendadak karena proses kehamilan dengan efek terhadap organ tubuh
berkembang secara bertahap. Secara fisiologis terjadi peningkatan hormon
esterogen dalam darah sehingga mempengaruhi sistem saraf pusat dan sistem
pencernaan yang mengakibatkan pengosongan lambung yang berkurang.
Perubahan pada saluran cerna dan peningkatan kadar hCG (Human Chorionic
Gonadotropin) dalam darah dapat menimbulkan beberapa keluhan yang membuat
ibu merasa tidak nyaman saat kehamilan, diantaranya adalah mual muntah
(Bobak, 2004).
Madjunkova et al (2013) menyatakan bahwa wanita hamil (50-90%)
mengalami mual dan muntah selama trimester pertama, 28% mengalami mual
saja, sedangkan 52% mual dan muntah. Gejala itu muncul biasanya pada minggu
ke-4 dan menghilang pada minggu ke-16 serta juga mencapai puncak antara
minggu ke-8 dan minggu ke-12. Sekitar 53% dari terjadinya muntah itu antara
pukul 06.00 dan 12.00. Diantaranya 20-30% dari wanita hamil juga dapat
mengalami gejala mual dan muntah pada usia kehamilan di atas 20 minggu
sampai dengan waktu akan melahirkan.

Menurut WHO (World Health Organization) jumlah kejadian mual dan


muntah mencapai 12,5% dari jumlah kehamilan di dunia (WHO, 2013). Di
Indonesia terdapat 50-90% kasus mual dan muntah yang dialami oleh ibu hamil.
Pada umumnya wanita dapat menyesuaikan dengan keadaan ini, meskipun
demikian gejala mual dan muntah yang berat dapat berlangsung sampai 4 bulan.
Keadaan inilah yang disebut emesis gravidarum (Prawirahardjo, 2010). Studi
prospektif yang dilakukan McCarthy, et al (2011), menunjukkan dari 4,8% ibu
hamil dengan mual muntah itu menderita hiperemesis gravidarum, dimana 2,1%
membutuhkan rawat inap dan 9% bisa berkembang menjadi pre-eklampsi serta
dapat berisiko mengalami kelahiran prematur spontan (McCarthy et al., 2011).
Dalam penelitian Madjunkova et al, menunjukkan bahwa 95% ibu hamil yang
mengalami mual muntah sedang sampai berat, 13% bisa berkembang menjadi
hiperemesis gravidarum (Madjunkova et al., 2013).
Hiperemesis gravidarum merupakan keluhan mual dan muntah yang hebat
lebih dari 10 kali sehari dalam masa kehamilan yang dapat menyebabkan
kekurangan cairan, dehidrasi, atau gangguan elektrolit, penurunan berat badan
(lebih dari 5% berat badan awal), dan kekurangan nutrisi, sehingga menganggu
aktivitas sehari-hari dan membahayakan janin dalam kandungan. Hal tersebut
mulai terjadi pada minggu keempat sampai kesepuluh kehamilan dan selanjutnya
akan membaik pada usia kehamilan 20 minggu, namun pada beberapa kasus dapat
terus berlanjut sampai pada kehamilan tahap berikutnya (Runiari, 2010).
Pada umumnya mual dan muntah merupakan gejala yang wajar ditemukan
pada kehamilan trimester pertama. Biasanya mual dan muntah terjadi pada pagi
hari sehingga sering dikenal dengan morning sickness. Sementara setengah dari
wanita hamil mengalami morning sickness, antara 1,2 - 2% mengalami
hiperemesis gravidarum, suatu kondisi yang lebih serius (Huliana, 2010).
hiperemesis gravidarum merupakan suatu penyakit pada ibu hamil yang jarang
terjadi. Mual dan muntah pada kehamilan adalah peristiwa normal yang dapat
berubah menjadi suatu penyakit yang lebih serius yaitu hiperemesis gravidarum
(Mullin, et al 2011).
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis tertarik untuk
menulis makalah mengenai asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan hiperemesis
gravidarum di ruang rawat inap kebidanan dan anak Rumah Sakit Pendidikan
Universitas Andalas.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan
beberapa masalah, yaitu:
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan kehamilan?
1.2.2 Apa yang dimaksud dengan hiperemesis gravidarum?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan kebidanan pada ibu hamil
dengan hiperemesis gravidarum di ruang rawat inap kebidanan dan
anak Rumah Sakit Pendidikan Universitas Andalas.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui mengenai kehamilan
2. Untuk mengetahui mengenai hiperemesis gravidarum

1.4 Manfaat Penulisan


1.4.1 Manfaat Ilmiah
Untuk memberikan tambahan referensi mengenai asuhan
kebidanan pada ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum.
1.4.2 Manfaat Bagi Penulis
Makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan,
pengetahuan, dan keterampilan klinis penulis dalam melakukan
asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum.
1.4.3 Manfaat Bagi Instansi Kesehatan
Makalah ini diharapkan dapat memberikan tambahan
referensi, saran, dan masukan bagi instansi kesehatan dalam
melakukan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan hiperemesis
gravidarum.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kehamilan
2.1.1 Pengertian Kehamilan
Kehamilan adalah masa yang dimulai dari konsepsi dan diakhiri sampai
adanya kelahiran janin dengan waktu hamil yang normal adalah 280 hari atau 9
bulan lebih 7 hari yang dihitung sejak hari pertama haid terakhir seorang wanita
(Prawirohardjo, 2010). Kehamilan merupakan mata rantai yang
berkesinambungan yang terjadi dari ovulasi, migrasi spermatozoa dan ovum,
konsepsi dan pertumbuhan zigot, nidasi pada uterus, pembentukan plasenta serta
tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm (Manuaba, 2010).

2.1.2 Tanda dan Gejala Kehamilan


Pada wanita hamil beberapa tanda dan gejala tanda kehamilan. Tanda dan
gejala ini dibagi menjadi 3 yaitu presumtif, tanda kemungkinan hamil dan tanda
pasti hamil.
a. Tanda-tanda presumtif:
1) Amenorea (tidak mengalami menstruasi)
Bila seorang wanita dalam masa mampu hamil, apabila sudah kawin
mengeluh terlambat haid, maka pikirkan bahwa dia hamil, meskipun
keadaan stress, obat-obatan, penyakit kronis dapat pula
mengakibatkan terlambat haid. Wanita harus mengetahui tanggal
Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT) supaya dapat ditaksir umur
kehamilan dan taksiran tanggal persalinannya.
2) Mual dan muntah
Mual dan muntah merupakan gejala umum, mulai dari rasa tidak
enak sampai muntah yangh berkepanjangan.Dalam kedokteran
sering dikenal morning sickness karena munculnya seringkali pada
pagi hari.Mual dan muntah diperberat oleh makanan yang baunya
menusuk dan juga oleh emosi penderita yang tidak stabil.

