Anda di halaman 1dari 38

GAMBARAN KEPATUHAN KONSUMSI TABLET TAMBAH

DARAH DAN MAKANAN SUMBER FE PADA IBU HAMIL


DI WILAYAH KERJAPUSKESMAS RAWAT INAP
WAY KANDIS BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2021

Oleh :
MAY SISCA SIANTURI
NIM 1813411037

TUGAS AKHIR
POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG
PRODI DIII GIZI JURUSAN GIZI
2021

BAB I

PENDAHULUAN
2

A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan,
dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan
diselenggarakan dengan berdasarkan pada prikemanusiaan, pemberdayaan dan
kemandirian, adil dan merata, serta pengutamaan dan manfaat dengan perhatian
khusus pada penduduk rentan, antara lain ibu, bayi, anak, lanjut usia (lansia), dan
keluarga miskin. Pembangunan kesehatan dilaksanakan untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat dan mencapai target nasional, target regional, serta target
global. Pembangunan kesehatan berperan dalam meningkatkan kualitas SDM
melalui pelayanan kesehatan bermutu, merata dan terjangkau bagi masyarakat serta
dengan meningkatkan status gizi. Pelayanan kesehatan berkaitan dengan ke
mudahan layanan kesehatan, serta tersedianya tenaga kesehatan dan obat-obatan
yang mencukupi (Profil Kesehatan Lampung, 2017).

Permasalahan gizi masyarakat merupakan salah satu isu kesehatan masyarakat


yang menyita perhatian sector kesehatan. Status gizi juga merupakan salah satu
penentu kondisi derajat kesehatan masyarakat. Pemerintah melalui kementrian
kesehatan melalukan upaya perbaikan gizi masyarakat dalam merespon
permasalahan gizi yang sering ditemukan seperti anemia gizi besi, kekurangan
vitamin A, dan gangguan kekurangan yodium (Dinkes, 2012).

Salah satu akibat kemiskinan adalah ketidakmampuan rumah tangga untuk


memenuhi kebutuhan pangan dalam jumlah dan kualitas yang baik. Hal ini
berakibat pada kekurangan gizi, baik zat gizi makro maupun zat gizi mikro, yang
dapat diindikasi dari status gizi anak balita dan ibu hamil. Implikasi dari masalah
gizi pada kedua kelompok tersebut sangat luas, salah satunya adalah kekurangan zat
besi atau anemia gizi besi pada ibu hamil dapat meningkatkan risiko kematian pada
saat melahirkan, meningkatkan risiko bayi yang dilahirkan mengalami kekurangan
zat besi yang akan berdampak buruk pada pertumbuhan sel-sel otak anak, sehingga
secara konsisten dapat mengurangi kecerdasan anak. Pada orang dewasa,
kekurangan zat besi dapat menurunkan produktivitas sebesar 20-30% (Fathonah,
2016).

Politeknik Kesehatan Tanjungkarang


3

Masa kehamilan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan janin menuju


masa kelahiran sehingga gangguan gizi yang terjadi pada masa kehamilan akan
berdampak besar bagi kesehatan ibu maupun janin. Salah satu masalah gizi yang
banyak terjadi pada ibu hamil adalah anemia, yang merupakan masalah gizi mikro
terbesar dan tersulit diatasi di seluruh dunia (Lynch, 2011).

Salah satu permasalah gizi masyarakat adalah anemia gizi, yaitu suatu kondisi
ketika kadar hemoglobin (Hb) dalam darah tergolong rendah. Rendahnya kadar Hb
ini terjadi karena kekurangan asupan zat gizi yang diperlukan untuk pembentukan
komponen Hb terutama zat besi (Fe). Sebagian besar anemia yang ditemukan di
Indonesia adalah anemia gizi besi yaitu anemia yang disebabkan karena kekurangan
zat besi (Fe) (Dinkes, 2012).

Anemia masih merupakan penyebab tidak langsung kematian utama ibu di


bidang obstetric. Anemia pada kehamilan dapat memberi dampak kurang baik bagi
ibu, baik selama masa kehamilan, persalinan maupun selama masa nifas dan masa
selanjutnya. Berbagai penyakit dapat timbul akibat anemia, seperti partus lama
karena inertia uteri, perdarahan po stpartum karena atonia uteri, syok, infeksi,
merupakan berbagai macam dampak yang ditimbulkan karena anemia
(Hudono,2010).

Anemia Ibu hamil sebagian besar kekurangan zat besi karena memasuki
trimester kedua dan ketiga karena ibu mengalami hemodilusi (pengenceran). Ibu
hamil dalam hal ini memproduksi cairan lebih banyak sehingga kebutuhan akan sel
darah merah juga bertambah. Banyak wanita di Indonesia mengalami kekurangan
zat besi, sehingga kadar hemoglobinnya rendah. Hemoglobin rendah tentu
berpengaruh pada kualitas kesehatan ibu hamil dan janin (Misaroh dan Proverawati,
2011).

Hemoglobin adalah protein yang membawa oksigen di dalam sel darah merah
dan memberi warna merah pada sel darah merah. Orang dengan anemia tidak
memiliki cukup hemoglobin. Anemia dapat disebabkan oleh banyak hal diantaranya
yaitu penghancuran sel darah merah yang berlebihan, kehilangan darah, dan
penurunan produksi sel darah merah (Proverawati, 2011).

Politeknik Kesehatan Tanjungkarang


4

Kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada


pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel otak. Anemia gizi dapat
mengakibatkan kematian janin di dalam kandungan, abortus, cacat bawaan, BBLR,
anemia pada bayi yang dilahirkan, hal ini menyebabkan morbiditas dan mortalitas
ibu dan kematian perinatal secara bermakna lebih tinggi. Pada ibu hamil yang
menderita anemia berat dapat mengakibatkan risiko morbiditas maupun mortalitas
ibu dan bayi, kemungkinan melahirkan bayi BBLR dan premature juga lebih besar
(Adriani dan Wirjatmadja, 2012).

Ibu hamil dengan pengetahuan tentang anemia yang baik diharapkan bisa lebih
mencegah atau melindungi dirinya dari anemia. Berdasarkan hasil penelitian
Aisyarah pada tahun 2012 di Puskesmas Bajeng Kabupaten Gowa menunjukkan
adanya hubungan antara pengetahuan ibu tentang anemia dengan status anemia.
Pola makan juga berhubungan dengan status anemia. Pola makan yang dimaksud
adalah konsumsi makanan sumber Fe, karena kebutuhan zat besi pada ibu hamil
berlipat ganda dibandingkan dengan ibu yang tidak hamil dan salah satu untuk
memenhi kebutuhan zat besi dapat melalui makanan. Berdasarkan hasil penelitian
Wulandari tahun 2010, menunjukkan bahwa dari 71 responden sebanyak 27% ibu
hamil trimester III mengalami anemia karena pola konsumsi makan yang rendah
terutama konsumsi makanan sumber Fe.

Dalam rangka penanggulangan permasalahan anemia telah dilakukan program


pemberian tablet Fe. Pemberian tablet besi ini diintegrasikan dengan pelayanan
kunjungan ibu hamil (antenatal care) (Dinkes, 2012). Cakupan ibu hamil mendapat
tablet tambah darah (TTD) merupakan satu intervensi untuk mencegah terjadinya
anemia pada ibu selama proses kehamilan. Sebaiknya ibu hamil mulai
mengkonsumsi TTD sejak konsepsi sampai akhir trimester III. Anemia dalam
kehamilan dapat dicegah dengan pemberian tablet Fe atau sering disebut tablet
tambah darah. Pada wanita hamil dan menyusui kebutuhan zat besi sangat tinggi
sehingga perlu dipersiapkan yaitu sejak hamil mengkonsumsi 1 tablet tambah darah
setiap hari.

Efektivitas upaya pemberian tablet besi juga sangat bergantung pada seberapa
besar kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet besi yang diberikan.
Cakupan pemberian tablet besi yang tinggi tidak berdampak pada penurunan

Politeknik Kesehatan Tanjungkarang


5

anemia besi jika kepatuhan ibu hamil dalam menelan tablet besi masih rendah.
Program pemberian tablet besi sangat terkait dengan pelayanan kesehatan pada ibu
hamil (K1-K4) karena diberikan pada saat ibu hamil melakukan kunjungan ke
pelayanan kesehatan. Pemberian tablet besi juga menjadi salah satu syarat
terpenuhinya kunjungan ibu hamil K4 (Dinkes, 2012).

Ibu hamil dianjurkan mengkonsumsi tablet tambah darah minimal 90 tablet


selama hamil dan 40 hari setelah melahirkan untuk mencegah anemia. Namun
pemberian tablet tambah darah ini sulit dikonsumsi oleh ibu hamil dan dalam hal
ini menyebabkan ketidakpatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet tambah
darah karena dari efek samping yaitu perasaan ingin muntah, timbul mual dan
pusing-pusing. Kebosanan minum tablet tambah darah dan rendahnya dukungan
atau peran keluarga, khususnya suami juga merupakan salah satu faktor penyebab
ibu menjadi tidak patuh (Misaroh dan Proverawati, 2011).

Pengaruh suplemen besi pada ibu hamil tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan
ibu, tetapi juga dapat membantu memaksimalkan pertumbuhan otak dan berat
badan bayi. Pertambahan berat janin menunjukkan hasil yang lebih rendah pada
kelompok ibu hamil. Suplemen zat besi pada ibu hamil dapat menurunkan sebesar
73% insiden anemia pada kehamilan dan 67% insiden anemia defisiensi pada
kehamilan. Hal ini bisa dijelaskan bahwa dengan suplemen zat besi dapat
meningkatkan antara lain retikulosit, sel darah merah dan haemoglobin (Farid
Husin, 2014).

