Anda di halaman 1dari 10

GAMBARAN KARAKTERISTIK FAKTOR – FAKTOR KEJADIAN

ENERGI KRONIK (KEK) PADA IBU HAMIL


DI WILAYAH PUSKESMAS SIWALAN
KABUPATEN PEKALONGAN
Chairiyah 1, Sri Wahyuni 2, Sri Sumarni 3
E-mail :
1. chairiyahd4@yahoo.com
2. buknunisigit@yahoo.com
3. marninugroho@yahoo.com

ABSTRAK

Peluang untuk melahirkan bayi sehat dan selamat dimungkinkan bila kondisi kesehatan ibu
baik. Masih banyak ibu hamil yang menderita gizi kurang, utamanya KEK. Penderita KEK
mempunyai resiko melahirkan bayi berat badan rendah (BBLR) dan kematian ibu bersalin karena
pendarahan (Depkes, 1995). Tujuan penelitian ini Untuk mengetahui gambaran karakteristik faktor-
faktor yang mempengaruhi kejadian energi kronik (KEK) pada ibu hamil di wilayah Puskesmas
Siwalan Kabupaten Pekalongan.
Penelitian ini merupakan penelitian survei, bersifat deskriptif dengan pendekatan Cross
Sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil KEK di Puskesmas Siwalan
Kabupaten Pekalongan sampai dengan bulan Februari 2017 sebanyak 53 orang.
Hasil penelitian menunjukkan Ketersediaan pangan keluarga paling banyak adalah kurang
terjamin, Pendidikan ibu hamil Kurang Energi Kronik (KEK) di Wilayah Puskesmas Siwalan
Kabupaten Pekalongan paling banyak adalah pendidikan dasar (SD-SMP), Pekerjaan paling banyak
adalah buruh, Pengetahuan paling banyak adalah baik, Menggambarkan faktor sosial ekonomi
paling banyak adalah kurang atau memiliki penghasilan kurang dari UMK Kabupaten Pekalongan ,
Usia ibu hamil paling banyak adalah usia tidak berisiko, Usia kehamilan paling banyak adalah
trimester III, Jarak kelahiran paling banyak adalah baik, Paritas paling banyak adalah primipara dan
Jarak pelayanan Kesehatan banyak adalah dekat
Petugas kesehatan diharapkan aktif memberi pemahaman mengenai kebutuhan gizi ibu
hamil. Petugas kesehatan bekerja sama dengan kader posyandu untuk mengkoordinir ibu hamil
untuk berkumpul, sehingga kegiatan penyuluhan kepada ibu hamil dapat berjalan secara efektif.

Kata Kunci : Kekurangan Energi Kronik. Ibu Hamil dan Faktor-Faktor Kejadian Kurang
Energi Kronik

ABSTRACT

Opportunities to give birth to healthy and safe babies are possible when the health condition
of the mother is good. There are still many pregnant women who suffer from malnutrition, mainly
KEK. KEK have a risk of having low birth weight (LBW) and maternal mortality due to bleeding
(MOH, 1995). The purpose of this study To determine the description of the characteristics of
factors that affect chronic energy incidence (KEK) in pregnant women in Siwalan Puskesmas area
of Pekalongan Regency.
This research is a survey research, is descriptive with Cross Sectional approach. The
population in this research is all pregnant women of KEK at Siwalan Public Health Center of
Pekalongan Regency up to February 2017 as many as 53 people.
The result of the research shows that most of family food availability is less secure, Education
of pregnant mother of Chronic Energy (KEK) in Siwalan Regency Public Health Region of
Pekalongan Regency is at most elementary education (SD-SMP), Most of employment is laborer,
Most knowledge is good, Describing most socioeconomic factor is less or have less income from
1
UMK Regency of Pekalongan, Age of pregnant mother at most is age not at risk, Age of pregnancy
at most is trimester III, Birth distance at most is good, Parity at most is primipara and Distance
service The health of many is close
Health workers are expected to actively provide understanding about the nutritional needs of
pregnant women. Health workers work together with posyandu cadres to coordinate pregnant
women to gather, so that extension activities to pregnant women can run effectively.

Keywords : Chronic Energy Deficiency. Pregnant Mom and Chronic Energy Chronic
Events Factors

1 Peneliti Utama
2 Pembimbing 1
3 Pembimbing 2

Pendahuluan seperti perdarahan, infeksi, eklampsi, partus


Program pembangunan kesehatan di macet, abortus dan ruptur uteri. (2) Indirect
Indonesia hingga saat ini masih ditujukan obstetric deaths yaitu kematian ibu yang
pada penanggulangan masalah-masalah disebabkan oleh suatu penyakit, yang bukan
kesehatan ibu dan anak. Pada dasarnya komplikasi obstetri, yang berkembang atau
program-program lebih menitikberatkan pada bertambah berat akibat kehamilan atau
upaya-upaya penurunan angka kematian bayi persalinan, seperti kurang energi kronis dan
dan anak, angka kelahiran kasar dan angka anemia (Safrudin & Hamidah, 2009).
kematian ibu (Effendy, 2009). Angka Menurut Sandjaja (2009) Kurang
kesehatan ibu dan anak tidak hanya sensitif Energi Kronis (KEK) adalah suatu keadaan
dalam menentukan pembangunan kesehatan kekurangan makanan dalam waktu yang lama
suatu negara tetapi juga merupakan investasi sehingga menyebabkan ukuran Indeks Massa
bagi peningkatan kualitas sumber daya Tubuhnya (IMT) di bawah normal (kurang
manusia di masa mendatang. Saat ini dari 18,5 untuk orang dewasa. KEK pada ibu
berberapa negara telah menunjukkan hamil menjadi penyebab utama terjadinya
perkembangan dalam upaya mewujudkan perdarahan, partus lama, aborsi dan infeksi
kesehatan ibu dan anak secara optimal yang merupakan faktor kematian utama ibu
(Safrudin, 2009). (Sutriani, 2010).
Berdasarkan Survei Demografi dan Peluang untuk melahirkan bayi sehat
Kesehatan (SDKI) Tahun 2012 angka dan selamat dimungkinkan bila kondisi
kematian ibu di Indonesia masih tinggi yaitu kesehatan ibu baik. Namun kenyataannya,
359.000 per 100.000 kelalahiran hidup. masih banyak ibu hamil yang menderita gizi
Kematian ibu disebabkan beberapa faktor kurang, utamanya KEK. Penderita KEK
yaitu 30,3% perdarahan, 27,1% hipertensi, mempunyai resiko melahirkan bayi berat
7,3% infeksi, 1,8% partus lama, 1,6% abortus badan rendah (BBLR) dan kematian ibu
dan 40,8% faktor lain-lain (Kemenkes RI, bersalin karena pendarahan (Depkes, 1995).
2015). AKI mengalami penurunan pada tahun Data Kesehatan Kabupaten Pekalongan
2015 menjadi 305 kematian per 100.000 menunjukkan bahwa jumlah ibu hamil dengan
orang (Kemenkes RI, 2016). KEK terus mengalami penurunan, pada tahun
Kematian ibu dibedakan menjadi dua 2014 jumlah ibu hamil dengan KEK sebanyak
kelompok yaitu (1) Direct obstetric deaths 2.714 orang (13.70%), pada tahun 2015
yaitu kematian ibu yang langsung disebabkan jumlah ibu hamil dengan KEK sebanyak
oleh komplikasi obstetri pada masa hamil, 2.361 (14.04%) dan ibu hamil dengan KEK
bersalin dan nifas atau kematian yang pada tahun 2016 sebanyak 2.201 orang
disebabkan oleh suatu tindakan atau berbagai (13.06%). Meskipun mengalami penurunan,
hal yang terjadi akibat tindakan tersebut yang namun angka KEK pada ibu Hamil di
dilakukan selama hamil, bersalin dan nifas Kabupaten Pekalongan masih cukup tinggi

2
yaitu diatas 13%. Pada tahun 2014 jumlah ibu pada ibu hamil di wilayah Puskesmas Siwalan
hamil di Puskesmas Siwalan sebanyak 619 Kabupaten Pekalongan.
dengan kejadian KEK sebanyak 110 orang Metode Penelitian
(17,70 %), pada tahun 2015 jumlah ibu hamil Penelitian ini merupakan penelitian
641 dengan kejadian KEK sebanyak 218 (34 survei, bersifat deskriptif, yaitu penelitian
%). Pada tahun 2016, dari 701 ibu hamil, yang dilakukan terhadap sekumpulan objek
sebanyak 193 (27,53 %) ibu hamil mengalami yang bertujuan untuk melihat gambaran
KEK. fenomena (termasuk kesehatan) yang terjadi
Berdasarkan data tersebut diketahui di dalam suatu populasi tertentu
bahwa jumlah ibu hamil dengan KEK terus (Notoatmodjo, 2010,p.35). Metode penelitian
mengalami penurunan, namun angka kejadian diskriptif ini dilakukan dengan pendekatan
KEK di Puskesmas Siwalan masih cukup Cross Sectional
tinggi. Oleh sebab itu perlu dilakukan Populasi dalam penelitian ini adalah
penelitian mengenai profil ibu hamil dengan seluruh ibu hamil dengan kekurangan energi
KEK. Dengan adanya data pasti tentang kronik (KEK) di Puskesmas Siwalan
faktor-faktor yang mempengaruhi KEK, maka Kabupaten Pekalongan sampai dengan bulan
pihak-pihak yang bersangkutan akan lebih Februari 2017 sebanyak 43 orang.
mudah menentukan kebijakan untuk Pengambilan sampel menggunakan
menanggulangi KEK pada ibu hamil. Upaya total sampling (sampel jenuh) yaitu seluruh
yang dilakukan di Puskesmas Siwalan yaitu anggota populasi diambil sebagai sampel
dengan dilakukan skrining KEK dengan penelitian (Hidayat, 2007). Peneliti
pengukuran LILA, pemberian makanan mengambil seluruh ibu hamil di Puskesmas
tambahan dan pelayanan kesehatan baik di Siwalan sebanyak 43 orang sebagai sampel
posyandu, BPS dan Puskesmas. penelitian.
Menurut Soekirman (2000), faktor Analisa univariat dalam penelitian ini
yang mempengaruhi KEK terdiri dari faktor berupa distribusi frekuensi tentang faktor-
langsung dan faktor tidak langsung. Faktor faktor yang mempengaruhi KEK pada ibu
langsung yang meliputi penyakit infeksi dan hamil.
asupan makanan, sedangkan faktor tidak Hasil Penelitian
langsung meliputi persediaan pangan Tabel 1 Distribusi Frekuensi Ketersediaan
keluarga, pendidikan, pengetahuan ibu, pangan, Pendidikan, Pekerjaan,
Pengetahuan, Faktor sosial ekonomi, Usia
pendapatan keluarga, dan pelayanan Ibu, Usia Kehamilan, Jarak Kehamilan,
kesehatan (Soekirman, 2000). Paritas dan Pelayanan Keehatan pada ibu
Hasil studi pendahuluan terhadap 10 hamil Kurang Energi Kronik (KEK) di
ibu hamil di Puskesmas Siwalan diketahui 4 Wilayah Puskesmas Siwalan Kabupaten
orang (40%) mempunyai jarak kehamilan Pekalongan.
kurang dari 2 tahun, paritas lebih dari 3
(30%), 3 orang (30%) mempunyai beban Persentase
No Variabel Frequensi
(%)
kerja yang berat, penghasilan keluarga
1 Ketersediaan Pangan
sebesar Rp 1.580.625,00 sebanyak 4 (40%)
dan usia ibu hamil berisiko (< 20 tahun dan > Terjamin 10 23.3
35 tahun sebanyak 5 (50%). Kurang Terjamin 33 76.7
Hal ini menarik peneliti tertarik untuk 2 Pendidikan
melakukan penelitian dengan judul ” Dasar 29 67.4
Gambaran Karakteristik Faktor-Faktor Menengah 13 30.2
Kejadian Kurang Energi Kronis (KEK) Pada Tinggi 1 2.3
Ibu Hamil Di Wilayah Puskesmas Siwalan 3 Pekerjaan
Kabupaten Pekalongan” Buruh 17 39.5
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Swasta 14 32.6
gambaran karakteristik faktor-faktor yang
IRT 12 27.9
mempengaruhi kejadian energi kronik (KEK)
PNS
0 0

