Anda di halaman 1dari 17

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Anemia adalah suatu keadaan dimana tubuh memiliki jumlah sel darah
merah (eritrosit) yang terlalu sedikit, yang mana sel darah merah itu mengandung
hemoglobin yang berfungsi untuk membawa oksigen ke seluruh jaringan tubuh
(Proverawati, 2013 dalam Rahmi, 2020). Menurut World Health Organization
(WHO), anemia difenisikan sebagai Hb (Hemoglobin) kurang 13 g/dL untuk
laki-laki dan kurang dari 12 g/dL unuk perempuan.
Anemia pada ibu hamil yaitu keadaan ibu hamil dimana terjadi
penurunan jumlah sel darah merah yang dibutuhkan untuk mensuplai makanan
bagi kebutuhan ibu dan janin. Nilai ambang batas yang digunakan untuk
menentukan status anemia ibu hamil, didasarkan pada kriteria WHO ditetapkan
dalam 3 kategori, yaitu normal (≥11 gr/dL), anemia ringan (8-11 g/dL), dan
anemia berat (kurang dari 8 g/d/L) (Yosephon, 2019).
Kebutuhan zat besi pada wanita hamil yaitu rata-rata mendekati 800 mg.
Kebutuhan ini terdiri dari, sekitar 300 mg diperlukan untuk janin dan plasenta
serta 500 mg lagi digunakan untuk meningkatkan massa haemoglobin maternal.
Kurang lebih 200 mg lebih akan dieksresikan lewat usus, urin dan kulit.
Makanan ibu hamil setiap 100 kalori akan menghasilkan sekitar 8–10 mg zat
besi. Perhitungan makan 3 kali dengan 2500 kalori akan menghasilkan sekitar
20–25 mg zat besi perhari. Selama kehamilan dengan perhitungan 288 hari, ibu
hamil akan menghasilkan zat besi sebanyak 100 mg sehingga kebutuhan zat besi
masih kekurangan untuk wanita hamil (Dinkes Jabar, 2016). Kondisi anemia
sangat mengganggu kesehatan ibu hamil sejak awal kehamilan hingga masa
nifas. Anemia yang terjadi selama masa kehamilan dapat menyebabkan abortus,
persalinan prematur, hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim, peningkatan
risiko terjadinya infeksi, ancaman dekompensasi jantung jika Hb kurang dari 6,0
g/dL, mola hidatidosa, hiperemesis gravidarum, perdarahan antepartum, atau
ketuban pecah dini (Pratami, 2016).
Menurut WHO (2008) dalam penelitian Astriana (2017), secara global
prevalensi anemia pada ibu hamil di seluruh dunia adalah sebesar 41, 8 %.
Prevalensi anemia pada ibu hamil diperkirakan di Asia sebesar 48,2 %, Afrika
57,1 %, Amerika 24,1 %, dan Eropa 25,1 %. WHO (2011) Anemia defisiensi
besi merupakan masalah umum dan luas dalam bidang gangguan gizi di dunia.
Prevalensi anemia defisiensi besi masih tergolong tinggi sekitar dua miliar atau
30% lebih dari populasi manusia di dunia yang terdiri dari anak-anak, wanita
menyusui, wanita usia subur, dan wanita hamil (Iswanto, 2012). Anemia menjadi
masalah kesehatan utama di negara berkembang dan berhubungan dengan
meningkatnya angka kematian ibu dan bayi, persalinan prematur, bayi dengan
berat badan lahir rendah dan efek merugikan lainnya. Meskipun hanya 15 % dari
ibu hamil di negara maju yang mengalami anemia, namun prevalensi anemia di
negara berkembang relatif tinggi yaitu 33% sampai 75% (Irianti dkk, 2014).
Menurut hasil Riskesdas tahun 2018 Prevalensi anemia pada ibu hamil
di Indonesia dari tahun 2013 – 2018 mengalami kenaikan dari 37,1% menjadi
48,9%. (Riskesdas, 2018) Prevalensi anemia pada ibu hamil di Indonesia sebesar
37, 1 %. Pemberian tablet Fe di Indonesia pada tahun 2012 sebesar 85 %.
Presentase ini mengalami peningkatan dibandingkan pada tahun 2011 yang
sebesar 83,3 %. Meskipun pemerintah sudah melakukan program
penanggulangan anemia pada ibu hamil yaitu dengan memberikan 90 tablet Fe
kepada ibu hamil selama periode kehamilan dengan tujuan menurunkan angka
anemia ibu hamil, tetapi kejadian anemia masih tinggi (Astriana, 2017).
Menurut Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat tahun 2016 besarnya
angka kejadian anemia ibu hamil pada trimester I kehamilan adalah 20%,
trimester II sebesar 70%, dan trimester III sebesar 70%. Hal ini disebabkan
karena pada trimester pertama kehamilan, zat besi yang dibutuhkan sedikit
karena tidak terjadi menstruasi dan pertumbuhan janin masih lambat. Menginjak
trimester kedua hingga ketiga, volume darah dalam tubuh wanita akan meningkat
sampai 35%, ini ekuivalen dengan 450 mg zat besi untuk memproduksi sel-sel
darah merah. Sel darah merah harus mengangkut oksigen lebih banyak untuk
