Anda di halaman 1dari 24

KARYA TULIS ILMIAH

KAJIAN LITERASI PENGARUH KONSUMSI SUSU TEMPE


TERHADAP KENAIKAN KADAR HAEMOGLOBIN
PADA IBU HAMIL

Dibuat untuk memenuhi angka kredit Jabatan Fungsional Bidan Terampil


Semester 2 Tahun 2022

Oleh ;
Fitria Saadah., A.Md.Keb
19900401 201903 2 009

Dinas Kesehatan Kota Bandung


UPTD Puskesmas Babakan Tarogong

Desember 2022
ABSTRAK

Kejadian Anemia merupakan kasus yang paling sering terjadi pada ibu hamil. Angka
prevalensi anemia pada ibu hamil di Indonesia berkisar antara 20-50% ibu hamil. Di UPTD
Puskesmas Babakan Tarogong, kasus anemia yang ditemukan pada ibu hamil di tahun 2021
yaitu 43 kasus dari 384 orang ibu hamil yang diperiksa kadar hemoglobinnya untuk mengatasi
anemia gizi pada ibu, pemerintah membuat program suplementasi besi mempunyai efek
samping mual, muntah dan konstipasi sehingga menyebabkan rendahnya kepatuhan ibu
hamil mengkonsumsinya. Terapi alternatif yang dapat dikembangkan adalah tempe yang
mempunyai kandungan asam amino dan vitamin B12. Tujuan karya tulis ini adalah melakukan
review pada beberapa literatur yang terkait tentang Pengaruh konsumsi susu tempe terhadap
kenaikan kadar haemoglobin
Pada ibu hamil metode yang digunakan adalah literatur review dengan Sumber data
yang diambil dari Google Scholar dan PubMed dengan tahun terbit 2011-2020. Setelah
melalui proses filtrasi, didapatkan 5 artikel yang sesuai dengan kriteria inklusi. Dari hasil kajian
menunjukkan bahwa kandungan Protein, B12 serta vitamin dan mineral lainnya yang terdapat
pada susu tempe efektif dalam meningkatkan kadar hemoglobin ibu hamil dan menurunkan
resiko terjadinya kelahiran premature, menurunkan resiko terjadinya anemia.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Salah satu masalah yang sering dialami ibu hamil pada masa kehamilannya adalah
anemia. Ada banyak jenis anemia namun Anemia defisiensi besi (ADB) merupakan suatu
masalah kesehatan masyarakat dengan prevelensi tinggi pada kelompok wanita hamil
yang berdampak pada kesehatan ibu beserta bayinya. Hal ini disebabkan oleh kebutuhan
zat besi pada wanita hamil yang meningkat dikarenakan kebutuhan untuk perkembangan
janin dan persiapan persalinan. Peningkatan kebutuhan zat besi pada ibu hamil terjadi
terutama pada trimester kedua dan ketiga (Ani, 2013).
Widyakarya pangan dan gizi menetapkan angka kecukupan zat besi untuk Indonesia
dewasa perempuan adalah 14 sampai 26 mg. Sedangkan kebutuhan zat besi untuk
ibu hamil perlu penambahan 20 mg per hari (Fairus &Prasetyowati, 2012).
Seorang wanita dianggap menderita anemia bila kadar haemoglobin < 12 g/dl. Sedangkan
pada ibu hamil dikatakan anemia bila kadar hemoglobin turun dibawah 11 g/dl (Ani,
2013).
Anemia defisiensi besi disebabkan oleh kehilangan besi, faktor nutrisi, peningkatan
kebutuhan zat besi, serta gangguan absorbsi besi (Ani, 2013), selain itu juga dapat
disebabkan oleh hemolisis, akibat malaria atau penyakit bawaan seperti talasemia,
defisiensi glucose-6-phosphate dehydrogenase, kehilangan darah knonis akibat cacing
(Pribadi et al, 2015)
Kejadian anemia pada ibu hamil dapat berpengaruh terhadap kesehatan ibu maupun
janinnya seperti terjadinya BBLR (Berat Badan Lahir Rendah), kehamilan prematur,
hambatan pada 2 pertumbuhan janin baik sel maupun sel otak dan adanya kenaikan
risiko morbiditas dan mortalitas (Fairus & Prasetyowati, 2012).
Anemia mempunyai dampak negative pada perkembangan plasenta, berat badan
lahir rendah (BBLR) dan prematuritas, kesakitan dan kematian wanita hamil, kesakitan
bayi, hipoksia dan stress. Selain itu anemia pada ibu hamil juga akan
menimbulkan kekhawatiran terhadap nilai ekonomis karena ibu hamil yang
menderita anemia defisiensi besi akan mengeluarkan biaya yang lebih banyak
dibandingkan dengan ibu hamil yang tidak terkena anemia defisiensi besi (Ani, 2013).
Menurut WHO secara global jumlah ibu hamil yang menderita anemia diseluruh
dunia adalah sebesar 41,8 % (Astriana, 2017). Jumlah penderita anemia diperkirakan
30% dari populasi dunia dan sekitar 500 juta orang diyakini menderita anemia
defisiensi besi (Ani, 2013).
Data riskesdes tahun 2018 menunjukkanibu hamil yang 3mengalami anemia
sebanyak 48,9%. Data tersebut mengalami kenaikan dari data riskesdes tahun 2013 yaitu
sebanyak 37,1%. Sedangkan untuk wilayah di Puskesmas Babakan Tarogong pada tahun
2021 menunjukkan prevelensi ibu hamil yang mengalami anemia sebanyak 43 orang dari