Perilaku ketidakpatuhan ibu hamil dalam meminum tablet tambah darah dapat
mencerminkan seberapa besar peluang untuk terkena anemia. Dampak dari
ketidakpatuhan ibu hamil mengkonsumsi tablet tambah darah adalah anemia pada
masa kehamilan, hal ini dapat menyebabkan terjadinya abortus (keguguran),
kematian janin dalam kandungan atau waktu lahir, lahir premature, cacat bawaan,
proses persalinan yang lama dan pada waktu persalinan dapat menyebabkan
pendarahan dan syok akibat melemahnya dari kontraksi rahim. Berbagai upaya di
bidang kesehatan khususnya pada kehamilan untuk menurunkan frekuensi anemia,
salah satunya adalah dengan melakukan penyuluhan-penyuluhan dan pemberian
tablet tambah darah secara teratur dan peningkatan gizi disetiap daerah (Ma’muroh,
2013).

Politeknik Kesehatan Tanjungkarang


6

Penyebab utama ketidakberhasilan program pemberian tablet Fe dalam rangka


pencegahan anemia ibu hamil adalah rendahnya kepatuhan dalam konsumsi tablet
Fe. Berdasarkan penelitian yang dilakukan tentang hubungan kepatuhan ibu hamil
mengkonsumsi tablet Fe dengan kejadian anemia di desa Pageraji kecamatan
Cilongok kabupaten Banyumas, diketahui bahwa ada hubungan antara kepatuhan
ibu hamil mengkonsumsi tablet Fe dengan kejadian anemia. Semakin baik
kepatuhan atau keteraturan ibu dalam mengkonsumsi tablet Fe maka semakin
rendah resiko ibu mengalami anemia. (Hidayah & Anasari, 2012)

Menurut World Health Organization (WHO) secara global pada tahun 2012,
prevalensi anemia pada ibu hamil di seluruh dunia adalah 41,8%. Prevalensi anemia
pada ibu hamil di Afrika sebesar 57,1%, Asia 48,2%, Eropa 25,1% dan Amerika
24,1%. Hasil Riskesdas 2018 menyatakan bahwa di Indonesia angka kejadian
anemia kehamilan di Indonesia sebesar 48,9%. Sebanyak 84,6% anemia pada ibu
hamil usia 15-24 yahun, 33,7% pada usia 25-34 tahun, 33,6% pada usia 35-44
tahun dan 24% pada usia 45-54 tahun (Riskesdas, 2018). Dari cakupan ibu hamil
yang mendapatkan tablet tambah darah hanya 38,1% yang mengkonsumsi 90 tablet,
hal ini lebih kecil dibandingkan dengan ibu hamil yang mengkonsumsi tablet
tambah darah kurang dari 90 tablet yaitu sebesar 61,9% dan masih jauh dari Standar
Pelayanan Minimal (SPM).

Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2019, Cakupan pemberian tablet


tambah darah (TTD) pada ibu hamil di Indonesia tahun 2019 adalah 64,0%. Angka
ini belum mencapai Renstra tahun 2019 yaitu 98%. Provinsi dengan cakupan
tertinggi pemberian TTD pada ibu hamil adalah Sulawesi Utara (100 %), sedangkan
provinsi dengan cakupan terendah adalah Sulawesi Selatan (1,7%). Terdapat satu
provinsi yang sudah melampaui Renstra tahun 2019 dan satu provinsi tidak
melaporkan data cakupan pemberian tablet tambah darah pada ibu hamil yaitu
Papua Barat.

Prevalensi anemia pada kehamilan di Provinsi Lampung adalah tertinggi di


pulau Sumatera. Tingginya jumlah anemia di Provinsi Lampung adalah sebesar
69,7%, angka tersebut lebih tinggi dari angka anemia gizi nasional yaitu sebesar
63% (Dinas Kesehatan Provinsi Lampung, 2015). Berdasarkan data dinas kesehatan
provinsi Lampung, pada tahun 2018 provinsi Lampung mendapat asupan zat besi

Politeknik Kesehatan Tanjungkarang


7

minimal 90 hari sebanyak 32,5%. sedangkan pada tahun 2015 khususnya di Bandar
lampung, cakupan K4 pada ibu hamil sebesar 100%, sedangkan cakupan ibu hamil
yang mendapat besi sebesar 75,24%.

Berdasarkan data dinas kesehatan kota Bandar Lampung prevalensi angka


kejadian anemia dalam kehamilan tahun 2013 sebesar 5.655 kasus (24,7%) dan
kejadian anemia dalam kehamilan meningkat pada tahun 2014 menjadi sebesar
6.428 kasus (26,8%), sedangkan pada tahun 2015 angka kejadian anemia sebesar
6.856 kasus (27,6%) (Dinas Kesehatan kota Bandar Lampung, 2015).

Berdasarkan data di Puskesmas Rawat Inap Way Kandis pada tahun 2018, total
ibu hamil yang berada di kecamatan Way Kandis sebanyak 938 orang ibu hamil
pada periode Januari sampai Desember tahun 2018. Sebanyak 24,4% ibu hamil
mengalami anemia di wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap Way Kandis dan
cakupan pemberian tablet tambah darah pada tahun 2018 di wilayah kerja
Puskesmas Rawat Inap Way Kandis sebesar 89,2%. Hal ini belum mencapai target
Puskesmas Rawat Inap Way Kandis yang memiliki target yaitu 93%.

Pada tahun 2019 total ibu hamil yang berada di wilayah kecamatan Way Kandis
sebanyak 930 orang ibu hamil pada periode Januari sampai Desember 2019.
Sebanyak 15,27% ibu hamil mengalami anemia di wilayah kerja Puskesmas Rawat
Inap Way Kandis dan cakupan pemberian tablet tambah darah pada tahun 2019 di
wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap Way Kandis sebesar 93%. Hal ini masih
belum mencapai target Puskesmas Rawat Inap Way Kandis yang memiliki target
yaitu 98% dan pada tahun 2020 total ibu hamil yang berada di wilayah kecamatan
Way Kandis sebanyak 922 orang ibu hamil pada periode Januari sampai September
2020. Sebanyak 66,4% ibu hamil mengalami anemia di wilayah Puskesmas Rawat
Inap Way Kandis.

World Health Organization (WHO) tahun 2012 memberikan batasan bahwa


prevalensi anemia di suatu daerah dikatakan ringan jika berada pada angka 10%
dari populasi target, kategori sedang jika 10-30% dan gawat jika lebih dari 30%.
Hal ini turut membuktikan fakta bahwa anemia pada ibu hamil di wilayah kerja
Puskesmas Rawat Inap Way Kandis cukup tinggi.

Politeknik Kesehatan Tanjungkarang


8

Berdasarkan data tersebut penulis memilih Puskesmas Rawat Inap Way Kandis
karena puskesmas ini yang berada di wilayah kecamatan Way Kandis yang
menangani 5 wilayah yaitu Way Kandis, Perumnas Way Kandis, Tanjung Senang,
Pematang Wangi dan Labuhan Dalam. Berdasarkan prevalensi anemia menurut
WHO maka tingkat anemia pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap
Way Kandis tahun 2020 masuk ke dalam kategori tinggi karena sebanyak 66,4%
ibu hamil yang memiliki kadar Hb di bawah 11 gr %. Di wilayah kerja Puskesmas
Rawat Inap Way Kandis juga melakukan konsultasi dan pemeriksaan rutin kepada
ibu hamil yang ada di wilayah kerja tersebut. Pemeriksaan Hb untuk ibu hamil
sudah dilakukan sejak lama oleh Puskesmas Rawat Inap Way Kandis. Pemeriksaan
Hb dilakukan pada awal kunjungan ibu, sedangkan untuk pemberian tablet tambah
darah diberikan secara bertahap.

Dari latar belakang tersebut sehingga membuat penulis tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai gambaran kepatuhan konsumsi tablet Fe dan makanan sumber
Fe pada Ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap Way Kandis tahun
2021.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uaraian masalah di atas maka peneliti ingin mengetahui
“Bagaimana gambaran kepatuhan konsumsi tablet tambah darah dan makanan
sumber Fe pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap Way Kandis
tahun 2021?”.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui “Gambaran kepatuhan konsumsi
tablet tambah darah dan makanan sumber Fe pada ibu hamil di wilayah kerja
Puskesmas Rawat Inap Way Kandis tahun 2021”.

2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran kepatuhan konsumsi tablet tambah darah pada ibu
hamil di wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap Way Kandis tahun 2021
b. Mengetahui gambaran pendapatan keluarga

Politeknik Kesehatan Tanjungkarang


9

c. Mengetahui gambaran porsi makanan sumber Fe pada ibu hamil di wilayah


kerja Puskesmas Rawat Inap Way Kandis tahun 2021
d. Mengetahui gambaran frekuensi makanan sumber Fe pada ibu hamil di
wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap Way Kandis tahun 2021

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Peneoitian ini dapat menjadi bukti empirik kepatuhan konsumsei tablet Fe dan
makanan sumber Fe pada ibu hamil penderita anemia di wilayah kerja
Puskesmas Rawat Inap Way Kandis Bandar Lampung. Sebagai bahan refrensi
dan evaluasi untuk pengembangan penelitian lanjutan.
2. Manfaat Aplikatif
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan tentang
gambaran kepatuhan konsumsi tablet tambah darah dan makanan sumber Fe pada
ibu hamil dan sebagai bahan evaluasi program penanganan anemia pada ibu hamil
di wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap Way Kandis sehingga gangguan dan
hambatan dapat ditangani.

E. Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian ini dilakukan dengan rancangan penelitian bersifat deskriptif dengan
pendekatan cross sectional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran
kepatuhan konsumsi tablet tambah darah dan makanan sumber Fe pada ibu hamil di
wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap Way Kandis tahun 2021. Variabel pada
penelitian ini adalah kepatuhan konsumsi tablet tambah darah, pengetahuan ibu
hamil terhadap konsumsi tablet tambah darah, pengetahuan mengenai anemia,
frekuensi dan porsi makanan sumber Fe. Penelitian ini dilakukan kepada ibu hamil
yang menderita anemia di wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap Way Kandis tahun
2021.