2
No Variabel Frequensi
Persentase Berdasarkan tabel di atas diketahui dari
(%) 43 responden, sebanyak 23 (53.5%)
4 Pengetahuan responden memiliki faktor sosial ekonomi
Kurang 13 30.2 kurang atau memiliki penghasilan kurang dari
Baik 30 69.8 UMK Kabupaten Pekalongan dan 20 (46.5%)
5 Faktor Sosial Ekonomi responden memiliki faktor sosial ekonomi
Baik 20 46.5 yang baik atau memiliki penghasilan lebih
Kurang 23 53.5
dari atau sama dengan UMK Kabupaten
Pekalongan
6 Usia Ibu
Berdasarkan tabel di atas diketahui dari
Berisiko 11 25.6
43 responden, sebanyak 32 (74.4%)
Tidak Berisiko 32 74.4
responden masuk dalam kategori usia tidak
7 Usia Kehamilan berisiko dan 11 (25.6%) responden masuk
TM I 2 4.7 dalam kategori usia berisiko
TM II 16 37.2 Berdasarkan tabel di atas diketahui dari
TM III 25 58.1 43 responden, sebanyak 25 (58.1%)
8 Jarak Kehamilan responden masuk dalam kategori hamil tri
Baik 32 74.4 mester III dan 16 (37.2%) responden masuk
Kurang 11 25.6 dalam kategori hamil tri mester II dan 2
9 Paritas (4.7%) responden masuk dalam kategori tri
Primipara 18 41.9
mester I.
Berdasarkan tabel di atas diketahui dari
Multipara 25 58.1
43 responden, sebanyak 32 (74.4%)
Grande Multipara 0 0
responden memiliki jarak kehamilan yang
10 Pelayanan Kesehatan baik atau jarak kehamilan > 2 tahun, 11
Dekat 39 90.7 (25.6%) responden memiliki jarak kehamilan
Sedang 4 9.3 yang kurang atau jarak kehamilan < 2 tahun .
Jauh 0 0 Berdasarkan tabel di atas diketahui dari
43 responden, sebanyak 25 (58.1%)
Berdasarkan tabel di atas diketahui dari responden masuk dalam kategori multipara,
43 responden, sebanyak 33 (76.7%) 18 (41.9%) responden masuk dalam kategori
responden masuk dalam kategori kurang primipara
terjamin, sedangkan 10 (23.3%) responden Berdasarkan tabel di atas diketahui dari
masuk dalam kategori terjamin. 43 responden, sebanyak 39 (90.7%) memiliki
Berdasarkan tabel di atas diketahui dari jarak tempuh dengan fasilitas kesehatan yang
43 responden, sebanyak 29 (67.4%) dekat, 4 (9.3%) memiliki jarak tempuh
responden memiliki tingkat pendidikan dasar dengan fasilitas kesehatan yang sedang.
(SD-SMP), 13 (30.2%) responden memiliki
tingkat pendidikan menengah, dan 1 (2.3%) PEMBAHASAN
responden memiliki tingkat pendidikan tinggi. Ketersediaan pangan pada ibu hamil
Berdasarkan tabel di atas diketahui dari Kurang Energi Kronik (KEK) di Wilayah
43 responden, sebanyak 17 (39.5%) Puskesmas Siwalan Kabupaten
responden bekerja sebagai buruh, 14 (32.6%) Pekalongan.
responden bekerja sebagai swasta dan 12 Berdasarkan hasil penelitian diketahui
(27.9%) responden bekerja sebagai ibu rumah bahwa sebagian besar responden masuk
tangga. dalam kategori rawan kelaparan sedang.
Berdasarkan tabel di atas diketahui dari Keadaan diatas menunjukkan bahwa ditingkat
43 responden, sebanyak 30 (69.8%) rumah tangga ketersediaan pangan masih
responden memiliki pengetahuan yang baik, lemah. Penyebab utama lemahnya
sedangkan 13 (30.2%) responden memiliki ketersediaan pangan adalah kemiskinan yang
pengetahuan yang kurang. bukan hanya keluarga tidak mampu membeli
pangan, untuk mencukupi kebutuhan

