Anda di halaman 1dari 52

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Salah satu ciri negara yang sedang berkembang adalah masalah kesehatan

yang masih rendah. Di negara Indonesia rendahnya kesehatan ditandai dengan masih

tingginya angka kematian pada ibu. Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia

(SDKI) tahun 2007 angka kematian ibu secara nasional adalah 248 per 100.000

kelahiran hidup sedangkan untuk jawa tengah adalah 116 per 100.000 kelahiran hidup

(SDKI, 2007).

Menurut WHO, 40% kematian Ibu di negara berkembang berkaitan dengan

anemia dalam kehamilan. Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh

defisiensi besi dan perdarahan akut. Frekuensi ibu hamil di Indonesia yang

mengalami anemia masih sangat tinggi yaitu 63,5% dibandingkan di Amerika hanya

6% (Saiffudin, 2002). Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb)

dalam darahnya kurang dari 12 gr% (Winkjosastro, 2002). Sedangkan anemia dalam

kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin dibawah 11 gr% pada

trimester I dan III atau kadar <10,5 gr% pada trimester II (Saifuddin, 2002).

Menurut Rustam (1998), penyebab sebagian besar anemia di Indonesia adalah

kekurangan zat besi yang diperlukan untuk pembentukan hemoglobin disebut anemia

defisiensi besi. Anemia pada ibu hamil membawa akibat dan komplikasi yang

berisiko tinggi untuk terjadinya keguguran, perdarahan, BBLR, atonia uteri, inersia

1
2

uteri, retensio plasenta. Kebutuhan zat besi pada saat kehamilan meningkat. Beberapa

literatur mengatakan kebutuhan zat besi meningkat dua kali lipat dari kebutuhan

sebelum hamil. Hal ini terjadi karena selama hamil, volume darah meningkat 50%,

sehingga perlu lebih banyak zat besi untuk membentuk hemoglobin. Selain itu,

pertumbuhan janin dan plasenta yang sangat pesat juga memerlukan banyak zat besi.

Dalam keadaan tidak hamil, kebutuhan zat besi biasanya dapat dipenuhi dari menu

makanan sehat dan seimbang. Tetapi dalam keadaan hamil, suplai zat besi dari

makanan masih belum mencukupi sehingga dibutuhkan suplemen berupa tablet besi

(Depkes RI, 2009). tor yang cukup berpengaruh terhadap terjadinya anemia (Munir,

2011).

Suplementasi tablet besi merupakan salah satu cara yang bermanfaat dalam

mengatasi anemia. Di Indonesia, suplementasi besi sudah lama diberikan secara rutin

pada Ibu hamil di Puskesmas dan Posyandu, menggunakan tablet yang mengandung

60 mg/hari dapat menaikan kadar Hb sebanyak 1 gr% per bulan. Sejauh ini hasil yang

dicapai belum menggembirakan, terbukti dari prevalensi anemia pada Ibu hamil yang

masih tinggi baik di tingkat nasional maupun di tingkat jawa tengah (Prawirohardjo,

2002).

Kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet besi adalah ketaatan ibu hamil

melaksanakan anjuran petugas kesehatan untuk mengkonsumsi tablet zat besi.

Kepatuhan mengkonsumsi tablet zat besi di ukur dari ketepatan jumlah tablet yang

dikonsumsi, ketepatan cara mengkonsumsi tablet zat besi, frekuensi konsumsi perhari.

Suplementasi besi atau pemberian tablet Fe merupakan salah satu upaya penting
3

dalam mencegah dan menanggulangi anemia, khususnya anemia kekurangan besi.

Suplementasi besi merupakan cara efektif karena kandungan besinya yang dilengkapi

asam folat yang dapat mencegah anemia karena kekurangan asam folat (Afnita,

2004). Ketidakpatuhan ibu hamil meminum tablet zat besi dapat memiliki peluang

yang lebih besar untuk terkena anemia.

Data anemia di wilayah kerja Puskesmas II bulan Januari sampai Maret tahun

2011 masih tinggi yaitu sekitar 60,57%. Dalam wilayah kerja Puskesmas Cilongok II

terdiri dari 9 Desa yaitu Desa Pejogol (3,125%), Panusupan (19,20%), Jatisaba

(13,84%), Kasegeran (12,95%), Sudimara (9,372%), Cipete (7,8%), Batuanten

(6,70%), Langgongsari (5,36%) dan Pageraji (30,58%). Kasus anemia di wilayah

Kerja Puskesmas II Cilongok terbanyak ada di Desa Pageraji (Profil Puskesmas II

Cilongok, 2011).

Prevalensi anemia pada ibu hamil sangat tinggi, terutama di negara-negara

berkembang. Prevalensi anemia di dunia berkisar antara 10%-20% (Prawiroharjo,

2002). Menurut WHO tahun 2005 kejadian anemia pada kehamilan berkisar antara

20%-89% dengan menetapkan kadar hemoglobin <11 gr% sebagai dasarnya (Munir,

2011).

Dampak anemia pada kehamilan bervariasi dari keluhan yang sangat ringan

hingga terjadinya gangguan kelangsungan kehamilan (abortus, partus immatur atau

prematur), gangguan proses persalinan (atonia, partus lama, perdarahan), gangguan

pada masa nifas (sub involusi rahim, daya tahan terhadap infeksi, stress, dan produksi
4

ASI rendah), dan gangguan pada janin (dismaturitas, mikrosomi, BBLR, kematian

periinatal, dll) (Yeyeh, 2010).

Anemia pada ibu hamil merupakan masalah kesehatan terkait dengan

insidennya yang tinggi dan komplikasi yang dapat timbul baik pada ibu maupun pada

janin. Di dunia 34 % ibu hamil dengan anemia dimana 75 % berada di negara sedang

berkembang (WHO, 2005 dalam Syafa, 2010). Di Indonesia, 63,5 % ibu hamil

dengan anema (Saifudin, 2006), di Bali 46, 2 % ibu hamil dengan anemia (Ani dkk.,

2007), dan di RSUD Wangaya Kota Denpasar 25, 6 % ibu hamil aterm dengan

anemia (CM RSUD Wangaya, 2010). Ibu hamil dengan anemia sebagian besar sekitar

62,3 % berupa anemia defisiensi besi (ADB) (Wiknjosastro, 2005).

Menurut WHO, 40% kematian ibu di negara berkembang berkaitan dengan

anemia dalam kehamilan (Manuaba, 2001). Frekuensi ibu hamil dengan anemia di

Indonesia relatif tinggi yaitu 63,5%. Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu

dengan kadar haemoglobin (Hb) dibawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar <

10,5 gr% pada trimester II (Saifuddin, 2002). Anemia pada ibu hamil disebabkan

oleh kekurangan zat besi, kekurangan asam folat, infeksi dan kelainan darah. Anemia

dalam kehamilan dapat berpengaruh buruk terutama saat kehamilan, persalinan dan

nifas. Prevalensi anemia yang tinggi berakibat negatif seperti: 1) Gangguan dan

hambatan pada pertumbuhan, baik sel tubuh maupun sel otak, 2) Kekurangan Hb

dalam darah mengakibatkan kurangnya oksigen yang dibawa/ditransfer ke sel tubuh

maupun ke otak (Manuaba, 2001).


5

Menurut penelitian Lestari (2011), dalam penelitiannya menyatakan ada

hubungan antara tingkat pengetahuan ibu hamil tentang anemia dengan sikap

pencegahan terhadap anemia di RSIA Arvita Bunda Yogyakarta. Hubungan tersebut

dapat dilihat dari semakin tingginya pengetahuan Ibu tentang anemia maka semakin

positif pula sikap Ibu tersebut dalam melakukan pencegahan anemia.

Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang menstimulasi atau merangsang

terhadap terwujudnya sebuah perilaku kesehatan. Apabila ibu hamil mengetahui dan

memahami akibat anemia dan cara mencegah anemia maka akan mempunyai perilaku

kesehatan yang baik dengan harapan dapat terhindar dari berbagai akibat atau risiko

dari terjadinya anemia kehamilan. Perilaku kesehatan yang demikian berpengaruh

terhadap penurunan kejadian anemia pada ibu hamil.