janin. Sedangkan saat melahirkan, perlu tambahan besi 300 – 350 mg akibat
kehilangan darah. Sampai saat melahirkan, wanita hamil butuh zat besi sekitar 40
mg per hari atau dua kali lipat kebutuhan kondisi tidak hamil. Dari hasil
penelitian Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat tahun 2016 dapat disimpulkan
bahwa lebih dari ¾ ibu hamil mengalami defisiensi besi dan lebih dari 1/3
mengalami anemia. Pemberian suplemen besi setara 60 mg elemen besi dan 0,25
mg asam folat per hari selama 13 minggu dapat menurunkan angka amenia serta
meningkatkan status besi ibu hamil, tetapi 1/3 dari mereka masih menderita
defisiensi besi dan 9% masih anemia. Oleh kerena itu, adalah sangat penting
memberikan asupan besi sejak masa pre-maternal supaya cadangan besi pada
saat hamil cukup memadai (Dinkes Jabar, 2016).
Salah satu faktor yang menyebabkan masih tingginya anemia defisiensi
besi pada ibu hamil adalah rendahnya kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi
tablet besi. Sebanyak 74,16% ibu hamil dinyatakan tidak patuh dalam
mengkonsumsi tablet besi. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan ibu
hamil dalam mengkonsumsi tablet besi antara lain pengetahuan, sikap, dan efek
samping dari tablet besi yang diminumnya. Faktor yang sering dikemukakan oleh
ibu hamil ialah pernyataan “lupa” untuk meminum tablet besi. Rendahnya tingkat
kepatuhan ibu hamil mengkonsumsi tablet besi selain dipengaruhi faktor
pengetahuan juga terdapat faktor-faktor lain, yakni disebabkan faktor lupa, takut
bayi menjadi besar, kesadaran yang kurang mengenai pentingnya tablet besi,
ancaman bahaya anemia bagi ibu hamil dan bayi, serta adanya efek samping
(mual atau pusing) yang ditimbulkan setelah minum tablet besi (Iswanto, 2012).
Faktor penyebab anemia pada ibu hamil adalah kurangnya pengetahuan
tentang pentingnya mengkonsumsi makanan bergizi yang dapat memenuhi
kebutuhan ibu dan bayinya selama kehamilan (Prawirohardjo, 2014 dalam
Sjahriani, 2019). Ketidakteraturan ibu hamil meminum tablet Fe dapat juga
disebabkan oleh kesibukan/aktivitas yang dilakukan ibu sehari- hari sehingga ibu
lupa untuk mengkonsumsi tablet Fe. Untuk mencegah hal tersebut dapat
dilakukan dengan adanya peran dari pihak keluarga baik suami maupun orangtua.
Peran keluarga sangat penting bagi ibu untuk mendukung dan menjaga
kehamilannya (Wasiah, 2020).
WHO merekomendasikan pemberian suplemen zat besi secara umum
dengan dosis 60 mg zat besi oral harian selama 6 bulan di area yang memiliki
prevalensi anemia defisiensi zat besi kurang dari 40%. Pemberian suplemen ini
dilanjutkan selama 3 bulan postpartum diarea yang memiliki prevalensi anemia
zat besi lebih dari 40%. Jika digunakan sesuai dengan dosis yang dianjurkan,
pemberian zat besi oral merupakan substitusi yang murah dan aman. Dosis
pemberian zat besi oral yang direkomendasikan untuk mengatasi kekurangan zat
besi adalah 100-200 mg setiap hari (Pratami, 2016).
Untuk membantu mencegah anemia pada wanita hamil, bidan harus
memberi penyuluhan gizi pada setiap kunjungan antenatal, tentang perlunya zat
besi, makanan yang mengandung zat besi dan kaya Vitamin C, serta menghindari
minum teh/ kopi atau susu dalam 1 jam sebelum/ sesudah makan (teh/ kopi atau
susu mengganggu penyerapan zat besi. Beri contoh makanan setempat yang kaya
zat besi dan bidan harus memahami tidak hanya masalah medis, tetapi juga
situasi sosial dan demografis yang menyebabkannya. Bidan juga harus dapat
mengindentifikasi wanita yang berisiko mengalami anemia melalui observasi
klinis serta pengkajian riwayat medis, kebidanan, dan sosial yang akurat.
Tindakan ini akan mengungkapkan berbagai masalah yang sudah ada atau wanita
yang ras atau gejala hidupnya merupakan pencetus terjadinya anemia (Myles,
2009).
Menurut penelitian Gebre dalam Wasiah 2020, tablet Fe jika dikonsumsi
rutin oleh ibu hamil maka tidak akan terjadi anemia dan kesehatan janin terjaga,
namun jika tablet Fe tidak dikonsumsi secara teratur akan berpeluang mengalami
anemia yang berat. Pemerintah saat ini telah melakukan berbagai upaya untuk
menurunkan anemia yaitu dengan upaya program perbaikan gizi keluarga yang
terdapat pada Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
747/MENKES/SK/VI/2007 (Fajrin, 2020).