3
minimum mereka, tetapi juga rendahnya perubahan perilaku positif yang meningkat
pengetahuan mengenai pangan yang ikut (Notoatmodjo, 2003;h.). Pendidikan formal
menyumbang terhadap status gizi seseorang. dari ibu sering kali mempunyai asosiasi yang
Kemiskinan dan ketersediaan pangan positif dengan pengembangan pola-pola
merupakan dua fenomena yang saling terkait, konsumsi makanan dalam keluarga. Semakin
bahkan dapat dipandang memiliki hubungan tinggi tingkat pendidikan ibu maka semakin
sebab akibat. Dalam hal ini kondisi baik pengetahuan gizi dan semakin
ketersediaan pangan yang rentan menjadi diperhitungkan jenis serta jumlah makanan
sumber kemiskinan dan sebaliknya, oleh yang dipilih untuk dikonsumsi (Sediaoetama,
karena itu kemiskinan dan ketersediaan 2002). Ibu yang mempunyai pengetahuan
pangan merupakan dua hal yang tak nutrisi akan memilih makanan yang lebih
terpisahkan karena saling satu sama lain bergizi daripada yang kurang bergizi
saling interaksi (Mulyono Joyomartono, 2004; h. 98).
Ketersediaan (food availabillity) yaitu Banyaknya responden yang
ketersediaan pangan dalam jumlah yang berpendidikan dasar (SD-SMP) disebabkan
cukup aman dan bergizi untuk semua orang faktor lingkungan, kebanyakan perempuan
baik yang berasal dari produksi sendiri, masih beranggapan bahwa perempuan tidak
impor, cadangan pangan maupun bantuan perlu berpendidikan tinggi karena nantinya
pangan. Ketersediaan pangan ini diharapkan hanya akan mengurus rumah tangga saja.
mampu mencukupi pangan yang Pekerjaan pada ibu hamil Kurang Energi
didefenisikan sebagai jumlah kalori yang Kronik (KEK) di Wilayah Puskesmas
dibutuhkan untuk kehidupan yang aktif dan Siwalan Kabupaten Pekalongan.
sehat (Hanani, 2012) Berdasarkan hasil penelitian diketahui
Ketersediaan pangan dalam keluarga sebagian besar responden bekerja sebagai
mempengaruhi banyaknya asupan makan buruh. Banyaknya responden yang bekerja
anggota keluarga. Semakin baik ketersediaan sebagai buruh berkaitan dengan tingkat
pangan suatu keluarga memungkinkan pendidikan yang masuk dalam kategori
terpenuhinya seluruh kebutuhan zat gizi. Jika pendidikan dasar (SD-SMP).
ketersediaan pangan di rumah tangga Kebutuhan makanan bagi ibu hamil
menurun, otomatis konsumsi makan dan lebih banyak dari pada kebutuhan wanita
konsumsi zat gizi per anggota keluarga yang tidak hamil. Upaya mencapai gizi
berkurang sehingga menyebabkan masalah masyarakat yang baik atau optimal dimulai
gizi, diantaranya kejadian KEK. dengan penyedian pangan yang cukup.
Penelitian yang dilakukan Atik Qurrota Penyediaan pangan dalam negeri yaitu :
A’Yunin Al-Isyrofi menemukan hal yang upaya pertanian dalam menghasilkan bahan
sama yaitu sebagian besar responden masuk makanan pokok, lauk pauk, sayuran dan
dalam kategori rawan kelaparan sedang. buah-buahan. Pengukuran konsumsi makanan
Kondisi tersebut dipengaruhi oleh berbagai sangat penting untuk mengetahui kenyataan
faktor, antara lain yaitu tidak meratanya apa yang dimakan oleh masyarakat dan hal ini
kemampuan rumah tangga dari segi akses dan dapat berguna untuk mengukur gizi dan
ketersediaan pangan dalam rumah tangga. Hal menemukan faktor diet yang menyebabkan
tersebut dapat dipicu oleh keterbatasan aset malnutrisi.
dan akses pasar yang merupakan karakteristik Berkaitan dengan pekerjaan ibu,
umum masyarakat berstatus rawan pangan kegiatan kerja ibu menyebabkan kebutuhan
Pendidikan ibu hamil Kurang Energi energi ibu menjadi lebih banyak jika
Kronik (KEK) di Wilayah Puskesmas dibanding dengan ibu tidak bekerja hal ini
Siwalan Kabupaten Pekalongan. menyebabkan ibu yang bekerja memiliki
Berdasarkan hasil penelitian diketahui kemungkinan mengalami Kekurangan Energi
sebagian besar responden memiliki tingkat Kronik yang lebih besar daripada ibu yang
pendidikan dasar (SD-SMP). tidak bekerja. Jam kerja ibu sebagai buruh
Pendidikan adalah upaya untuk juga cukup membahayakan bagi kesehatan
memberikan pengetahuan sehingga terjadi ibu hamil, hal ini karena adanya sistem kerja