BAB II

Politeknik Kesehatan Tanjungkarang


1
0

TINJAUAN PUSTAKA

A. Ibu Hamil
1. Pengertian Ibu hamil
Ibu hamil adalah orang yang sedang dalam proses pembuahan untuk
melanjutkan keturuan. Di dalam tubuh seorang wanita hamil terdapat janin yang
tumbuh di dalam rahim. Kehamilan merupakan masa kehidupan yang penting.
Seorang ibu hamil harus mempersiapkan diri sebaik-baiknya agar tidak
menimbulkan permasalahan pada kesehatan ibu, bayi, dan saat proses kelahiran.
Salah satu faktor yang mempengaruhi kesehatan ibu adalah keadaan gizi
(Waryana, 2010).
Kehamilan merupakan peristiwa yang terjadi pada seorang wanita, dimulai
dari fertilisasi (konsepsi) sampai kelahiran bayi. Masa kehamilan dimulai dari
periode akhir menstruasi sampai kelahiran bayi, sekitar 266-280 hari atau 37-40
minggu yang terdiri dari tiga trimester. Periode perkembangan kehamilan terdiri
dari tiga tahap. Tahap pertama, perkembangan zigot, yaitu pembentukan sel,
pembelahan sel menjadi blastosit dan implantasi. Tahap kedua, perkembangan
embrio, yaitu dari diferensiasi sampai organogenesis. Tahap ketiga,
perkembangan fetus (janin) atau pertumbuhan bakal bayi (Hardiyansyah dan
Supariasa, 2016).
Proses kehamilan dapat menjadikan perubahan-perubahan seperti perubahan
tubuh ibu dibandingkan sebelum hamil, jumlah pertambahan berat badan selama
kehamilan beragam antar ibu hamil. Pertambahan berat badan normal ibu hamil
di Indonesia berkisar antara 10-12 kg. Tahapan pertambahan berat badan
trimester I yaitu 1,1 kg, trimester II yaitu 2,2 kg dan trimester III yaitu 5 kg.
Selain itu terjadi perubahan pada mekanisme pengaturan dan fungsi organ-organ
tubuh, yaitu peningkatan aktivitas fisiologis, metabolik dan anatomis. Perubahan
fisiologis meliputi perubahan hormone. Perubahan anatomis mencakup
peningkatan volume darah ibu, peningkatan ukiran uterus ibu, penambahan
plasenta dan janin (Hardiansyah dan Supariasa, 2016).
Perencanaan gizi bagi ibu hamil sebaiknya mengacu pada RDA karena
kebutuhan gizinya berbeda dengan ibu yang tidak hamil. Kebutuhan protein ibu

Politeknik Kesehatan Tanjungkarang


1
1

hamil akan meningkat sampai 68%, asam folat 100%, kalsium 50% dan zat besi
200-300%. Tujuannya untuk menyiapkan cukup kalori, protein, vitamin, mineral
dan cairan untuk memenuhi kebutuhan gizi ibu dan janin. Bahan makanan yang
digunakan sebaiknya meliputi makanan yang mengandung protein (hewani dan
nabati), kalsium (susu dan olahannya), karbohidrat (roti dan biji-bijian), buah
dan sayur yang kaya akan vitamin C, sayuran berwarna hijau tua serta tambahan
suplementasi zat besi dan asam folat (Arisman, 2009).
Sebagian besar masalah gizi yang terjadi di dunia adalah gizi kurang

2. Penilaian Status Gizi


Status gizi dan kesehatan ibu pada masa pra-hamil, saat kehamilan dan saat
menyusui merupakan periode yang sangat penting yang menentukan kualitas
sumber daya manusia nantinya. Periode ini dikenal dengan Periode 1000 Hari
Pertama Kehidupan (HPK) manusia yang dihitung dari 270 hari selama
kehamilan dan 730 hari pada kehidupan pertama bayi yang dilahirkan (sampai
anak berusia 2 tahun). Masa ini merupakan periode sensitif karena akibat
kekurangan asupan gizi yang ditimbulkan terhdap bayi pada masa ini akan
bersifat permanen dan tidak dapat diperbaiki (Simbolon, Jumiyati & Rahmadi,
2018).
Gizi ibu hamil adalah makanan atau zat gizi baik makro maupun mikro yang
dibutuhkan oleh seorang ibu hamil baik pada trimester I, trimester II, trimester
III serta harus mencukupi jumlah yang dibutuhkan, mutu yang dapat dipenuhi
dari kebutuhan sehari-hari sehingga janin yang dikandungnya dapat tumbuh
dengan baik serta tidak memiliki gangguan. Ibu yang hamil harus memiliki gizi
yang cukup, karena gizi yang didapat akan digunakan untuk dirinya dan
janinnya. Seorang ibu yang tidak memiliki ataupun kekurangan gizi selama awal
kehamilan, maka bayi yang dikandungnya akan menderita kekurangan gizi
(Simbolon, Jumiyati & Rahmadi, 2018).
Pertumbuhan janin di dalam kandungan dipengaruhi oleh status gizi ibu
hamil. Semakin besar janin, maka komposisi dan metabolisme tubuh ibu pun
berubah. Jika ibu hamil status gizinya kurang maka akan mempengaruhi
pertumbuhan, pembentukan dan perkembangan organ serta fungsi organ janin

Politeknik Kesehatan Tanjungkarang


1
2

menjadi kurang optimal dikhawatirkan akan terjadi cacat bawaan pada bayi yang
dilahirkan, bahkan juga bias ukuran kepala bayi kecil karena kurangnya asupan
gizi janin untuk perkembangan otak sehingga perkembangan otak tidak optimal.
Selain itu kematian bayi karena berat badan lahir rendah (BBLR) yaitu kurang
dari 2,5 kg dan bayi prematur, juga karena status gizi ibu yang kurang. Untuk
mengatasi masalah ini sebaiknya berat badan ibu rutin.

Beberapa cara dapat digunakan untuk menilai status gizi ibu hamil, salah
satu caranya dengan menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT) yang rumusnya
sebagai berikut :
Berat badan( kg)
IMT=
Tinggi badan ¿ ¿

B. Anemia Defisiensi Besi


1. Pengertian Anemia
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang timbul karena kekurangan zat besi
sehingga pembentukan sel-sel darah merah dan fungsi lain dalam tubuh
terganggu. Anemia defisiensi besi bisa merupakan akibat yang utama karena
kehilangan darah atau tidak memadainya masukan besi. Hal ini juga dapat
merupakan kondisi sekunder yang disebabkan proses penyakit atau kondisi yang
menguras cadangan besi, seperti perdarahan saluran pencernaan atau karena
kehamilan.
2. Karakteristik Anemia
Karakteristik seorang dikatakan anemia menurut WHO (2011) adalah sebagai
berikut :
Tabel 1.
Klasifikasi Anemia menurut Kelompok Umur Populasi

Populasi Non Anemia (g/dL)


Anemia Ringan Sedang Berat
(g/dL)
Anak 5 – 59 bulan 11 10,00 – 10.9 7.0 – 9,99 <7
Anak 6 – 11 tahun 11,5 11,00 – 11.4 8,0 – 10,9 <8
Anak 12 – 14 tahun 12 11,00 – 11,9 8,0 – 10,9 <8
Perempuan tidak 12 11,00 – 11,9 8,0 – 10,9 <8
hamil (>15 tahun)

Politeknik Kesehatan Tanjungkarang


1
3

Ibu hamil 11 10,00 – 10,9 7,0 – 9,9 <7


Laki-laki 13 11,00 – 12,9 8,0 – 10,9 <8
Sumber : WHO 2011

3. Etiologi
Tabel 2.
Penyebab anemia dapat dibagi dalam penyebab langsung
dan penyebab tidak langsung

Penyebab Langsung Penyebab Tidak Langsung


1. Jumlah Fe dalam makanan tidak - Ketersediaan Fe dalam bahan
cukup makanan rendah
- Praktik pemberian makanan kurang
baik
- Sosial ekonomi rendah
2. Asorbsi Fe rendah - Komposisi makanan kurang
beragam
- Terdapat zat penghambat absorbsi
3. Kebutuhan naik - Pertumbuhan fisik
- Kehamilan dan menyusui
Sumber : (WHO, 2008)

Sunarko (2002), menyebutkan faktor dominan yang mempengaruhi timbulnya


anemia yaitu :
a. Penyebab Langsung
- Intake makanan tidak cukup (sumber zat besidan bioavallibilitasnya rendah,
zat penghambat diet).
- Penyakit (cacingan, malaria, tuberculosis).
b. Penyebab Tidak Langsung

Politeknik Kesehatan Tanjungkarang


1
4

Rendahnya perhatian terhadap wanita dalam keluarga


- Dalam keluarga wanita mengeluarkan energy lebih banyak Distribusi
makanan yang tidak menguntungkan ibu dan anak
- Kurang perhatian terhadap kaum wanita
c. Sebab Mendasar
- Rendahnya pendidikan
- Rendahnya kemampuan daya beli
- Status sosial yang rendah
- Lokasi geografis yang buruk
4. Dampak Anemia Pada Ibu Hamil
Pada wanita hamil, anemia meningkatkan frekuensi komplikasi pada kehamilan
dan persalinan. Risiko kematian maternal, angka prematuritas, berat badan bayi
lahir rendah, dan angka kematian perinatal meningkat. Di samping itu, perdarahan
antepartum dan postpasrtum lebih sering dijumpai pada wanita yang anemia dan
lebih sering berakibat fatal, sebab wanita tidak dapat mentolerir kehilangan darah
(Citrakesumasari, 2012).
Dampak anemia pada kehamilan bervariasi dari keluhan yang sangat ringan
hingga terjadinya gangguan kelangsungan kehamilan abortus, partus
imatur/premature, gangguan proses persalinan (inertia, atonia, partus lama,
pendarahan atonis), gangguan pada masa nifas (subinvolusi rahim, daya tahan
terhadap infeksi dan stress kurang, produksi ASI rendah), dan gangguan pada janin
(abortus, dismaturitas, mikrosomi, BBLR, kematian perinatal, dan lain-lain
(Citrakesumasari, 2012).
C. Zat Besi
1. Pengertian Zat Besi
Zat besi adalah mineral mikro yang paling banyak terdapat di dalam tubuh
manusia dan hewan, yaitu 3-5 gram di dalam tubuh manusia dewasa. Zat besi
mempunyai fungsi esensial dalam tubuh yaitu sebagai alat angkut oksigen dari
paru-paru ke jaringan tubuh, sebagai alat angkut eketron di dalam sel, dan sebagai
bagian terpadu berbagai reaksi enzim di dalam jaringan tubuh (Almatsier, 2010).
Zat besi adalah salah satu mineral mikro yang penting dalam proses
pembentukan sel darah merah. Secara alamiah zat besi diperoleh dari makanan.

