Oleh :
MAY SISCA SIANTURI
NIM 1813411037
TUGAS AKHIR
POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG
PRODI DIII GIZI JURUSAN GIZI
2021
BAB I
PENDAHULUAN
2
A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan,
dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan
diselenggarakan dengan berdasarkan pada prikemanusiaan, pemberdayaan dan
kemandirian, adil dan merata, serta pengutamaan dan manfaat dengan perhatian
khusus pada penduduk rentan, antara lain ibu, bayi, anak, lanjut usia (lansia), dan
keluarga miskin. Pembangunan kesehatan dilaksanakan untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat dan mencapai target nasional, target regional, serta target
global. Pembangunan kesehatan berperan dalam meningkatkan kualitas SDM
melalui pelayanan kesehatan bermutu, merata dan terjangkau bagi masyarakat serta
dengan meningkatkan status gizi. Pelayanan kesehatan berkaitan dengan ke
mudahan layanan kesehatan, serta tersedianya tenaga kesehatan dan obat-obatan
yang mencukupi (Profil Kesehatan Lampung, 2017).
Salah satu permasalah gizi masyarakat adalah anemia gizi, yaitu suatu kondisi
ketika kadar hemoglobin (Hb) dalam darah tergolong rendah. Rendahnya kadar Hb
ini terjadi karena kekurangan asupan zat gizi yang diperlukan untuk pembentukan
komponen Hb terutama zat besi (Fe). Sebagian besar anemia yang ditemukan di
Indonesia adalah anemia gizi besi yaitu anemia yang disebabkan karena kekurangan
zat besi (Fe) (Dinkes, 2012).
Anemia Ibu hamil sebagian besar kekurangan zat besi karena memasuki
trimester kedua dan ketiga karena ibu mengalami hemodilusi (pengenceran). Ibu
hamil dalam hal ini memproduksi cairan lebih banyak sehingga kebutuhan akan sel
darah merah juga bertambah. Banyak wanita di Indonesia mengalami kekurangan
zat besi, sehingga kadar hemoglobinnya rendah. Hemoglobin rendah tentu
berpengaruh pada kualitas kesehatan ibu hamil dan janin (Misaroh dan Proverawati,
2011).
Hemoglobin adalah protein yang membawa oksigen di dalam sel darah merah
dan memberi warna merah pada sel darah merah. Orang dengan anemia tidak
memiliki cukup hemoglobin. Anemia dapat disebabkan oleh banyak hal diantaranya
yaitu penghancuran sel darah merah yang berlebihan, kehilangan darah, dan
penurunan produksi sel darah merah (Proverawati, 2011).
Ibu hamil dengan pengetahuan tentang anemia yang baik diharapkan bisa lebih
mencegah atau melindungi dirinya dari anemia. Berdasarkan hasil penelitian
Aisyarah pada tahun 2012 di Puskesmas Bajeng Kabupaten Gowa menunjukkan
adanya hubungan antara pengetahuan ibu tentang anemia dengan status anemia.
Pola makan juga berhubungan dengan status anemia. Pola makan yang dimaksud
adalah konsumsi makanan sumber Fe, karena kebutuhan zat besi pada ibu hamil
berlipat ganda dibandingkan dengan ibu yang tidak hamil dan salah satu untuk
memenhi kebutuhan zat besi dapat melalui makanan. Berdasarkan hasil penelitian
Wulandari tahun 2010, menunjukkan bahwa dari 71 responden sebanyak 27% ibu
hamil trimester III mengalami anemia karena pola konsumsi makan yang rendah
terutama konsumsi makanan sumber Fe.
Efektivitas upaya pemberian tablet besi juga sangat bergantung pada seberapa
besar kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet besi yang diberikan.
Cakupan pemberian tablet besi yang tinggi tidak berdampak pada penurunan
anemia besi jika kepatuhan ibu hamil dalam menelan tablet besi masih rendah.
Program pemberian tablet besi sangat terkait dengan pelayanan kesehatan pada ibu
hamil (K1-K4) karena diberikan pada saat ibu hamil melakukan kunjungan ke
pelayanan kesehatan. Pemberian tablet besi juga menjadi salah satu syarat
terpenuhinya kunjungan ibu hamil K4 (Dinkes, 2012).
Pengaruh suplemen besi pada ibu hamil tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan
ibu, tetapi juga dapat membantu memaksimalkan pertumbuhan otak dan berat
badan bayi. Pertambahan berat janin menunjukkan hasil yang lebih rendah pada
kelompok ibu hamil. Suplemen zat besi pada ibu hamil dapat menurunkan sebesar
73% insiden anemia pada kehamilan dan 67% insiden anemia defisiensi pada
kehamilan. Hal ini bisa dijelaskan bahwa dengan suplemen zat besi dapat
meningkatkan antara lain retikulosit, sel darah merah dan haemoglobin (Farid
Husin, 2014).