4
shift. Pembagian kerja shift mengharuskan Faktor sosial ekonomi pada ibu hamil
ibu bekerja pada malam hari. shift malam Kurang Energi Kronik (KEK) di Wilayah
seringkali kurang istirahat karena pada siang Puskesmas Siwalan Kabupaten
harinya ia harus bekerja mengatur kehidupan Pekalongan.
rumah tangganya. Pembagian jam kerja shift Berdasarkan hasil penelitian diketahui
adalah sebagai berikut. bahwa sebagian besar responden memiliki
Shift 1 (Pagi) 06.00-14.00 faktor sosial ekonomi kurang atau memiliki
Shift 2 (Siang) 14.00-22.00 penghasilan kurang dari UMK Kabupaten
Shift3 (Malam) 22.00-06.00 Pekalongan.
Pengetahuan pada ibu hamil Kurang Banyaknya responden yang
Energi Kronik (KEK) di Wilayah berpenghasilan kurang dari upah minimum
Puskesmas Siwalan Kabupaten kota / kabupaten berkaitan dengan tingkat
Pekalongan. pendidikan responden yang masih cukup
Berdasarkan hasil penelitian diketahui rendah yaitu SD dan SMP. Selain itu upah
bahwa sebagian besar responden memiliki minimum kota yang diterapkan sebagai
pengetahuan yang baik, patokan penggajian adalah standar hidup bagi
Pengetahuan merupakan faktor yang pekerja lajang. Sehingga jumlah upah yang
sangat berpengaruh terhadap pengambilan sama atau lebih rendah dari UMK tidak
keputusan. Seseorang yang memiliki mampu untuk mencukupi kebutuhan hidup
pengetahuan yang baik tentang sesuatu hal, bagi pekerja yang sudah berkeluarga.
maka akan lebih cenderung mengambil Keluarga dengan tingkat ekonomi
keputusan yang lebih tepat berkaitan dengan rendah biasanya akan membelanjakan
masalah tersebut dibandingkan dengan yang sebagian besar pendapatan mereka untuk
berpengetahuan rendah. makanan, sedangkan semakin banyak uang
Berdasarkan analisis Blum (1978), berarti semakin baik makanan yang diperoleh
menunjukkan bahwa status kesehatan karena sebagian besar penghasilan tersebut
termasuk status gizi dipengaruhi oleh faktor digunakan untuk membeli bahan makanan
lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan tertentu sesuai keinginan.
dan faktor keturunan. Faktor lingkungan Tingkatan pendapatan menentukan pola
antara lain lingkungan fisik, biologis dan makanan apa yang dibeli, semakin tinggi
sosial memegang peranan yang terbesar pendapatan semakin bertambah pula
dalam menentukan status kesehatan dan gizi, pengeluaran untuk belanja. Hal ini
selanjutnya faktor yang cukup berpengaruh menyangkut pemenuhan kebutuhan dalam
adalah faktor perilaku yang berkaitan dengan keluaga terutama pemenuhan kebutuhan akan
pengetahuan dan pendidikan yang makanan yang memilki nilai gizi dengan
menentukan perilaku seseorang atau jumlah yang cukup. Dengan demikian
kelompok untuk berperilaku sehat atau tidak pendapatan merupakan faktor yang paling
sehat (Timmreck, 2005). menetukan kualitas dan kuantitas makanan.
Menurut Harper (1986) dan Sallayanti Usia ibu hamil Kurang Energi Kronik
(1977) bahwa pendidikan dapat berhubungan (KEK) di Wilayah Puskesmas Siwalan
dengan pengetahuan gizi yang akhirnya Kabupaten Pekalongan.
berpengaruh terhadap konsumsi. Sanjur Berdasarkan hasil penelitian diketahui
(1982) dalam teorinya mengatakan bahwa bahwa sebagian besar responden masuk
peran pengetahuan gizi sangat penting artinya dalam kategori usia tidak berisiko atau antara
bagi keluarga, khususnya ibu rumah tangga. 20-35 tahun.
Pada penelitian ini tingkat pendidikan ibu Usia mempengaruhi status gizi ibu
hamil atau responden lebih banyak pada hamil. Seorang ibu yang masih sangat muda,
tingkat SD dan SMP. Tingkat pendidikan bahkan masih tergolong anak-anak – kurang
berhubungan erat dengan pengetahuan. dari 18 tahun – masih mengalami
Ketidaktahuan tentang pemilihan bahan pertumbuhan dan perkembangan. Apabila ia
makanan bergizi merupakan hambatan bagi hamil, maka bayi yang dikandungnya akan
keluarga untuk memenuhi kecukupan gizi. bersaing dengan si ibu muda untuk