384 orang atau 11,2 % dari Jumlah Ibu Hamil Yang diperiksa Laboratorium
Upaya penanggulangan anemia telah dilakukan oleh pemerintah melalui program
pemberian tablet zat besi pada ibu hamil, tetapi upaya tersebut belum mendapatkan
hasil yang memuaskan. Beberapa studi melaporkan kegagalan upaya penanggulangan
anemia defisiensi besi pada wanita hamil, seperti masih di temukannya abortus,
prematuritas, dan pertumbuhan janin terhambat yang disebabkan oleh efek anemia
defisiensi besi pada wanita hamil yang mendapatkan terapi suplemen tablet zat besi (Ani,
2013).
Selain itu pemerintah juga telah memberikan makanan tambahan bagi ibu hamil
yaitu suplementasi gizi berupa biskuit dengan formulasi khusus yang terbuat dari gandum
dan diforifikasi dengan vitamin dan mineral yang diperkaya dengan dengan
11 macam vitamin dan 7 macam mineral salah satunya yaitu zat besi (Kemenkes R1,
2017)
Berdasarkan hal tersebut, perlu adanya suatu terobosan untuk meningkatkan
kadar hemoglobin ibu hamil melalui asupan makanan sehari-hari, selain dengan
pemberian preparat zat besi dan asam folat yang telah dicanangkan oleh pemerintah
(Fairus dan Prasetyowati, 2012)
Pada kasus ini menurut Widyakarya pangan dan gizi dalam almatsier ibu hamil
perlu memperhatikan prinsip diet seperti makan makanan yang mengandung zat besi
seperti daging, ayam, ikan, telur, sayur hijau, kacang-kacangan dalam kesehariannya
(Fairus & Prasetyowati, 2012)
Kacang-kacangan tersebut salah satunya adalah kacang kedelai. Kacang kedelai
merupakan salah satu jenis kacang-kacangan yang banyak di konsumsi oleh aneka
industri pangan rumah tangga di Indonesia (Salim, 2013), yang memiliki manfaat dalam
tiga aspek salah satunya untuk aspek kesehatan, dimana gizi yang terkandung dalam
kedelai sangat tinggi, terutama kadar protein, karbohidrat, lemak dan mineral (Warisno
& Kris, 2010). Kacang kedelai yang kaya vitamin dan mineral seperti kalori, protein, lemak,
karbohidrat, kalsium, fosfor, besi, vitamin, air.Zat besi yang terkandung dalam kedelai
yaitu 8mg (Sunnara & Khastifah, 2010). Zat besi yang terkandung dalam kacang kedelai
merupakan jenis zat besi non hame. Untuk memaksimalkan penyerapan zat besi ini maka
perlu ditambahkan faktor pembantu asam organik seperti vitamin C. Vitamin C sebagai
pereduksi akan mengubah ferri menjadi ferroyang mudah diserap oleh tubuh. Oleh
karena itu sangat di sarankan untuk mengkonsumsi zat besi bersamaan dengan vitamin
C untuk proses membantu penyerapan zat besi pada tubuh (Nilla & Yeti, 2018).
Olahan Kacang kedelai yang paling mudah kita temui salah satunya adalah tempe.
Selain dikonsumi secara langsung, tempe juga dapat kita olah dengan cara membuat Susu
Tempe. Kandungan asam amino dalam susu tempe lebih tinggi 24 kali lipat dibandingkan
susu kedelai. Proses fermentasi dapat meningkatkan kadar vitamin B2 (Riboferum),
Vitamin Bb (Piridoksin), asam folat, asam panthotenat, dan asam nikotinat. Sedangkan
kadar vitamin B1 menurun karena untuk pertumbuhan kapang dan terbentuk pula
vitamin B12 oleh bakteri yang tidak ada dalam produk nabati lainnya. Proses fermentasi
pada tempe akan mengaktifkan enzim fitase yang dapat menguraikan asam fitat (yang
mengikat beberapa mineral) menjadi fosfor dan isotol. Dengan terurainya asam fitat,
mineral-mineral tertentu seperti besi, kalsium, magnesium dan seng menjadi lebih
tersedia untuk dimanfaatkan tubuh. Enzim ini juga berperan meningkatkan absorbsi
mineral besi didalam darah. (Astuty, dkk, 2000; Astuty, 1994)
Penelitian Yuniwati, Epti Yorita dan Yuliana Lubis (2014) tentang pengaruh
pemberian susu tempe terhadap kadar hemoglobin pada ibu hamil trimester III yaitu
menunjukkan kadar hemoglobin sebelum intervensi 11.50 gr/dl dan setelah pemberian
susu tempe 12.41gr/dl.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas penulis tertarik untuk melakukan kajian
literature tentang Pengaruh konsumsi susu tempe terhadap kenaikan kadar haemoglobin
Pada ibu hamil. Peningkatan kadar hemoglobin ibu hamil penting dilakukan karena pada
ibu hamil terjadi peningkatan kebutuhan zat besi terutama pada trimester kedua dan
ketiga . Apabila kebutuhan zat besi pada ibu hamil tidak terpenuhi dapat menyebabkan
anemia. Salah satu tindakan non farmakologi yang dapat dikembangkan untuk mencegah
kejadian anemia pada ibu hamil adalah dengan pemberian susu tempe.