Perilaku ketidakpatuhan ibu hamil dalam meminum tablet tambah darah dapat
mencerminkan seberapa besar peluang untuk terkena anemia. Dampak dari
ketidakpatuhan ibu hamil mengkonsumsi tablet tambah darah adalah anemia pada
masa kehamilan, hal ini dapat menyebabkan terjadinya abortus (keguguran),
kematian janin dalam kandungan atau waktu lahir, lahir premature, cacat bawaan,
proses persalinan yang lama dan pada waktu persalinan dapat menyebabkan
pendarahan dan syok akibat melemahnya dari kontraksi rahim. Berbagai upaya di
bidang kesehatan khususnya pada kehamilan untuk menurunkan frekuensi anemia,
salah satunya adalah dengan melakukan penyuluhan-penyuluhan dan pemberian
tablet tambah darah secara teratur dan peningkatan gizi disetiap daerah (Ma’muroh,
2013).
Menurut World Health Organization (WHO) secara global pada tahun 2012,
prevalensi anemia pada ibu hamil di seluruh dunia adalah 41,8%. Prevalensi anemia
pada ibu hamil di Afrika sebesar 57,1%, Asia 48,2%, Eropa 25,1% dan Amerika
24,1%. Hasil Riskesdas 2018 menyatakan bahwa di Indonesia angka kejadian
anemia kehamilan di Indonesia sebesar 48,9%. Sebanyak 84,6% anemia pada ibu
hamil usia 15-24 yahun, 33,7% pada usia 25-34 tahun, 33,6% pada usia 35-44
tahun dan 24% pada usia 45-54 tahun (Riskesdas, 2018). Dari cakupan ibu hamil
yang mendapatkan tablet tambah darah hanya 38,1% yang mengkonsumsi 90 tablet,
hal ini lebih kecil dibandingkan dengan ibu hamil yang mengkonsumsi tablet
tambah darah kurang dari 90 tablet yaitu sebesar 61,9% dan masih jauh dari Standar
Pelayanan Minimal (SPM).
minimal 90 hari sebanyak 32,5%. sedangkan pada tahun 2015 khususnya di Bandar
lampung, cakupan K4 pada ibu hamil sebesar 100%, sedangkan cakupan ibu hamil
yang mendapat besi sebesar 75,24%.
Berdasarkan data di Puskesmas Rawat Inap Way Kandis pada tahun 2018, total
ibu hamil yang berada di kecamatan Way Kandis sebanyak 938 orang ibu hamil
pada periode Januari sampai Desember tahun 2018. Sebanyak 24,4% ibu hamil
mengalami anemia di wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap Way Kandis dan
cakupan pemberian tablet tambah darah pada tahun 2018 di wilayah kerja
Puskesmas Rawat Inap Way Kandis sebesar 89,2%. Hal ini belum mencapai target
Puskesmas Rawat Inap Way Kandis yang memiliki target yaitu 93%.
Pada tahun 2019 total ibu hamil yang berada di wilayah kecamatan Way Kandis
sebanyak 930 orang ibu hamil pada periode Januari sampai Desember 2019.
Sebanyak 15,27% ibu hamil mengalami anemia di wilayah kerja Puskesmas Rawat
Inap Way Kandis dan cakupan pemberian tablet tambah darah pada tahun 2019 di
wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap Way Kandis sebesar 93%. Hal ini masih
belum mencapai target Puskesmas Rawat Inap Way Kandis yang memiliki target
yaitu 98% dan pada tahun 2020 total ibu hamil yang berada di wilayah kecamatan
Way Kandis sebanyak 922 orang ibu hamil pada periode Januari sampai September
2020. Sebanyak 66,4% ibu hamil mengalami anemia di wilayah Puskesmas Rawat
Inap Way Kandis.