5
mendapatkan zat gizi, karena sama-sama Jarak kelahiran pada ibu hamil Kurang
mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Energi Kronik (KEK) di Wilayah
Persaingan ini mengakibatkan ibu mengalami Puskesmas Siwalan Kabupaten
kekurangan energi kronis. Pekalongan.
Sementara, ibu yang hamil di usia Berdasarkan hasil penelitian diketahui
terlalu tua juga membutuhkan energi yang bahwa jarak kehamilan responden masuk
besar untuk menunjang fungsi organnya yang dalam kategori baik atau jarak kehamilan > 2
semakin melemah. Dalam hal ini, persaingan tahun
untuk mendapatkan energi terjadi lagi. Oleh KEK pada ibu hamil akan
karena itu, usia kehamilan yang sesuai adalah memengaruhi kondisi bayi. Salah satu
20 tahun hingga 34 tahun. konsekuensi kekurangan asupan energi adalah
Umur ibu dalam penelitian iniu juga peningkatan produksi keton (Erick, 2008).
merupakan usia produktif. Menurut BPS usia Sementara kemampuan janin untuk
15-49 tahun merupakan usia Sangat Produktif memetabolisme keton masih terbatas.
(15 - 49). Berkatian dengan hal tersebut pada Kekurangan energi sering terjadi bersamaan
penelitian ini ditemukan banyak ibu yang dengan asupan protein yang tidak adekuat.
bekerja. Aktivitas fisik mempengaruhi status Defisiensi protein menyebabkan gangguan
gizi ibu hamil. Setiap aktivitas membutuhkan pertumbuhan jaringan maternal dan janin.
energi, jika Ibu melakukan aktivitas fisik Kebutuhan karbohidrat tidak kalah penting
yang sangat berat setiap harinya sementara untuk dipenuhi guna mencegah ketosis dan
asupan makannya tidak tercukupi maka ibu menjaga kadar gula darah tetap normal
hamil ini sangat rentan untuk mengalami selama kehamilan.
kekurangan energi kronis Pengaturan jarak kehamilan
Usia kehamilan pada ibu hamil Kurang dimaksudkan agar tubuh ibu memiliki cukup
Energi Kronik (KEK) di Wilayah waktu untuk memulihkan diri. Jika jarak
Puskesmas Siwalan Kabupaten kehamilan terlalu dekat, kesehatan ibu akan
Pekalongan. menurun karena tubuh tidak sempat kembali
Berdasarkan hasil penelitian diketahui seperti kondisi semula. Masalah gizi yang
bahwa umur kehamilan ibu masuk dalam timbul kemudian dapat memengaruhi
kategori hamil tri mester III. kesehatan janin yang dikandung(Yuliastuti,
Kebutuhan gizi ibu hamil akan 2014). Ibu membutuhkan energi yang cukup
meningkat seiring pertambahan usia untuk memulihkan keadaan tubuhnya pasca
kandungan, terutama setelah memasuki melahirkan. Sementara itu, kehamilan
kehamilan trimester ke dua. Sebab pada saat meningkatkan kebutuhan ibu akan energi dan
itu, pertumbuhan janin berlangsung sangat zat gizi.
cepat. Hal lain yang perlu diperhatikan Hasil penelitian ini menunjukan bahwa
meskipun nafsu makan meningkat, tetaplah jarak kehamilan ibu baik yaitu lebih dari 2
berpegang pada pola makanan dengan gizi tahun, hal tersebut menggambarkan bahwa
seimbang. ibu sudah memiliki waktu yang cukup untuk
Sjahmien Moehdji (2003) menyatakan pemulihan. Namun disisi lain masih banyak
bahwa jika masukan zat gizi dari makanan faktor negatif yang dapat mengganggu
tidak seimbang dengan kebutuhan tubuh kehamilan ibu yang menyebabkan terjadinya
maka akan terjadi defisiensi zat gizi, yang kekurangan energi kronik, seperti kegiatan
termanifestasi oleh adanya gejala yang kerja dimalam hari, penghasilan keluarga
timbul. Masukan zat gizi yang berasal dari yang kurang dan juga faktor pendidikan ibu
makanan yang dimakan setiap hari harus yang sebagian besar adalah pendidikan dasar.
dapat memenuhi kebutuhan. Disamping untuk Paritas pada ibu hamil Kurang Energi
memenuhi kebutuhan tubuh ibunya sendiri, Kronik (KEK) di Wilayah Puskesmas
zat gizi juga dibutuhkan untuk pertumbuhan Siwalan Kabupaten Pekalongan.
dan perkembangan janin. Berdasarkan hasil penelitian diketahui
bahwa sebagian besar responden masuk
dalam kategori multi.

