Anda di halaman 1dari 12

SATUAN ACARA PENYULUHAN

PENCEGAHAN ANEMIA ZAT BESI PADA IBU HAMIL

Disusun Oleh :

Detti Sarttika (171341103)

Diah Ayu Wulandari (171341104)

Irawati (171341110)

Krisma Yanti Elisabet (171341113)

Okataviani (171341119)

Tri Pitri Amanda (171341127)

PROGRAM STUDI DIII GIZI

POLTEKKES KEMENKES RI PANGKALPINANG

2020
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Judul Kegiatan : Pencegahan Anemia Zat Besi Pada Ibu Hamil


Pokok Bahasan : Asuhan Pada Ibu Hamil
Sub Pokok : Anemia Zat Besi Pada Ibu Hamil
Bahasan
Sasaran : Ibu Hamil
Hari/Tanggal : Jum’at, 06 maret 2020
Waktu : 10.00 WIB sd/selesai
Tempat : Ds. Ibul

A. LATAR BELAKANG
Angka anemia pada kehamilan di Indonesia cukup tinggi sekitar 67% dari
semua ibu hamil dengan variasi tergantung pada daerah masing-masing. Sekitar 10-
15% tergolong anemia berat yang sudah tentu akan mempengaruhi tumbuh kembang
janin dalam rahim (Manuaba, I.B.G, 2002 hal 90).
Anemia dalam kehamilan merupakan salah satu masalah kesehatan yang
banyak dialami dan cukup tinggi yang berkisar antara 10-20% (Sarwono Prawiharjo,
2005).
Menurut WHO kejadian anemia saat hamil berkisar antara 20% sampai 89%
dengan menetapkan Hb 11 gr % sebagai dasarnya. Angka anemia kehamilan di
Indonesia menunjukkan nilai yang cukup tinggi. (Manuaba.I.B.G, hal 29 ). Menurut
sistem kesehatan nasional (SKN ) tahun 2001 angka anemia pada ibu hamil sebesar
40%, kondisi ini mengatakan bahwa anemia cukup tinggi di Indonesia bila di
perkirakan pada tahun 2003-2010 penderita anemia masih tetap di atas 40% maka
angka kematian ibu sebanyak 18.000 pertahun yang disebabkan perdarahan setelah
melahirkan. Hal ini terlihat dari tingginya angka kematian ibu (AKI) di Asia Tenggara
pada tahun 2005 yaitu berkisar 290,8 per 100.000 kelahiran hidup. (anonim, 2010).
Dari hasil survey di Indonesia maka di ketahui angka kematian ibu (AKI) di
Indonesia saat ini berkisar antara 300-400 kematian ibu per 100.000kelahiran hidup.
Angka kematian ibu di Indonesia menunjukkan masih buruknya tingkat kesehatan ibu
dan bayi baru lahir. (anonym,2010).
Faktor yang berpengaruh terhadap kejadian anemia ini adalah ; kurang gizi,
selain itu anemia pada ibu hamil disebabkan karena kehamilan berulang dalam waktu
singkat, cadangan zat besi ibu sebenarnya belum pulih, terkuras oleh keperluan janin
yang di kandung berikutnya.
Tingginya anemia yang menimpa ibu hamil memberikan dampak negative
terhadap janin yang di kandung dari ibu dalam kehamilan, persalinan maupun nifas
yang di antaranya akan lahir janin dengan berat badan lahir rendah (BBLR), partus
premature, abortus, pendarahan post partum, partus lama dan syok. Hal ini tersebut
berkaitan dengan banyak factor antara lain ; status gizi, umur, pendidikan, dan
pekerjaan ( Sarwono Prawirohardjo, 2005 hal. 450 ).
Seperti orang normal, ibu hamil perlu menu seimbang yaitu menu yang
lengkap dan sesuai dengan tubuh butuhkan, Bedanya porsi makanan ditambah dari
biasanya, agar dapat memenuhi semua kebutuhan pertumbuhan anak yang
dikandungnya.
Gizi yang baik selama kehamilan akan membantu anda untuk tetap sehat.
Kebutuhan akan nutrisi tertentu seperti kalsium, zat besi dan asam folat meningkat
pada masa kehamilan ini, namun hanya perlu sedikit tambahan energi (kilojoules).
Wanita harus didorong untuk makan makanan yang bergizi dan mengontrol berat
badan selama masa kehamilan. Pertambahan berat badan yang normal adalah sekitar
10-13 kg untuk wanita yang sebelum kehamilan memiliki berat badan ideal.  
Karena masalah anemia pada anemia pada ibu hamil merupakan masalah
penting yang erat hubungannya dengan masalah mortalitas maternal, maka dianggap
penting untuk dilakukannya suatu identifikasi mengenai gambaran karakteristik
anemia pada ibu hamil yang dibatasi pada masalah mengenai status gizi.

B. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)


Memberikan pemahaman mengenai pencegahan anemia zat besi pada ibu hamil di
desa ibul.

C. TUJUAN INTRUSIONAL KHUSUS (TIK)


1. Mengurangi anemia zat besi pada ibu hamil di desa ibul.
2. Memberikan pengetahuan tentang anemia agar ibu hamil lebih dapat menjaga
kondisi kehamilannya (KHUSUS)
3. Memberikan pengetahuan tentang anemia zat besi pada ibu hamil.
D. GARIS BESAR MATERI

Definisi Anemia Zat Besi Pada Ibu Hamil

Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin di


bawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar hemoglobin < 10,5 gr% pada
trimester II ( Depkes RI, 2009 ). Anemia adalah kondisi dimana sel darah merah
menurun atau menurunnya hemoglobin, sehingga kapasitas daya angkut oksigen
untuk kebutuhan organ-organ vital pada ibu dan janin menjadi berkurang. Selama
kehamilan, indikasi anemia adalah jika konsentrasi hemoglobin kurang dari 10,50
sampai dengan 11,00 gr/dl (Varney, 2006 ).

Hemoglobin ( Hb ) yaitu komponen sel darah merah yang berfungsi


menyalurkan oksigen ke seluruh tubuh, jika Hb berkurang, jaringan tubuh kekurangan
oksigen. Oksigen diperlukan tubuh untuk bahan bakar proses metabolisme. Zat besi
merupakan bahan baku pembuat sel darah merah. Ibu hamil mempunyai tingkat
metabolisme yang tinggi misalnya untuk membuat jaringan tubuh janin,
membentuknya menjadi organ dan juga untuk memproduksi energi agar ibu hamil
bisa tetap beraktifitas normal sehari – hari ( Sin sin, 2010 ).

Fungsi Hb merupakan komponen utama eritrosit yang berfungsi membawa


oksigen dan karbondioksida. Warna merah pada darah disebabkan oleh kandungan Hb
yang merupakan susunan protein yang komplek yang terdiri dari protein, globulin dan
satu senyawa yang bukan protein yang disebut heme. Heme tersusun dari suatu
senyawa lingkar yang bernama porfirin yang bagian pusatnya ditempati oleh logam
besi (Fe). Jadi heme adalah senyawa-senyawa porfirin-besi, sedangkan hemoglobin
adalah senyawa komplek antara globin dengan heme ( Masrizal, 2007).
Anemia Defisiensi besi adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi
dalam darah, artinya konsentrasi hemoglobin dalam darah berkurang karena
terganggunya pembentukan sel-sel darah merah akibat kurangnya kadar zat besi
dalam darah. Jika simpanan zat besi dalam tubuh seseorang sudah sangat rendah
berarti orang tersebut mendekati anemia walaupun belum ditemukan gejala-gejala
fisiologis. Simpanan zat besi yang sangat rendah lambat laun tidak akan cukup untuk
membentuk sel-sel darah merah di dalam sumsum tulang sehingga kadar hemoglobin
terus menurun di bawah batas normal, keadaan inilah yang disebut anemia gizi besi
( Masrizal, 2007).
Menurut Evatt dalam Masrizal ( 2007) anemia defisiensi besi adalah anemia
yang disebabkan oleh berkurangnya cadangan besi tubuh. Keadaan ini ditandai
dengan menurunnya saturasi transferin, berkurangnya kadar feritin serum atau
hemosiderin sumsum tulang. Secara morfologis keadaan ini diklasifikasikan sebagai
anemia mikrositik hipokrom disertai penurunan kuantitatif pada sintesis hemoglobin.
Defisiensi besi merupakan penyebab utama anemia. Wanita usia subur sering
mengalami anemia, karena kehilangan darah sewaktu menstruasi dan peningkatan
kebutuhan besi sewaktu hamil.
Anemia defisiensi zat besi adalah anemia dalam kehamilan yang paling sering
terjadi dalam kehamilan akibat kekurangan zat besi. Kekurangan ini disebabkan
karena kurang masuknya unsur zat besi dalam makanan, gangguan penyerapan, dan
penggunaan terlalu banyaknya zat besi. Anemia Megaloblastik, dalam kehamilan
adalah anemia yang disebabkan karena defisiensi asam folat. Anemia Hipoplastik
pada wanita hamil adalah anemia yang disebabkan karena sumsum tulang kurang
mampu membuat sel-sel darah merah. Dimana etiologinya belum diketahui dengan
pasti kecuali sepsis, sinar rontgen, racun dan obat-obatan. Anemia Hemolitik yaitu
anemia yang disebabkan karena penghancuran sel darah merah berlangsung lebih
cepat, yaitu penyakit malaria ( Wiknjosastro, 2005 ; Mochtar, 2004 ).

PENYEBAB ANEMIA ZAT BESI PADA IBU HAMIL

Penyebab anemia umunya adalah kurang gizi, kurang zat besi, kehilangan
darah saat persalinan yang lalu, dan penyakit – penyakit kronik (Mochtar, 2004).
Dalam kehamilan penurunan kadar hemoglobin yang dijumpai selama kehamilan
disebabkan oleh karena dalam kehamilan keperluan zat makanan bertambah dan
terjadinya perubahan-perubahan dalam darah.penambahan volume plasma yang relatif
lebih besar daripada penambahan massa hemoglobin dan volume sel darah merah.

Pola makan adalah pola konsumsi makan sehari-hari yang sesuai dengan
kebutuhan gizi setiap individu untuk hidup sehat dan produktif. Untuk dapat mencapai
keseimbangan gizi maka setiap orang harus menkonsumsi minimal 1 jenis bahan
makanan dari tiap golongan bahan makanan yaitu Karbohidrat, protein hewani dan
nabati, sayuran, buah dan susu.( Bobak, 2005 ). Seringnya ibu hamil mengkonsumsi
makanan yang mengandung zat yang menghambat penyerapan zat besi seperti teh,
kopi, kalsium ( Kusumah, 2009 ).

Wanita hamil cenderung terkena anemia pada triwulan III karena pada masa
ini janin menimbun cadangan zat besi untuk dirinya sendiri sebagai persediaan bulan
pertama setelah lahir ( Sin sin, 2008). Pada penelitian Djamilus dan Herlina (2008)
menunjukkan adanya kecendrungan bahwa semakin kurang baik pola makan, maka
akan semakin tinggi angka kejadian anemia.

Faktor umur merupakan faktor risiko kejadian anemia pada ibu hamil. Umur
seorang ibu berkaitan dengan alat reproduksi wanita. Umur reproduksi yang sehat
dan aman adalah umur 20 – 35 tahun. Kehamilan diusia < 20 tahun dan diatas 35
tahun dapat menyebabkan anemia karena pada kehamilan diusia < 20 tahun secara
biologis belum optimal emosinya cenderung labil, mentalnya belum matang sehingga
mudah mengalami keguncangan yang mengakibatkan kurangnya perhatian terhadap
pemenuhan kebutuhan zat – zat gizi selama kehamilannya. Sedangkan pada usia > 35
tahun terkait dengan kemunduran dan penurunan daya tahan tubuh serta berbagai
penyakit yang sering menimpa diusia ini.
Hasil penelitian didapatkan bahwa umur ibu pada saat hamil sangat
berpengaruh terhadap kejadian anemia (Amirrudin dan Wahyuddin, 2004).
Ibu hamil yang yang kurang patuh mengkonsumsi tablet Fe mempunyai risiko
2,429 kali lebih besar untuk mengalami anemia dibanding yang patuh konsumsi tablet
Fe (Jamilus dan Herlina 2008 ). Kepatuhan menkonsumsi tablet Fe diukur dari
ketepatan jumlah tablet yang dikonsumsi, ketepatan cara mengkonsumsi tablet Fe,
frekuensi konsumsi perhari. Suplementasi besi atau pemberian tablet Fe merupakan
salah satu upaya penting dalam mencegah dan menanggulangi anemia, khususnya
anemia kekurangan besi. Suplementasi besi merupakan cara efektif karena kandungan
besinya yang dilengkapi asam folat yang sekaligus dapat mencegah anemia karena
kekurangan asam folat (Depkes, 2009).

Konsumsi tablet besi sangat dipengaruhi oleh kesadaran dan kepatuhan ibu
hamil. Kesadaran merupakan pendukung bagi ibu hamil untuk patuh mengkonsumsi
tablet Fe dengan baik. Tingkat kepatuhan yang kurang sangat dipengaruhi oleh
rendahnya kesadaran ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet besi, inipun besar
kemungkinan mendapat pengaruh melalui tingkat pengetahuan gizi dan kesehatan.
Kepatuhan ibu hamil mengkonsumsi tablet besi tidak hanya dipengaruhi oleh
kesadaran saja, namun ada beberapa faktor lain yaitu bentuk tablet, warna, rasa dan
efek samping seperti mual, konstipasi (Simanjuntak, 2004).

Jarak kelahiran yang terlalu dekat dapat menyebabkan terjadinya anemia. Hal
ini dikarenakan kondisi ibu masih belum pulih dan pemenuhan kebutuhan zat gizi
belum optimal, sudah harus memenuhi kebutuhan nutrisi janin yang dikandung
( Wiknjosastro, 2005; Mochtar, 2004). Jarak kelahiran mempunyai risiko 1,146 kali
lebih besar terhadap kejadian anemia ( Amirrudin dan Wahyuddin, 2004)

GEJALA ANEMIA ZAT BESI PADA IBU HAMIL

Ibu hamil dengan keluhan lemah, pucat, mudah pingsan, dengan tekanan darah
dalam batas normal, perlu dicurigai anemia kekurangan zat besi. Dan secara klinis
dapat dilihat tubuh yang pucat dan tampak lemah (malnutrisi). Guna memastikan
seorang ibu menderita anemia atau tidak, maka dikerjakan pemeriksaan kadar
Hemoglobin dan pemeriksaan darah. Bila terjadi anemia, kerja jantung akan dipacu
lebih cepat untuk memenuhi kebutuhan O2 ke semua organ tubuh, akibatnya
penderita sering berdebar dan jantung cepat lelah. Gejala lain adalah lemas, cepat
lelah, letih, mata berkunang kunang, mengantuk, lidah luka, nafsu makan turun
(anoreksia), konsentrasi hilang, napas pendek (pada anemia parah) dan keluhan mual
muntah lebih hebat pada kehamilan muda. kelopak mata, dan kuku pucat (Sin sin,
2008).
Klasifikasi anemia yang lain adalah :
a. Hb 11 gr% : Tidak anemia
b. Hb 9-10 gr% : Anemia ringan
c. Hb 7 – 8 gr%: Anemia sedang
d. Hb < 7 gr% : Anemia berat.

DAMPAK ANEMIA ZAT BESI PADA IBU HAMIL

Anemia dalam kehamilan memberi pengaruh kurang baik bagi ibu, baik dalam
kehamilan, persalinan, maupun nifas dan masa selanjutnya. Penyulit-penyulit yang
dapat timbul akibat anemia adalah : keguguran (abortus), kelahiran prematurs.

Anemia juga menyebabkan rendahnya kemampuan jasmani karena sel-sel


tubuh tidak cukup mendapat pasokan oksigen. Pada wanita hamil, anemia
meningkatkan frekuensi komplikasi pada kehamilan dan persalinan. Risiko kematian
maternal, angka prematuriritas, berat badan bayi lahir rendah, dan angka kematian
perinatal meningkat, persalinan lama, perdarahan pasca-melahirkan hingga
kemungkinan bayi lahir dengan cacat bawaan.

PENCEGAHAN ANEMIA ZAT BESI PADA IBU HAMIL

Anemia dapat dicegah dengan mengonsumsi makanan bergizi seimbang


dengan asupan zat besi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Zat besi dapat
diperoleh dengan cara mengonsumsi daging (terutama daging merah) seperti sapi. Zat
besi juga dapat ditemukan pada sayuran berwarna hijau gelap seperti bayam dan
kangkung, buncis, kacang polong, serta kacang-kacangan. Perlu diperhatikan bahwa
zat besi yang terdapat pada daging lebih mudah diserap tubuh daripada zat besi pada
sayuran atau pada makanan olahan seperti sereal yang diperkuat dengan zat besi.

Anemia juga bisa dicegah dengan mengatur jarak kehamilan atau kelahiran
bayi. Makin sering seorang wanita mengalami kehamilan dan melahirkan, akan makin
banyak kehilangan zat besi dan menjadi makin anemis. Jika persediaan cadangan Fe
minimal, maka setiap kehamilan akan menguras persediaan Fe tubuh dan akhirnya
menimbulkan anemia pada kehamilan berikutnya. Oleh karena itu, perlu diupayakan
agar jarak antar kehamilan tidak terlalu pendek, minimal lebih dari 2 tahun.
Konsumsilah bahan kaya protein, zat besi dan Asam folat

Bahan kaya protein dapat diperoleh dari hewan maupun tanaman.


Daging,h a t i , d a n t e l u r a d a l a h s u m b e r p r o t e i n y a n g b a i k b a g i
tubuh. Hati juga b a n y a k   mengandung zat besi, vitamin A dan
berbagai mineral lainnya. Kacang-kacangan, gandum/beras yang masih ada
kulit arinya, beras merah, dan sereal merupakan bahan tanaman yang kaya protein
nabati dan kandungan asam folat atau vitamin B lainnya. Sayuran hijau, bayam,
kangkung, jeruk dan berbagai buah-buahan kaya akan mineral baik zat besi
maupun zat lain yang dibutuhkan tubuh untuk membentuk sel darah merah
dan hemoglobin.
Pengobatan anemia biasanya dengan pemberian tambahan zat besi.
Sebagian besar tablet zat besi mengandung ferosulfat, besi glukonat atau
suatu polisakarida.Tablet besi akan diserap dengan maksimal jika diminum
30 menit sebelum makan.Biasanya cukup diberikan 1 tablet/hari, kadang
diperlukan 2 tablet. Kemampuan ususuntuk menyerap zat besi adalah terbatas,
karena itu pemberian zat besi dalam dosis y a n g l e b i h b e s a r a d a l a h s i a -
s i a d a n k e m u n g k i n a n a k a n m e n y e b a b k a n g a n g g u a n  pencernaan dan
sembelit. Zat besi hampir selalu menyebabkan tinja menjadi berwarnahitam, dan ini
adalah efek samping yang normal dan tidak berbahaya.

E. METODE

Metode didaktif dengan teknik ceramahPenyuluhan di mana yang aktif


adalah orang yang melakukan penyuluhan kesehatan sedangkan sasaran bersifat pasif
dan tidak diberikan kesempatan untuk ikut serta mengemukakan pendapatnya atau
mengajukan pertanyaan apapun atau bersifat satu arah.

