Subur (WUS) (Alam et al., 2020) dan ibu hamil (Mahirawati, 2014):
1. Pola Makan
Pola makan yang tidak seimbang dan tidak sesuai dengan kebutuhan gizi individu
menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan asupan zat gizi yang masuk ke dalam
tubuh sehingga kekurangan gizi dapat terjadi pada wanita usia subur di masa
kehamilannya. Wanita usia subur (WUS) dengan pola makan kategori kurang dapat
diindikasikan bahwa WUS tersebut tidak tercukupi kebutuhan nutrisinya sesuai angka
kebutuhan gizi (AKG) yang direkomendasikan sehingga berpotensi terjadi gangguan
gizi atau kekurangan gizi. Kebiasaan pola makan yang tidak memenuhi standar, jika
berlangsung lama maka WUS akan berisiko mengalami KEK dibandingkan individu
dengan pola makan yang baik. Apabila ada WUS dengan kategori pola makan
baiknamun mengalami KEK dapat diindikasikan bahwa asupan makanan yang
dikonsumsi oleh WUS tidak adekuat. Makanan yang adekuat pada WUS adalah
makanan yang dikonsumsi tiap harinya dapat memenuhi kebutuhan zat gizi yang
diperlukan oleh tubuh yang terpenuhi baik secara kualitas maupun kuantitasnya
(Alam et al., 2020).
2. Riwayat Pendidikan WUS
3. Pendidikan suami
Pendidikan suami akan mempengaruhi perilaku terhadap istrinya yang sedang hamil
(Mulyaningrum, 2009). Perubahan sikap dan perilaku sangat dipengaruhi oleh tingkat
pendidikan yang lebih tinggi sehingga lebih mudah menyerap informasi dengan
mengimplementasikannya dalam perilaku dan gaya hidup sehat, khususnya dalam hal
kesehatan dan gizi. Semakin tinggi tingkat pendidikan formal maka secara tidak
langsung meningkatkan kesadaran untuk hidup lebih sehat sehingga menurunkan
risiko gangguan kesehatan (Mahirawati, 2014).
4. Pekerjaan ibu
Ibu hamil yang bekerja mempunyai waktu lebih sedikit dalam menyiapkan makanan
yang berpengaruh pada jumlah makanan yang dikonsumsi sehingga berpengaruh pada
status gizi ibu hamil. Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi
untuk ibu hamil. Status gizi juga didefinisikan sebagai status kesehatan yang
dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrient. Gizi secara
langsung dipengaruhi oleh asupan makanan dan penyakit, khususnya penyakit infeksi.
Salah satu faktor tersebut adalah keterbatasan ekonomi, yang berarti tidak mampu
membeli bahan makanan yang berkualitas baik, sehingga mengganggu pemenuhan
gizi (Mahirawati, 2014).
5. Pekerjaan suami
6. Umur ibu
Umur merupakan salah satu faktor penting dalam proses kehamilan hingga persalinan,
karena kehamilan pada ibu yang berumur muda menyebabkan terjadinya kompetisi
makanan antara janin dengan ibu yang masih dalam masa pertumbuhan(Baliwati &
Retnaningsih, 2004). Penelitian lain menunjukkan bahwa ibu hamil yang berumur
kurang dari 20 tahun memiliki risiko KEK yang lebih tinggi, bahkan ibu hamil yang
umurnya terlalu muda dapat meningkatkan risiko KEK secara
bermakna(Mulyaningrum, 2009).
7. Paritas
Paritas merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya KEK pada ibu hamil. Paritas
adalah jumlah anak yang dilahirkan oleh seorang ibu. Sebuah penelitian menunjukkan
bahwa ibu hamil yang mempunyai paritas lebih dari 4 orang lebih berisiko KEK
dibandingkan dengan ibu yang mempunyai paritas kurang dari 4 orang(Mahirawati,
2014).