Berdasarkan data tersebut penulis memilih Puskesmas Rawat Inap Way Kandis
karena puskesmas ini yang berada di wilayah kecamatan Way Kandis yang
menangani 5 wilayah yaitu Way Kandis, Perumnas Way Kandis, Tanjung Senang,
Pematang Wangi dan Labuhan Dalam. Berdasarkan prevalensi anemia menurut
WHO maka tingkat anemia pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap
Way Kandis tahun 2020 masuk ke dalam kategori tinggi karena sebanyak 66,4%
ibu hamil yang memiliki kadar Hb di bawah 11 gr %. Di wilayah kerja Puskesmas
Rawat Inap Way Kandis juga melakukan konsultasi dan pemeriksaan rutin kepada
ibu hamil yang ada di wilayah kerja tersebut. Pemeriksaan Hb untuk ibu hamil
sudah dilakukan sejak lama oleh Puskesmas Rawat Inap Way Kandis. Pemeriksaan
Hb dilakukan pada awal kunjungan ibu, sedangkan untuk pemberian tablet tambah
darah diberikan secara bertahap.
Dari latar belakang tersebut sehingga membuat penulis tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai gambaran kepatuhan konsumsi tablet Fe dan makanan sumber
Fe pada Ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap Way Kandis tahun
2021.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uaraian masalah di atas maka peneliti ingin mengetahui
“Bagaimana gambaran kepatuhan konsumsi tablet tambah darah dan makanan
sumber Fe pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap Way Kandis
tahun 2021?”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui “Gambaran kepatuhan konsumsi
tablet tambah darah dan makanan sumber Fe pada ibu hamil di wilayah kerja
Puskesmas Rawat Inap Way Kandis tahun 2021”.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran kepatuhan konsumsi tablet tambah darah pada ibu
hamil di wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap Way Kandis tahun 2021
b. Mengetahui gambaran pendapatan keluarga
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Peneoitian ini dapat menjadi bukti empirik kepatuhan konsumsei tablet Fe dan
makanan sumber Fe pada ibu hamil penderita anemia di wilayah kerja
Puskesmas Rawat Inap Way Kandis Bandar Lampung. Sebagai bahan refrensi
dan evaluasi untuk pengembangan penelitian lanjutan.
2. Manfaat Aplikatif
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan tentang
gambaran kepatuhan konsumsi tablet tambah darah dan makanan sumber Fe pada
ibu hamil dan sebagai bahan evaluasi program penanganan anemia pada ibu hamil
di wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap Way Kandis sehingga gangguan dan
hambatan dapat ditangani.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Ibu Hamil
1. Pengertian Ibu hamil
Ibu hamil adalah orang yang sedang dalam proses pembuahan untuk
melanjutkan keturuan. Di dalam tubuh seorang wanita hamil terdapat janin yang
tumbuh di dalam rahim. Kehamilan merupakan masa kehidupan yang penting.
Seorang ibu hamil harus mempersiapkan diri sebaik-baiknya agar tidak
menimbulkan permasalahan pada kesehatan ibu, bayi, dan saat proses kelahiran.
Salah satu faktor yang mempengaruhi kesehatan ibu adalah keadaan gizi
(Waryana, 2010).
Kehamilan merupakan peristiwa yang terjadi pada seorang wanita, dimulai
dari fertilisasi (konsepsi) sampai kelahiran bayi. Masa kehamilan dimulai dari
periode akhir menstruasi sampai kelahiran bayi, sekitar 266-280 hari atau 37-40
minggu yang terdiri dari tiga trimester. Periode perkembangan kehamilan terdiri
dari tiga tahap. Tahap pertama, perkembangan zigot, yaitu pembentukan sel,
pembelahan sel menjadi blastosit dan implantasi. Tahap kedua, perkembangan
embrio, yaitu dari diferensiasi sampai organogenesis. Tahap ketiga,
perkembangan fetus (janin) atau pertumbuhan bakal bayi (Hardiyansyah dan
Supariasa, 2016).
Proses kehamilan dapat menjadikan perubahan-perubahan seperti perubahan
tubuh ibu dibandingkan sebelum hamil, jumlah pertambahan berat badan selama
kehamilan beragam antar ibu hamil. Pertambahan berat badan normal ibu hamil
di Indonesia berkisar antara 10-12 kg. Tahapan pertambahan berat badan
trimester I yaitu 1,1 kg, trimester II yaitu 2,2 kg dan trimester III yaitu 5 kg.
Selain itu terjadi perubahan pada mekanisme pengaturan dan fungsi organ-organ
tubuh, yaitu peningkatan aktivitas fisiologis, metabolik dan anatomis. Perubahan
fisiologis meliputi perubahan hormone. Perubahan anatomis mencakup
peningkatan volume darah ibu, peningkatan ukiran uterus ibu, penambahan
plasenta dan janin (Hardiansyah dan Supariasa, 2016).