F. MEDIA

Media cetak berupa leaflet.

G. PENYULUH
Irawati

H. PROSES PELAKSANAAN PENYULUHAN

No. Tahapan Waktu Kegiatanpenyuluhan Kegiatanpeserta

1. Pembukaan 5 menit 1. Memberi salam 1. Menjawabsalam


2. Memperkenalkandiri 2. Mendengarkan
2. Inti 30 menit Menjelaskantentang : 1. menyimak
a. definisi stunting 2. mendengarkan
b. faktor-faktor yang dan
mempengaruhi stunting memperhatikan
c. tanda-
tandaanakmengalami
stunting
d. dampak stunting
e. pencegahan stunting

3. Penutup 15 menit 1. Tanya jawab 1. bertanya


2. menyimpulkan 2. menjawab
3. evaluasi pertanyaan
4. memberisalam 3. menjawab salam
I. EVALUASI
Melakukan evaluasi dengan cara memberikan post test sebagai tolak ukur
setelah dilakukan penyuluhan.

J. PENGORGANISASIAN

Pembawa Acara : Oktaviani


Pembicara : Irawati
Observer : Tri Pitri Amanda & Krisma Yanti Elisabet
Fasilitator : Detti Sartika
Pembimbing : Diah Ayu Wulandari

K. SUMBER

Anonim,”tt”, Anemia In Pregancy, Available at : http/www.win2pdf.com.

Ariawan. 1998. Besar dan Metode Sampel Pada Penelitian Kesehatan. Jakarta :

Fakutas Kesehatan Masyarakat Universita Indonesia.

Shafa, 2010, Anemia pada Ibu Hamil , Available from :

http://drshafa.wordpress.com/2010/11/16/anemia-pada-bumil

Varney H, 2006, Buku Ajar Asuhan Kebidanan, Jakarta : EGC

Wiknjosastro, 2005, Ilmu Kebidanan edisi ketiga Cetakan ke 7 ,Jakarta ; EGC

Wiknjosastro, 2005, Ilmu Kandungan Edisi ke dua Cetakan ke 4, Jakarta ; EGC


L. LEMBAR SOAL

SOAL POST TEST

1. Apa yang dimaksud dengan anemia pada ibu hamil?


a. Anemia adalah kondisi dimana sel darah merah menurun atau menurunnya
hemoglobin, sehingga kapasitas daya angkut oksigen untuk kebutuhan organ-
organ vital pada ibu dan janin menjadi berkurang.
b. Anemia adalah kondisi yang terjadi akibat kelebihan zat besi dalam darah.
c. Anemia adalah kondisi dimana ibu hamil mengalami peningkatan nafsu makan.

2. Apa penyebab anemia pada ibu hamil?


a. Kekurangan energi kronik dan zat besi.
b. Terlalu banyak makan.
c. Mengkonsumsi susu.

3. Apa saja gejala anemia pada ibu hamil?


a. Nafsu makan meningkat.
b. Lemah, pucat, mudah pingsan, lemas, cepat lelah, letih, mata berkunang kunang.
c. Sering buang air kecil.

4. Dibawah ini yang bukan dampak anemia pada ibu hamil?


a. berat badan bayi lahir rendah (BBLR), persalinan lama, perdarahan pasca-
melahirkan hingga kemungkinan bayi lahir dengan cacat bawaan.
b. keguguran (abortus), kelahiran prematurs.
c. Sensitif terhadap makanan dan bau-bauan.

5. Dibawah ini yang bukan cara pencegahan anemia pada ibu hamil?
a. Anemia dapat dicegah dengan mengonsumsi makanan bergizi seimbang dengan
asupan zat besi.
b. Anemia dapat dicegah dengan mengonsumsi kopi dan teh.
c. Anemia juga bisa dicegah dengan mengatur jarak kehamilan atau kelahiran bayi.
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai