Anda di halaman 1dari 6

FORMULIR USULAN JUDUL PENELITIAN

Nama : Made Suryani,Am.Keb


Nim :
Fakultas : Kader Bangsa
Program Studi : DIV.Kebidanan

1. HUBUNGAN PARTUS LAMA,KEKURANGAN ENERGI KRONIS (KEK) DAN


STATUS GIZI PADA IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR
RENDAH DIPUSKESMAS MAKARTI JAYA
2.LATAR BELANGKANG
Masalah gizi masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama di negara
berkembang termasuk Indonesia dan merupakan penyebab kematian ibu dan anak secara
tidak langsung, yang sebenarnya masih dapat dicegah. Terdapat tiga faktor utama indeks
kualitas hidup yaitu pendidikan, kesehatan dan ekonomi. Faktor-faktor tersebut erat
kaitannya dengan status gizi masyarakat yang dapat digambarkan terutama pada status gizi
anak balita dan wanita hamil. Kualitas bayi yang dilahirkan sangat dipengaruhi oleh keadaan
ibu sebelum dan selama hamil. Jika zat gizi yang diterima dari ibunya tidak mencukupi,
maka janin tersebut akan mempunyai konsekuensi yang kurang menguntungkan dalam
kehidupan berikutnya (Misaroh & Praverawati, 2010). Menurut Rosmeri (2000) dalam
Kristiyanasari (2010) menunjukkan bahwa status gizi ibu sebelum hamil mempunyai
pengaruh yang bermakna terhadap kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Ibu dengan
status gizi kurang (kurus) sebelum hamil mempunyai risiko 4.27 kali untuk melahirkan bayi
BBLR dibandingkan dengan ibu yang mempunyai status baik (normal). Bayi dengan BBLR
mempunyai peluang meninggal lebih besar dari pada bayi dengan berat badan lahir cukup.
Oleh karena itu, perlu adanya deteksi dini dalam kehamilan yang dapat mencerminkan
pertumbuhan janin melalui penilaian status gizi ibu hamil (Chairunita, 2006).
Angka kejadian KEK di Indonesia pada tahun 2007 menunjukkan 5 daerah dengan
prevalensi terbesar yaitu terjadi di Provinsi Nusa Tenggara Timur (24,6%), Papua (23,1%),
Yogyakarta (20,2%), Papua Barat (19,6%) dan Jawa Tengah (17,2%) (DepKes RI, 2007).
Ibu yang mengalami KEK selama hamil akan menimbulkan masalah terhadap ibu maupun
janin. Masalah yang terjadi pada ibu dapat menyebabkan risiko komplikasi. Salah satu
masalah yang dapat terjadi yaitu anemia. Anemia adalah suatu kondisi sel darah merah
menurun atau atau menurunnya hemoglobin, sehingga kapasitas daya angkut oksigen untuk
kebutuhan organ-organ vital pada ibu dan janin berkurang. Selama kehamilan, indikasi
anemia adalah jika konsentrasi hemoglobin kurang dari 10,50 sampai dengan 11,00 gr/dl
(Varney, 2006). Prevalensi anemia pada ibu hamil di Indonesia adalah 70% atau 7 dari 10
wanita hamil menderita anemia. Angka kejadian anemia kehamilan di Jawa Tengah pada
tahun 2012 adalah 9,39%. Tercatat bahwa dari 11.441 ibu hamil terdapat 1.074 yang
mengalami anemia kehamilan (Dinkes, 2012).
Kondisi anemia dan KEK pada ibu hamil mempunyai dampak kesehatan terhadap ibu dan
anak dalam kandungan, antara lain meningkatkan risiko bayi dengan berat lahir rendah,
keguguran, kelahiran prematur dan kematian pada ibu dan bayi baru lahir. Tidak jarang
kondisi anemia dan KEK pada ibu hamil menjadi penyebab utama terjadinya perdarahan,
partus lama, aborsi dan infeksi yang merupakan faktor kematian utama ibu.
Data yang diambil di Puskesmas Baturraden 2 didapatkan data secara kumulati yaitu
jumlah ibu hamil periode Februari sampai Mei sebanyak 424 ibu hamil. Dari jumlah total
ibu hamil, terdapat 20 ibu hamil dengan KEK. Dengan ukuran LILA (Lingkar Lengan Atas)
≤ 23,5 cm. Jumlah 20 ibu hamil dengan KEK tersebut tersebar di enam desa, antara lain desa
Kemutug Lor (3), Kemutug Kidul (2). Karang Mangu (5), Karang Salam (1), Rempoah (4),