Perencanaan gizi bagi ibu hamil sebaiknya mengacu pada RDA karena
kebutuhan gizinya berbeda dengan ibu yang tidak hamil. Kebutuhan protein ibu
hamil akan meningkat sampai 68%, asam folat 100%, kalsium 50% dan zat besi
200-300%. Tujuannya untuk menyiapkan cukup kalori, protein, vitamin, mineral
dan cairan untuk memenuhi kebutuhan gizi ibu dan janin. Bahan makanan yang
digunakan sebaiknya meliputi makanan yang mengandung protein (hewani dan
nabati), kalsium (susu dan olahannya), karbohidrat (roti dan biji-bijian), buah
dan sayur yang kaya akan vitamin C, sayuran berwarna hijau tua serta tambahan
suplementasi zat besi dan asam folat (Arisman, 2009).
Sebagian besar masalah gizi yang terjadi di dunia adalah gizi kurang
menjadi kurang optimal dikhawatirkan akan terjadi cacat bawaan pada bayi yang
dilahirkan, bahkan juga bias ukuran kepala bayi kecil karena kurangnya asupan
gizi janin untuk perkembangan otak sehingga perkembangan otak tidak optimal.
Selain itu kematian bayi karena berat badan lahir rendah (BBLR) yaitu kurang
dari 2,5 kg dan bayi prematur, juga karena status gizi ibu yang kurang. Untuk
mengatasi masalah ini sebaiknya berat badan ibu rutin.
Beberapa cara dapat digunakan untuk menilai status gizi ibu hamil, salah
satu caranya dengan menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT) yang rumusnya
sebagai berikut :
Berat badan( kg)
IMT=
Tinggi badan ¿ ¿
3. Etiologi
Tabel 2.
Penyebab anemia dapat dibagi dalam penyebab langsung
dan penyebab tidak langsung
Kekurangan zat besi dalam menu makanan sehari-hari dapat menimbulkan penyakit
anemia gizi atau dikenal masyarakat sebagai penyakit kurang darah
(Citrakesumasari, 2012). Zat besi yang paling berperan dalam proses terjadinya
anemia gizi adalah besi. Defisiensi besi merupakan penyebab utama anemia gizi
disbanding defisiensi zat gizi lain seperti asam folat, vitamin B12, protein, vitamin
dan mineral.
inti (nucleus), maka sel tersebut tidak dapat mensintesis enzim untuk
kelangsungan hidupnya. Kehidupan sel darah merah hanya sepanjang masih
terdapatnya enzim yang masih berfungsi (untuk membawa O2 dan CO2),
dan biasanya hanya sampai empat bulan.
c. Fungsi lain : sebagian kecil Fe terdapat dalam enzim jaringan. Bila terjadi
defisiensi zat besi, enzim ini berkurang jumlahnya sebelum jumlah Hb
menurun. Zat besi diperlukan sebagai katalis dalam konversi beta karoten
menjadi vitamin A, dalam reaksi sintesis protein (sebagian bagian integral
asam nukleat dalam RNA dan DNA) dan dalam reaksi sintesis kolagen.
Selain itu Fe diperlukan dalam proses penghilangan lipida dari darah,
untuk memproduksi antibodi, serta untuk detoksifikasi zat racun dalam
hati.
3. Metabolisme Zat besi
Metabolisme besi terutama ditujukan untuk pembentukan hemoglobin. Besi
terdapat pada semua sel dan memegang peranan penting dalam beragam reaksi
biokimia. Besi terdapat dalam enzim-enzim yang bertanggungjawab utntuk
pengangkutan electron (sitokrom) untuk pengaktifan oksigen dalam hemoglobin
dan myoglobin (Citrakesumasari, 2012).
Pada dasarnya ada lima rentetan proses metabolisme besi di dalam tubuh
yaitu penyerapan, transportasi, pemanfaatan dan pengawetan, penyimpanan dan
yang terakhir pembuangan. Besi dalam makanan yang dikonsumsi berada dalam
bentuk ikatan ferri (umunya dalam pangan nabati) maupun ikatan ferro
(umumnya dalam pangan hewani). Besi yang berbentuk ferri oleh getah lambung
(HCl) direduksi menjadi bentuk ferro yang lebih mudah diserap oleh sel mukosa
usus. Adanya vitamin C juga dapat membantu proses reduksi tersebut
(Citrakesumasari, 2012).
Di dalam sel mukosa, ferro dioksidasi menjadi ferri, kemungkinan bergabung
dngan aporefitin membentuk protein yang mengandung besi yaitu ferritin.