3) Mengidam (ingin makan khusus)


Ibu hamil sering meminta makanan atau minuman tertentu terutama
pada bulan-bulan trimester pertama.
4) Pingsan
Bila berada pada tempat-tempat ramai yang sesak dan padat bisa
pingsan.
5) Tidak ada selera makan (anoreksia)
Hanya berlangsung pada trimester pertama kehamilan, kemudian
nafsu makan timbul kembali.
6) Mastodinia
Mastodinia adalah rasa kencang dan sakit pada payudara disebabkan
payudara membesar karena pengaruh hormon estrogen dan
progesteron.
7) Quickening
Quickening adalah persepsi gerakan janin pertama, biasanya disadari
oleh wanita pada kehamilan 18-20 minggu.
8) Sering kencing
Karena kandung kemih tertekan oleh rahim yang membesar. Gejala
ini akan hilang pada trimester kedua kehamilan. Pada akhir
kehamilan akan muncul kembali karena kandung kemih tertekan
oleh kepala janin.
9) Kontipasi
Ini terjadi karena efek relaksasi progesteron atau dapat juga karena
perubahan pola makan.
10) Kulit
Pigmentasi kulit oleh pengaruh hormone kortikosteroid plasenta,
dijumpai pada muka (cloasma gravidarum), areola mamae, leher,
perut berupa linea nigra.
(Kusmiyati, dkk, 2009).

b. Tanda-tanda kemungkinan hamil


1) Perut membesar
2) Uterus membesar
3) Tanda Hegar
Tanda ini berupa perlunakan pada daerah isthmus uteri, sehingga
daerah tersebut pada penekanan mempunyai kesan lebih tipis dan
uterus mudah difleksikan.Tanda ini mulai terlihat pada minggu ke-6
dan menjadi nyata pada minggu ke 7-8.
4) Tanda Goodell’s
Diketahui melalui pemeriksaan bimanual.Servik terasa lebih lunak.
5) Tanda Chadwick
Dinding vagina mengalami kongesti, warna kebiru-biruan.
6) Tanda Piskacek’s
Terjadinya pertumbuhan yang asimetris pada bagian uterus dekat
dengan implantasi plasenta.
7) Kontraksi-kontraksi kecil uterus bila dirangsang (Braxton Hicks)
8) Teraba ballottement
Ballotement adalah tanda ada benda terapung atau melayang dalam
cairan.Tanda ini muncul pada minggu ke 16-20.
9) Test kehamilan positif
Dilaksanakan minimal satu minggu setelah terjadi pembuahan.
Tujuan dari pemeriksaan ini adalah mengetahui kadar hormon
gonadotropin dalan urine. Kadar yang melebihi ambang normal,
mengindikasikan bahwa wanita mengalami kehamilan.
(Sulistyawati, 2009).

c. Tanda pasti (positif)


1) Denyut Jantung Janin (DJJ)
Dapat didengar dengan stetoskop lenec pada minggu 17-18, pada
orang gemuk lebih lambat. Dengan stetoskop ultrasonik (doppler)
bisa lebih awal terdengar sekitar minggu ke-12.

2) Palpasi
Yang harus ditentukan adalah outline janin. Biasanya jelas setelah
minggu ke-22.Gerakan janin dapat dirasakan dengan jelas setelah
minggu ke 24.
3) Pada pemeriksaan USG terlihat adanya kantong kehamilan, ada
gambaran embrio
4) Pada pemeriksaan rontgen terlihat adanya rangka janin (>16
minggu).
(Sulistyawati, 2009).

2.1.3 Perubahan Fisiologis dan Psikologis Ibu Hamil


1. Perubahan Fisiologis dalam Kehamilan
a. Sistem Reproduksi
1) Uterus, antara lain :
a) Ukuran: Rahim membesar akibat hyperplasia dan hipertropi otot
rahim
b) Berat : Dari 30 gram menjadi 1000 gram pada akhir kehamilan
c) Bentuk dan konsistensi menjadi lebih panjang dan lunak (tanda
hegar)
d) Posisi rahim : Dari ante / retrofleksi semakin membesar
memasuki rongga perut
e) Vaskularisasi : Makin besarnya aliran darah arteri dan ovarika
menuju rahim
f) Servik uteri : Tanda chadwik dan goodell
2) Vagina
Vagina dan vulva mengalami peningkatan pembuluh darah karena
pengaruh estrogen sehingga tampak makin merah dan kebiru-
biruan (tanda chadwik).
3) Ovarium
Ovulasi terhenti, masih terdapat korpus luteum gravidarum sampai
terbentuknya placenta yang mengambil alih pengeluaran estrogen
dan progesteron.
4) Payudara
Sebagai persiapan laktasi, perkembangan payudara dipengaruhi
oleh hormone estrogen, progesteron dan somatommatropin.
b. Sistem Kardiovaskuler
1) Meningkatnya kebutuhan sirkulasi untuk memenuhi kebutuhan
pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. Curah jantung
meningkat sampai 30-50 %.
2) Volume darah semakin meningkat dimana jumlah serum lebih dari
pertumbuhan sel darah sehingga terjadi hemodilusi.
c. Sistem Urinaria
1) Ginjal bekerja lebih berat. Ginjal menyaring darah yang volumenya
meningkat (sampai 30-50% atau lebih), yang puncaknya terjadi
pada usia kehamilan 16-24 minggu sampai sesaat sebelum
persalinan (pada saat ini aliran darah ke ginjal berkurang akibat
penekanan rahim yang membesar).
2) Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kencing tertekan
sehingga sering timbul sering kencing. Sering kencing tidak terjadi
pada trimester kedua rahim mulai berkembang ke rongga abdomen
keluar panggul dan akan muncul kembali pada trimester akhir
karena kandung kencing tertekan oleh penurunan kepala janin.
d. Sistem Gastrointestinal
1) Pengaruh estrogen yang meningkatkan pengeluaran asam lambung
menyebabkan hypersalivasi, morning sickness, emesis gravidarum,
daerah lambung terasa panas.
2) Rahim yang membesar akan menekan rectum dan usus bagian
bawah sehingga terjadi sembelit atau konstipasi. Konstipasi
semakin diperberat karena gerakan otot di dalam usus diperlambat
oleh peningkatan kadar progesteron.
e. Sistem Metabolisme
1) Metabolisme basal naik hingga 15 – 20 %
2) Keseimbangan asam basa menurun akibat hemodilusi darah dan
kebutuhan mineral untuk janin.
3) Peningkatan kebutuhan nutrisi ibu hamil yaitu :
a) Protein: ½ gr/kgBB/hari untuk pertumbuhan dan perkembangan
janin, perkembangan organ kehamilan dan persiapan laktasi.
b) Kalori: Kebutuhannya meningkat selama kehamilan dan laktasi,
didapat dari karbohidrat, lemak, dan protein.
c) Mineral yaitu :
a. Kalsium: 1,5 gram setiap hari (30 – 40 gram untuk
pembentukan tulang)
b. Fosfor: 2 gr sehari
c. Zat besi: + 800 mg atau 30 – 50 mg sehari.
d. Air lebih banyak
4) Penambahan berat badan ibu hamil antara 6,5 – 16,5 kg selama
hamil atau pertambahan ½ kg / minggu.
f. Sistem Muskuloskeletal
1) Pengaruh estrogen dan progesteron memberi efek maksimal pada
relaksasi otot dan ligamen pelvis pada akhir kehamilan
2) Meningkatnya pergerakan pelvis akibat pembesaran uterus
mengakibatkan sakit punggung dan ligamen pada kehamilan tua.
g. Kulit
Pembesaran rahim menimbulkan peregangan dan menyebabkan
robeknya serabut elastis di bawah kulit, sehingga menimbulkan striae
gravidarum/ striae lividae. Kulit perut pada linea alba bertambah
pigmentasinya dan disebut sebagai linea nigra.
h. Sistem Pernapasan
Terjadi desakan diafragma karena dorongan / pembesaran rahim dan
akibat kebutuhan oksigen yang meningkat, ibu hamil akan bernafas
lebih cepat dan lebih dalam dari biasanya. Lingkar dada wanita hamil
agak membesar.( Sulistyawati, 2009).
2. Perubahan Psikologis Ibu Hamil
a. Trimester Pertama
Segera setelah terjadi peningkatan hormon estrogen dan
progesteron dalam tubuh maka akan segera muncul berbagai
ketidaknyamanan secara fisiologis pada ibu misalnya mual muntah ,
keletihan dan pembesaran pada payudara. Hal ini akan memicu
perubahan psikologi seperti berikut ini:
1) Ibu akan membenci kehamilannya, merasakan kekecewaan,
penolakan, kecemasan dan kesedihan
2) Mencari tahu secara aktif apakah memang benar – benar hamil
dengan memperhatikan perubahan pada tubuhnya dan seringkali
memberitahukan orang lain apa yang dirahasiakannya
3) Hasrat melakukan seks berbeda – beda pada setiap wanita. Ada
yang meningkat libidonya, tetapi ada juga yang mengalami
penurunan. Pada wanita yang mengalami penurunan libido, akan
menciptakan suatu kebutuhan untuk berkomunikasi secara
terbuka dan jujur dengan suami.
4) Bagi calon suami sebagai calon ayah akan timbul kebanggan,
tetapi bercampur dengan keprihatinan akan kesiapan untuk
mencari nafkah bagi keluarga.
b. Trimester Kedua
Trimester kedua biasanya ibu merasa sehat dan sudah terbiasa
dengan kadar hormon yang tinggi, serta rasa tidak nyaman akibat
kehamilan sudah mulai berkurang. Perut ibu pun belum terlalu besar
sehingga belum terlalu dirasakan ibu sebagai beban.Ibu sudah
menerima kehamilannya dan dapat mulai menggunakan energi dan
pikirannya secara lebih kontruktif.Pada trimester ini pula ibu dapat
merasakan gerakan janinnya dan ibu mulai meraskaan kehadiran
bayinya sebagai seseorang diluar dirinya dan dirinya sendiri.Banyak
ibu yang merasa terlepas dari kecemasan dan rasa tidak nyaman
seperti yang dirasakannya pada trimester pertama dan merasakan
meningkatnya libido.
c. Trimester ketiga
Trimester ketiga biasanya disebut dengan periode menunggu
dan waspada sebab pada saat itu ibu tidak sabar menunggu kehadiran
bayinya. Gerakan bayi dan membesarnya perut merupakan dua hal
yang mengingatkan ibu akan lahir sewaktu–waktu. Ini menyebabkan
ibu meningkatkan kewaspadaannya akan timbulnya tanda dan gejala
terjadinya persalinan pada ibu. Seringkali ibu merasa khawatir atau
takut kalau bayi yang akan dilahirkannya tidak normal. Kebanyakan
ibu juga akan bersikap melindungi bayinya dan akan menghindari
orang atau benda apa saja yang dianggap membahayakan bayinya.
Seorang ibu mungkin mulai merasa takut akan rasa sakit dan bahaya
fisik yang akan timbul pada waktu melahirkan. Trimester juga saat
persiapan aktif untuk kelahiran bayinya dan menjadi orang tua.
Keluarga mulai menduga–duga apakah bayi mereka laki–laki atau
perempuan dan akan mirip siapa. Bahkan sudah mulai memilih nama
unutk bayi mereka (Fraser and cooper, 2009).

2.1.4 Ketidaknyamanan pada Ibu Hamil dan Cara Penanganannya


1. Nausea
Penyebab morning sickness masih belum diketahui secara pasti, perubahan
hormon selama kehamilan, kadar gula darah yang rendah (mungkin
disebabkan oleh tidak makan sehingga mengakibatkan siklus yang tidak
berujung pangkal), lambung yang terlalu penuh, peristaltik yang
lambat.puncak nausea dan muntah pada wanita hamil adalah pada usia
kehamilan 11 minggu dan menghilang antara umur kehamilan 14 – 22
minggu.
Cara meringankannya: Makan porsi kecil, sering bahkan setiap dua jam,
Makan biskuit kering atau roti bakar sebelum beranjak dari tempat tidur
dipagi hari, Jangan menyikat gigi segera setelah makan untuk menghindari
stimulasi refleks gigi, Istirahat, gunakan obat – obatan
Tanda bahaya : hiperemesis gravidarum, kehilangan berat badan, tanda –
tanda kurang gizi.
2. Peningkatan Frekuensi berkemih (TM I dan TM III)
Frekuensi kemih meningkat pada trimester pertama terjadi akibat
peningkatan berat pada fundus uterus sehingga membuat isthmus menjadi
lunak (tanda hegar) menyebabkan antefleksi pada uterus yang membesar
akibat adanya tekananlangsung pada uterus yang membesar. Frekuensi
kemih meningkat pada trimester ketiga sering dialami wanita
primigravida setelah lightening terjadi efek lightaning yaitu bagian
presentasi akan menurun masuk kedalam panggul dan menimbulkan
tekanan langsung pada kandung kemih.
Cara meringankannya:Kosongkan kandung kemih saat terasa dorongan
ingin kencing, Banyak minum di siang hari, Kurangi minum di malam
hari.
3. Sakit punggung Atas dan Bawah
Karena tekanan terhadap akar syaraf sehingga kejang otot, ukuran
payudara yang semakin bertambah atau keletihan.Sebagian besar
disebabkan karena perubahan sikap badankarena titik berat badan
berpindah kedepan disebabkan perut yang membesar. Ini diimbangi
dengan lordosis yang berlebihan dan sikap ini dapat menimbulkan
spasmus.
Cara meringankannya :Istirahat cukup, menggunakan penyokong
abdomen eksternal, gunakan mekanisme tubuh yang baik untuk
mengangkat benda.
4. Hiperventilasi dan sesak nafas
Peningkatan jumlah progesteron selama kehamilan mempengaruhi pusat
pernapasan untuk menurunkan kadar karbondioksida dan meningkatkan
kadar oksigen. Peningkatan aktivitas metabolis yang terjadi selama
kehamilan akan meningkatkan karbondioksida. Sesak nafas terjadi pada
trimester III karena pembesaran uterus yang menekan diafragma.Selain itu
diafragma mengalami elevasi kurang lebih 4 cm selama kehamilan.
Cara meringankannya :Menjelaskan dasar fisiologis masalah tersebut,
Mendorong wanita untuk secara sadar mengatur kecepan dan kedalaman
pernafasannya saat sedang mengalami hiperventilasi, Anjurkan wanita
berdiri dan mereganggan tangannya diatas kepalanya secara berkala dan
mengambil nafas dalam, Instruksikan melakukan peregangan yang sama
ditempat tidur seperti saat sedang berdiri.

5. Edema Dependen
Terjadi karena gangguan sirkulasi vena dan peningkatan tekanan vena
pada ekstrimitas bawah karena tekanan uterus membesar pada vena
panggul pada saat duduk/ berdiri dan pada vena cava inferior saat tidur
terlentang.Edema pada kaki yang menggantung terlihat pada pergelangan
kaki dan harus dibedakan dengan edema karena preeklamsi.
Cara meringankannya:Hindari menggunakan pakaian ketat, Elevasi kaki
secara teratur setiap hari, Posisi menghadap kesamping saat berbaring,
Penggunaan korset pada abdomen yang dapat melonggarkan tekanan vena-
vena panggul.
6. Nyeri ulu hati (trimester II dan trimester III)
Penyebab : Relaksasi sfingter jantung pada lambung akibat pengaruh yang
ditimbulkan peningkatan jumlah progesterone, Penurunan motilitas
gastrointestinal yang terjadi akibat relaksasi otot halus yang kemungkinan
disebabkan peningkatan jumlah progesteron dan tekanan uterus, Tidak ada
ruang fungsional untuk lambung akibat perubahan tempat dan penekanan
oleh uterus yang membesar
Cara meringankannya:Makan dalam porsi kecil tetapi sering untuk
menghindari lambung menjadi terlalu penuh, Pertahankan postur tubuh
yang baik supaya ada ruang lebih besar bagi lambung untuk menjalankan
fungsinya, Hindari makanan berlemak, karena lemak mengurangi motilitas
usus dan sekresi asam lambung yang dibutuhkan untuk pencernaan,
Hindari makanan pedas atau makanan lain yang dapat menyebabkan
gangguan pencernaan.
7. Konstipasi
Terjadi akibat penurunan peristaltik yang disebabkan relaksasi otot polos
usus besar ketika terjadi peningkatan progesteron
Cara meringankannya:Asupan cairan yang adekuat, Istirahat cukup,
Minum air hangat ( air putih, teh) saat bangkit dari tempat tidur untuk
menstimulasi peristaltic, Makan makanan berserat dan mengandung serat
alami, Miliki pola defekasi yang baik dan teratur, Lakukan latihan secara
umum, berjalan tiap hari, pertahankan postur tubuh yang bai, mekanisme
tubuh yang baik, kontraksi otot abdomen bagian bawah secara teratur.
8. Kram tungkai
Terjadi karena asupan kalsium tidak adekuat, atau ketidakseimbangan
rasio dan fosfor.selain itu uterus yang membesar memberi tekanan
pembulu darah panggul sehingga mengganggu sirkulasi atau pada saraf
yang melewati foramen doturator dalam perjalanan menuju ekstrimitas
bawah.
Cara meringankannya: Minta wanita meluruskan kaki yang kram dan
menekan tumitnya( dorsofleksikan kakinya), dorong wanita untuk
melakukan latihan umum dan memiliki kebiasaan mekanisme tubuh yang
baik guna meningkatkan sirkulasi darah, Anjurkan elevasi kaki secara
teratur sepanjang hari, Anjurkan diet mengandung kalsium dan fosfor,
Kesemutan dan baal pada jari.
9. Perubahan pusat gravitasi menyebabkan wanita mengambil postur dengan
posisi bahu terlalu jauh kebelakang sehingga menyebabkan penekanan
pada saraf median dan aliran lengan yang akan menyebabkan kesemutan
dan baal pada jari-jari
Cara meringankannya : Menjelaskan penyebab dari kesemutan dan baal
jari-jari , Berbaring rileks (Varney, 2007).

2.2 Hiperemesis Gravidarum


2.2.1 Pengertian Hiperemesis Gravidarum
Hiperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi pada awal kehamilan
sampai umur kehamilan 20 minggu. Keluhan muntah kadang-kadang begitu hebat
dimana segala apa yang dimakan dan diminum dimuntahkan sehingga dapat
mempengaruhi keadaan umum dan mengganggu pekerjaan sehari-hari, berat
badan menurun, dehidrasi, dan terdapat aseton dalam urin bahkan seperti gejala
penyakit apendisitis, pielitis, dan sebagainya. Mual dan muntah mempengaruhi
hingga > 50 % kehamilan. Kebanyakan perempuan mampu mempertahankan
kebutuhan cairan dan nutrisi dengan diet, dan simptom akan teratasi hingga akhir
trimester pertama. Penyebab penyakit ini masih belum diketahui secara pasti,
tetapi diperkirakan erat hubungannya dengan endokrin, biokimiawi, dan
psikologis. Keluahan mual muntah sering terjadi pada waktu pagi sehingga
dikenal juga dengan morning sickness. Juga terdapat keluhan ptialisme,
hipersalivasi yaitu banyak meludah (Prawirohardjo, 2010).

Mual dan muntah merupakan hal yang umum terjadi pada awal
kehamilan(trimester I). Biasanya terjadi pada pagi hari disebutmorning sickness,
namun tidak menutup kemungkinan terjadi pada siang dan malam hari. Mual dan
muntah yang berlebihan dan terjadi sepanjang hari sampai mengganggu pekerjaan
sehari-hari dan menyebabkan dehidrasi disebut hiperemesis gravidarum.
Hiperemesis gravidarum lebih banyak terjadi pada kehamilan primigravida
daripada multigravida (Fauziyah, 2012).