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Melakukan Kajian pada beberapa literatur yang terkait tentang Pengaruh konsumsi
susu tempe terhadap kenaikan kadar haemoglobin Pada ibu hamil.
2. Tujuan khusus
a. Melakukan review beberapa penelitian tentang konsumsi olahan kedelai
b. Membuat karya tulis ilmiah untuk diajukan dalam pemenuhan angka kredit jabatan
fungsional Bidan terampil.

C. Manfaat
1. Bidan
Dapat menjadi salah satu terapi alternatif yang akan disarankan oleh bidan kepada
ibu hamil untuk mengatasi anemia.
2.Bagi Puskesmas
Dapat digunakan sebagai salah satu bahan puskesmas membuat kebijakan pentingnya
memberikan informasi tentang peningkatan kadar hemoglobin pada ibu hamil
melalui pemberian olahan kedelai, khususnya Susu Tempe
3. Ibu hamil
Dapat menjadi informasi bagi ibu hamil tentang pemberian makanan tambahan untuk
meningkatkan kadar hemoglobin pada ibu hamil.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Anemia Pada Kehamilan


Anemia merupakan kelainan penurunan massa eritrosit dimana eritrosit berfungsi
untuk transportasi oksigen yang diperankan oleh hemoglobin, maka anemia
cenderung didefinisikan sebagai kadar hemoglobin yang kurang dari normal (Firani,
2018)
Anemia adalah suatu kondisi ketika jumlah hemoglobin dalam darah terlalu
rendah untuk mengalirkan oksigen ke tubuh (Ani, 2013). Anemia adalah suatu
keadaan tidak cukupnya sel darah merah yang sehat untuk membawa oksigen
keseluruh jaringan tubuh, karena ketika jaringan tubuh kita tidak mendapatkan
cukup oksigen, maka fungsinya akan terganggu (Simbolon el al, 2018). Anemia
merupakan keadaan jumlah eritrosit atau kadar Hb dalam darah kurang dari
normal (< 12 gr/dl) sedangkan pada ibu hamil kadar Hb < 11 gr/dl (Dieny el al, 2019).
Patofisiologi anemia yaitu saat Zat besi (Fe) diperlukan untuk pembuatan heme
dan hemoglobin (Hb) berkurang. Kekurangan zat besi (Fe) mengakibatkan kekurangan
hemoglobin. Akibatnya pembuatan eritrosit menurun, sehingga tiap eritrosit
mengandung hemoglobin lebih sedikit dari biasa dan akan mengakibatkan anemia
(Dewi el al, 2013)
Terdapat bnyak jenis anemia, diantaranya ;
a. Anemia defisiensi besi
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang timbul akibat menurunnya jumlah
besi total dalam tubuh sehingga cadangan besi untuk eritropoiesis berkurang
(Ani, 2013).
b. Anemia defisiensi folat atau asam folat
Asam folat merupakan vitamin yang larut dalam air yang dapat membantu
mencegah cacat tabung saraf pada janin jika kebutuhannya dipenuhi selama
kehamilan (Simbolon el al, 2018).
c. Anemia kekuranga vitamin B 12
Vitamin B12 merupakan vitamin yang diperlukan dalam tubuh untuk
memproduksi sel darah merah. Meskipun beberapa warna cukup
mengkonsumsi vitamin B 12 melalui makanannya, akan tetapi mungkin
saja tubuh memiliki kemampuan yang rendah dalam menyerapnya
sehingga tetap kekurangan (Simbolon el al , 2018).

Gejala Anemia yang paling sering umum terjadi adalah badan lemah, lesu, cepat
lelah, mata berkunang-kunang, serta telinga berdenging. Anemia sistomatik jika
hemoglobin turun dibawah 7 g/dl. Pada pemeriksaan fisik dijumpai pasien yang pucat
terutama pada konjungtiva dan jaringan dibawah kuku.
Gejala khas defisiensi besi Gejala khas yang dijumpai pada anemia zat besi, tetapi
tidak dijumpai pada anemia jenis lain adalah koilonychias, atropi papil lidah, stomatitis
angularis, disfagia, atrofi mukosa gaster sehingga menimbulkan akhloridia, pica.
Banyak hal yang menjadi penyebab Anemia, diantaranya ;
a. Zat besi yang masuk melalui makanan tidak mencukupi kebutuhan tubuh.
b. Meningkatnya kebutuhan tubuh akan zat besi, pada masa pertumbuhan
seperti anak-anak dan remaja, pada masa kehamilan kebutuhan zat besi
meningkat tajam karena zat besi diperlukan untuk pertumbuhan janin serta
untuk kebutuhan ibu sendiri serta penderita penyakit menahun seperti TBC.
c. Meningkatnya pengeluaran zat besi dari tubuh seperti perdarahan atau
kehilangan darah yang dapat menyebabkan anemia. Hal ini terjadi pada
penderita cacingan. Infeksi cacing tambang menyebabkan perdarahan pada
dinding usus , meskipun sedikit tetapi jika terjadi terus menerus akan
mengakibatkan hilangnya darah yang mengakibatkan anemia (Dewi el al, 2013)
Kejadian anemia juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya Faktor Yang
Mempengaruhi Anemia Pada Ibu Hamil
a. Umur
Wanita yang berumur kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun,
mempunyai resiko yang tinggi untuk hamil, karena dapat membahayakan
kesehatan dan keselamatan ibu hamil maupun janinnya, beresiko mengalami
perdarahan dan dapat menyebabkan ibu mengalami anemia.
b. Paritas
Adanya kecenderungan bahwa semakin banyak jumlah kelahiran (paritas),
maka akan semakin tinggi angka kejadian anemia.
c. Kekurangan Energi Kronik (KEK)
Dapat diasumsikan bahwa ibu hamil yang menderita KEK (Kekurangan Energi
Kronik) berpeluang untuk menderita anemia.
d. Infeksi dan Penyakit
Pada kondisi terinfeksi penyakit, ibu hamil akan kekurangan banyak cairan
tubuh serta zat gizi lainnya.
e. Jarak Kehamilan
Pada ibu hamil dengan jarak yang terlalu dekat beresiko terjadi anemia dalam
kehamilan. Karena cadangan zat besi ibu hamil pulih. Akhirnya berkurang
untuk keperluan janin yang dikandungnya (Simbolon el al, 2018).