dan Pandak (5). Sedangkan jumlah untuk angka kejadian anemia adalah 10 ibu hamil dari
168 ibu hamil yang diperiksa.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sari (2011), menunjukan bahwa 50%
responden mempunyai tingkat pendidikan SMA. Hasil penelitian tersebut didukung oleh
teori yang menyatakan bahwa adapun faktor-faktor
yang mempengaruhi tingkat pendidikan seseorang antara lain umur, sikap, keterjangkauan
fasilitas, status pekerjaan, status sosial ekonomi, dan sosial budaya. Pendidikan secara
langsung maupun tidak langsung, secara implisit maupun eksplisit memainkan peran yang
besar dalam masyarakat (Nursalam & Effendi, 2008).
Penelitian yang dilakukan oleh Kartikasari (2011), menunjukan bahwa pada ibu
hamil yang paritasnya lebih dari 3 mempunyai resiko relatif sama untuk terkena KEK
dibandingkan dengan ibu hamil yang paritasnya kurang dari 3 kali. Walaupun resiko
terhadap kejadian KEK adalah ibu hamil yang belum pernah melahirkan, namun apabila
pada dasarnya ibu memiliki pengetahuan yang baik tentang status gizi ibu hamil yang
merupakan bagian dari upaya untuk mengoptimalkan kemampuan ibu, sehingga diharapkan
ibu hamil memiliki status gizi yang baik pula. Sedangkan untuk pekerjaan ibu, dengan
menggunakan uji korelasi point biserial diperoleh p-value sebesar 0,004 (<0,05). Hal
tersebut menunjukan bahwa Ha diterima yang berarti ada hubungan yang signifikan antara
pekerjaan dengan status gizi ibu hamil. Apabila pekerjaan ibu berat, maka asupan gizi yang
dikonsumsi juga lebih banyak begitu juga sebaliknya.
Berdasarkan data diatas, peneliti ingin mengetahui penyebab paling banyak atau dominan
yang dapat mengakibatkan ibu dengan KEK serta ingin mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi kejadian KEK pada ibu hamil di Puskesmas Makarti Jaya
3. RUMUSAN MASALAH
KEK merupakan suatu keadaan status gizi seseorang buruk yang disebabkan kurangnya
konsumsi pangan. Meningkatkan konsumsi makanan bergizi merupakan faktor kunci dalam
mencegah terjadinya KEK. Seseorang yang kekurangan konsumsi pangan akan
mengakibatkan kekurangan gizi. Golongan yang paling rentan terhadap kekurangan gizi
adalah bayi, balita, dan ibu hamil. Ibu yang mengalami KEK selama hamil akan
menimbulkan masalah baik ibu maupun janin. Terdapat beberapa karakteristik ibu yang
dapat digunakan untuk mengukur pemahaman ibu tentang kekurangan gizi. Karakteristik ibu
yang digunakan antara lain : pendidikan, umur, paritas dan
pekerjaan. Berdasarkan hal tersebut diatas maka peneliti ingin mengetahui “Faktor-faktor
apa saja yang dapat mempengaruhi kejadian KEK pada ibu hamil di Puskesmas 2
Baturraden Kabupaten Banyumas
4.TEORI PENDUKUNG
2.1KEK pada Ibu Hamil
2.1.1 Definisi
Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah keadaan dimana ibu menderita keadaan
kekurangan makanan yang berlangsung menahun (kronis) yang mengakibatkan timbulnya
gangguan kesehatan pada ibu (Depkes RI, 1995). K EK merupakangambaran status gizi ibu
di masa lalu, kekurangan gizi kronis pada masa Anak-anak baik disertai sakit yang berulang,
akan menyebabkan bentuk tubuh yang kuntet(stunting) atau kurus (wa sting) pada saat
dewasa. Ibu yang memiliki postur tubuh seperti ini berisiko mengalami gangguan pada masa
kehamilandan melahirkan bayi BBLR (Soetjiningsih, 2009).
2.1.2 KEK pada Ibu Hamil
Gizi ibu pada waktu hamil sangat penting untuk pertumbuhan janin yang dikandungnya.
Angka kejadian BBLR lebih tinggi di negara-negara yang sedang berkembang daripada
negara- negara yang sudah maju. Hal ini disebabkan oleh keadaan sosial ekonomi yang
rendah mempengaruhi diet ibu (Soetjiningsih, 2009).

2.1.3HubunganKEK terhadap Kehamilan


Ibu hamil dan WUSdengan status gizi yang baik mempunyai kemungkinan lebih
besar untuk melahirkan bayi yang sehat. Sepertipada pengertian status gizi secara umum,
maka status gizi ibu hamilpun adalahsuatu keadaan fisik yang merupakan hasil dari
konsumsi, absorpsi dan utilisasi berbagai macam zat gizi baik makro maupun mikro. O leh
karena proses kehamilan menyebabkan perubahan fisiologi termasuk perubahan hormon dan
bertambahnyavolume darah untuk perkembangan janin, maka intake zat gizi ibu hamiljuga
harus ditambah guna mencukupi kebutuhan tersebut. (Depkes RI, 1996).
2.1.4 Penentuan Status KEK
Penentuan status KEK pada WUS adalah dengan menggunakan lingkar lengan atas atau
disebut LILA. Menurut Depkes RI (dalam Supariasa dkk. 2002)
pengukuran LILA pada kelompok WUS adalah salah satu cara deteksi dini yang mudah dan
dapat dilaksanakan oleh masyarakatawam, untuk mengetahui kelompok umur yang beresiko
KEK

2.1.5 Hubungan KEK dengan BBLR


Kenaikan berat badan ibu, selama kehamilan trisemester 1 mempunyai peranan yang sangat
penting, karena periode ini janin dan plasenta dibentuk. Kegagalan kenaikan berat badan ibu
pada trisemester 1 dan 2 akan meningkatkan bayi BBLR. Hal ini disebabkan adanya KEK
yang mengakibatkan ukuran plasenta kecil dan kurangnya suplai zat-zat makanan ke janin.
Bayi BBLR mempunyai risiko kematian lebih tinggi daripada bayi cukup bulan.
Kekurangan zat gizi pada ibu lebih cenderung mengakibatkan BBLR atau kelainan yang
bersifat umum daripada menyebabkan kelainan anatomik yang spesifik. Kekurangan zat gizi
pada ibu yang
lama dan berkelanjutan selama masa kehamilan akan berakibat lebih buruk pada janin
daripada malnutrisi akut (Soetjiningsih, 2009).
2.1.6 Hubungan KEK dengan Nila i Apgar
Volume darah menurunIbu malnutrisiCardiac output tidak adekuat Menurunnya
aliran darah ke plasentaPlasenta lebih kecil Berkurangnya transfer zat-zat makananRetardasi
pertumbuhan janin12 Kenaikan berat badan ibu, selama kehamilan trisemester 1 mempunyai
peranan yang sangatpenting, karena periode ini janin dan plasenta dibentuk (Soetjiningsih,
2009).
2.2.2 Anemia pada Kehamilan
Menurut Proverawati dan Asfuah (2009) Anemia dalam kehamilan didefinisikan
sebagai penurunan kadar hemoglobin kurang dari 11 g/dl selama masa kehamilan pada
trisemester 1 dan 3 dan kurang dari 10 g/dl selama masa post partum dan trisemester 2.
2.2.3 Penyebab Anemia Defisiensi Besi
Penyebab utama anemia pada wanita adalah kurang memadainya asupan
makanan sumber Fe, meningkatnya kebutuhan Fe saat hamil dan menyusui (perubahan
fisiologi), dan kehilangan banyak darah. Anemia disebabkan oleh ketiga faktor itu terjadi
secara cepat saat cadangan Fe tidak mencukupi peningkatan kebutuhan Fe. WUS adalah
salah satu kelompok resiko tinggi terpapar anemia karena mereka tidak memiliki asupan
atau cadangan Fe yang cukup terhadap kebutuhan dan kehilangan Fe (Fatmah, 2007)
2.2.4 Mekanisme Terjadinya Anemia
Anemia terjadi jika produksi hemoglobin sangat berkurang sehingga kadarnya di
dalam darah menurun. WHO merekomendasikan sejumlah nilai cut off untuk menentukan
anemia karena defisiensi zat besi pada berbagai kelompok usia, jenis kelamin, dan kelompok
fisiologis.
2.2.5 Penentuan Status Besi
Pendiagnosaan kasus anemia defisiensi besi yang baik adalah dengan menghitung
konsentrasi hemoglobin dalam sirkulasi darah yang disertai dengan pemeriksaan hematokrit
(pocked volume of red cells). Indikator lain adalah kadar zat besi dalam serum, iron binding
capacity, kadar ferritin dalam serum, free erythrocyte protoporphyrin (FEP), serta mean
corpuscular volume (MCV).

5. DESAIN PENELITIAN
Berdasarkan jenis penelitiannnya, penelitian ini termasuk jenis penelitian
observasional analitik.Observasional analitik adalah survei atau penelitian yang mencoba
menggali bagaimana mengamatifenomena kesehatan itu terjadi, kemudian melakukan
analisis dinamika korelasi antara fenomena, baik antara faktor resiko dengan faktor efek,
antar faktor resiko, maupun antar faktor efek. Berdasarkan waktunya, penelitian ini bersifat
cross sectional
yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor- faktor resiko
dengan akibat, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada
suatu saat (point time approach). Artinya, tiap subjek penelitian hanya observasi sekali saja
dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel subjek pada saat
pemeriksaan (Notoatmodjo, 2005).

6. DAFTAR PUSTAKA
Ferial, 2011. Kejadian Kekurangan Energi Kronis dengan Anemia. Fitramayana;
YogyakartaMina, 2013.
Notoadmodjo, 2005, Metodologi Penelitian Kesehatan, Pt. Rineka Cipta, Jakarta
Riskesdas, 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013. Diakses Tanggal 01 April 2015
Sani, ddk, 2003. Panduan Program Kesehatan Ibu Dan Anak.
Sjahmie Moehji,2003.
Ilmu gizi 2.Pupus Sinar Sianti. JakartaSuhardjo, 2002. Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Bumi
Aksara. Jakarta.
Sutriani, 2010. Pertumbuhan Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah. PT. Gramedia Pustaka
Umum. Jakarta
Tenri, 2012. Hubungan Sosial Ekonomi Dengan Kekurangan Energi Kronik (KEK)
Di Desa Pasaman. Jawa Barat.

Anda mungkin juga menyukai