1.2 Identifikasi Masalah


Wanita mempunyai resiko terkena anemia paling tinggi terutama pada
ibu hamil. Menurut World Health Organization (WHO) secara global prevalensi
anemia pada ibu hamil di seluruh dunia adalah sebesar 41, 8 %. Prevalensi
anemia pada ibu hamil diperkirakan di Asia sebesar 48,2 %, Afrika 57,1 %,
Amerika 24,1 %, dan Eropa 25,1 % (WHO, 2011). Berdasarkan Kemenkes
Republik Indonesia tahun 2019, prevalensi anemia atau kekurangan darah pada
ibu hamil di Indonesia masih tergolong tinggi yaitu sebanyak 48,9%. Sejalan
dengan data Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2019, menyatakan
bahwa prevalensi anemia pada ibu hamil yaitu sebesar 40,1% (Widiastini, 2023).
Berdasarkan hasil data Dinas Kesehatan Jawa barat tahun 2021, kasus
anemia pada ibu hamil di Provinsi Jawa Barat pada tahun 2019 melebihi angka
80.000 ibu/tahun. Menurut Humas Pemerintah Kabupaten Bandung, terdapat 62
orang remaja putri yang mengalami anemia dari 500 orang remaja putri yang
mengikuti pemeriksaan HB. Kejadian anemia yang ada di kabupaten Bandung
sendiri sebesar 12,9% (Dinas Kesehatan, 2018).
Di Kabupaten Bandung Barat terjadi peningkatan angka kejadian
anemia pada ibu hamil yaitu pada tahun 2017 angka kejadian anemia pada ibu
hamil sebanyak 3,19%, dan kembali meningkat pada tahun 2018 angka kejadian
anemia sebanyak 7,31%.(Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat, 2017)
Anemia pada ibu hamil dapat membawa pengaruh buruk bagi kesehatan
ibu maupun janinnya, keadaan ini dapat meningkatkan morbiditas maupun
mortalitas ibu dan anak. Anemia dapatterjadi saat masa kehamilan meskipun
tidak ada riwayat sebelumnya. Semakin tua usia kehamilan zat besi dibutuhkan
juga semakin meningkat.Selain itu bisa juga disebabkan karena ketidakteraturan
tablet Fe dikonsumsi, makanan yang diolah dengan cara tidak sesuai, serta jarak
usia hamil dan bersalin terlalu dekat. Saat keadaan tidak hamil, kebutuhan zat
besi biasanya dapat dipenuhi dari menu makanan sehat dan seimbang. Tetapi
dalam keadaan hamil, suplai zat besi dari makanan masih belum mencukupi
sehingga dibutuhkan suplemen berupa tablet tambah darah/Fe.