KEK dapat memberi dampak pada kesehatan. Individu yang menderita KEK akan
mengalami berat badan kurang atau rendah, serta produktivitasnya akan terganggu karena
tidak dapat begerak aktif sebab kekurangan gizi. Apabila KEK terjadi pada wanita usia subur
(WUS) dan ibu hamil makan akan berdampak pada proses kehamilan, melahirkan, dan berat
badan bayi. Ibu hamil yang berisiko KEK (LILA < 23,5 cm) kemungkinan akan mengalami
kesulitan persalinan, pendarahan, dan berpeluang melahirkan bayi dengan Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR) yang akhirnya dapat mengakibatkan kematian pada ibu dan/atau bayi
(Proverawati & Ismawati, 2010). Status gizi sebelum hamil atau selama hamil memiliki
peluang 50% dalam mempengaruhi tingginya kasus kejadian bayi BBLR di negara
berkembang. Hasil meta analisis World Health organization (WHO) Collaboration Study
menyimpulkan bahwa berat badan dan tinggi badan ibu sebelum hamil, indeks masa tubuh
dan lingkar lengan atas (LILA) merupakan faktor yang mempengaruhi bayi BBLR
(Sarumaha, 2018). Wanita hamil yang mengalami KEK sejak mudanya memiliki risiko
melahirkan bayi dengan BBLR 4,8 kali lebih besar dibandingkan dengan yang tidak
mengalami KEK (Syofianti, 2013).
Status kekurangan energi kronis sebelum kehamilan dalam jangka panjang dan selama
kehamilan akan menyebabkan ibu melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR),
anemia pada bayi baru lahir, mudah terinfeksi, abortus, dan terhambatnya pertumbuhan otak
janin (Siti, 2013).
Kurang energi kronis pada masa usia subur khususnya masa persiapan kehamilan
maupun saat kehamilan dapat berakibat pada ibu maupun janin yang dikandungnya. Terhadap
persalinan pengaruhnya dapat mengakibatkan persalinan sulit dan lama, persalinan sebelum
waktunya, dan pendarahan. Pengaruhnya terhadap janin dapat menimbulkan
keguguran/abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi, dan
berat badan lahir rendah (BBLR) (Pratiwi, 2018). Dampak Kekurangan Energi Kronis (KEK)
pada ibu hamil dapat menyebabkan risiko komplikasi pada ibu antara lain anemia,
pendarahan, berat badan ibu tidak bertambah secara normal, dan terkena penyakit infeksi dan
dampak pada persalinan yaitu persalinan sulit dan lama, persalinan sebelum waktunya
(prematur), pendarahan setelah persalinan, dan persalinan dengan operasi cenderung
meningkat (Proverawati, 2009).
Untuk menekan angka kejadian KEK diperlukan suatu solusi yang komprehensif,
terpadu, dan paripurna. Salah satu solusi yang dapat dilakukan adalah melalui penggerakan
dan pemberdayaan masyarakat secara menyeluruh ke dalam suatu program layanan kesehatan
masyarakat untuk mengatasi KEK.
Selain mengikuti program yang dilakukan oleh puskesmas dan pemerintah, WUS dan
ibu hamil perlu melakukan perbaikan gizi secara mandiri. Asupan nutrisi merupakan faktor
utama penyebab KEK pada ibu hamil. Gizi ibu hamil dikatakan sempurna jika makanan yang
dikonsumsinya mengandung zat gizi yang seimbang, jumlahnya sesuai dengan kebutuhan dan
tidak belebihan. Makanan yang baik dan seimbang akan menghindari masalah di saat hamil,
melahirkan bayi yang sehat, dan memperlancar ASI. Apabila konsumsi energi kurang, maka
energi dalam jaringan otot/lemak akan digunakan untuk menutupi kekurangan tersebut.
Kekurangan energi akan menurunkan kapasitas kerja, hal ini biasanya terjadi sebagai proses
kronis dengan akibat penurunan berat badan(Muhamad & Liputo, 2017).
Konsumsi biskuit ubi jalar ungu merupakan salah satu alternatif untuk memperbaiki
gizi masyarakat. Ubi jalan ungu merupakan ubi jalar yang berwarna ungu pekat baik kulit
maupun dagingnya serta memiliki produktivitas yang tinggi, ubi jalar ungu varietas anitin-3
memiliki kandungan zat antosianin relatif lebih tinggi dibanding varietas antin-1 dan antin-2.
Biskuit ubi jalar ungu merupakan salah satu produk diversifikasi pangan lokal akan potensi
sumber daya alam khususnya pemanfaatan ubi jalan ungu. Terdapat banyak zat gizi yang ada
pada biskuit ubi jalar ungu seperti karbohidrat, protein, zat besi, dan vitamin C. Sangat
banyak manfaat yang dapat diperoleh dari biskuit ubi jalar ungu khususnya kandungan zat
gizi yang dapat digunakan sebagai makanan alternatif untuk segala usia termasuk WUS
sehingga tidak mengalami KEK(Satrianegara & Alam, 2017).
Selain biskuit ubi jalar ungu, roti rumput laut lawi-lawi juga dapat menjadi alternatif
perbaikan gizi masyarakat. Roti rumput laut lawi-lawi memiliki kandungan gizi yang cukup
tinggi sebagai sumber protein nabati maupun mineral. Untuk menambah kandungan gizi
produk olahan berbahan dasar rumput laut lawi-lawi dibutuhkan penambahan pangan lokal
lain yang dapat dioptimalkan keberadaannya dan merupakan sumber protein nabati serta kaya
akan Fe dan zat gizi lainnya. Kadar kandungan gizi makro dalam 100 gram roti rumput laut
untuk karbohidrat sebanyak 56,10%, untuk protein 11,42%, untuk lemak 8,81%, dan zat besi
(Fe) sebesar 20,9091 mg/kg. Hal tersebut menunjukkan bahwa roti rumput laut lawi-lawi
cocok digunakan sebagai alternatif perbaikan gizi masyarakat substitusi dari tempe. Dengan
perbaikan gizi masyarakat dapat terhindar dari kejadian KEK, baik pada WUS dan ibu
hamil(Syarfaini et al., 2019).
Upaya dan program tersebut dapat berjalan dengan pengembangan dari masyarakat
dan puskesmas. Program pemerintah dan puskesmas dapat dipegang tanggung jawabnya oleh
puskesmas, sehingga puskesmas dapat memantau berjalannya progrm tersebut. Selain itu juga
diperlukan kerjasama dengan kader posyandu yang hubungannya lebih dekat dengan ibu
hamil atau ibu yang memiliki bayi dan/atau balita. Penyediaan makanan yang membantu
perbaikan gizi dapat dikoordinasikan dengan toko-toko di sekitar desa, agar distribusi makanan
secara merata, dan akses untuk mendapatkan makanan dapat lebih mudah. Dengan demikian
perbaikan gizi dapat dilakukan oleh WUS dan ibu hamil dengan mudah.
KUESIONER PENGETAHUAN (SOAL PRE TEST)
Nama :
Umur :
Berilah tanda silang (X) pada pertanyaan dibawah ini yang di anggap sesuai
a. Umur ibu
b. lingkungan
c. a dan b benar
d. Tidak tahu
2. suatu unsur penting yang dapat mempengaruhi status gizi dan kesehatannya adalah :
a. Pendidikan suami
b. Riwayat pendidikan WUS
c. Pekerjaan ibu
d. Tidak tahu
3. Apabila KEK terjadi pada wanita usia subur (WUS) dan ibu hamil makan akan berdampak
pada proses …..
4. Wanita hamil yang mengalami KEK sejak mudanya memiliki risiko melahirkan bayi dengan
…
a. BBLR 4,8 kali lebih besar dibandingkan dengan yang tidak mengalami KEK
b. BBLR 4,8 kali lebih besar dibandingkan dengan yang mengalami KEK
c. Normal
d. Tidak tahu
a. Pemberian sembako
b. Pemberian konseling
c. Pemberian makanan tambahan
d. tidak tahu
8. Kelompok umur yang beresiko mengalami kekurangan energi kronik (KEK) adalah..?
a. Anak-anak
b. remaja dan wanita usia subur
c. Usia lanjut
d. tidak tahu
a. Asupan nutrisi
b. Pola makan
c. A dan b benar
d. tidak tahu
KUESIONER PENGETAHUAN (SOAL POST TEST)
Nama :
Umur :
Berilah tanda silang (X) pada pertanyaan dibawah ini yang di anggap sesuai
1. Kelompok umur yang beresiko mengalami kekurangan energi kronik (KEK) adalah..?
a. Anak-anak
b. remaja dan wanita usia subur
c. Usia lanjut
d. tidak tahu
5. suatu unsur penting yang dapat mempengaruhi status gizi dan kesehatannya adalah :
a. Pendidikan suami
b. Riwayat pendidikan WUS
c. Pekerjaan ibu
d. Tidak tahu
6. Apabila KEK terjadi pada wanita usia subur (WUS) dan ibu hamil makan akan
berdampak pada proses …..
a. Kehamilan dan berat badan bayi
b. Pertumbuhan
c. Kematian
d. tidak tahu
7. Wanita hamil yang mengalami KEK sejak mudanya memiliki risiko melahirkan bayi
dengan …
a. BBLR 4,8 kali lebih besar dibandingkan dengan yang tidak mengalami KEK
b. BBLR 4,8 kali lebih besar dibandingkan dengan yang mengalami KEK
c. Normal
d. Tidak tahu