Survei pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di Desa Pulau Banyak Barat

Kabupaten Aceh Singkil tercatat ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya di

bidan Desa Pulau Banyak Barat Kabupaten Aceh Singkil sebagian besar mengalami

anemia dengan rata-rata kadar Hb di bawah 10,5 gr%. Hasil wawancara dengan 6

orang ibu hamil tentang pentingnya ibu hamil mengkonsumsi tablet Fe secara teratur,

didapatkan 3 orang mengetahui pentingnya minum tablet Fe secara teratur, sementara

3 orang kurang mengetahui kalau harus mengkonsumsi secara teratur. Dalam hal

kepatuhan ibu dalam mengkonsumsi tablet Fe didapatkan 2 orang mengkonsumsi

tablet Fe secara teratur, sementara 4 ibu mengkonsumsi tablet Fe secara tidak teratur

karena ibu lupa minum, merasa mual jika minum tablet Fe.
6

Berdasarkana latar belakang diatas maka perlu dilakukan penelitian dengan

judul “Hubungan tingkat pengetahuan ibu hamil tentang anemia defesiensi dengan

kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet Fe di Desa Pulau Banyak Barat Kabupaten

Aceh Singkil.

1.2. Rumusan Masalah

Yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana

hubungan tingkat pengetahuan ibu hamil tentang anemia defesiensi dengan kepatuhan

dalam mengkonsumsi tablet Fe di Desa Pulau Banyak Barat Kabupaten Aceh Singkil.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui secara umum hubungan tingkat pengetahuan ibu hamil

tentang anemia defesiensi dengan kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet Fe di Desa

Pulau Banyak Barat Kabupaten Aceh Singkil.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu hamil tentang anemia defesiensi di

Desa Pulau Banyak Barat Kabupaten Aceh Singkil.

2. Untuk mengetahui kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet Fe di Desa Pulau

Banyak Barat Kabupaten Aceh Singkil.

3. Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu hamil tentang anemia

defesiensi dengan kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet Fe di Desa Pulau

Banyak Barat Kabupaten Aceh Singkil.


7

1.4. Manfaat Penelitian

1. Bagi Penulis

Sebagai sarana untuk menambah wawasan dan pengembangan logika berpikir

penulis mengenai kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet Fe.

2. Bagi Desa Pulau Banyak Barat Kabupaten Aceh Singkil

Memberikan informasi dari penelitian ini kepada tenaga medis supaya dapat

mengetahui anemia untuk diambil langkah-langkah yang sewajarnya.


8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengetahuan

2.1.1. Pengertian

Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca

indera manusia yaitu : indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.

Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui penglihatan dan pendengaran.

Pengetahuan merupakan dasar untuk terbentuknya sikap dan tindakan seseorang

(Notoatmodjo, 2003).

Pengetahuan bukanlah sesuatu yang sudah ada dan tersedia dan sementara

orang lain tinggal menerimanya. Pengetahuan adalah sebagai suatu pembentukan

yang terus menerus oleh seseorang yang setiap saat mengalami reorganisasi karena

adanya pemahaman-pemahaman baru.

Dalam pengertian lain, pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan

diperoleh manusia melalui pengamatan akal. Pengetahuan muncul ketika seseorang

menggunakan akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum

pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya. Misalnya ketika seseorang mencicipi

masakan yang baru dikenalnya, ia akan mendapatkan pengetahuan tentang bentuk,

rasa, dan aroma masakan tersebut.

8
9

2.1.2. Kategori Pengetahuan

Menurut Arikunto (2006), pengetahuan dibagi dalam 3 kategori, yaitu:

a. Baik : Bila subyek mampu menjawab dengan benar 76-100% dari seluruh

petanyaan

b. Cukup : Bila subyek mampu menjawab dengan benar 56-75% dari seluruh

pertanyaan

c. Kurang : Bila subyek mampu menjawab dengan benar 40-55% dari seluruh

pertanyaan

2.1.3. Tingkat Pengetahuan dalam Domain Kognitif

Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan yang tercakup dalam domain

kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu:

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.

Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall)

sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang

telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengatahuan yang paling

rendah

b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar

tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut

secara benar. Orang telah faham terhadap objek atau materi harus dapat
10

menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya

terhadap objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

d. Analisis

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek

kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu struktur organisasi, dan

masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis

Menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menyambungkan

bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru, dengan kata lain

sintesis adalah kemampuan untuk menyusun suatu formulasi baru dari formulasi-

formulasi yang ada.

f. Evaluasi

Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap

suatu materi atau objek

2.1.4. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2005) beliau menulis tentang faktor-faktor yang

mempengaruhi pengetahuan adalah sebagai berikut :


11

1. Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada perkembangan

orang lain menuju kearah cita-cita tertentu (Soematno,1992). Pendidikan

diperlukan untuk mendapatkan informasi sehingga makin banyak pula

pengetahuan yang dimiliki sebaliknya. Pendidikan yang kurang akan

menghambat sikap seseorang terhadap nilai- nilai yang diperkenakan.

2. Usia

Semakin cukup umur seseorang pengetahuan akan lebih matang atau lebih baik

dalam berfikir dan bertindak (Susan Bastable, 2002).

3. Pengalaman

Pengalaman juga mempengaruhi pengetahuan karena dari pengalaman yang ada

pada dirinya maupun pengalaman orang lain dapat dijadikan sebagai acuan untuk

meningkatkan pengetahuan, sebab dari pengalaman itu ia tidak merasa canggung

lagi karena telah mengetahui seluruhnya.

4. Support sistem

Lingkungan yang ada di sekitar dapat mempengaruhi pengetahuan manusia

karena lingkungan biotik maupun lingkungan abiotik, dapat meningkatkan

pengetahuan juga mengetahui sesuatu yang belum diketahui.

2.1.5. Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket

yang menyatakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau
12

responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat

disesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas(Notoadmodjo, 2003).

Pengukuran pengetahuan dimaksud untuk mengetahui status pengetahuan

seseorang dan disajikan dalam persentase kemudian ditafsirkan dengan kalimat yang

bersifat kualitatif, yaitu baik (76%-100%), cukup (60%-75%), kurang (<60%)

(Nursalam, 2010).

2.2. Anemia dalam kehamilan

2.2.1. Definisi

Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb) dalam darahnya

kurang dari 12 gr% (Wiknjosastro, 2002). Anemia dalam kehamilan adalah kondisi

ibu dengan kadar haemoglobin di bawah 11 gr% pada trimester 1 dan 3 atau kadar

haemoglobin kurang dari 10,5 gr% pada trimester 2. Nilai batas tersebut dan

perbedaannya dengan wanita tidak hamil terjadi karena hemodilusi, terutama pada

trimester 2 (Saifuddin, 2002).

Darah akan bertambah banyak dalam kehamilan yang lazim disebut hidremia

atau hipervolemia. Akan tetapi, bertambahnya sel darah kurang dibandingkan dengan

bertambahnya plasma sehingga terjadi pengenceran darah. Perbandingan tersebut

adalah sebagai berikut: plasma 30%, sel darah 18% dan haemoglobin 19%.

Bertambahnya darah dalam kehamilan sudah dimulai sejak kehamilan 10

minggu dan mencapai puncaknya dalam kehamilan antara 32 dan 36 minggu


13

(Wiknjosastro, 2002). Secara fisiologis, pengenceran darah ini untuk membantu

meringankan kerja jantung yang semakin berat dengan adanya kehamilan.

2.2.2. Penyebab Anemia

Penyebab anemia pada umumnya adalah sebagai berikut:

1. Kurang gizi (malnutrisi)

2. Kurang zat besi dalam diit

3. Malabsorpsi

4. Kehilangan darah banyak seperti persalinan yang lalu, haid dan lain-lain

5. Penyakit-penyakit kronik seperti TBC paru, cacing usus, malaria dan lain-lain

2.2.3. Gejala dan tanda

Secara klinik dapat dilihat ibu lemah, pucat, mudah pingsan, mata kunang-

kunang, sementara pada tekanan darah masih dalam batas normal, perlu dicurigai

anemia defisiensi. Untuk menegakkan diagnosa dilakukan pemeriksaan laboratorium

dengan melakukan pemeriksaan kadar Hb (Saifuddin, 2002).

2.2.4. Patofisologi Anemia Pada Kehamilan

Perubahan hematologi sehubungan dengan kehamilan adalah oleh karena

perubahan sirkulasi yang semakin meningkat terhadap plasenta dan pertumbuhan

payudara. Volume plasma meningkat 45-65% dimulai pada trimester II kehamilan,

dan maksimum dimulai pada bulan ke-9 dan meningkatnya sekitar 1000ml, menurun

sedikit menjelang aterm serta kembali normal 3bulan setelah partus. Stimulasi yang

meningkatkan volume plasma seperti laktogen plasma, yang menyebabkan

peningkatan sekresi aldesteron (Yeyeh, 2010).