1.3 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah : Bagaimana Perilaku Ibu Dalam Konsumsi Fe Dengan
Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil?
KERANGKA TEORI

Usia

Pendidikan Pengetahuan Perilaku konsumsi


tablet fe

Pendapatan Asupan Status Gizi Anemia


Keluarga Makanan (Ukuran LILA) Pada Ibu
Hamil

Paritas

Usia
Kehamilan

Gambar 2.4 Kerangka Teori

Sumber : (Iswanto, 2017), (Saifuddin, 2010), (Leveno, 2015), (Sulistyawati, 2017),


dan (Tanzila, 2016).
KEASLIAN PENULISAN

Peneliti dan
No Judul Metode Penelitian Hasil Penelitian
Tahun

1 Yusro Analisis Prilaku Desain: Cross Sectional Pada penelitian ini didapatkan dari
Paridah, Keteraturan Sampel: purposive 61 orang responden yang tidak
Januar Mengkonsumsi sampling teratur mengkonsumsi tablet tambah
Sitorus, Tablet Tambah darah hampir keseluruhan atau
Variabel: Variabel
Rostika Flora, Darah Dengan sebanyak 60 orang responden
independen dalam
Nurlaili, Kejadian (98,4%) mengalami kejadian anemia,
penelitian ini adalah
Risnawati Anemia Pada sedangkan dari 40 orang responden
perilaku keteraturan
Tanjung Ibu Hamil yang teratur mengkonsumsi tablet
mengkonsumsi tablet Fe
tambah darah sebagian besar atau
Tahun: 2021 dan variabel dependen
sebanyak 22 orang (55%) mengalami
dalam penelitian ini
kejadian anemia. Hasil uji statistik
adalah kejadian anemia
dengan uji chi-square menunjukkan
pada ibu hamil
pvalue sebesar 0,000 (p<0,05)
Instrumen: Lembar dengan OR sebesar 49,1 sehingga
kuesioner dan Pengukuran ada hubungan antara keteraturan
kadar hb Analisis: Uji Chi mengkonsumsi tablet tambah darah
Square dengan kejadian anemia di
Kabupaten Kepahiang dengan
peluang terjadinya anemia pada ibu
hamil sebesar 49,1 kali beresiko
responden yang tidak teratur
mengkonsumsi tablet tambah darah
dibanding dengan responden yang
teratur mengkonsumsi tablet tambah
darah.

2 Asyaul Hubungan Desain: Cross Sectional Pada penelitian ini didapatkan


Wasiah Keteraturan sebagian besar responden kurang
Sampel: Simple random
Mengkonsumsi teratur mengkonsumsi tablet Fe
Tahun: 2020 sampling
Tablet Fe terjadi anemia ringan dengan jumlah
Dengan Variabel: Variabel 16 responden (25,4%) dan sedikit
Kejadian independen dalam responden yang tidak teratur minum
Anemia Pada penelitian ini adalah tablet Fe menderita anemia sedang
Ibu Hamil Di keteraturan ada 2 responden (3,3%). Hasil uji
Puskesmas mengkonsumsi tablet Fe, kendall tau diatas didapatkan hasil
Kembangbahu dan variabel dependen nilai p value 0,008, nilai koefisien
Lamongan dalam penelitian ini korelasi 0,319. Kesimpulannya H1
adalah kejadian anemia diterima artinya ada hubungan antara