Dampak Anemia Pada Ibu dan Janin Dampak anemia pada ibu semasa kehamilan
dapat mengakibatkan abortus, persalinan prematuritas, hambatan tumbuh kembang
janin dalam rahim, mudah terjadi infeksi, ancaman dekompensasi kordis (Hb< 6
gr%), mola hidatidosa, hiperemesis gravidarum, perdarahan antepartum, ketuban
pecah dini. Sedangkan pada saat persalinan anemia pada ibu hamil akan
mengakibatkan gangguan his / kekuatan mengejan, kala pertama dapat berlangsung
lama, kala dua berlangsung lama, sehingga dapat melelahkan dan sering memerlukan
tindakan operasi kebidanan, pada kala uri dapat mengakibatkan retensio plasenta dan
perdarahan postpartum kerena atonia uteri, kala empat dapat terjadi perdarahan
postpartum sekunder dan atonia uteri, terjadi subinvolusi uteri menimbulkan
perdarahan postpartum, memudahkan infeksi
puerperium, pengeluaran ASI berkurang, terjadi dekompensasi kordis mendadak
setelah persalinan, anemia kala nifas, mudah terjadi infeksi mamae.Selain pada ibu
hamil anemia juga berdampak pada janin yang dikandungnya seperti terjadi kematian
intrauterine, persalinan prematuritas tinggi, berat badan lahir rendah, kelahiran
dengan anemia, cacat bawaan, bayi mudah infeksi sampai kematian perinatal,
inteligensi rendah (Simbolon el al2018).
Melihat dampak yang di timbulkan dari anemia ini, maka sebaiknya ibu hamil
melakukan berbagai upaya pencegahan, diantaranya ;
a. Mengkonsumsi 60 mg zat besi
b. Makan makanan yang kaya zat besi seperti daging merah, unggas,
telur, sayuran hijau (seperti brokoli, bayam), kacang-kacangan dan biji- bijian,
tahu dan tempe
c. Mengkonsumsi suplemen zat besi dianjurkan juga selain mengkonsumsi
makanan ini makanan tinggi vitamin C seperti jeruk, strowberi dan tomat
yang dapat membantu tubuh menyerap zat besi lebih banyak atau meminum
vitamin C (Simbolon el al, 2018)

B. Hemoglobin
Definisi Hemoglobin Hemoglobin adalah substansi sel -sel darah merah yang
berfungsi sebagai alat tranportasi, mengangkut oksigen dari paru - paru ke seluruh
bagian tubuh (Chomaria, 2012)
Hemoglobin adalah protein dalam eritrosit yang memberikan warna eritrosit
tersebut (Ani, 2013). Hemoglobin merupakan suatu persenyawaan antara heme
(persenyawaan yang terdiri dari sebuah atom Fe yang terletak di tengah- tengah
struktur porfirin) dan globin (suatu protein yang terdiri dari 2 pasang rantai
polipeptida atau 4 buah rantai yaitu satu pasang rantai α (alpha) dan satu pasang
rantai bukan α) dengan berat molekul sekitar 67.0000 Dalton (Pribadi et al ,2015).
Kadar hemoglobin ialah ukuran pigmenrespiratorik dalam butiran darah merah.
Jumlah hemoglobin dalam darah normal adalah kira-kira 15 gram setiap 100 ml darah
dan jumlah ini biasanya disebut “100 persen” (Evelyn, 2010), batas normal nilai
hemoglobin untuk seseorang sukar di tentukan karena kadar hemoglobin bervariasi
diantara setiap suku bangsa. Namun WHO telah menetapkan batas kadar hemoglobin
normal berdasarkan umur dan jenis kelamin (WHO dalam (Arisman, 2010). Kebutuhan
hemoglobin yaitu ;

Kelompok Umur Batas Nilai hemoglobin


Anak 6 bulan – 6 tahun 11 gr/dl
Anak 6 tahun – 14 tahun 12 gr/dl
Pria dewasa 13 gr/dl
Wanita Dewasa 11 gr/dl
Ibu Hamil 112gr/dl

Fungsi paling penting hemoglobin adalah membawa oksigen dari paru – paru
sampai ke seluruh tubuh (Ani, 2013). Hemoglobin di dalam darah membawa oksigen
dari paru –paru ke seluruh tubuh dan membawa kembali karbondioksida dari seluruh
sel ke paru–paru untuk dikeluarkan dari tubuh. Mioglobin berperan sebagai reservoir
oksigen : menerima, menyimpan dan melepas oksigen didalam sel-sel otot. Sebanyak
kurang lebih 80% besi tubuh berada di dalam hemoglobin (Almatsier, 2011).
Pembentukan Hemoglobin Pada Ibu Hamil Hemoglobin di bentuk sejak janin
masih dalam berada dalam kandungan. Pada masa embrio dibentuk Hb Portland, Hb
Gower 1, dan Hb Gower 2. Sejalan dengan perkembangan janin, terjadi aktivasi gen-
gen yang mengatur pembentukan rantai globin secara berurutan sesuai lokasinya
pada kromosom. Pada masa embrio, yolk sac akan membentuk Hb Gower 1, Hb
Gower 2 dan Hb Poltland. Hemoglobin Glower 1 merupakan hemoglobin utama pada
embrio berumur kurang dari enam minggu, dan dalam keadaan normal tidak akan
ditemukan lagi pada embrio yang berumur lebih dari 13 minggu. Gabungan antara
dua gen α dan dua gen Υmembentuk hemoglobin F (HbF). Pada janin HbF (90-95%)
terbentuk sejak usia sangat muda, merupakan hemoglobin terbanyak sampai usia 34-
36 minggu.Peralihan pembentukan HbF ke HbA bersamaan dengan terjadinya
perpindahan tempat pembentukan eritrosit .
Pemberian preparat 60 mg/hari dapat menaikan kadar Hb sebanyak 1 gr%/
bulan. Saat ini program nasional menganjurkan kombinasi 60 mg besi dan 50
nanogram asam folat untuk profilaksis anemia. (Susiloningtyas, 2011).