Politeknik Kesehatan Tanjungkarang


1
5

Kekurangan zat besi dalam menu makanan sehari-hari dapat menimbulkan penyakit
anemia gizi atau dikenal masyarakat sebagai penyakit kurang darah
(Citrakesumasari, 2012). Zat besi yang paling berperan dalam proses terjadinya
anemia gizi adalah besi. Defisiensi besi merupakan penyebab utama anemia gizi
disbanding defisiensi zat gizi lain seperti asam folat, vitamin B12, protein, vitamin
dan mineral.

2. Fungsi Zat Besi


Fungsi utama zat besi bagi tubuh adalah untuk membawa (sebagai carrier)
oksigen dan karbondioksida dan untuk pembentukan darah. Fungsi lainnya
antara lain sebagai bagian dari enzim, produksi antibody, dan untuk detoksifikasi
zat racun dalam hati, seperti akan diuraikan di bawah ini (Citrakesumasari,
2012)
a. Pengangkut (carrier) O2 dan CO2
Zat besi yang terdapat dalam hemoglobin dan myoglobin berfungsi untuk
mengangkut O2 dan CO2 sehingga secara tidak langsung zat besi sangat
esensial untuk metabolisme energi.
b. Pembentukan Sel Darah Merah
Hemoglobin (Hb) merupakan komponen esensial sel-sel darah merah
(eritrosit). Eritrosit dibentuk dalam tulang (bone marrow). Bila jumlah sel
darah merah berkurang, hormone eritroprotein yang diproduksi oleh ginjal
akan menstimulir pembentukan sel darah merah (proses pembentukan
eritrosit disebut eritropoiesis).
Eritrosit dibentuk dalam tulang sebagai sel-sel muda yang disebut
eritoblast (masih mengandung inti sel/nukleus). Pada waktu sel menjadi
dewasa, disintesis heme (protein yang mengandung zat besi) dari glisin dan
Fe (dibantu oleh vitamin B12 atau peridoksin). Pada waktu yang sama
disintesis juga protein globin. Heme tersebut digabungkan dengan globin
membentuk hemoglobin yang mengandung sel darah merah muda
(retikulosit). Dalam aliran darah sel-sel muda tersebut akan melepaskan
intinya, sehingga terbentuklah sel-sel darah merah dewasa yang tidak
mengandung inti sel (eritrosit). Krena sel darah merah tidak mengandung

Politeknik Kesehatan Tanjungkarang


1
6

inti (nucleus), maka sel tersebut tidak dapat mensintesis enzim untuk
kelangsungan hidupnya. Kehidupan sel darah merah hanya sepanjang masih
terdapatnya enzim yang masih berfungsi (untuk membawa O2 dan CO2),
dan biasanya hanya sampai empat bulan.
c. Fungsi lain : sebagian kecil Fe terdapat dalam enzim jaringan. Bila terjadi
defisiensi zat besi, enzim ini berkurang jumlahnya sebelum jumlah Hb
menurun. Zat besi diperlukan sebagai katalis dalam konversi beta karoten
menjadi vitamin A, dalam reaksi sintesis protein (sebagian bagian integral
asam nukleat dalam RNA dan DNA) dan dalam reaksi sintesis kolagen.
Selain itu Fe diperlukan dalam proses penghilangan lipida dari darah,
untuk memproduksi antibodi, serta untuk detoksifikasi zat racun dalam
hati.
3. Metabolisme Zat besi
Metabolisme besi terutama ditujukan untuk pembentukan hemoglobin. Besi
terdapat pada semua sel dan memegang peranan penting dalam beragam reaksi
biokimia. Besi terdapat dalam enzim-enzim yang bertanggungjawab utntuk
pengangkutan electron (sitokrom) untuk pengaktifan oksigen dalam hemoglobin
dan myoglobin (Citrakesumasari, 2012).
Pada dasarnya ada lima rentetan proses metabolisme besi di dalam tubuh
yaitu penyerapan, transportasi, pemanfaatan dan pengawetan, penyimpanan dan
yang terakhir pembuangan. Besi dalam makanan yang dikonsumsi berada dalam
bentuk ikatan ferri (umunya dalam pangan nabati) maupun ikatan ferro
(umumnya dalam pangan hewani). Besi yang berbentuk ferri oleh getah lambung
(HCl) direduksi menjadi bentuk ferro yang lebih mudah diserap oleh sel mukosa
usus. Adanya vitamin C juga dapat membantu proses reduksi tersebut
(Citrakesumasari, 2012).
Di dalam sel mukosa, ferro dioksidasi menjadi ferri, kemungkinan bergabung
dngan aporefitin membentuk protein yang mengandung besi yaitu ferritin.
Selanjutnya untuk masuk ke plasma darah, besi dilepaskan dari ferritin dalam
bentuk ferro, sedangkan apoferitin yang terbentuk kembali akan bergabung lagi
dengan ferri hasil oksidasi di dalam sel mukosa. setelah masuk ke dalam plasma
darah, maka besi ferro segera dioksidasi menjadi ferri untuk digabungkan

Politeknik Kesehatan Tanjungkarang


1
7

dengan protein spesifik yang mengikat besi yaitu transferrin (Citrakesumasari,


2012).
Plasma darah disamping menerima besi berasal dari penyerapan makanan,
juga menerima besi dari simpanan pemecahan hemoglobin dan sel-sel yang telah
mati. Sebaliknya plasma harus mengirim besi ke sum-sum tulang untuk
pembentukan hemoglobin, juga ke sel endothelial untuk disimpan, dan ke semua
sel untuk fungsi enzim yang mengandung besi. Jumlah besi yang setiap hari
diganti sebanyak 30-40 mg, dari jumlah ini hanya sekitar 1 mg yang berasal dari
makanan (Citrakesumasari, 2012).
Banyaknya besi yang dimanfaatkan untuk pembentukan hemoglobin
umumnya sebesar 20-25 mg per hari. Pada kondisi dimana sum-sum tulang
berfungsi baik, dapat memproduksi sel darah merah dan hemoglobin sebesar 6
kali. Besi yang berlebihan disimpan sebagai cadangan dalam bentuk ferritin dan
hemosiderin di dalam sel parenkim hepatik, sel retikuloendotelial sum-sum
tulang, hati, dan limfa. Ekskresi besi dari tubuh sebanyak 0,5-1 mg perhari,
dikeluarkan bersama-sama urin, keringat dan feses. Dapat pula besi dalam
hemoglobin keluar dari tubuh melalui pendarahan, menstruasi, dan saluran urin
(Citrakesumasari, 2012).

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan Fe


5. Zat Penghambat (Inhibitor) Fe
Zat penghambat dalam penyeraan Fe adalah :
- Fitat pada dedak, katul, jagng, protein kedelai, susu coklat dan kacang-
kacangan
- Polifenol (termasuk tannin) pada teh, kopi, bayam, kacang-kacangan
- Zat kapur/kalsium pada susu dan keju
- Phosfat pada susu dan keju
Asam fitat yang banyak terdapat dalam sereal dan kacang-kacangan
merupakan faktor utama yang bertanggungjawab atas buruknya ketersediaan
hayati zat besi dalam jenis makanan ini. Karena serat pangan sendiri tidak
menghambat obsorbsi besi, efek penghambat pada bekatul semata-mata
disebabkan oleh keberadaan asam fitat (Citrakesumasari, 2012).

Politeknik Kesehatan Tanjungkarang


1
8

Perendaman, fermentasi, dan perkecambahan biji-bijian yang menjadi produk


pangan akan memperbaiki obsorbsi dengan mengaktifkan enzim fitase untuk
menguraikan asam fitat. Polifenol (asam fenolat, flavonoid, dan produk
polimerisasinya) terdapat dalam the, kopi, dan naggur merah. Tanin yang
terdapat dalam teh hitam merupakan jenis penghambat paling paten dari semua
inhibitor si atas. Kalsium yang dikonsumsi dalam produk susu seperti susu atau
keju dapat menghambat absorpsi besi dan khususnya santapan yang kompleks,
dapat mengimbangi efek penghambat pada polifenol dan kalsium
(Citrakesumasari, 2012).
6. Sumber Zat Besi
Sumber baik zat besi adalah makanan hewani, seperti daging, ayam, dan ikan.
Sumber lainnya adalah telur, serealia tumbuk, kacang-kacangan, sayuran hijau
dan beberapa jenis buah. Di samping jumlah besi, perlu diperahtikan kualitas
besi di dalam makanan dinamakan juga ketersediaan biologic (bioavailablity).
Pada umumnya besi di dalam daging, ayam dan ikan mempunyai ketersediaan
biologic sedang, dan besi didalam sebagian besar sayuran, terutama yang
mengandung asam oksalat tinggi seperti bayam, mempunyai ketersediaan
biologic rendah. Sebaiknya diperhatikan kombinasi makanan sehari-hari, yang
terdiri atas campuran sumber besi berasal dari hewan dan tumbuh-tumbuhan
serta sumber gizi lain yang dapat membantu absorpsi. Menu makanan di
Indonesia sebaiknya terdiri dari nasi, daging/ayam/ikan, kacang-kacangan, serta
syuran dan buah-buahan yang kaya aka vitamin C (Almatsier, 2010).