6
Ibu hamil memerlukan tambahan zat jarak dan waktu tempuh, serta kemudahan
gizi untuk meningkatkan jumlah sel darah memperoleh alat transportasi setiap waktu
merah, membentuk sel darah merah janin dan untuk mencapai pelayanan kesehatan. Green
plasenta, makin sering seorang wanita (1980) menyatakan bahwa aksesibilitas
mengalami kehamilan dan melahirkan akan merupakan salah satu faktor pendukung
makin banyak kehilangan cadangan zat gizi (enabling faktor ) yang memungkinkan
tubuh sehingga ibu akan kekurangan zat gizi, motivasi individu atau kelompok terlaksana,
dan usia hamil, usia muda perlu tambahan yang terwujud dalam kemudahan mencapai
gizi yang banyak karena selain digunakan sarana kesehatan meliputi jarak, waktu
untuk pertumbuhan dan perkembangan diri tempuh, dan kemudahan transportasi.
sendiri juga berbagi dengan janin yang Pelayanan kesehatan merupakan unsur
dikandung. Sedangkan untuk umur yang tua penting dalam menentukan status kesehatan
perlu energi yang besar juga karena fungsi masyarakat. Moore (1969) dalam Andersen
organ yang makin melemah dan diharuskan dan Newman (1973) mengemukakan bahwa
untuk bekerja maksimal maka memerlukan utilisasi pelayanan kesehatan dapat dilihat
tambahan energi yang cukup guna dari perilaku individu dalam menentukan
mendukung kehamilan yang sedang kesehatannya, dimanaperilaku tersebut
berlangsung. sebagai suatu fungsi dari karateristik individu,
Paritas merupakan salah satu faktor karakteristik lingkungan, dan karakteristik
yang mempengaruhi status gizi ibu hamil. kekuatan sosial.
Paritas merupakan faktor yang sangat Notoatmodjo (1993) dalam Ilyas
berpengaruh terhadap hasil konsepsi.. (2006) mengemukakan bahwa perilaku
berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pencarian pengobatan merupakan perilaku
sebagian responden pernah melahirkan bayi individu maupun kelompok untuk melakukan
2-4 kali hal ini terjadi ibu kurang peduli akan atau mencari pengobatan. Perilaku pencarian
nutrisi yang dikonsumsi karena sudah pengobatan di masyarakat terutama di negara
beberapa kali hamil dan melahirkan pernah berkembang sangat bervariasi. Hal ini dapat
hamil maka kemungkinan banyak akan dilihat sebagai usaha-usaha mengobati sendiri
ditemui keadaan kesehatan terganggu penyakitnya, atau mencari pengobatan ke
(anemia, kurang gizi). Semakin banyak fasilitas-fasilitas pelayanan kesehatan modern
paritas maka ada kemungkinan ditemui (puskesmas, perawat, dokter praktek, rumah
kekendoran pada dinding perut dan dinding sakit, dan lain-lain) maupun pengobatan
rahim, kurang gizi karena sudah terlalu sering tradisional.
melahirkan dibandingkan ibu hamil KEK Dalam penelitian ini peneliti tidak
dengan paritas primipara dimana ibu memperoleh data pemanfaatan layanan
primipara baru melahirkan bayi satu kali. kesehatan oleh ibu hamil dengan KEK.
Pelayanan kesehatan pada ibu hamil Informasi tentang pemanfaatan pelayanan
Kurang Energi Kronik (KEK) di Wilayah kesehatan sangat dibutuhkan oleh manajemen
Puskesmas Siwalan Kabupaten pelayanan kesehatan, baik di tingkat pusat
Pekalongan. maupun daerah. Sebagaimana yang
Berdasarkan hasil penelitian diketahui dikemukakan oleh Feldstein (1988) dalam
bahwa jarak fasilitas kesehatan masuk dalam Ilyas (2006), bahwa dengan mengerti tentang
kategori dekat. Jarak tempuh ke pelayanan utilisasi pelayanan kesehatan, maka akan
kesehatan yang dekat seharusnya dapat memungkinkan semakin akuratnya upaya
dimanfaatkan oleh ibu hamil untuk peningkatan pelayanan kesehatan dimasa
memperoleh informasi mengenai kebutuhan depan. Artinya data dan informasi
nutrisi selama kehamilan. penggunaan pelayanan kesehatan merupakan
Menurut Dever (1984), keterjangkauan dokumen substansial untuk merancang
geografis (aksesibilitas) merupakan salah satu program pelayanan kesehatan yang
faktor yang mempengaruhi individu dalam dibutuhkan dan mampu dibeli oleh
menentukan pemanfaatan pelayanan masyarakat. Informasi pemanfaatan
kesehatan, dimana aksesibilitas dinilai dari pelayanan kesehatan juga dapat dimanfaatkan