14

2.2.5. Klasifikasi Anemia dalam Kehamilan

Klasifikasi anemia dalam kehamilan menurut Wiknjosastro (2002), adalah

sebagai berikut:

1. Anemia Defisiensi Besi

Adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam darah.

Pengobatannya yaitu, keperluan zat besi untuk wanita hamil, tidak hamil dan

dalam laktasi yang dianjurkan adalah pemberian tablet besi.

a. Terapi oral adalah dengan memberikan preparat besi yaitu ferosulfat,

feroglukonat atau Natrium ferobisitrat. Pemberian preparat besi 60 mg/hari

dapat menaikkan kadar Hb sebanyak 1 gr% tiap bulan. Saat ini program

nasional menganjurkan kombinasi 60 mg besi dan 50 nanogram asam folat

untuk profilaksis anemia (Saifuddin, 2002).

b. Terapi parenteral baru diperlukan apabila penderita tidak tahan akan zat besi

per oral, dan adanya gangguan penyerapan, penyakit saluran pencernaan atau

masa kehamilannya tua (Wiknjosastro, 2002). Pemberian preparat parenteral

dengan ferum dextran sebanyak 1000 mg (20 mg) intravena atau 2 x 10 ml/

IM pada gluteus, dapat meningkatkan Hb lebih cepat yaitu 2 gr% (Manuaba,

2001). Untuk menegakkan diagnosa anemia defisiensi besi dapat dilakukan

dengan anamnesa. Hasil anamnesa didapatkan keluhan cepat lelah, sering

pusing, mata berkunang-kunang dan keluhan mual muntah pada hamil muda.

Pada pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan minimal 2 kali selama


15

kehamilan yaitu trimester I dan III. Hasil pemeriksaan Hb, dapat digolongkan

sebagai berikut:

1. Hb 11 gr% : Tidak anemia

2. Hb 9-10 gr% : Anemia ringan

3. Hb 7 – 8 gr%: Anemia sedang

4. Hb < 7 gr% : Anemia berat

Kebutuhan zat besi pada wanita hamil yaitu rata-rata mendekati 800 mg.

Kebutuhan ini terdiri dari, sekitar 300 mg diperlukan untuk janin dan plasenta

serta 500 mg lagi digunakan untuk meningkatkan massa haemoglobin

maternal, kurang lebih 200 mg lebih akan dieksresikan lewat usus, urin dan

kulit. Makanan ibu hamil setiap 100 kalori akan menghasilkan sekitar 8-10

mgzat besi. Perhitungan makan 3 kali dengan 2500 kalori akan menghasilkan

sekitar 20-25 mg zat besi perhari. Selama kehamilan dengan perhitungan 288

hari, ibu hamil akan menghasilkan zat besi sebanyak 100 mg sehingga

kebutuhan zat besi masih kekurangan untuk wanita hamil (Manuaba, 2001).

2. Anemia Megaloblastik

Adalah anemia yang disebabkan oleh karena kekurangan asam folat, jarang sekali

karena kekurangan vitamin B12

Gejala-gejalanya :

a. Malnutrisi

b. Glositis berat (lidah meradang, nyeri)

c. Diare
16

d. Kehilangan nafsu makan

Pengobatannya:

a. Asam folat 15-30 mg per hari

b. Vitamin B12 3 X 1 tablet per hari

c. Sulfas ferosus 3 X 1 tablet per hari

d. Pada kasus berat dan pengobatan per oral hasilnya lamban sehingga dapat

diberikan transfusi darah.

3. Anemia Hipoplastik

Adalah anemia yang disebabkan oleh sum-sum tulang kurang mampu membuat

sel-sel darah baru. Anemia ini terjadi pada sekitar 8% kehamilan. Etiologi anemia

hipoplastik karena kehamilan belum diketahui dengan pasti. Biasanya anemia

hipoplastik karena kehamilan, apabila wanita tersebut telah selesai masa nifas

maka anemiaakan sembuh dengan sendirinya.Dalam kehamilan berikutnya ia

mengalami anemia hipoplastik lagi.

Ciri-ciri:

a. Pada darah tepi terdapat gambaran normositer dan normokrom, tidak

ditemukan ciri-ciri defisiensi besi, asam folat atau vitamin B12.

b. Sum-sum tulang bersifat normblastik dengan hipoplasia eritropoesis yang

nyata.

4. Anemia Hemolitik

Adalah anemia yang disebabkan penghancuran atau pemecahan sel darah merah

yang lebih cepat dari pembuatannya. Wanita dengan anemia hemolitik sukar
17

menjadi hamil; apabila ia hamil, maka anemianya biasanya menjadi lebih berat.

Gejala utama adalah anemia dengan kelainan-kelainan gambaran darah, kelelahan,

kelemahan, serta gejala komplikasi bila terjadi kelainan pada organ-organ vital.

Pengobatannya tergantung pada jenis anemia hemolitik dan beratnya anemia.

Obat-obat penambah darah tidak member hasil. Tranfusi darah, kadang dilakukan

berulang untuk mengurangi penderitaan ibu dan menghindari bahaya hipoksia

janin. Anemia ini terjadi pada sekitar 0,7% kehamilan. Pengobatan tergantung

pada jenis anemia himolitik serta penyebabnya. Bila disebabkan oleh infeksi,

maka infeksinya diberantas dan diberikan obat-obat penambah darah. Namun

pada jenis obat-obatan, hal ini tidak member hasil.

5. Anemia-anemia lain

Seorang wanita yang menderita anemia, misalnya berbagai jenis anemia hemolitik

herediter atau yang diperoleh seperti anemia karena malaria, cacing tambang,

penyakit ginjal menahun, penyakit hati, tuberkulosis, sifilis, tumor ganas dan

sebagainya dapat menjadi hamil. Dalam hal ini anemianya menjadi lebih berat dan

berpengaruh tidak baik pada ibu dalam masa kehamilan, persalinan, nifas serta

berpengaruh pula bagi anak dalam kandungan. Pengobatan ditujukan pada sebab

pokok anemianya, misalnya antibiotika untuk infeksi, obat-obat anti malaria, anti

sifilis obat cacing dan lain-lain.

2.2.6. Penatalaksanaan Anemia pada Ibu Hamil

Penanggulangan anemia pada ibu hamil dapat dilakukan dengan cara

pemberian tablet besi serta peningkatan kualitas makanan sehari-hari. Ibu hamil
18

biasanya tidak hanya mendapat preparat besi tetapi juga asam folat. Dosis pemberian

asam folat sebanyak 500µg dan zat besi sebanyak 120mg. Pemberian zat besi

sebanyak 30gram per hari akan meningkatkan kadar hemoglobin sebesar 0,3

dl/gram/minggu atau dalam 10 hari. Berikut upaya pencegahan dan penaggulangan

anemia (Sulistyoningsih, 2011) :

a. Meningkatkan konsumsi makanan bergizi.

Perhatikan komposisi hidangan setiap kali makan dan makan makanan yang

banyak mengandung besi dari bahan makanan hewani (daging, ikan, ayam, hati,

telur) dan bahan makanan nabati (sayuran berwarna hijau tua, kacang-kacangan,

tempe). perlu juga makan sayur-sayuran dan buah-buahan yang banyak

mengandung vitamin C (daun katuk, daun singkong, bayam, jambu, tomat, jeruk

dan nanas) sangat bermanfaat untuk meningkatkan penyerapan zat besi dalam

usus. Makanan yang berasal dari nabati meskipun kaya akan zat besi, namun

hanya sedikit yang bisa diserap dengan baik oleh usus.

b. Menambah pemasukan zat besi ke dalam tubuh dengan minum tablet tambah

darah (tablet besi/tablet tambah darah).

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mengkonsumsi tablet besi yaitu :

1. Minum tablet besi dengan air putih, jangan minum dengan teh, susu dan kopi

karena dapat menurunkan penyerapan zat besi dalam tubuh sehingga

manfaatnya menjadi berkurang.


19

2. Kadang-kadang dapat terjadi gejala ringan yang tidak membahayakan seperti

perut terasa tidak enak, mual-mual, susah buang air besar dan tinja berwarna

hitam.

3. Untuk mengurangi gejala sampingan, minum tablet besi setelah makan

malam, menjelang tidur. Akan lebih baik bila setelah minum tablet besi

disertai makan buah-buahan seperti : pisang, pepaya, jeruk, dll.

4. Simpanlah tablet besi di tempat yang kering, terhindar dari sinar matahari

langsung, jauhkan dari jangkauan anak, dan setelah dibuka harus ditutup

kembali dengan rapat. tablet besi yang telah berubah warna sebaiknya tidak

diminum

5. Tablet besi tidak menyebabkan tekanan darah tinggi atau kebanyakan darah.

c. Mengobati penyakit yang menyebabkan atau memperberat anemia seperti :

kecacingan, malaria dan penyakit TBC.

2.2.7. Dampak Anemia dalam Kehamilan

Anemia pada ibu hamil bukan tanpa resiko. Menurut penelitian tingginya

angka kematian ibu berkaitan erat dengan anemia. Anemia juga menyebabkan

rendahnya kemampuan jasmani karena sel-sel tubuh tidak cukup mendapat pasokan

oksigen. Pada wanita hamil, anemia meningkatkan frekuaensi komplikasi pada

kehamilan dan persalinan. Resiko kematian maternal, angka prematuritas, berat badan

bayi lahir rendah, dan angka kematian perinatal meningkat. Perdarahan antepartum

dan post partum lebih sering di jumpai pada wanita yang anemia dan lebih sering

berakibat fatal, sebab wanita yang anemis tidak dapat mentolerir kehilangan darah.
20

Dampak anemia pada kehamilan bervariasi dari keluhan yang sangat ringan

hingga terjadinya gangguan kelangsungan kehamilan (abortus, partus immatur atau

prematur), gangguan proses persalinan (atonia, partus lama, perdarahan), gangguan

pada masa nifas (sub involusi rahim, daya tahan terhadap infeksi, stress, dan produksi

ASI rendah), dan gangguan pada janin (dismaturitas, mikrosomi, BBLR, kematian

periinatal, dll) (Yeyeh, 2010).

2.3. Kepatuhan

Kepatuhan berasal dari kata “patuh” yang berarti taat, suka menuruti, disiplin.

Kepatuhan menurut Trostle dalam Simamora (2004), adalah tingkat perilaku

penderita dalam mengambil suatu tindakan pengobatan, misalnya dalam menentukan

kebiasaan hidup sehat dan ketetapan berobat. Dalam pengobatan, seseorang dikatakan

tidak patuh apabila orang tersebut melalaikan kewajibannya berobat, sehingga dapat

mengakibatkan terhalangnya kesembuhan.

Menurut Sacket (1985), kepatuhan penderita adalah sejauh mana perilaku

penderita sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh profesional kesehatan.

Menurut Sarafino (1994), secara umum ketidaktaatan meningkatkan risiko

berkembangnya masalah kesehatan atau memperpanjang, atau memperburuk

kesakitan yang sedang diderita. Perkiraan yang ada menyatakan bahwa 20% jumlah

opname di rumah sakit merupakan akibat dari ketidaktahuan penderita terhadap

aturan pengobatan. Faktor yang memengaruhi kepatuhan seseorang dalam berobat

yaitu faktor petugas, faktor obat, dan faktor penderita. Karakteristik petugas yang
21

memengaruhi kepatuhan antara lain jenis petugas, tingkat pengetahuan, lamanya

bekerja, frekuensi penyuluhan yang dilakukan. Faktor obat yang memengaruhi

kepatuhan adalah pengobatan yang sulit dilakukan tidak menunjukkan ke arah

penyembuhan, waktu yang lama, adanya efek samping obat. Faktor penderita yang

menyebabkan ketidakpatuhan adalah umur, jenis kelamin, pekerjaan, anggota

keluarga, saudara atau teman khusus. Faktor-faktor yang memengaruhi

ketidakpatuhan dapat digolongkan menjadi 4 (empat) bagian yaitu :

1. Pemahaman tentang instruksi

Tak seorang pun mematuhi instruksi jika ia salah paham tentang instruksi yang

diberikan padanya. Kadang-kadang hal ini disebabkan oleh kegagalan profesional

kesehatan dalam memberikan informasi yang lengkap, penggunaan istilah-istilah

medis, dan banyak memberikan intruksi yang harus diingat oleh penderita.

Pendekatan praktis untuk meningkatkan kepatuhan penderita ditemukan

oleh (Niven, 2002), yaitu :

a. Buat instruksi tertulis yang jelas dan mudah diinterpretasikan.

b. Berikan informasi tentang pengobatan sebelum menjelaskan hal-hal lain.

c. Jika seseorang diberikan suatu daftar tertulis tentang hal-hal yang harus

diingat maka akan ada efek “keunggulan”, yaitu mereka berusaha mengingat

hal-hal yang pertama kali ditulis.

d. Instruksi-instruksi harus ditulis dengan bahasa umum (non medis) dan hal-hal

yang perlu ditekankan.


22

2. Kualitas interaksi.

Kualitas interaksi antara profesional kesehatan dengan penderita merupakan

bagian yang penting dalam menentukan derajat kepatuhan. Meningkatkan

interaksi profesional kesehatan dengan penderita adalah suatu hal penting untuk

memberikan umpan balik pada penderita setelah memperoleh informasi tentang

diagnosis. Penderita membutuhkan penjelasan tentang kondisinya saat ini, apa

penyebabnya dan apa yang mereka lakukan dengan kondisi seperti itu.

3. Isolasi sosial dan keluarga.

Keluarga dapat menjadi faktor yang sangat berpengaruh dalam menentukan

keyakinan dan nilai kesehatan individu serta dapat juga menentukan tentang

program pengobatan yang dapat mereka terima. Keluarga juga memberi dukungan

dan membuat keputusan mengenai perawatan dari anggota keluarga yang sakit.

4. Keyakinan, sikap, kepribadian

Ahli psikologi telah menyelidiki tentang hubungan antara pengukuran-

pengukuran kepribadian dan kepatuhan. Mereka menemukan bahwa data

kepribadian secara benar dibedakan antara orang yang patuh dengan orang yang

gagal. Orang-orang yang tidak patuh adalah orang-orang yang lebih mengalami

depresi, ansietas, sangat memerhatikan kesehatannya, memiliki kekuatan ego

yang lebih lemah dan yang kehidupan sosialnya lebih memusatkan perhatian pada

dirinya sendiri.

Menurut Niven (2002), faktor yang berhubungan dengan ketidaktaatan, secara

sejarah, riset tentang ketaatan penderita didasarkan atas pandangan tradisional


23

mengenai penderita sebagai penerima nasihat dokter yang pasif dan patuh. Penderita

yang tidak taat dipandang sebagai orang yang lalai, dan masalahnya mengidentifikasi

kelompok-kelompok penderita yang tidak patuh berdasarkan kelas sosio ekonomi,

pendidikan, umur, dan jenis kelamin. Pendidikan penderita dapat meningkatkan

kepatuhan, sepanjang bahwa pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang aktif

seperti penggunaan buku-buku dan kaset oleh penderita secara mandiri. Usaha-usaha

ini sedikit berhasil, seorang dapat menjadi tidak taat kalau situasinya memungkinkan.

Teori-teori yang lebih baru menekankan faktor situasional dan penderita sebagai

peserta yang aktif dalam proses pengobatannya. Perilaku ketaatan sering diartikan

sebagai suatu usaha penderita untuk mengendalikan perilakunya, bahkan jika hal

tersebut bisa menimbulkan risiko mengenai kesehatannya.

Macam-macam faktor yang berkaitan dengan ketidaktaatan disebutkan :

1. Ciri-ciri kesakitan dan ciri-ciri pengobatan

Perilaku ketaatan lebih rendah untuk penyakit kronis (karena tidak ada akibat

buruk yang segera dirasakan atau risiko yang jelas), sarana mengenai gaya hidup

umum dan kebiasaan yang lama, pengobatan yang kompleks, pengobatan dengan

efek samping, perilaku yang tidak pantas.

Menurut Sarafino (1994), tingkat ketaatan rata-rata minum obat untuk

menyembuhkan kesakitan akut dengan pengobatan jangka pendek adalah sekitar

78% untuk kesakitan kronis dengan cara pengobatan jangka panjang tingkat

tersebut menurun sampai 54%.


24

2. Komunikasi antara penderita dan dokter.

Berbagai aspek komunikasi antara penderita dengan dokter memengaruhi tingkat

ketidakpuasan terhadap informasi aspek hubungan dengan pengawasan

emosional yang kurang, dengan dokter, ketidakpuasan terhadap pengobatan yang

diberikan.

3. Variabel-variabel sosial

Hubungan antara dukungan sosial dengan ketaatan telah dipelajari. Secara umum,

orang-orang yang merasa mereka menerima penghiburan, perhatian, dan

pertolongan yang mereka butuhkan dari seseorang atau kelompok biasanya

cenderung lebih mudah mengikuti nasihat medis, daripada penderita yang kurang

mendapat dukungan sosial. Jelaslah bahwa keluarga memainkan peranan yang

sangat penting dalam pengelolaan medis. Misalnya, penggunaan pengaruh

normatif pada penderita, yang mugkin mengakibatkan efek yang memudahkan

atau menghambat perilaku ketaatan.

4. Ciri-ciri individual

Variabel-variabel demografis juga digunakan untuk meramalkan ketidaktaatan.

Sebagai contoh : di Amerika serikat, kaum wanita, kaum kulit putih, dan orang tua

cenderung mengikuti anjuran dokter (Sarafino, 1994).


25

2.4. Zat Besi (Fe)

2.4.1. Pengertian

Zat besi adalah mineral mikron yang paling banyak terdapat dalam tubuh

manusia. Zat besi merupakan komponen dari hemoglobin, mioglobin, sitokran enzim

katalase, serta peroksidase. Besi merupakan mineral mikron yang paling banyak

terdapat dalam tubuh manusia yaitu sebanyak 3-5 gram dalam tubuh manusia dewasa

(Almatsier, 2003). Zat besi adalah garam besi dalam bentuk tablet/kapsul yang

apabila dikonsumsi secara teratur dapat meningkatkan jumlah sel darah merah.

Wanita hamil mengalami pengenceran sel darah merah sehingga memerlukan

tambahan zat besi untuk meningkatkan jumlah sel darah merah dan untuk sel darah

merah janin (Rasmaliah, 2004).

2.4.2. Manfaat Fe Bagi Ibu Hamil

1. Metabolisme Energi

Di dalam tiap sel, besi bekerja sama dengan rantai protein pengangkut elektron

yang berperan dalam langkah-langkah akhir metabolisme energi. Protein ini

memindahkan hidrogen dan elektron yang berasal dari zat gizi penghasil energi

ke oksigen sehingga membentuk air. Dalam proses tersebut dihasilkan molekul

protein yang mengandung besi dari sel darah merah dan mioglobin di dalam otot

(Almatsier, 2003).

2. Sistem Kekebalan

Besi memegang peranan penting dalam sistem kekebalan tubuh, respon

kekebalan oleh limfosit-T terganggu karena berkurangnya pembentukan sel-sel


26

tersebut, yang kemungkinan disebabkan oleh berkurangnya sintesis DNA,

disamping itu sel darah putih yang menghancurkan bakteri tidak dapat bekerja

secara aktif dalam keadaan tubuh kekurangan besi (Almatsier, 2003).

3. Pelarut Obat-obat

Obat-obatan yang tidak larut oleh enzim yang mengandung besi dapat dilarutkan

sehingga dapat dikeluarkan dari tubuh (Almatsier, 2003).

2.4.3. Kebutuhan Fe Bagi Ibu Hamil

Semakin sering seorang wanita mengalami kehamilan dan melahirkan, akan

makin banyak kehilangan zat besi dan menjadi makin anemis. Sebagai gambaran

kebutuhan zat besi pada setiap kehamilan bagan berikut :

a. Meningkatkan sel darah ibu 500 mg Fe

b. Terdapat dalam plasenta 300 mg Fe

c. Untuk darah janin 100 mg Fe

2.5. Kepatuhan Ibu Hamil Mengkonsumsi Tablet Fe

2.5.1. Pengertian

Kata kepatuhan berasal dari kata dasar patuh yang berarti taat, suka menurut

dan berdisiplin (kamus besar bahasa Indonesia, 1995). Menurut Arisman (2004)

dalam Wipayani (2008), mengartikan kepatuhan adalah sebagai tingkat pasien

melaksanakan cara pengobatan dan perilaku yang disarankan oleh dokternya atau oleh

orang lain. Kepatuhan dalam penelitian ini menunjuk pada kepatuhan ibu hamil dalam

mengkonsumsi zat besi (Fe).


27

Kepatuhan mengkonsumsi tablet zat besi di ukur dari ketepatan jumlah tablet

yang dikonsumsi, ketepatan cara mengkonsumsi tablet zat besi, frekuensi konsumsi

perhari. Suplementasi besi atau pemberian tablet Fe merupakan salah satu upaya

penting dalam mencegah dan menanggulangi anemia, khususnya anemia kekurangan

besi. Suplementasi besi merupakan cara efektif karena kandungan besinya yang

dilengkapi asam folat yang dapat mencegah anemia karena kekurangan asam folat.

2.5.2. Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Ibu Hamil Mengkonsumsi


Tablet Fe

Menurut Never (2002) dalam Wipayani (2008), faktor-faktor yang

mempengaruhi kepatuhan ibu hamil meminum tablet zat besi yaitu :

1. Pengetahuan

Pengetahuan ibu hamil tentang anemia dan manfaat dari zat besi didapat dari

penyuluhan yang diberikan bidan pada waktu ibu hamil tersebut melakukan

pemeriksaan ANC. Tingkat pengetahuan ibu juga mempengaruhi kepatuhan ibu

hamil dalam mengkonsumsi tablet zat besi.

2. Tingkat Pendidikan

Latar belakang pendidikan ibu hamil juga sangat berpengaruh terhadap kepatuhan

ibu hamil meminum tablet zat besi.

3. Pemeriksaan ANC

Pemeriksaan ANC mempengaruhi tingkat kepatuhan ibu hamil dalam

mengkonsumsi tablet Fe, karena dengan melakukan pemeriksaan kehamilan ibu

hamil akan mendapat informasi tentang pentingnya tablet Fe bagi kehamilannya.


28

2.6. Kerangka Konsep

Variabel Bebas Variabel Terikat

Pengetahuan Kepatuhan

Gambar 2.1

2.7. Hipotesis Penelitian

1. Ada hubungan tingkat pengetahuan ibu hamil tentang anemia defesiensi dengan

kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet Fe di Desa Pulau Banyak Barat

Kabupaten Aceh Singkil.


29

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat analitik dengan

pendekatan cross sectional yaitu untuk mengetahui bagaimana hubungan tingkat

pengetahuan ibu hamil tentang anemia defesiensi dengan kepatuhan dalam

mengkonsumsi tablet Fe di Desa Pulau Banyak Barat Kabupaten Aceh Singkil.

3.2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

3.2.1. Lokasi penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Pulau Banyak Barat Kabupaten Aceh

Singkil.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2015.

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi dalam penelitian ini

adalah seluruh ibu hamil pada bulan Januari s/d Mei 2015 di Desa Pulau Banyak

Barat Kabupaten Aceh Singkil sebanyak jumlah 60 orang.

3.3.2. Sampel

29
30

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh populasi dijadikan menjadi sampel

(total Sampling) yaitu sebesar 60 orang.

3.4. Metode Pengumpulan Data

3.4.1. Jenis Data

a. Data Primer

Pengumpulan data primer dilakukan dengan wawancara menggunakan

kuesioner.

b. Data Sekunder

Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan mengambil data-data dari

dokumen atau catatan yang diperoleh dari Desa Pulau Banyak Barat Kabupaten Aceh

Singkil.

3.5. Definisi Operasional

Tabel 3.1. Definisi, Cara, Alat, Skala dan Hasil Ukur

Definisi Operasional Cara dan Skala Hasil Ukur


Alat Ukur Ukur
1. Pengetahuan adalah segala Wawancara Ordinal 0. Baik
sesuatu yang diketahui oleh 1. Sedang
ibu tentang anemia 2. Buruk
defisiensi.
2. Kepatuhan dalam Wawancara Ordinal 0. Patuh
mengkonsumsi tablet fe 1. Tidak Patuh
adalah ketaatan ibu hamil
dalam mengkonsumsi tablet
fe setiap hari
31

3.5. Metode Pengolahan dan Analisa data

3.5.1. Pengolahan Data

Setelah data penelitian terkumpul maka dilakukan proses pengolahan data

meliputi tahap-tahap berikut ini :

1. Editing

Editing dalam penelitian ini berupa kegiatan pengecekan data apakah sudah

lengkap.

2. Coding

Coding adalah mengklasifikasikan data-data yang telah dikumpulkan menurut

macamnya.

3. Data Entry

Data rntry yaitu proses memasukkan data ke dalam kategori tertentu untuk

dilakukan analisis data dengan menggunakan bantuan komputer.

4. Tabulating

Tabulating adalah langkah memasukkan data-data hasil penelitian ke dalam tabel

sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan (Riyanto, 2009).

3.5.2. Analisa Data

3.5.2.1. Analisis Univariat

Analisis data secara univariat dilakukan untuk mendapatkan gambaran

distribusi frekuensi responden. Analisa ini digunakan untuk memperoleh gambaran

variabel independen yaitu tingkat pengetahuan ibu hamil tentang anemia defesiensi

dan variabel dependen yaitu kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet fe.


32

3.3.1. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk menguji ada tidaknya hubungan tingkat

pengetahuan ibu hamil tentang anemia defesiensi dengan kepatuhan dalam

mengkonsumsi tablet Fe di Desa Pulau Banyak Barat Kabupaten Aceh Singkil dengan

menggunakan statistik uji chi-square kemudian hasilnya dinarasikan.


33

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Desa Pulau Banyak Barat terletak Kabupaten Aceh Singkil. Desa ini

merupakan salah satu wilayah yang terletak di dikelilingi oleh lautan. Secara

geografis Desa Pulau Banyak Barat Kabupaten Aceh Singkil mempunyai luas wilayah

48.213 km2.

4.2. Karakteristik Responden

Karakteristik responden yang diteliti dalam penelitian ini meliputi: umur, dan

pekerjaan.

4.2.1. Umur Responden

Untuk melihat umur responden di Desa Pulau Banyak Barat Kabupaten Aceh

Singkil dapat dilihat pada Tabel 4.1 :

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Umur Responden di Desa Pulau Banyak Barat
Kabupaten Aceh Singkil

No Umur Responden f %
1 > 20 tahun 4 6,7
2 20-35 tahun 43 71,7
3 > 35 tahun 13 21,7
Jumlah 60 100,0

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa umur responden lebih banyak

dengan umur 20-35 tahun sebanyak 43 orang (71,7%), umur > 35 tahun sebanyak 13

orang (21,7%) dan lebih sedikit dengan umur < 20 tahun sebanyak 4 orang (6,7%).

33
34

4.2.2. Pekerjaan Responden

Untuk melihat pekerjaan responden di Desa Pulau Banyak Barat Kabupaten

Aceh Singkil dapat dilihat pada Tabel 4.2 :

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Pekerjaan Responden di Desa Pulau Banyak


Barat Kabupaten Aceh Singkil

No Perkerjaan f %
1 IRT 6 10,0
2 Petani 37 61,7
3 Berdagang 17 28,3
Jumlah 60 100,0

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa pekerjaan responden lebih

banyak dengan pekerjaan petani sebanyak 37 orang (61,7%), berdagang sebanyak 17

orang (28,3%) dan lebih sedikit dengan IRT sebanyak 6 orang (10,0%).

4.3. Analisis Univariat

Analisis univariat yang diteliti dalam penelitian ini meliputi: tingkat

pengetahuan tentang anemia defesiensi dan kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet fe.

4.3.1. Pengetahuan Ibu Hamil tentang Anemia Defesiensi

Untuk melihat pengetahuan ibu hamil tentang anemia defesiensi di Desa Pulau

Banyak Barat Kabupaten Aceh Singkil dapat dilihat pada Tabel 4.3 :

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Hamil tentang Anemia


Defesiensi di Desa Pulau Banyak Barat Kabupaten Aceh Singkil

No Pengetahuan f %
1 Baik 7 11,6
2 Cukup 28 46,7
3 Kurang 25 41,7
Jumlah 60 100,0
35

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa pengetahuan ibu hamil tentang

anemia defesiensi di Desa Pulau Banyak Barat Kabupaten Aceh Singkil lebih banyak

dengan pengetahuan kurang sebanyak 28 orang (46,7%), pengetahuan kurang

sebanyak 25 orang (41,7%) dan lebih sedikit dengan pengetahuan baik sebanyak 7

orang (11,6%).

4.3.2. Kepatuhan dalam Mengkonsumsi Tablet Fe

Untuk melihat kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet fe di Desa Pulau

Banyak Barat Kabupaten Aceh Singkil dapat dilihat pada Tabel 4.4 :

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Kepatuhan dalam Mengkonsumsi Tablet Fe di


Desa Pulau Banyak Barat Kabupaten Aceh Singkil

No Kepatuhan f %
1 Patuh 13 21,7
2 Tidak Patuh 47 78,3
Jumlah 60 100,0

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa kepatuhan dalam mengkonsumsi

tablet fe di Desa Pulau Banyak Barat Kabupaten Aceh Singkil lebih banyak dengan

tidak patuh sebanyak 47 orang (78,3%) dan lebih sedikit dengan patuh sebanyak 13

orang (21,7%).

4.4. Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk mengidentifikasi hubungan tingkat

pengetahuan ibu hamil tentang anemia defesiensi dengan kepatuhan dalam

mengkonsumsi tablet Fe di Desa Pulau Banyak Barat Kabupaten Aceh Singkil.


36

4.4.1. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil tentang Anemia Defesiensi


dengan Kepatuhan dalam Mengkonsumsi Tablet Fe di Desa Pulau
Banyak Barat Kabupaten Aceh Singkil

Untuk melihat hubungan tingkat pengetahuan ibu hamil tentang anemia

defesiensi dengan kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet Fe di Desa Pulau Banyak

Barat Kabupaten Aceh Singkil dapat dilihat pada Tabel 4.5:

Tabel 4.6. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil tentang Anemia


Defesiensi dengan Kepatuhan dalam Mengkonsumsi Tablet Fe di
Desa Pulau Banyak Barat Kabupaten Aceh Singkil

Kepatuhan
No Pengetahuan Patuh Tidak Patuh Total Nilai
n % n % N % p
1 Baik 5 71,4 2 28,6 7 100,0 0,002
2 Sedang 6 21,4 22 78,6 28 100,0
3 Kurang 2 8,0 23 92,0 25 100,0

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 7 orang dengan pengetahuan

baik terdapat patuh sebanyak 5 orang (71,4%) dan tidak patuh sebanyak 2 orang

(28,6%). Kemudian dari 28 orang dengan pengetahuan sedang terdapat patuh

sebanyak 6 orang (21,4%) dan tidak patuh sebanyak 22 orang (78,6%). Sedangkan

dari 25 orang dengan pengetahuan kurang terdapat patuh sebanyak 2 orang (8,0%)

dan tidak patuh sebanyak 23 orang (92,0%).

Hasil uji statistik chi square diperoleh nilai p=0,002 < 0,05 maka dapat

disimpulkan ada hubungan tingkat pengetahuan ibu hamil tentang anemia defesiensi

dengan kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet Fe di Desa Pulau Banyak Barat

Kabupaten Aceh Singkil.


37

BAB 5

PEMBAHASAN

5.1. Pengetahuan Ibu Hamil tentang Anemia Defesiensi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan ibu hamil tentang anemia

defesiensi di Desa Pulau Banyak Barat Kabupaten Aceh Singkil bahwa lebih banyak

dengan pengetahuan kurang sebanyak 28 orang (46,7%), pengetahuan kurang

sebanyak 25 orang (41,7%) dan lebih sedikit dengan pengetahuan baik sebanyak 7

orang (11,6%). Mengacu pada hasil penelitian ini dapat dijelaskan bahwa

pengetahuan ibu tentang anemia defesiensi tergolong sangat rendah, keadaan ini

dipengaruhi oleh kurangnya sumber informasi kepada ibu tentang anemia defesiensi

melalui media massa, media cetak, media elektronik maupun orang lain.

5.2. Kepatuhan dalam Mengkonsumsi Tablet Fe

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet

fe di Desa Pulau Banyak Barat Kabupaten Aceh Singkil lebih banyak dengan tidak

patuh sebanyak 47 orang (78,3%) dan lebih sedikit dengan patuh sebanyak 12 orang

(21,7%). Hal ini menunjukkan bahwa ketidakpatuhan ibu dalam mengkonsumsi tablet

Fe sangat tinggi. Keadan ini perlu mendapat perhatian agar dari petugas kesehatan

agar ibu meningkatkan kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet fe.

Mengkonsumsi tablet fe sangat diperlukan pada ibu hamil karena dengan

mengkonsumsi tablet fe minimal 90 tablet saat kehamilan dapat mencegah terjadinya

anemia pada ibu hamil. Pemerintah sudah melaksanakan pemberian tablet besi (Fe)

37
38

secara gratis kepada semua ibu hamil untuk mencegah terjadinya anemia terutama

pada masa kehamilan. Tindakan yang dilakukan adalah pendistribusian tablet Fe

melalui Posyandu, Polindes, dan Puskesmas. Selain itu melibatkan peran serta dari

petugas kesehatan seperti; bidan, perawat hingga kader Posyandu dapat mengurangi

jumlah ibu hamil yang mengalami anemia dengan meningkatkan pengetahuan tentang

manfaat tablet besi, meningkatkan kepatuhan mengkonsumsi tablet besi, dan juga

diperlukan sistem evaluasi dan monitoring yang dapat dipercaya

Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007, angka anemia

berkisar 24,5%. Anemia dalam kehamilan memberikan pengaruh yang kurang baik

bagi ibu, baik dalam masa kehamilan, persalinan, maupun nifas, seperti abortus,

partus prematur, partus lama, inersia uteri, perdarahan post partum karena atonia

uteri, syok, infeksi baik intra partum maupun post partum bahkan sampai dapat

menyebabkan kematian ibu. Anemia penyebab gangguan pembekuan darah yang

mengakibatkan tonus uterus terhambat untuk berkontraksi.