D. Tablet Fe
E. Kepatuhan Konsumsi Tablet besi
1. Definisi Kepatuhan
Kepatuhan mengkonsumsi tablet besi didefinisikan perilaku ibu hamil yang
mentaati semua petunjuk yang dianjurkan oleh petugas kesehatan dalam
mengkonsumsi tablet besi. Kepatuhan konsumsi tablet besi diperoleh melalui
perhitungan tablet yang tersisa. Ibu hamil dikategorikan patuh apabila angka

Politeknik Kesehatan Tanjungkarang


1
9

kepatuhannya mencapai 90%. Sebaliknya ibu hamil dikatakan tidak patuh


apabila angka kepatuhannya <90% (Rahmawati dan Subagio, 2012).
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan (Kamidah, 2015) :
1) Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan terjadi setelah melakukan
penginderaan suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui
pancaindra manusia, yakni indra p englihatan, pendengaran, penciuman,
rasa dan raba. Sebagian besar yaitu didapat melalui mata dan telinga
(Notoatmodjo, 2011).
Pengetahuan diperoleh dari proses belajar yang dapat membentuk
keyakinan tertentu sehingga seseorang berperilaku berdasarkan
keyakinannya dan pengetahuan berhubungan dengan kepatuhan karena
pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya
perilaku (Kartikasari, 2010). Pengetahuan disini erat kaitannya dengan
pendidikan. Semakin tinggi pendidikan ibu hamil maka kemungkinan akan
lebih mudah untuk mencerna informasi tentang manfaat tablet Fe dan
bahaya jika terjadi anemia selama kehamilan jadi akan mempengaruhi ibu
hamil dalam memilih dan mengevaluasi sesuatu yang baik untuk kesehatan
dirinya dan kehamilannya (Fuadi, 2013).

F. Pola Makan
1. Pengertian Pola Makan
Menurut Heaper 1986 dalam Nadaek (2011) pola makan adalah cara
seseorang, kelompok orang dan keluarga dalam memilih jenis dan jumlah bahan
makanan yang dimakan setiap hari oleh satu orang atau lebih dan mempunyai
khas untuk satu kelompok tertentu. Penanaman pola makan yang beraneka
ragam makanan harus dilakukan sejak bayi, saat bayi masih makan nasi tim,
yaitu ketika usia baru enam bulan keatas ibu harus tahu dan mampu menerapkan
pola makan sehat.

Politeknik Kesehatan Tanjungkarang


2
0

Menurut Hong dan Kardjati dalam Arisman (2013), mengemukakan bahwa


pola makan adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai
macam dan jumlah makanan yang dimakan setiap hari oleh seseorang atau
sekelompok orang dalam memenuhi kebutuhan gizi setiap hari. Jumlah dan
takaran makan seseorang dengan orang lainnya berbeda-beda, tergantung jenis
kelamin, aktivitas fisik serta kondisi seseorang.
Pendapat para pakar tersebut dapat diartikan secara umum pola makan
merupakan cara atau perilaku yang ditempuh seseorang atau kelompok orang
dalam memilih, menggunakan bahan makanan dalam konsumsi pangan setiap
hari yang meliputi jenis makanan, jumlah makanan dan frekuensi makan yang
berdasarkan pada faktor-faktor social budaya (Almatsier, 2014).
2. Pengaturan Pola Makan Pada Ibu hamil
Selama masa hamil atau menyusui ibu harus memperhatikan makanan yang
dikonsumsi. Makanan bergizi adalah makanan yang mengandung zat tenaga, zat
pembangun, dan zat yang sesuai dengan kebutuhan gizi. Makanan bergizi ini
untuk memenuhi kebutuhan janin dan meningkatkan produksi ASI
(Soetjiningsih, 2015). Pemasukan makanan ibu hamil pada trimester I sering
mengalami penurunan karena menurunnya nafsu makan dan sering timbul mual
atau muntah, tetapi makanan ini harus tetap diberikan seperti biasa.
Untuk mengatasi rasa mual dan muntah sebaiknya porsi makanan ibu
diberikan lebih sedikit dengan frekuensi pemberian lebih sering, sedangkan pada
trimester II nafsu makan ibu biasanya sudah meningkat. Kebutuhan akan zat
tenaga lebih banyak dibandingkan kebutuhan saat hamil muda, demikian juga
kebutuhan zat pembangun dan zat pengatur seperti lauk pauk, sayuran dan buah-
buahan berwarna (Soetjiningsih, 2015).
Pada kehamilan triwulan III, janin mengalami pertumbuhan dan
perkembangan yang sangat pesat. Umumnya nafsu makan ibu sangat baik, dan
ibu sering merasa lapar. Pada masa ini hindari makan berlebihan sehingga berat
badan tidak naik terlalu banyak. Bahan makanan yang banyak mengandung
lemak dan hidrat arang seperti yang manis-manis dan gorengan perlu dikurangi.
Bahan makanan sumber zat pembangun dan pengatur perlu diberikan lebih
banyak dibandingkan pada kehamilan triwulan II, karena selain untuk

Politeknik Kesehatan Tanjungkarang


2
1

pertumbuhan janin yang sangat pesat, juga diperlukan untuk ibu dalam persiapan
persalinan (Manuaba, 2014).
Tabel.
Kebutuhan Makanan Ibu Hamil dalam Sehari
Bahan Wanita Ibu Hamil
Makanan Tidak Triwulan I Triwulan II Triwulan III
Hamil
Nasi 3½ 3½ 4 3
Ikan 1½ 1½ 4 3
Tempe 3 potong 3 4 5
Sayur 1½ 1½ 3 mangkok 3 mangkok
Buah 2 potong 2 2 2
Gula 5 sdm 5 5 sdm 5 sdm
Susu - 1 1 1
Lemak 5 sdm 5 5 5 sdm
minyak
Air 4 gelas 6 6 6
Garam 1 sdm 1 1 1 sdm
Sumber : Manuaba, 2014
Pola makan yang baik bagi hamil harus memenuhi sumber karbohidrat,
protein dan lemak serta vitamin dan mineral.Untuk pengganti nasi dapat
digunakan jagung, ubi jalar dan roti. Untuk pengganti protein hewani dapat
digunakan tempe dan tahu. Makanan ibu selama hamil diharapkan dapat
memenuhi kebutuhan zat gizi agar ibu dan janin dalam keadaan sehat. Demi
suksesnya kehamilan, keadaan gizi ibu pada waktu konsepsi harus dalam
keadaan baik dan selama hamil harus mendapatkan tambahan protein, mineral,
vitamin dan energi (Prastiono, 2016). Untuk memperoleh pengaruh yang lebih
baik dari pola makan ibu hamil, perlu diperhatikan prinsip ibu hamil, yaitu
jumlah lebih banyak, mutu lebih baik, selain itu susunan menu juga harus
seimbang.

3. Kebutuhan Gizi Ibu Hamil


Makanan ibu hamil mempunyai peranan penting bagi tumbuh kembang janin
dan pada saat ibu melahirkan. Selama kehamilan seorang ibu akan mengalami
perubahan baikan atomis, fisiologis, maupun perubahan lainnya yang akan
meningkatkan kebutuhan zat gizi dalam makanannya. Didalam rahim ibu
terdapat janin yang sedang tumbuh, ditempat lain beberapa organ tubuh ibu

Politeknik Kesehatan Tanjungkarang


2
2

mengalami perubahan fungsi dalamrangka mempersiapkan kehadiran sang bayi


(Paath, 2015).
Jumlah kalori yang diperlukan bagi ibu hamil untuk setiap harinya adalah
2500 kalori. Pengetahuan tentang berbagai jenis makanan yang dapat
memberikan kecukupan kalori tersebut sebaiknya dapat dijelaskan secara rinci
dan bahasa yang dimengerti oleh para ibu hamil dan keluarganya. Jumlah kalori
yang berlebih dapat menyebabkan obesitas dan hal ini merupakan factor
predisposesi untuk terjadinya pre-eklampsiaaa.
Jumlah pertambahan berat badan sebaiknya tidak melebihi 10-12 kg selama
hamil. Jumlah protein yang diperlukan oleh ibu hamil adalah 85 gram per
hari.Sumber protein tersebut dapat diperoleh dari tumbuh-tumbuhan (kacang-
kacangan) atau hewani (ikan, ayam, keju, susu, telur). Defisiensi protein dapat
menyebabkan kelahiran prematur, anemia dan edema. Kebutuhan kalsium ibu
hamil adalah 1,5 gram perhari. Kalsium dibutuhkan untuk pertumbuhan janin,
terutama bagi pengembangan otot dan rangka. Sumber kalsium yang mudah
diperoleh adalah susu, keju, yogurt, dan kalsium karbonat. Defisiensi kalsium
dapat menyebabkan riketsia pada bayi atau osteomalasia pada ibu.
Metabolisme yang tinggi pada ibu hamil memerlukan kecukupan oksigenasi
jaringan yang diperoleh dari pengikatan dan pengantaran melalui hemoglobin di
dalam sel-sel darah merah. Untuk menjaga konsentrasi hemoglobin yang normal,
diperlukan asupanzat besi bagi ibu hamil dengan jumlah 30 mg/hari. Zat besi
yang diberikan dapat berupa ferfousgluconate, ferrous fumarate atau
ferroussulphate. Kekurangan zat besi pada ibu hamil dapat menyebabkan
anemia defisiensi zat besi.Selain zat besi, sel-sel darah merah juga memerlukan
asam folat bagi pematangan sel. Jumlah asam folat yang dibutuhkan oleh ibu
hamil adalah 400 mikrogram perhari. Kekurangan asam folat dapat
menyebabkan anemia megaloblastik pada ibu hamil (Stephenson, 2016).
Banyaknya makanan yang dibutuhkan oleh ibu hamil tergantung dari kondisi
badansi ibu. Namun jika terjadi gangguan masa kehamilan maka dapat diatur
sebagai berikut (Sayogo, 2017).
a. Pada Trimester I
Pada umur kehamilan 1-3 bulan kemungkinan terjadi penurunan berat