Selanjutnya untuk masuk ke plasma darah, besi dilepaskan dari ferritin dalam
bentuk ferro, sedangkan apoferitin yang terbentuk kembali akan bergabung lagi
dengan ferri hasil oksidasi di dalam sel mukosa. setelah masuk ke dalam plasma
darah, maka besi ferro segera dioksidasi menjadi ferri untuk digabungkan
D. Tablet Fe
E. Kepatuhan Konsumsi Tablet besi
1. Definisi Kepatuhan
Kepatuhan mengkonsumsi tablet besi didefinisikan perilaku ibu hamil yang
mentaati semua petunjuk yang dianjurkan oleh petugas kesehatan dalam
mengkonsumsi tablet besi. Kepatuhan konsumsi tablet besi diperoleh melalui
perhitungan tablet yang tersisa. Ibu hamil dikategorikan patuh apabila angka
F. Pola Makan
1. Pengertian Pola Makan
Menurut Heaper 1986 dalam Nadaek (2011) pola makan adalah cara
seseorang, kelompok orang dan keluarga dalam memilih jenis dan jumlah bahan
makanan yang dimakan setiap hari oleh satu orang atau lebih dan mempunyai
khas untuk satu kelompok tertentu. Penanaman pola makan yang beraneka
ragam makanan harus dilakukan sejak bayi, saat bayi masih makan nasi tim,
yaitu ketika usia baru enam bulan keatas ibu harus tahu dan mampu menerapkan
pola makan sehat.
pertumbuhan janin yang sangat pesat, juga diperlukan untuk ibu dalam persiapan
persalinan (Manuaba, 2014).
Tabel.
Kebutuhan Makanan Ibu Hamil dalam Sehari
Bahan Wanita Ibu Hamil
Makanan Tidak Triwulan I Triwulan II Triwulan III
Hamil
Nasi 3½ 3½ 4 3
Ikan 1½ 1½ 4 3
Tempe 3 potong 3 4 5
Sayur 1½ 1½ 3 mangkok 3 mangkok
Buah 2 potong 2 2 2
Gula 5 sdm 5 5 sdm 5 sdm
Susu - 1 1 1
Lemak 5 sdm 5 5 5 sdm
minyak
Air 4 gelas 6 6 6
Garam 1 sdm 1 1 1 sdm
Sumber : Manuaba, 2014
Pola makan yang baik bagi hamil harus memenuhi sumber karbohidrat,
protein dan lemak serta vitamin dan mineral.Untuk pengganti nasi dapat
digunakan jagung, ubi jalar dan roti. Untuk pengganti protein hewani dapat
digunakan tempe dan tahu. Makanan ibu selama hamil diharapkan dapat
memenuhi kebutuhan zat gizi agar ibu dan janin dalam keadaan sehat. Demi
suksesnya kehamilan, keadaan gizi ibu pada waktu konsepsi harus dalam
keadaan baik dan selama hamil harus mendapatkan tambahan protein, mineral,
vitamin dan energi (Prastiono, 2016). Untuk memperoleh pengaruh yang lebih
baik dari pola makan ibu hamil, perlu diperhatikan prinsip ibu hamil, yaitu
jumlah lebih banyak, mutu lebih baik, selain itu susunan menu juga harus
seimbang.
badan. Hal ini disebabkan adanya gangguan pusing, mual bahkan muntah.
Untuk itu dianjurkan porsi makanan kecil tetapi sering. Bentuk makanan
kering/tidak berkuah.
b. Pada Trimester II
Nafsu makan ibu membaik, makan makanan yang diberikan 3x sehari
ditambah 1x makanan selingan. Hidangan lauk pauk hewani seperti : telur,
daging, teri, hati sangat baik dan bermanfaat untuk menghindari kurang
darah.
c. Pada Trimester III
Makanan harus disesuaikan dengan keadaan badan ibu. Bila ibu hamil
mempunyai berat kelebihan, maka makanan pokok dan tepung-tepungan
dikurangi, dan memperbanyak sayur-sayuran dan buah-buahan segar untuk
menghindari sembelit. Bila terjadi keracunan kehamilan/oedem (bengkak-
bengkak pada kaki), maka janganlah menambah garam dapur dalam masakan
sehari-hari.