Instrumen: Kuesioner dan Keteraturan Mengonsumsi Tablet Fe

pemeriksaan Hb dengan Kejadian Anemia pada ibu


hamil di Puskesmas Kembangbahu
Analisis: Uji Kendall Tau
Lamongan
3 Agnes Purba Hubungan Desain: Cross Sectional 1. Hasil analisis hubungan antara
Perilaku pengetahuan ibu hamil tentang
Tahun: 2020 Sampel: Purposive
Tentang Tablet tablet zat besi dengan kadar Hb
sampling
Zat Besi Dengan ibu hamil diperoleh bahwa dari
Anemia Ibu Variabel: Variabel 25 orang ibu hamil yang memiliki
Hamil Di independen dalam pengetahuan kurang, ada 10
Wilayah Kerja penelitian ini adalah orang ibu hamil (40%) yang
Puskesmas perilaku tentang tablet zat anemia (kadar Hb <11gr/dl) Hasil
Batang Kuis besi, sedangkan variabel uji statistic diperoleh nilai
dependen dalam p=0,520, maka dapat disimpulkan
penelitian ini adalah bahwa tidak ada hubungan antara
anemia ibu hamil pengetahuan tentang tablet zat
besi dengan anemia ibu hamil
Instrumen: Lembar (kadar Hb (<11gr/dl)
Kuesioner Analisis: Uji 2. Hasil analisis hubungan antara
Chi Square sikap ibu hamil tentang tablet zat
besi dengan kadar Hb ibu hamil
diperoleh bahwa dari 13 orang
ibu hamil yang memiliki sikap
negatif, ada 4 orang ibu hamil
(30,8%) yang anemia (kadar Hb
<11gr/dl) Hasil uji statistic
diperoleh nilai p=0,247, maka
dapat disimpulkan bahwa tidak
ada hubungan antara sikap
tentang tablet zat besi dengan
anemia ibu hamil (kadar Hb
<11gr/dl)
3. Hasil analisis hubungan antara
tindakan konsumsi tablet zat besi
dengan kadar Hb ibu hamil
diperoleh bahwa dari 21 orang
ibu hamil yang tidak patuh, ada
16 orang ibu hamil (76,2%) yang
anemia (kadar Hb <11gr/dl) Hasil
uji statistic diperoleh nilai
p=0,000,maka dapat disimpulkan
bahwa ada hubungan antara
tindakan konsumsi tablet zat besi
dengan anemia ibu hamil (kadar
Hb <11gr/dl)
4 Istiana Intan, Side Effect Desain: cross sectional. Hasil analisis hubungan antara
Munayarokh, Experience on pengalaman dan perilaku ibu hamil
Sampel: Proportionate
Behavior of dalam mengkonsumsi tablet Besi
Stratified Random
Siti Rofiah Pregnant Sampling Variabel diuji menggunakan rumus Kendal
Women Variabel independen Tau, nilai p adalah 0,000, dimana
Tahun : 2020
Consuming Iron dalam penelitian ini nilai p value (<0,05), menunjukkan
Tablets adalah side effects bahwa ada hubungan antara sikap ibu
experience dan variabel hamil dengan perilaku ibu hamil
dependen dalam dalam mengkonsumsi tablet zat besi
penelitian ini adalah di wilayah kerja Puskesmas di
behavior pregnant women Tempuran. Disarankan agar ibu
consuming iron tablets hamil mengkonsumsi tablet Besi
Instrumen: Lembar secara teratur sesuai dengan anjuran
kuesioner Analisis: Uji tenaga kesehatan sehingga dapat
Kendall Tau mencegah terjadinya anemia.

5 Siti Nur Pengetahuan Jenis penelitian Berdasarkan hasil penelitian ini yang
Syolehda, Dan Kepatuhan menggunakan penelitian dilakukan di wilayah kerja
Zakaria, Konsumsi Ttd observasional analitik Puskesmas Marusu Kabupaten Maros
Nadimin, Terhadap dengan desain cross menujukkan bahwa berdasarkan uji
Adriyani Tingkat Anemia sectional study. Teknik statistik nilai p = 0,022 yang berarti
Adam Pada Ibu Hamil pengambilan sampel tedapat adanya hubungan
Di Puskesmas menggunakan purposive pengetahuan ibu hamil terhadap
Tahun: 2021
Marusu sampling. kejadian anemia.