Politeknik Kesehatan Tanjungkarang


2
3

badan. Hal ini disebabkan adanya gangguan pusing, mual bahkan muntah.
Untuk itu dianjurkan porsi makanan kecil tetapi sering. Bentuk makanan
kering/tidak berkuah.
b. Pada Trimester II
Nafsu makan ibu membaik, makan makanan yang diberikan 3x sehari
ditambah 1x makanan selingan. Hidangan lauk pauk hewani seperti : telur,
daging, teri, hati sangat baik dan bermanfaat untuk menghindari kurang
darah.
c. Pada Trimester III
Makanan harus disesuaikan dengan keadaan badan ibu. Bila ibu hamil
mempunyai berat kelebihan, maka makanan pokok dan tepung-tepungan
dikurangi, dan memperbanyak sayur-sayuran dan buah-buahan segar untuk
menghindari sembelit. Bila terjadi keracunan kehamilan/oedem (bengkak-
bengkak pada kaki), maka janganlah menambah garam dapur dalam masakan
sehari-hari.
Pengaturan gizi selama kehamilan perlu diperhatikan sejak trimester pertama,
kedua sampai dengan trimester ketiga. Pengaturan gizi selama kehamilan ini
bertujuan agar:
a. Ibu hamil dan janin tercukupi kebutuhan zat gizinya yaitu energi, protein
bernilai biologi tinggi, vitamin, mineral dan cairan
b. Status gizi ibu hamil normal, sehingga dapat menjalani kehamilan dengan
baik dan aman, bayi yang dilahirkan sehat fisik dan mental
c. Makanan yang dikonsumsi membentuk lebih banyak jaringan tubuh bukan
lemak
d. Masalahnya kurangnya asupan makanan karena mual dan muntah dapat
teratasi
e. Masalah ibu hamil yang menderita diabetes, anemia, hipertensi dapat diatur
makanannya sehingga tidak menyulitkan selama kehamilan
f. Ibu memperoleh energi yang cukup untuk menyusui dan merawat bayi yang
dilahirkan nanti
Adapun kecukupan gizi untuk ibu hamil dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Politeknik Kesehatan Tanjungkarang


2
4

Tabel 1.
Angka Kecukupan Gizi Wanita Tidak Hamil dan Tambahan Gizi yang
Dibutuhkan Ketika Hamil (per orang per hari)
AKG Wanita Tidak Kecukupan Zat Gizi
Zat Gizi Hamil
19 – 29 30 – 49 Trimester Trimester Trimester
Tahun Tahun 1 2 3
Energi 2250 2150 +180 +300 +300
(kkal)
Protein 60 60 +1 +10 +30
(gr)
Lemak 65 60 +2,3 +2,3 +2,3
(gr)
Karbohidrat 360 340 +25 +40 +40
(gr)
Vitamin A 600 600 +300 +300 +300
(mg)
Vitamin B1 1,1 1,1 +0,3 +0,3 +0,3
(mg)
Vitamin C 75 75 +10 +10 +10
(mg)
Besi 18 18 +0 +9 +9
(mg)
Sumber : Kementrian RI. 2019. Angka Kecukupan Gizi

Sepanjang kehamilan kebutuhan zat-zat gizi mengalami peningkatan


terutama pada trimester pertama saat terjadi pembentukan organ-organ vital,
kemudian trimester kedua sewaktu janin mengalami pertumbuhan, dan
trimester ketiga di kala semua fungsi tubuhnya mengalami pematangan dan
pertumbuhan sangat pesat. Kuantitas dan kualitas makanan berperan penting
dalam menentukan asupan gizi seimbang seorang ibu hamil. Dengan asupan
gizi yang seimbang dapat menyokong bagi pertumbuhan dan perkembangan
janin.
Berikut ini zat-zat gizi yang dibutuhkan pada masa kehamilan antara lain:
a. Energi

Politeknik Kesehatan Tanjungkarang


2
5

Energi penting untuk pertumbuhan dan perkembangan janin, plasenta,


jaringan payudara, cadangan lemak serta untuk metabolisme. Pada 3 bulan
pertama kehamilan, ibu hamil membutuhkan tambahan energi 180 kkal. Di
trimester ini, pada umumnya ibu mengalami Morning Sick yaitu mual dan
muntah di pagi hari. Akibatnya asupan gizinya kurang karena nafsu makan
turun, lelah seiring karena mual dan muntah. Yang diperlukan oleh ibu
dengan gejala seperti ini adalah makanan yang padat gizi dengan porsi kecil
tetapi sering. Sedangkan pada trimester kedua dan ketiga, tubuh
membutuhkan tambahan energy 300 kkal per hari dibandingkan sebelum
hamil. Pertambahan energi ini disebabkan karena meningkatkan laju
metabolisme basal, pertambahan kebutuhan serta cadangan protein.
Pertambahan energi ini terutama diperlukan pada 20 minggu terakhir dari
masa kehamilan yaitu ketika pertumbuhan janin berlangsung sangat pesat.
b. Protein
Protein dibutuhkan selama kehmailan untuk membentuk jaringan tubuh,
tulang dan otot. Protein ini juga untuk mendukung proses tumbuh kembang
janin agar dapat berlangsung optimal dan untuk pembentukan sel-sel darah
merah baru di dalam tubuh janin. Wanita yang sedang hamil membutuhkan
kurang lebih 17 gram protein lebih banyak dari wanita yang tidak hamil.
Peningkatan kebutuhan protein ini disebabkan karena pertumbuhan janin,
plasenta, cairan ketuban, jaringan rahim, kelenjar air susu, peningkatan
volume darah yaitu hemoglobin, serta cadangan untuk persalinan dan
menyusui. 2/3 bahan makanan sumber protein yang dikonsumsi sebaiknya
bahan makanan sumber protein yang bernilai biologi tinggi seperti daging
tak belemak, ayam, ikan segar, telur, susu dan hasil olahannya, ikan teri,
udang, dan hati. Protein nabati yang berasal dari tumbuhan mempunyai nilai
biologi lebih rendah dibandingkan protein hewani, oleh sebab itu
konsumsinya cukup 1/3 bagian saja. Contohnya kacang ijo, kacang merah,
kacang tanah, kacang tolo, tahu, tempe dan susu kedelai.
c. Lemak
Lemak merupakan sumber energi yang vital untuk pertumbuhan
plasenta. Bagi ibu hamil, pemenuhan kebutuha lemak memiliki manfaat

Politeknik Kesehatan Tanjungkarang


2
6

tambahan, yaitu tubuh dapat mengolahnya menjadi cadangan tenaga untuk


menjalani persalinan dan pemulihan pasca persalinan. Cadangan lemak yang
tersedia dalam tubuh ibu hamil bermanfaat untuk membantu proses
pembentukan ASI. Lemak juga dibutuhkan untuk pertumbuhan dan
perkembangan janin selama dalam kandungan.
Selain itu asam lemak sebagai komponen pembentuk lemak, terutama
asam lemak tak jenuh yaitu Omega 3 dan Omega 6 merupakan asam lemak
essensial yang terpentin g untuk proses tumbuh kembang sel saraf dan sel
otak janin. Pada kehamilan yang normal, kadar lemak dalam aliran darah
akan meningkat pada trimester ketiga. Akan tetapi kebutuhannya tetap
hanya 20-25% dari total kebutuhan energy tubuh. Konsumsi lemak yang
berlebihan bias menyebabkan berat badan ibu hamil bertambah yang dapat
mengakibatkan tekanan darah tinggi.

d. Karbohidrat
Tambahan energi yang dibutuhkan bagi pertumbuhan dn perkembangan
janin selama dalam kandungan berasal dari karbohidrat. Pada trimester
pertama kehamilan, energi yang berasal dari karbohidrat digunakan untuk
pembentukan sel-sel darah merah. Sedangkan pada trimester ketiga, energy
dari karbohidrat diperlukan untuk persiapan tenaga ibu hamil dalam proses
persalinan. Di masa kehamilan dianjurkan untuk mengkonsumsi karbohidrat
kurang lebih 50-60% dari total kebutuhan energy tubuh. Karbohidrat yang
dianjurkan untuk dikonsumsi adalah karbohidrat kompleks seperti roti,
serealia, nasi, kentang, singkong, jagung dan pasta. Kandungan seratnya
dapat mencegah sembelit atau susah buang air besar pada saat kehamilan.
e. Vitamin
 Vitamin A
Vitamin A bermanfaat untuk pertumbuhan janin, pergantian sel baru
pada semua jaringan tubuh dan sel saraf, pembentukan tulang dan gigi,
mencegah terjadinya kelainan bawaan pada bayi, serta meningkatkan daya
tahan tubuh ibu hamil. Adapun kekurangan vitamin A dapat menyebabkan
gangguan pertumbuhan jnin, pertumbuhan sel-sel tubuh kurang optimal dan

Politeknik Kesehatan Tanjungkarang


2
7

menurunkan system kekebalan tubuh ibu hamil. Di masa kehamilan,


kebutuhan vitamin A meningkat kurang lebih 300 mg dari kebutuhan wanita
tidak hamil.

f. Vitamin B1, B2, niasin dan Asam Protenat


Vitamin B
g. Vitamin C
Vitamin C yang membantu menyerap zat besi yang dapat membantu
mencegah anemia pada ibu hami. Vitamin C dibuuhkan ibu hamil untuk
memperkuat pembuluh darah, mencegah pendarahan dan mengurangi resiko
infeksi setelah melahirkan, pembentukan tulang dan persendian janin,
mengaktifkan kerja sel-sel darah putih serta meningkatkan sistem kekebalan
tubuh. Di waktu hamil, ibu dianjurkan untuk menambah asupan vitamin C
sebanyak 10 mg per hari dengan memperbanyak konsumsi buah-buahan
segar dan sayuran hijau.

Vitamin D
Berfungsi mencegah hipokalsemia, membantu penyerapan kalsium dan
fosfor, mineralisasi tulang dan gigi serta mencegah osteomalacia pada ibu.
Sumber vitamin D terdapat pada susu, kuning telur dan dibuat sendiri oleh
tubuh dengan bantuan sinar matahari (Simbolon, Jumiyati & Rahmadi,
2018).

h. Vitamin E
Kebutuhan vitamin E ibu hamil sekitar 15 mg (22,5 IU). Fungsi vitamin
E di masa-masa kehamilan adalah untuk menjaga struktur dan fungsi
komponen-komponen sel tubuh ibu dan janin, membantu pembentukan sel
darah merah dan sebagai antioksidan yang melindungi sel-sel tubuh dari
kerusakan.
i. Kalsium
Kalsium yang dikonsumsi ibu hamil, 99% akan digunakan untuk
pembentukan tulang dan gigi janin. Kalsium digunakan janin untuk

Politeknik Kesehatan Tanjungkarang


2
8

pembentukan senyawa neurotransmitter (senyawa penghantar


rangsang/pesan dari atau ke otak), sejalan dengan tahap perkembangan
sistem saraf pusat dan otaknya. Kalsium ini termasuk mekrimineral oleh
sebab itu kebutuhan di waktu kehamilan meningkat lumayan tinggi dari 800
mg/hari menjadi 950 mg/hari. Apabila kebutuhan kalsium ini tidak
terpenuhi dari asupan makanan sehari-hari maka janin akan mengambil
cadangan kalsium dari tulang ibu. Akibatnya rangka tulang ibu akan cepat
rapuh karena terjadi demineralisasi dan ibu akan mengalami pengeroposan
tulang dini.
j. Seng
Kebutuhan seng meningkat 50% selama kehamilan terutama di trimester
ketiga karena mineral ini dibutuhkan untuk mengembangkan jaringan tisu di
otak agar perkembangan otak berjalan optimal. Adapun kekurangan seng di
saat hamil akan berpengaruh pada daya pengecap dan pembau si ibu,
sehingga akan menurunkan nafsu makan, selain itu juga akan menghambat
pertumbuhan janin dalam kandungan dan bahkan tidak menutup
kemungkinan akan terjadi kasus cebol (kretin) pada bayi yang dilahirkan.
Contoh bahan makanan sumber seng yaitu tiram, daging sapi, gandum,
wijen, kuning telur, keju, daging ayam, dan tepung terigu.
k. Yodium
Kekurangan yodium pada janin merupakan dampak dari kekurangan
yodium pada ibu. Yodium sangat dibutuhkan di masa hamil karena ini
merupakan bahan dasar untuk hormone tiroksin yang berfungsi dalam
pertumbuhan dan juga mendorong perkembangan otak bayi. Selama
kehamilan, ibu hamil dianjurkan mengkonsumsi suplemen kapsul yodium
agar janin yang dikandung pertumbuhan dan perkembangan otaknya
normal. Bagi ibu hamil dianjurkan untuk menambah asupan yodiumnya
sebesar 50 μg dari kebutuhan sebelum hamil 150 μg. Contoh bahan
makanan sumber yodium yaitu udang, lobster, kerang, tiram, ikan sarden,
susu, telur, minyak, ganggang laut kering, dan garam beryodium.
l. Zat Besi

Politeknik Kesehatan Tanjungkarang


2
9

Kehadiran janin di rahim menyebabkan produksi sel darah merah


mengalami peningkatan 2-30%. Dimana sum-sum tulang belakang
menggunakan 500 mg zat besi untuk membentuk sel-sel darah baru.
Plasenta dan janin membutuhkan sekitar 200-300 mg zat besi untuk
menjalankan proses metabolismenya dengan baik.
Zat besi di trimester pertama belum mengalami peningkatan. Tetapi
kebutuhan zat besi trimester kedua meingkat menjadi 35 mg per hari per
berat badan dan di trimester ketiga meningkat menjadi 39 mg. Memasuki
trimester ketiga, bila tidak hati-hati banyak ibu hamil mengalami
kekurangan zat besi karena janin menimbun cadangan zat besi untuk dirinya
sendiri sebagai persediaan bulan pertama kelahirannya. Akibat kurangnya
zat besi pada ibu hamil akan mengakibatkan ibu hamil menglami anemia
(Hb < 11 gr%), yang dapat mengakibatkan bayi lahir dengan berat badan
lahir rendah (BBLR). Selain itu dikhawatirkan tubuh ibu tidak mampu
mengembalikan persediaan darah yang hilang selama proses persalinan.
Contoh bahan makanan sumber zat besi adalah hati sapi, daging ayam, telur,
sayuran hijau dan berwarna merah, tempe dan wijen.
Tanda-tanda anemia zat besi adalah wajah pucat, merasa lemah, merasa
letih, pusing, kurang nafsu makan, daya tahan tubuh menurun, kebugaran
tubuh menurun, dan gangguan penyembuhan luka. Dampak anemia zat besi
pada ibu hamil yaitu daya tahan tubuh menurun, lemah dan pucat, resik
perdarahan, keguguran, prematur dan BBLR.

m. Serat
Salah satu keluhan ibu hamil adalah sulit buang air besar (sembelit). Ini
disebabkan karena hormon progesterone di saat hamil, di mana sistem kerja
pencernaan di usus berjalan lambat sehingga makanan dan air sulit diserap. Selain
itu sembelit juga bisa disebabkan oleh pertumbuhan janin yang semakin membesar
sehingga menekan usus dan anus ibu. Jika ini berlanjut terus maka dapat
menyebabkan pendarahan di anus. Untuk mengatasi hal ini maka sebainya ibu
memperbanyak minum air putih dan perbanyak konsumsi serat yang dapat
diperoleh dari buah, sayur, beras, dan kacang-kacangan karena serat dibutuhkan

Politeknik Kesehatan Tanjungkarang


3
0

untuk membentuk bulk (volume) dalam usus. Banyaknya serat yang dianjurkan
untuk dikonsumsi di waktu hamil adalah sebesar 20 gr/hari.
Asam Folat
Asam folat merupakan vitamin B berfungsi untuk perkembangan embrio,
mencegah cacat pada otak dan tulang belakang. Kekurangan asam folat
menyebabkan kehamilan premature, anemia, cacat bawaan, BBLR, dan
pertumbuhan janin terganggu. Kebutuhan sekitar 600-800 mg. Sumber asam folat
dari suplemen asam folat, sayuran hijau, jeruk, buncis, kacang-kacangan dan roti
gandum.
Pola makan yang baik selama kehamilan dapat membantu tubuh mengatasi
permintaan khusus karena hamil, serta memiliki pengaruh positif pada kesehatan
bayi. Pola makan sehat pada ibu hamil adalah makanan yang dikonsumsi oleh ibu
hamil harus memiliki jumlah kalori dan zat-zat gizi yang sesuai dengan kebutuhan
seperti karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, serat dan air (Manuaba,
2015). Pola makan ini dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu kebiasaan, kesenangan,
budaya, agama, taraf ekonomi, dan alam. Sehingga faktor-faktor yang mengalami
pola makan ibu hamil tersebut berpengaruh pada status gizi ibu. Jika pola makan
seimbang ini tidak terpenuhi, maka cenderung mengakibatkan anemia saat
kehamilannya ( Keisnawati, dkk,2015).

Politeknik Kesehatan Tanjungkarang


3
1

G. Kerangka Teori

Faktor Dasar:
1. Sosial Ekonomi
2. Pengetahuan
3. Pendidikan
4. Budaya

Faktor Tidak Langsung


1. Kunjungan Antenatal Care Anemia Dalam
(ANC)
2. Sikap Kehamilan
3. Paritas
4. Jarak Kehamilan
5. Umur
6. Pola makan
Faktor Langsung
1. Kepatuhan Konsumsi Zat Besi
2. Penyakit Infeksi
3. Perdarahan

H. Kerangka Konsep

Pola Makan
Anemia Dalam
Kepatuhan Kehamilan
Mengkonsumsi Tablet Politeknik Kesehatan Tanjungkarang
3
2

I. Definisi Operasional

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan rancangan penelitian bersifat deskriptif dengan
pendekatan cross sectional, yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika
korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi.
Penelitian yang dilakukan adalah tentang gambaran konsumsi makanan rumahan
dan aktivitas fisik siswa dan siswi kelas 7 dan 8 SMP Kristen BPK Penabur Bandar
Lampung tahun 2020.

B. Subjek Penelitian
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti
(Notoatmodjo,2010). Populasi dari penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang
mendapatkan tablet Fe di wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap Way Kandis Bandar
Lampung

2. Sampel
Sampel adalah bagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan
dianggap mewakili seluruh populasi (N otoatmodjo, 2010). Sampel dalam
penelitian ini adalah keseluruh jumlah ibu hamil yang mendapatkan tablet Fe di
wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap way Kandis Bandar Lampung tahun 2021.

3. Teknik Sampling

Politeknik Kesehatan Tanjungkarang


3
3

Teknik sampling pada penelitian ini menggunakan sampling jenuh apabila


seorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka
penelitiannya merupakan penelitian populasi. Studi atau penelitiannya juga disebut
studi populasi atau studi sensus. Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel
bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2013). Sehinga
seluruh populasi siswa kelas VII dan VIII dengan status gizi lebih di Sekolah
Menengah Pertama Kristen BPK Penabur Bandar Lampung.

C. Lokasi dan Waktu Penelitian


1. Lokasi Penelitian
Lokasi dalam penelitian dilaksanakan di Puskesmas Rawat Inap Way Kandis
Bandar Lampung.

2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus 2020

D. Pengumpulan Data
1. Cara Pengumpulan Data

Dalam melakukan penelitian gambaran konsumsi makanan rumahan dan


aktivitas fisik siswa SMP Kristen BPK Penabur Bandar Lampung tahun 2020, data
yang diperolah berasal dari data primer dan data sekunder.

Peneliti meminta persetujuan kepada siswa Sekolah Menengah Pertama Kristen


BPK Penabur Bandar Lampung tahun 2019/2020 untuk menjadi sampel penelitian
yang akan dilakukan. Kemudian proses pengumpulan data dilakukan oleh peneliti
dan 7 orang enumerator yang sebelumnya telah dilakukan pertemuan antara
pengumpul data untuk menyamakan persepsi dalam pengukuran, hal ini
dimaksudkan agar tercapai validitas dalam penelitian atau pengumpulan data.

Politeknik Kesehatan Tanjungkarang


3
4

2. Jenis Data
a. Data primer
Data primer merupakan data yang dikumpulkan secara langsung oleh peneliti
dari sumber datanya. Teknik yang digunakan peneliti dalam penelitian ini antara
lain wawancara sesuai dengan daftar pertanyaan atau kuisioner. Data primer
yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi : status gizi, makanan sumber Fe,
dan aktivitas fisik,
1) Status Gizi
Menurut PMK No.20 Tahun 2020 tentang standar antropometri anak,
penentuan status gizi lebih pada anak dapat dilakukan dengan mengukur IMT
dan membandingkannya dengan umur anak. Data IMT didapat dari
pengukuran berat badan dan tinggi badan yang dilakukan dengan
menggunakan timbangan injak dan microtoise.
Teknik pengukuran berat badan yaitu sebagai berikut :
a) Letakkan alat timbangan berat badan di tempat yang datar
b) Setelah alat siap, mintalah responden untuk melepaskan alas kaki (sepatu
dan kaos kaki), asesoris yang digunakan (jam, cincin, gelang, kalung,
kacamata, dan lain-lain yang memiliki berat maupun barang yang terbuat
dari logam lainnya) dan pakaian luar seperti jaket. Saat menimbang
sebaiknya respondek menggunakan pakaian seringan mungkin untuk
mengurangi bias/error saat pengukuran.
c) Setelah itu mintalah responden untuk naik ke atas timbangan, kemudian
berdiri tegak pada bagian tengah timbangan dengan pandangan lurus ke
depan.
d) Pastikan pula responden dalam keadaan rileks / tidak bergerak–gerak.
e) Catat hasil pengukuran dalam stuan kilogram (kg).
Teknik pengukuran berat badan yaitu sebagai berikut :
a) Pilih bidang vertikal yang datar (misalnya tembok atau bidang pengukuran
lainnya) sebagai tempat untuk meletakkan.
b) Pasang microtoise pada bidang tersebut dengan kuat dengan cara
meletakkannya di dasar bidang atau lantai, kemudian Tarik ujung meteran

Politeknik Kesehatan Tanjungkarang


3
5

hingga 2 meter ke atas secara vertikal atau lurus hingga microtoise


menunjukkan angka nol.
c) Pasang penguat seperti paku dan lakban pada ujung microtoise agar posisi
alat tidak bergeser (hanya berlaku pada microtoise portable).
d) Mintalah responden yang akan diukur untuk melepaskan alas kaki (sepatu
dan kaos kaki) dan melonggarkan ikatan rambut (bila ada)
e) Persilahkan rsponden untuk berdiri tepat di bawah microtoise.
f) Pastikan responden berdiri tegap, pandangan lurus ke depan, kedua lengan
berada di samping, posisi lutut tegak atau tidak menekuk, dan telapak
tangan menghadap ke paha (posisi siap).
g) Setelah itu pastikan pula kepala, punggung, bokong, betis dan tumit
menempel pada bidak vertikal atau tembok atau dinding dan subjek dalam
keadan rileks.
h) Turunkan microtoise hingga mengenai atau menyentuh rambut subjek
namun tidak terlalu menekan (pas dengan kepala) dan posisi microtoise
trgak lurus
i) Catat hasil pengukuran.

2) Makanan Rumahan
Makanan rumahan adalah makanan yang diolah dirumah guna
untuk memenuhi kebutuhan gizi anggota keluarga dengan kualitas makanan
yang baik. Cara pengukuran adalah dengan cara wawancara menggunakan
kuisioner FFQ semi-kuantitatif hasil ukur dengan merekapitulasi FFQ.

Pengukuran kebiasaan makan harian diukur dengan menggunakan


formulir semi food frequency dengan kategori yaitu >3 kali sehari diberi
skor 50, 1 kali dalam sehari diberi skor 25, 3-6 kali per minggu diberi skor
15, 1-2 kali per minggu diberi skor 10, 2 kali sebulan diberi skor 5, dan
tidak pernah diberi skor 0.

Politeknik Kesehatan Tanjungkarang


3
6

3) Aktivitas Fisik
Data aktivitas fisik didapatkan dengan cara menanyakan secara
langsung aktivitas fisik yang dilakukan responden dengan menggunakan
lembar kuisioner Physical Activity Quiestionnaire for Adolescent (PAQ-A).
Lembar yaitu penilaian aktivitas fisik saat weekday dan weekend. Prosedur
untuk mendapatkan aktivitas fisik yaitu dengan cara menjumlahkan waktu
yang digunakan untuk melakukan aktivitas fisik selama satu hari. Enumerator
menanyakan dengan rinci aktivitas fisikyang dilakukan dengan cara recall
selama 1 hari kebelakang untuk lembar weekday dan recall 1 hari kebelakang
untuk lembar weekend kemudia hasilnya dijumlahkan untuk lembar weekday
dan lembar weekend lalu di rata-ratakan untuk mendapatkan hasil rata-rata
aktivitas fisik yang dilakukan selama 1 hari. Setelah itu hasilnya dimasukkan
ke dalam klasifikasi aktivitas

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diambil secara tidak langsung atau
mengambil data yang sudah ada. Data sekunder yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data dari sekolah, meliputi nama siswa, absen siswa, dan
profil sekolah.

3. Instrumen Penelitian
Instrument penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk
mengumpulkan data (Notoadmodjo, 2010). Alat yang digunakan dalam
penelitian adalah sebagai berikut :
a. Timbangan injak untuk mengukur berat badan responden
b. Microtoise untuk mengukur tinggi badan
c. Kuisioner identitas
d. Kuisioner aktivitas fisik
e. Kuisioner

Politeknik Kesehatan Tanjungkarang


3
7

E. Pengolahan Data
1. Editing (Penyuntingan Data)
Editing merupakan kegiatan penyuntingan data yang telah terlampaui
yaitu dengan cara memeriksa kelengkapan data, kesalahan pengisian dan
karakteristik dari setiap jawaban berdasarkan daftar pertanyaan yang ada pada
kuisioner yang telah diisi oleh responden. Pada tahap ini juga dilakukan
pemberian skor terhadap variabel pengetahuan gizi, aktivitas fisik, dan pola
konsumsi secara manual.

2. Coding (Pengodean)
Coding yaitu pemberian kode atau pembuatan kode-kode dari tiap-tiap
data yang termasuk dalam kategori yang sama. Coding dilakukan untuk
mempermudah pada saat analisa data dan juga mempercepat pada saat entry
data. Berikut adalah coding dalam variabel-variabel yang digunakan dalam
penelitian ini :
a. Gizi Lebih
Pengkodean dilakukan pada variabel gizi lebih yaitu 0 = Gizi lebih,
jika IMT/U >1SD, dan 1 = Tidak gizi lebih, jika IMT/U ≤1SD (WHO, 2005).
b. Aktivitas Fisik
Pengodean dilakukan pada varibael aktifitas fisik yaitu 0 = aktivitas
fisik tinggi jika total waktu aktivitas fisik ≥6jam per hari, 1 = aktivitas fisik
sedang jika total waktu aktivitas fisik 3-5,9 jam per hari, 2 = aktivitas fisik
rendah jika total aktivitas <3jam per hari (Kemenkes, 2013).
c. Pola Konsumsi Makanan Rumahan

Pongkodean dilakukan pada variabel pola konsumsi makanan rumahan


adalah 0 = Jika konsumsi makanan rumahan cukup sesuai anjuran dan 1 = Jika
konsumsi makanan rumahan tidak cukup sesuai anjuran.

Pemrosesan data yang dilakukan dengan cara meng-entry data dari


jawaban responden dalam bentuk kode (angka atau huruf) ke dalam program
computer. Pemrosesan dilakukan agar data yang sudah di-entry dapat
dianalisis.

Politeknik Kesehatan Tanjungkarang


3
8

3. Cleaning (Pembersihan)
Setelah data diberi kode dan dimasukkan ke dalam perangkat computer
selanjutnya dilakukan cleaning atau pembersihan data yang merupakan
kegiatan pengecekan kembali data yang sudah di-entry apakah ada kesalahan,
ketidak lengkapan dan sebagainya yang dapat memengaruhi hasil pengolahan
data, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi.

F. Analisis Data
Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis
univiurat. Analisis ini dilakukan secara deskriptif dengan distribusi frekuensi
variabel untuk kategori masing-masing varibel yang diteliti. Hasil distribusi
frekuensi disajikan dalam bentuk presentase (%).

Politeknik Kesehatan Tanjungkarang

Anda mungkin juga menyukai