7
untuk mengevaluasi keefektifan dan efisiensi DAFTAR PUSTAKA
dari penyelenggaraan pelayanan kesehatan Achadi, E., 2007. Gizi dan Kesehatan
(Ilyas, 2006). Masyarakat. PT. Raja Grafindo
Simpulan Persada. Jakarta
1. Ketersediaan pangan keluarga pada ibu
hamil Kurang Energi Kronik (KEK) di Baliwati, A. 2009. Pengantar Ilmu Gizi.
Wilayah Puskesmas Siwalan Kabupaten Liberty:Jogjakarta.
Pekalongan paling banyak adalah kurang
terjamin Baliwati, dkk. 2004. Pengantar Pangan dan
2. Pendidikan ibu hamil Kurang Energi Gizi. Penebar Swadaya. Jakarta
Kronik (KEK) di Wilayah Puskesmas
Siwalan Kabupaten Pekalongan paling Benson, Ralph C. (2008). Buku Saku
banyak adalah pendidikan dasar (SD- Obstetri dan Ginekologi .9th ed.
SMP) Jakarta, EG
3. Pekerjaan pada ibu hamil Kurang Energi
Depkes RI. (1995). Pedoman pelaksanaan
Kronik (KEK) di Wilayah Puskesmas
sistem rujukan, upaya kesehatan di
Siwalan Kabupaten Pekalongan paling
tingkat kabupaten. Departemen
banyak adalah buruh
Kesehatan Republik Indonesia.
4. Pengetahuan pada ibu hamil Kurang
Jakarta.
Energi Kronik (KEK) di Wilayah
Puskesmas Siwalan Kabupaten Depkes RI., 2008.Perbaikan Gizi
Pekalongan paling banyak adalah baik. Masyarakat. 2009.
5. Menggambarkan faktor sosial ekonomi
pada ibu hamil Kurang Energi Kronik Effendi.(2003).Penyuluhan
(KEK) di Wilayah Puskesmas Siwalan Kesehatan.Yogyakarta: Salemba
Kabupaten Pekalongan paling banyak Medika
adalah kurang atau memiliki penghasilan
kurang dari UMK Kabupaten Pekalongan Effendy (Health). (2009). Pengetahuan dan
6. Usia ibu hamil Kurang Energi Kronik Faktor - Faktor yang
(KEK) di Wilayah Puskesmas Siwalan Mempengaruhi. http://forbetterhealth.
Kabupaten Pekalongan paling banyak wordpress.com/ 2009/04/19/
adalah usia tidak berisiko pengetahuandan - faktor-faktor-yang-
7. Usia kehamilan pada ibu hamil Kurang mempengaruhi.
Energi Kronik (KEK) di Wilayah
Puskesmas Siwalan Kabupaten Handayani, 2010, Analisis Faktor yang
Pekalongan paling banyak adalah Mempengaruhi Kekurangan Energi
trimester III. Kronis pada Ibu Hamil di Wilayah
8. Jarak kelahiran pada ibu hamil Kurang Puskesmas Wedi Klaten,
Energi Kronik (KEK) di Wilayah
Puskesmas Siwalan Kabupaten Kemenkes RI., 2009. Rencana Strategis
Pekalongan paling banyak adalah baik Kementrian Kesehatan Tahun 2010-
9. Paritas pada ibu hamil Kurang Energi 2014.
Kronik (KEK) di Wilayah Puskesmas
Siwalan Kabupaten Pekalongan paling Kristiyansari, W., 2010. Gizi ibu hamil.
banyak adalah primipara. Yogyakarta: Nuha Medika
10. Jarak pelayanan Kesehatan pada ibu
hamil Kurang Energi Kronik (KEK) di Marlenywati.2010. Risiko Kurang Energi
Wilayah Puskesmas Siwalan paling Kronis (KEK) Pada Ibu Hamill
banyak adalah dekat Remaja (Usia 15-19 Tahun) di Kota
Pontianak 2010. Tesis. Fakultas
Kesehatan Masyarakat. UI. Depok

8
Meilani, Setyawati, Estiwidani, dan Sediaoetamo, A. 2010. Pengantar Ilmu Gizi.
Sumarah.2009. Kebidanan Dian Rakyat:Bandung
Komunitas. Yogyakarta: Fitramaya;
2009 Soekirman,2000. Ilmu Gizi dan Aplikasinya.
Jakarta : Direktorat Jendral Pendidikan
Muhtadi D, M. Astawan, dan NS Palupi. Tinggi Departemen Pendidikan
1993. Metabolisme Zat Gizi, Sumber, Nasional.
Fungsi, dan Kebutuhan bagi Manusia.
Pustaka Sinar Harapan. Jakarta. Suhardjo. 2003. Berbagai Cara Pendidikan
Gizi. Bumi Aksara. Jakarta.
Mulyaningrum, S., 2007. Daya Terima
Bubur Preda di BRSD Cibinong Suhardjo.2003. perencanaan pangan dan
Bogor. Laporan Tugas Akhir, Institut gizi. Bumi Aksara. Jakarta. Diakses
Pertanian Bogor, Bogor pada tanggal 8 Juli 2011.

Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan Supariasa.2002. Penilaian Status Gizi. EGC.


dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Jakarta.
Cipta
Sutriani, Ni Ketut ,dkk. 2010. Pola makan
------------------ 2005. Promosi Kesehatan dan Aktivitas Fisik pada Siswa Gizi
Teori dan Aplikasi. Rineka Cipta. Lebih di SDK Soverdi Tuban Kota
Jakarta. Bali. Program Studi Ilmu Kesehatan
Masyarakat. Universitas Udayana,
Prawirohardjo,S. 2007. Ilmu Kebidanan. Denpasar.
Jakarta: Bina Pustaka Sarwono
Prawihardjo. Syafrudin & Hamidah . 2009 . Kebidanan
Komunitas . Jakarta : EGC
Puli, 2014. Hubungan Sosial Ekonomi
Dengan Kekurangan Energi Kronik Wibowo dan Basuki. 2006. Pola Perawatan
(KEK) pada Wanita Prakonsepsi di Kesehatan Ibu dan Anak Pada
Kota Makassar, Masyarakat Pendatang. The Jurnal of
Public Health Indonesia.
Ratna Dewi Pudiastuti (2012) Asuhan
Kebidanan Pada Ibu Hamil normal
dan Patologi, Yogyakarta: Nuha
medika.

Rogayah, Hanifah, (2005) Faktor Resiko Ibu


Hamil yang mempengaruhi BBLR.
FKM-Unair Surabaya.

S. Sumarni. 2016. Pengaruh Konsumsi Daun


Kacang Panjang Terhadfap
Peningkatan Kadar Hemoglobin Pada
Ibu Hamil TM II Dengan Anemia di
Wilayah Kerja Puskesmas Polanharjo
Kabupaten Klaten. Jurnal Kebidanan
dan Kesehatan Tradisional.

Saifudin, B. 2007. Ilmu Kebidanan. YBPP :


Jakarta.

Sandjaja.dkk. 2009. Kamus Gizi. Jakarta, PT


Kompas Media Nusantara

Anda mungkin juga menyukai