Pengaturan gizi selama kehamilan perlu diperhatikan sejak trimester pertama,
kedua sampai dengan trimester ketiga. Pengaturan gizi selama kehamilan ini
bertujuan agar:
a. Ibu hamil dan janin tercukupi kebutuhan zat gizinya yaitu energi, protein
bernilai biologi tinggi, vitamin, mineral dan cairan
b. Status gizi ibu hamil normal, sehingga dapat menjalani kehamilan dengan
baik dan aman, bayi yang dilahirkan sehat fisik dan mental
c. Makanan yang dikonsumsi membentuk lebih banyak jaringan tubuh bukan
lemak
d. Masalahnya kurangnya asupan makanan karena mual dan muntah dapat
teratasi
e. Masalah ibu hamil yang menderita diabetes, anemia, hipertensi dapat diatur
makanannya sehingga tidak menyulitkan selama kehamilan
f. Ibu memperoleh energi yang cukup untuk menyusui dan merawat bayi yang
dilahirkan nanti
Adapun kecukupan gizi untuk ibu hamil dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 1.
Angka Kecukupan Gizi Wanita Tidak Hamil dan Tambahan Gizi yang
Dibutuhkan Ketika Hamil (per orang per hari)
AKG Wanita Tidak Kecukupan Zat Gizi
Zat Gizi Hamil
19 – 29 30 – 49 Trimester Trimester Trimester
Tahun Tahun 1 2 3
Energi 2250 2150 +180 +300 +300
(kkal)
Protein 60 60 +1 +10 +30
(gr)
Lemak 65 60 +2,3 +2,3 +2,3
(gr)
Karbohidrat 360 340 +25 +40 +40
(gr)
Vitamin A 600 600 +300 +300 +300
(mg)
Vitamin B1 1,1 1,1 +0,3 +0,3 +0,3
(mg)
Vitamin C 75 75 +10 +10 +10
(mg)
Besi 18 18 +0 +9 +9
(mg)
Sumber : Kementrian RI. 2019. Angka Kecukupan Gizi
d. Karbohidrat
Tambahan energi yang dibutuhkan bagi pertumbuhan dn perkembangan
janin selama dalam kandungan berasal dari karbohidrat. Pada trimester
pertama kehamilan, energi yang berasal dari karbohidrat digunakan untuk
pembentukan sel-sel darah merah. Sedangkan pada trimester ketiga, energy
dari karbohidrat diperlukan untuk persiapan tenaga ibu hamil dalam proses
persalinan. Di masa kehamilan dianjurkan untuk mengkonsumsi karbohidrat
kurang lebih 50-60% dari total kebutuhan energy tubuh. Karbohidrat yang
dianjurkan untuk dikonsumsi adalah karbohidrat kompleks seperti roti,
serealia, nasi, kentang, singkong, jagung dan pasta. Kandungan seratnya
dapat mencegah sembelit atau susah buang air besar pada saat kehamilan.
e. Vitamin
Vitamin A
Vitamin A bermanfaat untuk pertumbuhan janin, pergantian sel baru
pada semua jaringan tubuh dan sel saraf, pembentukan tulang dan gigi,
mencegah terjadinya kelainan bawaan pada bayi, serta meningkatkan daya
tahan tubuh ibu hamil. Adapun kekurangan vitamin A dapat menyebabkan
gangguan pertumbuhan jnin, pertumbuhan sel-sel tubuh kurang optimal dan
Vitamin D
Berfungsi mencegah hipokalsemia, membantu penyerapan kalsium dan
fosfor, mineralisasi tulang dan gigi serta mencegah osteomalacia pada ibu.
Sumber vitamin D terdapat pada susu, kuning telur dan dibuat sendiri oleh
tubuh dengan bantuan sinar matahari (Simbolon, Jumiyati & Rahmadi,
2018).
h. Vitamin E
Kebutuhan vitamin E ibu hamil sekitar 15 mg (22,5 IU). Fungsi vitamin
E di masa-masa kehamilan adalah untuk menjaga struktur dan fungsi
komponen-komponen sel tubuh ibu dan janin, membantu pembentukan sel
darah merah dan sebagai antioksidan yang melindungi sel-sel tubuh dari
kerusakan.
i. Kalsium
Kalsium yang dikonsumsi ibu hamil, 99% akan digunakan untuk
pembentukan tulang dan gigi janin. Kalsium digunakan janin untuk
m. Serat
Salah satu keluhan ibu hamil adalah sulit buang air besar (sembelit). Ini
disebabkan karena hormon progesterone di saat hamil, di mana sistem kerja
pencernaan di usus berjalan lambat sehingga makanan dan air sulit diserap. Selain
itu sembelit juga bisa disebabkan oleh pertumbuhan janin yang semakin membesar
sehingga menekan usus dan anus ibu. Jika ini berlanjut terus maka dapat
menyebabkan pendarahan di anus. Untuk mengatasi hal ini maka sebainya ibu
memperbanyak minum air putih dan perbanyak konsumsi serat yang dapat
diperoleh dari buah, sayur, beras, dan kacang-kacangan karena serat dibutuhkan
untuk membentuk bulk (volume) dalam usus. Banyaknya serat yang dianjurkan
untuk dikonsumsi di waktu hamil adalah sebesar 20 gr/hari.