C. Susu Tempe
Bahan dasar dari tempe adalah Kedelai atau kacang kedelai (soybeans) yaitu
merupakan tanaman pangan yang berbentuk polong tumbuh tegak dan membentuk
semak (berkumpul) yang hanya panen pada saat musim tertentu yang berasal dari
Asia (Herawaty, 2019).
Kandungan Gizi yang terdapat pada kedelai ;
a. Lemak
Kedelai mengandung sekitar 19% lemak tak jenuh yang merupakan asam
linoleat dan omega 3 atau sekitar 15,6% gram dalam 100 gram kedelai. Efek
konsumsi kedelai sangat aman bagi penderita tekanan darah tinggi dan
penyakit akibat kadar kolesterol/HDL dalam darah tinggi.
b. Protein
Kandungan protein kedelai adalah protein nabati. Diyakini bahwa protein
dalam kedelai hampir setara dengan kandungan protein pada daging merah.
Kandungan protein pada sepotong daging hampir sama dengan dua potong
tempe dengan berat yang sama, sepotong tempe dengan sepotong daging
mempunyai berat masing - masing 100 gram
misalnya. Dapat dikonsumsi bagi orang yang vegetarian, agar asupan protein
tetap tercukupi. Protein yang cukup jumlahnya dalam tubuh manusia akan
membantu proses pencernaan. Selain itu protein sangat bagus untuk
pertumbuhan dan perkembangan anak.
c. Lesitin
Kedelai mengandung senyawa lesitin, yang sangat berguna bagi
metabolisme, kesehatan hati, dan kesehatan organ - organ tubuh lain.
d. Kalsium
Kandungan kalsium pada kedelai lebih tinggi daripada jenis kacang - kacangan
lain. Susu kedelai dijadikan bahan pembuat susu. Susu kedelai cocok untuk
diminum oleh orang
orang yang alergi terhadap kandugan protein susu pada susu sapi atau susu
kambing.
e. Karbohidrat
Karbohidrat dalam biji kedelai kering terdapat 34,8 gram. Karbohidrat ini
yang mengandung lesitin untuk pencernaan dan menghasilkan kalori energi
bersama protein dan lemak. Oleh karena itu, kedelai sangat cocok untuk
dijadikan makanan pokok pengganti nasi.
f. Mineral
Selain mineral kalsium yang cukup yang tinggi di dalam kedelai, terdapat
mineral lain seperti kalsium, pospor, dan besi.Fe dalam kacang kedelai
memudahkan transportasi oksigen melalui darah ke semua sel, jaringan, dan
organ, membantu lubrikasi semua sel, menolong proses pembekuan darah,
membuat kulit selalu tampak bercahaya.
g. Vitamin
Vitamin yang dikandung kedelai kering dalam tiap 100 gramnya adalah 95
UI vitamin A, 0,93 mg vitamin B1, 0,92 mg vitamin C.
h. Air
Sebagai pelengkap kedelai juga banyak mengandung air yaitu sekitar 20 gram
pada setiap 10 0 gram kacang kedelai kering (Herawati, 2019).

Sebagai produk kedelai yang difermentasi, tempe terbukti memiliki nutrisi yang jauh
lebih tinggi daripada kedelai biasa. Rupanya proses fermentasi membantu
penambahan nutrisi dalam tempe. Di dalam 100 gram tempe, terkandung sekitar 190–
200 kalori dan beragam nutrisi berikut ini;
a. 18–20 gram protein
b. 8 gram karbohidrat
c. 8,8–9 gram lemak
d. 1,4 gram serat
e. 10 miligram natrium
f. 2,7 miligram zat besi
g. 80 miligram magnesium
h. 110 miligram kalsium
i. 270 miligram fosfor
j. 400 miligram kalium

Sedangkan untuk susu tempe memiliki vitamin 2 kali lipat dan mineral 3 kali lipat lebih
besar daripada susu kedelai. Protein dalam susu Tempe pun 5 kali lebih banyak
daripada susu kedelai biasa. Kadar gula, sodium, dan indeks glikemik susu tempe jauh
lebih rendah. Selain itu susu tempe juga mengandung vitamin B12 yang sangat mudah
dicerna tubuh. Selain itu, di dalam tempe terkandung senyawa antioksidan berupa iso
flavon. Sehingga mengkonsumsi tempe dapat mencegah kelainan morfologi sel darah
merah akibat penyakit anemia
Susu tempe ini memiliki manfaat yang sangat besar, diantaranya ;
a. Meningkatkan Metabolisme Tubuh
b. Merupakan salah satu sumber protein nabati yang pada dasarnya merupakan
zat sumber pembangunan sel dan pembuluh darah, pengganti sel-sel tubuh
yang rusak.
c. Menjaga Berat Badan
d. Mengandung isoflavin, sejenis antioksidan yang sangat baik untuk
mengurangi risiko berbagai jenis penyakit kanker, dengan menetralisir radikal
bebas dalam tubuh, karena radikal bebas yang ada di dalam tubuh
menyebabkan sel yang sehat bermutasi menjadi sel kanker. Kanker yang
diatasi diantaranya, kanker prostat, kanker paru-paru, kanker perut, dan
kanker rahim.
e. Menyehatkan jantung karena banyak mengandung lemak tak jenuh yang
artinya bebas kolesterol berarti kedelai dapat mengurangi penyumbatan
disalah satu bagian atau peredaran darah yang menuju atau keluar jantung.
Semakin rajin konsumsi kedelai, jantung menjadi semakin sehat.
f. Mengandung kalsium tinggi dan kandungan lainnya (magnesium, tembaga,
selenium, dan seng) sangat baik untuk kesehatan tulang. Semua unsure
mineral tersebut sangat penting bagi aktivitas osteotherapic, yaitu aktivitas
yang memungkinkan tulang untuk tumbuh lebih cepat dan mempercepat
proses penyembuhan apabila ada kerusakan.
g. Mencegah Anemia karena mengandung Zat besi yang terkandung dalam
kacang kedelai dapat mencegah anemia, yaitu penyakit kekurangan sel darah
merah yang membuat penderita merasa sering lesu dan mudah merasa lelah.
Didalamnya mengandung vitamin B 12 yang dapat membantu pembentukan
sel darah merah dalam tubuh.
h. Mencegah dan Mengatasi Diabetes dengan Kandungan gizi yang dimiliki
kedelai menjadikan makanan sempurna bagi penderita diabetes karena
penderita tidak memerlukan lagi konsumsi makanan yang mengandung
karbohidrat tinggi yang dapat meningkatkan kadar gula dalam darah. Selain
itu, tempe menurunkan nafsu makan. Cocok sekali bagi penderita diabetes
tahap awal.
i. Mengandung serat yang sangat tinggi sehingga dapat membantu dan
memperbaiki kesehatan pencernaan. Beberapa peneliti juga menunjukan
bahwa kedelai mengandung anti bakteri untuk kesehatan pencernaan yang
dapat mencegah diare.
j. Mengatasi Gangguan Tidur dengan kandungan magnesium yang ada di dalam
kacang kedelai dapat memperbaiki dan meningkatkan kualitas dan
kenyamanan tidur secara langsung (Herawati, 2019).