Menurut penelitian tingginya angka kematian ibu berkaitan erat dengan

anemia. Anemia juga menyebabkan rendahnya kemampuan jasmani karena sel-sel

tubuh tidak cukup mendapat pasokan oksigen. Pada wanita hamil, anemia

meningkatkan frekuaensi komplikasi pada kehamilan dan persalinan. Resiko

kematian maternal, angka prematuritas, berat badan bayi lahir rendah, dan angka

kematian perinatal meningkat. Perdarahan antepartum dan post partum lebih sering di

jumpai pada wanita yang anemia dan lebih sering berakibat fatal, sebab wanita yang

anemis tidak dapat mentolerir kehilangan darah.


39

Menurut Yeyeh (2010) bahwa dampak anemia pada kehamilan bervariasi dari

keluhan yang sangat ringan hingga terjadinya gangguan kelangsungan kehamilan

(abortus, partus immatur atau prematur), gangguan proses persalinan (atonia, partus

lama, perdarahan), gangguan pada masa nifas (sub involusi rahim, daya tahan

terhadap infeksi, stress, dan produksi ASI rendah), dan gangguan pada janin

(dismaturitas, mikrosomi, BBLR, kematian periinatal, dll).

5.3. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil tentang Anemia Defesiensi


dengan Kepatuhan dalam Mengkonsumsi Tablet Fe di Desa Pulau Banyak
Barat Kabupaten Aceh Singkil
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 7 orang dengan pengetahuan baik

terdapat patuh sebanyak 5 orang (71,4%) dan tidak patuh sebanyak 2 orang (28,6%).

Kemudian dari 28 orang dengan pengetahuan sedang terdapat patuh sebanyak 6 orang

(21,4%) dan tidak patuh sebanyak 22 orang (78,6%). Sedangkan dari 25 orang dengan

pengetahuan kurang terdapat patuh sebanyak 2 orang (8,0%) dan tidak patuh

sebanyak 23 orang (92,0%).

Hasil uji statistik chi square diperoleh nilai p=0,002 < 0,05 maka dapat

disimpulkan ada hubungan tingkat pengetahuan ibu hamil tentang anemia defesiensi

dengan kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet Fe di Desa Pulau Banyak Barat

Kabupaten Aceh Singkil. Mengacu pada hasil uji tersebut dapat dijelaskan semakin

tinggi pengetahuan ibu tentang anemia defesiensi akan meningkat kepatuhan dalam

mengkonsumsi tablet Fe dan sebaliknya semakin rendah pengetahuan ibu tentang

anemia defesiensi akan menurunkan kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet Fe.


40

Kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet besi adalah ketaatan ibu hamil

melaksanakan anjuran petugas kesehatan untuk mengkonsumsi tablet zat besi.

Kepatuhan mengkonsumsi tablet zat besi di ukur dari ketepatan jumlah tablet yang

dikonsumsi, ketepatan cara mengkonsumsi tablet zat besi, frekuensi konsumsi perhari.

Suplementasi besi atau pemberian tablet Fe merupakan salah satu upaya penting

dalam mencegah dan menanggulangi anemia, khususnya anemia kekurangan besi.

Suplementasi besi merupakan cara efektif karena kandungan besinya yang dilengkapi

asam folat yang dapat mencegah anemia karena kekurangan asam folat (Afnita,

2004). Ketidakpatuhan ibu hamil meminum tablet zat besi dapat memiliki peluang

yang lebih besar untuk terkena anemia.

Kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet besi adalah ketaatan ibu hamil

melaksanakan anjuran petugas kesehatan untuk mengkonsumsi tablet zat besi.

Kepatuhan mengkonsumsi tablet zat besi di ukur dari ketepatan jumlah tablet yang

dikonsumsi, ketepatan cara mengkonsumsi tablet zat besi, frekuensi konsumsi perhari.

Suplementasi besi atau pemberian tablet Fe merupakan salah satu upaya penting

dalam mencegah dan menanggulangi anemia, khususnya anemia kekurangan besi.

Suplementasi besi merupakan cara efektif karena kandungan besinya yang dilengkapi

asam folat yang dapat mencegah anemia karena kekurangan asam folat (Afnita,

2004). Ketidakpatuhan ibu hamil meminum tablet zat besi dapat memiliki peluang

yang lebih besar untuk terkena anemia.

Pengetahuan dan pemahaman yang baik pada ibu hamil tentang cara

mencegah dan mengatasi anemia, maka akan mempengaruhi terbentuknya perilaku


41

yang baik dalam mencegah dan mengatasi anemia kehamilan sesuai dengan

pengetahuan yang dimilikinya.

Menurut penelitian Lestari (2011), dalam penelitiannya menyatakan ada

hubungan antara tingkat pengetahuan ibu hamil tentang anemia dengan sikap

pencegahan terhadap anemia di RSIA Arvita Bunda Yogyakarta. Hubungan tersebut

dapat dilihat dari semakin tingginya pengetahuan Ibu tentang anemia maka semakin

positif pula sikap Ibu tersebut dalam melakukan pencegahan anemia.

Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang menstimulasi atau merangsang

terhadap terwujudnya sebuah perilaku kesehatan. Apabila ibu hamil mengetahui dan

memahami akibat anemia dan cara mencegah anemia maka akan mempunyai perilaku

kesehatan yang baik dengan harapan dapat terhindar dari berbagai akibat atau risiko

dari terjadinya anemia kehamilan. Perilaku kesehatan yang demikian berpengaruh

terhadap penurunan kejadian anemia pada ibu hamil.


42

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Pengetahuan ibu hamil tentang anemia defesiensi di Desa Pulau Banyak Barat

Kabupaten Aceh Singkil lebih banyak dengan pengetahuan kurang sebanyak 28

orang (46,7%), pengetahuan kurang sebanyak 25 orang (41,7%) dan lebih sedikit

dengan pengetahuan baik sebanyak 7 orang (11,6%).

2. Kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet fe di Desa Pulau Banyak Barat Kabupaten

Aceh Singkil lebih banyak dengan tidak patuh sebanyak 47 orang (78,3%) dan

lebih sedikit dengan patuh sebanyak 13 orang (21,7%).

3. Terdapat hubungan tingkat pengetahuan ibu hamil tentang anemia defesiensi

dengan kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet Fe di Desa Pulau Banyak Barat

Kabupaten Aceh Singkil

6.2. Saran

1. Bagi petugas kesehatan wilayah kerja Puskesmas Kluet Utara Kabupaten Aceh

Selatan agar penyuluhan kesehatan pada ibu hamil untuk mengurangi kejadian

anemia.

2. Bagi ibu di Desa Sijambur Kecamatan Ajibata Kabupaten Toba Samosir agar

mengkonsumsi zat besi selama hamil untuk mencegah anemia dan mencari

informasi tentang anemia dalam kehamilan.

42
43

DAFTAR PUSTAKA

Aimee, et al., 2010. Association of Intrauterine and Early-Life Exposures with


Diagnosis of Uterine Leiomyomata by 35 Years of Age in the Sister Study.
Environmental Health Perspectives. Volume 118. No. 3. Pages 375-380.

Anonim, 2011. Uterine Fibroids, Active Component Females, U.S. Armed Forces,
2001-2010. Medical Surveillance Monthly Report. Volume 18, No. 12. Pages
10-13.

Benson, Ralph. 2008. Buku Saku Obstetri dan Ginekologi Edisi 6. Jakarta : Penerbit
EGC.

Copaescu, C., 2007. Laparoscopic Hysterectomy. Chirurgia (Bucur). Volume 102,


No. 2, March-April 2007. Romanian.

Hadibroto., R.Budi., 2005. Mioma Uteri. Majalah Kedokteran Nusantara, Volume 38,
No. 3, September 2005. Medan.

Hart D.M, Norman J, 2001. Gynecology Illustrated.5th Edition. UK: Churchill


Livingstone

James R., Md. Scott, Ronald S., Md. Gibbs, Beth Y., Md. Karlan, Arthur F., Md.
Haney, David N, 2003.Danforth By Lippincott Williams & Wilkins
Publishers; 9th edition:475

JK, Park et al., 2005. A Clinical Analysis of Uterine Myoma. Korean Journal
Obstetric Gynecology. Volume 48, No. 2. Pages 436-445.

Kumar Vinay,Abbas Abul K, Fausto Nelson, Mitchell Richard N, Robbins Basic


Pathology, 8th Edition, Philadelphia, USA, Saunders Elsevier 2007, Chapter
19 The Female Genital System and Breast: 724-725.

Kurniasari, T., 2010. Karakteristik Mioma Uteri Di RSUD Dr. Moewardi Surakarta
Periode Januari 2009 – Januari 2010. Laporan Penelitian Mahasiswa FK UNS.

Laughlin et al., 2009. Prevalence of Uterine Leiomyomas in the First Trimester of


Pregnancy : An Ultrasound-Screening Study. Journal of Obstetric and
Gynaecology. Volume 113. Issue 3. Pages 630-635

43
44

Lefebvre, et al., 2003. The Management of Uterine Leiomyomas. Journal Obstetric


Gynecologic Canada, No 128, Pages 396-405.

Muzakir, 2008. Profil Penderita Mioma Uteri di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau
periode 1 Januari-31 Desember 2006. Laporan Penelitian.

Ohonsi, A, Amole, et al., 2011. Surgical Management of Uterine Fibroids at Aminu


Kano Teaching Hospital. Hindawi Publishing Corporation Obstetrics and
Gynecology International. Volume 2012. Pages 1-6.

Ompusunggu, Miranti., 2009. Karakteristik Penderita Mioma Uteri Rawat Inap di RS.
Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-2008. Skripsi Mahasiswa FKM USU
Medan.

Parker WH. 2007, Etiology, Symptomatology and Diagnosis of Uterine Myomas.


Volume 87. Department of Obstetrics and gynecology UCLA School of
Medicine. California : American Society for Reproductive Medicine.

Prawirohardjo S, Wiknjosastro H, Sumapraja S, 2007. Ilmu kandungan. Edisi II.


Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, 2005. 338-345.

Purba, C, Merry., 2009. Karakteristik Penderita Mioma Uteri yang Dirawat Inap di
rumah Sakit Vita Insani Pematang Siantar Tahun 2004-2008. Skripsi
Mahasiswa FKM USU Medan.

Randell, et al., 2006. Fracture Risk and Bone Density of Peri – and Early
Postmenopausal Women with Uterine Leiomyoma. Maturitas. Volume 53, No.
3, February 2006, Finland.

Whiteman et al., 2008. Inpatient Hysterectomy Surveillance in The United States,


2000-2004. American Journal of Obstetric and Gynecology. Volume 198, No.
134, pages 1-7.

Wise, Lauren, et al., 2009. A Prospective Study of Dairy Intake and Risk of Uterine
Leiomyomata. American Journal of Epidemiology. Vol. 171 No. 2. Pages
221-232.

Yilmaz et al., 2009. Assessment of the predictivity of preoperative serum CA 125 in


the differential diagnosis of uterine leiomyoma and uterine sarcoma in the
Turkish female. European Journal of Gynaecological Oncology. Volume 30.
No. 4. Pages 412-414
45

KUESIONER

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG ANEMIA


DEFESIENSI DENGAN KEPATUHAN DALAM MENGKONSUMS I TABLET
FE DI DESA PULAU
BANYAK BARAT KABUPATEN ACEH SINGKIL

A. Indentitas Responden
1. Nama : ………………
2. Umur : ………………
3. Pekerjaan : ………………
4. Pendidikan : ………………

B. Pengetahuan :
1. Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb) dalam
darahnya kurang dari 12 gr%?
a. Ya
b. Tidak
2. Penyebab anemia pada umumnya adalah kekurangan zat besi dalam diet.
a. Ya
b. Tidak
3. Gejala dan tanda anemia secara klinik dapat dilihat ibu lemah, pucat,
mudah pingsan, mata kunang-kunang, sementara pada tekanan darah
masih dalam batas normal, perlu dicurigai anemia defisiensi.
a. Ya
b. Tidak
4. Untuk menegakkan diagnosa dilakukan pemeriksaan laboratorium dengan
melakukan pemeriksaan kadar Hb.
46

a. Ya
b. Tidak
5. Anemia defisiensi besi adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat
besi dalam darah.
a. Ya
b. Tidak
6. Pengobatannya Anemia defisiensi besi adalah dengan pemberian tablet
besi.
a. Ya
b. Tidak
7. Penanggulangan anemia pada ibu hamil dapat dilakukan dengan cara
pemberian tablet besi serta peningkatan kualitas makanan sehari-hari.
a. Ya
b. Tidak
8. Menambah pemasukan zat besi ke dalam tubuh dengan minum tablet
tambah darah (tablet besi/tablet tambah darah).
a. Ya
b. Tidak

C. Kepatuhan
1. Apakah ibu rutin mengkonsumsi tablet fe secara rutin?
a. Ya
b. Tidak
47

MASTER DATA PENELITIAN

No Umur Pengetahuan Pekerjaan Kepatuhan


1 1 2 1 1
2 2 0 2 0
3 0 2 2 1
4 2 2 1 1
5 1 2 2 1
6 1 2 2 1
7 1 1 2 0
8 2 2 1 1
9 1 2 2 1
10 2 1 2 1
11 2 0 2 0
12 2 1 1 1
13 1 2 0 1
14 2 1 1 1
15 2 2 2 1
16 2 2 1 1
17 1 2 2 1
18 2 2 2 1
19 2 2 1 1
20 0 1 1 0
21 1 0 1 0
22 1 1 1 0
23 1 2 2 1
24 1 2 2 1
25 1 1 1 1
26 1 2 0 0
27 1 2 1 1
28 1 1 2 1
29 2 2 2 1
30 1 1 1 1
31 2 1 1 1
32 1 2 1 1
33 1 0 1 1
34 1 2 1 1
35 1 1 0 0
36 1 2 1 1
37 1 1 2 1
48

38 1 1 1 1
39 0 1 1 1
40 1 1 1 1
41 1 1 1 1
42 1 1 1 1
43 1 0 0 0
44 1 1 1 0
45 1 1 1 1
46 1 2 1 1
47 1 0 1 1
48 1 2 1 1
49 1 2 0 0
50 1 2 1 1
51 1 1 2 1
52 1 1 1 1
53 0 1 1 1
54 1 1 1 1
55 1 1 1 1
56 1 1 1 1
57 1 0 0 0
58 1 1 1 0
59 1 1 1 1
60 1 1 1 1
49

Frequencies

Umur
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid > 20 tahun 4 6.7 6.7 6.7
20-35 tahun 43 71.7 71.7 78.3
> 35 tahun 13 21.7 21.7 100.0
Total 60 100.0 100.0

Pekerjaan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid IRT 6 10.0 10.0 10.0
Petani 37 61.7 61.7 71.7
Berdagang 17 28.3 28.3 100.0
Total 60 100.0 100.0

Pengetahuan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Baik 7 11.7 11.7 11.7
Cukup 28 46.7 46.7 58.3
Kurang 25 41.7 41.7 100.0
Total 60 100.0 100.0

Kepatuhan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Patuh 13 21.7 21.7 21.7
Tidak Patuh 47 78.3 78.3 100.0
Total 60 100.0 100.0
50

Crosstabs

Pengetahuan * Anemia Crosstabulation


Kepatuhan
Patuh Tidak Patuh Total
Pengetahuan Baik Count 5 2 7
Expected Count 1.5 5.5 7.0
% within pendidikan 71.4% 28.6% 100.0%
Cukup Count 6 22 28
Expected Count 6.1 21.9 28.0
% within pendidikan 21.4% 78.6% 100.0%
Kurang Count 2 23 25
Expected Count 5.4 19.6 25.0
% within pendidikan 8.0% 92.0% 100.0%
Total Count 13 47 60
Expected Count 13.0 47.0 60.0
% within pendidikan 21.7% 78.3% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2-
Value df sided)
a
Pearson Chi-Square 12.965 2 .002
Likelihood Ratio 11.308 2 .004
Linear-by-Linear Association 10.370 1 .001
N of Valid Cases 60
a. 1 cells (16.7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
1.52.
51

HUBUNGAN HUBUNGAN PENDIDIKAN IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN


ANEMIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
KLUET UTARA ACEH SELATAN

PROPOSAL

OLEH :
………………………………..
NIM ……………….

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
52

UNIVERSITAS DARMA AGUNG


MEDAN
2015

Anda mungkin juga menyukai