Asam Folat
Asam folat merupakan vitamin B berfungsi untuk perkembangan embrio,
mencegah cacat pada otak dan tulang belakang. Kekurangan asam folat
menyebabkan kehamilan premature, anemia, cacat bawaan, BBLR, dan
pertumbuhan janin terganggu. Kebutuhan sekitar 600-800 mg. Sumber asam folat
dari suplemen asam folat, sayuran hijau, jeruk, buncis, kacang-kacangan dan roti
gandum.
Pola makan yang baik selama kehamilan dapat membantu tubuh mengatasi
permintaan khusus karena hamil, serta memiliki pengaruh positif pada kesehatan
bayi. Pola makan sehat pada ibu hamil adalah makanan yang dikonsumsi oleh ibu
hamil harus memiliki jumlah kalori dan zat-zat gizi yang sesuai dengan kebutuhan
seperti karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, serat dan air (Manuaba,
2015). Pola makan ini dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu kebiasaan, kesenangan,
budaya, agama, taraf ekonomi, dan alam. Sehingga faktor-faktor yang mengalami
pola makan ibu hamil tersebut berpengaruh pada status gizi ibu. Jika pola makan
seimbang ini tidak terpenuhi, maka cenderung mengakibatkan anemia saat
kehamilannya ( Keisnawati, dkk,2015).
G. Kerangka Teori
Faktor Dasar:
1. Sosial Ekonomi
2. Pengetahuan
3. Pendidikan
4. Budaya
H. Kerangka Konsep
Pola Makan
Anemia Dalam
Kepatuhan Kehamilan
Mengkonsumsi Tablet Politeknik Kesehatan Tanjungkarang
3
2
I. Definisi Operasional
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan rancangan penelitian bersifat deskriptif dengan
pendekatan cross sectional, yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika
korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi.
Penelitian yang dilakukan adalah tentang gambaran konsumsi makanan rumahan
dan aktivitas fisik siswa dan siswi kelas 7 dan 8 SMP Kristen BPK Penabur Bandar
Lampung tahun 2020.
B. Subjek Penelitian
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti
(Notoatmodjo,2010). Populasi dari penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang
mendapatkan tablet Fe di wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap Way Kandis Bandar
Lampung
2. Sampel
Sampel adalah bagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan
dianggap mewakili seluruh populasi (N otoatmodjo, 2010). Sampel dalam
penelitian ini adalah keseluruh jumlah ibu hamil yang mendapatkan tablet Fe di
wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap way Kandis Bandar Lampung tahun 2021.
3. Teknik Sampling
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus 2020
D. Pengumpulan Data
1. Cara Pengumpulan Data
2. Jenis Data
a. Data primer
Data primer merupakan data yang dikumpulkan secara langsung oleh peneliti
dari sumber datanya. Teknik yang digunakan peneliti dalam penelitian ini antara
lain wawancara sesuai dengan daftar pertanyaan atau kuisioner. Data primer
yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi : status gizi, makanan sumber Fe,
dan aktivitas fisik,
1) Status Gizi
Menurut PMK No.20 Tahun 2020 tentang standar antropometri anak,
penentuan status gizi lebih pada anak dapat dilakukan dengan mengukur IMT
dan membandingkannya dengan umur anak. Data IMT didapat dari
pengukuran berat badan dan tinggi badan yang dilakukan dengan
menggunakan timbangan injak dan microtoise.
Teknik pengukuran berat badan yaitu sebagai berikut :
a) Letakkan alat timbangan berat badan di tempat yang datar
b) Setelah alat siap, mintalah responden untuk melepaskan alas kaki (sepatu
dan kaos kaki), asesoris yang digunakan (jam, cincin, gelang, kalung,
kacamata, dan lain-lain yang memiliki berat maupun barang yang terbuat
dari logam lainnya) dan pakaian luar seperti jaket. Saat menimbang
sebaiknya respondek menggunakan pakaian seringan mungkin untuk
mengurangi bias/error saat pengukuran.
c) Setelah itu mintalah responden untuk naik ke atas timbangan, kemudian
berdiri tegak pada bagian tengah timbangan dengan pandangan lurus ke
depan.
d) Pastikan pula responden dalam keadaan rileks / tidak bergerak–gerak.
e) Catat hasil pengukuran dalam stuan kilogram (kg).