2.2.2 Etiologi Hiperemesis Gravidarum

Penyebab kejadian hiperemesis gravidarum belum diketahui dengan


pasti.Tidak ada bukti bahwa penyakit ini disebabkan oleh faktor toksik, juga
ditemukan kelainan biokimia. Beberapa faktor predisposisi hiperemesis
gravidarum antara lain:
1. Faktor adaptasi dan hormonal
Pada wanita hamil yang kekurangan darah lebih sering terjadi
hiperemesis gravidarum. Kondsi yang dapat dimasukkan dalam ruang
lingkup faktor adaptasi adalah wanita hamil dengan anemia, wanita
primigravida, dan overdistensi rahim pada hamil kembar dan hamil mola
hidatidosa.Sebagian kecil primigravida belum mampu beradaptasi
terhadap hormon estrogen dan korionik gonadotropin, sedangkan pada
hamil kembar dan mola hidatidosa, jumlah hormon yang dikeluarkan
terlalu tinggi dan menyebabkan terjadi hiperemesis gravidarum itu.
2. Faktor psikologis
Hubungan faktor psikologis dengan kejadian hiperemesis
gravidarum belum jelas. Besar kemungkinan bahwa wanita yang menolak
hamil, takut kehilangan pekerjaan, keretakan hubungan dengan suami dan
sebagainya, diduga dapat menjadi faktor kejadian hiperemesis gravidarum.
Dengan perubahan suasana dan masuk rumah sakit, penderitaannya dapat
berkurang sampai menghilang.
3. Faktor alergi
Pada kehamilan, ketika diduga terjadi invasi jaringan villi korialis
yang masuk ke dalam peredaran darah ibu, maka faktor alergi dianggap
dapat menyebabkan hiperemesis gravidarum (Manuaba, 2014).

2.2.3 Patofisiologi Hiperemesis Gravidarum


Mual adalah rasa ingin muntah yang dapat disebabkan oleh impuls iritasi
yang datang dari traktus gastrointestinal, impuls yang berasal dari otak bawah
yang berhubungan dengan motion sickness maupun impuls yang berasal dari
korteks serebri untuk memulai muntah. Gejala mual biasanya disertai muntah
umumnya terjadi pada awal kehamilan, biasanya pada trimester pertama disebut
emesis gravidarum atau nama lainnya nausea gravidarum (NVP) atau lebih
dikenal dengan istilah morning sickness. Kondisi ini umumnya disebabkan karena
meningkatnya kadar hormon estrogen. Dalam beberapa kasus, gejala yang sama
pula dialami oleh para wanita yang menggunakan kontrasepsi hormonal atau
menjalani bentuk-bentuk terapi hormonal tertentu. Gejala ini biasanya timbul di
pagi hari dengan frekuensi yang akan menurun setiap harinya seiring dengan
bertambahnya usia kehamilan. Namun, mual juga disertai muntah dapat bertahan
lama bahkan bisa mengalami mual dan muntah secara berlebihan yang disebut
hiperemesis gravidarum. Adapun penyebab atas gejala yang dapat menimbulkan
terjadinya mual dan muntah belum diketahui secara pasti, namun perkiraan
beberapa penyebab antara lain sebagai berikut:

a. Meningkatnya kadar sirkulasi hormon estrogen dalam tubuh. Kadar


hormon estrogen dalam tubuh umumnya akan meningkat pada masa
kehamilan.

b. Kadar gula dalam darah yang rendah (hipoglikemia) yang disebabkan


penyerapan energi yang dilakukan oleh plasenta.

c. Meningkatnya kadar hormon hCG dikarenakan sel telur yang sudah


dibuahi menempel pada dinding rahim sehingga tubuh akan memproduksi
hormon hCG.

d. Meningkatnya sensivitas terhadap bau atau aroma tertentu.

e. Peningkatan kadar bilirubin yang disebabkan karena meningkatya kadar


enzim dalam hati.
Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi mual dan muntah
pada hamil muda bila terjadi terus menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan
tidak imbangnya elektrolit dengan alkalosis hipokloremik.
1. Hiperemesis gravidarum dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan
lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang
tidak sempurna terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton –
asetik, asam hidroksi butirik dan aseton dalam darah.
2. Kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan karena muntah
menyebabkan dehidrasi sehingga cairan ekstraseluler dan plasma
berkurang. Natrium dan khlorida darah dan khlorida air kemih turun.
Selain itu juga dapat menyebabkan hemokonsentrasi sehingga aliran darah
ke jaringan berkurang

3. Kekurangan kalium sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi


lewat ginjal menambah frekuensi muntah – muntah lebih banyak, dapat
merusak hati dan terjadilah lingkaran setan yang sulit dipatahkan
4. Selain dehidrasi dan terganggunya keseimbangan elektrolit dapat terjadi
robekan pada selaput lendir esofagus dan lambung (Sindroma Mallory-
Weiss) dengan akibat perdarahan gastro intestinal.
(Rahmawati, 2011)

2.2.4 Diagnosis Hiperemesis Gravidarum


Menetapkan kejadian hiperemesis gravidarum tidak sukar, dengan
menentukan kehamilan, muntah berlebihan sampai menimbulkan gangguan
kehidupan sehari-hari dan dehidrasi. Muntah yang terus menerus tanpa
pengobatan dapat menimbulkan gangguan tumbuh kembang janin dengan
manifestasi klinisnya. Oleh karena itu, hiperemesis gravidarum berkelanjutan
harus dicegah dan harus mendapat pengobatan yang adekuat (Manuaba, 2014).
Hiperemesis gravidarum harus dibedakan dengan penyakit lain karena
gejala dari hiperemesis gravidarum juga terdapat pada penyakit lain seperti
ulserasi peptikum, hepatitis, pankreatitis, penyakit tiroid obstruksi,
gastrointestinal, daninsifisiensi adrenokartikol. Timbulnya gejala setelah usia
kehamilan 10 minggu merupakan gejala yang khas untuk hiperemesis gravidarum.
Pemeriksaan laboratorium seperti hematokrit, transaminase, bilirubin, tes fungsi
tiroid, danurin (ketonuria dan pH) harus dilakukan (Fauziyah, 2012).

2.2.5 Tanda dan Gejala Hiperemesis Gravidarum


Menurut Manuaba (2014), tanda dan gejala hiperemesis gravidarum
berdasarkan tingkatannya, yaitu:
1. Hiperemesis gravidarum tingkat I:
a. Muntah berlangsung terus
b. Nafsu makan berkurang
c. Berat badan menurun
d. Kulit dehidrasi-tonusnya lemah
e. Nyeri di daerah epigastrium
f. Tekanan darah turun dan nadi meningkat
g. Lidah kering
h. Mata tampak cekung
2. Hiperemesis gravidarum tingkat II:
a. Penderita tampak lebih lemah
b. Gejala dehidrasi makin tampak mata cekung, turgor kulit makin
kurang, lidah kering dan kotor
c. Tekanan darah turun, nadi meningkat
d. Berat badan makin menurun
e. Mata ikterus
f. Gejala hemokonsentrasi makin tampak: urine berkurang, badan
aseton dalamurine meningkat
g. Terjadinya gangguan buang air besar
h. Mulai tampak gejala gangguan kesadaran, menjadi apatis
i. Napas berbau aseton
3. Hiperemesis gravidarum tingkat III:
a. Muntah berkurang
b. Keadaan umum wanita hamil makin menurun: tekanan darah turun,
nadi meningkat, dan suhu naik disertai keadaan dehidrasi makin
jelas
c. Gangguan faal hati terjadi dengan manifestasi ikterus
d. Gangguan kesadaran dalam bentuk: somnolen sampai koma
dengan komplikasi susunan saraf pusat (ensefalopati Wernicke),
nistagmus-perubahan arah bola mata, diplopia-gambar tampak
ganda, perubahan mental.
Tanda dan gejala hiperemesis gravidarum berdasarkan tingkatannya
menurut Prawirohardjo, 2010, yaitu:
1. Tingkat I

Muntah yang terus menerus, timbul intoleransi terhadap makanan dan


minuman, berat badan menurun, nyeri episgastrium, muntah pertama
keluar makanan, lendir dan sedikit cairan empedu, dan yang terakhir
keluar darah. Nadi meningkat sampai 100 kali permenit dan tekan sistolik
menurun. Mata cekung dan lidah kering, turgor kulit berkurang, dan urin
sedikit tapi masih normal.

2. Tingkat II

Gejala lebih berat, segala yang dimakan dan diminum di muntahkan, haus
hebat, subfebril, nadi cepat dan lebih dari 100-140 kali per menit, tekanan
darah sistolik kurang dari 80 mmHg, apatis, kulit pucat, lidah kotor,
kadang ikterus, aseton, bilirubin dalam urin, dan berat badan cepat
menurun.

3. Tingkat III

Walaupun kondisi tingkat III sangat jarang, yang mulai terjadi adalah
gangguan kesadaran ( delirium-koma), muntah berkurang atau berhenti,
tetapi dapat terjadi ikterus, sianosis, nistagmus, gangguan jantung,
bilirubin, dan proteinuria dalam urin.

2.2.5 Risiko Hiperemesis Gravidarum

a. Maternal
Akibat defisiensi tiamin (B1) akan menyebabkan terjadinya diplopia, palsi
nervus ke-6, nistagmus, ataksia, dan kejang. Jika hal ini tidak segera
ditangani, akan terjadi psikosis Korsakkoff (amnesia, menurunnya
kemampuan untuk beraktivitas), ataupun kematian. Oleh karena itu, untuk
hiperemesis tingkat III perlu dipertimbangkan terminasi kehamilan.

b. Fetal

Penurunan berat badan yang kronis akan meningkatkan kejadian gangguan


pertumbuhan janin dalam rahim ( IUGR)

2.2.6 Penatalaksanaan Hiperemesis Gravidarum

1. Diit pada penderita HEG adalah :


a. Menganjurkan mengubah makan sehari – hari dengan makanan dalam
jumlah kecil tapi sering
b. Menganjurkan pada waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat
tidur, erlebih dahulu makan roti kering atau biskuit dengan dengan teh
hangat
c. Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan
d. Makanan disajikan dalam keadaan panas atau sangat dingin
e. Menghindari kekurangan karbohidrat merupakan faktor penting,
dianjurkan makanan yang banyak mengandung gula.
Ada tiga macam diet pada hiperemesis gravidarum, yaitu:
a) Diet hiperemesis tingkat I
Diberikan kepada pasien hiperemesis gravidarum ringan. Diet diberikan
secara berangsung dan dimulai dengan memberikan bahan makanan yang
bernilai gizi tinggi. Makanan hanya berupa roti kering dan buah-buahan,
makanan ini kurang mengandung zat gizi, kecuali vitamin C. Minuman
tidak diberikan bersamaan dengan makanan tetapi 1-2 jam sesudahnya.
Pemilihan bahan makanan yang tepat dapat memenuhi kebutuhan gizi
kecuali kebutuhan energi.
b) Diet hiperemesis gravidarum tingkat II
Diberikan kepada pasien hiperemesis gravidarum sedang. Diet diberikan
sesuai kesanggupan pasien dan minuman tidak boleh diberikan bersama
makanan. Makanan mencukupi kebutuhan energi dan semua zat gizi
kecuali vitamin A dan D.
c) Diet hiperemesis tingkat III
Diberikan pada pasien hiperemesis gravidarum berat. Makanan hanya
terdiri dari roti kering, singkong/ubi bakar atau rebus, dan buah-buahan.
Cairan tidak diberikan bersama makanan tetapi 1-2 jam sesudahnya karena
zat gizi yang terkandung didalamnya kurang, maka tidak diberikan dalam
waktu lama.