Susu tempe merupakan produk hasil ekstraksi tempe dengan air sehingga
diperoleh larutan dengan komponen padatan terlarut. prinsip pembuatan sari tempe
adalah ekstraksi tempedengan air melalui tahap pembuatan yaitu pemotongan bentuk
dadu, pengukusan 3 menit, penambahan air mendidih, penggilingan, penyaringan,
penambahan bahan tambahan pangan (gula, garam, perisa, penstabil) dan pemanasan
pada suhu 90°C.
Adapun cara pembuatan susu tempe ini sangat sederhana, yaitu
a. Potong tempe kecil-kecil dengan ukuran 1 cm persegi,
b. Rebus tempe selama 5 menit untuk mematikan jamur tempe, setelah 5 menit
matikan api dan tiriskan sampai kering.,
c. Blender dengan menambah sedikit air hangat, setelah halus saring hasil
gilingan dengan kain bersih sehingga diperoleh susu tempe mentah,
d. Tambahkan air hangat sampai dengan 1 liter dan rebus susu tempe,
e. Dapat di tambahkan gula, madu, atau kurma sesuai selera dan diaduk-aduk
hingga mendidih,
f. Angkat dan dinginkan setelah itu susu tempe siap untuk diminum,

D. Kajian beberapa penelitian sebelumnya


Karya Tulis Ilmiah ini, merupakan kajian literatur terhadap artikel penelitian yang
yang diambil dari Google Scholar dan PubMed dengan tahun terbit 2011-2020.
Adalah Sebagai berikut ;
1. Judul : Pengaruh Pemberian Susu Tempe Terhadap Kadar Haemoglobin Pada
Ibu Hamil Trimester III
Author : (Yuniwati, 2014)
Publisher: Jurnal Media Kesehatan,7(2), 169–176.
Penelitian ini membahas mengenai pengaruh pemberian susu tempeterhadap
rata-rata adar Hb ibu hamil trimester III.Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata
-rata kadar Hb pada ibu hamil trimester III sebelum intervensi 11.50 gr/dl dan
setelah pemberian Intervensi susu tempe 12.41gr/dl. Terdapat pengaruh yang
signifikan secara statistik dari pemberian susu tempe terhadap kadar Hb ibu hamil
trimester III dengan nilai p=0.005 dengan beda mean 0.91

2. Judul : Pengaruh pemberian susu tempe terhadap kadar haemoglobin pada


ibu hamil tm III di kota Bengkulu
Author : (Novianti et al., 2019)
Publisher: Journal of Midwifery, 7(1), 23–29.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian susu tempe
terhadap kadar Hb ibu hamil trimester III di Kota Bengkulu, dengan desain
penelitian quasi eksperimen pre and post test. Kelompok perlakuan adalah ibu
hamil yang diberikan susu tempe dengan dosis 100mg/hr dan Fe dan kelompok
kontrol adalah ibu hamil yang diberi Fe saja. Didapatkan hasil terdapat perbedaan
bermakna antara pemberian intervensi dengan
kadar Hb ibu hamil TM III (p=0,000).
3. Judul : The Effectiveness of Homemade Soymilk in Increasing Haemoglobin
(Hb) evels in Pregnant Women
Author : (Farisni et al., 2019)
Publisher : Jurnal Fakultas Kesehatan Masyarakat (The Indonesian Journal
of Public Health)
Penelitian ini membahas tentang pengaruh pemberian susu kedelai home
made terhadap kadar hemoglobin ibu trimester I & II. Didapatkan hasil
bahwa pemberian susu kedelai home made dapat secara signifikan
meningkatkan rata-rata kadar Hb pada wanita hamil dengan peningkatan rata-
rata 2,99 mg% ± 1,422. Selanjutnya, nilai p yang diperoleh adalah = 0,000,
menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan dalam kadar Hb antara
pengukuran I (sebelum diberi susu kedelai buatan sendiri) dan setelah diberi
susu kedelai buatan sendiri selama 3 bulan. Susu kedelai buatan rumah
adalah minuman yang efektif dalam meningkatkan kadar Hb pada wanita hamil.

4. Judul : Effect of fe-fortified tempe on hematologic status in pregnant


mothers with anemia
Author :(Wulandhari et al., 2017)
Publisher :Belitung Nursing Journal, 3(4), 370–375.
Alamat website : https://doi.org/10.33546/bnj.157
Penelitian ini membahas menganai pengaruh pemberian tempe yang difotifikasi
terhadap kadar hemoglobin pada ibu hamil trimester III. Temuan menunjukkan
bahwa kadar hemoglobin, hematokrit, dan eritrosit sebelum dan sesudah
ntervensi pada kelompok perlakuan menunjukkan p-value 0,000 (<0,05), yang
berarti ada pengaruh signifikan Fe-fortified terhadap peningkatan kadar
hemoglobin, hematokrit, dan eritrosit
5. Judul : Kajian Konsumsi olahan kedelai dalam meningkatkan kadar
hemoglobin ibu hamil.
Author : (Yuni Nur anggraeni., 2020)
Publisher : Repository Poltekkes Kemenkes Semarang, 3(4), 370–375.
Peneliti mereview berbagai studi literature yang menerangkan berbagai macam
olahan kacang kedelai yang dapat meningkatkan secara significant dapat
meningkatkan kadar hemoglobin pada ibu hamil.
BAB III
PEMBAHASAN