Teknik pengukuran berat badan yaitu sebagai berikut :
a) Pilih bidang vertikal yang datar (misalnya tembok atau bidang pengukuran
lainnya) sebagai tempat untuk meletakkan.
b) Pasang microtoise pada bidang tersebut dengan kuat dengan cara
meletakkannya di dasar bidang atau lantai, kemudian Tarik ujung meteran
2) Makanan Rumahan
Makanan rumahan adalah makanan yang diolah dirumah guna
untuk memenuhi kebutuhan gizi anggota keluarga dengan kualitas makanan
yang baik. Cara pengukuran adalah dengan cara wawancara menggunakan
kuisioner FFQ semi-kuantitatif hasil ukur dengan merekapitulasi FFQ.
3) Aktivitas Fisik
Data aktivitas fisik didapatkan dengan cara menanyakan secara
langsung aktivitas fisik yang dilakukan responden dengan menggunakan
lembar kuisioner Physical Activity Quiestionnaire for Adolescent (PAQ-A).
Lembar yaitu penilaian aktivitas fisik saat weekday dan weekend. Prosedur
untuk mendapatkan aktivitas fisik yaitu dengan cara menjumlahkan waktu
yang digunakan untuk melakukan aktivitas fisik selama satu hari. Enumerator
menanyakan dengan rinci aktivitas fisikyang dilakukan dengan cara recall
selama 1 hari kebelakang untuk lembar weekday dan recall 1 hari kebelakang
untuk lembar weekend kemudia hasilnya dijumlahkan untuk lembar weekday
dan lembar weekend lalu di rata-ratakan untuk mendapatkan hasil rata-rata
aktivitas fisik yang dilakukan selama 1 hari. Setelah itu hasilnya dimasukkan
ke dalam klasifikasi aktivitas
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diambil secara tidak langsung atau
mengambil data yang sudah ada. Data sekunder yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data dari sekolah, meliputi nama siswa, absen siswa, dan
profil sekolah.
3. Instrumen Penelitian
Instrument penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk
mengumpulkan data (Notoadmodjo, 2010). Alat yang digunakan dalam
penelitian adalah sebagai berikut :
a. Timbangan injak untuk mengukur berat badan responden
b. Microtoise untuk mengukur tinggi badan
c. Kuisioner identitas
d. Kuisioner aktivitas fisik
e. Kuisioner
E. Pengolahan Data
1. Editing (Penyuntingan Data)
Editing merupakan kegiatan penyuntingan data yang telah terlampaui
yaitu dengan cara memeriksa kelengkapan data, kesalahan pengisian dan
karakteristik dari setiap jawaban berdasarkan daftar pertanyaan yang ada pada
kuisioner yang telah diisi oleh responden. Pada tahap ini juga dilakukan
pemberian skor terhadap variabel pengetahuan gizi, aktivitas fisik, dan pola
konsumsi secara manual.
2. Coding (Pengodean)
Coding yaitu pemberian kode atau pembuatan kode-kode dari tiap-tiap
data yang termasuk dalam kategori yang sama. Coding dilakukan untuk
mempermudah pada saat analisa data dan juga mempercepat pada saat entry
data. Berikut adalah coding dalam variabel-variabel yang digunakan dalam
penelitian ini :
a. Gizi Lebih
Pengkodean dilakukan pada variabel gizi lebih yaitu 0 = Gizi lebih,
jika IMT/U >1SD, dan 1 = Tidak gizi lebih, jika IMT/U ≤1SD (WHO, 2005).
b. Aktivitas Fisik
Pengodean dilakukan pada varibael aktifitas fisik yaitu 0 = aktivitas
fisik tinggi jika total waktu aktivitas fisik ≥6jam per hari, 1 = aktivitas fisik
sedang jika total waktu aktivitas fisik 3-5,9 jam per hari, 2 = aktivitas fisik
rendah jika total aktivitas <3jam per hari (Kemenkes, 2013).
c. Pola Konsumsi Makanan Rumahan
3. Cleaning (Pembersihan)
Setelah data diberi kode dan dimasukkan ke dalam perangkat computer
selanjutnya dilakukan cleaning atau pembersihan data yang merupakan
kegiatan pengecekan kembali data yang sudah di-entry apakah ada kesalahan,
ketidak lengkapan dan sebagainya yang dapat memengaruhi hasil pengolahan
data, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi.
F. Analisis Data
Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis
univiurat. Analisis ini dilakukan secara deskriptif dengan distribusi frekuensi
variabel untuk kategori masing-masing varibel yang diteliti. Hasil distribusi
frekuensi disajikan dalam bentuk presentase (%).