Makanan yang tidak dianjurkan untuk hiperemesis I, II, dan III adalah
makanan yang umumnya merangsang saluran pencernaan dan berbau
tajam. Bahan makanan yang mengandung alkohol, kopi, dan yang
mengandung zat tambahan (pengawet, pewarna, dan bahan penyedap) juga
tidak dianjurkan.
2. Tatalaksana Pengobatan
Konsep pengobatan yang dapat diberikan sebagai berikut:
1) Isolasi dan pengobatan psikologis
Dengan melakukan isolasi diruangan sudah dapat meringankan wanita
hamil karena perubahan suasana dari lingkungan rumah tangga. Petugas
dapat memberikan komunikasi, informasi, dan edukasi tentang berbagai
masalah berkaitan dengan kehamilan.
2) Pemberian cairan pengganti
Dalam keadaan darurat diberikan cairan pengganti sehingga keadaan
dehidrasi dapat diatasi. Cairan pengganti yang diberikan adalah glukosa 5-
10% dengan keuntungan dapat mengganti cairan yang hilang dan
berfungsi sebagai sumber energi, sehingga terjadi perubahan metabolisme
dari lemak dan protein menjadi pemecahan glukosa. Dalam cairan dapat
ditambahkan vitamin C, B kompleks ataukalium yang diperlukan untuk
kelancaran metabolisme. Selama pemberian cairan harus mendapat
perhatian tentang keseimbangan cairan yang masuk dan keluar melalui
kateter, nadi, tekanan darah, suhu dan pernapasan. Lancarnya pengeluaran
urine memberikan petunjuk bahwa keadaan wanita hamil berangsur-angsur
baik.
3) Pemeriksaan yang perlu dilakukan adalah darah, urine, dan bila mungkin
fungsi hati dan ginjal. Bila keadaan muntah berkurang, kesadaran
membaik, wanita hamil dapat diberikan makan minum dan mobilisasi.
4) Obat yang dapat diberikan
Memberikan obat untuk hiperemesis gravidarum sebaiknya berkonsultasi
dengan dokter, sehingga dapat dipilih obat yang tidak bersifat teratogenik
(kelainan kongenial-cacat bawaan bayi). Obat yang dapat diberikan adalah
sedatif ringan yang sering digunakan, yaitu:
 Vitamin B1, B2 dan B6 masing-masing 50-100 mg/hari/infus
 Vitamin B12 200 mcg/hari/infus, vitamin C 200/hari/infus
 Fenobarbital 30 mg IM 2-3 kali/hari atau chlorpromazine 25-50
mg/hariIM atau kalau diperlukan diazepam 5 mg 2-3 kali/hari IM
 Antiemetik: prometazine (avopreg) 2-3 kali25 mg/hari/oral
ataumediamer B6 3x1/hari/oral
 Antasida: acidrine 3x1 tablet/hari/oral atau mylanta 3x1
tablet/hari/oralatau magnam 3x1 tablet/hari/oral
(Prawirohardjo, 2008)
5) Menghentikan kehamilan
Pada beberapa kasus, pengobatan hiperemesis gravidarum tidak berhasil
malah menjadi kemunduran dan keadaan semakin menurun sehingga
diperlukan pertimbangan untuk melakuakan gugur kandung. Keadaan
yang memerlukan pertimbangan gugur kandungan diantaranya:
 Gangguan kejiwaan (delirium, apatis, somnolen sampai koma,
terjadi gangguan kejiwaan ensefalopati Wernicke)
 Gangguan penglihatan (perdarahan retina, kemunduran
penglihatan)
 Gangguan faal (hati dalam bentuk ikterus, ginjal dalam bentuk
anuria,jantung dan pembuluh darah terjadi meningkat, tekanan
darah menurun), dengan memperhatikan keadaan tersebut, gugur
kandung dapat dipertimbangkan pada hiperemesis gravidarum
(Manuaba, 2014).

2.2.7 Pencegahan Hiperemesis Gravidarum


Prinsip pencegahan adalah mengobati emesis agar ridak terjadi
hiperemesis gravidarum dengan cara :

1. Memberikan penerapan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu


proses yang fisiologik.

2. Memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang – kadang muntah


merupakan gejala yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang
setelah kehamilan 4 bulan.

3. Menganjurkan mengubah pola makan sehari – hari dengan makan dalam


jumlah kecil tapi sering

4. Menganjurkan pada waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat
tidur, terlebih dahulu makan roti kering atau biscuit dengan teh hangat

5. Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan

6. Makanan sebaiknya disajikan dalam keadaan panas atau sangat dingin

7. Menghindari kekurangan kardohidrat merupakan factor penting,


dianjurkan makanan yang banyak mengandung gula (Wiknjosastro, 2007).
BAB III
STUDI KASUS
3.1 Pengkajian Data

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. “N” G1P0A0H0 USIA KEHAMILAN


16-17 MINGGU, HIDUP TUNGGAL, INTRAUTERINE, KEADAAN IBU
DAN JANIN BAIK DENGAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM
DI IGD RS UNIVERSITAS ANDALAS
TANGGAL 13 JULI 2019

No. MR : 02.19.55

Tanggal Masuk/Pukul : 13-07-2019/ 11.00 WIB

I. DATA SUBYEKTIF
1.1 IDENTITAS

Nama Ibu : Ny. N Nama Suami : Tn. A

Umur : 26 Tahun Umur : 26 Tahun

Suku/Bangsa : Minang/ Indonesia Suku/Bangsa : Minang

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : S1 Pendidikan : SMK

Pekerjaan : Swasta Pekerjaan : Swasta

Alamat: : Binuang kampung dalam

1.2 ANAMNESIS
1. Alasan Ibu Berkunjung : ibu mengatakan mual muntah sejak 3 hari yang lalu,
pusing dan nyeri ulu hati

2. Riwayat Menstruasi

 Menarche : 14 tahun
 Siklus : 28 hari-30 hari

 Banyaknya : 2-3 x ganti pembalut

 Lamanya : 5-7 hari

 Sifat darah : encer dan ada gumpalan

 Teratur/tidak : teratur
 Dismenorhea : Tidak ada

 Fluor albus : tidak ada

 HPHT : 18-03-2019

 HPL : 25-12-2019

3. Riwayat obstetri yang lalu


N Kehamilan Persalinan Anak Nifas KB
o Sua U K Pe- Peno Jenis Temp Pe- BB/ J Hidup Mati Lam Perdara
nyulit long at nyulit PB K /umur a -han
mi
men
ke yusu
1 Ini i

4. Riwayat kehamilan sekarang


 Keluhan : ibu mengatakan mual dan muntah sejak 3 hari yang lalu, kepala
ibu pusing dan nyeri ulu hati
 Pergerakan janin belum dirasakan
 Penyuluhan yang sudah di dapat yaitu nutrisi saat hamil, tanda bahaya
kehamilan, kebersihan pada ibu hamil, perubahan yang terjadi selama
hamil.
 Imunisasi : TT1
5. Riwayat penyakit sistemik yang pernah diderita

Jantung : Tidak ada TBC : tidak ada


DM : tidak ada Hepatitis : Tidak ada
Asma : tidak ada Hipertensi : tidak ada
6. Riwayat kesehatan dan penyakit keluarga
Jantung : tidak ada TBC : tidak ada
DM : Tidak ada Hepatitis : ada
Asma : tidak ada Hipertensi : tidak ada
Gemelli : Tidak ada
7. Pola Aktivitas sehari-hari
a. Pola Nutrisi Selama Hamil

Makan Minum
Frekuensi : 2x sehari dengan Frekuensi : 6-7 gelas sehari
porsi kecil Jenis : Air putih
Jenis : sedikit nasi, lauk, Keluhan : tidak ada
sayur sedikit
Keluhan : ibu mengatakan sulit
untuk makan karena
setiap makan ibu
memuntahkan
makanannya kembali
b. Pola istirahat dan Tidur

Saat hamil : siang hari tidak ada, malam hari 5-6 jam
Istirahat dan tidur terakhir : tadi malam
c. Pola Eliminasi

BAK BAB
Frekuensi : 7-8 kali/hari Frekuensi : 1 kali/ hari
Warna : kuning jernih Warna : kuning kecoklatan
Keluhan : tidak ada Konsistensi : lembek

Keluhan : tidak ada


Eliminasi terakhir : BAK pagi, BAB kemarin
d. Pola Kebiasaan
Merokok : tidak ada
Minum alcohol : tidak ada
Obat-obatan : tidak ada
Konsumsi Jamu : tidak ada
8. Riwayat Sosial Budaya

