Laporan Komprehensif
Oleh:
Kelompok 1
Menyetujui,
(………………………….) (………………………….)
Mengetahui,
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, anugrah, serta
hidayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas laporan
pendahuluan pada stase Bayi Baru Lahir yang berjudul “Asuhan Kebidanan Bayi Baru
Lahir Pada Bayi NY. U Usia 7 Hari Dengan Ikterus Di Ruang Poliklinik RSU Kumala
Siwi Kudus”.
Penyusunan laporan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu
perkenankan kami menyampaikan ucapan terimakasih kepada dosen pembimbing,
pembimbing lahan dan semua pihak yang tidak bisa kami sebutkan satu-persatu yang
telah membantu dalam penyelesaian laporan ini.
Laporan yang telah kami buat ini masih jauh dari kata sempurna oleh karena itu
kami mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif. Semoga laporan ini dapat
menjadi bahan referensi dan bermanfaat bagi kita semua.
Kelompok 1
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN....................................................................................ii
KATA PENGANTAR...............................................................................................iii
DAFTAR ISI..............................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.............................................................................................2
D. Manfaat Penulisan...........................................................................................2
BAB II TINJAUAN KASUS
I. Pengkajian Data......................................................................................................4
II. Interpretasi Data.....................................................................................................10
III. Intervensi ............................................................................................................11
IV. Implementasi..........................................................................................................11
V. Evaluasi ............................................................................................................13
BAB III PEMBAHASAN
I. Pengkajian Data......................................................................................................15
II. Interpretasi Data.....................................................................................................16
III. Intervensi ............................................................................................................16
IV. Implementasi dan Evaluasi.....................................................................................17
BAB IV PENUTUP
A. Simpulan..........................................................................................................19
B. Saran................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................21
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ikterus neonatorum termasuk masalah kesehatan yang sering ditemukan
pada bayi-bayi baru lahir yang jika tidak ditangani sejak dini dapat berakibat fatal.
Ikterus merupakan keadaan klinis berupa pewarnaan kuning yang tampak pada
sklera dan kulit akibat penumpukan bilirubin dalam darah (Mathindas, dkk, 2013).
Data World Health Organization (WHO) tahun 2015 angka kejadian ikterus
sebesar 6,6 juta, tahun 2014 sebesar 73% dan pada tahun 2015 sebesar 79,6% per
1000 kelahiran hidup. High Risk Infant atau faktor bayi yang mempertinggi risiko
kematian perinatal atau neonatal salah satunya adalah ikterus neonatorum atau
ikterus yang merupakan penyebab kematian neonatal sekitar 20- 40% dari seluruh
persalinan (Widiawati, 2017).
Prevelensi bayi BBLR diperkirakan 15% dari kelahiran dunia dengan batasan
3,30%-3,80%. Mayoritas bayi BBLR terjadi di negara berkembang dengan
keterbatasan sosial ekonomi. Negara berkembang lebih banyak mengalami BBLR
dengan angka kejadian 16%, seluruh bayi dengan BBLR mengalami kematian
neonatal sejumlah 8 bayi (100%) bayi meninggal kurang dari 28 hari. Mayoritas
bayi dengan BBLR meninggal dikarenakan bayi mengalami komplikasi atau
gangguan kesehatan serius seperti bayi megalami kejadian ikterus (Shinta,2014).
Ikterus di wilayah Asia Tenggara dengan Angka Kematian Bayi mempunyai
angka yang relatif tinggi, yaitu sebesar 24 per 1.000 kelahiran hidup. Dan angka
kejadian AKB selama 5 tahun mengalami trend peningkatan. Pada Tahun 2013
angka kematian bayi sebesar 11,8 per 1.000 kelahiran hidup dan meningkat menjadi
14,19 per 1.000 kelahiran hidup dan pada Tahun 2014 (Novianti, 2018).