Anemia merupakan suatu masalah kesehatan masyarakat dengan prevelensi tinggi


pada kelompok wanita hamil yang berdampak pada kesehatan ibu beserta bayinya. Anemia
yang sering terjadi pada ibu hamil adalah anemia defisiensi besi disebabkan oleh kehilangan
besi, faktor nutrisi, peningkatan kebutuhan zat besi, serta gangguan absorbsi besi (Ani, 2013).
Selain itu juga anemia dapat disebabkan oleh hemolisis, akibat malaria atau penyakit bawaan
seperti talasemia, defisiensi glucose-6-phosphate dehydrogenase,dan kehilangan darah
kronis akibat cacing (Pribadi et al, 2015).
Menurut WHO secara global jumlah ibu hamil yang menderita anemia diseluruh dunia
adalah sebesar 41,8 % (Astriana, 2017). Menurut Riskesdas 2018, ibu hamil yang mengalami
anemia di Indonesia sebanyak 48,9% , yang mana data tersebut mengalami kenaikan dari data
riskesdes tahun 2013 yaitu sebanyak 37,1%.
Gejala Anemia yang paling sering umum terjadi adalah badan lemah, lesu, cepat lelah,
mata berkunang-kunang, serta telinga berdenging. Hal ini sangat mengganggu aktivitas
keseharian ibu hamil. Tidak hanya itu saja, dampak terhadap bayinya pun cukup serius, yaitu
pertumbuhan janin terhambat, keguguran, serta persalinan premature.
Melihat dampak yang ditimbulkan dari anemia terhadap ibu dan bayinya ini lah maka,
ibu hamil sebaiknya melakukan pencegahan terhadap anemia. Ibu hamil memerlukan asupan
makanan tambahan yang kaya akan zat besi, selain dengan pemberian preparat zat besi dan
asam folat yang telah dicanangkan oleh pemerintah salah satu sumber zat besi adalah kacang
kedelai (Fairus & Prasetyowati, 2012)
Kacang kedelai merupakan salah satu jenis kacang yang memiliki manfaat dalam aspek
kesehatan, dimana gizi yang terkandung dalam kedelai sangat tinggi, terutama kadar
protein, karbohidrat,lemak dan mineral (Warisno & Kris, 2010). Kacang kedelai kaya akan
vitamin dan mineral seperti kalori, protein, lemak, karbohidrat, kalsium, fosfor, besi, vitamin,
air.
Salah satu olahan kedelai yang dapat membantu meningkatkan kadar hemoglobin
pada ibu hamil adalah tempe. Sebagai produk kedelai yang difermentasi, tempe terbukti
memiliki nutrisi yang jauh lebih tinggi daripada kedelai biasa. Rupanya proses fermentasi
membantu penambahan nutrisi dalam tempe.
Kandungan asam amino pada tempe lebih tinggi 24 kali lipat dibandingkan susu
kedelai, proses fermentasi dapat meningkatkan kadar vitamin B2 (Riboferum), vitamin BB
(piridoksin), asam folat, asam panthotenat, dan asam niktotinat. Sedangkan kadar vitamin B1,
menurun karena untuk pertumbuhan kaping dan terbentuk pula vitamin B12 oleh bakteri
yang tidak ada dalam produk nabati lainnya. Proses permentasi pada tempe juga akan
mengaktifkan enzim fitase yang akan menguraikan asam fitat (yang mengikat beberapa
mineral) menjadi fosfor dan isotol. Dengan terurainya asam fitat, mineral - mineral tertentu
seperti besi, kalsium, magnesium, dan seng menjadi lebih tersedia untuk dimanfaatkan oleh
tubuh, enzim ini juga berperan meningkatkan absorpsi mineral besi dalam darah.
Tempe dapat juga di olah menjadi susu. Susu tempe merupakan produk hasil ekstraksi
tempe dengan air sehingga diperoleh larutan dengan komponen padatan terlarut. prinsip
pembuatan sari tempe adalah ekstraksi tempedengan air melalui tahap pembuatan yaitu
pemotongan bentuk dadu, pengukusan 3 menit, penambahan air mendidih, penggilingan,
penyaringan, penambahan bahan tambahan pangan (gula, garam, perisa, penstabil) dan
pemanasan pada suhu 90°. Dengan pengolahan tempe seperti ini, maka kandungan gizi dalam
tempe lebih terjaga, sehingga dinilai efektif dalam menaikan kadar hemoglobin pada kasus
anemia.
Salah satu tindakan non farmakologi yang dapat dikembangkan untuk mencegah
kejadian anemia pada ibu hamil adalah dengan pemberian susu tempe karena tempe
mempunyai mutu dan nilai gizi yang lebih tinggi dibandingkan dengan kedelai murni.
Kandungan asam amino dalam tempe lebih tinggi 24 kali lipat dibandingkan susu kedelai.
Proses fermentasi dapat meningkatkan kadar vitamin B2 (Riboferum), Vitamin Bb (Piridoksin),
asam folat, asam panthotenat, dan asam nikotinat. Sedangkan kadar vitamin B1 menurun
karena untuk pertumbuhan kapang dan terbentuk pula vitamin B12 oleh bakteri yang tidak
ada dalam produk nabati lainnya. Proses fermentasi pada tempe akan mengaktifkan enzim
fitase yang dapat menguraikan asam fitat (yang mengikat beberapa mineral) menjadi fosfor
dan isotol. Dengan terurainya asam fitat, mineral-mineral tertentu seperti besi, kalsium,
magnesium dan seng menjadi lebih tersedia untuk dimanfaatkan tubuh. Enzim ini juga
berperan meningkatkan absorbsi mineral besi didalam darah. (Astuty, dkk, 2000; Astuty,
1994)
Menurut Depkes RI (2004), tiap 100 gram tempe mengandung protein 41.7 gram dan
zat besi 4 µg, sedangkan penelitian yang dilakukan Astuty mendapatkan hasil bahwa setiap
100 gram tempe mengandung 87 gram protein dan zat besi 4.6µg, setara dengan Angka
Kebutuhan Gizi (AKG) protein dan besi pada ibu hamil. (Astuty, dkk, 2000; Astuty, 1994).
Penelitian yang dilakukan oleh Yuniwati. dkk (2012), menemukan ada pengaruh
pemberian susu tempe terhadap kadar Hb ibu hamil TM III di bidan praktek swasta Kota
Bengkulu tetapi penelitian ini merekomendasikan agar dilakukan penelitian lebih lanjut
dengan menggunakan kelompok kontrol sehingga hasilnya dapat digeneralisasikan
Penelitian lain yang di lakukan di RSSA Malang dengan subjek penelitian Balita gizi
kurang dan gizi buruk mendapatkan formula tepung tempe kering 100 g dan hasil penelitian
terdapat peningkatan kadar Hb rata-rata sebesar 1,158 g/dl, kadar log serum FE meningkat
rata-rata sebesar 0,1µɡ/dl. (Tsalissavarina, 2012). Begitu juga penelitian yang dilakukan di
Wates Kulon Progo dengan subjek penelitian remaja putri diberikan susu tempe fermentasi
sinbiotik selama 13 minggu meningkatkan kadar Hb dari 10,39 g/dl menjadi 13,11 g/dl dan
serum ferritin dari 7,141 µg/L menjadi 17,076 µg/L. (Fajar, 2016). Penelitian ini sejalan juga
dengan penelitian Widarsa, dkk bahwa pemberian suplemen besi meningkatkan kadar
hemoglobin dari 11,2 g% menjadi 12,2 g%. (Widarsa, 2012).
Kelebihan dari susu tempe ini juga selain bahan baku nya yang sangat mudah di dapat
serta murah, Cara pembuatan susu tempe ini juga mudah dan dapat dilakukan sendiri oleh
ibu hamil di rumah.
Adapun cara pembuatan susu tempe ini sangat sederhana, yaitu
g. Potong tempe kecil-kecil dengan ukuran 1 cm persegi,
h. Rebus tempe selama 5 menit untuk mematikan jamur tempe, setelah 5 menit matikan
api dan tiriskan sampai kering.
i. Blender dengan menambah sedikit air hangat, setelah halus saring hasil gilingan
dengan kain bersih sehingga diperoleh susu tempe mentah,
j. Tambahkan air hangat sampai dengan 1 liter dan rebus susu tempe.
k. Dapat di tambahkan gula, madu, atau kurma sesuai selera dan diaduk-aduk hingga
mendidih.
l. Angkat dan dinginkan setelah itu susu tempe siap untuk diminum.
Susu tempe ini juga dapat kita gabungkan dengan bahan makanan lainnya yang
bermanfaat seperti madu, atau kurma sehingga menambah manfaat dan nilai gizi bagi ibu
hamil.
Meninjau banyak sekali bukti penelitian yang menunjukan dengan jelas pengaruh tempe
dengan kenaikan kadar hemoglobin maka konsumsi susu tempe ini dapat kita tawarkan
kepada ibu hamil dengan kasus anemia khususnya, atau bahkan seluruh ibu hamil secara
umumnya dalam upaya pencegahan anemia pada ibu hamil.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Setelah melakukan kajian literature, kelima artikel tersebut menunjukan
dampak positif dari konsumsi susu tempe terhadap kenaikan kadar hemoglobin ibu
hamil. Hal ini dikarenakan, kandungan zat besi dan B12 serta vitamin dan mineral
lainnya yang tinggi pada tempe, meningkatkan kadar hemoglobin dan membantu
menurunkan resiko terjadinya anemia.