berdasarkan kepatuhan ibu


mengkonsumsi TTD dilihat dari
jumlah TTD yang diminum ibu
berdasarkan kunjungan terakhir
didapatkan rata-rata ibu tdak patuh
dengan presentase 80% dan
mengalami anemia sedang dengan uji
statistik nilai p = 0,022 yaitu terdapat
hubungan yang signifikan.
PEMBAHASAN
A. Perilaku Konsumsi Fe Pada Ibu Hamil
Mengingat bahaya dampak yang ditimbulkan akibat anemia dapat
menyebabkan kematian ibu dan anak, meningkatkan kelahiran premature serta
penyakir infeksi maka untuk mencegah anemia setiap ibu hamil diharapkan
mendapatkan Tablet Tambah Darah (TTD) minimal 90 tablet selama kehamilan
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2020). Maka dari itu perilaku
keteraturan ibu dalam mengkonsumsi Tablet Tambah Darah (TTD) dalam
mengobati anemia sangat penting. Rendahnya kesadaran berperilaku dalam
mengkonsumsi suplemen besi merupakan salah satu penyebab angka prevalensi
anemia masih tetap tinggi.
Perilaku keteraturan merupakan hasil dari niat dari ibu hamil usia remaja
tersebut untuk mengkonsumsi TTD dengan frekuensi satu tablet setiap minggu
sepanjang tahun. Menurut Notoatmodjo (2014), perilaku kesehatan dipengaruhi
oleh faktor predisposing (predisposisi) diantaranya adalah umur, pendidikan,
pengetahuan. Pengetahuan ibu hamil yang buruk tentang tentang anemia dan
manfaat tablet zat besi, serta efek samping yang mengganggu cenderung
mempengaruhi kepatuhan ibu untuk mengkonsumsi tablet Fe yang diberikan
petugas kesehatan.
Ibu hamil seharusnya memiliki kadar hemoglobin >11 g/dl. Kebutuhan zat
besi selama masa kehamilan berbeda tiap trimesternya. Konsumsi zat besi pada
trimester I seringkali menyebabkan ibu hamil mengalami mual muntah karena
terjadi peningkatan hormon estrogen dan progesteron. Kondisi seperti ini
menyebabkan ibu kehilangan selera makan sehingga ibu belum mau
mengkonsumsi tablet besi. Padahal hal ini dapat berpengaruh terhadap
perkembangan janin. Memasuki trimester kedua kebutuhan zat besi meningkat
menjadi 35 mg perhari perberat badan.
Konsumsi tablet besi pada trimester II ini penting untuk mencegah kecacatan
pada janin yang dikandungnya. Kemudian pada trimester ketiga kebutuhan zat
besi bertambah menjadi 39 mg per hari per berat badan. Kebutuhan zat besi pada
trimester III ini sangat penting terutama untuk mencegah terjadinya perdarahan
postpartum (Rofiani & Ratnawati, 2016). Pemenuhan kebutuhan zat besi selama
hamil dipengaruhi oleh pengetahuan yang akan menentukan sikap dan perilaku
ibu dalam mengkonsumsi tablet Fe. Penelitian yang dilakukan oleh Kartikasari
(2015) menunjukkan bahwa perilaku keteraturan ibu hamil dalam mengkonsumsi
tablet Fe sebesar 79% dan ada hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu hamil
dengan perilaku keteraturan mengkonsumsi tablet Fe. Perilaku konsumsi zat besi
selama kehamilan dipengaruhi juga oleh motivasi ibu dalam mengkonsumsi
tablet Fe. Sikap merupakan kesadaran individu untuk melakukan perbuatan atau
kegiatan.

B. Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil


Anemia merupakan suatu kondisi jumlah eritrosit menurun dan kuantitas
hemoglobin di bawah kadar normal. Kadar normal untuk hemoglobin berbeda
pada setiap orang tergantung umur, jenis kelamin, kehamilan, hingga ketinggian
tempat tinggal. Centers for Disease Control and Prevention mendefiniskan
anemia dalam kehamilan menggunakan cut off 11 g/dL pada kehamilan trimester
I dan trimester III, sedangkan pada trimester II adalah 10,5 g/dL. WHO
menyatakan derajat keparahan anemia dibagi menjadi tiga yaitu anemia ringan,
anemia sedang, dan anemia berat. Nilai hemoglobin pada anemia ringan adalah
10 g/dL sampai cut off point berdasarkan umur. Kadar hemoglobin yang
termasuk ke dalam anemia sedang adalah antara 7-10 g/dL. Sedangkan, nilai
hemoglobin untuk anemia berat adalah <7 gr/dL.
Prevalensi anemia pada ibu hamil secara global di dunia adalah 41,8%
dengan perincian 57,1% Afrika menduduki peringkat pertama, Asia sebesar
48,2%, Eropa sebesar 25,1% dan 24,1% Amerika (Rofiani & Ratnawati, 2016).
Anemia zat besi dialami 1/5 penduduk dunia terutama di negara berkembang.
Menurut WHO melaporkan ibu hamil yang mengalami defisiensi besi sekitar
75% dan meningkat seiring dengan pertambahan usia kehamilan.
Menurut Riskesdas (2018) bahwa hampir sebagian ibu hamil di Indonesia
mengalami anemia, dimana proporsi anemia ibu hamil sejak tahun 2013 sampai
tahun 2018 mengalami peningkatan yakni dari 37,1% -48,9% dan kejadian
anemia pada ibu hamil berdasarkankelompokusiaterbanyakpadausia15-24 tahun
sebesar 84,6%.3 Sebagian besar ibu hamil dengan usia reproduksi di negara
berkembang memiliki risiko anemia yang lebih tinggi yang disebabkan karena
defisiensi zat gizi terutama mikronutrien, hemoglobinopati.
Dampak yang ditimbulkan dari anemia pada masa kehamilan dapat berupa
perdarahan dan menjadi potensi membahayakan baik ibu maupun janin. Dalam
menanggulangi kejadian anemia maka pemerintah berupaya dengan cara
sebanyak 90 tablet besi diberikan kepada ibu hamil saat kunjungan perawatan
antenatal di fasilitas layanan kesehatan. Konsumsi suplementasi tablet besi harus
secara rutin dilakukan untuk mencukupi kebutuhan zat besi saat kehamilan
sehingga kepatuhan ibu hamil sangat penting untuk mendukung program
pemerintah tersebut demi kebaikan ibu dan janin itu sendiri. Ibu hamil yang tidak
patuh mengikuti anjuran konsumsi tablet besi memiliki peluang lebih tinggi
terkena anemia (Agustina, 2019).
Pengaruh dan bahaya anemia kehamilan pada masa antenatal adalah berat
badan kurang, plasenta previa, eklamsia, KPD, sedangkan pada intratal
mengakibatkan tenaga untuk mengedan tidak kuat, perdarahan intranatal, syok,
dan masa pascanatal dapat terjadi subinvolusi. Sedangkan pada neonatus dapat
terjadi premature, apgar score rendah, gawat janin. Keseimbangan zat besi dalam
tubuh perlu mendapatkan perhatian karena banyaknya zat besi yang dibutuhkan
sama dengan banyaknya zat besi yang dikeluarkan, zat besi yang dikeluarkan
harus diganti oleh zat besi yang diserap dari makanan (Merita Diana, Hamam
Hadi, 2013).
Anemia dalam kehamilan memberi pengaruh kurang baik bagi ibu, baik
dalam kehamilan, persalinan, maupun nifas dan masa selanjutnya. Penyulit-
penyulit yang dapat timbul akibat anemia adalah keguguran (abortus), kelainan
premature, persalinan yang lama akibat otot Rahim di dalam berkontraksi (inersia
uteri), syok, infeksi baik saat bersalin maupun pasca bersalin serta anemia yang
berat (<4gr%) dapat menyebabkandekompesasi kordis, hipoksia akibat anemia
dapat menyebabkan syok dan kematian ibu pada persalinan. ( Proverawati, 2015)

C. Perilaku Ibu Dalam Konsumsi Fe Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu


Hamil
Pencegahan anemia pada ibu hamil bisa dilakukan dengan memberikan
tablet besi serta meningkatkan kualitas makanan yang dikonsumsi dalam sehari.
Ibu hamil bukan hanya mendapat preparat besi melainkan juga asam folat.
Pemberian asam folat menggunakan dosis sebanyak 500 mg dan zat besi
sebanyak 120 mg. Zat besi yang diberikan sebanyak 30 gram dalam sehari akan
menambah kadar hemoglobin sebesar 0,3 gr/dl/minggu atau 10 hari. Pemberian
tablet besi dilakukan saat mulai kehamilan atau ibu hamil yang mengalami
anemia ringan. Konseling yang diberikan pada ibu hamil yang mengalami
anemia diantaranya adalah memberikan konseling pada ibu tentang makanan
dengan kandungan besi tinggi serta cara pengolahannya. Beberapa contoh
makanan yang mempunyai banyak zat besi antara lain daging sapi, ayam, telur,
sarden, buncis, kacangkacangan, sayuran berdaun hijau, brokoli, dan bayam.
Mengingat bahaya dampak yang ditimbulkan akibat anemia dapat
menyebabkan kematian ibu dan anak, meningkatkan kelahiran premature serta
penyakir infeksi maka untuk mencegah anemia setiap ibu hamil diharapkan
mendapatkan Tablet Tambah Darah (TTD) minimal 90 tablet selama kehamilan
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2020). Maka dari itu perilaku
keteraturan ibu dalam mengkonsumsi Tablet Tambah Darah (TTD) dalam
mengobati anemia sangat penting. Rendahnya kesadaran berperilaku dalam
mengkonsumsi suplemen besi merupakan salah satu penyebab angka prevalensi
anemia masih tetap tinggi. Perilaku keteraturan merupakan hasil dari niat dari ibu
hamil tersebut untuk mengkonsumsi TTD dengan frekuensi satu tablet setiap
minggu sepanjang tahun.
Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dianalisis menunjukkan bahwa
terdapat hubungan antara perilaku komsumsi tablet Fe dengan kejadian anemia
pada ibu hamil. Penelitian yang dilakukan oleh Yusro Paridah dkk (2021)
menunjukkan dari 61 orang responden yang tidak teratur mengkonsumsi tablet
tambah darah hampir keseluruhan atau sebanyak 60 orang responden (98,4%)
mengalami kejadian anemia, sedangkan dari 40 orang responden yang teratur
mengkonsumsi tablet tambah darah sebagian besar atau sebanyak 22 orang
(55%) mengalami kejadian anemia. Hasil uji statistik dengan uji chi-square
menunjukkan p-value sebesar 0,000 (p<0,05) dengan OR sebesar 49,1 sehingga
ada hubungan antara keteraturan mengkonsumsi tablet tambah darah dengan
kejadian anemia di Kabupaten Kepahiang dengan peluang terjadinya anemia
pada ibu hamil sebesar 49,1 kali beresiko responden yang tidak teratur
mengkonsumsi tablet tambah darah dibanding dengan responden yang teratur
mengkonsumsi tablet tambah darah.
Penelitian lain oleh Romi Rofiani dan Ratnawati (2016) Pada penelitian ini
didapatkan frekuensi perilaku ibu dalam mengkonsumsi tablet Fe di Wilayah
Kerja Puskesmas Kedungwuni II Kabupaten Pekalongan didapatkan hasil 53
responden (55,2%) berperilaku buruk. Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar
ibu hamil trimester III berperilaku buruk dalam mengkonsumsi tablet Fe. Ada
hubungan bermakna antara perilaku ibu dalam mengkonsumsi tablet Fe dengan
kejadian anemia pada ibu hamil trimester III di Wilayah Kerja Puskesmas
Kedungwuni II Kabupaten Pekalongandengan ρ value = (0,000).
Hasil serupa juga didapatkan pada penelitian Yane Liswanti dan Dina
Ediana (2016) penelitian ini menunjukkan, ada hubungan yang bermakna antara
perilaku dengan kadar hemoglobin, yaitu dari 42 responden dengan Hb normal
didapat 18 orang (78%) responden memiliki perilaku baik, 5 orang (22%)
responden memiliki perilaku tidak baik sedangkan Hb tidak normal didapat 3
orang (16%) responden memiliki perilaku baik, 16 orang (84%) responden
memiliki perilaku tidak baik.
Berdasarkan hasil dari penelitian diatas peneliti berpedapat bahwa perilaku
dalam mengomsumsi tablet Fe sangat berpengaruh terhadap kejadian anemia
pada ibu hamil. Keteraturan ibu hamil dalam mengkomsumsi tablet Fe selama
kehamilan tentunya akan sangat membantu pencegahan terjadinya kejadian
anemia yang kemudian dikhawatirkan menjadi penyebab terjadinya komplikasi
kehamilan serta menjadi faktor penyulit saat proses persalinan hingga masa nifas.

Anda mungkin juga menyukai