Berdasarkan data Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2015
sebesar 32 per 1.000 kelahiran hidup. Kematian neonatus terbanyak di Indonesia di
sebabkan oleh Asfiksia (37%). Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan prematuris
(34%), sepsis (12%), hipotermi (7%), ikterus neonatorum(6%), postmature (3%),
dan kelainan kongenital (1%), per 1.000 kelahiran hidup (Ratuain, 2015).
Untuk mencegah terjadinya peningkatan AKB di Indonesia pada awal era
90an, diperkenalkan program pemberian ASI sedinin mungkin dan rumah sakit
sayang bayi. Seiring dengan mulai diterapkannya praktik pemberian ASI sedini
mungkin, frekuensi kejadian ikterik neonatorum semakin sering ditemui. Sekitar
60% bayi yang lahir normal menjadi ikterik pada minggu pertama kelahiran. Angka
kematian terkait ikterus sebesar 13,1% (Dahru, 2013).
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada tahun 2015
Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir dengan Ikterus menunjukkan angka
kejadian ikterus neonatorum yang terdapat padabayi baru lahir di Indonesia sebesar
51,47%, dengan faktor penyebabnya antara lain Asfiksia 51%, BBLR 42,9%,
Prematur 33,3%, dan sepsis 12% (Indrianita, 2018). Keberhasilan upaya Kesehatan
bayi baru lahir 0-28 hari (neonatal) dapat dilihat dari penurunan Angka Kematian
Bayi Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Penurunan AKB berdampak
langsung pada meningkatnya usia harapan hidup dalam menimbang keberhasilan
pembangunan Kesehatan (Imelda, 2018).
Ikterus dapat terlihat di wajah bayi pada usia 2-3 hari ketika kadar bilirubin
dalam serum mencapai sekitar 5 mg/dl. Ikterus ini juga bisa terlihat pada abdomen
tengah jika kadar bilirubin kurang lebih 15 ml/dl, sekitar 20 ml/dl. Pada hari kelima
hingga yang dialami bayi pada usia 2-3 hari. Ikterus ketujuh, kadarnya berkurang
menjadi sekitar dapat terlihat di wajah bayi ketika kadar2 mg/dl (Komalasari,
2015).
Kejadian ikterus menjadi penyebab yang paling banyak terjadi pada kelahiran
neonatal. 30-50% bayi baru lahir mengalami ikterus. Ikterus pada bayi saat lahir
biasa terjadi saat 25-50% neonatus yang sudah cukup bulan dan sangat meninggi
lagi untuk neonatus belum cukup bulan. Ikterus pada bayi cukup bulan sebanyak
85% yang mana memiliki kadar bilirubin di atas 5 mg/dL dan 23,80% memiliki
kadar bilirubin di atas 13 mg/dL (Vivian, 2015).
Pada bayi yang mendapat ASI penyebab terjadinya ikterus berhubungan
dengan proses pemberian ASI yang tidak adekuat dan buruknya pemasukan cairan
yang menyebabkan tertundanya pengeluaran mekonium pada neonatus, hal tersebut
akan meningkatkan sirkulasi anterohepatik. Selain itu bayi yang mendapatkan ASI
kemungkinan mendapatkan kadar bilirubin yang tinggi disebabkan kurangnya
pemasukan ASI besar disertai dehidrasi pemasukan kalori. Memberi tambahan air
gula atau susu formula pada bayi yang minum ASI dihubungkan dengan kadar
bilirubin yang tinggi, sebagian disebabkan oleh menurunnya densitas ASI yang
besar yang tinggi kalori atau (Nursalam, 2013).
Faktor penyebab ikterus pada bayi baru lahir dikarenakan fungsi usus dan hati
yang belum bekerja secara sempurna sehingga banyak bilirubin yang tidak
terkonjugasi dan tidak terbuang dari tubuh. Selain itu, ikterus dapat terjadi
dikarenakan kurangnya ASI pada 2-3 hari pertama setelah kelahiran. Ikterus yang
berpotensi menjadi ensolopati bilirubin lebih dikenal Kern Ikterus. (Abata, 2016)
Banyak faktor yang menyebabkan timbulnya kasus ikterus pada bayi baru
lahir, baik dari faktor ibu maupun dari bayi sendiri. Pada kondisi dan faktor bayi
diantaranya terjadinya peningkatan produksi bilirubin akibat dari inkontabilitas
darah fetomaternal, penghancuran Haemoglobin (Hb), peningkatan sirkulasi
enteropehatik maupun obstruksi hepatik itu sendiri (Sukadi, 2018).