B. Saran
Diharapkan tenaga kesehatan dapat mengetahui manfaat dari susu tempe ini,
dan dapat menyebarluaskannya kepada Ibu hamil. serta diharapkan adanya
pengembangan penelitian selanjutnya dengan menggunakan susu tempe dalam
bentuk yang sudah siap digunakan agar memudahkan Ibu hamil dalam
mengkonsumsinya.
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, Sunita. 2011. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

Ani,Luh Seri.2013. Anemia Defisiensi Besi Masa Prahamil & Hamil.Jakarta : EGC.

Ariani, Ayu Putri. 2017. Ilmu Gizi Melengakapi dengan Standar Penilaian Status Gizi dan
Daftar Komposisi Bahan Makanan. Yogyakarta : Nuha Medika.

Astriana, Willy. 2017. Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Ditinjau Dari Paritas Dan Usia. Jurnal
Aisyah : Jurnal Ilmu kesehatan Anak. 2 (2).

Astuti, Reni & Dewi Ertina. 2018. Anemia Dalam Kehamilan. Jember : CV Pustaka badi. 285–
292. Https://doi.org/10.14710/jnc.v3i2.5118

Evelyn, R. 2010. “Diagnosis Of Iron Deficiency Anemia in The Eldery By Transferin Receptor
Feritin Index ”. Arch Intern Med.

Fairus, Martini & Prasetyowati.2012. Buku Saku Gizi & Kesehatan Reproduksi. Jakarta :
enerbit Buku Kedokteran EGC.

Wulandhari, A., Supriyana, S., Bahiyatun, B., Hadisaputro, S., & Mashoedi, I. D. (2017). Effect
Of Fe-Fortified Tempe On Hematologic Status In Pregnant Mothers With Anemia.
Belitung Nursing Journal , 3(4), 370–375. https://doi.org/10.33546/bnj.

Yuniwati, Y. (2014). Pengaruh Pemberian Susu Tempe Terhadap Kadar Haemoglobin Pada
Ibu Hamil Trimester III. Jurnal Media Kesehatan, 7(2), 169–176.
ttps://doi.org/10.33088/jmk.v7i2.242

Yuni Nur Anggraeni.2020. Kajian Literatur konsumsi olahan kedelai dalam meningkatkan
kadar hemoglobin ibu hamil.Respiratory Poltekkes Kemenkes Semarang.
https://repository.poltekkes- mg.ac.id

Anda mungkin juga menyukai