 Perkawinan : Sejak tahun 2019, lama lebih kurang 4 bulan


 Kehamilan ini : direncanakan (Ya), diterima (Ya)
 Tradisi yang mempengaruhi kehamilan : tidak ada
9. Status Spiritual: Pelaksanaan ibadah sholat lima waktu

II. DATA OBJEKTIF


1. PEMERIKSAAN UMUM
a. Keadaan umum : Sedang
b. Kesadaran : Composmentis
c. Tanda-tanda vital
TD : 100/60 mmHg Suhu : 36 0C
Nadi : 80 x/i RR : 20 x/i
d. Pengukuran
BB sebelum hamil : 37 kg BB sekarang : 35 kg
TB : 151 cm LILA : 21 cm
: 29 cm
UK : 16-17 minggu

2. PEMERIKSAAN FISIK
a. Inspeksi
Kepala : bersih, tidak ada kelainan
Wajah : tidak pucat, tidak ada oedema dan ada cloasma
gravidarum
Mata : simetris, sclera tidak ikterik, konjungtiva merah muda
dan tidak ada kelainan pada mata
Telinga : bersih, tidak ada kelainan, simetris kiri dan kanan
Mulut : bibir ibu tidak pucat, tidak kering, bersih, tidak ada
sariawan, gigi tidak berlubang dan tidak ada caries,
bibir tidak pecah-pecah
Dada : payudara simetris, areola hyperpigmentasi, puting
susu menonjol
Abdomen : tidak ada bekas SC, ada linea alba
Ekstremitas: simetris kiri dan kanan, tidak ada oedema, tidak ada
varises
Genitalia : tidak dilakukan
Anus : tidak ada haemoroid
b. Palpasi
Leher : tidak ada pembengkakan kelenja tiroid, limfe, dan
vena jugularis
Mammae : tidak ada masa, tidak ada nyeri tekan, kolostrum
belum keluar
Leopold 1 : teraba ballotement
Genitalia : tidak dilakukan

c. Auskultasi
- DJJ : 152 x/i
d. Perkusi :
- Refleks patella kiri : Tidak Dilakukan
- Reflek patella kanan : Tidak Dilakukan

3. PEMERIKSAAN KHUSUS
a. Pemeriksaan Laboratorium
 Darah
Kadar Haemoglobin : 10,4 g/dl
Leukosit : 10.100 / mm3
Eritrosit : 3,52
Trombosit : 235,000 / mm3
Hematokrit : 30,3 %
 Urine
Protein urine : negatif
Glukosa urine : negatif
Keton urine : +
Urobilinogen urine: +
Bilirubin : ++
b. Pemeriksaan panggul luar : tidak dilakukan
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulam
Pada masa kehamilan seorang ibu akan mengalami perubahan-perubahan
yang terjadi baik perubahan fisiologis maupun psikologis. Perubahan akibat
kehamilan yang dialami oleh seluruh tubuh wanita mulai dari sistem pencernaan,
pernafasan, kardiovaskuler, integumen, endokrin, metabolisme, muskuloskeletal,
payudara, kekebalan dan sistem reproduksi khususnya pada alat genetalia eksterna
dan interna. Perubahan-perubahan ini menyebabkan timbulnya rasa
ketidaknyaman dalam kehamilan seperti mudah lelah, keputihan, ngidam, sering
buang air kecil, dan emesis gravidarum.
Pada umumnya mual dan muntah merupakan gejala yang wajar ditemukan
pada kehamilan trimester pertama. Biasanya mual dan muntah terjadi pada pagi
hari sehingga sering dikenal dengan morning sickness. Sementara setengah dari
wanita hamil mengalami morning sickness, antara 1,2 - 2% mengalami
hiperemesis gravidarum, suatu kondisi yang lebih serius. Hiperemesis gravidarum
merupakan suatu penyakit pada ibu hamil yang jarang terjadi. Mual dan muntah
pada kehamilan adalah peristiwa normal yang dapat berubah menjadi suatu
penyakit yang lebih serius yaitu hiperemesis gravidarum.

5.2 Saran
Seorang Bidan disarankan mampu melakukan asuhan kebidanan pada ibu
hamil sesuai dengan standar pelayanan kebidanan. Kejadian HEG pada ibu hamil
muda sering terjadi, penanganan dan pemeriksaan kesehatan yang awal dapat
mencegah terjadinya komplikasi pada ibu dan bayi.

DAFTAR PUSTAKA
England, C. 2009. Infants With Low Birth Weight Healthy. In: D. M. Fraser, and
M. A. Cooper, eds. Myles Textbook for Midwives. 14th Edition. Elsevier
Limited. Oxford, United Kingdom. Terjemahan Rahayu, S., dan L.
Mahmudah. 2009. Myles: Buku Ajar Bidan. Edisi 14. EGC.
JakartaKamariyah, N., Anggasari, Y., & Muflihah, S. 2014. Buku Ajar
Kehamilan. Jakarta Selatan: Salemba Medika
Fitria, R. 2017. Pengalaman Ibu dengan Hiperemesis Gravidarum di Rumah
Bersalin Sehat Bondar Kecamatan Tambusai Kabupaten Rokan Hulu.
Jurnal Maternity and Neonatal Vol 2:2
Kementerian Kesehatan RI. 2014. Buku Ajar Kesehatan Ibu dan Anak. Pusat
Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan. Jakarta
Kusmiyati, Yuni, dkk. 2009. Perawatan Ibu Hamil. Yogyakarta : Fitramaya
Manuaba, I.B.G. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB. Jakarta:
EGC Margono. 2016. Pengaruh Terapi Zinger Officinale Terhadap
Intensitas Nyeri Low Back Pain Di Posyandu Margomulyo Desa
Ngrancah Kecamatan Grabag. Jurnal Keperawatan Muhammadiyah. 1
(1)
McCarthy, et al. 2015. Hyperemesis Gravidarum: current perspectives.
International Journal of Women’s Health. 6719-725
Prawirohardjo, S. 2010. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. PT Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta
Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sastrawinata, dkk. 2005. Ilmu Kesehatan Reproduksi : Obstetri Patologi. Jakarta :
EGC
Shiddiq, A. 2014. Hubungan Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil terhadap Berat
Bayi Lahir di Kota Pariaman. Padang. Juurnal Kesehatan Andalas
Sulistyawati, A. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta:
Salemba Medika
Varney, H. 2007. Buku ajar asuhan kebidanan. Ed. 4. Jakarta: EGC
Winkjosastro. H. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal Dan
Neonatal, Edisi 1, Cet. 12. Jakarta : Bina Pustaka

Anda mungkin juga menyukai