Dari uraian di atas kami tertarik untuk menerapkan prinsip-prinsip
Manajemen “Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir Pada Bayi Ny. U Usia 7 Hari
Dengan Ikterus Di Ruang Poliklinik RSU Kumala Siwi Kudus”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas penulis merumuskan “Bagaimana
Memberikan Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir Pada Bayi Ny. U Usia 7 Hari
Dengan Ikterus Di Ruang Poliklinik RSU Kumala Siwi Kudus ”
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Untuk melaksanakan asuhan kebidanan dengan ikterus pada Bayi Baru Lahir di
RSU Kumala Siwi Kudus
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian data pada BBL dengan ikterus
b. Mampu menginterpretasikan data untuk mengidentifikasi diagnosa atau
masalah pada BBL dengan ikterus
c. Mampu menyusun rencana asuhan pada BBL dengan ikterus
d. Mampu melaksanakan rencana asuhan pada BBL dengan ikterus
e. Mampu mengevaluasi hasil asuhan kebidanan pada BBL dengan ikterus
D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoritis
Sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan stase Bayi Baru Lahir Program
Studi Pendidikan Profesi Kebidanan Universitas Muhammadiyah Kudus.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan pengalaman secara
langsung sekaligus penanganan dalam menerapkan ilmu yang diperoleh
selama di akademik, serta menambah wawasan dalam penerapan proses
manajemen Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir dengan ikterus.
b. Bagi Profesi
Dapat memberikan tambahan ilmu pengetahuan dan sebagai bahan
pertimbangan dalam pembelajaran asuhan kebidanan serta meningkatkan
ketrampilan dalam Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir dengan ikterus.
c. Bagi Rumah Sakit
Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan studi banding dalam
melaksanakan Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir dengan ikterus.
d. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat dijadikan bahan referensi perpustakaan Universitas Muhammadiyah
Kudus dalam Stase Bayi Baru Lahir Program Studi Pendidikan Profesi
Kebidanan.
BAB II
TINJAUAN KASUS
I. PENGKAJIAN DATA
Dilaksanakan pada:
Hari/tanggal : Senin, 6 September 2023
Jam : 10.00 WIB
Tempat : Ruang Poliklinik RSU Kumala Siwi Kudus
A. DATA SUBYEKTIF
1. BIODATA
Nama Bayi : Bayi Ny. U
Umur : 7 hari
Tempat Lahir : RSU Kumala Siwi
Tanggal/Jam Lahir : 31 Agustus 2023 / 08.49 WIB
Jenis Kelamin : Perempuan
Anak ke :1
Jenis BB
No Thn Penolong Tempat H/M JK Komplikasi Ket
Persalinan lahir
1. 2021 Abortus Dokter RSI M - - Tidak ada Kuret
2. Hamil ini
3. Antopometri
Berat Badan : 3.150 gram
Panjang Badan : 49 cm
Lingkar Kepala : 32,5 cm
Lingkar Dada : 33 cm
Lingkar Perut : 34 cm
4. Pemeriksaan fisik ( Inspeksi, palpasi, Auskultasi, Perkusi )
a. Kepala : Tidak ada caput succaedaeneum, tidak ada
Cephalhematoma tidak ada moulase terlihat permukaan
kulit berwarna kuning
b. Muka : Normal, tidak ada wajah mongoloid, kulit berwarna
kuning
c. Mata : Simetris, konjungtiva berarna merah, sklera berwarna
kuning
d. Hidung : Berlubang, bersekat, terdapat septum, tidak ada lendir,
tidak ada pernafasan cuping hidung
e. Telinga : Simetris antara kanan dan kiri, daun telinga lengkap dan
berlubang
f. Mulut : Tidak terdapat labiopalatoskhizis, dan labiopala-
tognatoskizis
g. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar getah
bening
h. Dada : Simetris kiri dan kanan, tidak ada retraksi dinding dada,
dada tampak kuning
i. Abdomen : tali pusat tidak terdapat tanda-tanda infeksi, tidak ada
perdarahan, dan tidak berbau, abdomen tidak tampak
kuning
j. Punggung : Tidak ada spina bifida
k. Genetalia : Labia minor sudah tertutup labia mayor, tidak ada
pengeluaran cairan
l. Anus : Terdapat lubang anus, tidak ada kelainan
m. Ekstrimitas atas dan bawah : Simetris, tidak ada kelainan sindaktili,
polidaktili, dan andaktili, ekstremitas
tidak tampak kuning
5. Reflek pada bayi
a. Reflek Moro : ada
b. Reflek Swallowing : ada
c. Reflek Rooting : ada
d. Reflek Graps : ada
e. Reflek Tonic neck : ada
f. Reflek Babinski : ada
DS :
1. Ibu mengatakan anaknya berusia tujuh hari, mata dan kulit tubuh dari
muka sampai dada tampak kuning
2. Ibu melahirkan pada tanggal 31 Agustus 2023 pukul 08.49 WIB dengan
SC
DO :
Kesadaran : Composmentis
Keadaan Umum : Baik
TTV
Suhu : 36,50C
Nadi : 138 x/mnt
Pernapasan : 48 x/mnt
Spo2 : 98%
Berat Badan : 3.150 gram
Panjang Badan : 49 cm
Lingkar Kepala : 34 cm
Lingkar Dada : 32 cm
Pemeriksaan fisik : permukaan kulit bayi bagian muka sampai dada terlihat
kuning
Reflek :
a. Reflek Moro (+)
b. Reflek Rooting ( + )
c. Reflek Graps (+)
d. Reflek Sucking ( + )
Masalah
Kebutuhan
Pemberian ASI sesering mugkin dan menjemur bayi dibawah sinar matahari 10-20
menit
No Waktu Implementasi
1. 10.40 WIB Mencuci tangan sebelum dan sesudah menyentuh bayi
Rasional : Tangan yang kotor dapat menjadi tempat
berkembang biaknya mikroorganisme dimana apabila
menyentuh pasien dapat terkontaminasi
2. 10.45 WIB Memberitahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan yang telah
dilakukan
Kesadaran : Composmentis
Keadaan Umum : Baik
TTV
Suhu : 36,50C
Nadi : 138 x/mnt
Pernapasan : 48 x/mnt
Spo2 : 98%
Berat Badan : 3.150 gram
Panjang Badan : 49 cm
Lingkar Kepala : 34 cm
Lingkar Dada : 32 cm
Pemeriksaan fisik : permukaan kulit bayi bagian
muka sampai dada terlihat kuning
Rasional : Ikterus fisiologis tidak memerlukan penanganan
khusus dan dapat rawat jalan, ikterus fisiologis yaitu timbul
pada hari kedua dan ketiga dan tidak disebabkan oleh kelainan
apapun.
3. 10.50 WIB Menganjurkan ibu untuk menyusui setiap 2 jam sekali
Rasional : dengan pemberian ASI akan membantu mengurangi
ikterik
4. 10.55WIB Mengajarkan cara memperbanyak ASI yaitu dengan cara
sesering mungkin ASI dikeluarkan didalam payudara
Rasional : semakin sering ASI dikeluarkan, produksi ASI akan
meningkat
5. 11.00 WIB Memberitahu ibu Teknik menyusui yang benar dengan cara
VII. EVALUASI
Hari/tanggal : Rabu, 6 September 2023
No Waktu Evaluasi
1. 12.00 WIB Bidan sudah mencuci tangan
2. 12.05 WIB Ibu dan Keluarga sudah mengetahui keadaan bayinya saat ini
3. 12.10 WIB Ibu bersedia untuk menyusui bayinya setiap 2 jam sekali
4. 12.20WIB Ibu telah mengerti cara memperbanyak ASI
5. 12.30 WIB Ibu telah mengerti cara menyusui yang benar
6. 12.40 WIB Ibu mau menyusui bayinya secara eksklusif mulai nol hari
sampai 6 bulan
7. 12.50 WIB Ibu telah mengerti dan mengetahui tanda bahaya bayi baru lahir
8 12.55 WIB Ibu bersedia untuk menjemur anaknya dibawah sinar matahari
9. 13.00 WIB Pendokumentasian telah dilakukan dengan melengkapi askeb
dan ibu bersedia melakukan kunjungan ulang 1 minggu lagi
BAB III
PEMBAHASAN
Pada bagian ini, penulis membahas tentang studi kasus Asuhan Kebidanan Bayi
Baru Lahir pada Bayi Ny. U dengan Ikterik di RSU Kumala Siwi Kudus, yang
dilaksanakan mulai tanggal 6 September 2023 serta melihat kesesuaian atau
kesenjangan antara teori dan praktik.
I. PENGKAJIAN DATA
Identifikasi data dasar merupakan proses asuhan kebidanan yang ditujukan
untuk pengumpulan informasi baik fisik, psikososial dan spritual. Informasi yang
diperoleh mengenai data-data tersebut penulis dapatkan dengan mengadakan
wawancara langsung dari klien dan keluarganya serta sebagian bersumber dari
pemeriksaan fisik. Pengkajian data dasar pada kasus inisisasi menyusui dini
dilakukan pada saat pengamatan pertama kali di poliklinik RSU Kumala Siwi
Kudus. Pengkajian meliputi anamnesis langsung kepada pasien. Adapun Ikterus
neonatorum adalah keadaan dimana bilirubin terbentuk lebih cepat dari pada
kemampuan hati bayi yang baru lahir (neonatus) untuk dapat memecahnya dan
mengeluarkan dari dalam tubuh. (Rohani, dkk, 2017)
Tahap ini dilakukan identifikasi data dasar (pengkajian) yang merupakan
langkah pertama yang dilakukan untuk mengumpulkan semua informasi yang
akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi bayi Ny. U,
bidan yang ada di ruangan dapat memberikan informasi secara terbuka sehingga
memudahkan untuk memperoleh data yang diingikan sesuai dengan kasus yang
diangkat. Data yang diambil dari studi kasus bayi Ny. U dengan ikterik meliputi:
umur kehamilan cukup bulan, sesuai dengan masa kehamilan, panjang badan bayi
normal, lingkar kepala dan lingkar dada bayi normal, kulit tampak kuning pada
bagian permukaan tubuh bayi, bayi tampak bergerak aktif.
Pengumpulan data ini diperoleh melalui anamnesa serta pemeriksaan fisik
yang ada dan terfokus pada kasus bayi Ny. U dengan ikterik di poliklinik RSU
Kumala Siwi Kudus, didapatkan HPHT tanggal 31 November 2022, HPL tanggal
31 Agustus 2023, anak pertama dan ibu pernah mengalami 1x keguguran, bayi
lahir secara SC pada tanggal 31 Agustus 2023 pukul 08.49 WIB di RSU Kumala
Siwi Kudus, dengan usia kehamilan 39 minggu, jenis kelamin perempuan, berat
badan lahir 3350 gram dan panjang badan lahir 49 cm, lingkar kepala 34cm,
lingkar dada 33 cm, lingkar perut 34 cm, suhu 36,5ºC, pernapasan 48 kali/menit,
dan frekuensi jantung 138 kali/menit. Dari penjelasan di atas di atas tidak
ditemukan kesenjangan antara teori dan studi kasus pada bayi Ny. U.
VI. IMPLEMENTASI/PELAKSANAAN
Berdasarkan tinjauan manajemen asuhan kebidanan bahwa melaksanakan
rencana tindakan harus sesuai dan menjamin rasa aman pada klien. Implementasi
dapat dilaksanakan seluruhnya oleh bidan ataupun sebagian dilaksanakan oleh
pasien serta kerjasama tim kesehatan lainnya sesuai dengan tindakan yang telah
direncanakan (Febi, 2017).
Dalam tahapan asuhan kebidanan pada bayi Ny. U dalam pelaksanaan
tindakan didasarkan dalam perencanaan yang telah ditetapkan. Adapun
implementasi yang dilakukan adalah mencuci tangan sebelum dan sesudah
menyentuh bayi, memberitahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan yang telah
dilakukan, menjelaskan cara menjaga kehangatan suhu tubuh bayi agar tidak
terjadi hipotermi, melakukan perawatan tali pusat, menjaga kebersihannya dan
menjaga agar tali pusat tetap dalam kondisi kering, memberitahu ibu untuk
memberikan ASI sesering mungkin setiap 2 jam sekali, menganjurkan ibu untuk
memberikan ASI eksklusif pada bayi nol hari sampai 6 bulan, memberitahu ibu
tanda-tanda bahaya pada bayi baru lahir yang harus diwaspadai, melakukan
dokumentasi.
Dari implementasi di atas penulis tidak menemukan permasalahan hal itu
dikarenakan tindakan yang dilaksanakan telah sesuai dengan prosedur yang ada
pada rencana tindakan, disamping itu adanya kerja sama yang baik anatara
petugas kesehatan yang satu dengan petugas kesehatan yang lainnya, ini
menunjukkan adanya kesamaan antara teori dengan studi kasus pada bayi Ny. U.
VII. EVALUASI
Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses asuhan kebidanan dalam
mengevaluasi pencapaian tujuan, membandingkan data yang dikumpulkan dengan
kriteria yang diidentifikasi, memutuskan apakah tujuan telah dicapai atau tidak
dengan tindakan yang sudah diimplementasikan.
Proses evaluasi merupakan langkah dari proses manajemen asuhan kebidanan
pada tahap ini penulis tidak mendapatkan permasalahan atau kesenjangan pada
evaluasi.
Tanggal 6 September 2023 didapatkan hasil yaitu keadaan umum bayi baik,
ibu telah mengerti cara agar bayinya tetap hangat, ibu telah mengerti cara merawat
tali pusat yang benar, ibu bersedia memberikan ASI sesering mungkin setiap 2
jam sekali, ibu mau menyusui bayinya secara eksklusif mulai nol hari sampai 6
bulan, ibu telah mengerti dan mengetahui tanda bahaya bayi baru lahir,
pendokumentasian telah dilakukan dengan melengkapi askeb.
BAB IV
PENUTUP
I. SIMPULAN
Hasil identifikasi telah dilaksanakan pengumpulan data dasar meliputi
identitas bayi, identitas orang tua, data biologis yang diperoleh yaitu bayi baru
lahir usia 7 hari secara SC tanggal 31 Agustus 2023 dengan berat badan lahir :
3.350 gram, panjang badan lahir : 49 cm dan APGAR score 8-9-10, dari hasil
pengkajian serta analisa data, diagnosa atau masalah aktual yang didapat pada
bayi Ny. U yaitu bayi cukup bulan, sesuai masa kehamilan, berat badan sekarang
3.200 gr, Panjang badan sekarang 49 cm, kulit permukaan pada bagian tubuh
bayi terlihat kuning. Hasil pengkajian bayi Ny. U ada data yang menunjang
tejadinya masalah potensial, yaitu ikterik patologis, terdapat data yang
menunjang untuk dilakukannya tindakan segera atau kolaborasi intervensi atau
rencana tindakan telah dilakukan pada bayi Ny. U, implementasi yang diberikan
pada bayi Ny. U seluruhnya dilakukan sesuai dengan rencana tindakan, evaluasi
akhir dari kasus ini yaitu keadaan umum bayi baik, ibu telah mengerti cara agar
bayinya tetap hangat, ibu telah mengerti cara merawat tali pusat yang benar, ibu
bersedia memberikan ASI sesering mungkin setiap 2 jam sekali, ibu mau
menyusui bayinya secara eksklusif mulai nol hari sampai 6 bulan, ibu telah
mengerti dan mengetahui tanda bahaya bayi baru lahir, pendokumentasian telah
dilakukan dengan melengkapi askeb.
II. Saran
Saran Berdasarkan kesimpulan di atas perlu adanya upaya untuk meningkatkan
pelayanan yang lebih baik. Oleh karena itu penulis memberikan saran sebagai
berikut :
1. Bagi Peneliti
Agar mampu mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan pengalaman yang
nyata tentang asuhan kebidanan pada BBL
2. Bagi Profesi
Dapat memberikan tambahan ilmu pengetahuan dan sebagai bahan
pertimbangan dalam pembelajaran asuhan kebidanan serta meningkatkan
ketrampilan dalam asuhan kebidanan pada BBL
3. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan untuk mempertahankan kualitas asuhan kebidanan pada BBL
dan mengetahui cara penanggulangan penyebab terjadinya ikterik
DAFTAR PUSTAKA
Arimini, Wayani N. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.
ANDI; 2017.
Rukiyah, Yulianti. Neonatus Bayi dan Anak Balita. CV. Trans Indo Media; 2012.
Fraser, Cooper. Buku Saku Praktik Klinik Kebidanan. EGC; 2012.
RI K. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2017. Published online 2018
WHO. World Health Organization. Published online 2014.
RI K. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2019.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2020. http://www.kemenkes.go.id
RI K. Profil Kesehtan Indonesia Tahun 2014. Published online 2015.
Ersinta. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Neonatus dan Bayi. Indomedia Pustaka; 2019.
Febi S. Asuhan Kebidanan Neonatus Bayi dan Balita.; 2017
____. 2010. Kern Icterus. (http://referensikedokteran.blogspot.com/2010/07/kern-
icterus.html, diakses tanggal 26 November 2013)
_____. 2012. Manajemen Asuhan Kebidananan pada Bayi Baru Lahir pada Bayi
Ny. “D” di Instalasi Rawat Inap Anak RSUP Dr. M. Djamil
Padang.(http://kumpulanaskeb.com/kti/manajemen-asuhan-kebidanan-pada-bayi-
baru-lahir-pada-bayi-ny-d-dengan-ikterik-grade-iv-selanjutnya-klik-disini-beri-
beri-com-askeb-bblr-dengan-ikterik-grade-iv-dapatkan-kti-skri-76406/, diakses
tanggal 26 November 2013)
Behrman, et al. 2003. Nelson Textbook of Pediatrics 17th Edition. Pennsylvania:
Saunders
Delyana. 2013. Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir Mengalami Ikterus di Kamar
Bayi RSU Anutapura Palu. (http://delyanakumaat8.blogspot.
com/2013/02/proposal-konsultasi-pertama-asuhan.html, diakses tanggal 26
November 2013)
Haws, Paulette S. 2007. Asuhan Neonatus Rujukan Cepat. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Herry, Garna dkk. 2000. Ikterus Neonatorum. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu
Kesehatan Anak Edisi Kedua. Bandung: Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Anak
FKUP/RSHS.
Lissauer dan Fanaroff. 2009. At a Glance Neonatologi. Jakarta: Penerbit Erlangga
Ningsih, Sri. 2012. Pengertian Ikterus. ( http://semirang.blogspot.com/2012/10/
pengertian-ikterus.html, diakses tanggal 26 November 2013)
Sukadi, Abdurachman dkk. 2002. Ikterus Neonatorum Perinatologi. Bandung:
Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Anak FKUP/RSHS.
Varney, Helen. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC